RESPON SEL FIBROBLAS GIGI DENGAN PULPA TERBUKA HARI 1, 3, DAN 7 (Kajian In Vivo pada Gigi Molar Sprague Dawley)

(1)

PULPA TERBUKA HARI 1, 3, DAN 7

(Kajian In Vivo pada Gigi Molar Sprague Dawley)

Disusun untuk Memenuhi Sebagaian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

MEGAWATI

20120340059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

RESPON SEL FIBROBLAS GIGI DENGAN

PULPA TERBUKA HARI 1, 3, DAN 7

(Kajian In Vivo pada Gigi Molar Sprague Dawley)

Disusun untuk Memenuhi Sebagaian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

MEGAWATI

20120340059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

iii

Nama : Megawati

NIM : 20120340059

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya tulis saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini penjiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 02 Mei 2016 Yang membuat pernyataan,


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Respon Sel Fibroblas Gigi dengan Pulpa Terbuka Hari 1, 3, dan 7” yang disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dengan terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. drg. Sartika Puspita, MDSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan masukannya selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

4. drg. Dwi Suhartiningtyas, MDSc selaku dosen penguji karya tulis ilmiah ini, yang sudah memberikan kritikan dan saran yang membangun dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Kedua orang tua tercinta, Ibrahim Buyung dan Raisa Taher yang telah memberi dukungan moral, material, dan senantiasa mendoakan untuk segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Saudara-saudari kandung, Robbi Akmal, Rusdi Akmal, Fauzi Akmal, Mardiati, Abdul Hasim, Nurul, Kiki Mutia, yang senantiasa memberikan semangat untuk menyelesaikan KTI


(5)

v

8. Fina, Tia, Dondi, Aristia, Gina, Lintangkerty, Puji, Ufityah, Sekar, Shafira, dan Vika Jati, serta sahabat-sahabat jauh dikala sedih maupun susah.

9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya KTI ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangannya, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan dan peningkatan kualitas Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata, penulis mengharapkan karya tulis ilmiah ini dapat diterima dan penelitian dapat berjalan dengan lancar.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 02 Mei 2016


(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Jejas Mekanis Pulpa ... 6

2. Proses Patologis Jaringan Pulpa Terhadap Jejas ... 7

3. Peran Sel pada Fase Terjadinya Luka ... 12

4. Fibroblas ... 13

B. Landasan Teori ... 14

C. Kerangka Konsep ... 16

D. Hipotesis ... 16

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 17

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

C. Subyek Penelitian ... 17

D. Identifikasi Variabel Penelitian ... 18

E. Definisi Operasional... 18

F. Alat dan Bahan Penelitian ... 19

G. Jalannya Penelitian ... 20

H. Analisis Data ... 22

I. Alur Penelitian ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 25

B. Pembahasan ... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 35


(7)

vii

Tabel 1. Peran sel pada fase penyembuhan luka ... 12 Tabel 2. Data Jumlah Sel Fibroblas pada Masing-masing Subjek

dan Area Pengamatan ... 25 Tabel 3. Jumlah, Rerata dan Standar Deviasi (SD) Fibroblas pada

Pulpa Terbuka Hari 1, 3, dan 7 ... 27 Tabel 4. Uji Normalitas Data (Saphiro-Wilk) antar kelompok hari 1, 3, 7... 29 Tabel 5. Uji Variansi Data (Uji Levene) antar kelompok hari 1, 3, 7 ... 29 Tabel 6. Hasil analisa statistik uji one way annova perbedaan respon

fibroblas pulpa terbuka pada hari 1, 3, dan 7. ... 30 Tabel 7. Uji Tukey HSD untuk menentukan signifikansi antar kelompok ... 30


(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sel fibroblas... 14 Gambar 2. Skema Kerangka Konsep ... 16 Gambar 3. Skema Alur Penelitian ... 24 Gambar 4. Gambaran mikroskopik pulpa terbuka kelompok hari ke-1

dengan jumlah fibroblas sebanyak 7 terlihat pada area dekat

jejas ... 26 Gambar 5.Gambaran mikroskopik pulpa terbuka kelompok hari ke-3

dengan jumlah fibroblas sebanyak 2 terlihat pada area 2/3

saluran pulpa mesial ... 26 Gambar 6.Gambaran mikroskopik pulpa terbuka kelompok hari ke-7

dengan jumlah fibroblas sebanyak 18 terlihat pada area 1/3

saluran pulpa distal ... 26 Gambar 7. Perbandingan Jumlah Fibroblas hari ke 1, 3, dan 7 ... 28


(9)

ix

Lampiran 1. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian ... 40

Lampiran 2. Data Statistik... 42

Lampiran 3. Dokumentasi ... 46

Lampiran 4. Foto Perlakuan Tikus ... 47


(10)

(11)

x

iritasi hingga nekrosis pulpa. Fibroblas merupakan sel utama pulpa yang terlibat dalam proses degradasi dan aktif saat jaringan mengalami kerusakan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon sel fibroblas pada pulpa terbuka pada hari ke 1, 3, dan 7.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris murni in vivo menggunakan 9 ekor tikus Sprague Dawley jantan yang dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan durasi pulpa terbuka, yaitu kelompok 1 hari, 3 hari dan 7 hari. Gigi molar kanan rahang atas setiap tikus diberi jejas mekanis menggunakan bur bulat dan sonde. Jumlah sel fibroblas diamati setelah dibuatkan preparat histologis dengan pewarnaan Hematoksilin eosin.

Hasil penelitian menunjukkan jumlah rerata sel fibroblas pada kelompok hari ke-1 lebih banyak dengan nilai 3,67 dibandingkan dengan kelompok hari ke-3 dengan nilai 2,33. Jumlah rerata sel fibroblas paling banyak pada kelompok hari ke-7, dengan nilai 13,67. Data dari masing-masing kelompok dianalisa menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji one way annova, dan uji tukey. Hasil penelitian mengenai lamanya pulpa terbuka terhadap jumlah sel fibroblas pada gigi molar kanan rahang atas tikus Sprague Dawley setelah diberikan jejas mekanis menghasilkan nilai p=0,011, yang artinya terdapat perbedaan bermakna pada respon fibroblas dengan pulpa terbuka hari ke 1, 3, dan 7.

Kesimpulan penelitian ini adalah respon sel fibroblas pada gigi Sprague Dawley dengan pulpa terbuka hari 1, 3, dan 7 memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik dengan nilai p<0,05.


(12)

xi ABSTRACT

During cavity preparation and the removal of carious dentin, it is possible to happen the exposure of dental pulp accidentally, it named pulp exposure by iatrogenic factor. Pulp exposure can make the irritation of the pulp then causing pulp necrosis. Fibroblast is predominant cell of pulp that involved in degradation process and active during pulp damage.

The aim of this study is to know fibroblast cell responses in pulp with exposure condition caused by iatrogenic factor on day 1, 3 and 7.

The study was an experimental laboratory research in vivo which used 9 Sprague Dawley male rats was divided into 3 groups base on pulp exposure duration, there was group day-1, day-3 and day-7. Maxillary right molar was given iatrogenic injury by round bur and explore. Number of fibroblast was observed after made of preparat with Hematoxylin eosin.

The results showed the average number of fibroblasts in group day 1 more, with a value of 3,67 compared with the group day 3 with the value of 2,33. Average of fibroblast most founded in group day 7 with a value of 13,67. Data from each group were analyzed using normality, homogenity, one-way annova and tukey test. Analysis result on influence of pulp exposure time to number of fibroblast cell of right molar maxillary Sprague Dawley (after mechanic injury) shows result with p value=0,011, Thus, it can be concluded that there is a significant difference between time exposure and number of fibroblast.

The conclusion of this study is fibroblast respon of molar Sprague Dawley rat which pulp exposed by iatrogenic day 1, 3, and 7 has significant differentiation statistically with p value <0,05.


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pulpa adalah jaringan lunak pada gigi yang berasal dari jaringan mesenkim (Garg & Garg, 2008). Fungsi primer pulpa adalah formatif yakni membentuk odontoblas terkait dengan perkembangan gigi geligi, setelah itu pulpa melaksanakan fungsi sekundernya yakni fungsi yang terkait dengan sensitivitas gigi, hidrasi dan pertahanan. Iritasi pulpa dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penyakit (Walton & Torabinejad, 2008).

Terbentuknya kavitas dapat memungkinkan terjadinya iritasi jaringan pulpa, sehingga mengakibatkan inflamasi. Secara garis besar, iritan terhadap jaringan pulpa dapat terbagi menjadi tiga yaitu iritan mikroba, iritan mekanik, dan iritan kimia (Walton & Torabinejad, 2008). Preparasi kavitas yang dalam tanpa pendinginan yang memadai, dampak trauma, trauma oklusal, kuretase periodontal yang dalam, dan gerakan ortodonsi merupakan iritan-iritan mekanik yang berperan terhadap kerusakan jaringan pulpa (Walton & Torabinejad, 2008).

Terbentuknya kavitas secara iatrogenic sering dijumpai pada saat operator melakukan preparasi kavitas dan pembuangan jaringan karies dentin yang dapat memungkinkan pulpa terbuka (Lu et al., 2008).

Pulpa merupakan bagian terpenting dari gigi yang merupakan salah satu ciptaan Allah yang harus kita pelajari. Hal tersebut digambarkan dalam hadist berikut ini:


(14)

2

ّّ يف اورّكفت او ، ّّ قْلخ يف اورّكفت

)سابع نبا نع ميعن وبأ هاور(

Artinya: Berfikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Dzat Allah” (HR. Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas). Hadits ini

dihasankan Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam Shahihul Jami’sh Shaghir

(2976) dan Silsilatu Ahadits Ash-Shahihah (1788).

Berdasarkan hadist tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan manusia untuk melakukan tafakur yang akan mengantarkan kepada kemanfaatan, kebaikan, ketaatan, keimanan dan ketundukan kepada Allah SWT, yaitu dengan tafakur mengenai ciptaan Allah. Sebaliknya, beliau melarang kita berpikir tentang dzat Allah karena manusia tidak akan menjangkaunya, juga bisa mengantarkan kepada kesesatan dan kebinasaan. Rasulullah SAW juga adalah orang yang sangat memperhatikan kebersihan

dan kesehatan gigi. Hal ini digambarkan dalam hadist “Apabila Nabi SAW bangun dari tidurnya, beliau SAW selalu bersiwak (membersihkan gigi

dengan siwak).” (HR. Bukhari Muslim).

Pembengkakan akibat pulpa terbuka adalah termasuk proses inflamasi (Kunarti, 2008). Proses inflamasi pulpa merupakan respon terhadap suatu jejas dan mekanisme pertahanan pulpa yang dibutuhkan untuk menjaga struktur dan fungsi jaringan pulpa (Puspita et al., 2011). Arenberg (1999) dalam Kunarti (2008) menemukan bahwa respon inflamasi secara utuh bergantung pada keadaan pembuluh darah dan sel yang terkandung di dalam pembuluh darah. Inflamasi dapat akut dan kronis, salah satu perbedaan inflamasi akut dan kronis terletak pada jenis sel yang terlibat. Sel yang terlibat dalam inflamasi akut adalah neutrofil dan monosit sedangkan pada inflamasi kronis adalah makrofag dan limfosit (Baratawidjaja & Rengganis, 2012).


(15)

Secara garis besar, proses penyembuhan jejas terdiri 3 fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodeling (Jong, 2004). Fase proliferasi dibuktikan dengan angiogenesis, deposisi jaringan kolagen, pembentukan jaringan granulasi, dan migrasi sel epitel. Pembentukan jaringan granulasi melibatkan sel fibroblas. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa terjadi peningkatan jumlah sel fibroblas pada jaringan yang mengalami inflamasi setelah pemberian suatu bahan kaping pulpa. Namun, perlu dilakukan penelitian terhadap respon alami sel fibroblas pada pulpa yang mengalami inflamasi tanpa adanya pemberian suatu bahan kaping pulpa.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penting dilakukan penelitian untuk mengetahui respon sel fibroblas pada gigi dengan pulpa terbuka hari 1, 3, dan 7.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu: Apakah terdapat perbedaan respon sel fibroblas pada gigi dengan pulpa terbuka hari 1, 3, dan 7?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan diantaranya: 1. Tujuan Umum

Mengetahui respon sel fibroblas gigi dengan pulpa terbuka. 2. Tujuan Khusus

Mengetahui perbedaan masing-masing respon sel fibroblas dengan pulpa terbuka hari 1, 3, dan 7.


(16)

4

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diantaranya: 1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah terutama dalam bidang kesehatan gigi.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian dalam bidang ilmu kedokteran gigi.

b. Menjadi informasi ilmiah di bidang kedokteran gigi mengenai respon sel fibroblas gigi dengan pulpa terbuka hari 1, 3, dan 7 (penelitian in vivo).

3. Bagi Dokter Gigi

Penelitian ini dapat dijadikan trigger bagi dokter gigi untuk lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan perawatan gigi agar pulpa tidak terbuka secara iatrogenik.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian dalam bidang kedokteran gigi yang menggunakan hewan sebagai animal model yang pernah dilakukan antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dana T. Graves et al., 2012 yang berjudul

Animal Models to Study Host-Bacteria Interactions Involved


(17)

Tujuan penelitian tersebut adalah sebagai pengembangan dasar sains untuk lebih memahami proses patologis utama periodontitis. Beda penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah penggunaan tikus sebagai animal model untuk melihat respon jaringan terhadap pulpa terbuka hari ke-1, 3, dan 7.

2. Penelitian yang dilakukan oleh M. Michael, 2010 yang berjudul “Swine as Models in Dental and Oral Surgical Research”. Jenis Penelitian tersebut adalah penelitian eksperimental. Tujuan penelitian tersebut adalah sebagai miniature pig pada proses bedah gigi dan mulut. Beda penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah penggunaan tikus sebagai animal model untuk melihat respon jaringan terhadap pulpa terbuka hari ke-1, 3, dan 7.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ryan S. Jackson, MD et al., 2015 yang

berjudul “An Athymic Rat model for Mandibular Osteoradionecrosis

Allowing for Direct Translation of Regenerative Treatments”. Jenis

penelitian tersebut adalah eksperimental. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk membuat model osteoradionecrosis pada tikus athymic. Beda penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah penggunaan tikus sebagai animal model untuk melihat respon jaringan terhadap pulpa terbuka hari ke-1, 3, dan 7.


(18)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni yang dilakukan pada hewan uji secara in vivo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Uji dan Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September 2015. C. Subyek Penelitian

1. Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan adalah gigi tikus jantan Sprague Dawley dengan berat badan 250-300 gram dan berumur 3-4 bulan yang diperoleh dari peternakan hewan uji di daerah Condong Catur. Jumlah sampel masing-masing hari adalah 3 gigi (n=3) dan total sampel sebanyak 9 gigi. Setiap 1 ekor tikus diambil 1 gigi yaitu gigi molar pertama kanan rahang atas, sehingga penelitian ini menggunakan 3 ekor tikus pada masing-masing hari. Jumlah tikus yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 ekor.


(19)

2. Sel yang diamati

Sel yang diamati adalah sel fibroblas yang terdapat pada gigi tikus Sprague Dawley dengan keadaan pulpa terbuka hari 1, 3, dan 7.

D. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Pengaruh

Pulpa terbuka akibat jejas mekanis 2. Variabel Terpengaruh

Sel fibroblast 3. Variabel Terkendali

a. Gigi tikus Sprague Dawley dengan berat 250-300 gram, berjenis kelamin jantan, dan berumur 3-4 bulan

b. Pakan tikus menggunakan BR-2 c. Round bur no 10 (1 mm)

d. Sonde

e. Kedalaman kavitas 1 – 1,2 mm (pulpa terbuka) E. Definisi Operasional

1. Pulpa terbuka adalah gigi molar Sprague Dawley dengan pulpa yang terbuka akibat diberikan jejas mekanis didapatkan dengan preparasi kavitas menggunakan round bur no 10 berdiameter 1 mm sedalam 1 hingga 1,2 mm² dan aplikasi sonde atau hingga pulpa terbuka (Puspita et al., 2011)

2. Sel fibroblas adalah sel yang muncul pada penelitian ini akibat pulpa gigi terbuka karena jejas mekanis yang dibiarkan selama 1, 3, dan 7 hari.


(20)

19

3. Gambaran histologis sel fibroblas diperoleh dari pemeriksaan histologi dengan pewarnaan HE yang diamati dibawah mikroskop cahaya perbesaran 40x dan 400x.

F. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Penelitian

a. Kandang tikus b. Timbangan

c. Spuit injeksi (Terumo, Philippines)

d. Round bur no 10 diameter 1 mm² (Edenta, Swiss)

e. Handpiece (W&H, German)

f. Bengkok g. Lup

h. Sonde (Dentika, Pakistan) i. Pinset anatomis

j. Pinset sirugis k. Pisau

l. Scapel m. Botol n. Label o. Spidol


(21)

2. Bahan Penelitian a. Masker

b. Handscoen dan Gloves

c. Larutan anestesi ketamine (65 mg/kg BB) dan Xylazine-HCL (7 mg/kg BB).

d. Cotton bud, cotton ball

e. Kassa f. Tissue

g. Povidon Iodin

h. Bahan fiksasi buffer formalin 10% i. Larutan desinfektan alkohol 70% j. Alcohol swabs

k. Bahan dekalsifikasi asam formic l. Hematoxylin eosin

G. Jalannya Penelitian

1. Mempersiapkan ethical clearance yang dikeluarkan oleh Komisi etik penelitian FKIK UMY.

2. Disediakan 9 tikus putih jantan galur Sprague Dawley sehat yang berumur 3-4 bulan dengan berat badan 250-300 gram. Sembilan tikus dibagi menjadi 3 kelompok dengan cara randomisasi, masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor subjek. Kelompok dibagi berdasarkan hari dekapitasi, diantaranya kelompok hari ke 1, 3, dan 7. Subjek kelompok hari pertama dinamai A1, B1, dan C1, subjek kelompok hari ketiga dinamai A3, B3,


(22)

21

dan C3, dan subjek kelompok hari ke tujuh dinamai A7, B7, dan C7. Masing-masing subjek dipilih 1 gigi yaitu gigi molar pertama kanan rahang atas sebagai gigi yang diberi perlakuan (pemberian jejas mekanis). 3. Subjek diaklimitisasi selama 3 hari sebelum perlakuan. Selama

aklimatisasi subjek hanya diberi air putih dan pakan BR-2.

4. Berat badan pada masing-masing subjek diukur untuk keperluan perhitungan dosis anestesi.

5. Sebelum subjek diberikan jejas mekanis, subjek terlebih dahulu dianestesi secara intramuskuler menggunakan larutan anestesi ketamine (65 mg/kg BB) dan Xylazine-HCL (7 mg/kg BB) (Sabir et al., 2005).

6. Setelah efek anestesi bekerja, gigi molar pertama kanan rahang atas bagian mesial diberikan jejas mekanis dengan cara dibur dari arah oklusal menggunakan round bur no 10 dengan diameter 1 mm2 dan aplikasi sonde sekali. Pemberian jejas mekanis pertama kali dilakukan pada kelompok hari ke 7, empat hari berikutnya pemberian jejas dilakukan pada kelompok hari ke 3, dua hari berikutnya atau sehari sebelum dekapitasi rahang pemberian jejas dilakukan pada kelompok hari ke 1, sehingga waktu dekapitasi rahang pada seluruh kelompok dilakukan pada hari yang sama. 7. Gigi subjek yang telah diberi jejas dibiarkan selama masing-masing lama

perlakuan (1, 3, dan 7 hari).

8. Subjek dikorbankan dengan teknik inhalasi menggunakan kloroform. 9. Rahang subjek didekapitasi dan difiksasi dalam larutan formalin 10%


(23)

10.Rahang didekalsifikasi menggunakan larutan asam formic selama 1 minggu, disebut spesimen.

11.Spesimen gigi ditanam ke dalam paraffin kemudian dipotong menggunakan mikrotom rotary mengarah longitudinal dengan ketebalan 4 µm.

12.Pemulasan menggunakan Hematoksilin Eosin (HE)

13.Pengamatan gambaran sel fibroblas menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 40x dan 400x. Data yang diambil merupakan hasil perhitungan jumlah sel fibroblas menggunakan 4 lapang pandang pada area pengamatan yang ditentukan berdasarkan skor pengamatan PMN menurut Giro et al., (2010), diantaranya preparat subjek A1 di dekat jejas saluran pulpa mesial, preparat subjek B1 di dekat jejas saluran pulpa mesial, preparat subjek C1 di 2/3 saluran pulpa mesial, preparat subjek A3 di 1/3 saluran pulpa distal, preparat subjek B3 di 2/3 saluran pulpa mesial, preparat subjek C3 di 2/3 saluran pulpa mesial, preparat subjek A7 di 1/3 saluran pulpa distal, preparat subjek B7 di 1/3 saluran pulpa distal, preparat subjek C7 di 1/3 saluran pulpa mesial.

14.Analisis data.

15.Menarik kesimpulan dari hasil penelitian. H. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan jumlah sel fibroblas yang berada pada area yang sama dengan pengamatan sel PMN pada pulpa gigi yang diberi jejas merupakan data numerik dengan skala rasio, selanjutnya


(24)

23

dihitung rerata jumlah sel fibroblas berdasarkan kelompok. Data dilakukan uji normalitas terlebih dahulu menggunakan uji Saphiro-wilk (N<50). Uji homogenitas data menggunakan uji levene. Penelitian ini menggunakan uji ANOVA satu arah (one way ANOVA) untuk mengetahui perbedaan respon sel fibroblas pada hari ke 1, 3, dan 7. Selanjutnya untuk melihat signifikansi perbedaan jumlah sel fibroblas masing-masing kelompok digunakan uji Tukey. Apabila diketahui distribusi data tidak normal dan tidak homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah Kruskal-Wallis.


(25)

I. Alur Penelitian

Gambar 3. Skema Alur Penelitian

Mendapatkan ethical clearance yang dikeluarkan komisi etik FKIK UMY

Disediakan 9 ekor dan diaklimitisasi selama tiga hari

Hewan uji dianastesi dengan ketamine dan Xylazine-HCL.

Satu Gigi molar setiap tikus dipreparasi pada bagian oklusal, fisur mesial, menggunakan bur bulat no.10dengan kedalaman 1-1,2 mm mencapai pulpa

Masing-masing 3 gigi tikus dikorbankan sesuai lama hari perlakuan

Rahang didekapitasi dan 9 gigi difiksasi dalam larutan formalin 10 % selama 24 jam

Gigi didekalsifikasi menggunakan larutan asam formic selama 1 minggu

Dibuat spesimen lalu ditanam ke dalam parafin dan dipotong arah longitudinal dengan ketebalan 4 µm kemudian diwarnai dengan

hematoxylin eosin (HE)

Pengamatan sel fibroblas

Analisis data


(26)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni yang dilakukan pada hewan uji secara in vivo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Uji dan Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September 2015. C. Subyek Penelitian

1. Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan adalah gigi tikus jantan Sprague Dawley dengan berat badan 250-300 gram dan berumur 3-4 bulan yang diperoleh dari peternakan hewan uji di daerah Condong Catur. Jumlah sampel masing-masing hari adalah 3 gigi (n=3) dan total sampel sebanyak 9 gigi. Setiap 1 ekor tikus diambil 1 gigi yaitu gigi molar pertama kanan rahang atas, sehingga penelitian ini menggunakan 3 ekor tikus pada masing-masing hari. Jumlah tikus yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 ekor.


(27)

2. Sel yang diamati

Sel yang diamati adalah sel fibroblas yang terdapat pada gigi tikus Sprague Dawley dengan keadaan pulpa terbuka hari 1, 3, dan 7.

D. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Pengaruh

Pulpa terbuka akibat jejas mekanis 2. Variabel Terpengaruh

Sel fibroblast 3. Variabel Terkendali

a. Gigi tikus Sprague Dawley dengan berat 250-300 gram, berjenis kelamin jantan, dan berumur 3-4 bulan

b. Pakan tikus menggunakan BR-2 c. Round bur no 10 (1 mm)

d. Sonde

e. Kedalaman kavitas 1 – 1,2 mm (pulpa terbuka) E. Definisi Operasional

1. Pulpa terbuka adalah gigi molar Sprague Dawley dengan pulpa yang terbuka akibat diberikan jejas mekanis didapatkan dengan preparasi kavitas menggunakan round bur no 10 berdiameter 1 mm sedalam 1 hingga 1,2 mm² dan aplikasi sonde atau hingga pulpa terbuka (Puspita et al., 2011)

2. Sel fibroblas adalah sel yang muncul pada penelitian ini akibat pulpa gigi terbuka karena jejas mekanis yang dibiarkan selama 1, 3, dan 7 hari.


(28)

19

3. Gambaran histologis sel fibroblas diperoleh dari pemeriksaan histologi dengan pewarnaan HE yang diamati dibawah mikroskop cahaya perbesaran 40x dan 400x.

F. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Penelitian

a. Kandang tikus b. Timbangan

c. Spuit injeksi (Terumo, Philippines)

d. Round bur no 10 diameter 1 mm² (Edenta, Swiss)

e. Handpiece (W&H, German)

f. Bengkok g. Lup

h. Sonde (Dentika, Pakistan) i. Pinset anatomis

j. Pinset sirugis k. Pisau

l. Scapel m. Botol n. Label o. Spidol


(29)

2. Bahan Penelitian a. Masker

b. Handscoen dan Gloves

c. Larutan anestesi ketamine (65 mg/kg BB) dan Xylazine-HCL (7 mg/kg BB).

d. Cotton bud, cotton ball

e. Kassa f. Tissue

g. Povidon Iodin

h. Bahan fiksasi buffer formalin 10% i. Larutan desinfektan alkohol 70% j. Alcohol swabs

k. Bahan dekalsifikasi asam formic l. Hematoxylin eosin

G. Jalannya Penelitian

1. Mempersiapkan ethical clearance yang dikeluarkan oleh Komisi etik penelitian FKIK UMY.

2. Disediakan 9 tikus putih jantan galur Sprague Dawley sehat yang berumur 3-4 bulan dengan berat badan 250-300 gram. Sembilan tikus dibagi menjadi 3 kelompok dengan cara randomisasi, masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor subjek. Kelompok dibagi berdasarkan hari dekapitasi, diantaranya kelompok hari ke 1, 3, dan 7. Subjek kelompok hari pertama dinamai A1, B1, dan C1, subjek kelompok hari ketiga dinamai A3, B3,


(30)

21

dan C3, dan subjek kelompok hari ke tujuh dinamai A7, B7, dan C7. Masing-masing subjek dipilih 1 gigi yaitu gigi molar pertama kanan rahang atas sebagai gigi yang diberi perlakuan (pemberian jejas mekanis). 3. Subjek diaklimitisasi selama 3 hari sebelum perlakuan. Selama

aklimatisasi subjek hanya diberi air putih dan pakan BR-2.

4. Berat badan pada masing-masing subjek diukur untuk keperluan perhitungan dosis anestesi.

5. Sebelum subjek diberikan jejas mekanis, subjek terlebih dahulu dianestesi secara intramuskuler menggunakan larutan anestesi ketamine (65 mg/kg BB) dan Xylazine-HCL (7 mg/kg BB) (Sabir et al., 2005).

6. Setelah efek anestesi bekerja, gigi molar pertama kanan rahang atas bagian mesial diberikan jejas mekanis dengan cara dibur dari arah oklusal menggunakan round bur no 10 dengan diameter 1 mm2 dan aplikasi sonde sekali. Pemberian jejas mekanis pertama kali dilakukan pada kelompok hari ke 7, empat hari berikutnya pemberian jejas dilakukan pada kelompok hari ke 3, dua hari berikutnya atau sehari sebelum dekapitasi rahang pemberian jejas dilakukan pada kelompok hari ke 1, sehingga waktu dekapitasi rahang pada seluruh kelompok dilakukan pada hari yang sama. 7. Gigi subjek yang telah diberi jejas dibiarkan selama masing-masing lama

perlakuan (1, 3, dan 7 hari).

8. Subjek dikorbankan dengan teknik inhalasi menggunakan kloroform. 9. Rahang subjek didekapitasi dan difiksasi dalam larutan formalin 10%


(31)

10.Rahang didekalsifikasi menggunakan larutan asam formic selama 1 minggu, disebut spesimen.

11.Spesimen gigi ditanam ke dalam paraffin kemudian dipotong menggunakan mikrotom rotary mengarah longitudinal dengan ketebalan 4 µm.

12.Pemulasan menggunakan Hematoksilin Eosin (HE)

13.Pengamatan gambaran sel fibroblas menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 40x dan 400x. Data yang diambil merupakan hasil perhitungan jumlah sel fibroblas menggunakan 4 lapang pandang pada area pengamatan yang ditentukan berdasarkan skor pengamatan PMN menurut Giro et al., (2010), diantaranya preparat subjek A1 di dekat jejas saluran pulpa mesial, preparat subjek B1 di dekat jejas saluran pulpa mesial, preparat subjek C1 di 2/3 saluran pulpa mesial, preparat subjek A3 di 1/3 saluran pulpa distal, preparat subjek B3 di 2/3 saluran pulpa mesial, preparat subjek C3 di 2/3 saluran pulpa mesial, preparat subjek A7 di 1/3 saluran pulpa distal, preparat subjek B7 di 1/3 saluran pulpa distal, preparat subjek C7 di 1/3 saluran pulpa mesial.

14.Analisis data.

15.Menarik kesimpulan dari hasil penelitian. H. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan jumlah sel fibroblas yang berada pada area yang sama dengan pengamatan sel PMN pada pulpa gigi yang diberi jejas merupakan data numerik dengan skala rasio, selanjutnya


(32)

23

dihitung rerata jumlah sel fibroblas berdasarkan kelompok. Data dilakukan uji normalitas terlebih dahulu menggunakan uji Saphiro-wilk (N<50). Uji homogenitas data menggunakan uji levene. Penelitian ini menggunakan uji ANOVA satu arah (one way ANOVA) untuk mengetahui perbedaan respon sel fibroblas pada hari ke 1, 3, dan 7. Selanjutnya untuk melihat signifikansi perbedaan jumlah sel fibroblas masing-masing kelompok digunakan uji Tukey. Apabila diketahui distribusi data tidak normal dan tidak homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah Kruskal-Wallis.


(33)

I. Alur Penelitian

Gambar 3. Skema Alur Penelitian

Mendapatkan ethical clearance yang dikeluarkan komisi etik FKIK UMY

Disediakan 9 ekor dan diaklimitisasi selama tiga hari

Hewan uji dianastesi dengan ketamine dan Xylazine-HCL.

Satu Gigi molar setiap tikus dipreparasi pada bagian oklusal, fisur mesial, menggunakan bur bulat no.10dengan kedalaman 1-1,2 mm mencapai pulpa

Masing-masing 3 gigi tikus dikorbankan sesuai lama hari perlakuan

Rahang didekapitasi dan 9 gigi difiksasi dalam larutan formalin 10 % selama 24 jam

Gigi didekalsifikasi menggunakan larutan asam formic selama 1 minggu

Dibuat spesimen lalu ditanam ke dalam parafin dan dipotong arah longitudinal dengan ketebalan 4 µm kemudian diwarnai dengan

hematoxylin eosin (HE)

Pengamatan sel fibroblas

Analisis data


(34)

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian didapatkan dari perhitungan jumlah fibroblas dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan jumlah fibroblas masing-masing subjek dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Data Jumlah Sel Fibroblas pada Masing-masing Subjek dan Area Pengamatan

Untuk mengetahui gambaran sel fibroblas pulpa terbuka pada hari 1, 3, dan 7 dapat dilihat pada gambar berikut:

Preparat Subjek Area Pengamatan Jumlah

Fibroblas A1 B1 C1 A3 B3 C3 A7 B7 C7

Dekat jejas saluran pulpa mesial Dekat jejas saluran pulpa mesial 2/3 saluran pulpa mesial

1/3 saluran pulpa distal 2/3 saluran pulpa mesial 2/3 saluran pulpa mesial 1/3 saluran pulpa distal 1/3 saluran pulpa distal 1/3 saluran pulpa mesial

7 0 4 0 2 5 18 12 11


(35)

A1

B3

Gambar 5. Gambaran mikroskopik pulpa terbuka kelompok hari ke-3 dengan jumlah fibroblas sebanyak 2 terlihat pada area 2/3 saluran pulpa mesial

A7

Gambar 6. Gambaran mikroskopik pulpa terbuka kelompok hari ke-7 dengan jumlah fibroblas sebanyak 18 terlihat pada area 1/3 saluran pulpa distal

Gambar 4. Gambaran mikroskopik pulpa terbuka kelompok hari ke-1 dengan jumlah fibroblas sebanyak 7 terlihat pada area dekat jejas


(36)

27

Data Jumlah fibroblas dari hasil pengamatan diolah secara komputerisasi, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Jumlah fibroblas dibandingkan antara kelompok hari ke 1, 3, dan 7 untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan respon sel fibroblas pada pulpa terbuka hari ke 1, 3, dan 7. Jumlah, rerata dan standar deviasi (SD) fibroblas pada pulpa terbuka dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Jumlah, Rerata dan Standar Deviasi (SD) Fibroblas pada Pulpa Terbuka Hari 1, 3, dan 7

Kelompok Jumlah Fibroblas Rerata±SD

1 3 7

11 7 41

3.6667±3.51188 2.3333±2.51661 13.6667±3.78594

Tabel menunjukkan rerata jumlah fibroblas seluruh kelompok setelah diberi perlakuan berupa jejas mekanis. Rerata jumlah fibroblas kelompok hari ke 1 sebesar 3.6667±3.51188, kelompok hari ke 3 sebesar 2.3333±2.51661, dan kelompok hari ke 7 sebesar 13.6667±3.78594.

Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan jumlah fibroblas dari hari pertama ke tiga, dan mengalami peningkatan pada hari ke tujuh. Untuk keterangan lebih mendalam mengenai perubahan jumlah sel fibroblas masing-masing kelompok subjek setelah diberi perlakuan, dapat dilihat grafik dibawah ini:


(37)

Gambar 7. Perbandingan Jumlah Fibroblas hari ke 1, 3, dan 7.

Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan lamanya pulpa terbuka terhadap jumlah sel fibroblas adalah one-way ANOVA karena menggunakan lebih dari 2 sampel kelompok yang tidak berpasangan. Sebelum dilakukan uji statistik one-way ANOVA terlebih dahulu harus melakukan uji normalitas dan uji variansi untuk memenuhi syarat dari uji statistik tersebut.

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Shapiro- wilk karena jumlah sampel kurang dari 50. Apabila nilai p>0,05 maka data tersebut memiliki distribusi normal. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai p pada kelompok hari ke 1, 3, dan 7 secara berurutan adalah 0.843, 0.780, dan 0.253 (p> 0.05) yang memiliki arti data berdistribusi normal, seperti pada tabel 4 berikut ini:


(38)

29

Tabel 4. Uji Normalitas Data (Saphiro-Wilk) antar kelompok hari 1, 3, 7

Kelompok Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

fib 1.00 .993 3 .843*

3.00 .987 3 .780*

7.00 .855 3 .253*

Keterangan : Tanda (*) menunjukkan p>0.05 yang berarti data dalam distribusi normal.

Selanjutnya dilakukan uji variansi data menggunakan uji Levene, apabila didapatkan nilai p>0.05 maka data berasal dari variansi yang sama. Hasil uji variansi data didapatkan nilai probabilitas 0.678 atau p>0.05 yang berarti setiap kelompok mempunyai varians yang sama. Hasil uji variansi data dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Uji Variansi Data (Uji Levene) antar kelompok hari 1, 3, 7

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.415 2 6 .678*

Keterangan : Tanda (*) menunjukkan p>0.05 yang berarti data dalam variansi normal.

Dengan demikian, uji normalitas dan asumsi kesamaan varians untuk one-way ANOVA terpenuhi. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah lamanya pulpa terbuka akibat jejas mekanis selama 1 hari, 3 hari dan 7 hari memiliki perbedaan yang bermakna terhadap respon sel fibroblas, seperti terlihat pada tabel 6 sebagai berikut:


(39)

Tabel 6 Hasil analisa statistik uji one way annova perbedaan respon fibroblas pulpa terbuka pada hari 1, 3, dan 7.

Jumlah Fibroblas Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 230.222 2 115.111 10.465 *.011

Within Groups 66.000 6 11.000

Total 296.222 8

Keterangan : tanda (*)menunjukkan p<0.05 yang berarti terdapat perbedaan signifikan

Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.011 atau p<0.05. Hal ini membuktikan secara statistik bahwa terdapat perbedaan yang signifikan durasi lamanya pulpa terbuka terhadap jumlah respon sel fibroblas. Untuk mengetahui seberapa besar signifikansi setiap kelompok, maka perlu dilakukan uji Tukey karena pada penelitian ini menggunakan lebih dari tiga perlakuan. Uji ini digunakan untuk menentukan perbedaan dari masing-masing kelompok uji. Hasil uji Tukey dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Uji Tukey HSD untuk menentukan signifikansi antar kelompok

Keterangan : tanda (*) menunjukkan p< 0.05 yang berarti terdapat perbedaan rerata signifikan

(I) kelompok (J) kelompok

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound Lower

Bound

1.00 3.00 1.33333 2.70801 .877

7.00 -10.00000 2.70801 .024*

3.00 1.00 -1.33333 2.70801 .877

7.00 -11.33333 2.70801 .014*

7.00 1.00 10.00000 2.70801 .024*


(40)

31

Hasil uji statistik Tukey menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan hari ke 1 dan 3 tidak terdapat perbedaan yang signifikan, karena nilai p>0.05, sedangkan pada kelompok perlakuan hari ke 7 menunjukkan perbedaan yang signifikan p<0.05 terhadap kelompok perlakuan hari ke 1 dan 3, begitu pula sebaliknya pada kelompok perlakuan hari ke 1 dan 3 menunjukkan perbedaan yang signifikan p<0.05 terhadap kelompok perlakuan hari ke 7.

B. Pembahasan

Jumlah sel fibroblas hari ke 1 dan ke 3 tidak sebanyak jika dibandingkan dengan jumlah sel fibroblas hari ke 7. Hal ini dikarenakan pada hari ke-1 mulai terjadi inflamasi (gambar 4) dan hari ke-3 fase inflamasi berlanjut yang dibuktikan terdapat banyak sel polimorfonuklear (gambar 5). Menurut Primatika (2006), fase proliferasi fibroblas dimulai dari hari ke 3 apabila tidak ada kontaminasi atau infeksi yang bermakna, namun dalam penelitian ini fase inflamasi berlangsung lama dikarenakan jaringan pulpa dibiarkan terbuka tanpa diberikan suatu bahan penutup.

Jaringan pulpa yang mengalami inflamasi tidak diberikan suatu bahan aktif yang dapat membantu proses penyembuhan luka dimana penggunaan bahan yang memiliki efek antiinflamasi, antibakteri, dan kemampuan regenerasi sel sekaligus dalam satu formulasi akan sangat efektif dalam mempercepat proses penyembuhan atau proses proliferasi (Pradita, 2013).

Jumlah fibroblas paling banyak ditemukan pada hari ke-7, hal ini dikarenakan dimungkinkan terjadinya peralihan dari inflamasi akut menjadi inflamasi kronis pada pulpa yang melibatkan sel fibroblas. Menurut Farida


(41)

(2003) menyebutkan bahwa, radang kronis secara histologis ditandai dengan terbentuknya jaringan granulasi yang terdiri dari infiltrasi sel radang kronis, proliferasi pembuluh darah kapiler, dan proliferasi fibroblas.

Jejas mekanis merupakan salah satu iritan yang dapat menyebabkan kerusakan pada pulpa. Jejas ringan hingga sedang pada gigi dapat merangsang odontoblas untuk memproduksi skelrosis tubular dan dentin reparatif, namun jejas yang menetap lama dan berat menyebabkan odontoblas mati sehingga respon inflamasi terinisiasi. Dinamika inflamasi pulpa tidak berbeda dengan inflamasi jaringan lainnya. Berdasarkan pada tingkat keparahan dan durasi suatu jejas, respon inflamasi pulpa dimulai dari pulpitis reversibel menjadi pulpitis ireversibel, selanjutnya nekrosis parsial menjadi nekrosis total (Yu & Abbott, 2007).

Inflamasi pulpa atau pulpitis merupakan reaksi pertahanan tubuh yang aktif dan kompleks meliputi respon vaskular, migrasi, dan pergerakan sel leukosit, dan reaksi sistemik karena adanya mikroba atau kerusakan jaringan. Respon inflamasi ini berhubungan dengan proses penyembuhan luka (Kumar et al., 2005). Radang akut berlangsung (<48 jam) melibatkan sel leukosit yaitu neutrofil. Gambaran sel leukosit dapat dilihat pada gambar 5 yang menjelaskan bahwa masih terjadi radang akut.

Fase proliferasi dimulai pada hari ketiga pasca luka dan dapat berlangsung selama tiga minggu. Fase ini menunjukkan formasi dari jaringan granulasi yang mengandung sel keradangan, fibroblas, dan bakal pembuluh darah yang tertutup di dalam matriks yang longgar (Strauss & Fallon, 2004).


(42)

33

Penelitian ini dapat dilihat pada gambar 5 saat terjadi luka pada hari ke-3, yaitu terdapat fibroblas pada 2/3 saluran pulpa mesial.

Radang kronis berlangsung (>48 jam) dihubungkan dengan derajat kerusakan jaringan, pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 6 yaitu ditemukan fibroblas paling banyak pada area 1/3 apikal saluran pulpa distal yang menandakan bahwa telah terjadinya nekrosis parsial pada area 2/3 koronal saluran pulpa distal. Terjadinya radang kronis menunjukkan usaha tubuh melokalisasi agen penyebab dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Kumar et al., 2005).

Sel fibroblas merupakan sel utama pulpa dan pada saat jaringan mengalami perlukaan, sel fibroblas yang segera bermigrasi ke arah luka, berproliferasi dan memproduksi matriks kolagen dalam jumlah besar yang membantu mengisolasi dan memperbaiki jaringan yang rusak (Kumar et al., 2005). Tipe kolagen yang disintesis oleh fibroblas di dalam pulpa adalah kolagen tipe I dan III (reticuler fibers), diantara kedua tipe tersebut terdapat tipe V (Nanci, 2008).

Menurut Seltzer & Bender (2002) menyebutkan bahwa aktivitas mitosis fibroblas relatif rendah pada jaringan ikat dewasa tetapi sangat aktif pada saat jaringan mengalami kerusakan. Keterlibatan fibroblas dalam sistem imun tubuh salah satunya adalah memproduksi cytokines, chemokines, rekrutmen sel ke area inflamasi sebagai proses perubahan inflamasi. Selain itu, fibroblas juga terlibat dalam proses degradasi pulpa dan mampu mensekresi komponen


(43)

factor dan sitokin yang berperan sebagai pengontrol pertumbuhan dan respon terhadap jejas (Kunarti, 2008).

Menurut Tanya De L. Karlson (2007) asumsi mengenai fibroblas kini tidak hanya berperan dalam pembentukan ekstraseluler matriks, fibroblas juga berperan dalam proses imun secara langsung dengan memberikan signal terhadap proinflamasi ke area jejas dan mengatur peran leukosit pada saat infiltrasi ke area jejas.

Proses inflamasi pada hari ke-7 (gambar 6) menjelaskan bahwa terjadinya peningkatan sel fibroblas dikarenakan pada saat radang kronis monosit memasuki jaringan dan berdiferensiasi menjadi sel makrofag akan memfagosit jaringan yang rusak termasuk PMN yang telah mati dan akan menghasilkan Transforming Growth Factor-Beta (TGF-β) yang membantu proliferasi fibroblas yang kemudian mencerna agen termasuk bakteri di dalam vakuolanya (Kumar et al., 2005).


(44)

35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan jumlah sel fibroblas pada pulpa terbuka hari ke 1, 3, dan 7.

2. Respon sel fibroblas pada gigi molar Sprague Dawley dengan pulpa terbuka hari 1, 3, dan 7 memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik dengan nilai p<0,05

B. Saran

1. Dapat dilakukan sebagai dasar penelitian lanjutan dengan melakukan pengujian terhadap bahan aktif yang dapat mempercepat proses penyembuhan pulpa

2. Perlu dilakukan penelitian dengan teknik pengecatan histologis yang lebih spesifik.

3. Laboratorium hewan uji di FKIK UMY perlu dilakukan perawatan secara rutin agar kebersihan laboratorium lebih terjaga dan layak untuk melakukan penelitian in vivo.


(45)

36

Farida, R. 2003. Reaksi Radang. JKGUI. Jakarta. 72-468.

Garg, N., dan Garg, A. 2013. Textbook of Endodontics. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. New Delhi. 476.

Garg, N., dan Garg, A. 2008. Textbook of Endodontics. Selangor Darul Ehsa, UNIPRESS. Malaysia. 16-18

Giro, E.M.A, J.O., Gondim, J. Hebling, dan C.A.D.S Costa. 2010. Response of Human Dental Pulp to Calcium Hydroxide Paste Preceded by A Corticosteroid/ Antibiotic Dressing Agent. Braz J Oral Sci, 9(3), 337-344. Graves, D.T. et al. 2012. Animal Models to Study Host-Bacteria Interactions

Involved in Periodontitis. Front Oral Biol, 15, 117-132.

Gutmann, J.L. dan Lovdahl, P.E. 2010. Problem solving in endodontics: Prevention, identification, and management: Fifth edition. 134-140. Hargreaves Kenneth M, C.S. 2011. Cohen’s pathways of the pulp, 10th edition.

British Dental Journal. England. 223-349.

Heasman, P. 2006. Master Dentistry Restorative Dentistry, Paediatric Dentistry, and Orthodontics . Elsevier. China. 108-109.

Ingle, J.I., dan Bakland, L.K. 2003. Endodontics. Elsevier. India. 115-117. Jackson, R.S. et al. 2015. An Athymic Rat Model for Mandibular

Osteoradionecrosis Allowing for Direct Translation of Regenerative Treatments. Otolaryngology--head and neck surgery : official journal of American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery, 153(4), 526-531.

Jong W, S.R. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 67-68

Karlson, T.D. 2007. Regulation of mucosal inflammation by fibroblasts. Thesis. Department of Microbiology and Immunology Göteborgs Universitet. Sweden. 6-63

Kumar, Vinay; Abbas, Abul; Fausto, N. 2005. Robbins and Coutran Pathological Basis of Disease. Elsevier. Philadelphia. 927-933


(46)

37

Kunarti, S. 2008. Pulp Tissue Inflammation and Angiogenesis After Pulp Capping with Transforming Growth Factor Beta1. Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi), 88-90.

Lee, J.-C. et al. 2008. Terrein reduces pulpal inflammation in human dental pulp cells. Journal of endodontics, 34(4), 433–437.

Lu, Y., T. Liu, H. Li, dan G. Pi. 2008. Histological evaluation of direct pulp capping with a self-etching adhesive and calcium hydroxide on human pulp tissue. International Endodontic Journal, 41(8), 643–650.

Mescher, A. L. 2011. Histologi Dasar Junqueira Teks & Atlas Edisi 12. EGC. Jakarta. 1-3.

Mjor, I.A., 2001. Pulp-dentin biology in restorative dentistry. Part 2: Initial reactions to preparation of teeth for restorative procedures. Quintessence international, 32(7), 537–551.

Nanci, A. 2008. Oral Histology Development Structure and Function. Mosby Elsevier. St. Louis. 2-290.

Prabakti, Y. 2005. Perbedaan Jumlah Fibroblas di Sekitar Luka Insisi Pada Tikus yang Diberi Infiltrasi Penghilang Nyeri Levobupivakain dan yang Tidak Diberi Levobupivakain Suatu Studi Histokimia. Tesis. Program Pascasarjana dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Anestesiologi Univeritas Diponegoro. Semarang. 1-33.

Pradita, A. U., A.P. Dhartono, C.A. Ramadhany, dan A. Taqwim. 2013. Periodontal Dressing-Containing Green Tea Epigallocathecthin gallate Increases Fibroblasts Number in Gingival Artifical Wound Model. Journal of Dentistry Indonesia, 20(3), 68-72.

Price, S. A., dan Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi Edisi 6. EGC. Jakarta. 1106-1129

Primatika, A. D. 2006. Pengaruh Infiltrasi Anestetik Lokal Levobupivikain Terhadap Skor Histologi MHC Kelas I Pada Penyembuhan Luka. Tesis. Program Pendidikan Dokter Spesialis I Anestesiologi UNDIP. Semarang. 32-38.

Puspita, S., T. Utoro, dan T. Haniastuti. 2011. Inflammation Response of Mechanically Exposed Pulp After Direct Pulp Capping with Calcium Hydroxide Cement and Platelet Rich Plasma. Dentika Dental Journal, 16 (2), 171-174.


(47)

Rukmo, M. 2011. The Development of Method on Assessment of Periapical Disease Healing After Endodontic Treatment. Proceeding Kongres IKORGI ke IX dan Seminar Ilmiah Nasional Recent advances in Conservative Dentistry Surabaya. Universitas Airlangga, 1-15.

Sabir, A., C.R. Tabbu, P. Agustiono, dan W. Sosroseno. 2005. Histological analysis of rat dental pulp tissue capped with propolis. Journal of oral science, 47(3), 135–138.

Sabirin, I. P., A.M. Maskoen, dan B.S. Hernowo. 2013. Peran Ekstrak Etanol Topikal Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) pada Penyembuhan Luka Ditinjau dari Imunoekspresi CD34 dan Kolagen pada Tikus Galur Wistar. MKB, 45(4), 226-233.

Seltzer, S., dan Bender, I. 2002. Seltzer and Bender's Dental Pulp. Quintessence Publishing CO, Inc. China.96-97, 101, 109.

Smith, A.J., 2002. Pulpal responses to caries and dental repair. Caries Research, 36(4), 223–232.

Strauss, R.A. dan Fallon, S.D. 2004. Contemporary oral and maxillofacial surgery. Dental Clinics of North America, 48(4), 35–38, 40, 42–46.

Swindle, M. 2010. Swine as Models in Dental and Oral Surgical Research. Sinclair Research, 1-4.

Walton, R. E., dan Torabinejad, M. 2001. Endodontics: Principles and Practice. Third Edition. Elsevier Health Sciences, UK. Terjemahan Narlan Sumawita. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi alih Bahasa Narlan Sumawita. Edisi Ketiga. EGC. Jakarta.14-16, 32-36.

Widijiastuti, I. 2012. Mekanisme Molekuler Stimulasi Ekstrak Propolis pada Odontoblast Like Cells yang Dipapar Lactobacillus acidophilus Inaktif dalam Menginduksi Diferensiasi Fibroblas Pulpa. Disertasi. Program Studi S3 Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya. 15-44

Yu, C. dan Abbott, P. V. 2007. An overview of the dental pulp: its functions and responses to injury. Australian dental journal, 52(1 Suppl), S4–S16.


(48)

(49)

(50)

(51)

kelompok Statistic Std. Error

fib 1.00 Mean 3.6667 2.02759

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound

-5.0573

Upper Bound 12.3907

5% Trimmed Mean .

Median 4.0000

Variance 12.333

Std. Deviation 3.51188

Minimum .00

Maximum 7.00

Range 7.00

Interquartile Range .

Skewness -.423 1.225

Kurtosis . .

3.00 Mean 2.3333 1.45297

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound

-3.9183

Upper Bound 8.5849

5% Trimmed Mean .

Median 2.0000

Variance 6.333

Std. Deviation 2.51661

Minimum .00

Maximum 5.00

Range 5.00

Interquartile Range .

Skewness .586 1.225


(52)

7.00 Mean 13.6667 2.18581

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound

4.2619

Upper Bound 23.0715

5% Trimmed Mean .

Median 12.0000

Variance 14.333

Std. Deviation 3.78594

Minimum 11.00

Maximum 18.00

Range 7.00

Interquartile Range .

Skewness 1.597 1.225


(53)

k Statistic df Sig. Statistic df Sig.

fib 1.00 .204 3 . .993 3 .843

3.00 .219 3 . .987 3 .780

7.00 .337 3 . .855 3 .253

a Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

fib Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.415 2 6 .678

ANOVA

fib

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 230.222 2 115.111 10.465 .011

Within Groups 66.000 6 11.000


(54)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: fib Tukey HSD (I) kelompok (J) kelompok Mean Difference (I-J) Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound

1.00 3.00 1.33333 2.70801 .877 -6.9756 9.6423

7.00

-10.00000(*) 2.70801 .024 -18.3089 -1.6911

3.00 1.00 -1.33333 2.70801 .877 -9.6423 6.9756

7.00

-11.33333(*) 2.70801 .014 -19.6423 -3.0244 7.00 1.00 10.00000(*) 2.70801 .024 1.6911 18.3089

3.00 11.33333(*) 2.70801 .014 3.0244 19.6423


(55)

Alat diagnostik set Alat dan bahan preparasi

Povidone iodine Kaca pembesar


(56)

Lampiran 4.

FOTO PERLAKUAN TIKUS

Pengandangan subjek Proses penimbangan subjek

Proses anestesi intrasubcutan Proses pemberian jejas mekanis


(57)

Preparat HE

A1

Foto mikroskopis preparat A1 dekat jejas pulpa mesial

B1

Foto mikroskopis preparat B1 dekat jejas pulpa mesial

C1

Foto mikroskopis preparat C1 2/3 pulpa mesial

A3

Foto mikroskopis preparat A3 1/3 pulpa distal

B3

Foto mikroskopis preparat B3 2/3 pulpa mesial


(58)

C3

Foto mikroskopis preparat C3 2/3 pulpa mesial

A7

Foto mikroskopis preparat A7 1/3 pulpa distal

B7

Foto mikroskopis preparat B7 1/3 pulpa distal

C7

Foto mikroskopis preparat C7 1/3 pulpa mesial


(59)

1

Mahasiswa Prodi Pendidikan Dokter Gigi FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2

Dosen Prodi Pendidikan Dokter Gigi FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

During cavity preparation and the removal of carious dentin, it is possible to happen the exposure of dental pulp accidentally, it named pulp exposure by iatrogenic factor. Pulp exposure can make the irritation of the pulp then causing pulp necrosis. Fibroblast is predominant cell of pulp that involved in degradation process and active during pulp damage.

The aim of this study is to know fibroblast cell responses in pulp with exposure condition caused by iatrogenic factor on day 1, 3 and 7.

The study was an experimental laboratory research in vivo which used 9 Sprague Dawley male rats was divided into 3 groups base on pulp exposure duration, there was group day-1, day-3 and day-7. Maxillary right molar was given iatrogenic injury by round bur and explore. Number of fibroblast was observed after made of preparat with Hematoxylin eosin.

The results showed the average number of fibroblasts in group day 1 more, with a value of 3,67 compared with the group day 3 with the value of 2,33. Average of fibroblast most founded in group day 7 with a value of 13,67. Data from each group were analyzed using normality, homogenity, one way annova and tukey test. Analysis result on influence of pulp exposure time to number of fibroblast cell of right molar maxillary Sprague Dawley post experiment (mechanic injury given) shows result with p value=0,011, Thus, it can be concluded that there is a significant difference between time exposure and number of fibroblast.

The conclusion of this study is fibroblast respon of molar Sprague Dawley rat which pulp exposed by iatrogenic day 1, 3, and 7 has significant differentiation statistically with p value <0,05.


(60)

INTISARI

Terbentuknya kavitas secara iatrogenic sering dijumpai pada saat operator melakukan preparasi kavitas dan pembuangan jaringan karies pada dentin sehingga dapat memungkinkan pulpa terbuka. Pulpa terbuka dapat mengakibatkan iritasi hingga nekrose pulpa. Fibroblas merupakan sel utama pulpa yang terlibat dalam proses degradasi dan aktif saat jaringan mengalami kerusakan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon sel fibroblas pada pulpa terbuka secara mekanis pada hari ke 1, 3, dan 7.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris murni in vivo menggunakan 9 ekor tikus Sprague Dawley jantan yang dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan durasi pulpa terbuka, yaitu kelompok 1 hari, 3 hari dan 7 hari. Gigi molar kanan rahang atas setiap tikus diberi jejas mekanis menggunakan bur bulat dan sonde. Jumlah sel fibroblas diamati setelah dibuatkan preparat histologis dengan pewarnaan Hematoksilin eosin.

Hasil penelitian menunjukkan jumlah rerata sel fibroblas pada kelompok hari ke-1 lebih banyak dengan nilai 3,67 dibandingkan dengan kelompok hari ke-3 dengan nilai 2,33. Jumlah rerata sel fibroblas paling banyak pada kelompok hari ke-7, dengan nilai 13,67. Data dari masing-masing kelompok dianalisa menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji one way annova, dan uji tukey. Hasil penelitian mengenai lamanya pulpa terbuka terhadap jumlah sel fibroblas pada gigi molar kanan rahang atas tikus Sprague Dawley setelah diberikan jejas mekanis menghasilkan nilai p=0,011, yang artinya terdapat perbedaan bermakna respon fibroblas dengan pulpa terbuka hari ke 1, 3, dan 7.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah respon sel fibroblas pada gigi tikus Sprague Dawley dengan pulpa terbuka hari 1, 3, dan 7 memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik dengan nilai p<0,05.


(61)

sensitivitas gigi, hidrasi dan pertahanan. Iritasi pulpa dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penyakit.2

Terbentuknya kavitas dapat memungkinkan terjadinya iritasi jaringan pulpa, sehingga mengakibatkan inflamasi. Terbentuknya kavitas secara iatrogenic sering dijumpai pada saat operator melakukan preparasi kavitas dan pembuangan jaringan karies dentin yang dapat memungkinkan pulpa terbuka.3

Secara garis besar, proses penyembuhan jejas terdiri 3 fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodeling.4 Fase proliferasi dibuktikan dengan angiogenesis, deposisi jaringan kolagen, pembentukan jaringan granulasi, dan migrasi sel epitel. Pembentukan jaringan granulasi melibatkan sel fibroblas. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa terjadi peningkatan jumlah sel firbolas pada jaringan yang mengalami inflamasi setelah pemberian suatu bahan penyembuh/obat. Namun, perlu dilakukan penelitian terhadap respon alami sel fibroblas pada pulpa yang mengalami inflamasi tanpa diberikan suatu bahan penyembuh.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penting dilakukan penelitian untuk mengetahui respon sel fibroblas pada gigi dengan pulpa terbuka hari 1, 3, dan 7.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental labortoris murni untuk mengetahui respon sel fibroblas terhadap lamanya pulpa terbuka secara iatrogenic yaitu diberi jejas mekanis berupa pengeburan dan sonde pada oklusal gigi molar kanan tikus strain Sprague Dawley.

Sampel yang diuji adalah Sembilan ekor tikus strain Sprague Dawley dengan tiga ekor pada masing-masing kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan dipilih berdasarkan lamanya pulpa terbuka, yaitu: kelompok hari ke 1, hari ke 3 dan hari ke 7.

Sebagai kriteria inklusi adalah tikus putih strain Sprague Dawley jantan yang berusia 3-4 bulan dan memiliki berat badan 250-300 gram. Adapun tikus yang sakit, cacat, tidak bergerak aktif dan mati sebelum penelitian berakhir, dikeluarkan dari sampel penelitian.

Sebagai variabel bebas adalah pulpa terbuka secara iatrogenik dengan waktu 1 hari, 3 hari, 7 hari, sedangkan variabel tergantung berupa jumlah sel fibroblas yang berada pada area


(62)

yang sama dengan pengamatan sel PMN. Variabel terkendali meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, pola diit, tempat penelitian, alat penelitian dan kedalaman jejas.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah masker, handscoen, gloves, larutan anestesi diazepam, cotton bud, cotton ball, kassa, tissue, povidon iodin, bahan fiksasi buffer formalin 10 %, larutan desinfektan alkohol 70%, alkohol usap, bahan dekalsifikasi asam formic, hematoxylin eosin.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus, timbangan, spuit injeksi, round bur no 10 diameter 1 mm², handpiece, cawan bengkok, Lup, Sonde, pinset anatomis, pinset sirugis, pisau, scapel, botol, label, spidol, dan mikroskop cahaya perbeseran 400x.

Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Hewan Uji UMY, laboratorium PA UGM, dan laboratorium Histologi UMY. Waktu penelitian dari bulan September sampai Oktober 2015. Pelaksanannya diawali dengan pemelihan tikus putih jantan yang sehat, kemudian dilakukan aklimatisasi tikus selama 3 hari sebelum perlakuan. Selama aklimatisasi tikus hanya diberi air putih dan pakan pellet.

Perlakuan diawali dengan penimbangan berat badan masing-masing tikus untuk mengetahui dosis larutan anestesi, setelah itu tikus satu persatu diberi larutan anestesi intra subkutan dengan dosis yang telah ditentukan. Setelah efek anestesi bekerja, gigi molar kanan rahang atas tikus dibur dibagian mesial sedalam ukuran bur, lalu gigi disonde sekali. Proses tersebut diawali pada kelompok tikus hari ke 7. Empat hari berikutnya perlakuan dilakukan pada kelompok tikus hari ke 3, dua hari berikutnya atau sehari sebelum dekapitasi rahang perlakuan dilakukan pada kelompok tikus hari ke 1, sehingga dekapitasi rahang pada seluruh kelompok dilakukan pada hari yang sama. Setelah itu, seluruh sampel dibuatkan preparat dengan pengecatan HE di laboratorium patologi anatomi Fakultas Kedokteran UGM. Setelah preparat selesai, dilakukan analisa sel fibroblas menggunakan mikroskop cahaya di laboratorium histologi FKIK UMY. Data didapatkan dengan cara menghitung sel fibroblas yang berada pada area yang sama dengan pengamatan sel PMN (perhitungan dengan 4 lapang pandang).

Normalitas data diuji menggunakan uji saphiro wilk (N<50) sedangkan homogenitas data diuji menggunakan levene test. Setelah didapatkan pesebaran data yang normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji anava satu arah untuk mengetahui perbedaan respon sel fibroblas pada hari ke 1, 3, dan 7. Selanjutnya untuk melihat signifikansi perbedaan jumlah sel fibroblas masing-masing kelompok digunakan uji Tukey.


(63)

Tabel menunjukkan rerata jumlah fibroblas seluruh kelompok setelah diberi perlakuan berupa jejas mekanis. Rerata jumlah fibroblas kelompok hari ke 1 sebesar 3.6667±3.51188 kelompok hari ke 3 sebesar 2.3333±2.51661, dan kelompok hari ke 7 sebesar 13.6667±3.78594.

Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan jumlah fibroblas dari hari pertama ke tiga, dan mengalami peningkatan pada hari ke tujuh. Untuk keterangan lebih mendalam mengenai perubahan jumlah sel fibroblas masing-masing kelompok subjek setelah diberi perlakuan, dapat dilihat grafik dibawah ini:

Gambar 1. Perbandingan Jumlah Fibroblast hari ke 1,3, dan 7.

Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan lamanya pulpa terbuka terhadap jumlah sel fibroblas adalah one-way ANOVA karena menggunakan lebih dari 2 sampel kelompok yang tidak berpasangan. Sebelum dilakukan uji statistik one-way ANOVA terlebih dahulu harus melakukan uji normalitas dan uji variansi untuk memenuhi syarat dari uji statistik tersebut.

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Shapiro- wilk karena jumlah sampel kurang dari 50. Apabila nilai p>0,05 maka data tersebut memiliki distribusi normal.

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai p>0,05 yang memiliki arti data berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji variansi data, apabila didapatkan nilai p>0,05

0 10 20 30 40 50

Hari ke 1 Hari ke 3 Hari ke 7

Jumlah Fibroblas

Kelompok Jumlah Fibroblas Rerata±SD 1 3 7 11 7 41 3.6667±3.51188 2.3333±2.51661 13.6667±3.78594


(64)

maka data berasal dari variansi yang sama. Hasil uji variansi data didapatkan nilai probabilitas 0,678 atau p>0,05 yang berarti setiap kelompok mempunyai varians yang sama. Dengan demikian, uji normalitas dan asumsi kesamaan varians untuk one-way ANOVA terpenuhi. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah lamanya pulpa terbuka akibat jejas mekanis selama 1 hari, 3 hari dan 7 hari memiliki perbedaan yang bermakna terhadap respon sel fibroblas, seperti terlihat pada tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil analisa statistik uji one way annova perbedaan respon fibroblas pulpa terbuka pada hari 1, 3, dan 7.

Keterangan: tanda (*)menunjukkan p<0.05 yang berarti terdapat perbedaan signifikan

Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,011 atau p<0,05. Hal ini membuktikan secara statistik bahwa terdapat perbedaan yang signifikan durasi lamanya pulpa terbuka terhadap jumlah respon sel fibroblas. Untuk mengetahui seberapa besar signifikansi setiap kelompok, maka perlu dilakukan uji Tukey karena pada penelitian ini menggunakan lebih dari tiga perlakuan. Uji ini digunakan untuk menentukan perbedaan dari masing-masing kelompok uji. Hasil uji Tukey dapat dilihat pada table 3 berikut ini.

Tabel 3. Uji Tukey HSD untuk menentukan signifikansi antar kelompok

Keterangan: tanda (*) menunjukkan p<0.05 yang berarti terdapat perbedaan rerata signifikan

Jumlah Fibroblas

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 230.222 2 115.111 10.465 *.011

Within Groups 66.000 6 11.000

Total 296.222 8

(I) kelompok (J) kelompok Mean Difference (I-J) Sig.

Lower Bound Lower Bound

1.00 3.00 1.33333 .877

7.00 -10.00000(*) .024

3.00 1.00 -1.33333 .877

7.00 -11.33333(*) .014

7.00 1.00 10.00000(*) .024


(65)

menunjukkan perbedaan yang signifikan p<0,05 terhadap kelompok perlakuan hari ke 7. PEMBAHASAN

Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung sel fibroblas yang berada pada area yang sama dengan pengamatan PMN (4 lapang pandang), diantaranya preparat subjek A1 di dekat jejas saluran pulpa mesial, preparat subjek B1 di dekat jejas saluran pulpa mesial, preparat subjek C1 di 2/3 saluran pulpa mesial, preparat subjek A3 di 1/3 saluran pulpa distal, preparat subjek B3 di 2/3 saluran pulpa mesial, preparat subjek C3 di 2/3 saluran pulpa mesial, preparat subjek A7 di 1/3 saluran pulpa distal, preparat subjek B7 di 1/3 saluran pulpa distal, preparat subjek C7 di 1/3 saluran pulpa mesial.

Untuk mengetahui gambaran sel fibroblas pulpa terbuka pada hari 1, 3, dan 7 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


(66)

Gambar 2. Gambaran mikroskopik pulpa terbuka kelompok hari ke-1 dengan jumlah

fibroblas sebanyak 7 terlihat pada area dekat jejas

A1

B3

Gambar 3. Gambaran mikroskopik pulpa terbuka kelompok hari ke-3 dengan jumlah

fibroblas sebanyak 2 terlihat pada area 2/3 saluran pulpa mesial

A7

Gambar 4. Gambaran mikroskopik pulpa terbuka kelompok hari ke-7 dengan jumlah fibroblas sebanyak 18 terlihat pada area 1/3


(67)

hari ke 7. Dari analisis menggunakan uji anava satu arah didapatkan hasil p<0,05 pada pengujian antara kelompok hari ke 1, 3, dan 7, yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna mengenai lamanya pulpa terbuka terhadap jumlah fibroblas. Untuk menentukan kelompok mana dengan jumlah fibroblas paling signifikan dilakukan uji Tukey.

Uji Tukey dilakukan dengan membandingkan kelompok tikus hari ke 1 dengan kelompok tikus hari ke 3 dan ke 7, kemudian membandingkan kelompok tikus hari ke 3 dengan kelompok tikus hari ke 7. Dari hasil uji tersebut didapatkan nilai p<0,05 pada perbandingan kelompok hari ke 7 dengan kelompok hari ke 1 dan hari ke 3. Nilai p>0,05 pada perbandingan kelompok hari ke 1 dengan kelompok hari ke 3. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok hari ke 7 dengan kelompok hari ke 1 dan hari ke 3, sedangkan antara kelompok hari ke 1 dengan kelompok hari ke 3 tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistic.

Jumlah sel fibroblas hari ke 1 dan ke 3 tidak sebanyak jika dibandingkan dengan jumlah sel fibroblas hari ke 7. Hal ini dikarenakan pada hari ke-1 mulai terjadi inflamasi (gambar 2) dan hari ke-3 fase inflamasi berlanjut yang dibuktikan terdapat banyak sel polimorfonuklear (gambar 3). Menurut Primatika (2006)5, fase proliferasi fibroblas dimulai dari hari ke 3 apabila tidak ada kontaminasi atau infeksi yang bermakna, namun dalam penelitian ini fase inflamasi berlangsung lama dikarenakan jaringan pulpa dibiarkan terbuka tanpa diberikan suatu bahan penutup.

Jaringan pulpa yang mengalami inflamasi tidak diberikan suatu bahan aktif yang dapat membantu proses penyembuhan luka dimana penggunaan bahan yang memiliki efek antiinflamasi, antibakteri, dan kemampuan regenerasi sel sekaligus dalam satu formulasi akan sangat efektif dalam mempercepat proses penyembuhan atau proses proliferasi.6

Jumlah fibroblas paling banyak ditemukan pada hari ke-7, hal ini dikarenakan dimungkinkan terjadinya peralihan dari inflamasi akut menjadi inflamasi kronis pada pulpa yang melibatkan sel fibroblas. Menurut Farida (2003) menyebutkan bahwa, radang kronis secara histologis ditandai dengan terbentuknya jaringan granulasi yang terdiri dari infiltrasi sel radang kronis, proliferasi pembuluh darah kapiler, dan proliferasi fibroblas.7


(1)

Hasil uji statistik Tukey menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan hari ke 1 dan 3 tidak terdapat perbedaan yang signifikan, karena nilai p>0,05, sedangkan pada kelompok perlakuan hari ke 7 menunjukkan perbedaan yang signifikan p<0,05 terhadap kelompok perlakuan hari ke 1 dan 3, begitu pula sebaliknya pada kelompok perlakuan hari ke 1 dan 3 menunjukkan perbedaan yang signifikan p<0,05 terhadap kelompok perlakuan hari ke 7.

PEMBAHASAN

Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung sel fibroblas yang berada pada area yang sama dengan pengamatan PMN (4 lapang pandang), diantaranya preparat subjek A1 di dekat jejas saluran pulpa mesial, preparat subjek B1 di dekat jejas saluran pulpa mesial, preparat subjek C1 di 2/3 saluran pulpa mesial, preparat subjek A3 di 1/3 saluran pulpa distal, preparat subjek B3 di 2/3 saluran pulpa mesial, preparat subjek C3 di 2/3 saluran pulpa mesial, preparat subjek A7 di 1/3 saluran pulpa distal, preparat subjek B7 di 1/3 saluran pulpa distal, preparat subjek C7 di 1/3 saluran pulpa mesial.

Untuk mengetahui gambaran sel fibroblas pulpa terbuka pada hari 1, 3, dan 7 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


(2)

Gambar 2. Gambaran mikroskopik pulpa terbuka kelompok hari ke-1 dengan jumlah

fibroblas sebanyak 7 terlihat pada area dekat jejas

A1

B3

Gambar 3. Gambaran mikroskopik pulpa terbuka kelompok hari ke-3 dengan jumlah

fibroblas sebanyak 2 terlihat pada area 2/3 saluran pulpa mesial

A7

Gambar 4. Gambaran mikroskopik pulpa terbuka kelompok hari ke-7 dengan jumlah fibroblas sebanyak 18 terlihat pada area 1/3


(3)

Analisis data penelitian ini didapatkan pesebaran data yang normal, sehingga analisa menggunakan uji anava satu arah untuk mengetahui perbedaan respon sel fibroblas pada hari ke 1, 3, dan 7. Uji anava satu arah merupakan uji untuk data numerik.

Terjadi penurunan jumlah fibroblas hari ke 3 dan terjadi peningkatan jumlah fibroblas hari ke 7. Dari analisis menggunakan uji anava satu arah didapatkan hasil p<0,05 pada pengujian antara kelompok hari ke 1, 3, dan 7, yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna mengenai lamanya pulpa terbuka terhadap jumlah fibroblas. Untuk menentukan kelompok mana dengan jumlah fibroblas paling signifikan dilakukan uji Tukey.

Uji Tukey dilakukan dengan membandingkan kelompok tikus hari ke 1 dengan kelompok tikus hari ke 3 dan ke 7, kemudian membandingkan kelompok tikus hari ke 3 dengan kelompok tikus hari ke 7. Dari hasil uji tersebut didapatkan nilai p<0,05 pada perbandingan kelompok hari ke 7 dengan kelompok hari ke 1 dan hari ke 3. Nilai p>0,05 pada perbandingan kelompok hari ke 1 dengan kelompok hari ke 3. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok hari ke 7 dengan kelompok hari ke 1 dan hari ke 3, sedangkan antara kelompok hari ke 1 dengan kelompok hari ke 3 tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistic.

Jumlah sel fibroblas hari ke 1 dan ke 3 tidak sebanyak jika dibandingkan dengan jumlah sel fibroblas hari ke 7. Hal ini dikarenakan pada hari ke-1 mulai terjadi inflamasi (gambar 2) dan hari ke-3 fase inflamasi berlanjut yang dibuktikan terdapat banyak sel polimorfonuklear (gambar 3). Menurut Primatika (2006)5, fase proliferasi fibroblas dimulai dari hari ke 3 apabila tidak ada kontaminasi atau infeksi yang bermakna, namun dalam penelitian ini fase inflamasi berlangsung lama dikarenakan jaringan pulpa dibiarkan terbuka tanpa diberikan suatu bahan penutup.

Jaringan pulpa yang mengalami inflamasi tidak diberikan suatu bahan aktif yang dapat membantu proses penyembuhan luka dimana penggunaan bahan yang memiliki efek antiinflamasi, antibakteri, dan kemampuan regenerasi sel sekaligus dalam satu formulasi akan sangat efektif dalam mempercepat proses penyembuhan atau proses proliferasi.6

Jumlah fibroblas paling banyak ditemukan pada hari ke-7, hal ini dikarenakan dimungkinkan terjadinya peralihan dari inflamasi akut menjadi inflamasi kronis pada pulpa yang melibatkan sel fibroblas. Menurut Farida (2003) menyebutkan bahwa, radang kronis secara histologis ditandai dengan terbentuknya jaringan granulasi yang terdiri dari infiltrasi sel radang kronis, proliferasi pembuluh darah kapiler, dan proliferasi fibroblas.7


(4)

Jejas mekanis merupakan salah satu iritan yang dapat menyebabkan kerusakan pada pulpa. Jejas ringan hingga sedang pada gigi dapat merangsang odontoblas untuk memproduksi skelrosis tubular dan dentin reparatif, namun jejas yang menetap lama dan berat menyebabkan odontoblas mati sehingga respon inflamasi terinisiasi. Dinamika inflamasi pulpa tidak berbeda dengan inflamasi jaringan lainnya. Berdasarkan pada tingkat keparahan dan durasi suatu jejas, respon inflamasi pulpa dimulai dari pulpitis reversibel menjadi pulpitis ireversibel, selanjutnya nekrosis parsial menjadi nekrosis total.8

Inflamasi pulpa atau pulpitis merupakan reaksi pertahanan tubuh yang aktif dan kompleks meliputi respon vaskular, migrasi, dan pergerakan sel leukosit, dan reaksi sistemik karena adanya mikroba atau kerusakan jaringan. Respon inflamasi ini berhubungan dengan proses penyembuhan luka.9 Radang akut berlangsung (<48 jam) melibatkan sel leukosit yaitu neutrofil. Gambaran sel leukosit dapat dilihat pada gambar 3 yang menjelaskan bahwa masih terjadi radang akut.

Fase proliferasi dimulai pada hari ketiga pasca luka dan dapat berlangsung selama tiga minggu. Fase ini menunjukkan formasi dari jaringan granulasi yang mengandung sel keradangan, fibroblas, dan bakal pembuluh darah yang tertutup di dalam matriks yang longgar.10 Penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3 saat terjadi luka pada hari ke-3, yaitu terdapat fibroblas pada 2/3 saluran pulpa mesial.

Radang kronis berlangsung (>48 jam) dihubungkan dengan derajat kerusakan jaringan, pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4 yaitu ditemukan fibroblas paling banyak pada area 1/3 apikal saluran pulpa distal yang menandakan bahwa telah terjadinya nekrosis parsial pada area 2/3 koronal saluran pulpa distal. Terjadinya radang kronis menunjukkan usaha tubuh melokalisasi agen penyebab dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.9

Sel fibroblas merupakan sel utama pulpa dan pada saat jaringan mengalami perlukaan, sel fibroblas yang segera bermigrasi ke arah luka, berproliferasi dan memproduksi matriks kolagen dalam jumlah besar yang membantu mengisolasi dan memperbaiki jaringan yang rusak (Kumar et al., 2005). Tipe kolagen yang disintesis oleh fibroblas di dalam pulpa adalah kolagen tipe I dan III (reticuler fibers), diantara kedua tipe tersebut terdapat tipe V.11

Menurut Seltzer & Bender (2002) menyebutkan bahwa aktivitas mitosis fibroblas relatif rendah pada jaringan ikat dewasa tetapi sangat aktif pada saat jaringan mengalami kerusakan.12 Keterlibatan fibroblas dalam sistem imun tubuh salah satunya adalah memproduksi cytokines,


(5)

chemokines, rekrutmen sel ke area inflamasi sebagai proses perubahan inflamasi. Selain itu, fibroblas juga terlibat dalam proses degradasi pulpa dan mampu mensekresi komponen Extra Cellular Matrix (ECM). Fibroblas pulpa mampu memproduksi growth factor dan sitokin yang berperan sebagai pengontrol pertumbuhan dan respon terhadap jejas.13

Menurut Tanya De L. Karlson (2007) asumsi mengenai fibroblas kini tidak hanya berperan dalam pembentukan ekstraseluler matriks, fibroblas juga berperan dalam proses imun secara langsung dengan memberikan signal terhadap proinflamasi ke area jejas dan mengatur peran leukosit pada saat infiltrasi ke area jejas.14

Proses inflamasi pada hari ke-7 (gambar 4) menjelaskan bahwa terjadinya peningkatan sel fibroblas dikarenakan pada saat radang kronis monosit memasuki jaringan dan berdiferensiasi menjadi sel makrofag akan memfagosit jaringan yang rusak termasuk PMN yang telah mati dan akan menghasilkan Transforming Growth Factor-Beta (TGF-β) yang membantu proliferasi fibroblas yang kemudian mencerna agen termasuk bakteri di dalam vakuolanya.9

KESIMPULAN

1. Terdapat perbedaan jumlah sel fibroblas pada pulpa terbuka hari ke 1, 3, dan 7. 2. Respon sel fibroblas pada gigi molar Sprague Dawley dengan pulpa terbuka hari

1, 3, dan 7 memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik dengan nilai p<0,05

SARAN

1. Dapat dilakukan sebagai dasar penelitian lanjutan dengan melakukan pengujian terhadap bahan aktif yang dapat mempercepat proses penyembuhan pulpa

2. Perlu dilakukan penelitian dengan teknik pengecatan histologis yang lebih spesifik.

3. Laboratorium hewan uji di FKIK UMY perlu dilakukan perawatan secara rutin agar kebersihan laboratorium lebih terjaga dan layak untuk melakukan penelitian in vivo.

DAFTAR PUSTAKA

1. Garg, N., dan Garg, A. 2008. Textbook of Endodontics. Selangor Darul Ehsa, UNIPRESS. Malaysia. 16-18.

2. Walton, R. E., dan Torabinejad, M. 2001. Endodontics: Principles and Practice. Third Edition. Elsevier Health Sciences, UK. Terjemahan Narlan Sumawita. 2008. Prinsip dan


(6)

Praktik Ilmu Endodonsi alih Bahasa Narlan Sumawita. Edisi Ketiga. EGC. Jakarta. 14-16, 32-36.

3. Lu, Y., T. Liu, H. Li, dan G. Pi. 2008. Histological evaluation of direct pulp capping with a self-etching adhesive and calcium hydroxide on human pulp tissue. International Endodontic Journal, 41(8), 643–650.

4. Jong W, S.R. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 67-68

5. Primatika, A. D. 2006. Pengaruh Infiltrasi Anestetik Lokal Levobupivikain Terhadap Skor Histologi MHC Kelas I Pada Penyembuhan Luka. Tesis. Program Pendidikan Dokter Spesialis I Anestesiologi UNDIP. Semarang. 32-38

6. Pradita, A. U., A.P. Dhartono, C.A. Ramadhany, dan A. Taqwim. 2013. Periodontal Dressing-Containing Green Tea Epigallocathecthin gallate Increases Fibroblasts Number in Gingival Artifical Wound Model. Journal of Dentistry Indonesia, 20(3), 68-72.

7. Farida, R. 2003. Reaksi Radang. JKGUI. Jakarta. 72-468

8. Yu, C. dan Abbott, P. V. 2007. An overview of the dental pulp: its functions and responses to injury. Australian dental journal, 52(1 Suppl), S4–S16.

9. Kumar, Vinay; Abbas, Abul; Fausto, N. 2005. Robbins and Coutran Pathological Basis of Disease. Elsevier. Philadelphia. 927-933

10.Strauss, R.A. dan Fallon, S.D. 2004. Contemporary oral and maxillofacial surgery. Dental Clinics of North America, 48(4), 35–38, 40, 42–46

11.Nanci, A. 2008. Oral Histology Development Structure and Function. Mosby Elsevier. St. Louis. 2-290

12.Seltzer, S., dan Bender, I. 2002. Seltzer and Bender's Dental Pulp. Quintessence Publishing CO, Inc. China.96-97, 101, 109.

13.Kunarti, S. 2008. Pulp Tissue Inflammation and Angiogenesis After Pulp Capping with Transforming Growth Factor Beta1. Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi), 88-90. 14.Karlson, T.D. 2007. Regulation of mucosal inflammation by fibroblasts. Thesis.