ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN PENGOLAHAN KOPI LUWAK (Pada Usaha Bapak Efendi Ahmad Di Desa Way Mengaku Kecamatan Liwa Kabupeten Lampung Barat)

(1)

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN

PENGOLAHAN KOPI LUWAK

(Pada Usaha Bapak Efendi Ahmad Di Desa Way Mengaku Kecamatan Liwa Kabupeten Lampung Barat)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata satu (S-1) Pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian - Peternakan

Universitas Muhammadiyah Malang

Oleh:

Ardiansyah (05720004)

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN - PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN

PENGOLAHAN KOPI LUWAK

(Pada Usaha Bapak Efendi Ahmad Di Desa Way Mengaku Kecamatan Liwa Kabupeten Lampung Barat)

NAMA : Ardiansyah

NIM : 05720004

JURUSAN : Agribisnis

FAKULTAS : Pertanian-Peternakan

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata satu (S-1) Pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian dan Peternakan

Universitas Muhammadiyah Malang.

Menyetujui:

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Jurusan Agribisnis,

Dr. Ir. Damat, MP Ir. Dyah Erni Widyastuti, MM


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

JUDUL : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN

PENGOLAHAN KOPI LUWAK

(Pada Usaha Bapak Efendi Ahmad Di Desa Way Mengaku Kecamatan Liwa Kabupeten Lampung Barat)

NAMA : Ardiansyah

NIM : 05720004

JURUSAN : Agribisnis

FAKULTAS : Pertanian-Peternakan

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata satu (S-1) Pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian dan Peternakan

Universitas Muhammadiyah Malang.

Menyetujui:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Istis Baroh, MP Ir. Gumoyo MN, MP

Ketua Jurusan Agribisnis,

Ir. Dyah Erni Widyastuti, MM


(4)

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI

JUDUL : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN

PENGOLAHAN KOPI LUWAK

(Pada Usaha Bapak Efendi Ahmad Di Desa Way Mengaku Kecamatan Liwa Kabupeten Lampung Barat)

NAMA : Ardiansyah

NIM : 05720004

JURUSAN : Agribisnis

FAKULTAS : Pertanian-Peternakan

Telah Diperkenankan dan Dinyatakan Lulus Oleh Dewan Penguji Pada Hari Rabu Tanggal 28 Juni 2010.

Menyetujui dan Mengesahkan:

Penguji I Penguji II

Ir. Rahayu Relawati, MM R. Pulung Sudibyo, SP,MP

Penguji III Penguji IV,


(5)

HALAMAN REVISI

JUDUL : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN

PENGOLAHAN KOPI LUWAK

(Pada Usaha Bapak Efendi Ahmad Di Desa Way Mengaku Kecamatan Liwa Kabupeten Lampung Barat)

NAMA : Ardiansyah

NIM : 05720004

JURUSAN : Agribisnis

FAKULTAS : Pertanian-Peternakan

Telah Direvisi dan Disetujui Oleh Dewan Penguji Pada Tanggal/Bulan/Tahun :………

Menyetujui:

Penguji I Penguji II

Ir. Rahayu Relawati, MM R. Pulung Sudibyo, SP,MP

Penguji III Penguji IV,


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN

PENGOLAHAN KOPI LUWAK

(Pada Usaha Bapak Efendi Ahmad Di Desa Way Mengaku Kecamatan Liwa Kabupeten Lampung Barat)

NAMA : Ardiansyah

NIM : 05720004

JURUSAN : Agribisnis

FAKULTAS : Pertanian-Peternakan

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata satu (S-1) Pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian dan Peternakan

Universitas Muhammadiyah Malang.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Istis Baroh, MP Ir. Gumoyo MN, MP

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Jurusan Agribisnis


(7)

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ardiansyah

Tempat/ Tanggal Lahir : Way Mengaku 20 April 1984

Nim : 05720004

Fakultas/Jurusan : Pertanian -Peternakan / Agribinis / UMM

Menyatakan bahwa Karya ilmiah/Skripsi berjudul ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN PENGOLAHAN KOPI LUWAK (Pada Usaha Bapak Efendi Ahmad Di Desa Way Mengaku Kecamatan Liwa Kabupeten Lampung Barat) adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam berbentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikiasn surat peryataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila surat peryataan ini tidak benar maka kami bersedia mendapat sangsi akademis.

Malang, 18 Agustus 2010

Ardiansyah

Mengetahui:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Istis Baroh, MP Ir. Gumoyo MN, MP


(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi segala petunjuk dalam hidup sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN

PENGOLAHAN KOPI LUWAK (Pada Usaha Bapak Efendi Ahmad Di Desa Way Mengaku Kecamatan Liwa Kabupeten Lampung Barat) merupakan syarat untuk menempuh Gelar Sarjana (S-1) Pertanian Fakultas Pertanian dan Peternakan Jurusan Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

Penyusun skripsi tidak akan mungkin berjalan tanpa ada bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Damat, MP Selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ir. Dyah Erni Widyastuti, MM, Selaku Ketua Jurusan Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang terima kasih atas petunjuk dan semangatnya.

3. Ir. Istis Baroh, MP, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini selesai.

4. Ir. Gumoyo.MN, MP, Selaku Dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan arahan sehingga skripsi ini selesai

5. Ir. Rahayu Relawati, MM, Selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga skripsi ini selesai


(9)

6. R. Pulung Sudibyo,SP,MP, Selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga skripsi ini selesai.

7. Ir. Rahayu Relawati, MP, Selaku Dosen Wali Mahasiswa Jurusan Agribisnis Angkatan 2005 Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas

Muhammadiyah Malang.

8. Seluruh Keluarga Laboraturium Argribisnis Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

9. Ibunda (alm) tercinta yang sampai ahir hayat berjuang untuk ananda hingga menjadi sarjana semoga amal ibadahnya diterima ALLAH SWT amin.

10.Ayahanda tercinta yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil hingga ananda menjadi sarjana.

11. Untuk semua keluarga besar (Marhana, Yuhanis, Hidayati, Hermansyah, Yumna Dewi dan Untuk Semua Keponaanku) yang selalu memberikan semangat.

12.Teman Agribisnis 2005 (Yanuarista Puspitasari, M. Zainudin (Udin), Sandi Indrianto, Eko Bayu.P (Krebo), Rinto Franky. W (Otong), Akbar .A, Yogi Winandi (Goang), Agung Pinaringan .S (Didont) Kurniawan Novarianto (Mbah), M. Ainul Yaqin (Gatul), Nur Ali cholis (Kepet), Yuliani (Bruno), Funky Rhamanda, Reni Anastasia, Desi, Erwan Raharjo.

13.Pengasuh PON-PES Miffthul Ulum Gus Saifuddin Arif dan teman-teman seperjuangan yang yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI HALAMAN REVISI

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR

LEMBAR PERSEMBAHAN DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAKSI

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Perumusan Masalah...11

1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian...11

1.3.1 Tujuan...11

1.3.2 Kegunaan...11

1.4 Batasan Istilah Dan Pengukuran Variabel...12

Bab II. Tinjauan Pustaka 2.1 Gambaran Umum Kopi...14

2.2 Kopi Luwak Dan Nilai Ekonominya ...16

2.3 Morfologi Buah Kopi ...16

2.4 Proses Pengolahan Kopi Luwak ...18

2.5 Biaya Tetap ...19


(11)

2.7 Pendapatan Dan Penerimaan ...22

2.8 Kerangka Pemikiran ...22

2.9 Hipotesa ...23

Bab III. Metode Penelitian 3.1 Tempat Penelitian...24

3.2 Jenis Dan Sumber Data...24

3.2.1 Jenis...24

3.2.2 Sumber...24

3.3 Metode Pengambilan Data...25

3.4 Metode Analiasis Data...25

3.4.1 Total Biaya...25

3.4.2 Total Penerimaan...26

3.4.3 Pendapatan...26

3.4.4 Analisa Efisiensi...26

Bab IV. Gambaran Umum Usaha Pengolahan Kopi Luwak 4.1 Sejarah Berdirinya Pengolahan Pengolahan Kopi Luwak...28

4.2 Luas Tempat Usaha Kopi Luwak...28

4.3 Pengadaan Musang………...28

4.4 Pengadaan Makanan...29

4.5 Tenaga Kerja...30

4.6 Bahan Dan Peralatan...30

4.5.1 Bahan...30

4.5.2 Peralatan...31

4.7 Kapasitas Dan Proses Produksi...31

4.6.1 Kapasitas...31


(12)

4.7 Pemasaran Kopi Luwak...33

4.8 Harga...34

Bab V. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 5.1 Analisis Biaya Pengolahan Kopi Luwak...35

5.2 Biaya Tetap (FC)...35

5.3 Biaya Variabel (VC)...37

5.3.1 Biaya Variabel Kopi...37

5.3.2 Biaya Variabel Pepaya...38

5.3.3 Biaya Variabel Pisang...40

5.3.4 Biaya Variabel Tenaga Kerja...41

5.3.5 Biaya Variabel Kayu Bakar...42

5.3.6 Biaya Variabel Transportasi, Listrik Dan PDAM...44

5.4 Total Biaya ...45

5.5 Kopi Yang Tidak Dimakan Musang...46

5.6 Produksi, Penerimaan, Pendapatan Dan Efisiensi Pengolahan Kopi Luwak...48

5.6.1 Produksi...48

5.6.2 Penerimaan...49

5.6.3 Pendapatan Dan Efisiensi Pengolahan Kopi Luwak...50

Bab VI. Kesimpulan 6.1 Kesimpulan ...52


(13)

Daftar Tabel

Tabel 1 : Peralatan Untuk Pengolahan Kopi Luwak...31

Tabel 2 : Biaya Tetap (Fixed Cost)………...36

Tabel 3 : Kopi...37

Tabel 4 : Pepaya………...39

Tabel 5 : Pisang………..……...40

Tabel 6 : Tenaga Kerja………...………...42

Tabel 7 : Kayu Bakar………..……...43

Tabel 8 : Tranportasi, Listrik, PDAM………. ...44

Tabel 9 : Total Biaya ………...46

Tabel 10: Kopi Bubuk Biasa...47

Tabel 11 : Total Penerimaan ………...49


(14)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Biaya Tetap

Lampiran 2 : Kopi Lampiran 3 : Pepaya Lampiran 4 : Pisang Lampiran 5 : Kayu Bakar Lampiran 6 : Tenaga Kerja Lampiran 7 : Total Biaya (TC) Lampiran 8 : Kopi Bubuk Biasa

Lampiran 9 : Tranportasi Listrik PDAM Lampiran 10: Total Penerimaan


(15)

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Musang

Gambar 2 : Buah Kopi

Gambar 3 : Musang Makan Kopi Gambar 4 : Kotoran Musang Gambar 5 : Proses Penjemuran Gambar 6 : Proses Penjemuran Gambar 7 : Proses Penumbukan Kopi Gambar 8 : Biji Kopi Hasil Penumbukan Gambar 9 : Proses Penyortiran

Gambar 10: Proses Sangrai Gambar 11 : Kopi Siap Dijual


(16)

DAFTAR PUSTAKA

AEKI. 2002. Perdagangan dan Perindustrian Propinsi Lampung. Lampung. Anonimous.2002. DITJENIKAH-DEPPERINDAG RI.

hhtp://ikah.dprin.go.id/Intro.html

Ditjenbun. 2000. Statistik Perkebunan Lampung Barat 2000-2004. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Ditjenbun. 2003. Statistik Perkebunan Lampung Barat. http://www.talkaboutcoffee.com/coffee_beans.html.

Joewono. 2000. Pemasaran Agroindustri. PT Radja Grafindo Persada. Jakarta. Joewono. 2001. Pengembangan Pertanian Kompas tanggal 2 Oktober 2001 Kurniawaty. 2002 . Akutansi Biaya. Ed.S. Cet. 2. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi.

YKPN. Yogyakarta.

Kurniawaty. 2002. Saluran Pemasaran Pertanian.

hhtp://www.pikiranrakyat.com/cetak/0702/05/01.htmtgl.

Kustiari. 2007. Strategi Pengembangan SDM Agroindustri. CV Regina Abadi. Solo.

Saragih. 2002. Dampak Pengembangan Industri Pangan Terhadap Kesempatan Kerja .hhtp://202.159.18.43/jsi/jurnal.htm.

Soekartawati.1993. Dasar Manajemen hasil-hasil Pertanian dan Aplikasinya Universitas Brawijaya Malang. Rajawali Pres. Jakarta.

Suharto.1990. Ilmu Uasaha Tani. BPFE. Yogyakarta.

Suyanto.2008. Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi Nasional Menghadapi abad ke 21.Jakarta.

Yahmadi, Mudriq. 1998. Beberapa Catatan tentang Pengembangan Mutu Kopi Ekspor Indonesia 1983-1998. Simposium Kopi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Lampung.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan produksi kopi dunia selama kurun waktu 20 tahun (1980/1981 – 1999/2000) berfluktuasi dan cenderung mengalami peningkatan produksi, yaitu sebesar 5,2 juta ton (1980/1981) menjadi 6,3 juta ton pada tahun 1999/ 2000 (Ditjenbun, Tanpa tahun). Sebagian besar (75 %) produksi kopi dunia berasal dari jenis kopi Arabika, sisanya (25 %) berasal dari jenis kopi Robusta. Tetapi akhir-akhir ini (1998) produksi kopi Arabika cenderung menurun, yaitu menjadi 66 % dari produksi kopi dunia atau dibawah 4,2 juta ton. Kopi Arabika diproduksi oleh lebih dari 41 negara dengan penghasilan terbesar (50 – 60 %) berasal dari negara-negara Amerika Selatan dan Afrika seperti: Brazil, Kolombia, Kosta Rika, Elsavador, Guatemala, Kenya, Mexico. Kopi Robusta diproduksi oleh lebih dari 36 negara terutama di wilayah Afrika seperti Pantai Gading dan Uganda, sedangkan produsen terbesar kopi Robusta dunia adalah Indonesia, Vietnam dan India (Joewono H. 2001)

Tanaman kopi yang banyak dikenal ada dua jenis, yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Indonesia menghasilkan kopi Robusta lebih tinggi dibandingkan kopi Arabika. Dari total produksi kopi Indonesia, produksi kopi Robusta 93 % dan kopi Arabika 7 %, sedangkan kopi yang diekspor keseluruhannya berjumlah 6,03 % dari ekspor kopi dunia Produsen kopi terbesar kedua saat ini adalah Kolumbia, yang memegang sekitar 13% pasar kopi dunia. Tanaman kopi di Kolumbia banyak ditanam di dataran tingi Andes, sebagai produsen terbesar ketiga setelah Brazil


(18)

2

dan Vietnam. Kopi paling terkenal berasal dari Medellin, Armenia dan Manizales. Medellin adalah yang paling terkenal karena memiliki biji yang berat, kaya rasa dan keasaman yang seimbang. Kopi dari Bogota juga menjadi salah satu kopi terbaik yang memiliki keasaman lebih rendah dibanding dari Medellin. (Ditjenbun Departemen Pertanian, 2000).

Perkembangan produksi kopi dunia yang melebihi peningkatan permintaan telah 44 FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 1, Juli 2007 : 43 - 55 menyebabkan kelebihan pasokan dan mengakibatkan persaingan antar negara produsen menjadi semakin ketat. Dalam periode 1999-2004, rata-rata produksi kopi dunia mencapai 7,3 juta ton (FAO, 2004a). Brasilia memproduksi 2,1 juta ton yang 24 persen di antaranya jenis robusta, diikuti Vietnam 737 ribu ton (robusta 95%), Kolombia 650 ribu ton (robusta 2%), Indonesia 614 ribu ton (robusta 90%),dan India 286 (robusta 62%). Pangsa Indonesia di pasar kopi dunia cenderung menurun, walaupun volume ekspornya meningkat dalam periode tahun 1986-2004. Namun karena volume ekspor kopi Vietnam dan Brasilia mengalami peningkatan drastis, masing-masing sebesar 18,7 persen dan 2,8 persen per tahun, maka rata-rata pangsa ekspor Indonesia mengalami penurunan dari 6,7 persen dalam periode 1986-1989 turun menjadi hanya 5,5 persen dalam periode 2000-2004. Berbeda dengan Indonesia, rata-rata pangsa Vietnam di pasar kopi dunia menunjukkan peningkatan yang drastis. Dalam periode 1986-1989 pangsa Vietnam di pasar kopi biji hanya 0,7 persen, namun dalam periode 2000-2004 melonjak menjadi 13,92 persen. Peningkatan ekspor kopi Vietnam yang drastis didukung oleh produktivitas tanaman yang


(19)

3

tinggi yaitu sekitar 3 ton/ha, sementara produktivitas tanaman kopi Indonesia hanya sekitar 500-600 kg/ha. Penurunan pangsa ekspor Indonesia tidak sepenuhnya merefleksikan adanya penurunan daya saing ekspor kopi Indonesia, karena daya saing di pasar internasional tergantung pada negara pengekspor lainnya. Analisis daya saing ekspor kopi dengan menggunakan model pangsa pasar konstan (CMS) menunjukkan bahwa daya saing kopi Indonesia di pasar dunia cenderung meningkat (Kustiari, 2007).

Indonesia adalah Negara pengekspor kopi ke empat terbesar dunia. Dibawa pertama kali oleh Belanda abad 17 Masehi dan menjadi perkebunan yang suskses dimata bangsa eropa pada saat itu. Perkebunan kopi di Jawa menjadi terkenal, sehingga sampai sekarang nama ”Java” identik dengan kopi, kopi Arabika di Jawa dikenal sebagai kopi Arabika paling enak di dunia, dan menurut perkiraan, sisa kopi Arabika yang enak tersebut hanya ada di sebagian kecil wilayah Jawa Timur. Jenis kopi yang sekarang banyak ditanam adalah Robusta, sementara Arabika hanya sekitar 10% saja, sehingga Indonesia disebut sebagai produsen kopi Robusta terbesar di dunia. Volume ekspor kopi Indonesia rata-rata berkisar 350 ribu ton per tahun meliputi kopi robusta (85%) dan arabika (15%). Terdapat lebih dari 50 negara tujuan ekspor kopi Indonesia dengan USA, Jepang, Jerman, Italia, dan Inggris menjadi tujuan utama. Pelabuhan Panjang (Lampung) merupakan pintu gerbang ekspor kopi robusta Indonesia, pelabuhan Belawan (Sumatera Utara) merupakan pintu gerbang kopi arabika Sumatera, sedangkan pelabuhan Tanjung Perak (Jawa Timur) merupakan pintu gerbang kopi arabika dan robusta yang dihasilkan dari jawa Timur (Joewono H. 2001).


(20)

4

Peran kopi Indonesia di negara-negara pengimpor utama cenderung menurun Pangsa kopi dari Indonesia di Amerika Serikat, Jerman maupun Jepang masing-masing turun dari rata-rata 3,7, 6,0 dan 16,9 persen dalam periode 1986-1989 menjadi 3,5, 4,9 dan 12,8 persen pada periode 2000-2004. Pangsa Indonesia di pasar-pasar tersebut tampak menurun, yang diduga karena pangsa Indonesia direbut oleh Vietnam yang diindikasikan oleh meningkatnya pangsa pasar.Vietnam di Jerman dan Jepang yaitu masing-masing dari 0,22 dan 0,04 persen menjadi 12,0 dan 5,9 persen. Bahkan di Amerika rata-rata pangsa Vietnam menjadi 10,5 persen dalam periode 2000-2004, naik dari 3,2 persen dalam periode 1990-1999.

Daya saing ekspor Vietnam yang selalu meningkat di pasar kopi dunia diduga terkait dengan faktor kekhususan aset (asset specificity). Vietnam berada di daerah sub tropis yang memiliki perbedaan iklim yang tegas, enam bulan hujan dan enam bulan berikutnya kemarau. Iklim demikian sangat cocok untuk budidaya kopi karena pada waktu proses berbunga, tanaman kopi membutuhkan cuaca kering. Jika hujan maka bunganya akan rontok sehingga tidak menjadi putik. Selain itu, tanah di Vietnam lebih subur, disertai pula etos kerja petaninya yang berdisiplin tinggi dan progresif. Produktivitas kopi yang tinggi di Vietnam dan Brasilia masing-masing sekitar 2 ton dan 3 ton per ha, dimungkinkan karena sistem pengelolaan pertaniannya sangat intensif dan pemupukan dilakukan dengan tepat sesuai dengan dosis yang dianjurkan agar memperoleh hasil yang maksimal. Keberhasilan Vietnam ini tidak terlepas dari keterlibatan pemerintah yang relatif besar dalam mengembangkan kopi. Pemerintah Vietnam membangun irigasi,


(21)

5

jalan-jalan disentra-sentra produksi kopi, melakukan penelitian, memberikan penyuluhan dan mengucurkan kredit serta memberikan hak pengolahan dengan luas areal tidak terbatas hingga 50 tahun. Produktivitas kopi di Vietnam lebih tinggi dibandingkan dengan di negara-negara produsen kopi lainnya karena kopi banyak diPengolahankan oleh perPengolahanan negara (AEKI, 2002).

Permintaan akan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat mengingat kopi robusta Indonesia mempunyai keunggulan karena body yang dikandungnya cukup kuat, sedangkan kopi arabika yang dihasilkan oleh berbagai daerah di Indonesia mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan ekselen. Pada tahun 1959, luas perkebunan swasta dan perkebunan negara mencapai 47.291 hektar, sedangkan perkebunan rakyat mencapai 256.168 hektar. Total produksi kopi Indonesia pada tahun tersebut mencapai 84.274 ton.Hingga tahun 2007 luas perkebunan swasta dan perkebunan negara tidak menunjukkan perkembangan yang berarti yaitu hanya 52.482 hektar (4%), sedangkan perkebunan rakyat telah mencapai 1.243.429 hektar(96%). Produksi kopi Indonesia saat ini telah mencapai lebih kurang 650.000 ton per tahun, dimana sektor perkebunan rakyat merupakan penghasil utama kopi Indonesia (96,2%), sisanya dari sektor perkebunan swasta lebih kurang sebesar 10.000 ton (1,5%) dan dari sektor perkebunan negara menyumbang rata-rata 15.000 ton (2,3%) per tahun. Dari total produksi kopi Indonesia, 550.000 ton (81,2%) berupa kopi robusta dan 125.000 ton (18,8%) berupa kopi arabika. Lampung, Sumatera Selatan dan Bengkulu merupakan daerah utama penghasil kopi robusta Indonesia yang dalam pasar dunia lebih dikenal sebagai Kopi Robusta Sumatera. Sedangkan


(22)

6

daerah penghasil kopi arabika adalah Nanggro Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Beberapa daerah seperti Jawa

Timur, Bali dan Flores menghasilkan kopi arabika dan robusta (Ditjenbun. 2000).

Perkebunan kopi di Indonesia sebagian besar dimiliki oleh petani secara langsung, hanya beberapa bagian di pulau Jawa perkebunan kopi warisan Hindia Belanda yang masih dikuasai oleh pemerintah melalui PT Perkebunan Negara (PTPN). Perdagangan kopi di Indonesia kebanyakan sudah dikuasai oleh perPengolahanan asing yang mendisikan badan Pengolahan di Indonesia, sebut saja Nestle dan perPengolahanan multinasional lainnya. Mereka sudah mulai memasuki ke semua daerah perkebunan kopi di Indonesia untuk melihat potensi kopi yang ada. Hal ini karena perdagangan kopi pada tingkat konsumen saat ini lebih mengarah kepada indikasi geografis asal kopi tersebut. Sebagai contoh kalau kita pergi ke kedai kopi kita akan menenui beberapa jenis kopi, misalnya kopi Java, kopi Toraja, kopi Bali, kopi Gayo dan lainnya. Hal ini karena di setiap daerah memiliki rasa kopi yang berbeda walaupun misalnya dari varietas kopi yang sama. Kondisi tanah, ketinggian perkebunan, dan iklim sangat mempengaruhi rasa kopi. Terutama di Indonesia karena model pengeringan yang tradisional, bau tanah aroma kopi sangat digemari di luar negeri.

Di Indonesia mula-mula tanaman kopi perkebunan banyak terdapat di Jawa Tengah, yakni daerah Semarang, Sala, Kedu dan di Jawa Timur. Di Sumatera terdapat di Lampung, Palembang, Sumatera Barat dan Sumatera Utara.


(23)

7

Dengan berkembangnya daerah-daerah yang membudidayakan kopi, maka semakin berkembang pulalah areal perkebunan kopi di Indonesia

Sementara di Indonesia, sebagian besar diPengolahankan oleh petani yang memiliki modal dan sumber daya manusia, sehingga kopi yang diproduksi oleh petani mutunya kebanyakan masih asalan. Selain karena bantuan badan-badan internasional, berbagai upaya terus dilakukan pemerintah negara-negara produsen kopi guna mempertahankan kelangsungan industri kopinya. Di bidang harga, pemerintah menetapkan harga dasar pembelian kopi bersama-sama dengan pengekspor. Penetapan harga ini dikeluarkan oleh Menteri Pertanian atas usul asosiasi kopi Vietnam (Vietnam Coffee and Cocoa Association-VICOFA). Pada tahun 2001, Vietnam melakukan penambahan areal kopi arabika seluas 40 ribu ha (20 ribu ha sudah ditanami dan 20 ribu ha sedang ditanami). Proyek perluasan areal kopi arabika ini mendapat bantuan dari Badan Bantuan Pembangunan Perancis Agency) sebesar 40 juta dolar AS. Target pengembangan kopi arabika adalah seluas 100 ribu ha hingga tahun 2005, sebagai upaya memperbaiki proporsi kopi arabika terhadap opi robusta (AEKI, 2002).

Kopi yang dibudidayakan petani di Lampung barat sebagian besar adalah kopi Robusta. Tanaman kopi ditumpangsari dengan tanaman lada dan kayu manis. Tanaman kopi sebagai tanaman pokok, tanaman lada sebagai disela – sela dan pisang ditanam mengelilingi lahan kopi sekaligus berfungsi sebagai tanaman pembatas kepemilikan lahan. Populasi untuk masing – masing tanaman dilahan ini adalah tanaman kopi kurang lebih 2000 – 2500 batang/ha, dan tanaman ladasebanyak 100 batang/ha. Umur tanaman sudah tidak produktif lagi. Setelah


(24)

8

berumur kurang lebih 6 – 7 tahun akan mengalami penurunan produksi. Maka untuk menjaga stabilitas produksi petani diwilayah ini biasanya melakukan peremajaan tanaman. Dengan cara distek dengan bibit tanaman yang unggul. Ganguan hama dan penyakit. Hama dan penyakit ini biasanya menyerang tanaman dengan cara mematahkan cabang tanaman. Namun dampak dari serangan hama ini masih sedikit, sehingga gangguan hama ini cenderung diabaikan oleh petani. Gangguan terhadap produksi dan pertumbuhan tanaman kopi yang lain adalah gulma yang tumbuh di sekitar batang kopi

Kopi arabika memiliki permintaan yang cukup tinggi di pasar dunia. Harga kopi jenis arabika di pasar internasional mencapai 3,2 dollar AS per kilogram, sementara kopi robusta hanya separuhnya, yakni 1,5 dollar AS. Beralihnya petani kopi Lampung barat kopi menanam jenis arabika membuat ekspor kopi jenis ini meningkat tajam tahun 2006 dibanding tahun sebelumnya. Dari bulan Januari hingga November 2006 ekspor kopi jenis arabika dari lampung mencapai 44,710 ton, sementara untuk periode yang sama pada tahun 2005 hanya mencapai 36,413 ton (Suyanto, 2008)

Industri kecil adalah badan Pengolahan yang menjalankan proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala kecil. Apabila dilhat dari sifat dan bentuknya, maka industri kecil bercirikan: (1) berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian (2) dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu mengembangkan sumberdaya manusia (3) menerapkan teknologi lokal (indigenous technology) sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh


(25)

9

tenaga lokal dan (4) tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif (Yahmadi, Mudriq. 1998.)

Menurut Joewono 1998 Yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan nilai tambah produk pertanian, pada dasarnya nilai tambah bukan diukur dari apa yang sudah dilakukan termasuk segala biaya yang harus dikeluarkan, tetapi diukur dari persepsi nilai di benak konsumen. Karena nilai tambah diukur dengan persepsi konsumen, maka peran pemasaran termasuk brand menjadi penting. Jadi kalau kita bisa memberi persepsi lebih tinggi melalui value creation dan dilengkapi dengan aplikasi pemasaran yang benar, maka agroindustri akan memberi sumbangan lebih besar. Selama ini komoditas pertanian sering didera gonjang-ganjing anjloknya harga karena pasokan berlimpah. Agroindustri bisa menjadi sarana melepaskan diri dari situasi commodity-like-trap. Nilai tambah bisa ditingkatkan melalui industri pengolahan. Program yang perlu dikembangkan, yaitu berupa pengembangan komoditas unggulan dan andalan, peningkatan nilai tambah produk pertanian seperti kopi. Kopi musang (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan salah satu dari jenis kopi yang berasal dari biji kopi yang sebelumnya sudah dimakan dan masuk kedalam pencernaan hewan bernama musang. Musang memang senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Musang akan memilih buah kopi yang betul-betul masak sebagai makanannya, kemudian biji kopi yang dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran musang.


(26)

10

Dalam proses pengolahan kopi Luwak, perlu adanya penanganan biaya dan pendapatan, biaya digunakan untuk mengetahui jumlah pengeluaran yang dilakukan dalam pengolahan kopi luwak, sedangkan pendapatan untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diterima dalam Pengolahan kopi luwak.

1.2 Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya maka perumusan masalah penelitian tentang analisis biaya dan Pendapatan pengolahan kopi luwak adalah sebagai berikut :

1. Berapakah biaya dan pendapatan pada pengolahan kopi luwak? 2. Apakah Pengolahan kopi luwak efisien?

1.3 Tujuan dan kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis biaya dan pendapatan pengolahan kopi luwak 2. Untuk menganalisis tingkat efisiensi pengolahan kopi luwak 1.3.2 Kegunaan

Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan ini adalah:

1. Dapat memberikan gambaran kepada pengusaha kopi luwak tentang biaya, pendapatan dan efisiensi, sebagai dasar untuk pengembangan pengolahan kopi luwak dalam sekala besar.


(27)

11 1.4 Batasan istilah dan Pengukuran Variabel

Agar persepsi penelitaian dan pembaca tidak berbeda maka ada istilah yang bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor produksi adalah keseluruhan input yang digunakan pada pengolahan kopi luwak meliputi: pembuatan kandang, bahan baku produksi, tenaga kerja dan penerimaan.

2. Biaya total (TC) adalah penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel yang dihitung dalam Rupiah/bulan (Rp/bulan).

3. Biaya tetap ( FC) biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi besarnya produksi yang dihitung dalam Rupiah/bulan (Rp/bulan).

4. Biaya varibel (VC) biaya yang besar kecilnya dipengaruhi besarnya produksi yang dihitung dalam Rupiah/bulan (Rp/bulan).

5. Pendapatan adalah selisih antara nilai produksi (TR) dengan biaya produksi (TC) penerimaan (TR) adalah nilai uang yang diperoleh dari hasil penjualan kopi luwak yang dihitung dalam Rupiah/bulan (Rp/bulan). 6. Tingkat efisiensi adalah upaya untuk mencapai tujuan dengan mengunakan

sumberdaya yang optimal, untuk mencapai keuntungan yang maksimal yang dinyatakan dalam prosentase (%).

7. Transportasi adalah biaya yang digunakan untuk memenuhi sarana produksi yang dihitung dalam Rupiah/bulan (Rp/bulan).

8. Upah pekerja harian adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja selama ada kegiatan untuk memproduksi kopi luwak dihitung dalam satuan Rupiah/bulan (Rp/bulan)


(28)

12

9. Produksi kopi bubuk adalah hasil diperoleh dari kegiatan pengolahan kopi luwak dihitung dalam satuan kilogram/bulan.

10.Harga jual adalah harga jual kopi luwak dengan distributor pada saat ada pesanan kopi luwak bubuk ( Rp/Kg).

11.Penerimaan adalah semua hasil produksi dikalikan dengan harga persatuan produksi (Rp/Kg).

12.Pendapatan adalah semua penerimaan yang diperoleh dari pengolahan kopi luwak dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan dan dihitung dalam rupiah (Rp).

13.Lesung adalah sarana untuk menumbuk kopi menjadi kopi bubuk. 14.Bakul adalah ayaman bambu menaruh tempat kopi sebelum ditumbuk. 15.Tepiyuk adalah ayaman dari bambu yang digunakan untuk menjemur

kotoran musang.

16.Helu adalahkayu bulat untuk menumbuk kopi menjadi kopi bubuk. 17.Ayakakan halus adalah untuk menghaluskan kopi setelah ditumbuk. 18.Kancah adalah tempat menyangrai kopi sebelum ditumbuk.

19.Sintung adalah alat yang digunakan untuk mebolak-balik pada saat menyangrai kopi.


(1)

7

Dengan berkembangnya daerah-daerah yang membudidayakan kopi, maka semakin berkembang pulalah areal perkebunan kopi di Indonesia

Sementara di Indonesia, sebagian besar diPengolahankan oleh petani yang memiliki modal dan sumber daya manusia, sehingga kopi yang diproduksi oleh petani mutunya kebanyakan masih asalan. Selain karena bantuan badan-badan internasional, berbagai upaya terus dilakukan pemerintah negara-negara produsen kopi guna mempertahankan kelangsungan industri kopinya. Di bidang harga, pemerintah menetapkan harga dasar pembelian kopi bersama-sama dengan pengekspor. Penetapan harga ini dikeluarkan oleh Menteri Pertanian atas usul asosiasi kopi Vietnam (Vietnam Coffee and Cocoa Association-VICOFA). Pada tahun 2001, Vietnam melakukan penambahan areal kopi arabika seluas 40 ribu ha (20 ribu ha sudah ditanami dan 20 ribu ha sedang ditanami). Proyek perluasan areal kopi arabika ini mendapat bantuan dari Badan Bantuan Pembangunan Perancis Agency) sebesar 40 juta dolar AS. Target pengembangan kopi arabika adalah seluas 100 ribu ha hingga tahun 2005, sebagai upaya memperbaiki proporsi kopi arabika terhadap opi robusta (AEKI, 2002).

Kopi yang dibudidayakan petani di Lampung barat sebagian besar adalah kopi Robusta. Tanaman kopi ditumpangsari dengan tanaman lada dan kayu manis. Tanaman kopi sebagai tanaman pokok, tanaman lada sebagai disela – sela dan pisang ditanam mengelilingi lahan kopi sekaligus berfungsi sebagai tanaman pembatas kepemilikan lahan. Populasi untuk masing – masing tanaman dilahan ini adalah tanaman kopi kurang lebih 2000 – 2500 batang/ha, dan tanaman ladasebanyak 100 batang/ha. Umur tanaman sudah tidak produktif lagi. Setelah


(2)

8

berumur kurang lebih 6 – 7 tahun akan mengalami penurunan produksi. Maka untuk menjaga stabilitas produksi petani diwilayah ini biasanya melakukan peremajaan tanaman. Dengan cara distek dengan bibit tanaman yang unggul. Ganguan hama dan penyakit. Hama dan penyakit ini biasanya menyerang tanaman dengan cara mematahkan cabang tanaman. Namun dampak dari serangan hama ini masih sedikit, sehingga gangguan hama ini cenderung diabaikan oleh petani. Gangguan terhadap produksi dan pertumbuhan tanaman kopi yang lain adalah gulma yang tumbuh di sekitar batang kopi

Kopi arabika memiliki permintaan yang cukup tinggi di pasar dunia. Harga kopi jenis arabika di pasar internasional mencapai 3,2 dollar AS per kilogram, sementara kopi robusta hanya separuhnya, yakni 1,5 dollar AS. Beralihnya petani kopi Lampung barat kopi menanam jenis arabika membuat ekspor kopi jenis ini meningkat tajam tahun 2006 dibanding tahun sebelumnya. Dari bulan Januari hingga November 2006 ekspor kopi jenis arabika dari lampung mencapai 44,710 ton, sementara untuk periode yang sama pada tahun 2005 hanya mencapai 36,413 ton (Suyanto, 2008)

Industri kecil adalah badan Pengolahan yang menjalankan proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala kecil. Apabila dilhat dari sifat dan bentuknya, maka industri kecil bercirikan: (1) berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian (2) dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu mengembangkan sumberdaya manusia (3) menerapkan teknologi lokal (indigenous technology) sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh


(3)

9

tenaga lokal dan (4) tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif (Yahmadi, Mudriq. 1998.)

Menurut Joewono 1998 Yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan nilai tambah produk pertanian, pada dasarnya nilai tambah bukan diukur dari apa yang sudah dilakukan termasuk segala biaya yang harus dikeluarkan, tetapi diukur dari persepsi nilai di benak konsumen. Karena nilai tambah diukur dengan persepsi konsumen, maka peran pemasaran termasuk brand menjadi penting. Jadi kalau kita bisa memberi persepsi lebih tinggi melalui value creation dan dilengkapi dengan aplikasi pemasaran yang benar, maka agroindustri akan memberi sumbangan lebih besar. Selama ini komoditas pertanian sering didera gonjang-ganjing anjloknya harga karena pasokan berlimpah. Agroindustri bisa menjadi sarana melepaskan diri dari situasi commodity-like-trap. Nilai tambah bisa ditingkatkan melalui industri pengolahan. Program yang perlu dikembangkan, yaitu berupa pengembangan komoditas unggulan dan andalan, peningkatan nilai tambah produk pertanian seperti kopi. Kopi musang (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan salah satu dari jenis kopi yang berasal dari biji kopi yang sebelumnya sudah dimakan dan masuk kedalam pencernaan hewan bernama musang. Musang memang senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Musang akan memilih buah kopi yang betul-betul masak sebagai makanannya, kemudian biji kopi yang dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran musang.


(4)

10

Dalam proses pengolahan kopi Luwak, perlu adanya penanganan biaya dan pendapatan, biaya digunakan untuk mengetahui jumlah pengeluaran yang dilakukan dalam pengolahan kopi luwak, sedangkan pendapatan untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diterima dalam Pengolahan kopi luwak.

1.2 Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya maka perumusan masalah penelitian tentang analisis biaya dan Pendapatan pengolahan kopi luwak adalah sebagai berikut :

1. Berapakah biaya dan pendapatan pada pengolahan kopi luwak? 2. Apakah Pengolahan kopi luwak efisien?

1.3 Tujuan dan kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis biaya dan pendapatan pengolahan kopi luwak 2. Untuk menganalisis tingkat efisiensi pengolahan kopi luwak 1.3.2 Kegunaan

Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan ini adalah:

1. Dapat memberikan gambaran kepada pengusaha kopi luwak tentang biaya, pendapatan dan efisiensi, sebagai dasar untuk pengembangan pengolahan kopi luwak dalam sekala besar.


(5)

11 1.4 Batasan istilah dan Pengukuran Variabel

Agar persepsi penelitaian dan pembaca tidak berbeda maka ada istilah yang bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor produksi adalah keseluruhan input yang digunakan pada pengolahan kopi luwak meliputi: pembuatan kandang, bahan baku produksi, tenaga kerja dan penerimaan.

2. Biaya total (TC) adalah penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel yang dihitung dalam Rupiah/bulan (Rp/bulan).

3. Biaya tetap ( FC) biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi besarnya produksi yang dihitung dalam Rupiah/bulan (Rp/bulan).

4. Biaya varibel (VC) biaya yang besar kecilnya dipengaruhi besarnya produksi yang dihitung dalam Rupiah/bulan (Rp/bulan).

5. Pendapatan adalah selisih antara nilai produksi (TR) dengan biaya produksi (TC) penerimaan (TR) adalah nilai uang yang diperoleh dari hasil penjualan kopi luwak yang dihitung dalam Rupiah/bulan (Rp/bulan). 6. Tingkat efisiensi adalah upaya untuk mencapai tujuan dengan mengunakan

sumberdaya yang optimal, untuk mencapai keuntungan yang maksimal yang dinyatakan dalam prosentase (%).

7. Transportasi adalah biaya yang digunakan untuk memenuhi sarana produksi yang dihitung dalam Rupiah/bulan (Rp/bulan).

8. Upah pekerja harian adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja selama ada kegiatan untuk memproduksi kopi luwak dihitung dalam satuan Rupiah/bulan (Rp/bulan)


(6)

12

9. Produksi kopi bubuk adalah hasil diperoleh dari kegiatan pengolahan kopi luwak dihitung dalam satuan kilogram/bulan.

10.Harga jual adalah harga jual kopi luwak dengan distributor pada saat ada pesanan kopi luwak bubuk ( Rp/Kg).

11.Penerimaan adalah semua hasil produksi dikalikan dengan harga persatuan produksi (Rp/Kg).

12.Pendapatan adalah semua penerimaan yang diperoleh dari pengolahan kopi luwak dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan dan dihitung dalam rupiah (Rp).

13.Lesung adalah sarana untuk menumbuk kopi menjadi kopi bubuk. 14.Bakul adalah ayaman bambu menaruh tempat kopi sebelum ditumbuk. 15.Tepiyuk adalah ayaman dari bambu yang digunakan untuk menjemur

kotoran musang.

16.Helu adalah kayu bulat untuk menumbuk kopi menjadi kopi bubuk. 17.Ayakakan halus adalah untuk menghaluskan kopi setelah ditumbuk. 18.Kancah adalah tempat menyangrai kopi sebelum ditumbuk.

19.Sintung adalah alat yang digunakan untuk mebolak-balik pada saat menyangrai kopi.


Dokumen yang terkait

Distribusi pendapatan usaha tani jeruk menurut faktor produksi di desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 43 78

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN PENGOLAHAN KOPI LUWAK(Pada Usaha Bapak Efendi Ahmad Di Desa Way Mengaku Kecamatan Liwa Kabupeten Lampung Barat)

0 6 2

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN PENGOLAHAN KOPI LUWAK(Pada Usaha Bapak Efendi Ahmad Di Desa Way Mengaku Kecamatan Liwa Kabupeten Lampung Barat)

0 4 2

ANALISIS NILAI TAMBAH, KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PADA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI PEKON WAY MENGAKU KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT

2 18 98

ANALISIS KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT, KABUPATEN LAMPUNG BARAT

12 50 77

DESKRIPSI INDUSTRI KOPI LUWAK DI WILAYAH KELURAHAN WAY MENGAKU KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2012

0 8 43

DESKRIPSI INDUSTRI KOPI LUWAK DI WILAYAH KELURAHAN WAY MENGAKU KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2012

0 10 42

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU DI DESA SUKA MAKMUR KECAMATAN WIH PESAM KABUPATEN BENER MERIAH (Studi Kasus Usaha Bapak Edi) Darmiati

0 0 9

ANALISIS PENDAPATAN USAHA KOPI TUBRUK GAYO DI DESA CONTO KECAMATAN TIMANG GAJAH KABUPATEN BENER MERIAH (Studi Kasus pada Usaha Kopi Bapak Syukri) Intan Sari Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK - ANALISIS PENDAPATAN USAHA K

0 0 9

STRATEGI PEMASARAN KOPI LUWAK DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI LINIER BERGANDA (Studi kasus di Desa Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat) Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

0 0 94