MIKROORGANISME PENYEBAB FLUOR ALBUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

(1)

KARYA TULIS AKHIR

MIKROORGANISME PENYEBAB FLUOR ALBUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

Oleh :

PRIMI NAZHYA ANANDA 07020108

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013


(2)

ii

HASIL PENELITIAN

MIKROORGANISME PENYEBAB FLUOR ALBUS RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

KARYA TULIS AKHIR Diajukan kepada

Universitas Muhammadiyah Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran

Oleh :

PRIMI NAZHYA ANANDA 07020108

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

Telah Disetujui Sebagai Hasil Penelitian Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang 10 September 2012

Pembimbing I

dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KK

Pembimbing II

dr. Annisa Hanifwati

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang


(4)

iv

LEMBAR PENGUJIAN

Karya Tulis Akhir oleh Primi Nazhya Ananda ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 10 September 2012

Tim Penguji

dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KK Ketua

dr. Annisa Hanifwati Anggota


(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segenap puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Mikroorganisme Penyebab Fluor albus Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar”.

Dalam penyelesaian karya tulis akhir ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. dr. Irma Suswati M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

2. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD selaku pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran. 3. dr. Iwan Sis Indrawanto, Sp.KJ selaku pembantu Dekan II Fakultas

Kedokteran.

4. dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KK selaku dosen pembimbing I, yang telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, memberikan inspirasi, semangat dan memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis akhir ini dengan baik.

5. dr. Annisa Hanifwati selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, atas kesabaran dan ketelitiannya dalam membimbing dan memberi saran dalam penyusunan karya tulis akhir ini. 6. dr. Irma Suswati, M.Kes selaku dosen penguji, yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan koreksi, saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan penyusunan karya tulis akhir ini.


(6)

vi

7. Segenap Dosen dan Staf Tata Usaha (TU) yang telah banyak membantu dan memberi banyak kemudahan dalam penyelesaian karya tulis akhir ini.

8. Direktur dan staf Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar atas kesempatan dan kemudahan yang diberikan untuk menunjang terselesaikannya tugas akhir ini.

9. Orang tua tercinta, dr.H. Zakaria Adam, SpOG dan Hj. Nadira terima kasih atas kasih sayang, dukungan, semangat dan doa yang tiada henti.

10. Sumber inspirasiku Adikku Prita Soraya Ananda, Rona Nisrina Ananda, Muhammad Dzikri Ramadhan yang telah memberi support dan hiburan. 11. Sahabatku Riendha, Kiko, Putri, Masda, Fina, Mega, Afi, Nita, Rahmi, ,

terima kasih yang telah memberi support dan bantuan mengenai karya tulis akhir ini.

12. Teman-teman satu perjuangan di FK‟07 yang telah memberi support dan telah banyak bertukar pikiran mengenai karya tulis akhir ini.

Karya tulis akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga karya tulis ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 10September 2012


(7)

vii ABSTRAK

Ananda, Primi Nazhya, 2012. Mikroorganisme Penyebab Fluor albus Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Karya Tulis Akhir, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing : (I) Sri Adila Nurainiwati, (II) Annisa Hanifwati.

Latar Belakang : Fluor albus adalah pengeluaran cairan dari alat genitalia yang tidak berupa darah. Fluor albus bisa bersifat fisiologis atau patologis. Terdapat beberapa mikroorganisme penyebab fluor albus patologis.

Tujuan : Mengetahui mikroorganisme penyebab fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

Metode : Observasional deskriptif dengan teknik sampel analisa data.

Hasil : Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh pada 75 penderita fluor albus, menunjukkan usia penderita terbanyak adalah usia 24-29 tahun dengan prosentase sebanyak 25.4%. Keluhan terbanyak yang didapatkan adalah gatal disertai panas dengan prosentase sebesar 33.3%. Mikroorganisme terbanyak yang menyebabkan fluor albus adalah Candida albicans dengan prosentase sebesar 46,6%.

Kesimpulan : Mikroorganisme penyebab fluor albus terbanyak adalah Candida albicans .

Kata Kunci : Mikroorganisme, Fluor albus, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.


(8)

viii ABSTRACT

Ananda, Primi Nazhya, 2012. Fluor albus-Causing Microorganisms at Central General Hospital of Sanglah Denpasar, Udergraduate Thesis, faculty of Medicine, University of Muhammadiyah Malang, Advisers : (I) Sri Adila Nurainiwati, (II) Annisa Hanifwati.

Background : Fluor albus is the discharge of fluid from genital organ that is not blood. Fluor albus may be physiological or pathological. There are several microorganisms that cause pathological fluor albus.

Objective : This research was aimed to investigate fluor albus-causing microorganisms at Central General Hospital of Sanglah Denpasar.

Method : Descriptive observational analysis techniques.

Result : According to study result from 75 fluor albus patients, it was documented that most patients were at the age of 24-49 years, that was 25.4%. Most patients reported itch with heat complain, that was 33.3%. The highest finding on etiologic agent microorganisms of fluor albus was Candida albicans, found in 46.6% cases.

Conclusion : Fluor albus causing microorganisms are most candida albicans. Keywords : Microorganism, Fluor albus, Central General Hospital of Sanglah Denpasar.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PENGUJIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Akademis ... 4

1.4.2 Klinis ... 5


(10)

x

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi Fluor Albus ... 6

2.2 Etiologi Fluor Albus ... 6

2.2.1 Fluor Albus Fisiologis ... 6

2.2.2 Fluor Albus Patologis ... 7

2.2.2.1 Infeksi ... 8

2.2.2.2 Benda Asing ... 13

2.2.2.3 Menopause ... 13

2.2.2.4 Erosi ... 14

2.3 Patogenesis Fluor Albus ... 14

2.4 Gambaran Klinis Fluor Albus... ... 16

2.5 Diagnosis Fluor Albus ... 17

2.5.1 Anamnesis ... 18

2.5.2 Pemeriksaan Fisik ... 20

2.5.3 Pemeriksaan Laboratorium ... 22

2.6 Penatalaksanaan Fluor Albus ... 23

2.6.1 Preventif ... 23

2.6.2 Kuratif ... 24

2.7 Pencegahan Fluor Albus ... 26

2.8 Kerangka Teori ... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN... 30

3.1 Jenis Penelitian... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30


(11)

xi

3.3.1 Populasi ... 30

3.3.2 Sampel... 30

3.3.3 Tehnik Pengambilan Sampel ... 30

3.3.4 Karakteristik Sampel Penelitian ... 30

3.3.4.1 Kriteria Inklusi... 30

3.3.4.2 Kriteria eksklusi... 31

3.4 Definisi Operasional ... 31

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 31

3.6 Prosedur Penelitian ... 32

3.6.1 Alur Penelitian ... 32

3.6.2 Hasil Penelitian ... 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 33

4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ... 33

4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Keluhan ... 34

4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Mikroorgaisme Penyebab... 35

4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Terapi ... 36

BAB 5 PEMBAHASAN ... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

6.1 Kesimpulan ... 42

6.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ... 33

4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Keluhan ... 34

4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Mikroorgaisme Penyebab ... 35


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Gardnerella Vaginalis ... 8

2.2 Chlamydia Trachomatis ... 9

2.3 Gonococcus ... 10

2.4 Treponema Pallidum ... 10

2.5 Candida Albicans ... 11

2.6 Trichomonas Vaginalis ... 12

2.7 Herpes Simpleks tipe-2 ... 13

4.1 Distribusi Berdasarkan Usia ... 34

4.2 Distribusi Berdasarkan Keluhan ... 35

4.3 Distribusi Berdasarkan Mikroorganisme Penyebab ... 36


(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Data Penderita Fluor Albus ... 47 2. Surat Keterangan ... 50 3. Lembar Konsultasi Tugas Akhir ... 51


(16)

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Adam AM, Zainuddin AS, Maskur Z, 2009, Vaginosis Bakterial. Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F. Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Bala Penerbit FKUI. 116-122

Adam AM, Suwita H. 2003.Trikomoniasis dan Penatalaksanaannya. Hal 37-41 Anderson, Sylvia 2004, „Patofisiologi konsep klinik proses-proses penyakit‟,

Jakarta: EGC, hal. 370-377.

Anindita, Wiki. Santi Martini 2006, „Faktor risiko kejadian kandidiasis vaginalis pada akseptor kb‟, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNAIR. Surabaya. Amsel R, Totten PA, Spiegel CA, Chen KCS, Eschenbach D, Holmes KK. Non

Specific Vaginitis: diagnostic criteria and microbial and epidemiologic assocfation. AM. J. Med. 2008: 74 : 14-22.

Asbil, KK 2000, „Detection of neisseria gonorrhoeae and clamidya trachomatis colonitation of the gravid cerviks‟, Am J Obstet Gynecol, pp. 340-6.

Aulia, A 2001, „Keputihan suatu keluhan pasien dalam praktek sehari-hari‟, Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. Bahry B, Setiabudy R 2003, „Obat Jamur‟, dalam : Ganiswarna SG, Setiabudy R,

Suyatna FD, ET AL Farmakologi dan Terapi, Jakarta: FKUI, hal. 65-72. Clayton, Carolin, 2005. Keputihan dan Infeksi Jamur Kandida Lain. Jakarta:

ARCAN, hal 94.

Daili, Sjaiful Fahmi 2009, „Gonore‟, dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F. Infeksi Menular Seksual, Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hal 183-192. Depkes, RI 2001, Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif

Ditingkat Pelayanan Dasar, Jakarta: Depkes.

Djajakusumah TS. Trikomoniasis 2009, „Infeksi menular seksual‟, dalam : Daili Sf, Makes WIB, Zubier F, Jakarta: Bala Penerbit FKUI, hal. 183-192. Donders GG 2000, „Pathogenesis of Abnormal Vagina Bacterial Flora‟, Am J

Obsted Gynecol, pp. 872

Emillana T, Marvel R, Rita, MD 2002, „Pengobatan fluor albus di puskesmas cempaka putih barat’, Cermin Dunia Kedokteran No. 76.


(17)

xvii

Ghotbi S, Behesti M, Amirizade 2007, „Cause of leukorheae in fasa southern Iran‟, pp. 58-63.

Herman, MJ 2004, „Virus pada penyakit hubungan seksual‟, Majalah Kedokteran Indonesia, hal. 49-67.

Hutabarat, Herbet 2002, „Radang dan beberapa penyakit lain pada alat-alat genital wanita, dalam: Winkjosastro H, Saifuddin AR, Rachimhadhi T. Ilmu kandungan, Jakarta, hal. 271.

Iswati, Erna 2010, „Mengenal dan mengobati beragam jenis penyakit kelamin‟, Jogjakarta. Diva Ekspres, hal. 138-139.

Koneman, EW 2002, „Introduction to microbiology‟, J Clin Microbiol, pp. 4-8. Kuswadji, 2007. Kandidosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisya S, Editor.

Ilmu penyakit kulit kelamin. Jakarta : FKUI: 106- 109.

Lachlan M.C, 2005. Diagnosis dan Penyakit Kelamin. Yogyakarta : Ilmiah Kedokteran. Hal 1-8.

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Media Aescapularis, hal. 376.

Michelle R, 2009. HerpesSimplex. http://www.Emedicine,com.

Murtiastutik D, 2009. „Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin‟, Airlangga University Press, Surabaya, hal. 223.

Nwanko EOK, Olukemi YTK, Shuaibu, SA 2010, „Aetiologic agent of abnormal vaginal discharge among females of repructive age‟ in: Karo Nigeria, pp. 12-16.

Ocviyanti D, Rosana Y, Wiboso N, 2009. „Profil flora vagina dan tingkat keasaman vagina perempuan Indonesia‟, hal. 124-131.

Prianto J, Tjahya, Darwanto, 2006. „Atlas Parasitologi Kedokteran‟, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.106-241.

Ramayanti, 2004 pola mikroorganisme fluor albus patologis yang disebabkan oleh infeksi pada penderita rawat jakan di klinik, Tesis /FK UNDIP;semarang. Sarwono, P 2006, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono


(18)

xviii

Shazia AK, Amir F, Attaf S, Tanveer R 2009, „Evaluation of common organisme causing vaginal discharge, pp. 90-93.

Sianturi 2001, „Keputihan suatu kenyataan di balik suatu kemelut‟, Jakarta: FKUI, hal. 2-7.

Sjarifuddin, PK 2003, „Klinik dan penatalaksanaan vaginitis‟, diskusi ilmiah: Diagnosis dan penatalaksanaan Dermatomikosis dan Kandidiasis vaginal, Jakarta.

Soeprihatin, SD 2005, „Tinjauan etiologi keputihan dan pengobatannya‟, Seminar Pengobatan Rasional Keputihan, Jakarta.

Suprapta, Made 2011, „Data Kasus HIV & AIDS Provinsi Bali‟ (online) www.aidsindonesia.or.id diakses 10 Juli 2012.

Tjampakasari, CR 2006, „Karakteristik candida albicans‟, hal. 33-36.

Thulkar J, Kriplani A, Agarwal N 2010, „Aetiology and risk factors of recurrent vaginitis and its association with various contraceptive methods‟, pp. 83-87.

Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo 2006, ‟Radang dan beberapa penyakit lain pada alat genital wanita‟, dalam: Ilmu Kandungan, edisi kedua, cetakan ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo: Jakarta.

Williams 2006, Obstetri William, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, ed. 21, vol. 2.

Worlath, H 2001, „Analysis of bacterial vaginosis related amines in vaginal fluid by gas chromatography and mass spectrometry‟, J Clin Microbiol, pp. 402.


(19)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar bartholin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Flora normal pada vagina meliputi Lactobacillus acidophilus, Corinobacterium, Bacteriodes, Peptostreptococcus, Gardnerrella, Mobiluncus, Mycoplasma dan Candida sp (Sarwono, 2006).

Fluor Albus (leukorhoea / white discharge) adalah pengeluaran cairan dari alat genitalia yang tidak berupa darah, dan merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita pada masa reproduksi maupun menopause. Flour albus bukan merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita (Ramayanti, 2004). Fluor albus dapat dibedakan menjadi fisiologis dan patologis. Fluor Albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang dan hanya ditemukan pada daerah porsio vagina, sedangkan pada fluor albus patologis terdapat banyak leukosit dan sekret


(20)

2

patologis biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina (Shazia, 2009).

Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menarche, saat ovulasi, karena rangsangan seksual, penggunaan kontrasepsi jenis hormonal, kehamilan, menggunakan celana ketat / yang berbahan nilon, menggunakan bilasan vagina (Aulia,2001). Sedangkan fluor albus yang patologis diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi Neisseria Gonorrhoeae, Trichomonas vaginalis, Chlamydia trachomatis, Treponema pallidum, Candida albicans, Human papiloma virus, dan Herpes Genitalis (Koneman, 2002). Penularannya dapat terjadi melalui hubungan seksual (Hutabarat, 2004). Fluor albus juga dapat disebabkan oleh iritasi, neoplasma/keganasan, benda asing, radiasi, dan fisura.

Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trichomoniasis, Vaginosis bakterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab non infeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Chlamydia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab (Shazia, 2009).

Menurut Thulkar (2010) fluor albus terdapat pada 1-14% wanita pada usia reproduksi di seluruh dunia, sedangkan prevalensi fluor albus di India sebesar 30% dari seluruh wanita di negara tersebut. Hasil penelitian Shazia A Khan (2009) di Pakistan Railway Hospital di dapatkan penderita fluor albus sebesar


(21)

3

6,8% dari 5540 wanita yang mengunjungi departemen ginekologis pada rumah sakit tersebut, dengan etiologi penyebab Gardnerella vaginalis sebesar 28%, Candida albicans 12%, dan Trichomonas vaginalis 4%. Hasil penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di kabupaten Karawang pada 492 wanita berusia 15-50 tahun terdapat 28% subyek yang menderita fluor albus dengan etiologi penyebab Gardnerella vaginalis sebesar 51,4% dan Candida sebesar 4,7% (Ocviyanti, 2009).

Di Bali memiliki potensi penyakit IMS sangat tinggi, Karena Bali banyak lokalisasi illegal dan tempat hiburan malam. Bali juga merupakan kota pariwisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan asing sehingga Bali rentan terhadap penyakit IMS. Hingga bulan Juni 2011, Bali menempati posisi kelima secara Nasional dalam kasus penyakit IMS sejauh yang terpantau. Jumlah kasus penyakit IMS yang ada di Bali saat ini sebanyak 4464 kasus (Suprapta, 2011).

Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit pendidikan yang ada di kota Denpasar. Data yang terdapat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada periode tahun 2009 menunjukkan sebanyak 63 penderita fluor albus, tahun 2010 menunjukkan sebanyak 69 penderita fluor albus, dan pada periode tahun 2011 menunjukkan sebanyak 75 penderita fluor albus yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Terdapatnya peningkatan jumlah penderita inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dan membahas kasus tentang mikroorganisme penyebab fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.


(22)

4

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana mikroorganisme penyebab fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui mikroorganisme penyebab fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui jumlah penderita fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

2. Mengetahui distribusi usia penderita fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

3. Mengetahui jenis mikroorganisme penderita fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

4. Mengetahui deskripsi keluhan penderita fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

1. Memperluas wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang mikroorganisme penyebab fluor albus.

2. Memberikan masukan untuk pengembangan ilmu atau penelitian selanjutnya.


(23)

5

1.4.2 Manfaat Klinis

Memberikan informasi bagi tenaga medis mengenai mikroorganisme penyebab fluor albus.

1.4.3 Manfaat Masyarakat


(1)

xviii

Shazia AK, Amir F, Attaf S, Tanveer R 2009, „Evaluation of common organisme causing vaginal discharge, pp. 90-93.

Sianturi 2001, „Keputihan suatu kenyataan di balik suatu kemelut‟, Jakarta: FKUI, hal. 2-7.

Sjarifuddin, PK 2003, „Klinik dan penatalaksanaan vaginitis‟, diskusi ilmiah: Diagnosis dan penatalaksanaan Dermatomikosis dan Kandidiasis vaginal, Jakarta.

Soeprihatin, SD 2005, „Tinjauan etiologi keputihan dan pengobatannya‟, Seminar Pengobatan Rasional Keputihan, Jakarta.

Suprapta, Made 2011, „Data Kasus HIV & AIDS Provinsi Bali‟ (online) www.aidsindonesia.or.id diakses 10 Juli 2012.

Tjampakasari, CR 2006, „Karakteristik candida albicans‟, hal. 33-36.

Thulkar J, Kriplani A, Agarwal N 2010, „Aetiology and risk factors of recurrent vaginitis and its association with various contraceptive methods‟, pp. 83-87.

Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo 2006, ‟Radang dan beberapa penyakit lain pada alat genital wanita‟, dalam: Ilmu Kandungan, edisi kedua, cetakan ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo: Jakarta.

Williams 2006, Obstetri William, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, ed. 21, vol. 2.

Worlath, H 2001, „Analysis of bacterial vaginosis related amines in vaginal fluid by gas chromatography and mass spectrometry‟, J Clin Microbiol, pp. 402.


(2)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar bartholin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Flora normal pada vagina meliputi Lactobacillus acidophilus, Corinobacterium, Bacteriodes, Peptostreptococcus, Gardnerrella, Mobiluncus, Mycoplasma dan Candida sp (Sarwono, 2006).

Fluor Albus (leukorhoea / white discharge) adalah pengeluaran cairan dari alat genitalia yang tidak berupa darah, dan merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita pada masa reproduksi maupun menopause. Flour albus bukan merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita (Ramayanti, 2004). Fluor albus dapat dibedakan menjadi fisiologis dan patologis. Fluor Albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang dan hanya ditemukan pada daerah porsio vagina, sedangkan pada fluor albus patologis terdapat banyak leukosit dan sekret


(3)

2

patologis biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina (Shazia, 2009).

Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menarche, saat ovulasi, karena rangsangan seksual, penggunaan kontrasepsi jenis hormonal, kehamilan, menggunakan celana ketat / yang berbahan nilon, menggunakan bilasan vagina (Aulia,2001). Sedangkan fluor albus yang patologis diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi Neisseria Gonorrhoeae, Trichomonas vaginalis, Chlamydia trachomatis, Treponema pallidum, Candida albicans, Human papiloma virus, dan Herpes Genitalis (Koneman, 2002). Penularannya dapat terjadi melalui hubungan seksual (Hutabarat, 2004). Fluor albus juga dapat disebabkan oleh iritasi, neoplasma/keganasan, benda asing, radiasi, dan fisura.

Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trichomoniasis, Vaginosis bakterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab non infeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Chlamydia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab (Shazia, 2009).

Menurut Thulkar (2010) fluor albus terdapat pada 1-14% wanita pada usia reproduksi di seluruh dunia, sedangkan prevalensi fluor albus di India sebesar 30% dari seluruh wanita di negara tersebut. Hasil penelitian Shazia A Khan (2009) di Pakistan Railway Hospital di dapatkan penderita fluor albus sebesar


(4)

6,8% dari 5540 wanita yang mengunjungi departemen ginekologis pada rumah sakit tersebut, dengan etiologi penyebab Gardnerella vaginalis sebesar 28%, Candida albicans 12%, dan Trichomonas vaginalis 4%. Hasil penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di kabupaten Karawang pada 492 wanita berusia 15-50 tahun terdapat 28% subyek yang menderita fluor albus dengan etiologi penyebab Gardnerella vaginalis sebesar 51,4% dan Candida sebesar 4,7% (Ocviyanti, 2009).

Di Bali memiliki potensi penyakit IMS sangat tinggi, Karena Bali banyak lokalisasi illegal dan tempat hiburan malam. Bali juga merupakan kota pariwisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan asing sehingga Bali rentan terhadap penyakit IMS. Hingga bulan Juni 2011, Bali menempati posisi kelima secara Nasional dalam kasus penyakit IMS sejauh yang terpantau. Jumlah kasus penyakit IMS yang ada di Bali saat ini sebanyak 4464 kasus (Suprapta, 2011).

Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit pendidikan yang ada di kota Denpasar. Data yang terdapat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada periode tahun 2009 menunjukkan sebanyak 63 penderita fluor albus, tahun 2010 menunjukkan sebanyak 69 penderita fluor albus, dan pada periode tahun 2011 menunjukkan sebanyak 75 penderita fluor albus yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Terdapatnya peningkatan jumlah penderita inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dan membahas kasus tentang mikroorganisme penyebab fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.


(5)

4

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana mikroorganisme penyebab fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui mikroorganisme penyebab fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui jumlah penderita fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

2. Mengetahui distribusi usia penderita fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

3. Mengetahui jenis mikroorganisme penderita fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

4. Mengetahui deskripsi keluhan penderita fluor albus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

1. Memperluas wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang mikroorganisme penyebab fluor albus.

2. Memberikan masukan untuk pengembangan ilmu atau penelitian selanjutnya.


(6)

1.4.2 Manfaat Klinis

Memberikan informasi bagi tenaga medis mengenai mikroorganisme penyebab fluor albus.

1.4.3 Manfaat Masyarakat