STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR.

(1)

TESIS

STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

TESIS

STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

TESIS

STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

TESIS

STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH ENPASAR

I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI NIM 1391761016

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

TESIS

STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH ENPASAR

I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI NIM 1391761016

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

TESIS

STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH ENPASAR

I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI NIM 1391761016

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

STUDI TERHADAP MANAJEMEN ENERGI

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH

DENPASAR

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

dalam Program Studi Teknik Elektro pada Program Pascasarjana Universitas Udayana

I DEWA AYU PUTU WIDYA ARTATI NIM 1391761016

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(4)

Lembar Pengesahan

Tesis Ini Telah Disetujui Tanggal 7 Januari 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof.Ir. Rukmi Sari Hartati, MT., PhD I Nyoman Satya Kumara, S.T., M.Sc., PhD

NIP. 195308131979032001 NIP: 197002011997021002

Mengetahui Ketua Program Magister Teknik Elektro

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof.Ir. I. A. Dwi Giriantari, M.Eng,Sc., PhD Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)


(5)

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 7 Januari 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No : 0240/UN.14.4/HK/2016, Tanggal 7 Januari 2016

1. Ketua : Prof. Ir. Rukmi Sari Hartati, MT., PhD Anggota

2. I Nyoman Satya Kumara, ST., MSc., PhD 3. Prof.Ir. I. A. Dwi Giriantari, M.Eng,Sc., PhD 4. Wayan Gede Ariastina, S.T., M.Eng.Sc., PhD 5. Ir. Linawati, M.Eng Sc., PhD


(6)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : I Dewa Ayu Putu Widya Artati

NIM : 1391761016

Program Studi : Magister Teknik Elektro

Judul Tesis : Studi Terhadap Manajemen Energi Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat

Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI no. 17 tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 7 Januari 2016 Yang membuat pernyataan


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya/kurnia-Nya, Tesis yang berjudul STUDI TERHADAP

MANAJEMEN ENERGI DI RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR ini

dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Ir. Rukmi Sari Hartati, MT., PhD, pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian Tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak I Nyoman Satya Kumara, ST., MSc., PhD, Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika Sp.PD. KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof.Ir.Ngakan Putu Gede Suardana, MT., PhD, Dekan Fakultas Teknik Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada seluruh dosen yang mengajar di Program Magister Jurusan Teknik Elektro atas arahan ilmu dan solusi yang diberikan. Serta rekan-rekan kerja penulis di lingkungan Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada para penguji Tesis, yaitu Prof.Ir. I. A. Dwi Giriantari, M.Eng,Sc., PhD, Wayan Gede Ariastina, S.T., M.Eng.Sc., PhD


(8)

dan Ir. Linawati, M Eng.Sc., PhD, yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Direktur RSUP Sanglah dan jajarannya atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghormatan setinggi-tinginya kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ucapan terima kasih yang tulus kepada orangtua tersayang dan atas restu Beliau yang sudah tenang di sana. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada keluarga kecil tersayang, suami dan anak-ana, karena tanpa pengertian dan dukungannya, semua ini tidak terwujud. Tak lupa terimakasih penulis ucapkan pada rekan-rekan seperjuangan jurusan Manajemen Energi 2013 atas segala bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materiil,

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian Tesis ini.

Denpasar, Januari 2016 Penulis


(9)

ABSTRAK

RSUP Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit pemerintah terbesar di Bali yang telah terakreditasi Joint Commision International (JCI) dan menjadi rujukan nasional. Dalam menjalankan fungsinya sebagai layanan public, rumah sakit mengeluarkan biaya yang cukup tinggi.untuk tagihan listrik yaitu Rp. 7,348,275,430 sepanjang tahun 2013. Dengan menggunakan data histori rumah sakit, dilakukan audit energi awal dan didapatkan nilai IKE sebesar 272,44 kWH/m2/Thn. Kondisi Base case ini menjadi dasar dilakukannya studi terhadap pengelolaan energi eksisting untuk menentukan rekomendasi, prioritas dan kebijakan yang tepat.

Studi diawali dengan pola operasi peralatan di semua ruangan untuk menentukan komposisi komponen energi. Komponen energi terbesar adalah pengkondisian udara, sebesar 67%, disusul sistem pencahayaan (38%), alat kesehatan, elevator, Berdasarkan audit rinci dengan dasar pola operasi ini didapat nilai Indek Konsumsi Energi (IKE) sebesar 2,83 kWH/thn. Nilai ini berada pada rentang yang sama dengan IKE audit energi awal.

Dari hasil analisa pengelolaan energi eksisting, diketahui bahwa sebagian besar peralatan telah menggunakan teknologi hemat energi. Instalasi AC yang tidak sesuai aturan disebabkan kurangnya pengawasan dan konstruksi bangunan lama yang tidak dirancang dengan AC. Kerusakan AC dan lampu lebih sering terjadi di ruang perawatan yang dihuni oleh pasien dan keluarganya (80%).


(10)

ABSTRAK

Sanglah Hospital is the largest government hospital in Bali accredited Joint Commission International (JCI) and become a national reference. In carrying out its function as a public service, the hospital issued a considerable cost high.For electricity bills, Rp. 7,348,275,430 during the year 2013. Using historical data the hospital, performed the initial energy audit and obtained IKE value of 272.44 kWh / m2 / yr. Conditions "Base case" became the basis for the study of existing energy management to determine recommendations and policy priorities right. The study begins with the pattern of all the equipment in the unit to determine the composition of the energy component. The energy comsumption of the air conditioning, at 67%, followed by the lighting system (38%), medical equipment, elevators, Based on a detailed audit on the basis of this operation pattern obtained values Energy Consumption Index (IKE) of 2.83 kWh / yr. This value is in the same range with IKE initial energy audit.

From the analysis of existing energy management, it is known that most of the equipment have been using energy-saving technologies. Installing air conditioner installed is not according to the rules due to the lack of supervision and construction of old buildings that were not designed with air-conditioning. Damage to the AC and lights are more common in the treatment room that is occupied by patients and their families (80%).


(11)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PRASYARAT GELAR...ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI...iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v

UCAPAN TERIMAKASIH...vi

ABSTRAK DAN RINGKASAN...viii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR...xiv

DAFTAR SINGKATAN... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Manfaat Penelitian... 8

1.5 Batasan Masalah ... .8

1.6 Sistematika Penulisan...9

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of the Art ... 10

2.2 Manajemen Energi ...13

2.2.1. Prinsip-prinsip umum manajemen energi ...14

2.2.2. Perencanaan program manajemen energi 16 2.2.3. Langkah-langkah manajemen energi 18

2.3 Intensitas Komsumsi Energi (IKE ...19

2.4 Audit Energi...20

2.4.1 Audit energi awal ...20


(12)

2.5. Bangunan Hemat Energi ..23

2.6. Tingkat Kenyamanan 24

2.7 Rumah Sakit ...26

2.8. Sistem Kelistrikan Rumah Sakit

2.9 Sistem Pencahayaan Rumah Sakit 34

2.10 Sistem tata Udara Rumah Sakit ..36

BAB III : METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian 38

3.2 Jenis dan Sumber data ... 38

3.2.1 Sumber Data ... 38

3.2.2 Jenis Data ...38

3.3 Metode Pengumpulan Data 38

3.4. Langkah-langkah penelitian ....39

3.5 Diagram Alur Penelitian .40

BAB IV : PEMBAHASAN ... 4.1 Profil Umum RSUP Sanglah ...42

4.2. Komposisi Bangunan RSUP Sanglah ..43

4.3. Data Kunjungan Pasien 48

4.4. Belanja Energi RSUP Sanglah .50

4.5 Audit Energi Awal .51

4.5.2 Data Historis Kelistrikan .. ..51

4.5.2. Perhitungan IKE Audit Energi Awal .53

4.6. Audit Energi Rinci 54

4.6.1 Sistem Kelistrikan ..54

4.6.2 Peralatan Listrik RSUP Sanglah ...57 4.6.3 Komposisi Komponen Energi ...72 4.6.4 Perhitungan IKE Audit Energi Rinci ...74 4.7 Analisa Audit Energi ...74


(13)

4.7.4 Pemeliharaan ...79

4.7.5 Perilaku .79

4.8 Pengelolaan energi Eksisting di RSUP Sanglah Denpasar ..79

4.8.1 Pengkondisian udara ...80

4.8.2 Sistem pencahayann ...82

4.8.3 Peralatan Kesehatan ...87

4.9 Analisa Pengelolaan Energi Eksisting di RSUP Sanglah ..89

4.9.1 Pengkondisian Udara ...89

4.9.2 Sistem Pencahayaan ...94

4.9.3 Peralatan Kesehatan ...95

4. 10 Rekomendasi Pengelolaan Energi ...95

4.10.1 Rekomendasi Pengkondisian Udara ...96

4.10.2 Rekomendasi Sistem pencahayaan ...97

4.10.3 Rekomendasi Pengelolaan peralatan listrik...98

BAB V: PENUTUP 5.1 Simpulan... 105

5.2 Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penyediaan Daya Listrik RS... 30

Gambar 2.2 Sistem Radial... 31

Gambar 2.3 Sistem Loop/Ring... 33

Gambar 2.4 Sistem Spindel... 34

Gambar 3.1 Diagram Alur Analisis... 41

Gambar 4.1 Denah RSUP Sanglah... 44

Gambar 4.2 Pie Chart Komposisi Bangunan... 47

Gambar 4.3 Kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan tahun 2013... 48

Gambar 4.4 Pie chartbelanja energi RSUP Sanglah tahun 2013... 52

Gambar 4.5 Grafik Konsumsi energi litrik RSUP Sanglah tahun 2013... 53

Gambar 4.6 Single linediagram sistem kelistrikan RSUP Sanglah ... 57

Gambar 4.7 Pie chartkomposisi konsumsi energi peralatan... 74

Gambar 4.8 PemasanganOutdooryang tidak sesuai standar ... 76

Gambar 4.9 Standar Pemasangan Outdoor dan Indoor ... 77

Gambar 4.10 Pemasangan outdoor yang terpapar matahari... 78

Gambar 4.11. Instalasi saluran pembuangan AC ... 79

Gambar 4.12 Standar refrigerant piping... 79

Gambar 4.13 Lampu TL yang terpasang di koridor... 81

Gambar 4.14 Pemasangan outdoor di posisi yang sulit dicapai oleh teknisi ... 82

Gambar 4.15 Pencahayaan tambahan dengan pengendali manual... 83

Gambar 4.16 Pencahayaan umum... 83

Gambar 4.17 Pencahayaan di ruang operasi ... 84

Gambar 4.18 Pencahayaan umum ruang rawat inap ... 84

Gambar 4.19 Kartu pemeliharaan rutin panel listrik... 87


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Pencahayaan... 35

Tabel 2.2 Intensitas Cahaya Rumah Sakit... 35

Tabel 2.3 Indeks angka kuman menurut fungsi ruang atau unit ... 37

Tabel 4.1 Luas arearoom... 45

Tabel 4.2 Luas areanon room... 46

Tabel 4.3 Luas Fasilitas Lain ... 47

Tabel 4.4 Komposisi Bangunan RSUP Sanglah ... 47

Tabel 4.5 Jumlah Kunjungan Pasien Tahun 2013... 48

Tabel 4.6 Tingkat hunian RSUP Sanglah tahun 2013... 49

Tabel 4.7 Belanja energi RSUP Sanglah tahun 2013... 51

Tabel 4.8 Pemakaian energi dan biaya tagihan listrik tahun 2013... 53

Tabel 4.9 Nama ruangan dalam pembagian wilayah distribusi AC... 59

Tabel 4.10 Inventarisasi AC berdasarkan tipe... 59

Tabel 4.11 Inventarisasi AC berdasarkan merk ... 60

Tabel 4.12 Rekapitulasi titik lampu di RSUP Sanglah Denpasar ... 60

Tabel 4.13 JumlahLiftdi RSUP Sanglah... 62

Tabel 4.14 Jumlah water heater di RSUP Sanglah... 63

Tabel. 4.15 Jumlah pompa air terpasang di lingkungan RSUP Sanglah... 64

Tabel 4.16 Jumlah dan lokasi peralatan Binatu, Dapur dan R. Steril... 65

Tabel 4.17 Utilitas di RSUP Sanglah ... 65

Tabel 4.18 Konsumsi energi sistem pengkondisian udara ... 67

Tabel 4.19 Konsumsi energi sistem pencahayaan... 68

Tabel 4.20 Rekapitulasi komsumsi energi peralatan kedokteran... 69

Tabel 4.21 Konsumsi energi Lift selama 1 bulan... 70

Tabel 4.22 Konsumsi energiwater heaterper bulan ... 71

Tabel 4.23 Konsumsi energi pompa air selama 1 bulan... 72

Tabel 4.24 Konsumsi energi peralatan sterilisasi, Kitchen dan Laundry... 73


(16)

Tabel 4.26 Rekapitulasi jenis peralatan dan konsumsi energi listrik

sebulan... 74

Tabel 4.27 Persentase Pemeliharaan AC tahun 2013... 86

Tabel 4.28 Laporan kerusakan AC... 88

Tabel 4.29 Jumlah penggantian lampu... 88

Tabel 4.30 (a) Spesifikasi AC terpasang di Ruang Flamboyan ... 91

Tabel 4.30 (b) Spesifikasi AC terpasang di Ruang Cempaka ... 92

Tabel 4.30 (c) Spesifikasi AC terpasang di Ruang Anggrek ... 93

Tabel 4.31 Rekomendasi pengelolaan energi untuk system pengkondisian udara... 103

Tabel 4.32 Rekomendasi pengelolaan energi untuk system pencahayaan... 104


(17)

DAFTAR SINGKATAN

IKE : Indeks Konsumsi Energi

PHE : Peluang hemat Energi

BTU : British Thermal Unit

KVA : Kilo Voltage Ampere

KWH : Kilo Watt Hour

BOR : Bed Occupancy Rate

LHE : Lampu Hemat Energi

EER : Energi Efficiency Ratio

COP : Coeffisien Of Performance

CCTV ; Close Circuit Television

SPO : Standar Prosedur Operasional PLN : Perusahaan Listrik Negara

AC : Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

JCI : Joint Commision Acreditation

ICU : Intensive Care Unit

NICU : Neonatal Intensive Care Unit IBS : Instalasi Bedah Sentral PJT : Pelayanan jantung Terpadu

IPGPS : Instalasi Pemeliharaan Gedung Prasarana dan Sarana

TL : Tubular lamp

PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum JKN : Jaminan Kesehatan nasional


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rekapitulasi Konsumsi energi AC

2. Rekapitulasi Konsumsi energi Perlatan kesehatan 3. Rekapitulasi konsumsi energi pencahayaan


(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

.

Latar belakang

Energi adalah salah satu kebutuhan manusia di jaman modern yang sangat utama. Perkembangan teknologi dengan tujuan memudahkan semua aktifitas dan kegiatan manusia telah menimbulkan ketergantungan yang cukup tinggi terhadap energi. Kebutuhan energi di suatu negara akan meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk.. Di Indonesia, dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,4% setiap tahun.(www.kabarenergi.com) menghasilkan pertumbuhan konsumsi energi 7 % per tahun. Angka tersebut berada di atas pertumbuhan konsumsi energi dunia yaitu 2,6 % per tahun. (Gita, 2013).

Konsumsi energi Indonesia yang cukup tinggi disebabkan oleh pola konsumsi yang tidak terkendali dan berlebihan. Hal ini ditunjukkan dari nilai intensitas dan elastisitas energi, yang cukup tinggi. Kedua parameter ini dipakai untuk mengukur pemborosan energi di suatu negara. Elastisitas adalah perbandingan pertumbuhan konsumsi energi dengan pertumbuhan ekonomi, sedangkan intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi di suatu negara dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Indonesia berada pada nilai 400 yaitu 4 kali lebih boros daripada Jepang dengan intensitas energinya 100. Negara-negara Amerika Utara 200 dan Negara Thailand 350. (Kusuma, 2012). Dengan pola konsumsi yang boros dan


(20)

2

pertumbuhan penduduk yang tidak terbendung, menimbulkan kebutuhan energi yang terus meningkat. Dari total kebutuhan energi di Indonesia, hampir 95% dipenuhi dari bahan bakar fosil dan 50%-nya merupakan bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan dalam sektor industri (bahan bakar mesin), transportasi (bensin, solar dan avtur) dan rumah tangga (minyak tanah). Bahan bakar fosil adalah sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara, petroleum, dan gas alam. Dalam pemanfaatannya sebagai sumber energi listrik, bahan bakar fosil digunakan untuk menggerakkan turbin melalui proses pembakaran. Pembakaran ini akan menghasilkan karbon dioksida yang merupakan salah satu gas rumah kaca penyebab terjadinya pemanasan global. (www.wikipedia.com). Berbeda halnya dengan energi fosil yang tidak bisa diperbaharui dan jumlahnya terbatas, energi non fosil adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara alami, prosesnya berkelanjutan sehingga ketersediaannya menjadi tidak terbatas. Contohnya adalah air, matahari dan angin.

Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat dilakukan eksploitasi sumber energi fosil secara besar-besaran, namun dengan potensi cadangan energi fosil yang terbatas dan tingkat pencarian yang sangat sulit, hasil yang didapat tidak optimal. Realisasi lifting tahun 2013 yang ditargetkan sebesar 840 ribu bph hanya dapat direalisasi 826 ribu bph. (Wangi, 2013). Saat ini, Indonesia hanya memiliki cadangan minyak 3,7 miliar barel atau 0,3% dari cadangan dunia. (Gita, 2013). Dengan jumlah yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui, diperkirakan


(21)

3

minyak bumi hanya mampu bertahan 20 tahun mendatang sedangkan gas bumi masih dapat bertahan hingga 70 tahun. (www.esdm.go.id).

Berbagai permasalahan terkait bahan bakar fosil ini akan bermuara pada kondisi dimana produksi minyak nasional tidak mampu memenuhi permintaan sehingga pemerintah mengambil berbagai kebijakan demi terjaminnya stabilitas sosial dan ekonomi, diantaranya adalah pemberian subsidi dan import migas. Harga minyak dunia yang cukup tinggi dan bersifat fluktuatif serta terpuruknya nilai rupiah membuat perekonomian negara mengalami defisit karena subsidi yang membengkak setiap tahun. Pada tahun 2012 realisasi subsidi adalah sebesar Rp. 64,97 trilyun dan meningkat sekitar 17% pada tahun 2013 menjadi Rp. 78,63 trilyun (www.pln.co.id/sulselrabar, 2014).

Sebagai salah satu kota tujuan wisata di Indonesia, perkembangan sosial ekonomi di Pulau Bali berkembang sangat pesat. Banyaknya fasilitas hiburan, hotel, villa rumah sakit dan event-event internasional yang diselenggarakan di Bali, menjadikan Bali menempati urutan tertinggi dalam konsumsi energi diantara system kelistrikan Jawa dan Bali (www.liputan6.com, 2014). Beban listrik di Bali saat ini cukup tinggi, beban puncak tahun 2014 mencapai 759.5 MW yang dipasok dari tiga pembangkit utama yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gilimanuk yang berkapasitas 130 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pemaron dengan kapasitas sebesar 215 MW, Pesanggaran yang berkapasitas 250.5 MW serta pasokan listrik dari Jawa melalui dua kabel laut yang berkapasitas 200 MW (PLN Bali, 2014).


(22)

4

Semua pembangkit listrik di Bali menggunakan BBM dengan konsumsi per tahun mencapai Rp.8 trilyun atau sekitar 2,5 juta liter solar perhari (www.balibisnis.com) dan konsumsi minyak di Bali per Juni 2014 mencapai 1,2 juta kiloliter (Wicaksono, 2014). Kenyataan ini memperlihatkan bahwa Bali sebagai penyumbang devisa negara dalam sektor pariwisata ternyata membebani pemerintah dengan subsidi BBM yang cukup tinggi.

Dari hasil studi Balifokus bersama P2PL Kementerian Kesehatan dan WHO pada tahun 2010 terhadap 6 rumah sakit di 3 kota besar yaitu Bandung, Medan dan Makasar menunjukkan bahwa pemakaian air di rumah sakit bervariasi dari 200 sampai 950 m3 per tempat tidur. Angka ini jauh lebih besar daripada pemakaian di hotel berbintang. Pengeluaran listrik pun bervariasi yaitu antara Rp.86.000 sampai Rp.380.000 per tempat tidur. (www.balifokus.com). Untuk mengetahui konsumsi energi suatu gedung atau bangunan, digunakan nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi) yang telah diterapkan di berbagai negara (ASEAN, APEC) dinyatakan dengan kWH/m2 pertahun. Untuk bangunan rumah sakit, nilai IKE yang ditetapkan adalah 380 kWH/m2/tahun.

RSUP Sanglah adalah salah satu rumah sakit pemerintah terbesar di Bali dengan 740 tempat tidur yang diresmikan pada tahun 1959. Pada tahun 1962, RSUP Sanglah menjadi rumah sakit pendidikan yang bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Tahun 1978 menjadi rumah sakit pendidikan tipe B dan rujukan utama untuk wilayah Bali, NTB, NTT dan Timor-Timur. Tahun 1994,


(23)

5

RSUP Sanglah menjadi rumah sakit unit swadana dan tahun 2000, pemerintah kembali mengubah status RSUP Sanglah menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN). Pada tanggal 11 Agustus 2005, bersama 13 rumah sakit eks Perjan, RSUP Sanglah diubah menjadi Badan Layanan Umum (PPK-BLU) dan menjadi UPT Depkes. Pada bulan Desember 2005, RSUP Sanglah ditingkatkan statusnya dari rumah sakit kelas B menjadi rumah sakit kelas A dan selanjutnya tahun 2011, RS Sanglah ditetapkan menjadi Rumah Sakit Pendidikan Utama. Usaha RSUP Sanglah untuk meningkatkan mutu pelayanan tidak berhenti sampai disitu, setelah melalui perjuangan dan usaha yang cukup panjang, akhirnya pada tanggal 24 April 2013, RSUP Sanglah memperoleh akreditasi dari Joint Commision International (JCI) yaitu lembaga akreditasi internasional yang berbasis di Singapura. Akreditasi standar RS dari The Joint Commision International ini bermaksud melakukan stimulasi yang berkelanjutan, sistematis dan peningkatan secara luas (internasional) dalam performa keseharian dan berujung pelayanan terbaik pada pasien. Berdasarkan hal tersebut diatas maka dengan Permenkes 659/MENKES/PER/VIII/2009, RSUP Sanglah dicanangkan menjadi rumah sakit Indonesia berstandar kelas dunia pada tahun 2014. RSUP Sanglah ini berdiri di atas tanah seluas 13,5 Ha dengan luas bangunan 55.192,65 m2 dan luas fasilitas lain sebesar: 69.925,80 m2.Beberapa unit pelayanan beroperasi selama 24 jam perhari dan 7 hari dalam seminggu yaitu Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan penunjang, Pelayanan Rawat Inap, CSSD, Gizi, ICU dan


(24)

6

IPGPS, sedangkan Pelayanan Rawat Jalan dan seluruh administrasi perkantoran beroperasional pada hari kerja dari pukul 07.00 s/d 14.00 wita.

Dari segi kelistrikan, RSUP Sanglahmendapat supply dari PLN berupa trafo tegangan menengah sebesar 2.300 KVA, ditambah genset dengan kapasitas 1.815 KVA. Sumber Air bersih didapat dari PDAM di 5 titik, sumur bor 3 buah dan dilengkapi 4 buah reservoir. Terdapat 2 sumber gas medis yaitu di IRD dan Wing Internasional. RS mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam pemakaian energi listrik, yaitu sebesar Rp.7.348.275.430 selama tahun 2013 dan merupakan pengeluaran terbesar dibandingkan biaya air dan telepon.

Besarnya biaya energi listrik tersebut, merupakan tantangan bagi manajemen RSUP Sanglah karena pada awal tahun 2014 telah diberlakukan sistem JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di seluruh Indonesia. Dengan sistem ini, setiap penduduk yang datang ke rumah sakit untuk berobat akan dibayar oleh negara dengan harga tertentu per tindakan. Sebagai contoh untuk suatu tindakan operasi, akan dibiayai Rp.5000,- sehingga apabila rumah sakit tidak bisa melakukan efisiensi, dapat dipastikan rumah sakit akan merugi. Untuk itu setiap rumah sakit harus menerapkan sistem kendali mutu dan kendali biaya dengan cara mengelola sumber daya baik sumber daya manusia, material, peralatan, teknologi dan keuangan secara tepat, efektif,dan efisien.. Terkait biaya energi listrik RSUP Sanglah yang tinggi, perlu dilakukan penelitian memungkinkan dilakukan efisiensi penggunaan energi. Mengingat fungsi rumah sakit sebagai layanan public, maka seluruh kebijakan terkait


(25)

7

penghematan pemakaian listrik harus dilakukan secara bijaksana dalam artian tidak mengurangi aktifitas rumah sakit dan kenyamanan bagi pasien, penunggu dan karyawan.

Pada dasarnya seluruh kegiatan yang terkait efisensi dan penghematan energi dalam suatu instansi pemerintahan telah dimunculkan dalam beberapa peraturan pemerintah, seperti dalam PP no 23 tentang Badan Layanan Umum (BLU) dan Peraturan Menteri Dalam negeri no 61 tahun 2007 tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) menuntut rumah sakit berbenah dari segi keuangan, Instruksi Presiden (INPRES) no 10 tahun 2005 tentang penghematan energi di Instansi perkantoran, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah, peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia nomor 14 tahun 2012 tentang Manajemen Energi, yang mengatur tentang penghematan energi melalui system tata udara, system tata cahaya, peralatan pendukung, proses produksi dan peralatan pemanfaat energi.

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam usulan penelitian tesis ini akan dilakukan studi terhadap pengelolaan energi di RSUP Sanglah Denpasar melalui proses audit energi untuk mengetahui Intensitas Konsumsi Energi Listrik (IKE) dan pemantauan terhadap pengelolaan energi di RS. Nilai IKE ini akan memberikan informasi tentang profil dan tingkat efisensi konsumsi energi. Dengan dasar ini dapat ditentukan Peluang Hemat Energi (PHE) yang dapat direkomendasikan kepada


(26)

8

pihak manajemen RS Sanglah untuk merencanakan dan melaksanakan program pengelolaan energi yg efektif dan efisien.

1.2. Rumusan permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana tingkat konsumsi energi di RSUP Sanglah Denpasar ? 2. Bagaimana pengelolaan energi eksisting di RSUP Sanglah Denpasar? 3. Bagaimana model pengelolaan energi yang baik (efektif dan efisien) di

RSUP Sanglah Denpasar?

1.3.Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat konsumsi energi di RSUP Sanglah 2. Untuk mengetahui pengelolaan energi eksisting di RSUP Sanglah 3. Untuk mengetahui model pengelolaan energi yang baik di RSUP

Sanglah

1.4. Manfaat Penelitian


(27)

9

2. Dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan terkait pengelolaan energi secara bijaksana dan bertanggungjawab tanpa mengurangi kualitas pelayanan.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Dalam penelitian tugas akhir ini akan dibatasi pembahasannya pada masalah sebagai berikut :

1. Energi yang akan dibahas adalah energi listrik di RSUP Sanglah, 2. Pelaksanaan Audit mengacu pada SNI 03-6196-2000 tentang prosedur

Audit Energi Pada Bangunan Gedung dan Pedoman teknis system tata udara rumah sakit

3. Analisa PHE dan rekomendasi hanya sebatas usulan, tidak sampai pada implementasi.

1.6.Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup dan batasan masalah serta sistematika pembahasan.


(28)

10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Meliputi: teori-teori tentang audit energi, perhitungan IKE dan kebijakan manajemen rumah sakit yang menunjang usulan tugas akhir ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Meliputi: tempat dan waktu penelitian, sumber data, jenis data dan analisis data. Hasil dari audit energi ini akan digunakan oleh pihak manajemen rumah sakit mengambil kebijakan untuk konservasi dan efisiensi energi

BAB IV : PEMBAHASAN

Berisikan pembahasan dan análisis terhadap masalah yang telah dirumuskan, mulai dari gambaran umum objek penelitian, análisis konsumsi energi listrik serta análisis pengelolaan energi listrik pada RSUP Sanglah Denpasar


(29)

✁ ✂✂

✄ ✂☎ ✆ ✁✝ ✁☎✞ ✝✟ ✄✁✠ ✁

✡☛☞✟tate of The Art Review

✌✍ ✎✏✑ ✍ ✒✓✍ ✔ ✓✕ ✔ ✎✏ ✑✍ ✒✓ ✒✖✕✑ ✖ ✎✗✔ ✘ ✙✔ ✚✑ ✍ ✙ ✎✏ ✔ ✘ ✏✑ ✛✔ ✚✎ ✚✔✓ ✜✛ ✒ ✘ ✢ ✒✢ ✒✖✔ ✣✔ ✣ ✒✓ ✒✛ ✑ ✍✑ ✏ ✑✔ ✓✍ ✔ ✖✔✓✔ ✤y ✥ ✎✙ ✎✦ ✧★✩ ✪★ ✫ ✬ ✎✏✑ ✍ ✭ ✓ ✒✖✕✑ ✮ ✌✯ ✰ ✯✛ ✑ ✓ ✱ ✲✔ ✙✑ ✛ ✔ ✎✏✑ ✍ ✏✑ ✖ ✎✗✔ ✘ ✙ ✔ ✚✑ ✍✑ ✓✑ ✗ ✒✓✎✓✳ ✎✚✚✔ ✓✣✒✍ ✔ ✚✜✓ ✙ ✎✗✙✑ ✙ ✒✢✔ ✕✔ ✑ ✢ ✒✖✑ ✚✎✍ ✴ ✣ ✒✓ ✕ ✚✜✓✏✑ ✙ ✑✔ ✓ ✎✏✔ ✖✔✙ ✒✢ ✒✙ ✔✖

✵✩ ✶ ✤✣ ✒✖✔ ✛ ✔ ✍✔ ✓ ✗ ✒✏✑ ✙ ✏✔ ✓ ✣ ✒✖ ✚✔ ✓✍ ✜✖✔ ✓ ✪✷✶✤ ✣ ✒✓✒✖✔ ✓ ✕✔✓ ✪✵✶✤ ✛ ✑ ✦✍ ✸✶ ✏✔ ✓ ✛ ✔ ✑✓ ✓✔y ✹✶✱ ✺ ✒✖✏ ✔✙ ✔ ✖ ✚✔ ✓ ✘✔ ✙✑ ✛ ✔ ✎✏✑ ✍ ✒✓ ✒✖✕✑ ✍ ✒✖✙✒✢ ✎✍ ✤ ✏✑ ✏✔ ✣✔ ✍ ✖ ✒ ✚✜✗✒✓✏ ✔✙ ✑ ✔ ✻✔ ✛ ✎✓ ✍ ✎✚

✗ ✒✛✔ ✚✎ ✚✔ ✓ ✣ ✒✓✕ ✘✒✗✔✍ ✔ ✓ ✒✓ ✒✖✕✑ ✏✔ ✛ ✔ ✗ ✣ ✒✓ ✕ ✚✜✓✏✑ ✙✑ ✔ ✓ ✎✏✔ ✖✔ ✱ ✥ ✜✕✔ ✼✖✑ ✗✔ ✙ ✍ ✘✔ ✧★✩✪★ ✫✤ ✼✜✍ ✒✓✙✑ ✣ ✒✓✕ ✘✒✗✔ ✍✔ ✓ ✭ ✓ ✒✖✕✑ ✽ ✔ ✗✣ ✎ ✤ ✬ ✾✏✔ ✓ ✿✓✙✍ ✔ ✛ ✔✙ ✑ ✽✑ ✙✍ ✖✑ ✚ ✮ ✎✗✔ ✘ ✌✔ ✚✑ ✍

✯ ✗ ✎✗ ✰✔ ✒✖✔ ✘ ✺✔ ✓✎✗✔ ✙y ✤ ✣ ✒✓ ✒✛ ✑✍ ✑ ✔ ✓ ✑ ✓✑ ✣✔ ✏✔ ✔ ✚✘✑ ✖✓✔y ✗ ✒✓✕ ✘✔✙ ✑ ✛ ✚✔✓ ✢ ✒✢ ✒✖✔ ✣✔ ✖ ✒ ✚✜✗ ✒✓✏✔ ✙✑ ✣ ✒✛ ✎✔ ✓✕ ✘✒✗✔✍ ✒✓ ✒✖ ✕✑ ✔ ✑✍ ✎y ✗ ✒✓ ✕✕✔✓ ✍✑ ✢✔ ✛ ✛ ✔✙ ✍ ✚✜✓❀ ✒✓✙✑ ✜✓ ✔✛ ✏ ✒✓✕✔ ✓ ✢✔ ✛ ✛ ✔✙ ✍ ✒✛ ✒ ✚✍✖ ✜✓✑ ✚✤ ✗ ✒✓ ✕✕✔ ✓✍✑ ✕✔ ✙ ❁✖ ✒ ✜✓ ✏ ✒✓✕ ✔✓ ✕✔ ✙ ✘✑✏✖ ✜ ✚✔ ✖✢ ✜✓ ✣✔ ✏✔ ✬✾ ✏✔ ✓

✗ ✒✛✔ ✚✎ ✚✔ ✓ ✙ ✜✙ ✑ ✔✛ ✑ ✙✔ ✙✑ ✙ ✑ ✚✔ ✣ ✘ ✒✗✔ ✍ ✱ ✼ ✒✓ ✒✛ ✑ ✍ ✑ ✔✓ ✙✒✳ ✒✓✑ ✙ ✔ ✓ ✕y ✏✑ ✚✒✗✢ ✔✓ ✕ ✚✔ ✓ ✏ ✒✓✕✔ ✓ ✗ ✒✓✕✕ ✎✓ ✔ ✚✔✓ ✙ ✎✔ ✍ ✎ ✗ ✒✍ ✜✏ ✒ ✣ ✒✖✔ ✓✕ ✚✑ ✓✕✔ ✓ ✏✔ ✛ ✔ ✗ ✗ ✒✓ ✒✓✍ ✎✚✔ ✓ ✍ ✑ ✓✏✔ ✚✔ ✓ ✒✦✑ ✑ ✙ ✒✓✙ ✑

✏✑ ✛ ✔ ✚✎✚✔ ✓ ✜✛ ✒ ✘ ✮✑zkani Thoriq (2012), Audit Energi dengan Pendekatan Metode MCDM-PROMETHEE untuk Konservasi serta Efisiensi Listrik di Rumah Sakit Haji Surabaya. Dari hasil audit energi didapat nilai IKE sebesar 176,48 kwh/m2//tahun ,

termasuk dalam kategori cukup efisien. Berdasarkan hasil audit tersebut, didapatkan beberapa rekomendasi untuk tindakan efisensi yaitu: (1) perubahan SOP fasilitas


(30)

12

hemat energi (4) pelatihan dan pengembangan SDM. Dari keempat alternatif tersebut dipilih alternatif terbaik menggunakan metode MCDM. Metode PROMETHEE merupakan metode yang paling cocok untuk kasus ini karena dapat merangkingkan alternatif sesuai dengan kriteria yang didapat. Terdapat 8 (delapan) kriteria yang mempengaruhi pemilihan alternatif, dimana setiap kriteria terlebih dahulu dihitung bobotnya menggunakan metode ANP. Dari hasil perangkingan, diketahui alternatif penghematan yang direkomendasikan pada RSU Haji Surabya adalah perubahan SOP fasilitas rumah sakit. Penelitian sejenis dilakukan oleh Weda Setyawan (2012), Manajemen Energi di Rumah Sakit Surya Husada Denpasar, melakukan audit pada salah satu rumah sakit swasta di Bali, didapatkan nilai IKE sebesar 245,40 kWh/m2 per tahun. Konservasi energi ditekankan pada AC dan

lampu. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa rumah sakit belum memiliki acuan untuk menyusun suatu rancangan manajemen energi, sehingga perlu dilakukan pemetaan terhadap kebijakan dan sistem, organisasi, motivasi,sistem informasi,promosi dan investasi. Dari hasil matrik manajemen energi didapatkan hasil bahwa manajemen energi di Rumah Sakit Surya Husada belum dikelola dengan baik, namun dalam hal teknologi dan sistem pemeliharaan AC dan lampu sudah terkelola dengan baik, bahkan dapat dijadikanbest practice

Penelitian tentang usaha untuk melakukan efisiensi energi di rumah sakit juga telah dilakukan terhadap beberapa rumah sakit dan sekolah di Serbia. Stankovic, dkk (2009), Evaluation of Energi Eficiency Measures Applied in Public


(31)

13

energi ini ada pada peningkatkan kinerja pengatur suhu ruang, mengganti jendela dan pintu, memperbaiki instalasi di atap dan dinding, instalasi pompa dan pipa pengatur aliran panas, hingga penggantian radiator. Seluruh RS yang dijadikan sample penelitian menerapkan lebih dari dua kombinasi upaya untuk meningkatkan efisiensi energi, namun yang paling banyak dilakukan adalah penggantian jendela. Pengukuran dilakukan selama dua bulan dan data yang diperoleh diekstrapolasi untuk mendapatkan gambaran selama setahun penggunaan energi. Hasil yang diperoleh adalah bahwa setelah adanya intervensi, terjadi penurunan penggunaan energi sebesar rata-rata 40% dari sebelumnya. Penurunan konsumsi energi di RS jauh lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi di sekolah-sekolah, yaitu berkurang dari rata-rata 339 kWh/m2 menjadi 205 kWh/m2. Hal ini disebabkan karena rumah

sakit beroperasi selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu sedangkan sekolah hanya beroperasi selama 8 jam perhari dan 5 hari seminggu, sehingga efiisensi yang dilakukan di sekolah tidak terlalu menghasilkan perubahan yang signifikan. Dibandingkannya sekolah dan rumah sakit karena peneliti berasumsi bahwa rumah sakit dan sekolah sama-sama merupakan fasilitas umum dan tersebar di seluruh wilayah . Ada empat RS yang menunjukkan penurunan inefisiensi energi yang sangat signifikan (45%-55%), dan penurunan terendah ditunjukkan oleh satu RS (17%). Perbedaan utama terletak pada penggunaan pompa pada empat RS namun tidak digunakan pada satu RS yang konsumsi energinya hanya menurun 17 %. Perlu penelitian lebih lanjut apakah menggunakan atau tidak menggunakan pompa berpengaruh pada tingkat penurunan inefisiensi energi yang bisa dihasilkan.


(32)

14

❂❃❂. Manajemen Energi

Manajemen energi adalah program terpadu yang direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis untuk memanfaatkan sumber daya dan energi secara efektif dan efisien dengan melakukan perencanaan, pencatatan, pengawasan dan evaluasi secara kontinu tanpa mengurangi kualitas produksi/pelayanan. Awal mula manajemen energi adalah menyelaraskan strategi perusahaan dengan penerapan manajemen energi (wikipedia.org/wiki/manajemen energi) dengan demikian seluruh karyawan akan dapat berkomitmen terhadap penghematan energi di perusahaan.

Pendekatan secara sistematis dan terstruktur terhadap manajemen energi sangat dibutuhkan dalam usaha mengidentifikasikan dan merealisasikan potensi penghematan yang ada. Manajemen Energi memberikan manfaat pada perusahaan atau organisasi melalui:

1. Penurunan biaya operasi. 2. Peningkatan keuntungan.

3. Meminimumkan pengaruh❄ ❅❆❇❈ ❉❊ ❇❇❋ ●❍■

4. Peningkatan potensi untuk kesinambungan pertumbuhan pasar.

5. Pemberian dasar pertimbangan dalam usaha memodernisasikan perusahaan atau organisasi.

Tujuan yang diinginkan dari suatu proses manajemen energi meliputi (Capehart, B, et al 2006) :


(33)

15

1. Meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi penggunaan energi, khususnya pengurangan biaya.

2. Menanamkan suatu pemikiran yang peduli terhadap persoalan energi. 3. Melakukan suatu proses ❏❑ ▲▼ ◆❑❖ ▼ ▲P◗ ❖ ❘ ❙❑❖◆ ▼ ▲P◗ dan strategi

manajemen yang efektif untuk mendukung kebijakan penggunaan energi.

4. Menemukan cara baru yang lebih baik agar bisa lebih meningkatkan manfaat dari investasi energi yang dilakukan melalui penelitian dan pengembangan.

5. Mengembangkan ketertarikan dan dedikasi pada program manajemen energi pada seluruh karyawan.

6. Mengurangi dampak dari gangguan-gangguan pada proses suplai energi.

Secara umum, ada dua alasan utama yang mendorong dilaksanakannya program manajemen energi, yaitu (Capehart, B, et al 2006) :

1. Faktor ekonomi

Program manajemen energi dapat menekan biaya dan meningkatkan keuntungan finansial.

2. Kepentingan nasional

Dalam sudut pandang yang lebih luas program manajemen energi bisa memberikan pengaruh yang baik bagi perekonomian nasional. Manajemen energi yang baik dapat menghindarkan kita dari suatu


(34)

16

kondisi krisis energi. Selain itu program manajemen energi juga bisa memberikan dampak yang positif bagi lingkungan untuk generasi yang akan datang.

❚❯❚ ❯❱❲❳insip-prinsip umum manajemen energi

Identifikasi prinsip-prinsip dasar manajemen energi adalah suatu hal yang sangat luas jangkauannya karena dengan prinsip-prinsip dasar ini akan sangat membantu dalam cara pendekatan terhadap problem yang akan dihadapi. Prinsip-prinsip dasar itu dapat mempersiapkan dasar untuk pendekatan yang rasional dan penjabaran yang lebih terperinci tentang teknologi yang dibutuhkan. Prinsip yang pertama adalah melihat data historis tentang pemakaian energi.

Terjadinya variasi beban musiman atau perubahan pemakaian energi yang mendadak, bisa saja terjadi karena kerusakan mesin atau kegagalan suatu fungsi, bahkan penambahan suatu peralatan atau sistem yang tidak diketahui. Dengan melihat kembali data-data historis dapat diketahui hal-hal yang sebelumnya tidak jelas dan bahkan dapat memberikan saran untuk mengkombinasikan beberapa proses operasi yang dapat menghemat pemakaian bahan bakar. Dengan energi audit akan didapat data pemakaian energi yang terinci dari suatu proses atau mesin tertentu dan dapat terlihat pemakaian energi yang tidak efisien. Dengan meningkatnya pemeliharaan pada suatu perusahaan atau organisasi biasanya akan menghemat pemakaian bahan bakar. Peralatan baru yang lebih efisien dapat menggantikan peralatan lama yang kurang efisien yang tidak akan mengurangi


(35)

17

❨ ❩❬❭ ❪❫❴❵ ❩❛❜❫ ❩❝ ❬❩❛berusaha untuk memanfaatkan energi, mengurangi kehilangan dan menggunakan kembali proses yang tersisa yang telah dibuang dari suatu proses atau peralatan (❭ ❬ ❞❵ ❡ ❬❭ ❬❢ ❣❬❜ ❛). Bahan yang ekonomis maksudnya menggunakan kembali bahan bahan sisa, mengurangi sampah dan perencanaan bahan sisa (❢ ❬❤❫ ❪❩ ✐❵❭❤❜❥❡❜ ❪❬), perencanaan produksi (❢ ❬❤❫ ❪❩ ❦❭❵❢❧❞❛) yang mempertimbangkan penggunaan kembali bagian yang terbuang.

Pemilihan kualitas bahan sangat penting karena bahan dengan kualitas yang baik biasanya memerlukan biaya yang lebih banyak. Penggabungan pemakaian energi dari beberapa proses atau peralatan dapat meningkatkan efisiensi sistem secara keseluruhan pada kondisi tertentu.

Penilaian ekonomis (❬ ❞❵ ❩❵ ❝❫ ❞ ❬❡❜❥❧❜ ❛❫ ❵ ❩) adalah suatu alat yang penting di dalam energi manajemen. Peralatan baru, proses dan berbagai pilihan lainnya harus dipelajari untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang diperlukan dan berapa keuntungan yang diperoleh untuk mendapatkan gambaran yang jelas.

♠♥ ♠.2 Perencanaan program panajemen energi

Dalam merencanakan suatu program manajemen energi, unsur-unsur yang penting antara lain (Capehart, B, et al 2006) :

1. Komitmen manajemen

Hal yang paling penting dalam keberhasilan suatu proses manajemen energi adalah komitmen dari manajemen teratas terhadap program ini. Tanpa komitmen dari pihak manajemen, maka program ini akan gagal dalam


(36)

18

mencapai tujuannya. Maka dari itu, peran dari seorang manajer energi sangatlah krusial dalam menjaga komitmen dari pihak manajemen tehadap program manajemen energi yang akan dilaksanakan. Usaha-usaha yang perlu dilakukan manajemen dalam keterlibatannya dengan menajemen energi antara lain:

a. Menentukan sasaran yang penuh tantangan tetapi realistis dalam usaha untuk mengurangi biaya energi dalam periode tertentu.

b. Menetapkan kebijaksanaan yang dianggap perlu untuk mencapai sasaran tersebut.

c. Seorang Manajer Energi, sebagai penangggung jawab masalah manajemen dan pengawasan dalam pelaksanaan menajemen energi. d. Melibatkan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk

mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

e. Memantau kemajuan program menajemen energi dalam hal anggaran, jadwal dan penyelesaiannya.

f. Mengevaluasi secara periodik untung rugi program menajemen energi dan kalau perlu merubah sasaran program.

g.

Membandingkan♦♣ q rs t✉ t✈t✇♣ ①q ②♣ tq(ROI) investasi konversi deng an ROI rencana investasi lainnya.


(37)

19

Untuk mengembangkan dan menjaga pelaksanaan program manajemen energi, suatu perusahaan harus menugaskan satu orang yang diberi tanggung jawab sebagai koordinator dari program ini.

3. Staff pendukung

Dalam melaksanakan program manajemen energi, seorang manajer energi membutuhkan staff yang bisa mendukungnya dalam melaksanakan tugas. Secara garis besar, staff yang diperlukan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu ③ ④ ⑤ ⑤⑥ ⑦ ⑧⑨ ⑩❶❷❷⑦ ④ ④⑤ ⑤, yang menentukan arah dari program ini, dan ④ ⑤⑩❸ ⑧⑦ ⑩❹❺⑩❶❷❷⑦④ ④ ⑤ ⑤yang bertanggung jawab terhadap hal-hal teknis. 4. ❻ ⑤❼❶ ⑥ ④ ⑦ ⑧⑨❹ ⑧❽❷❶ ⑧⑦ ④❶⑥⑦⑧ ⑨

Tujuan dari laporan konsumsi energi (⑤ ⑧ ⑤⑥⑨⑦ ⑩❶⑧③ ❾❷❼④ ⑦❶ ⑧ ⑥ ⑤ ❼❶⑥④ ⑦⑧⑨) adalah untuk menhitung konsumsi energi, kemudian membandingkannya dengan tujuan perusahaan atau standar konsumsi energi yang ada.

5. Pelatihan

Manajemen energi adalah suatu program yang dinamis. Maka dari itu, diperlukan suatu pelatihan terhadap seluruh tingkatan manajemen, untuk meningkatkan pengetahuan seluruh staff terhadap metode dan teknologi baru dalam suatu proses manajemen energi.

❿➀❿ ➀➁➂ankah -langkah manajemen energi 1. Audit Energi


(38)

20

Untuk menghasilkan program manajemen energi yang sukses, audit energi mutlak dilaksanakan. Karena merupakan langkah awal dalam mengidentifikasi potensi-potensi penghematan energi. Audit ini akan menghasilkan data-data penggunaan energi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam program efisiensi energi.

2. Menentukan target efisiensi

Hasi dari proses audit adalah target program manajemen energi. Cara termudah dalam menentukan target efisiensi yaitu melihat perbedaan intensitas energi dari standar yang berlaku.

3. Menyusun rencana Aksi

Rencana ini akan mencakup rincian langkah-langkah untuk mencapai setiap target efisiensi yang akuntabel.

4. Pengembangan diri dan motivasi staff

Partisipasi aktif dari seluruh staff hotel sangat penting bagi keberhasilan program manajemen energi. Pelatihan yang harus diberikan tidak terbatas pada petunjuk teknis, namun juga pelatihan untuk meningkatkan motivasi staf Artinya ide program manajemen energi harus disosialisasikan hingga level paling bawah.

5. Monitoring

Monitoring berguna untuk mengkaji apakah rencana yang dijalankan sudah efektif ataukah belum. Juga diperlukan untuk mengantisipasi


(39)

hal-21

hal yang tidak diinginkan seperti penurunan pelayanan atau kenyamanan yang mungkin muncul.

6. Menghitung penghematan energi

Untuk menghitung penghematan biaya dapat dilakukan dengan membandingkan tagihan listrik sebelum dan setelah pelaksanaan program. 7. Evaluasi

Evalusi dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada para staff

➄➅➆. Intensitas Komunitas energi (IKE)

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung dan telah diterapkan di berbagai negara (ASEAN,APEC), Perhitungan nilai IKE didapat dengan pembagian antara konsumsi energi dengan luas banguan yang dinyatakan dalam satuan kWH/m per tahun. Sebagai target , besarnya IKE listrik untuk Indonesia, menggunakan hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN- USAID pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan pada tahun 1992 dengan rincian sebagai berikut :

a. IKE untuk perkantoran (komersial) : 240 kWH/m2/tahun.

b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWH/m2/tahun

c. IKE untuk hotel / apartemen : 300 kWH/m2/tahun


(40)

22

➇➈➉ ➈ ➊udit Energi

Audit Energi bertujuan mengetahui "Potret Penggunaan Energi" dan mencari upaya peningkatan efisiensi penggunaan energi. Audit energi teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi dan mengenali cara-cara untuk penghematannya. Wikipedia, the free encyclopedia, menyatakan: An energi audit is an inspection, survey and analysis of energi flows in a building, process or sistem with the objective of understanding the energi dynamics of the sistem under study. (wikipedia.org/wiki/Energi_audit). Jadi audit energi dapat dilakukan melalui suatu pemeriksaan (inspeksi), pendataan (survei), dan menganalisis aliran energi pada suatu bangunan.

Proses audit energi terdiri dari Audit Energi singkat, audit energi awal dan audit energi terinci. Kegiatan audit energi awal dapat dilakukan dengan atau tanpa rekomendasi audit energi singkat.

2.4.1. Audit energi awal (Preliminary audit)

Kegiatan audit energi awal meliputi persiapan, pengumpulan data energi bangunan gedung, pengukuran singkat dan observasi visual. Dilanjutkan dengan perhitungan sederhana untuk profil dan efisiensi penggunaan energi dilakukan menggunakan data yang terkumpul sehingga menghasilkan :

a. Intensitas konsumsi energi (kWh/m2/ tahun)

b. ➋➌ ➍➎➏ ➐➎ ➏ ➑➒ ➓➑➔ →periode c. Neraca energi sederhana


(41)

23

d. Rekomendasi pilihan dengan urutan prioritas langkah penghematan energi

.4.2. Audit energi rinci

Audit energi rinci perlu dilakukan apabila audit energi awal memberikan gambaran nilai IKE listrik lebih dari nilai standar yang ditentukan atau adanya rekomendasi dari audit energi awal apabila ada objek khusus/spesifik yang memiliki potensi penghematan lebih besar. Proses Audit energi rinci dilakukan dengan cara: a. Penelitian dan pengukuran konsumsi energi

b. Pengukuran energi. Jenis alat ukur yang digunakan dapat berupa alat yang telah dipasang secara tetap atau permanen pada instalasi maupun alat ukur yang portabel. Hasil pengukuran dapat diandalkan serta mempunyai tingkat kesalahan dalam batas tolerir dan berlaku ketentuan Standar Internasional (SI)

c. Identifikasi peluang Hemat Energi (PHE). Identifikasi peluang hemat energi dapat diperoleh dari pengolahan data pada audit energi awal sehingga secara umumdiperoleh gambaran tentang potensi penghematan baik pada peralatan maupun bangunan gedung. Bila nilai IKE melebihi standar, maka dilakukan proses penelitian lebih lanjut guna menekan atau mengelola energi agar memnuhi nilai standar. Sedangkan apabila nilai IKE sama atau lebih rendah dari standar, maka kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan atau


(42)

24

diteruskan untuk memperoleh nilai IKE yang lebih rendah (baseline) atau manajemen pengelolaan energi pada bangunan gedung tersebut dapat dijadikan acuan ↔ ↕➙➛ ➜ ➝➞➟➠ ➜➡➠ ➙➢ atau ➝➞➟➠ ➜ ➡➠➟ ➤ ➟ ➝ ➝➞➥➟ ➠ ➦➙➛ pada bangunan gedung lainnya

d. Analisa peluang hemat energi. Menindaklanjuti PHE yang teridentifikasi maka dilakukan suatu analisis PHE dengan cara membandingkan potensi penghematan energi dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk proses pelaksanaan rencana penghematan energi yang direkomendasikan. Beberapa bentuk usaha PHE yang dapat dilakukan adalah:

1. Mengurangi daya terpasang dan jam operasional 2. Memperbaiki kinerja peralatan

3. Menggunakan sumber energi murah

e. Laporan. Dalam membuat suatu laporann audit terdapat beberapa pedoman yang tercakup dalam laporan tersebut yaitu ringkasan (➙➧➙➠➨➜ ➡➩➙➛➨➫➫➟ ➞➭), latar belakang, pengelolaan energi, pelaksanaan audit dan potret penggunaan energi.

f. Rekomendasi. Rekomendasi yang dibuat mencakup masalah pengelolaan energi termasuk program manajemen yang perlu diperbaiki, implementasi audit energi yang baik dan cara meningkatkan kesadaran penghematan energi. Sedangkan langkah langkah dalam pemanfaatan energi yang efisien meliputi: mengubah prosedur pengelolaan energi sehingga terjadi


(43)

25

peningkatan energi tanpa memerlukan pengeluaran (biaya), melakukan perbaikan dengan investasi kecil dan perbaikan dengan investasi besar.

.5. Bangunan Hemat Energi

Pada umumnya gedung di daerah tropis ( Indonesia) , intensitas penggunaan energinya terbagi menjadi (Kemen ESDM,2011) :

1. Sistem tata udara (45 70 %) 2. Sistem pencahayaan (10-20%) 3. Lift dan escalator ( 2 7 %) 4. Peralatan elektronik ( 2- 10 %)

Kriteria penggunaan energi (IKE) pada bangunan gedung untuk fungsi perkantoran menurut ➲ ➳➵ ➲ ➸➺➻ ➼➻➽➻ ➾➚➪ ➶ ➶➹ ➘➚ ➴➾➷➬➬➮➱✃ ✃ ➵ ❐❒❮ ❰Ï➮➮Ð Ñ❰terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

➷Ò ➵ Ó➚ ➴Ô➹❐Ó➼➚ Ó➾ ➹ Õ➚

Bangunan gedung ini termasuk kelompok yang memiliki tingkat IKE elektrik sebesar 340 kWH/m2/tahun ± 5 %. Kondisi ini menunjukkan konsumsi energi

elektrik pada bangunan tersebut adalah boros ÏÒ ❮➻➾ ➚Ö➻➾➚

IKE elektriknya berada pada angka 240 kWH/m2/tahun ± 5 %. Hal ini

menunjukkan bahwa bangunan gedung tersebut tidak mengelola energi dengan baik, namun tidak dikategorikan boros.


(44)

26

Bangunan gedung dengan nilai IKE elektriknya sebesar 180 kWH/m2/tahun

± 5 %. menunjukkan pengelolaan energi telah dilakukan dengan baik dan sudah melaksanakan program hemat energi.

ÙÚ Û ÜÝÞ ßàÛ á áà âà Ý Üâ ã

Bangunan gedung dengan nilai IKE 145 kWH/m2/tahun ± 5 % menunjukkan

bahwa pengelolaan energi telah dilakukan secara optimal sehingga menjadi hemat dan efisien.

ä. 6. Tingkat Kenyamanan

Tingkat kenyamanan dipengatuhi suhu udara ruangan, kelembaban ruangan dan kecepatan angin dalam ruangan. Kenyamanan merupakan suatu proses mengolah udara secara serentak dengan mengendalikan temperature, kelembaban nisbi, kebersihan dan distribusinya untuk memperoleh kenyamanan penghuni dalam ruang yang dikondisikan. Faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal (rasa nyaman) seseorang adalah temperature udara kering, kelembaban relative dan pergerakan udara. Untuk daerah tropis kenyamanan termal berdasarkan kelembaban udara yang dianjurkan antara 40 % -50 %, tetapi untuk ruangan yang jumlah orangnya padat seperti ruang pertemuan, kelembaban udara relative masih diperbolehkan berkisar antara 55 %-60 %. Berikut menurut standar Tata Cara Perencanaan Teknis konservasi Energi pada bangunan Gedung dapat dibagi menjadi:


(45)

27

2. Nyaman Optimal, antara temperatur efektif 22,8º C 25,8º C dengan RH 70 % 3. Hangat Nyaman, antara temperature efektif 25,8 º C 27,1ºC dengan RH 70 %

å.7. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Depkes RI, 2009). Menurut Adisasmito (2007), rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Serta dapat dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Pemerintah telah mengatur perihal rumah sakit melalui Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum. Dalam keputusan tersebut yang dimaksud dengan Rumah Sakit Umum (RSU) adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan bersifat dasar, spesialistik dan sub spesialistik. Pelayanan medik dasar adalah pelayanan medik umum dan kesehatan gigi. Pelayanan medik spesialistik terdiri dari pelayanan Bedah, Penyakit Dalam, Kebidanan dan Kandungan, Kesehatan Anak, Mata, Telinga Hidung dan Tenggorok (THT), Kulit Kelamin, Jantung, Syaraf, Gigi dan Mulut, Paru, Bedah Syaraf orthopedi, Jiwa,


(46)

28

Radiologi, Anestesiologi, Patologi Klinik dan Kesehatan Olah raga. Pelayanan medik sub spesialistik adalah pelayanan medik dengan pendalaman tertentu dalam salah satu pelayanan spesialistik.

RSU mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam menjalankan misi tersebut RSU mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, RSU mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan pelayanan medis.

b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis. c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan. e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan. g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan. æçè çé çêlasifikasi rumah sakit pemerintah

Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat dan Daerah diklasifikasika menjadi Rumah Sakit Umum kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan fisik, dan peralatan. Adapun klasifikasi tersebut yaitu:


(47)

29

adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subpesialistik luas.

b. Rumah sakit umum kelas B

adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas

c. Rumah sakit umum kelas C

adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d. Rumah sakit umum kelas D

adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar (Siregar, 2004).

ëìí ìëìîadan layanan umum (BLU)

Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Berdasarkan PP No. 23 tahun 2005 tentang Penggelolaan Keuangan Badan Layanan Umum pasal 9 tentang Tarif Layanan:

a. BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan dan barang/


(48)

30

b. imbalan atas barang/ jasa layanan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam bentuk tarif disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana.

c. Tarif layanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diusulkan oleh blu kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala skpd sesuai dengan kewenangannya

d. usul tarif layanan dari menteri/pimpinan lembaga/kepala skpd sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selanjutnya ditetapkan oleh menteri keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya

tarif layanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan (4) harus mempertimbangkan

 kontinuitas dan pengembangan layanan;

 daya beli masyarakat;

 asas keadilan dan kepatutan; dan

 kompetisi yang sehat

ïðñ ð òistem Kelistrikan Rumah Sakit

Sistem kelistrikan dalam rumah sakit berasal dari Jaringan Tegangan Menengah (JTM) PLN dimana tegangan dari 20 kV diturunkan menjadi 400/231 Volt 3 fasa dengan menggunakan transformator distribusi dan Jaringan Tegangan


(49)

31

Rendah 400/231 volt 3 fasa. Sedangkan sumber cadangan dapat berupa:óô õô ö÷ø ù ö

set, No Break Set (NBS), Uninteruptible Power Supply (UPS), pembangkit Tenaga

Surya ataufoto Voltaic.

Untuk bagian pelayanan yang membutuhkan kontinuitas dan keandalan yang tinggi harus disediakan pembangkit sendiri dimana kapasitasnya dapat memenuhi kebutuhan energi listrik ( Depkes RI,1992)

1. Ruangan kelompok 1 : merupakan suatu ruangan dimana terputusnya aliran listrik karena gangguan tidak menimbulkan bahaya baik bagi penderita maupun pekerja. Pemeriksaan dan pengobatan pada umumnya dapat dihentikan atau diulangi. Missal: rawat inap atau rawat jalan

2. Ruangan kelompok 1E : merupakan ruangan yang memepergunakan peralatan elektromedik yang dayanya didapat dari jaringan listrik, yang pada saat terputusnya aliran listrik harus tetap bekerja terus dengan bantuan catu daya pengganti khusus. Pemeriksaan dan pengobatan dapat terhenti beberapa detik tanpa membahayakan penderita. Misal: praktek kedokteran umum, ruang bersalin, ruang endoskopi, ruang angiografi, ruang rawat darurat dan ruang pemeriksaan intensif.

3. Ruangan kelompok 2E: meruapakan ruangan dimana aliran listrik tidak boleh terputus sama sekali. Peralatan yang digunakan pada ruangan ini harus dapat bekerja terus dengan bantuan UPS. UPS digunakan pada ruang atau peralatan yang menggunakan keandalan yang sangat tinggi (tidak boleh terjadi


(50)

32

pemutusan) seperti pada pelayanan, persiapan bedah, bedah, ruang pemulihan, kateterisasi jantung, angiografi dan klinik bersalin.

úûü ûý û þumber daya listrik

Untuk menjamin tersedianya suplai daya listrik di rumah sakit antara lain dengan penyediaan sumber daya cadangan berikut sistem atau perangkat yang dapat mengatur atau memantau suplai daya listrik secara berkesinambungan. Sumber listrik cadangan dilaksanakan secara berjenjang yaitu sumber daya listrik utama yaitu listrik PLN, sumber daya listrik cadangan yang berasal dari diesel atau generator sebagai cadangan apabila terjadi gangguan pada sumber daya listrik utama dan atau sumber daya listrik PLN yang belum terpakai. Sumber daya listrik yang melalui No Break Set yaitu sumber daya listrik yang berfungsi untuk mengatasi jeda waktu terputusnya suplai daya listrik utama sampai berfungsinya diesel generator secara penuh dan sumber daya internal pada masing-masing peralatan.

Gambar 2.1. Penyediaan daya listrik RS PLN

GENSET UPS/ NBS


(51)

33

Sistem penyediaan daya listrik rumah sakit harus mengikuti persyaratan sbb:

1. Selang waktu pemindahan sumber daya listrik antara terputusnya aliran listrik PLN dengan berfungsinya genset maksimal 15 detik, selang waktu antara PLN padam dan beroperasinya NBS adalah 1 detik.

2. Disel generator harus terdiri dari 2 (dua) unit dengan jumlah kapasitas minimal 60% dari jumlah daya terpasang. Diesel generator harus dapat berfungsi secara otomatis dan manual serta dapat berfungsi secara parallel 3. Kapasitas No Break Set atau UPS minimal harus dapat mensuplai daya

listrik untuk peralatan yang vital di ruang bedah, ICU/ICCU,alat penunjang hidup, pusat computer serta lampu emergency

ÿ✁ÿ ✂istem distribusi listrik

Sistem distribusi kelistrikan di rumah sakit dapat memilih sistem ring (loop) atau sistem radial. Pemilihan kedua sistem tersebut sangat tergantung pada besar kecil beban, luas dan area rumah sakit serta kemampuan pengoperasian penyaluran daya dari sumber utama listrik ke gedung-gedung dapat menggunakan sistem-sistem berikut (Depkes RI,1992):

1. Sistem Radial

Bentuk jaringan ini merupakan bentuk yang paling sederhana, banyak digunakan dan murah. Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumberdari jaringan itu dan dicabangkan ke titik titik beban yang dilayani, seperti pada gambar 2.2.


(52)

34

ambar .2. sistem radial

Catu daya berasal dari satu titik sumber dan karena adanya pencabangan tersebut, maka arus beban yang mengalir disepanjang saluran menjadi tidak sama sehingga luas penampang konduktor pada jaringan bentuk radial ini ukurannya tidak sama sehingga luas penampamg konduktor pada jaringan bentuk radial ini ukurannya tidak sama karena arus yang paling besar mengalir pada jaringan yang paling dekat dengan gardu induk. Sehingga saluran yang paling dekat dengan gardu induk ini ukuran penampangnya relatif besar dan saluran cabang cabangnya makin ke ujung dengan arus beban yang lebih kecil mempunyai ukuran konduktornya lebih kecil pula. Spesifikasi dari jaringan bentuk radial ini adalah :

a. Bentuknya sederhana. b. Biaya inverstasinya murah.

c. Kualitas pelayanan dayanya relatif jelek, karena rugi tegangan dan rugi daya yang terjadi pada saluran relatif besar.


(53)

35

tersebut mengalami pemadaman total, yaitu daerah saluran sesudah atau dibelakang titik gangguan selama gangguan belum teratasi.

Untuk melokalisisr gangguan pada bentuk radial ini biasanya dilengkapi dengan peralatan pengaman, fungsinya untuk membatasi daerah yang mengalami pemadaman total, yaitu daerah saluran sesudah atau dibelakang titik gangguan selama gangguan belum teratasi.

2. Sistem Ring /Loop

Sistem jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan ring. Susunan rangkaian saluran membentuk ring, seperti terlihat pada gambar 2.3 yang memungkinkan titik beban terlayani dari dua arah saluran. Struktur jaringannya merupakan gabungan dari dua buah struktur jaringan radial, dimana pada ujung dari dua buah jaringan dipasang sebuah pemutus (PMT) dan pemisah (PMS). Pada saat terjadi gangguan, setelah gangguan dapat diisolir, maka pemutus atau pemisah ditutup sehingga aliran daya lidtrik ke bagian yang tidak terkena gangguan tidak terhenti, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin serta kualitas dayanya menjadi lebih baik. Jaringan distribusi loop cocok digunakan pada daerah yang padat dan memerlukan keandalan tinggi namun membutuhkan biaya investasi yang lebih mahal.


(54)

36

ambar .3. sistem loop/ring

3. Sistem Spindel

Jaringan distribusi spindel (seperti gambar 2.4) merupakan saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM) yang penerapannya sangat cocok di kota besar. Adapun operasi sistem jaringan sebagai berikut :

a. Dalam keadaan normal semua saluran digardu hubung (GH) terbuka sehingga semua SKTM beroperasi radial.

b. Dalam keadaan normal saluran ekspress tidak dibebani dan dihubungkan dengan rel di gardu hubung dan digunakan sebagai pemasok cadangan dari gardu hubung.

c. Bila salah satu seksi dari SKTM mengalami gangguan, maka saklar beban di kedua ujung seksi yang terganggu dibuka. Kemudian seksi seksi sisi gardu induk (GI) mendapat suplai dari GI dan seksi seksi gardu hubung mendapat suplai dari gardu hubung melalui saluran


(55)

37

Gambar 2.4. sistem spindel

✞✟✠. Sistem Pencahayaan Rumah Sakit

Untuk menghitung keperluan penerangan di rumah sakit,pencahayaan yang baik harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Keselamatan pasien 2. Peningkatan kecermatan

3. Kesehatan yang lebih baik dan suasana yang lebih nyaman

Tabel berikut merupakan pedoman nilai pencahayaan pada bidang kerja dalam ruang tertentu. Kategori pencahayaan pada masing-masing ruangan diberi kode: A,B,C,D,E,F,G,H dan I ( Depkes RI,1992)

Tabel.2.1. kategori pencahayaan

No Kategori

penerangan Minimum Yang diharapkanIntensitas penerangan (Lux) Maksimal

1. A 20 30 50

2 B 50 75 100

3 C 100 150 200

4 D 200 300 500

5 E 500 700 1000

6 F 1000 1500 2000

7 G 2000 3000 5000

8 H 5000 7500 10,000


(56)

38

Intensitas cahaya berdasarkan fungsi ruangan di rumah sakit adalah seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.2. intensitas cahaya rumah sakit

No Ruang/unit Pencahayaan

(lux) Kode Penerangan

1 Ruang pasien

Saat tidak tidur

Saat tidur 100-200Maksimum 50 CA Warna cahaya sedang

2. Ruang operasi Umum

Meja operasi 300-50010000-20000 DI Warna cahaya sedangTanpa bayangan

3 Anestesi,pemulihan,ruang balut 300-500 D

-4. Endoskopi,lab 300-500 D

-5 X ray 75-100 B

-6 Koridor Minimal 60 C Malam

7 Tangga Minimal 100 C

-8 Kantor/loby Minimal 100 C

-9 R alat/gedung Minimal 100 C

-10 R. farmasi Minimal 200 D

-11 dapur Minimal 200 D

-12 R. cuci Minimal 200 D

-13 Toilet Minimal 100 C

-14 Entrance Hall Minimal 100 C

-15 Administrasi Minimal 200 D

-16 Central counter Minimal 200 D

-17 Ruang tunggu Minimal 100 C

-18 Gudang Minimal 50 B

-19 Locker Minimal 100 C

-20 Oxondontia Minimal 500 E

-21 Ruang isolasi khususpenyakit

tetanus 0,1- 0,5 Warna cahaya biru

22 Ruang luka bakar 100-200

-✡☛☞✌. Sistem Tata Udara Rumah Sakit

Sistem tata udara adalah keseluruhan sistem yang mengkondisikan udara di dalam gedung dengan mengatur besaran termal seperti temperatur dan kelembaban relatif, serta kesegaran dan kebersihannya, sedemikian rupa sehingga diperoleh kondisi ruangan yang nyaman. Mengingat rumah sakit bisa dikatakan sebagai pusat


(57)

39

sumber dari berbagai jenis mikroorganisme yang bisa menimbulkan banyak masalah kesehatan baik kepada petugas, perawat, dokter serta pasiennya yang berada di rumah sakit tersebut, maka pengaturan temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan secara keseluruhan perlu mendapatkan perhatikan khusus. Untuk mencegah berkembang biak dan tumbuh suburnya mikroorganisme tersebut, terutama di ruangan-ruangan khusus seperti: ruang operasi, ruang isolasi, dan lain-lain, diperlukan pengaturan terhadap : 1) temperature (2) kelembaban udara relative (3) kebersihan dengan cara filtrasi udara ventilasinya (4) tekanan ruangan yang positif dan negatif (5) distribusi udara didalam ruangan.

Rumah sakit terdiri dari berbagai ruang dengan fungsi yang berbeda beda tergantung pada jenis penyakit atau tingkat keparahan pasiennya, dan juga tergantung pada perbedaan tindakan medisnya. Perbedaan fungsi tersebut mengakibatkan setiap fungsi ruangan membutuhkan pengkondisian udara yang berbeda-beda tingkat kebersihannya. Sistem tata udara khusus diperlukan untuk menghindarkan penularan penyakit dan memperoleh tingkat kenyamanan termal seperti kondisi temperatur dan kelembaban yang tepat untuk penyakit yang berbeda. Sistem redudansi menjadi masalah pokok pada sistem tata udara dan diperlukan pada ruang-ruang tertentu, hal ini mengingat bahwa ada tindakan-tindakan medik yang menginginkan tidak boleh berhentinya sistem tata udara untuk melindungi pasien dan peralatan medik yang harus selalu dikondisikan oleh sistem tata udara. Untuk itu sistem tata udara harus mempunyai cadangan yang cukup untuk mengantisipasi kerusakan (breakdown) ataupun pada saat dilakukan tindakan pemeliharaan yang diperlukan pada sistem tata


(58)

40

udara. Menurut Kepmenkes No.1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, standard kualitas udara ruang rumah sakit adalah sebagai berikut ini:

1. Tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan amonia).

2. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata- rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 µg/ m3, dan tidak mengandung debu asbes.

3. Indeks angka kuman untuk setiap ruang atau unit seperti tabel berikut:

Tabel 2.3. Indeks angka kuman menurut fungsi ruang atau unit

No. Ruang atau unit Konsentrasi maksimum

mikroorganisme per m3udara

(CFU/ m3)

1. Operasi 10

2. Bersalin 200

3 Pemulihan/perawatan 200-500

4. Observasi bayi 200

5. Perawatan bayi 200

6. Perawatan premature 200

7. Intensif Care Unit (ICU) 200

8. Jenazah/ autopsi 200-500

9 Penginderaan medis 200

10 Laboratorium 200-500

11 Radiologi 200-500

12 Sterilisasi 200

13 Dapur 200-500

14 Gawat darurat 200

15 Administrasi, pertemuan 200-500

16 Ruang luka bakar 200


(1)

35

tersebut mengalami pemadaman total, yaitu daerah saluran sesudah atau dibelakang titik gangguan selama gangguan belum teratasi.

Untuk melokalisisr gangguan pada bentuk radial ini biasanya dilengkapi dengan peralatan pengaman, fungsinya untuk membatasi daerah yang mengalami pemadaman total, yaitu daerah saluran sesudah atau dibelakang titik gangguan selama gangguan belum teratasi.

2. Sistem Ring /Loop

Sistem jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan ring. Susunan rangkaian saluran membentuk ring, seperti terlihat pada gambar 2.3 yang memungkinkan titik beban terlayani dari dua arah saluran. Struktur jaringannya merupakan gabungan dari dua buah struktur jaringan radial, dimana pada ujung dari dua buah jaringan dipasang sebuah pemutus (PMT) dan pemisah (PMS). Pada saat terjadi gangguan, setelah gangguan dapat diisolir, maka pemutus atau pemisah ditutup sehingga aliran daya lidtrik ke bagian yang tidak terkena gangguan tidak terhenti, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin serta kualitas dayanya menjadi lebih baik. Jaringan distribusi loop cocok digunakan pada daerah yang padat dan memerlukan keandalan tinggi namun membutuhkan biaya investasi yang lebih mahal.


(2)

ambar .3. sistem loop/ring

3. Sistem Spindel

Jaringan distribusi spindel (seperti gambar 2.4) merupakan saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM) yang penerapannya sangat cocok di kota besar. Adapun operasi sistem jaringan sebagai berikut :

a. Dalam keadaan normal semua saluran digardu hubung (GH) terbuka sehingga semua SKTM beroperasi radial.

b. Dalam keadaan normal saluran ekspress tidak dibebani dan dihubungkan dengan rel di gardu hubung dan digunakan sebagai pemasok cadangan dari gardu hubung.

c. Bila salah satu seksi dari SKTM mengalami gangguan, maka saklar beban di kedua ujung seksi yang terganggu dibuka. Kemudian seksi seksi sisi gardu induk (GI) mendapat suplai dari GI dan seksi seksi gardu hubung mendapat suplai dari gardu hubung melalui saluran ekspress.


(3)

37

Gambar 2.4. sistem spindel ✞✟✠. Sistem Pencahayaan Rumah Sakit

Untuk menghitung keperluan penerangan di rumah sakit,pencahayaan yang baik harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Keselamatan pasien 2. Peningkatan kecermatan

3. Kesehatan yang lebih baik dan suasana yang lebih nyaman

Tabel berikut merupakan pedoman nilai pencahayaan pada bidang kerja dalam ruang tertentu. Kategori pencahayaan pada masing-masing ruangan diberi kode: A,B,C,D,E,F,G,H dan I ( Depkes RI,1992)

Tabel.2.1. kategori pencahayaan No Kategori

penerangan Minimum Yang diharapkanIntensitas penerangan (Lux) Maksimal

1. A 20 30 50

2 B 50 75 100

3 C 100 150 200

4 D 200 300 500

5 E 500 700 1000

6 F 1000 1500 2000

7 G 2000 3000 5000

8 H 5000 7500 10,000


(4)

2. Ruang operasi Umum

Meja operasi 300-50010000-20000 DI Warna cahaya sedangTanpa bayangan 3 Anestesi,pemulihan,ruang balut 300-500 D

-4. Endoskopi,lab 300-500 D

-5 X ray 75-100 B

-6 Koridor Minimal 60 C Malam

7 Tangga Minimal 100 C

-8 Kantor/loby Minimal 100 C

-9 R alat/gedung Minimal 100 C

-10 R. farmasi Minimal 200 D

-11 dapur Minimal 200 D

-12 R. cuci Minimal 200 D

-13 Toilet Minimal 100 C

-14 Entrance Hall Minimal 100 C

-15 Administrasi Minimal 200 D

-16 Central counter Minimal 200 D

-17 Ruang tunggu Minimal 100 C

-18 Gudang Minimal 50 B

-19 Locker Minimal 100 C

-20 Oxondontia Minimal 500 E

-21 Ruang isolasi khususpenyakit

tetanus 0,1- 0,5 Warna cahaya biru

22 Ruang luka bakar 100-200

-✡☛☞✌. Sistem Tata Udara Rumah Sakit

Sistem tata udara adalah keseluruhan sistem yang mengkondisikan udara di dalam gedung dengan mengatur besaran termal seperti temperatur dan kelembaban relatif, serta kesegaran dan kebersihannya, sedemikian rupa sehingga diperoleh kondisi ruangan yang nyaman. Mengingat rumah sakit bisa dikatakan sebagai pusat


(5)

39

sumber dari berbagai jenis mikroorganisme yang bisa menimbulkan banyak masalah kesehatan baik kepada petugas, perawat, dokter serta pasiennya yang berada di rumah sakit tersebut, maka pengaturan temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan secara keseluruhan perlu mendapatkan perhatikan khusus. Untuk mencegah berkembang biak dan tumbuh suburnya mikroorganisme tersebut, terutama di ruangan-ruangan khusus seperti: ruang operasi, ruang isolasi, dan lain-lain, diperlukan pengaturan terhadap : 1) temperature (2) kelembaban udara relative (3) kebersihan dengan cara filtrasi udara ventilasinya (4) tekanan ruangan yang positif dan negatif (5) distribusi udara didalam ruangan.

Rumah sakit terdiri dari berbagai ruang dengan fungsi yang berbeda beda tergantung pada jenis penyakit atau tingkat keparahan pasiennya, dan juga tergantung pada perbedaan tindakan medisnya. Perbedaan fungsi tersebut mengakibatkan setiap fungsi ruangan membutuhkan pengkondisian udara yang berbeda-beda tingkat kebersihannya. Sistem tata udara khusus diperlukan untuk menghindarkan penularan penyakit dan memperoleh tingkat kenyamanan termal seperti kondisi temperatur dan kelembaban yang tepat untuk penyakit yang berbeda. Sistem redudansi menjadi masalah pokok pada sistem tata udara dan diperlukan pada ruang-ruang tertentu, hal ini mengingat bahwa ada tindakan-tindakan medik yang menginginkan tidak boleh berhentinya sistem tata udara untuk melindungi pasien dan peralatan medik yang harus selalu dikondisikan oleh sistem tata udara. Untuk itu sistem tata udara harus mempunyai cadangan yang cukup untuk mengantisipasi kerusakan (breakdown) ataupun pada saat dilakukan tindakan pemeliharaan yang diperlukan pada sistem tata


(6)

dengan rata- rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 µg/ m3, dan tidak mengandung debu asbes.

3. Indeks angka kuman untuk setiap ruang atau unit seperti tabel berikut: Tabel 2.3. Indeks angka kuman menurut fungsi ruang atau unit

No. Ruang atau unit Konsentrasi maksimum mikroorganisme per m3udara (CFU/ m3)

1. Operasi 10

2. Bersalin 200

3 Pemulihan/perawatan 200-500

4. Observasi bayi 200

5. Perawatan bayi 200

6. Perawatan premature 200

7. Intensif Care Unit (ICU) 200

8. Jenazah/ autopsi 200-500

9 Penginderaan medis 200

10 Laboratorium 200-500

11 Radiologi 200-500

12 Sterilisasi 200

13 Dapur 200-500

14 Gawat darurat 200

15 Administrasi, pertemuan 200-500

16 Ruang luka bakar 200