Keharmonisan ruang. Keharmonisan ruang mengandung makna Pemanfaatan sumberdaya pesisir secara optimal. Pemanfaatan

8 Penerapan Konsep Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Kegiatan pembangunan wilayah pesisir sangat kompleks karena wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antar daratan dan lautan. Tentu saja, wilayah pesisir akan dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan yang ada di daratan maupun di lautan atau di wilayah pesisir itu sendiri. Dahuri 1998 menyatakan bahwa ditinjau dari perspektif ekologi, terdapat empat pedoman pembangunan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan, yaitu : 1 keharmonisan ruang; 2 pemanfaatan sumberdaya pesisir secara optimal ; 3 pengendalian polusi dan 4 minimasi dampak lingkungan.

1. Keharmonisan ruang. Keharmonisan ruang mengandung makna

bahwa ruang pesisir lahan dan laut tidak hanya untuk pembangunan intensif tetapi juga untuk zona konservasi dan preservasi. Oleh karena itu, wilayah pesisir dibagi menjadi tiga zona, yaitu : 1 preservasi ; 2 konservasi ; dan 3 pembangunan intensif. Zona preservasi meliputi daerah yang memiliki nilai alami tinggi, biasanya dikaitkan dengan sifat unik dan luar biasa dari kondisi alam tersebut. Zona preservasi ini hanya diperuntukkan bagi kegiatan riset, pendidikan, dan rekreasi terbatas ekowisata. Sebagai contoh sabuk hijau mangrove merupakan salah satu zona preservasi, sesuai dengan UU No 27 2007. Sedangkan zona konservasi merupakan zona pemanfaatan sumberdaya pesisir secara bijaksana. Hal tersebut mengandung makna bahwa kegiatan pembangunan harus berdasarkan teori menjaga dan memanfaatkan sumberdaya pesisir yang dapat pulih. Kegiatan yang diperbolehkan adalah rekreasi, permukiman, perburuan, perikanan terbatas artisanal, konstruksi infrastruktur terbatas. Zona berikutnya adalah zona pembangunan intensif. Zona ini diperuntukkan bagi kegiatan pembangunan yang merusak lingkungan, seperti : industri, pelabuhan, permukiman padat, budidaya tambak intensif, pertanian intensif.

2. Pemanfaatan sumberdaya pesisir secara optimal. Pemanfaatan

sumberdaya pesisir secara optimal hanya dapat dilakukan apabila pemanfaatannya tidak melebihi daya dukungnya. Hal tersebut senada dengan 9 pernyataan Clark 1985 dalam Dahuri 1998, yaitu apabila wilayah pesisir dipertimbangkan sebagai penyedia supplier, kriteria optimalitas keberlanjutan untuk pemanfaatan tidak boleh melebihi jumlah sumberdaya pulih renewable resources yang diambil dari pada yang dihasilkan maupun yang diperbaharui selama periode waktu tertentu. Sedangkan untuk sumberdaya tak pulih non- renewable resources, eksploitasinya harus dilakukan secara bijaksana sehingga dampak yang terkait tidak membahayakan lingkungan pesisirnya. Goodland and Ledec 1987 dalam Dahuri 1998 menyatakan bahwa laju pengambilan sumberdaya tak pulih harus selambat mungkin sehingga memberikan kesempatan transisi masyarakat secara berurut ke sumberdaya yang dapat diperbaharui sebagai penggantinya.

3. Pengendalian polusi. Pengendalian polusi bertujuan untuk