Diagram 2: Siklus Pejaminan Mutu Mutu
4. Dimensi-dimensi Mutu Pendidikan
Kualitas menjadi semakin penting akibat tekanan konsumen dan persaingan sehingga pada akhirnya kualitas akan mempunyai pengaruh terhadap benefit lembaga pendidikan.
Konsep-konsep penjaminan kualitas banyak memiliki sebutan antara lain Total Quality Improvement, Continous Measurable Improvement, atau Total Quality Management
Dumond, 1995. Konsep penjaminan mutu tersebut dapat dijabarkan menjadi berbagai dimensi seperti berikut ini.
a. Komitmen Manajemen Puncak. Kualitas adalah komitmen manajemen puncak terhadap pengembangan kualitas. Top manajemen dianggap pendorong driver proses
Delapan Standar Nasional Pendidikan
3 Pegembangan atau
pemilihan instrumen
7 Identifikasi
pencapaian aspek
pengembangan 8
Pengembangan dan implementasi
program peningkatan mutu
9 Monitor dan kajian
hasil pelaksanaan program pening-
1 Perencanaan dan
Implementasi Program
6 Laporan
temuan 2
Rancangan Penjaminan Mutu
Monitoring
4 Pengumpulan
pencatatan data
5 Verifikasi
internal eksternal dan
pengembangan kualitas, penciptaan nilai, tujuan dan sistem Ahire,et.al, 1996. Aspek ini penting mengingat bukti-bukti bahwa kegagalan pelaksanaan TQM salah satu
penyebabnya adalah kurangnya dukungan dan komitmen manajer. b. Fokus kepada Konsumen. Salah satu tujuan utama lembaga pendidikan adalah
kepuasan konsumen yang akan menjamin citra dan kelangsungan hidupnya serta keunggulan bersaing Evans dan Lindsay, 1996. Keunggulan bersaing yang kuat berasal
dari kemampuan lembaga dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsumen merupakan faktor kritis bagi setiap lembaga pendidikan, sehingga sebaik
apapun manajemen lembaga pendidikan, jika tidak memperhatikan konsumen maka pasti akan hancur.
c. Pemberdayaan karyawan. Lembaga pendidikan yang sukses sering mengandalkan program pengembangan kualitas total pada pemberdayaan dan pelibatab karyawan.
Pemberdayaan empowerment diartikan sebagai pemberian wewenang dan kekuasaan kepada orang lain dalam pengambiolan keputusan, kontrol terhadap pekerjaannya
sendiri dan kemudahan untuk memuaskan konsumen Evans dan Lindsay, 1996. Di sini karyawan diharapkan dapat memeriksa dan mengotrol mereka sendiri evaluasi diri.
Disamping pemberdayaan diperlukan juga kewenangan untuk terlibat dalam proses pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen untuk menjamin partisipasi penuh
mereka. Keterlibatan tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan mereka dalam tim gugus kendali mutu Quality Cyrcle yneg bertujuan meningkatkan kualitas.
d. Kualitas Desain ProdukJasa. Desain merupakan wujud kualitas yang dapat dinyatakan secara jelas. Konsumen dapat menilai kualitas suatu produk dengan menilai
kualitas desai produk tersebut. Terkait dengan desain, lembaga pendidikan hendaknya mengidentifikasi siapa konsumennya, dan atribut apa yang penting bagi mereka. Oleh
karena itu, barangjasa yang akan ditawarkan perlu didesain agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen
e. Penggunaan Alat Kontrol. Penggunaan alat kontrol merupakan upaya nyata
lembaga pendidikan dalam mengelola kualitas produksinya. Dengan alat kontrol, lembaga dapat mendeteksi sejauhmana proses produksi mampu memenuhi standar
yang telah ditetapkan. Statistical Process Control SPC, misalnya dengan diagram pencar scatter diagram sering digunakan untuk mendeteksi kemungkinan perbedaan variasi
kualitas, menyediakan informasi yang memadai untuk desain produkjasa dan serta menentukan kapabilitas proses. Kesemuanya itu membantu memonitor kualitas dan
menyelediki area kritis di mana perbaikan dibutuhkan. Bagaimanapun pengembangan kualitas perlu diupayakan terus menerus, sehingga feedback sangat dibutuhkan. Di
sinilah dukungan dokumentasi terhadap informasi yang diperoleh sangat vital sifatnya. Pengembangan kualitas mementingkan fakta-fakta tertulis, bukan asumsi dan intuisi
semata. f. Manajemen Kualitas Pemasok. Pemasok dianggap salah satu penunjang suksesnya
program pengembangan kualitas, karena dengan supplay yang berkualitas diharapkan dapat dihasilkan produk yang berkualitas pula. Pemasok menjadi sagat penting artinya
karena menyangkut teknis penyediaan produk kepada konsumen. Kecenderungan saat ini lembaga pendidikan lebih suka mendasarkan pemilihan pemasok pada hubungan
jangka panjang yang saling percaya dibanding sekedar faktor biaya. Itulah sebabnya kadang-kadang sebuah SMA bersedia menerima siswanya dari SMP tertentu yang
dipercayai sebagai supplier lulusan yang potensial. g. Pelatihan. Untuk menunjang pengembangan kualitas total, karyawan memerlukan
latihan Banks,1989. Hal ini dapat dimengerti karena dengan pelatihan diharapkan karyawan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan tepat, sehingga mutu kerjanya
juga semakin baik. Komitmen pada pelatihan ini sangat urgen untuk mencapai kualitas yang bertaraf internasional. Bagi lembaga pendidikan, pelatihan kepala sekolah, guru
dan tenaga kependidikan sangat diperlukan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya.
5. Peran SPMP terhadap Tujuan Pendidikan Nasional.