TA : Perancangan Buku Ilustrasi Jaranan Dengan Teknik Vektor Sebagai Upaya Melestarikan Budaya Lokal Kediri.

(1)

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI JARANAN

DENGAN TEKNIK VEKTOR SEBAGAI UPAYA

TUGAS AKHIR

Program Studi

S1 Desain Komunikasi Visual

Oleh:

ADITYA AGUNG PRAKASA 12420100044

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(2)

x

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat ... 5

Manfaat Teoritis ... 5

Manfaat Praktis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Terdahulu ... 6

2.2 Pengertian Tari ... 7

2.3 Sejarah Jaranan ... 9

2.4 Kajian Tentang Buku ... 11


(3)

xi

2.7 Vektor ... 18

2.8 Layout ... 19

2.9 Proposi ... 22

2.10 Garis (Line) ... 23

2.11 Warna ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian ... 25

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.3 Teknik Analisis Data ... 28

3.4 Data dan Sumber Data ... 29

3.3.2 Data Primer ... 29

3.3.3 Studi Sekunder ... 2

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Data Wawancara dan Observasi ... 31

4.1.3 Literatur ... 36

4.1.4 Hasil Studi Eksisting ... 38

4.2 Konsep dan Keyword ... 40

4.2.2 Unique Selling Preposition ... 42

4.2.3 Analisis SWOT ... 43


(4)

xii

4.2.6 Deskripsi Konsep ... 48

4.3 Perancangan Kreatif ... 49

4.3.1 Tujuan Kreatif ... 49

4.3.2 Strategi Kreatif ... 49

4.3.3 Sinopsis Cerita ... 53

4.3.4 Strategi Media ... 55

4.3.6 Implementasi Karya ... 58

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 84


(5)

xiii

Gambar 4.1 Buku Ilustrasi Jaran Kencak Studi Eksisting ... 39

Gambar 4.2 Buku Ilustrasi “We Indonesian Do it” ... 40

Gambar 4.3 Tabel SWOT ... 45

Gambar 4.4 Analisis Keyword ... 47

Gambar 4.5 Font Space Comics ... 52

Gambar 4.6 Font Century Gothic ... 52

Gambar 4.7 Warna ... 53

Gambar 4.8 Buku Jaranan The Horse Dance And Trance In East Java ... 54

Gambar 4.9 Tabel Biaya Produksi yang Digunakan dalam Media Utama ... 57

Gambar 5.0 Tabel Estimasi Biaya Penjualan Buku Ilustrasi ... 57

Gambar 4.12 Cover Buku ... 58

Gambar 4.13 Cover Belakang ... 59

Gambar 4.14 Sub Cover ... 60

Gambar 4.15 Halaman Hak Cipta ... 61

Gambar 4.16 Halaman Kata Pengantar ... 62

Gambar 4.17 Halaman Terima Kasih ... 63

Gambar 4.18 Halaman Daftar Isi ... 64

Gambar 4.19 Halaman Alat Musik Gamelan ... 65


(6)

xiv

Gambar 4.22 Halaman Alat Musik Ketuk ... 66

Gambar 4.23 Halaman Alat Musik Slompret ... 67

Gambar 4.24 Halaman Alat Musik Gong ... 67

Gambar 4.25 Halaman Semua Alat Musik ... 68

Gambar 4.26 Halaman Visual Kerajaan Kediri ... 68

Gambar 4.27 Halaman Visual Kerajaan Kediri dan Dewi Songgolangit ... 69

Gambar 4.28 Halaman Visual Kerajaan Kediri dan Pujangga Anom ... 69

Gambar 4.29 Halaman Visual Kerajaan Kediri dan Singobarong ... 70

Gambar 4.30 Halaman Visual dalam Kerajaan Kediri ... 71

Gambar 4.31 Halaman Visual Kerajaan Kediri dan Dewi Songgolangit ... 72

Gambar 4.32 Halaman Visual dalam Kerajaan Lodoyo ... 73

Gambar 4.33 Halaman Pertempuran Singobarong dan Klono Sewandono ... 74

Gambar 4.34 Halaman Klono Sewandono dan Dewi Songgolangit ... 75

Gambar 4.35 Halaman Visual Karakter dan Moral ... 76

Gambar 4.36 Halaman Biodata Penulis ... 76

Gambar 4.37 Media Pendukung Poster Jaranan Kediri ... 77

Gambar 4.38 Media Pendukung Pembatas Buku ... 78


(7)

xv

LAMPIRAN 1 Form Revisi 1 ... 84

LAMPIRAN 2 Form Revisi 2 ... 85

LAMPIRAN 3 Form Revisi 3 ... 86

LAMPIRAN 4 Form Revisi 1 kolokium 2 ... 87

LAMPIRAN 5 Form Revisi 2 kolokium 2 ... 88

LAMPIRAN 8 Form Kartu Kegiatan Seminar ... 89


(8)

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pada era modern ini, banyak produk kesenian budaya yang terlupakan. Negara Indonesia merupakan negara dengan mempunyai berbagai macam warisan budaya, yang setiap daerahnya mempunyai karakteristik atau ciri-ciri yang berbeda dengan kota lain. Karakteristik atau ciri-ciri setiap daerah menunjukkan budaya di mana berasal. Kesenian-kesenian tersebut sudah ditinggalkan salah satunya adalah kesenian tari kuda lumping atau yang biasa disebut tari jaranan yang berasal dari Kediri. Tari Jaranan bukan hanya sekedar untuk penyambutan tamu-tamu penting pemerintah, hiburan, tetapi sebagai alat pemersatu warga Kediri. Dengan adanya aktivitas seperti kedatangan tamu-tamu penting pemerintah, membuat kesenian jaranan dikenal sebagai salah satu ikon pariwisata dengan kesenian kota Kediri.

Kesenian tari jaranan merupakan kesenian budaya yang didalamnya menceritakan sejarah singkat tentang terlahirnya kesenian tari jaranan. Dalam pementasan jaranan terdapat gerakan tari dan alat-alat musik yang mengiringi seperti gamelan, gong, kenong, kendang. Jaranan terkenal dengan kegiatan mistis disetiap pementasannya, mulai dari yang kesurupan, sampai memakan hal-hal yang tidak wajar, seperti memakan rumput dan pecahan kaca.

Dalam kesenian kuda lumping atau jaranan mempunyai karakteristik atau ciri-ciri yang berbeda disetiap daerahnya. Seperti yang kita ketahui, kesenian jaranan banyak yang mengklaim bahwa kesenian tradisional kuda lumping atau


(9)

jaranan tersebut, berasal dari banyak daerah dan mengakui bahwa kesenian tradisional tersebut sebagai budaya mereka. Contohnya kuda lumping Jawa Tengah berbeda dengan kuda lumping Jawa Timur.

Sayangnya pada saat ini, kesenian seperti jaranan ini sekarang sudah mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Banyak kesenian-kesenian serta budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang Indonesia, tidak hanya jaranan. Jaranan hanya sebagaian kecil kesenian dari bangsa Indonesia. Maka dari itu, kita sebagai warga Indonesia hanya diminta untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan dan kesenian tersebut. Hanya segelintir orang yang masih bertahan untuk melestraikan, salah satunya kesenian tari jaranan Kediri. Kurangnya informasi diberbagai media atau untuk mempelajari kesenian tari jaranan, membuat tari jaranan Kediri dilupakan. Maka dari itu untuk menarik minat masyarakat dan daerah Kediri, dengan membuat buku ilustrasi jaranan kepada anak-anak, sebagai awal untuk memperkenalkan dengan mengenal sejarah budayanya dan kita sebagai penerus bangsa harus menjaga dan mengembangkan.

Hal ini dilakukan agar kesenian tersebut tidak hilang termakan zaman dan generasi penerus kesenian tari jaranan Kediri dapat mewarisi kebudayaannya. Karena siapa lagi yang akan melanjutkan kesenian tersebut kalau bukan penerus bangsa, untuk lebih mengenal budayanya sendiri.

Alat atau media dalam penyampaian informasi dalam bentuk cetak

(hardcopy) ataupun berbentuk digital. Salah satu media informasi cetak adalah

buku. Menurut Muktiono (2003) Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan sumber pembanguan watak bangsa. Buku adalah sarana informasi yang efektif, karena buku dapat memuat informasi yang lebih lengkap jika di banding dengan


(10)

media informasi lainnya. Hal itu dikarenakan kegiatan membaca buku yaitu meresapi, menganalisa, dan menginterprestasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam bentuk gambar (visual) dan tulis-tulisan (verbal), yang dapat membuat pembaca lebih mudah mengingat isi dari buku tersebut.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1996), ilustrasi dibagi menjadi dua jenis yaitu ilustrasi audio dan ilustrasi visual. Ilustrasi audio berarti alat-alat musik yang mengiringi suatu pertunjukkan sandiwara di pentas, radio ataupun musik yang melatari sebuah film. Ilustrasi visual atau yang lebih dikenal dengan kata lain ilustrasi yaitu gambar dapat berupa foto atau lukisan untuk membantu memperjelas isi buku, karangan, dan sebagainya, dan dapat juga bermakna gambar, desain, diagram untuk penghias halaman sampul.

Dalam New Encyclopedia (funk & wagnals) “ Illustration is pictorial

material appearing with text and amplifying or enchancing it, although illustration

may be maps, chart, diagrams, or object related in some mannerdirectly, indirectly,

symbolically” , yang berarti ilustrasi adalah materi gambar yang ditampilkan

dengan teks dan memperjelas atau memperindah atau membuat lebih menarik. Juga dapat berupa peta diagram hiasan, mereka biasanya ditampilkan dalam bentuk pemandangan, manusia, atau hubungan objek-objek dalam beberapa jenis secara tidak langsung dengan simbol.

(Wojirsch, 1995) berpendapat, ilustrasi merupakan gambaran pesan yang tak terbaca yang dapat menguraikan cerita, berupa gambar dan tulisan, yaitu grafis informasi yang memikat. Sehingga dapat menjelaskan makna yang terkandung di dalam pesan tersembunyi. Perancangan buku ilustrasi jaranan dengan teknik vektor


(11)

untuk melestarikan budaya lokal Kediri. Berupa gambar (visual) dan teks atau

kalimat dengan untuk memperjelas atau membuat lebih menarik. Karena gambar ilustrasi dapat menerangkan secara gambar (visual) karakter dan teks kalimat, yang

membuat pembaca lebih mudah menangkap makna ataupun pesan-pesan mengenai kesenian tradisional tari kuda lumping atau jaranan.

Berdasarkan pernyataan diatas, tujuan dari laporan ini adalah perancangan buku ilustrasi jaranan dengan teknik vektor sebagai upaya melestarikan budaya lokal Kediri.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana merancang buku ilustrasi jaranan dengan teknik vektor sebagai upaya melestarikan budaya lokal Kediri?”

1.3Batasan Masalah

Dari rumusan masalah diatas, maka ditentukan batasan-batasan permsalahan agar laporan ini lebih fokus dan tidak meluas. Batasan-batasan masalah tersebut antara lain :

a. Perancangan ini difokuskan pada kesenian tari jaranan yang berasal dari Kediri. b. Untuk anak-anak pada usia 7-12 tahun.


(12)

1.4Tujuan Perancangan

Tujuan yang ingin dicapai dari perancangan ini adalah :

a. Perancangan buku ilustrasi tentang jaranan Kediri dengan teknik vektor untuk melestarikan budaya lokal.

b. Untuk menjaga kelestarian budaya tradisonal Indonesia.

c. Memberikan informasi untuk anak-anak tentang sejarah dan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tradisional tersebut, mendorong anak-anak agar mau membaca buku sejak dini, danmembuat rasa bangga terhadap salah satu kesenian budaya Indonesia.

1.5Manfaat

Di dalam perancangan ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil perancangan ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa, memberikan informasi tentang penelitian terkait budaya, vektor, langkah-langkah dalam pembuatan ilustrasi.

b. Manfaat Praktis

Perancangan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan informasi kepada masyarakat tentang kesenian tradisional tari jaranan Kediri dan juga sebagai media yang dapat melestarikan budaya lokal.


(13)

6

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Studi Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai Kuda Lumping pernah dilakukan oleh seorang mahasiswa Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya bernama Phebii Kurnia Diajeng Challtis tahun 2011. Dengan judul penelitiannya yaitu Penciptaan Buku Ilustrasi Legenda Tari Jaran Kencak sebagai Upaya Memperkenalkan Budaya Lumajang Kepada Anak-anak. Peneltian tersebut untuk memberikan informasi bahwa kesenian tari kuda lumping atau jaranan berasal dari Lumajang. Hal ini membuktikan bahwa kesenian kuda lumping atau jaranan bukan hanya ada di Jawa Timur atau Jawa Tengah. Karena kesenian tari kuda lumping ini banyak daerah yang mengakui, bahwa kesenian tersebut berasal dari daerahnya. Penelitian tersebut menggunakan teknik pengumpulan data yaitu meliputi: observasi, wawancara, telaah dokumen, focus group discussion, dan studi kompetitor.

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasikan perbedaan antara kesenian kuda lumping Lumajang dengan kuda lumping Kediri. Peneliti sebelumnya pada bidang Desain Komunikasi Visual dengan cara penciptaan buku ilustrasi dengan teknik aquarel. Peneliti hanya sekedar mengambil objek penelitian Tari Kencak Lumajang khususnya pada tari kencak Lumajang sebagai data untuk pengembangan penelitian sekarang.


(14)

Dengan penelitian yang dilakukan saat ini diharapkan memberikan manfaat, makna atau pesan-pesan yang terdapat pada kesenian tari kuda lumping tersebut. Sehingga masyarakat luas bisa mengetahui fungsi dan perbedaan dalam kesenian tari kuda lumping, karena setiap daerah mempunyai perbedaan entah dari pakaian, cerita sejarah, dan iringan musik.

2.2Pengertian Tari

Jika kita mendengar kesenian tari, yang terlintas di pikiran kita adalah seorang atau sekelompok orang yang melakukan gerakan-gerakan anggota tubuh dengan gemulai dengan diiringin alunan alat musik tradisional. Kesenian tari bukan hanya menggerakan anggota tubuh, melainkan pesan yang ingin disampaikan oleh penari untuk penonton.

Tari merupakan salah satu bentuk kesenian yang memiliki media ungkap atau substansi gerak, dan gerak yang terungkap adalah gerak manusia. Gerak-gerak dalam tari bukanlah Gerak-gerak realistis atau Gerak-gerak keseharian, melainkan Gerak-gerak yang telah diberi bentuk ekspresif. Gerak ekspresif ialah gerak yang indah, yang bisa menggetarkan perasaan manusia. Gerak mengandung ritme tertentu, yang dapat memberikan kepuasan batin manusia.

Gerak yang indah bukan hanya gerak yang halus saja, tetapi gerak-gerak yang kasar, keras, kuat, penuh dengan tekanan-tekanan, serta gerak-gerak aneh pun dapat merupakan gerak yang indah. Gerak merupakan elemen pertama dalam tari, maka ritme merupakan elemen kedua yang juga sangat penting dalam tari (Rusliana: 2008). Tari tumbuh dari zaman ke zaman sesuai dengan


(15)

perkembangannya taraf kehidupan manusia di dunia ini termasuk pula kondisi alam atau lingkungan, sosial dan kepercayaan atau agama atau lebih luasnya lagi dengan perkembangan budayanya (Rusliana, hal:36-37)

a. Tari dalam Fungsi Sosial

Tari dalam kehidupan sosial masyarakat memiliki tiga fungsi utama, yaitu : 1) Tari untuk kebutuhan upacara kepercayaan yang disebut tari upacara. 2) Tari untuk kebutuhan hiburan atau kesenangan disebut tari hiburan.

3) Tari untuk memberikan kesenangan kepada pihak lain atau penonton disebut tari pertunjukkan.

b. Tari dalam Fungsi Pendidikan

Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan. Peranan seni tari dalam pendidikan diartikan bagaimana dampak positif dari aktivitas manusia dalam seni tari dan bagaimana pengaruh positifnya terhadapa kehidupan manusia baik secara individu maupun kelompok.

c. Tari dalam Fungsi Ekonomi

Kehidupana dalam dunia seni tari bila dilaksanakan secara profesional akan menimbulkan pertumbuhan ekonomi bagi kehidupan pelaku, pengelolah bahkan lebih luasnya lagi menjadi sumber devisa negara yang berkaitan dengan dunia pariwisata.


(16)

2.3Sejarah Jaranan

Menurut Agus Suryanto, Ketua Pembina Kesenian Jaranan Turonggo Putro Bismo, yang berada di Kelurahan Kampung dalem Kota Kediri menuturkan, jaranan atau kuda lumping, sebenarnya menggambarkan cerita masa lalu. Raja Bantar Angin, seorang raja dari Ponorogo bermaksud melamar Dewi Songgolangit, putri cantik dari kerajaan Kediri, atau yang biasa disebut juga dengan Dewi Sekartaji atau Galuh Candra Kirana. Konon menurut cerita, karena wajahnya yang jelek, Raja Bantar Angin akhirnya menyuruh Patihnya, yang bernama Pujangga Anom, seorang patih yang dikenal sangat tampan. Agar Dewi Sekartaji tidak tertarik dengan Patih Pujangga Anom, Raja Bantar Angin memintanya memakai sebuah topeng buruk rupa. Lalu Patih Pujangga Anom, datang ke kerajaan Kediri, menyampaikan maksud rajanya.

Putri Sekartaji, yang mengetahui Patih Pujangga Anom mengenakan topeng, merasa tersinggung, lalu menyumpahi agar topeng tersebut, tidak bisa dilepas seumur hidup. Raja Bantar Angin, akhirnya datang sendiri ke kerajaan Kediri. Sebagai gantinya, Dewi Songgolangit meminta tiga persyaratan. Jika Raja Bantar Angin bisa memenuhi, dirinya bersedia diperistri. Tiga syarat tersebut, binatang berkepala dua, seratus pasukan berkuda berwarna putih, dan alat musik yang bisa berbunyi jika dipukul bersamaan.

Sayangnya, Raja Bantar Angin, hanya bisa memenuhi 2 dari 3 persyaratan tersebut, seratus kuda berwarna putih yang digambarkan dengan kuda lumping, alat musik yang bisa dipukul bersamaan yakni gamelan. Sehingga, terjadi pertempuran diantara keduanya. Kerajaan Kediri, datang dengan membawa pasukan berkuda, yang kini digambarkan sebagai jaranan, sementara Kerajaan


(17)

Ponorogo membawa pasukan, yang kini digmabrkan sebagai kesenian Reog Ponorogo.

Diperjalanan, terjadi pertempuran, Raja Ponorogo yang marah, membabat macan putih yang ditunggangi Patih Kerajaan Kediri, dengan cambuk samandiman, hingga akhirnya melayang ke kepala salah satu kesatria dari Ponorogo. Bersamaan dengan kejadian tersebut, seekor burung merak, kemudian juga menempel di kepala kesatria tersebut, sehingga ada kepala manusia yang ditempeli kepala macan putih dan merak, ini yang sekarang disimbolkan dengan kesenian Reog Ponorogo. Bahkan, dalam tarian Reog, semua penari juga membawa cambuk. Sementara dalam kesenian jaranan atau kuda lumping, menggambarkan pasukan berkuda Dewi Sekartaji yang hendak melawan Raja Ponorogo.

Barongan, Celeng dan Atribut didalamnya, sebagai simbol, selama dalam perjalanan menuju Ponorogo yang melewati hutan belantara, pasukan juga dihadang berbagai hal, seperti naga, dan hewan-hewan liar lainnya. Sementara, terkait dengan munculnya makhluk halus yang konon merasuki tubuh penari, dalam pertunjukkan jaranan, menurut Hariadi pawang seni tradisonal Jaranan Kampung dalem, itu hanya ada di Kediri. Biasanya, kalau sudah menyatu dengan jaranan, pemain yang kerasukan makhluk halus, agak sulit disadarkan. Mereka, akan meminta berbagai macam makanan, seperti kemenyan, madu, dan candu. Tak jarang, ada juga yang meminta ubi, jagung, ayam, hingga kambing yang masih terdapat darahnya (Andikafm: 2010).


(18)

2.4Kajian Tentang Buku

Secara bahasa, buku berarti lembar kertas yang berjilid, baik itu berisi tulisan atau gambar maupun kosong. Buku dapat berarti sekumpulan tulisan atau gambar yang dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa hingga membentu sebuah lembaran yang dijilid.

Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan sumber pembangunan watak bangsa (Muktiono, 2003:2). Buku dapat dijadikan pula sebagai sarana informasi untuk memahami sesuatu dengan mudah. Dalam masyarakat, buku untuk ana-anak umumnya adalah buku bergambar, karena ana-anak-ana-anak lebih mudah memahami buku tersebut dengan banayak gambar dari pada tulisan, sedangkan orang dewasa lebih fleksibel untuk memahami apa yang ada pada buku walaupun tanpa gambar sekalipun (Muktiono, 2003).

Sehingga buku refrensi adalah sebuah buku yang disusun sedemikian rupa yang memuat berbagai macam panduan dan tata cara untuk melakukan atau menciptakan sesuatu secara sistematis dan terarah serta memiliki manfaat keilmuan secara teoritis didalamnya. Singkatnya, buku mempunyai peran yang tidak kecil dalam mendorong perkembangan sosial, budaya, teknologi, politik dan ekonomi. (Muktiono, 2003:4-5).

2.5Struktur Buku

Buku memiliki beberapa unsur-unsur yang mendasar sebagai berikut:

a. Kulit Buku

Kulit buku merupakan bagian buku yang paling luar atau biasa disebut juga sampul buku, kulit buku gunanya jelas, yaitu untuk melindungin isi


(19)

dan unruk memperkokoh buku. Kulit buku banyak jenisnya, ada yang dari kertas tebal saja, ada yang dibuat dari karton kemudian dibalut dengan kain linen, kain biasa, bahkan buku-buku mahal ada yang memakai balutan kulit asli. Yang lebih bagus buku-buku untuk perpustakaan memiliki kulit buku yang tebal karena buku-buku yang ada di perpustakaan sering berganti tangan. Di beberapa Negara buku-buku yang dipergunakan untuk perpustakaan diberi kulit yang kuat, yang diberi nama “Library Binding” (penjilidan untuk perpustakaan).

Pada kulit buku biasanya dimuat judul buku (Cover Title), kadang-kadang juga tidak ditemuui judul. Judul pada kulit buku ini dalam katalogisasi tidak terlalu penting. Dalam proses pengkatalogan dapat mengabaikannya, kecuali kalau judul tersebut berbeda dengan judul yang tercantum dalam halaman judul “Title Page” buku. Dalam hal demikian perlu dipertimbangkan apakah judul tersebut perlu dicatat dan diinformasikan kepada pembaca dalam katalog. Sebab sebagaian pembaca memungkinkan akan menelusuri judul buku tersebut melalui judul dikulit tersebut.

b. Punggung Buku

Pada punggung buku biasanya terdapat judul buku. Seperti halnya judul yang terdapat pada kulit buku, judul punggung buku inipun ada kemungkinan tidak sama dengan apa yang terdapat pada halaman judul. c. Halaman Kosong (Fly Leaves)

Halaman kosong ini adalah halaman tanpa teks yang terletak setelah kulit buku di bagian depan dan bagian belakang. Halaman kosong ini ada yang menyebut juga halaman pelindung. Halaman ini berfungsi sebagai penguat


(20)

jilid dan buku. Oleh karena itu biasanya halaman kosong ini terbuat dari kertas yang lebih kuat.

d. Halaman Judul Singkat (Half Title)

Halaman judul singkat ini ada ynag menyebut juga halaman setengah judul “Half Title Page”. Halaman judul singkat ini terletak setelah halaman kosong dan berisi judul singkat dari buku.

e. Judul Seri

Judul seri ini merupakan judul dari karya-karya berjilid yang saling berkaitan dalam subyek dengan satu judul mencakup judul-judul seri.

f. Halaman Judul (Title Page)

Halaman judul buku merupakan halaman yang berisi banyak data dan informasi yang diberikan penerbit, antara lain judul buku, nama pengarang dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam kepengarangan seperti penerjemah, editor, dan ilustrator. Di samping itu juga berisi informasi tentang kota tempat terbit, penerbit dan tahun terbit. Oleh karena itu, halaman judul buku merupakan halaman yang sangat penting diperhatikan dalam proses katalogisasi deskriptif. Halaman inilaha yang menjadi sumber utama dalam mengumpulkan berbagai data dan informasi yang diperlukan dalam katalogisasi.


(21)

1) Judul Buku

Judul yang tercantum pada halaman judul merupakan judul resmi dari buku tersebut. Disamping judul pokok tercantum pula judul-judul lain seperti judul tambahan, judul alternatif dan judul paralel.

2) Nama Pengarang

Nama pengarang yang tercantum di halaman judul biasanya lengkap dengan gelar-gelarnya jika pengarang tersebut bersifat perorangan. Pengarang bisa juga berupa lembaga atau badan. Di samping nama pengarang, di halaman judul dicantumkan juga nama-nama berbagai pihak yang terlibat dalam kepengarangan buku seperti penerjemah, editir, dan penyadur.

3) Keterangan Edisi

Pada halaman judul terdapat keterangan tentang edisi taua cetakan buku. Tetapi tidak selalu demikian karena sering kali keterangan edisi justru terdapata di halaman balik judul, di kulit buku atau di kata pendahuluan. Keterangan edisi penting dicantumkan dalam katalog karena menunjukkan tingkat kemutakhiran buku tersebut. Kata edisi mungkin berbeda dengan cetakan, jika yang dimaksud cetakan ialah pencetakan ulang dari buku tanpa revisi atau penambahan. Pencetakan ulang dengan bahasa Inggris bisanya dinyatakan dengan “Printing” dan untu edisi dinyatakan dengan “Edition”.

4) Keterangan Imprin

Di halaman biasanya terdapat keterangan tentang kota tempat diterbitkan buku, penerbit, dan tahun penerbitanya. Ketiga unsur ini tidak selalu


(22)

terdapat di halaman judul bahkan di dalam buku. Unsur-unsur ini kadang-kadang terdapat di halaman bali judul atau mungkin di halaman kulit luar bagian belakang buku. Di halaman judul biasanya juga dituliskan juga hak cipta “Copyright”.

g. Halaman Balik Judul

Pada halaman balik judul sering kali terdapat banayk informasi penting, antara lain:

1) Keterangan kepengarangan 2) Judul asli dari karya terjemahan 3) Kota tempat terbit dan penerbit 4) Tahun terbit dan tahun copyright 5) Keterangan edisi

h. Halaman Persembahan (Dedication)

Halaman persembahan biasanya terletak sebelum halaman prakata. Dalam proses katalogisasi deskriptif tidak perlu memperhatikan halaman persembahan ini.

i. Kata Pengantar

Kata pengantar merupakan catatan singkat yang mendahului teks, berisi penjelasan-penjelasan yang diberikan si pengarang kepada para pembaca. Penjelasan-penjelasan itu dapat berupa tujuan dan alasan penulisan buku, ruang lingkup, dan pengembangan subyek yang dibahas. Sering pula kata pengantar berisi ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulisan buku tersebut dan penjelasan cetakan.


(23)

Daftar isi terletak sesudah kata pengantar tetapi dapat juaga terletak di bagian akhir dari buku. Daftar isi memuat judul-judul bab yang biasanya diikuti rincian berupa anak-anak bab, tetapi bisa juga tanpa bab. Dalam daftar isi ini juga bisa ditemukan daftar gambar, daftar peta, ilustrasi. k. Pendahuluan

Pendahuluan biasanya mengikuti daftar isi dan merupakan bab pertama dari buku. Pendahuluan memberikan wawasan tentang subyek yang dibahas, baik pengembangannya maupun pengorganisasiannya secara ilmiah. Pendahuluan ini sering kali tidak ditulis sendiri ileh si pengarang, melainkan oleh seseorang yang dianggap mempunyai nilai lebih tentang bidang yang dibahas.

l. Naskah (Teks)

Naskah atau teks buku, bahkan ada yang menyebut isi buku. Naskah ini disajikan dalam bab-bab secara sistematis mengikuti daftar isi. Banyak teks dibubuhi berbagai jenis ilustrasi untuk penjelasan atau hiasan. Buku yang memuat ilustrasi akan lebih mudah menarik pembaca, terlebih buku anak-anak. Buku akan lebih menarik juga apabila memakai huruf yang bagus.

m. Indeks

Indeks merupakan daftar secara rinci dari sebuah terbitan atau buku tentang subyek, nama orang, nama tempat, nama geografis, dan hal-hal yang dianggap penting. Indeks ini disusun secara sistematis menurut abjad atau alfabetis. Indeks ini bertujuan agar lebih memudahkan para pembaca dalam menelusuri informasi. Indeks ini biasanya diletakan di bagian akhir


(24)

dari sebuah buku. Tetapi apabila buku itu dalam beberapa jilid, biasa saja indeks tersebut terpisah dalam satu jilid.

n. Bibliografi

Merupakan daftar kepustakaan yang digunakan si pengarang dalam menulis buku. Biasanya buku-buku yang bersifat ilmiah selalu memuat bibliografi disebut juga dengan daftar pustaka. Bibliografi biasanya terletak di bagaian akhir.

o. Glossary

Merupakan daftar kata-kata atau istilah0istilah yang dianggap masihh asing bagi pembaca pada umumnya atau masih perlu dijelaskan. Glossary biasanya diletakan di bagian akhir buku.

p. Nomor Pagina

Nomor pagina dari sebuah buku biasanya terdiri atas angka Romawi kecil dan angka Arab. Angka Romawi kecil biasanya digunakan pada penomoran halaman kata pengantar sampai dengan daftar isi, sedangkan untuk bab pendahuluan sampai akhir biasanya digunakan angka Arab.

2.6 Ilustrasi

Gambar ilustrasi merupakan gambar yang sifatnya menerangkan atau visualisasi dari suatu uraian, baik berupa berita, cerita, karangan atau naskah. Gambar ilustrasi juga merupakan gambaran singkat alur cerita suatu guna lebih


(25)

menjelaskan salah satu adegan (Kusmiyati, 1999). Perancangan buku ilustrasi tentang kuda lumping Kediri dengan teknik vektor. Merupakan bentuk visual dan teks atau kalimat dengan tujuan memperjelas audience yang secara umum belum dapat membaca dengan lancar, maka gambar ilustrasi dapat menerangkan secara umum karakter atau keseluruhan informasi tentang tata cara dan cerita mengenai kesenian tari kuda lumping Kediri.

2.7Vektor

Vektor art merupakan gambar yang terbentuk dari sejumlah garis dan kurva. Kulitas gambarnya tetap baik meskipun diperbesar, karena gambar jenis vektor ini bukan terdiri dari titik. Perangkat lunak yang sering digunakan untuk mengolah gambar berjenis vektor ini adalah Adobe Ilustrator. Monitor biasanya akan menampilkan gambar dalam bentuk piksel. Gambar ini mengandung unsur matematis seperti arah, ukurana sudut, ketebalan, warna, dan lain sebagainya. Tracing adalah teknik menggambar ulang dengan memakai acuan gambar serta mengubah gambar bitmap menjadi objek vector.

Vector sendiri ialah mendeskripsikan gambar dengan menggunakan garis dan kurva (garis dan kurva biasa disebut vector), yang didalamnya termasuk juga warna-warna dan properti-properti gambar. Apabila vector diedit, maka yang dimodifikasi adalah properti garis dan kurva yang mendeskripsikan bentuk tersebut. Vector dapat disgeser, diubah ukurannya (resize), diubah bentuknya (reshape), atau diubah warnanya tanpa mengurangi kualitas gambar aslinya. Vector dapat ditampilkan pada perangkat output dengan resolusi yang berbeda-beda tanpa mengurangi kualitasnya (Infotek, 2006).


(26)

2.8Layout

Menurut Tom Lincy dalam buku (Kusrianto, 2007:277), prinsip layout yang baik adalah yang selalu memuat lima prinsip utama dalam desain, yaitu proporsi, keseimbangan, kontras, irama dan kesatuan. Dalam pembuatan buku ini desain layout menjadi landasan dasar untuk menjadikan acuan dalam memberikan panduan dalam mendesain layout dari pembuatan buku ilustrasi kesenian kuda lumping Kediri. Untuk mengatur layout, maka di perlukan pengetahuan akan jenis-jenis layout. Berikut adalah jenis-jenis layout pada media cetak, baik majalah, iklan, koran maupun sebuah buku.

a. Mondrian Layout

Mengacu pada konsep seorang perlukis Belanda bernama Piet Mondrian, yaitu penyajiianiklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square, landscape, portait, di mana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajian dan memuat gambar atau copy yang saling berpadu sehingga membentuk suatu komposisi yang konseptual.

b. Multi Panel Layout

Bentuk iklan di mana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa tema visual dalam bentuk yang sama (square atau double square semuanya). c. Picture Window Layout


(27)

Tata letak iklan di aman produk yang diiklankan ditampilakan secara close up. Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model (public figure).

d. Copy Heavy Layout

Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copywriting (naskah iklan) atau dengan kata lain komposisi layoutnya di dominasi oleh penyajian teks (copy). e. Frame Layout

Suatu tampilan iklan di mana border, bingkai atau framenya membentuk suatu naratif (mempunyai cerita).

f. Shilhoutte Layout

Sajikan iklan yang berupa gambar ilustrasi atau teknik fotografi di mana hanya ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap atau warna spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya dengan teknik fotografi.

g. Type Specimen Layout

Tata letak iklan yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf dengan pint size yang besar. Pada umumnya hanay berupa Head Line saja.

h. Sircus Layout

Penyajian iklan yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan buku. Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya tidak beraturan.


(28)

Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sirca layout, yaitu komposisi beberapa gambar dan letaknya disusun secara beratur.

j. Grid Layout

Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan tersebut seolah-olah bagian per bagian (gamabr atau teks) berada di dalam skala grid.

k. Bleed Layout

Sajian iklan di mana sekeliling bidang menggunakan frame ( seolah-olah belum dipotong pinggirnya). Catatan Bleed artinya belum dipotong menurut pas cruis (utuh) kalau Trim (sudah dipotong).

l. Vertical Panel Layout

Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertikal dan membagi layout iklan tersebut.

m. Alphabet Inspired Layout

Tata letak iklan yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang berurutan atau membentuk suatu kata dan di improvisasikan sehingga menimbulkan kesan narasi (cerita).

n. Angular Layout

Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut kemiringan, biasanya membentuk sudut antara 40-70 derajat.


(29)

Tata letak iklan yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu perbandingan yang tidak seimbang.

p. Brace Layout

Unsur-unsur dalam tata letak membentuk letter L (L-Shape). Posisi bentuk L nya bisa terbalik, dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong.

q. Two Mortises Layout

Penyajian bentuk iklan yang penggarapannya menghadirkan dua inset yang masing-masing memvisualkan secara diskriptif mengenai hasil penggunaan atau detail dari produk yang ditawarkan.

r. Quadran Layout

Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian depan volume atau isi yang berbeda. Misalnya kotak pertama 45%, kedua 5%, ketiga 12%, dan keempat 38% (mempunayi perbedaan yang menyolok apabila dibagi menjadi empat sama besar).

s. Comic Script Layout

Penyajian iklan yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk medai komik, lengkap dengan caption nya.

t. Rebus Layout

Susunan layout iklan yang menampilkan perpaduan gambar dan teks, sehingga membentuk suatu cerita.

2.9 Proporsi

Proporsi adalah kesesuaian antara ukuran halaman dengan isinya (Kusrianto, 2007:277). Penerapan teori ini dalam pembuatan buku ilustrasi


(30)

tentang kuda lumping Kediri, Jawa Timur, sebagai salah satu media bagi visualisasi sebuah konsep dalam penerapan perbandingan ukuran yang digunakan untuk menentukan penataan visual, keseimbanganvisual demi membentuk proporsi yang sesuai.

2.10 Garis (Line)

Garis adalah elemen visual yang dapat dipakai dimanapun dengan tujuan untuk memperjelas dan mempermudah pembaca (Supriyono, 2010:58). Garis merupakan salah satu unsur desain untuk terbentuknya sebuah gambar. Garis memiliki sifat-sifat yang dapat memiliki arti atau kesan.

a. Garis Tegak, memiliki kesan kuat, kokoh, tegas dan hidup. b. Garis Datar, memiliki kesan lemah, tidur, dan mati.

c. Garis Lengkung, memiliki kesan lemah, lembut dan mengarah. d. Garis Patah, memiliki kesan hati-hati dan cermat.

e. Garis Miring, memiliki kesan menyudutkan. f. Garis Berombak, memiliki kesan yang berirama.

Sifat-sifat garis tersebut adalah acuan untuk desain layout yang dapat menjadi acauan untuk mendukung dan menentukan desain layout untuk perancangan buku ilustrasi tentang jaranan Kediri.

2.11 Warna

Warna merupakan unsur penting dalam obyek desain. Karena warna memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra orang yang melihatnya.


(31)

Masing-masing warna mampu memberikan respon secara psikologis (Suproyono, 2010:58). Warna diyakini mempunyai dampak psikologis terhadap manusia. Dampak tersebut dapat dipandang dari berbagai macam aspek, baik aspek indera, aspek budaya.

Drew (2008), mengatakan bahwa warna harus diletakan sesuai kontennya untuk memahami implikasi yang terkait dengan maknanya. Warna dapat dipisah-pisahkan dan digunakan secara terpisah untuk menyampaikan pesan dan emosi yang cepat, tanggapan asosiatif, dari atau perilaku yang dipelajari.

Pada bagian ini Drew (2008), menjelaskan berbagai macam jenis warna dan berbagai macam tanggapan asosiatif secara positif maupun negatifnya. Seperti contohnya, warna emas atau gold memiliki tanggapan asosiatif positif yang berupa kehangatan, mewah, mahal, berseri-seri, berharga, serta prestis, serta memiliki tanggapan asosiatif negatif yang berupa mahal dan boros.


(32)

25

METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

Dalam pembahasan bab tiga ini difokuskan kepada metode dalam membuat buku ilustrasi sebagai perancangan karya, serta data observasi sebagai data dan teknik pengolahan dalam perancangan Buku Ilustrasi Jaranan Dengan Teknik Vektor Sebagai Upaya Melestarikan Budaya Lokal Kediri.

3.1 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penilitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Wawancara dilakukan agar mendapatkan informasi yang benar tentang kesenian tari kuda lumping Kediri dan wawancara tersebut dilakukan kepada para pelaku seni tari kuda lumping sebagai narasumber. Observasi dilakukan untuk mengamati objek dengan cermat.

Menurut Denzin dan Lincoln, ciri dalam metode kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk deskripsi yang berupa teks naratif, kata-kata, ungkapan, pendapat, gagasan yang dikumpulkan oleh peneliti dari beberapa sumber sesuai dengan teknik atau cara pengumpulan data. Kemudian data dikelompokkan berdasarkan kebutuhan dengan pendekatan interpretatif terhadap subjek selanjutnya dianalisis (Denzin & Lincoln, 2009: 2).


(33)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pada teknik pengumpulan data, metode yang digunakan dalam penilitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode yang dilakukan untuk pengumpulan data adalah dengan, literatur cara wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Setelah melakukan langkah diatas akan mendapatkan data sebagai langkah awal dalam pembuatan buku ilustrasi kuda lumping. Berikut hasi uraian dari pengumpulan data yang dilakukan:

1. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati objek dengan cermat, dengan harapan mampu memahami objek yang diteliti. Observasi merupakan suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2013:145).

Hasil observasi yang dilakukan dari beberapa buku ilustrasi anak-anak sebagai refrensi dalam pembuatan buku ilustrasi yang akan dibuat. Website, media sosial, dan obeservasi kepada pelaku seniman yang mempunyai sanggar bernama “Putro Khudo Taruno Wahyu Setyo Laras” pemiliknya bernama Bapak Umar, yang telah melakukan kegiatan berkaitan dengan kesenian kuda lumping atau jaranan. Di dalam forum tersebut banyak yang meng-upload, seperti foto dan video-video yang berkaitan dengan kesenian tari kuda lumping, untuk mengimplementasikan karakter-karakter atau tokoh dalam pementasan kuda lumping ke dalam bentuk karakter yang lucu agar diterima oleh anak-anak dengan menggunakan teknik vektor. Dalam hal ini ajakan untuk melestarikan kesenian tari Kuda Lumping dengan cara mengenal terlebih dahulu karakter kemudian


(34)

cerita awal mula terciptanya kuda lumping. Dengan dilakukanya observasi ini peneliti diharapkan akan mendapat informasi atau pengetahuan baru, untuk digunakan dalam pembuatan buku ilustrasi kuda lumping.

2. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara peneliti dengan subjek atau informan (Yatim, 2001). Wawancara adalah alat pengumpul data yang sangat penting dalam sebuah penelitian kualitatif, dengan wawancara penelitian melibatkan manusia subjek sehubungan dengan realitas atau gejala yang akan diteliti (Pawito, 2007:132). Wawancara akan dilakukan kepada pelaku seni tari, pengamat tari, peneliti seni pertunjukkan, serta beliau merupakan seorang dosen, yang bernama Bapak Peni Puspito. Bapak Peni Puspito telah memiliki banyak pengalaman dalam bidang kesenian tari dan salah satu kesenian tari tersebut adalah kesenian kuda lumping atau jaranan tersebut. Sehingga peneliti mendapatkan informasi dari pihak-pihak yang sudah berkompeten di bidangnya dan memberikan data yang dapat digunakan untuk membantu penelitan dalam pembuatan buku ilustrasi kuda lumping.

3. Dokumentasi

Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia (Esterberg, 2002). Sugiyono, mengemukakan pendapatnya mengenai dokumen, dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.


(35)

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang.

Dengan menggunakan catatan peristiwa serta tulisan yang berisikan data yang bermanfaat sebagai melengkapi data yang diperlukan oleh peneliti. Hal ini bertujuan supaya data yang digunakan lebih terpecaya dan jelas. Pengumpulan data seperti foto-foto, video, media masa, blog , artikel atau arsip yang dapat dijadikan bukti, yang berkaitan dengan kesenian tari kuda lumping, sebagai pendukung dalam masalah yang sedang dibahas.

3.3 Teknik Analisi Data

Miles dan Huberman dalam teknik yang digunakan sesuai pada buku sosiologi (Pawito, 2007:105). Teknik ini terdari tiga tahap reduksi data, penyajian data mengumpulkan informasi-informasi yang penting terkait dengan masalah dan selanjutnya mengelompokkan data tersebut sesuai dengan topik masalahnya. Penyajian data, data yang terkumpul dan telah dikelompokkan disusun secara sistematis sehingga dapat melihat dan menelaah kajian data. Penarikan atau pengujian kesimpulan ditahap ini melakukan interprestasi data sesuai permasalahan dan tujuan penelitian setelah itu memperoleh kesimpulan dalam menjawab penelitian.

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkrip wawancara, observasi atau interview, studi eksisting dan materi lainnya yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi tersebut dan memungkinkan penyajian yang sudah ditemukan. Sebagai landasan


(36)

analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Kualitatif adalah analisis data dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahnya menjadi kesatuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain (Bogdan & Biklen, 1982).

3.4 Data dan Sumber Data

Menurut Sarwono dan Lubis (2007:98-99) data dalam penelitian kualitatif bersifat dekriptif, bukan angka. Data dapat berupa gejala-gejala, kejadian ataupun peristiwa yang kemudian akan dianalisis dalam bentuk kategori-kategori. Jika dilihat jenisnya maka kita dapat membedakan data kualitatif sebagai data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Berupa teks hasil wawancara yang diperoleh memlalui wawancara informan yang dijadikan sempel penelitian. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Berupa data-data sudah tersedia dan dapat diperoleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Data dalam bentuk mendengarkan ialah wawancara akan dilakukan kepada pelaku seni tari, pengamat tari, peneliti seni pertunjukkan, serta beliau merupakan seorang dosen, yang bernama Peni Puspito. Menurut Peni Puspito telah


(37)

memiliki banyak pengalaman dalam bidang kesenian tari dan salah satu kesenian tari tersebut adalah kesenian kuda lumping atau jaranan tersebut, yang telah memiliki pengalaman dalam bidang kesenian tari kuda lumping. Data dalam bentuk gambar ialah foto dalam halaman forum atau website yang meng-upload foto kegiatan kesenian tari kuda lumping. Dan data kombinasi antara suara, gambar ialah video yang menggambarkan alur dari kegiatan kesenian kuda lumping dari awal pembukaan hingga akhir dari pementasan.


(38)

31

PEMBAHASAN

Pembahasan dalam bab ini lebih difokuskan pada metode yang digunakan dalam perancangan karya, seperti menjelaskan hasil analisis data, analisis SWOT, STP, dan keyword serta strategi kreatif lainnya dalam perancangan buku ilustrasi jaranan dengan teknik vektor sebagai upaya melestarikan budaya lokal Kediri.

4.1 Hasil dan Analisis Data Wawancara dan Observasi

Wawancara merupakan alat pengumpul data yang sangat penting dalam sebuah penelitian kualitatif, dengan wawancara penelitian melibatkan manusia subjek sehubungan dengan realitas atau gejala yang akan diteliti (Pawito, 2007:132). Dengan tujuan mendapatkan informasi lisan yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Wawancara kepada Peni Puspito, pada tanggal 25 Juni 2016, beliau adalah seorang pengajar dosen Sendratasik (seni drama dan musik) dan pengamat kesenian tari. Menurut Peni Puspito. menyatakan bahwa penyebutan kesenian tari “kuda lumping” adalah kesenian yang banyak berkembang di Jawa Barat atau bagian barat. Sedangkan di Jawa Timur disebut dengan kesenian

jaranan, atau bisa disebut “jaranan” adalah salah satu kesenian rakyat yang boleh dibilang sampai saat ini masih banyak yang menampilkan kesenian jaranan tersebut. Bentuk kesenian jaranan adalah pertunjukkan yang terdiri dari beberapa penari yang menunggangi boneka kuda (menyerupai kuda yang terbuat dari anyaman bambu) dengan diiringin musik instrumental, seperti gamelan, kendang,


(39)

gong, sompret (terompet), dll. Seiring berjalannya waktu, kesenian jaranan mengalami perkembangan dalam hal instrumen yaitu bertambahnya instrumen elektronik.

Menurut Peni Puspito menjelaskan dan tidak bisa memastikan kapan kesenian jaranan itu muncul, tapi narasumber memperkirakan kesenian jaranan terjadi pada zaman primitif, ketika manusia primitif mengenal tarian-tarian meniru. Pada zaman dahulu manusia primitif menggunakan teknik meniru untuk apa yang akan diburu (hewan). Karena dengan cara meniru-niru gerak atau tingkah laku apa yang akan diburu (hewan), secara emosional ketika manusia primitif bisa melakukan hal itu. Maka akan membuat hewan itu ikut kita, sehingga memudahkan untuk ditangkap. Kenapa narasumber memperkirakan pada zaman primitif, karena ada kesenian di Bali yang serupa dengan jaranan yang bernama Sanghyang Jaran itu muncul jauh sebelumnya, yang merupakan warisan budaya Pra-Hindu. Semacam perjalanan, jadi kesenian jaranan itu muncul dari zaman primitif kemudian berkembang-berkembang, sampai ditafsirkan ada cerita.

Berdasarkan Peni Puspito kesenian jaranan merupakan kegiatan upacara ritual yang bersifat sakral, yaitu dengan cara memanggil roh-roh leluhur. Pertunjukkan jaranan memang tidak lepas dari hal-hal magis, karena itu letak estetika dari pertunjukkan jaranan. Dengan berjalannya waktu kegiatan kesenian jaranan yang bersifat sakral didalam pementasannya, juga terdapat unsur hiburan didalamnya. Unsur hiburannya terdapat pada atraksi seperti memakan beling (pecahan kaca), genteng, rerumputan, alunan-alunan musik, tari-tarian, jaranannya,

adegan perang, dan trance (kesurupan). Maksud dari trance (kesurupan), menurut


(40)

memanggil roh leluhur, dan budaya-budaya tersebut bukan budaya islam. Pengertian trance (kesurupan) adalah orang yang berada ditengah-tengah

kesadaran, jadi tidak sadar sepenuhnya. Jika kita bisa kontrol hidup ini berarti tidak

trance (kesurupan) dan ada juga trance yang tidak roh, jadi menggunakan tenaga

dalam. Pecut adalah properti yang digunakan pada kesenian jaranan berupa tali panjang yang mempunyai pegangan di pangkalnya, jika dikibaskan akan membuat suara yang melengking keras. Pecut sendiri adalah faktor dimana orang trance

(kesurupan), digunakan untuk menyadarkan orang yang trance (kesurupan). Karena

untuk menyadarkan orang yang trance (kesurupan), itu harus dikejutkan. Dan pecut

itu sendiri identik dengan kesenian jaranan dan selain itu kuda juga dipecut sama seperti dengan sapi.

Dalam perkembangan kesenian jaranan menurut Peni Puspito mulai pudar, dianggap karena adanya trance (kesurupan) jadi kesadaran estetiknya dianggap

tipis. Karena ritual dengan cara memanggil roh-roh leluhur nenek moyang.Sugito (2005) menyimpulkan bahwa beberapa kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat primitif masih tetap dilakukan oleh masyarakat pendukung seniman jaranan saat ini. Perubahan pemahaman masyarakat dan keyakinan disinyalir faktor yang menyebabkan masyarakat tidak lagi mempercayai hal-hal mistis. Sedangkan kesenian Reyog, karena tidak ada trance (kesurupan), jadi dibina oleh pemerintah.

Perubahan itu yang menyebabkan kesenian jaranan menjadi terpinggir dan hanya beberapa sanggar saja yang dipanggil untuk pementasan.

Hal-hal yang berbau magis ini yang masih dianggap belum layak. Karena anak-anak kecil (dibawah umur), cenderung belum mengerti maksud dari trance


(41)

ada beberapa adegan kesurupan (trance) dan faktor yang penting adalah

membutuhkan bimbingan dari orang tua. Dalam hal ini yang mendasari pembuatan buku ilustrasi jaranan atau kuda lumping kepada anak kecil, sebagai panduan untuk memperkenalkan asal mula kesenian jaranan tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan Peni puspito diperoleh cerita yang didalamnya meceritakan perjalanan Prabu Klono Sewandono dari kerjaaan Bantarangin dengan Prabu Singo Barong dari Lodoyo, yang mendengar ada seorang putri cantik yang bernama Dyah Ayu Songgolangit atau Dewi Songgolangit dari kerajaan Kediri untuk dilamar. Karena cerita perjalanan Prabu Klono Sewandono melamar Dewi Songgolangit, lebih populer dan dekat dengan rakyat asli Kediri. Jadi pembaca dapat langsung mengetahui, karena dalam alur ceritanya, menceritakan adegan Prabu Klono Sewandono dari kerajaan Bantarangin dengan Prabu Singo Barong dari Lodoyo, yang melamar putri cantik Dewi Songgolangit dari kerajaan Kediri.

Kesimpulan dari wawancara yaitu :

a. Orang tua memiliki peranan untuk memperkenalkan budaya terhadap anak-anaknya.

b. Orang tua kurang memahami dalam kesenian jaranan.

c. Anak-anak cenderung belum mengerti akan adegan trance (kesurupan) dan

adegan-adegan berbahaya.

d. Kesenian jaranan sekarang menjadi kegiatan ritual sekaligus acara hiburan. e. Cerita yang lebih dikenal oleh masyarakat adalah perjalanan Prabu Klono


(42)

kerajaan Lodoyo, yang bermaksud untuk melamar Dewi Songgolangit dari kerajaan Kediri.

Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap suatu objek dan melakukan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang berkaitan dengan objek pengamatan.

Obeservasi yang dilakukan di sanggar yang bernama “Putro Khudo Taruno Wahyu Setyo Laras”, pada tanggal 30 April 2016 dilakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang keadaan atau kondisi kesenian jaranan pada saat ini sudah mulai terpinggirkan, apalagi didaerah-daerah yang notaben masyarakatnya sekarang modernisasi. Perlengkapan-perlengkapan yang terlihat ada seperti kendang, gamelan, slompret (terompet), dan alat-alat instrumen elektronik seperti alat musik organ. Sedangkan perlengkapan atribut seperti ceplaplok (barongan) sudah mulai terlihat usang dan sudah jarang terlihat mentas, kalau ada permintaan seperti hajatan, bedol deso (syukuran atas berkah alam).

Peneliti juga mendapati bahwa anak-anaknya dulu juga bermain kesenian jaranan pada umur 7 tahunan. Kemudian seiring berjalannya waktu sudah berhenti karena merasa malu. Seperti yang dikatakan oleh Peni Puspito generasi penerus dalam kesenian jaranan, ada salah satu kelompok yang masyarakatnya pintar untuk merekrut generasi penerusnya, sehingga ketika terjadi dan terus dibina. Di Kediri kesenian jaranan hanya tergantung dari adanya permintaan atau tidak. Jadi tergantung dari rekrutmen generasinya, apakah kelompok tersebut laku, dalam hal ini sering pementasan atau tidak. Jika rekrutmen sebuah kelompoknya kurang eksis dan kurang laku, sehingga penarinya menggunakan yang sudah ada dan biasanya


(43)

sudah tua-tua, sehingga tinggal menunggu waktu saja, kapan kelompok tersebut dalam artian tutup. Berdasarkan Peni Puspito kurang mendengar kegiatan kesenian yang dikelolah pemerintah sebagai festival. Di kediri juga masuk disekolah, kebanyakkan kemudian jadi paket tari, bukan kesenian. Bedanya kalau kesenian itu seni, sedangkan paket tari hanya sebagai untuk pembelajaran.

Kesimpulan dari observasi yang dilakukan di sanggar Putro Khudo Taruno Wahyu Setyo Laras yaitu :

a. Dalam hal ini anak-anak kurang memahami cerita dalam kesenian jaranan. b. Anak-anak cenderung belum mengerti akan adegan trance (kesurupan) dan

adegan-adegan berbahaya.

4.1.3 Literatur

Bedasarkan Clifford Geerzt (1973:89) pengertian kebudayaan sebagai “pola-pola arti yang terwujud sebagai simbol-simbol yang diwariskan secara historis dengan bantuan mana manusia mengkomunikasikan melestarikan dan mengembangkan pengetahuan dan sikap terhadap hidup”.

Berdasarkan jurnal yang terbit dua tahun sekali setahun, tiap bulan Juni dan Desember, URNA (jurnal seni rupa Salamun Kaulam, 2012: 136) perubahan

fungsi dari kegiatan ritual (ritus) ke pertunjukan hiburan bisa dipahami sebagai akibat dari perubahan pemahaman dan keyakinan sebagian besar masyarakat pendukungnya. Masyarakat yang semula cenderung memiliki keyakinan mistis telah berubah dan bahkan sekarang menolak atau tidak lagi ter-lalu mempercayai hal-hal yang bersifat mistik. Karena itu perubahan fungsi pada kesenian jaranan


(44)

bisa dianggap sebagai upaya mempertahankan dirinya agar tetap hidup, sekalipun dalam perwujudannya yang lain.

(http://www.academia.edu/3400159/SIMBOLISME_DALAM_KESENIAN_JAR ANAN-Salamun_Kaulam_Universitas_Negeri_Surabaya_)

Menurut Sugito (2005) menyimpulkan bahwa beberapa kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat primitif masih tetap dilakukan oleh masyarakat pendukung seniman jaranan saat ini. Perubahan pemahaman masyarakat dan keyakinan disinyalir faktor yang menyebabkan masyarakat tidak lagi mempercayai hal-hal mistis. Sedangkan kesenian Reyog, karena tidak ada trance (kesurupan),

jadi dibina oleh pemerintah. Perubahan itu yang menyebabkan kesenian jaranan menjadi terpinggir dan hanya beberapa sanggar saja yang dipanggil untuk pementasan.

Cerita rakyat di Indonesia pada dasarnya penuh dengan unsur yang mendidik dan memiliki pesan moral. Cerita rakyat juga menambah kemampuan berbahasa dan meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra. Semakin sering cerita rakyat ini diceritakan, maka akan semakin mudah untuk diingat. Secara tidak langsung, hal ini membantu mengembangkan kesadaran akan kebudayaan dan melestarikan budaya Indonesia sendiri (Bunanta, 1998:295).

Negara Indonesia memiliki kebudayaan dan kesenian yang melimpah. Kesenian jaranan adalah salah satu dari kebudayaan atau kesenian yang Indonesia miliki. Sebagai warga negara Indonesia, sudah selayaknya untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal kita. Sebagai contoh kesenian jaranan di Kediri yang berpotensi sebagai kota wisata kesenian jaranan.


(45)

Berdasarkan berita online antarajatim, Kediri - Pemerintah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, bertekada mengembangkan kebudayaan daerah setempat dan mengenalkan kebudayaan tersebut sejak dini kepada anak-anak agar tidak hilang ditelan zaman. "Literatur tentang seni budaya di Kediri ini sangat banyak dan masih perlu dikembangkan lagi, caranya salah satunya dengan melibatkan anak-anak ikut kegiatan budaya," kata Asisten I (bagian administrasi dan pemerintahan) Pemkab Kediri, Djoko Susilo ditemui di sela-sela perayaan HUT yang ke-1208 di Simpang Lima Gumul (SLG), Minggu.

Ia mengatakan, salah satu upaya untuk melestarikan kesenian, terutama yang khas Kabupaten Kediri dengan mengadakan pementasan tarian "jaran kepang". Dalam kegiatan parade budaya itu melibatkan 1.208 anak-anak tingkat sekolah dasar se-Kabupaten Kediri. Mereka membawakan tarian tradisional berupa jaranan. Mereka memeragakan dengan cara yang terlatih. Ribuan anak-anak itu berbaris rapi dan langsung mengikuti irama musik jaran kepang. Mereka juga membawa berbagai perlengkapan yang menunjang kesenian khas Kabupaten Kediri itu seperti replika jaran dari kayu serta barongan.

(http://www.antarajatim.com/lihat/berita/84886/pemkab-kediri-kembangkan-kebudayaan-daerah)

4.1.4 Hasil Studi Eksisiting

Pada kajian ini membahas hasil studi yang telah dilakukan sebelumnya sebagai pembanding. Dari penelitian yang dilakukanPhebii Kurnia Diajeng Challtis mahasiswi Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya dengan judul Penciptaan Buku Ilustrasi Legenda Tari Jaran Kencak Sebagai Upaya


(46)

Memperkenalkan Budaya Lumajang Kepada Anak-Anak mengangkat permasalahan yang sama dengan peneliti yaitu upaya memperkenalkan budaya kesenian jaranan bagi anak-anak. Media yang digunakan oleh Phebii Kurnia Diajeng Challtis adalh media buku, dengan konsep perancangan menggunakan cerita, ilustasi, dan terdapat karakter penokohan.

Gambar 4.1 Buku ilustrasi Jaran Kencak Sumber: Jurnal Penelitian, 2016

Keunggulan dari buku yang dibuat oleh Pebhii Kurnia ini terletak pada bagian warnanya dan anak-anak diajak untuk membaca cerita dalam buku tersebut. Secara keseluruhan buku tersebut memiliki alur cerita yang baik dalam menyampaikan informasi kebudaya jaran kecak dari Lumajang.

4.1.5 Studi Kompetitor

Studi kompetitor menjelaskan kemiripan pada media yang akan digunakan, dalam hal ini adalah media buku. Kompetitor memiliki kemiripan dalam segi teknik


(47)

vektor. Kesamaan dengan kompetitor adalah buku sebagai media utama dalam menyampaikan informasi. Memperkenalkan “We Indonesian Do It” merupakan tugas akhir mahasiswa Binus, dengan menampilkan konsep desain ilustrasi yang unik. Buku tersebut membahas tentang arus globalisasi yang masuk ke Indonesia dengan membawa dampak terhadap kebudayaan asli setempat. Dengan konsep desain ilustrasi yang unik membuat lebih mudah dipahami. Perbedaan kompetitor terletak pada pemberian informasi yang disampaikan kepada target audience.

Gambar 4.2 Buku Ilustrasi We Indonesian Do It Sumber: http://dkv.binus.ac.id

4.2 Konsep & Keyword

4.2.1 Analisis STP (Segmentasi, Targeting, Positioning)

Analisis Segementasi, Targeting, dan Positioning mengacu pada obejk yang

diteliti, dalam hal ini adalah buku ilustrasi jaranan atau kuda lumping dengan teknik

vector sebagai upaya melestarikan budaya lokal Kediri, sebagai media pengetahuan


(48)

1. Segmentasi

Dalam perancangan buku ilustrasi kuda lumping ini khalyak sasaran atau target audience yang dituju adalah :

a. Demografis

Usia : 25-40 tahun (target market), 7-12 tahun (target

audience)

Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan Pendidikan : Minimal S1

Kelas Sosial : Menengah atas

Pendapatan : Rp 5.000.000 hingga Rp 6.000.000,- per bulan b. Geografis

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, sasaran pasar dari produk meliputi wilayah geografis Jawa Timur dan kota-kota di Indonesia.

c. Psikografis

Gaya Hidup : aktif, suka bersosialisasi, dan suka pengetahuan dengan hal-hal yang baru

Kepribadian : aktif, suka menonton kartun, memiliki imajinasi tinggi, dan memiliki rasa ingin tahu tinggi.

2. Targeting

Target market yang dituju dari perancangan buku ilustrasi kuda lumping adalah

orang tua yang memiliki anak-anak antara usia 7-12 tahun. Orang tua yang suka pada hal-hal baru atau yang belum diketahui asal mula ceritanya, dan suka membaca. Target audience yang dituju adalah anak-anak usia 7-12 tahun.


(49)

penghasilan dalam membelikan sesuatu keinginan mereka, sehingga anak-anak membutuhkan orang tua mereka sebagai pengambil keputusan untuk yang terbaik buat anak-anak.

3. Positionoing

Positioning adalah strategi komunikasi untuk menempatkan produk,

perusahaan, individu, merek atau apa saja dalam alam pikiran mereka sehingga khalayak memiliki penilaian tertentu (Morissan, 2010: 72). Oleh karena itu, buku ilustrasi kesenian tari kuda lumping atau jaranan memposisikan sebagai salah satu media pembelajaran atau pengetahuan yang efektif. Karena buku ini berisikan cerita sejarah singkat perjalanan asal mula terjadinya kesenian jaranan dengan memvisualisasikan gambar ilustrasi (gambar dan teks). Sehingga anak-anak jadi lebih muda untuk mengetahui cerita dengan berisikan gambar dengan teks.

4.2.2 Unique Selling Preposition (USP)

Pentingnya sebuah produk memiliki sesuatu yang berbeda. Suatu produk tidak akan sama dengan produk lainnya, maka dari itu keunikan suatu produk didalam suatu persaingan bisnis, itu merupakan hal yang sah. Dengan keunikan suatu produk tersebut, membuat perbedaan antara kompetitor, sehingga produk tersebut memiliki kekuatan dan menarik minat konsumen pasar.

Dalam hal ini unique selling preposition yang dimiliki buku ilustrasi jaranan

adalah buku yang dikemas dengan sebuah cerita yang menyenangkan, asal mula sejarah perjalanan kesenian tari kuda lumping atau jaranan itu muncul, guna untuk


(50)

melestarikan budaya lokal Kediri. Menurut (Stewing, 1980:118) buku ilustrasi mempunyai beberapa keunggulan, misalnya untuk mengembangkan bahasa tulis dan lisan secara produktif yang mengikuti gambar. Keterampilan pemahaman buku ilustrasi juga dapat dikembangkan pada saat anak membaca cerita rakyat melalui ilustrasi. Pendekatan dari buku ini lebih bersifat emosional, karena memberikan pembaca pesan moral yang ada di dalam cerita tersebut. Dengan memeperkenalkan dan menjelaskan alat-alat musik tradisional yang digunakan pada pementasan tari jaranan, pesan-pesan moral dan visualisasi karakater kartunis yang lucu dan unik diharapkan anak-anak mampu menangkap pesan yang diberikan dan menambah wawasan tentang kesenian budaya kita dengan cara yang menyenangkan, dengan tidak merubah banyak dari karakter asli yang cenderung menakutkan, dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak-anak, sehingga anak-anak mau membaca dan anak-anak mudah untuk menyerap informasi yang ada dalam buku ilustrasi tersebut dan mengenal kesenian budaya sejak dini.

4.2.3 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

Analisis SWOT merupakan metode perancangan strategis yang digunakan

untuk mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang

(opportunity), dan ancaman (threat) dalam suatu penelitian. Langkah awal dengan

mengomptimalkan segi positif yang mendukung serta meminimalkan segi negatif yang berpotensi untuk menghambat pelaksanaan keputusan perancangan yang telah diambil (Sarwono dan Lubis 2007: 18). Faktor internal merupakan hasil dari segi kekuatan dan kelemahan dari sebuah obyek, sedangkan faktor eksternal merupakan


(51)

hasil dari peluang dan ancaman. Hasil dari kajian keempat faktor tersebut dapat disimpulkan menjadi sesuatu kesimpulan yang positif atau mudah dipahami. Penyusunan kesimpulan ini ditampung dalam matriks pakal yang terdiri dari :

a. Stretegi PE-KU (S-O) / Peluang dan Kekutan : Mengembangkan peluang menjadi kekuatan.

b. Strategi PE-LEM (W-O) / Peluang dan Kelemahan : Mengembangkan peluang untuk mengatasi kelemahan.

c. Stetegi A-KU (S-T) / Ancaman dan Kekuatan : Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk menambah kekuatan.

d. Strategi A-LEM (W-T) / Ancaman dan Kelemahan : Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk meminimumkan kelemahan. (Sarwono dan Lubis, 2007: 18-19).


(52)

4.2.4 Tabel Analisis SWOT

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, literatur, dan studi kompetitor dapat diketahui hasil analisa dari SWOT untuk mendukung hasil penelitian. Berikut

adalah tabel analisis SWOT tersebut.

Gambar 4.3 Tabel SWOT Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016


(53)

4.2.5 Keyword

Berdasarkan data yang telah terkumpul dari hasil wawancara, observasi, studi literatur, STP, dan beberapa data penunjang lainnya yang nantinya akan dijadikan sebuah keyword atau konsep.

Pemilihan kata kunci atau keyword dari dasar perancangan buku ilustrasi

kuda lumping dengan teknik vektor sebagai upaya melestarikan budaya lokal Kediri, sebagai media buku untuk memperkenalkan asal mula munculnya kesenian kuda lumping terhadap anak-anak pada usia 7-12 tahun, dengan melalui proses dasar acuan analisa data yang telah dilakukan. Menentukan keyword diambil dari

proses data yang telah dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, literatur, STP,

hasil studi eksisting, USP, dan analisis SWOT yang kemudian dijadikan sebagi

strategi utama dalam perancangan buku ilustrasi.

Tabel 4.2 menunjukkan proses pemilihan kata kunci atau keyword dalam

dasar perancangan buku ilustrasi kuda lumping dengan teknik vektor sebagai upaya melestarikan budaya lokal Kediri. Berdasarkan hasil proses pencarian keyword

ditemukan kata kunci yaitu “Nationalist (nasional)”. Kata Nationalist (nasional), selanjutnya akan dideskripsikan untuk menjadi acuan dalam konsep perancangan buku ilustrasi kuda lumping.


(54)

Tabel 4.4 Analisis Keyword Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2016


(55)

4.2.6 Deskripsi Konsep

Berdasarkan analisis keyword maka kesimpulan dari konsep yang akan

menjadi acauan desain dalam perancangan buku ilustrasi kuda lumping sebagai upaya melestarikan budaya lokal Kediri adalah “Nationalist”. Kata Nationalist

mewakili dari keyword yang diambil dari wawancara, observasi, literatur, hasil

studi eksisting, USP, dan analisi SWOT yang pada akhirnya dijadikan sebagai

strategi dalam pembuatan.

Dekripsi dari Nationalist adalah nasionalis/na·si·o·na·lis/ n 1 pencinta nusa

dan bangsa sendiri, mempertahankan, mengabadikan identitas, dan integritas (KBBI,2016). Artinya dengan kita mencintai kesenian budaya lokal kita, berarti kita juga bangga terhadap negara kita yaitu Indonesia. Konsep “Nationalist” juga bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta dan bangga, akan kesenian dan budaya yang kita miliki. Rasa cinta tersebut dengan memperkenalkan salah satu kesenian budaya yang kita miliki yaitu kesenian tari kuda lumping atau jaranan. Dengan memberikan pesan-pesan moral dan visualisasi karakater yang lucu dan unik diharapkan anak-anak mampu menangkap pesan yang diberikan dan menambah wawasan tentang kesenian budaya kita dengan cara yang menyenangkan, dengan tidak merubah banyak dari karakter asli yang cenderung menakutkan, sehingga anak-anak mau membaca dan mengenal budaya sejak dini.


(56)

4.3 Perancangan Kreatif 4.3.1 Tujuan Kreatif

Perancangan buku ilustrasi jaranan dengan teknik vektor sebagai upaya melestarikan budaya lokal Kediri. Bertujuan untuk menumbuhkan minat baca, menambah wawasan, dan memperkenalkan kesenian budaya sejak dini terhadap anak-anak. Diharapkan anak-anak mau sering membaca, anak-anak dapat paham dalam cerita rakyat yang diaplikasikan kedalam buku, dapat memetik nilai-nilai baik yang terdapat dalam cerita kesenian tari jaranan dan menghargai kesenian budaya yang kita miliki, memunculkan rasa bangga, sehingga ada generasi penerus muda yang mau menjadi penerus dalam kesenian tari jaranan dan membawa nama Indonesia.

4.3.2 Strategi Kreatif

Dalam perancangan buku ilustrasi jaranan dengan teknik vektor sebagai upaya melestarikan budaya lokal Kediri. Dengan target anak-anak pada usia 7-12 tahun diperlukan strartegi kreatif dalam menampilkan visualisasinya. Buku tersebut dilengkapi dengan visualisasi yang menarik, memperkenalkan dan menjelaskan alat-alat musik tradisional yang digunakan dalam pementasan tari jaranan dan menceritakan asal mula kesenian jaranan Kediri sebagai sarana edukatif untuk anak-anak, dengan karakter lucu, dan terdapat pesan moral sebagai salah satu daya tarik untuk mendapatkan konsumen. Buku ilustrasi ini memperkenalkan kesenian jaranan dengan cara yang menyenangkan.


(57)

1. Konsep Buku

Buku merupakan media cetak yang dapat berperan mendidik untuk semua kalangan. Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan sumber pembangun watak bangsa (Muktiono, 2003:2). Media buku digunakan karena buku lebih praktis dan tidak tergantung pada listrik seperti media elektronik. Dengan menggunakan buku sebagai alat untuk memperkenalkan asal mula kesenian jaranan, juga mendorong anak-anak agar mau membaca buku sejak dini, memperkenalkan kesenian budaya sejak dini, dan membuat rasa bangga terhadap salah satu kesenian budaya yang kita miliki. Buku yang disukai anak-anak adalah buku ilustrasi, karena buku ilustrasi memiliki visual (gambar) dan teks (tulis), yang memudahkan anak-anak untuk memahami pesan atau cerita. Buku tersebut menggunakan visualisasi karakter yang lucu, tidak banyak merubah karakter kesenian jaranan atau kuda lumping yang menakutkan. (Stewing, 1980:118) Buku ilustrasi mempunyai beberapa keunggulan, misalnya untuk mengembangkan bahasa tulis dan lisan secara produktif yang mengikuti gambar. Keterampilan pemahaman buku ilustrasi juga dapat dikembangkan pada saat anak membaca cerita rakyat melalui ilustrasi. Pendekatan dari buku ini lebih bersifat emosional, karena memberikan pembaca pesan moral yang ada di dalam cerita tersebut.

Dalam buku ilustrasi ini mencakup 3 bagian, yaitu pertama adalah memperkenalkan dan menjelaskan alat-alat musik tradisional yang digunakan dalam pementasan kesenian tari jaranan Kediri. Kedua adalah cerita dari awal hingga akhir, perjalanan Prabu Klono Sewandono dari kerjaaan Bantarangin, Ponorogo dengan Prabu Singo Barong dari Lodoyo, Blitar, yang mendengar ada seorang putri cantik yang bernama Dyah Ayu Songgolangit atau Dewi Sekartaji


(58)

dari kerajaan Kediri sebelah timur sungai Brantas, untuk dilamar. Karena cerita perjalanan Prabu Klono Sewandono melamar Dewi Sekartaji, lebih populer dan dekat dengan rakyat asli Kediri. Dibagian kedua tidak hanya diisi dengan cerita saja, melainkan dibantu dengan gambar ilustrasi. Ketiga adalah pesan moral yang dapat diambil dari cerita kesenian kuda lumping atau jaranan Kediri. Buku ilustrasi ini berisi 34 halaman dan dimensi buku berukuran 20cm x 20cm

2. Bahasa

Bahasa yang akan digunakan dalam buku ilustrasi kesenian kuda lumping adalah bahasa Indonesia. (Hurlock, 1978:113) bahwa “Kosa kata anak meningkat

pesat ketika ia belajar kata-kata baru dan arti-arti baru untuk kata-kata lama”. Kosakata sangat penting bagi anak sebagai dasar kemampuan berbahasa anak untuk pendidikan yang lebih lanjut.

3. Teknik Visualisasi

Perancangan buku ilustrasi ini menggunakan teknik vektor dimana dalam proses coloring (pewarnaan) dan layout (tata letak) dilakukan secara digital,

sedangkan proses sektasa dilakukan secara manual.

4. Tipografi

Untuk jenis font judul atau tagline memilih typeface Space Comics, karena

bentuknya sedikit tak beraturan, tetapi masih bisa dibaca, sesuai dengan anak-anak yang ceria. Sedangkan pada isi konten menggunakan font Century Gothic, karena


(59)

Gambar 4.5 Font Space Comics Sumber : www.Dafont.com, 2016

Gambar 4.6 Font Century Gothic Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016 5. Warna

Dalam pemilihan warna, warna memiliki peran yang sangat besar dalam pengambilan keputusan saat pembelian barang. Penelitian yang dilakukan Institute

for Color Research di Amerika menemukan bahwa seseorang dapat mengambil

keputusan terhadap orang lain, lingkungan maupun produk hanya dalam waktu 90 detik, dan keputusan tersebut 90%-nya didasari oleh warna (Rustan, 2013: 72).


(60)

Pemilihan warna disesuaikan target audience adalah anak-anak pada usia

7-12 tahun yang memiliki sifat yang, aktif, enjoy, menyukai hal-hal baru, dan ceria, sehingga pemilihan warna yang sesuai dengan perancangan buku ilustrasi kuda lumping adalah cheerful dan warm / soft.

Gambar 4.7 Color Chart

Sumber: creativecolorschemes.com, 2016

4.3.3 Sinopsis Cerita

Berdasarkan wawancara dan dari sumber-sumber yang terkait. Muncullah sebuah kesenian jaranan atau kuda lumping Kediri yang banyak digemari oleh masyarakat. Dibalik pementasannya yang menyeramkan, dengan adegan-adegan berbahaya seperti memakan pecahan kaca, rerumputan, kesurupan, dll. Memiliki sebuah kisah cerita tentang bagaimana asal mula kesenian kuda lumping atau jaranan ini muncul.


(61)

Gambar 4.8 Buku Jaranan The Horse Dance And Trance In East Java Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2016

Kisah tersebut seperti pada buku “JARANAN The Horse Dance And Trance

In East Java” (Clara van Groenendael, 2008: 169) Perjalanan Prabu Klono Sewandono dari kerjaaan Bantarangin, Ponorogo dengan Prabu Singo Barong dari Lodoyo, Blitar, yang mendengar ada seorang putri cantik yang bernama Dyah Ayu Songgolangit atau Dewi Sekartaji dari kerajaan Kediri sebelah timur sungai Brantas, untuk dilamar. Karena cerita perjalanan Prabu Klono Sewandono melamar Dewi Sekartaji, lebih populer dan dekat dengan rakyat asli Kediri. Berikut sinopsis cerita :

Alkisah disebuah kerajaan Kediri tepatnya di sebelah timur sungai Brantas, yang dipimpin oleh seorang Prabu Amiseno, yang memiliki seorang anak putri yang cantik bernama Dewi Sekartaji atau Dyah Ayu Songgolangit. Banyak raja-raja dari luar daerah Kediri untuk melamarnya, akan tetapi Sang putri tidak mau. Pada suatu ketika ada seorang Prabu Klono Sewandono dari kerjaaan Bantarangin berasal dari


(62)

Ponorogo untuk melamar sang putri. Akan tetapi ada salah satu seseorang lagi untuk melamar, yang bernama Prabu Singo Barong dari Lodoyo, Blitar. Akhirnya Sang putri membuat sayembara atau perlombaan untuk mendapatkan Sang putri dan tak lama kemudian terjadilah pertempuran antara Prabu Klono Sewandono dengan Prabu Singo Barong. Siapakah yang berhasil memenangkan pertempuran tersebut?

4.3.4 Strategi Media

Media dipilih untuk menyampaikan pesan kepada target secara informatif dan menarik agar pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan mudah. Oleh karena itu, pemilihan media ini haruslah efektif, efisien, dan juga tepat sasaran. Media tersebut terbagi menjadi dua macam yaitu, media utama dan media promosi. Media utama yang digunakan adalah buku ilustrasi kuda lumping atau jaranan, sedangkan media pendukung adalah media yang digunakan untuk membantu publikasi media utama.

1. Media Utama

Media utama dalam perancangan ini adalah buku ilustrasi sebagai media pengenalan terhadap budaya lokal, membuat rasa bangga terhadap salah satu kesenian budaya yang kita miliki, dan sebagai media edukasi untuk pendidikan anak-anak usia 7-12 tahun. (Stewing, 1980:118) Buku ilustrasi mempunyai beberapa keunggulan, misalnya untuk mengembangkan bahasa tulis dan lisan secara produktif yang mengikuti gambar. Keterampilan pemahaman buku ilustrasi juga dapat dikembangkan pada saat anak membaca cerita rakyat melalui ilustrasi. Pendekatan dari buku ini lebih bersifat emosional, karena memberikan pembaca


(63)

pesan moral yang ada di dalam cerita tersebut. Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan sumber pembangun watak bangsa (Muktiono, 2003:2). Media buku digunakan karena buku lebih praktis dan tidak tergantung pada listrik seperti media elektronik. Ukuran yang di aplikasikan pada buku ilustrasi berikut ini 20 x 20 cm. Menggunakan art paper untuk pada bagian cover, laminasi doff dengan

sistem cetak digital printing.

2. Media Pendukung a. Poster

Media poster umum untuk digunakan sebagai keperluan mempromosikan suatu produk karena mudah dilihat, menarik dan juga fleksible dalam penempatannya sehingga cukup efektif. Poster dapat ditempatkan di berbagai tempat yang strategis baik di dalam ruangan maupun diluar ruangan. Poster didesain dengan ukuran 42cm x 29,7cm dengan system cetak digital printing dengan bahan art paper BC 250gr.

b. Pembatas Buku

Pemilihan media ini bertujuan untuk media pendukung buku ilustrasi jaranan. Pemilihan media pembatas buku digunakan ketika kita belum selesai membacanya bisa dilanjutkan di keesokan harinya, sehingga media ini sangat berfungsi dengan buku ilustrasi jaranan, yang didesain dengan karakter jaranan. Pembatas buku didesain dengan ukuran 15cm x 4,5cm dengan menggunakan system cetak digital printing dengan kertas BC.


(64)

d. Stiker

Penggunaan media stiker dirasa cocok sebagai media promosi pendukung karena memiliki fleksibitas yang tinggi dalam pengaplikasiannya serta memiliki keunikan tersendiri. Selain itu stiker yang digunakan sebagai media promosi pendukung memiliki dampak yang cukup besar dengan harga yang dapat dijangkau. Stiker dicetak dengan kertas vinyl.

4.3.5 Produksi Media

Memproduksi sebuah media memerlukan rincian harga yang akan dikeluarkan pada proses produksi, yaitu biaya produksi dan estimasi harga penjualan dalam sebuah media. Rincian harga tersebut dapat diketahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Berikut merupakan biaya produksi dari media utama yang akan digunakan pada tabel 4.9 :

No Jenis Media Ukuran Jumlah Produk

Harga @ Estimasi Biaya 1. Print Cover 20 cm x 20 cm 1 Rp 3.000 Rp 30.000 2. Print Isi Buku A3 40 hal 20 Rp 2.500 Rp 50.000 3. Jilid Softcover +

Laminasi Doff

20 cm x 20 cm 1 Rp 14.000 Rp 14.000

Total Biaya Rp 67.000

Tabel 4.9 Biaya Produksi yang Digunakan dalam Media Utama Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2016

No Jenis Media Ukuran Jumlah Produk

Harga @ Estimasi Biaya 1. Buku Ilustrasi 20 cm x 20 cm 1 Rp 70.000 Rp 70.000

Total Biaya Rp 70.000

Tabel 5.0 Estimasi Biaya Penjualan Buku Ilustrasi Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2016


(65)

4.3.6 Implementasi Karya a. Cover depan

Gambar 4.12 Cover Buku Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016

Pada gambar 4.12 merupakan hasil coloring digital, dengan konsep pada

cover depan terdapat judul serta ilustrasi yang menggambarkan buku ini menceritakan tentang kesenian tari jaranan Kediri, dengan menggunakan jenis font Space Comics, dinilai sesuai karena memiliki karakter sesuai dengan anak-anak yang ceria. Font tersebut memiliki karakter karena bentuknya sedikit tak beraturan, tetapi masih bisa dibaca. Dengan gambar ilustrasi anak kecil sedang bermain kesenian tari jaranan dengan wajah yang ceria.


(66)

b. Backcover

Gambar 4.13 Cover Belakang Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2016

Pada gambar 4.13 merupakan hasil coloring digital, dengan terdapat

sinopsis yang menjelaskan bagaimana cerita dari kesenian tari jaranan Kediri, dengan menggunakan jenis font Century Gothic, dinilai sesuai karena memiliki karakter dan bisa dibaca.


(1)

n. Media Pendukung Stiker

Gambar 4.39 Media Pendukung Stiker Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2016

Penggunaan media stiker dirasa cocok sebagai media promosi pendukung karena memiliki fleksibitas yang tinggi dalam pengaplikasiannya serta memiliki keunikan tersendiri. Selain itu stiker yang digunakan sebagai media promosi pendukung memiliki dampak yang cukup besar dengan harga yang dapat dijangkau. Stiker dicetak dengan kertas vinyl.


(2)

80 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, penciptaan buku ilustrasi ini bertujuan sebagai media perkenalan kesenian budaya, pembelajaran yang menarik untuk menumbuhkan minat baca anak-anak terhadap budaya lokal terutama dalam cerita sejarah singkat kesenian jaranan yaitu cerita dari awal hingga akhir, perjalanan Prabu Klono Sewandono dari kerjaaan Bantarangin, Ponorogo dengan Prabu Singo Barong dari Lodoyo, Blitar, yang mendengar ada seorang putri cantik yang bernama Dyah Ayu Songgolangit atau Dewi Sekartaji dari kerajaan Kediri sebelah timur sungai Brantas, untuk dilamar. Karena cerita perjalanan Prabu Klono Sewandono melamar Dewi Sekartaji. dengan menggunakan ilustrasi kartun dengan teknik vektor. Maka dari penjelasan mengenai penciptaan buku ilustrasi tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penciptaan buku ilustrasi ini sebagai media perkenalan kesenian budaya terhadap anak-anak sejak dini, pembelajaran yang menarik untuk menumbuhkan minat baca anak-anak terhadap budaya lokal, dan rasa bangga akan kesenian tradisonal yang kita miliki. khususnya cerita Jaranan dengan teknik vektor sebagai upaya melestarikan budaya lokal Kediri. 2. Dari segi buku, buku merupakan media cetak yang dapat berperan


(3)

Media buku digunakan karena buku lebih praktis dan tidak tergantung pada listrik seperti media elektronik.

3. Dari segi ilustrasi, ilustrasi mempunyai beberapa keunggulan, dalam mengembangkan bahasa tulis dan lisan secara efektif yang mengikuti gambar. Pendekatan terhadap anak-anak menggunakan media buku lebih bersifat emosional, karena memberikan pembaca mendapatkan pesan moral yang ada di dalam cerita tersebut.

4. Keyword nationalist yang terdapat dalam buku ini membuat anak-anak mencintai kesenian budaya sejak dini, menjaga dan melestarikan budya lokal di negara Indomesia.

5. Memperkenalkan buku ilustrasi jaranan Kediri ini di kalangan anak-anak usia 7-12 tahun dengan segmentasi wilayah geografis Jawa Timur dan kota-kota di Indonesia.

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian mengenai perancangan buku ilustrasi jaranan Kediri dengan teknik vektor, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan agar penciptaan buku ilustrasi yang akan datang lebih baik lagi, yaitu:

1. Pemilihan warna untuk buku ilustrasi jaranan dengan segmentasi usia 7-12 tahun, menggunakan warna yang menarik dan cerah sehingga anak-anak tertarik untuk membacanya.

2. Kekuatan buku ilustrasi terletak pada ilustrasi, dalam mengembangkan bahasa tulis dan lisan secara efektif dan visualisasi karakter gambar. Dikarena buku ilustrasi terhadap anak-anak menggunakan media buku


(4)

81

lebih bersifat emosional, dan memberikan pembaca mendapatkan pesan moral yang ada di dalam cerita tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Muktiono, Joko D. 2003. Aku Cinta Buku (Menumbuhkan minat baca pada anak).

Jakarta : Elex Media Computindo.

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.

Sarwono dan Hary Lubis. 2006. Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual.

Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Denzin, Norman K, & Lincoln, Y. 2009. Handbook of Qualitative Research.

Diterjemahan oleh Dariyanto. Terbitan ke-1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yatim, Riyanto. 2001, Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT.LkiS Pelangi

Akasara Yogyakarta.

Drew, John. 2008. Colour Management. Jakarta: RotoVision.

Rusliana, Iyus. 2008. Kajian Mengenai Pertunjukan Drama Tari Tradisional di

Jawa Barat. Jawa Barat: Kiblat Buku Utama.

Rustan, Surianto. 2008. Layout: Dasar & Penerapannya. Jakarta: PT.Gramedia

Pustaka Utama.

Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Sumber Jurnal:

Challtis, Phebii Kurnia Diajeng. 2015. Penciptaan Buku Ilustrasi Legenda Tari Jaran Kencak Sebagai Upaya Memperkenalkan Budaya Lumajang Kepada Anak-

Anak. Surabaya: STIMK STIKOM.

Sumber Internet :

http://www.andikafm.com/news/detail/1143/12/jaranan-kesenian-kediri-yang- mulai-terlupakan

https://kediribertutur.com/2015/02/19/jaranan-tidak-hanya-sebatas-penari-dadi/


(6)

83

http://www.kompasiana.com/muhyi-irmawan/kesenian-kuda-lumping-ladang- wisata-kediri_5530261a6ea83446388b4581