BUDAYA PESTA LAUT NADRAN SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN KEARIFAN LOKAL DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC CULTURE.

(1)

No. Daftar FPIPS: 1877/UN.40.2.2/PL/2013

BUDAYA PESTA LAUT NADRAN SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN KEARIFAN LOKAL DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC CULTURE

(Studi Deskriptif di Desa Eretan Wetan Kabupaten Indramayu)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh Ageng Sine Yogi

0909036

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

BUDAYA PESTA LAUT NADRAN SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN KEARIFAN LOKAL DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC CULTURE

(Studi Deskriptif di Desa Eretan Wetan Kabupaten Indramayu)

Oleh Ageng Sine Yogi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Imu Pegetahuan Sosial

© Ageng Sine Yogi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013


(3)

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis

AGENG SINE YOGI 0909036

BUDAYA PESTA LAUT NADRAN SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN KEARIFAN LOKAL DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC CULTURE

(Studi Deskriptif Analitis di Desa Eretan Wetan Kabupaten Indramayu)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Endang Danial AR., M.Pd. NIP. 19500502 197603 1 002

Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Endang Sumantri., M.Ed. NPP. 13032111100

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed. NIP.19630820 198803 1 001


(4)

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari, Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

3.2

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd. NIP. 19600515 198803 1 002 3.3


(5)

(6)

ABSTRAK

AGENG SINE YOGI (0909036). BUDAYA PESTA LAUT NADRAN SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN KEARIFAN LOKAL DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC CULTURE (Studi deskriptif di Desa Eretan Wetan

Kabupaten Indramayu).

Budaya kewarganegaraan (civic culture) ialah budaya yang dapat menunjang masyarakat untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal budaya daerahnya. Nilai-nilai kearifan lokal tersebut bermanfaat untuk menciptakan identitas dan karakter warga Negara. Tradisi pesta laut nadran merupakan salah satu budaya daerah yang masih dilaksanakan tiap tahun oleh masyarakat Eretan Wetan. Dalam tradisi pesta laut nadran mengandung nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) yang mampu menciptakan identitas dan karakter warga negaranya. Penelitian ini didasarkan pada permasalahan: (1) Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi masih dilakukannya tradisi pesta laut Nadran?; (2) Bagaimana gambaran makna dari tradisi pesta laut nadran yang ada di masyarakat sekarang?; (3) Bagaimana proses pelaksanaan tradisi pesta laut Nadran?; (4) Bagaimana proses pewarisan nilai-nilai budaya pesta laut nadran dalam menanamkan budaya kewarganegaraan (civic culture) dari generasi tua ke generasi muda?; (5) Kendala apa saja yang ditemui dalam proses pewarisan nilai-nilai budaya dari pesta laut nadran? Bagaimana cara mengatasinya. Dalam menjawab pertanyaan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis. melalui teknik wawancara, observasi, studi literatur, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa; 1) Melekatnya kepercayaan masyarakat terhadap tradisi nenek moyang sebagai upaya pelestarian kearifan lokal, (2) Tradisi pesta laut nadran mengandung makna sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt atas limpahan rejeki dan agar terhindar dari segala marabahaya ketika melaut. Serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisi pesta laut nadran seperti nilai kebersamaan, kekeluargaan, gotong royong, tali silaturahmi antar warga masyarakat, dan nilai religi. (3) Tradisi ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tahap persiapan, dan tahap pelaksanaan (sedekah laut dan nadaranan), (4) Proses pewarisan nilai budaya pada tradisi pesta laut nadran dari generasi tua ke generasi muda dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, (5) Kendala-kendala dalam pewarisan nilai-nilai budaya pesta laut nadran ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, kurangnya pemahaman generasi penerus terhadap makna yang sesungguhnya dari pesta laut nadran sendiri dan kurangnya kesadaran orang tua untuk menanamkan nilai-nilai budaya pesta laut nadran kepada anaknya. Sedangkan faktor eksternal, adanya pengaruh budaya asing seperti pengaruh tayangan televisi dan pergaulan hidup sehari-hari. Upaya yang dilakukan oleh orang tua adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada anak-anaknya. Sedangkan upaya yang dilakukan guru dengan mengaitkan tradisi nadran dalam sumber pembelajaran


(7)

PKn dan seni budaya. Dan upaya yang dilakukan masyarakat yaitu dengan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan tradisi pesta laut nadran.

ABSTRACT

AGENG SINE YOGI (0909036). CULTURAL FEAST NADRAN SEA PRESERVE AS EFFORTS IN DEVELOPING LOCAL WISDOM CIVIC CULTURE (Descriptive Study in Eretan Wetan Village Indramayu Regency).

Cultural citizenship (civic culture ) is a culture that can support people to live according to the values of indigenous local culture. The values of local wisdom is beneficial to create an identity and character of the citizens. Nadran sea party tradition is one of the local culture that is still carried out each year by the community Eretan Wetan. In the tradition of the sea feast nadran contain cultural values associated with the development of cultural citizenship (civic culture ) that is able to create an identity and character of its citizens . The study was based on the problem: (1) what are the factors behind the party still does tradition Nadran sea; (2) Describing the meaning of the sea nadran party tradition in the community now ; ( 3 ) How does the process of implementation of the party tradition Nadran sea ; ( 4 ) How does the inheritance of cultural values nadran sea party in instilling a culture of citizenship ( civic culture ) from the older generation to the younger generation ; ( 5 ) any constraints encountered in the process of inheritance of cultural values of the party nadran sea. How to handle it . In answering questions using a qualitative approach with descriptive method . Through interview, observation , literature study , and study documentation . The results of the study revealed that: 1) attachment of public confidence in the traditions of the ancestors of the indigenous conservation efforts , ( 2 ) sea party tradition nadran meaning as a form of gratitude to Allah over abundance of fortune and to avoid any distress when at sea . And uphold the cultural values embodied in the traditions of the sea feast nadran as the value of to getherness, brotherhood, mutual cooperation, ties between members of the community , and religious values . ( 3 ) This tradition is divided into two parts , namely the preparation phase and implementation phase ( alms sea and nadaranan ), ( 4 ) The process of cultural inheritance on the sea party nadran tradition of the older generation to the younger generation is done in the family , school and community, ( 5 ) constraints in the inheritance of cultural values nadran sea party there are two kinds of internal factors and external factors . Internal factors, lack of understanding of the next generation of the true meaning of his own party nadran sea and lack of awareness of parents to instill cultural values to their children nadran sea party. While external factors, the influence of foreign cultures such as the influence of television and everyday social life. The efforts made by the parents is to provide knowledge and understanding to their children. While the efforts of teachers by linking nadran tradition in learning resources Civics and cultural arts. And the efforts made by the people that participated in the implementation of marine nadran party tradition.


(8)

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat beserta salam tak lupa penulis ucapkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah member suri teladan dan kepada diri yang berlumuran dosa ini, tak lupa juga kepada keluarganya, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir jaman. Degna seizing-Nya memberikan kesempatan kepada penulis dapat menyeleseikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul

“Budaya Pesta Laut Nadran Sebagai Upaya Melestarikan Kearifan Lokal

Dalam Mengembangkan Civic Culture” (Studi Deskriptif di Desa Eretan Wetan Kabupaten Indramayu).

Skripsi ini mengkaji bagaimana Budaya Pesta Laut Nadran Sebagai Upaya Melestarikan Kearifan Lokal Dalam Mengembangkan Civic Culture.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bandung, Oktober 2013


(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan berupa doa, dukungan, nasehat, arahan, bimbingan, ide, ilmu dan hal lain yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah mengabulkan segala do’a, angan, dan harapan penulis sehingga skripsi ini atas izin-Nya dapat selesei dengan baik.

2. Kedua orang tua yang sangat ananda cintai dan banggakan, Bapak Kursin HG

dan Ibu Sunenti yang tiada hentinya memberikan kasih sayang, do’a restu dan

dukungan baik moril maupun materil yang tidak pernah akan ternilai. Semoga skripsi ini menjadi langkah awal untuk membuat kalian bangga. Terima kasih untuk segalanya.

3. Bapak Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

4. Bapak Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI.

5. Bapak Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan.

6. Bapak Dr. Prayoga Bestari, S.Pd., M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan.

7. Bapak Prof. Dr. H. Endang Danial, AR., M.Pd. selaku Pembimbing I yang senantiasa memberikan arahan, masukan, keramahan dan membuat penulis untuk tetap semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

8. Bapak Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed., selaku Pembimbing II yang telah berkenan menjadi pembimbing penulis yang baik dan mempermudah kelancaran penyusunan skripsi. Terima kasih banyak bapak semoga panjang umur dan sehat selalu.

9. Ibu Hj. Lili Solihat, SH., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran, masukan, semangat dan motivasi kepada saya.


(11)

10.Seluruh dosen Jurusan dan dosen mata kuliah yang telah membekali penulis dengan wawasan yang sangat berharga.

11.Bapak Yayat, selaku Staf Administrasi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, yang telah melayani penulis dengan baik.Terima kasih banyak bapak semoga suatu hari nanti bisa jadi Haji pak.

12.Segenap masyarakat Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu yang telah mengijinkan penulis mengadakan penelitian, terutama pada semua responden yang telah membantu penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

13.Bapak Sumarso, Bapak M.Noor, Bapak Tinus, Kang Dede Jaelani terima kasih banyak atas bantuannya dilapangan pak.

14.Adik-adikku tersayang Ray Bagus Sinendi dan Angrum Bunga Listy, terima kasih atas doa dan dukungannya yang selalu tercurah kepada penulis.

15.Seluruh Keluarga Besar di Jangga, keluarga Om Lukman, Wa Eti, Mimi Net, Wa Ipa, Bi Atun, terima kasih doa dan dukungannya.

16. Kang Hermawan, Teh Pipy, A Evan dan Mba Ampuh yang sudah meminjamkan kamera dan kendaraan untuk penelitian.

17.Mas Muflih dan Teh Eka yang selalu memberi motivasi, dukungan, dan tumpangan bagi penulis. Semoga kalian disatukan di pernikahan. Kesuwun mas uwis dipai tumpang kanggo turu.

18.Sahabat seperjuangan, (Rifqi, Dedy, Suarifki, Aditya, Umi Tia, Cici, Fatimah, Dadi, Venty) kesuwun dulur, karena sudah mengisi hari-hari di Bandung ini dengan penuh kegembiraan dan keceriaan.

19.Teman-teman sekelas PKn 2009A, Deden, Aziz, Tito, Dadi, Rudi, Riza, Tado, Ryan, Asep (terimakasih teman atas doa, dukungan, semangatnya, mudah-mudahan kita tetap menjadi saudara selamanya)

20.Teman-teman satu angkatan PKn 2009 B Ibnu, Aries, Fajar, Dwizky. (terimakasih atas kebersamaannya, mudah-mudahan silaturahmi kita bisa tetap terjalin selamanya)


(12)

21.Temen temen IDA Komasariat UPI Bandung, Wahyu, Herdy, Fajar, Adnan, Ibnu Hajar, Teguh, Supriyana, dkk. (Kita harus membangun daerah kita setelah ini.)

22.Teman-teman satu kosan (Ari, Kang Jayus, Kang Ulu, Witra, Niko, Abdul, Egi, Allan, Bayu, Ega) terima kasih atas bantuan dan nasihatnya.

23.Sahabat di SMA Ade, Wahyu, Karyanto, Suta, Sandi, Gian, Hasyim, Fia, Etha, Sella, Revita terima kasih kalian sudah mewarnai kehidupan ku.

24.Sahabat Deanfis band, Ryan, Sandi, Dedi, Wahyudi, Erik (yuukk maen PES).. 25.Kepada seseorang yang selalu dihati dan akan selamanya dihati. Seseorang yang selalu kucintai dan kusayangi. Dirimu adalah belahan jiwaku.Terima kasih atas semuanya.

26.Teman-teman satu praktikan di SMP Labschool UPI Bandung, Allan, Dena, Muaro, Taufik dkk (terima kasih dukungan dan kebersamaannya).

27.Kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu di sini, terima kasih atas kebaikan dan bantuannya.

Bandung, Oktober 2013


(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Nilai-nilai Kebudayaan ... 10

1. Pengertian Kebudayaan ... 10

2. Unsur-Unsur Kebudayaan ... 12

3. Wujud Kebudayaan ... 13

4. Komponen Kebudayaan ... 14

B. Nilai-nilai Budaya ... 14

1. Pengertian Nilai ... 14

2. Sistem Nilai Budaya ... 15

3. Fungsi Nilai Budaya ... 17

C. Masyarakat ... 18

1. Pengertian Masyarakat ... 18

2. Unsur-unsur Masyarakat ... 20

3. Ciri atau Karakteristik Masyarakat ... 21

4. Sifat Umum Masyarakat Indonesia ... 22

D. Upacara Adat Pesta Laut Nadran ... 26

1. Pengertian Upacara Adat Pesta Laut Nadran... 26

2. Upacara Adat Nadran Sebagai Upacara Tradsional ... 26

3. Unsur Upacara Adat Pesta Laut Nadran ……….. .. 29

4. Fungsi Upacara Pesta Laut Nadran ... 30

E. Kearifan Lokal ………... 31

1. Pengertian Kearifan Lokal ………. 31

2. Local Genus sebagai Local Wisdom ……….. 32

3. Contoh dan Fungsi Kearifan Lokal ……….. . 35


(14)

1. Pengertian Budaya Kewarganegaraan ……… 37

2. Elemen Civic Culture ……… . 38

3. Pengembangan Civic Culture ……….. 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian ... 41

1. Metode Penelitian ... 41

2. Pendekatan Penelitian ... 42

B. Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Wawancara ... 43

2. Observasi ... 44

3. Studi Dokumentasi ... 44

4. Studi Literatur ... 44

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 45

1. Lokasi Penelitian ... 45

2. Subjek Penelitian ... 45

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 46

1. Reduksi Data ... 47

2. Penyajian Data ... 47

3. Kesimpulan/Verifikasi... 48

E. Pengujian Keabsahan Data ... 48

1. Credibility (Validitas Internal)... 48

2. Transferability (Validitas Eksternal) ... 50

3. Dependability (Reliabilitas) ... 51

4. Confirmability (Objektifitas) ... 51

F. Tahap Penelitian ... 52

1. Tahap Pra Penelitian... 52

2. Tahap Pelaksanaan ... 53

3. Tahap Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Gambaran Umum Desa Eretan Wetan ... 55

1. Kondisi Geografis Desa Eretan Wetan ... 55

2. Struktur Organisasi Desa Eretan Wetan ... 57

3. Penduduk ... 56

4. Lembaga Pemerintah ... 59

5. Lembaga Ekonomi ... 59

6. Lembaga Pendidikan ... 60

7. Sarana dan Prasarana Sosial Masyarakat ... 60

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

1. Sejarah Nadran ... 61

2. Latar Belakang Tradisi Pesta Laut Nadran ... 64

3. Makna dari Tradisi Pesta Laut Nadran yang Ada di Masyarakat Sekarang ... 67


(15)

5. Proses Pewarisan Nilai-nilai Budaya Pesta Laut Nadran dalam Menanamkan Budaya Kewarganegaraan (Civic

Culture) dari Generasi Tua ke Generasi Muda ... 74

6. Kendala-kendala yang ditemui dalam Proses Pewarisan Nilai-nilai Budaya dari Pesta Laut Nadran dan Cara Mengatasinya ... 77

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

1. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Tradisi Pesta Laut Nadran ... 80

2. Makna Pesta Laut nadran Sebagai Upaya Melestaraikan Kearifan Lokal dalam Mengembangkan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) ... 83

3. Proses Pelaksanaan Tradisi Pesta Laut Nadran ... 85

4. Pewarisan Nilai-nilai Budaya Pesta Laut Nadran dalam Menanamkan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) ke Generasi Berikutnya ... 88

5. Kendala-kendala yang ditemui dalam Pewarisan nilai-nilai Budaya dari Pesta Laut Nadran dan Cara Mengatasinya ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94

1. Kesimpulan Umum ... 94

2. Kesimpulan Khusus ... 94

B. Saran... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(16)

DAFTAR BAGAN


(17)

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Kerangka Kluckhon Mengenai Lima Masalah Dasar ... 16 Tabel 4.1 Klasifikasi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 57 Tabel 4.2 Klasifikasi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 58


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan wilayah yang memiliki keanekaragaman kebudayaan dan masyarakat multikultural. Setiap wilayah memiliki corak dan kekhasannya masing-masing, berbeda-beda sesuai dengan letak geografisnya. Salah satu diantaranya wilayah Indramayu, yang merupakan salah satu wilayah yang terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Barat. Posisinya yang berbatasan antara dua wilayah yang memiliki corak kebudayaan berbeda, akibatnya Indramayu memiliki kekhasan tertentu dalam Provinsi Jawa Barat.

Indramayu memiliki adat dan kebudayaan yang beragam yang khas diantaranya yaitu, pesta laut nadran, mapag sri, sedekah bumi, memitu atau tingkeban, puputan, cukuran, baritan, rasulan, ruatan atau ngaruat, ngunjung, mapag tamba, jaringan, sintren, tari topeng, tari trebang randu kentir, berokan, rudat, sisingaan atau singa barong, dan sandiwara. Begitu pun dengan upacara adat atau tradisional yang masih perlu digali nilai-nilai budayanya dan menjadi tradisi yang kuat, yang dilakukan oleh masyarakat tersebut yang dari tahun ke tahun dirayakan oleh sebagaian besar masyarakat Eretan. Upacara adat atau tradisional merupakan salah satu bentuk ungkapan budaya yang saat ini masih dipertahankan. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: “negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai budaya suatu daerah salah satunya adalah upacara tradisional sebagai cerminan penghargaan terhadap kebudayaan bangsa. Dengan dilestarikannya suatu tradisi, maka generasi penerus dapat mengetahui warisan budaya nenek moyangnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Wahjudi Pantja Sunjata (2008: 415) bahwa “dengan mengamati suatu tradisi yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat pendukungnya dapat diketahui tujuan, fungsi, makna, dan nilai-nilai


(19)

2

Berkenaan dengan kebudayaan menurut Koentjaraningrat (2009: 144) mengemukakan bahwa “kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”. Sedangkan menurut Djoko Widagdho dkk (2004: 21), “kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, dan tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan bermasyarakat”.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa kebudayaan merupakan sesuatu hal yang sangat berharga yang tercipta dari suatu sistem nilai-nilai luhur yang berkembang dimasyarakat. Nilai-nilai luhur inilah yang dijadikan bahan untuk menciptakan kebudayaan melalui suatu proses belajar.

Kebudayaan merupakan salah satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat, salah satunya adalah masyarakat Indramayu. Oleh sebab itu kebudayaan dan masyarakat memiliki keterikatan yang saling erat. Seperti koin uang dengan dua sisi, dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan, dimana ada masyarakat disitu juga ada kebudayaan.

Masyarakat Indramayu memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan daerah lain, dimana ada dalam kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan masyarakat Indramayu seperti halnya gotong royong, dan kerja sama. Ini merupakan nilai-nilai budaya kewarganegaraan (civic culture). Hal ini bisa dilihat dalam pelaksanaan tradisi yang leluhur wariskan kepada generasi berikutnya yang masih dilakukan oleh masyarakat dalam upaya menjaga kebudayaan serta nilai-nilai yang ada dimasyarakat.

Budaya kewarganegaraan (civic culture) wajib dipelihara oleh setiap masyarakat. Hal ini dikarenakan supaya nilai-nilai luhur ini terus ada, agar tidak hilang dan di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga identitas warganegara tetap terlihat. Selaras dengan yang diungkapkan Winataputra dan Budimansyah (2007: 220) tentang budaya kewarganegaraan (civic culture) sebagai berikut:


(20)

3

Budaya kewarganegaraan (civic culture) merupakan budaya yang menopang kewarganegaraan yang berisikan seperangkat ide-ide yang dapat diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan untuk tujuan pembentukan identitas warganegara”.

Dalam menerapkan nilai-nilai luhur yang ada dalam kebudayaan, masyarakat menyalurkannya dalam bentuk kegiatan yaitu upacara adat. Upacara atau pesta adat merupakan bentuk kegiatan manusia dalam hidup bermasyarakat yang didorong oleh hasrat untuk memperoleh ketentraman batin atau mencari keselamatan. Dengan memenuhi tata cara yang ditradisikan masyarakat, bentuk upacara atau pesta adat yang berkaitan dengan adat dan kehidupan beragama, mencerminkan sistem kepercayaan akan pikiran serta pandangan hidup masyarakatnya. Upacara atau pesta yang dilakukan merupakan aktivitas tetap dari masyarakat pada kurun waktu tertentu yang secara keseluruhan melibatkan masyarakat sebagai pendukungnya.

Berkenaan dengan upacara tradisional/adat, Yopi Wanganea dkk (1985: 2) mengungkapkan sebagai berikut :

“Upacara tradisional/adat adalah kegiatan sosialisasi dimana rasa keterlibatan bersama dari para warga masyarakat pendukungnya, mendorong mereka untuk mengambil peranan dalam hal ini mempertebal rasa solidaritas kelompok”.

Salah satu upacara yang terdapat di Kabupaten Indramayu adalah pesta laut nadran di Eretan Wetan. Pesta laut ini merupakan sebuah cerminan dari hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta berupa ungkapan rasa syukur akan hasil tangkapan ikan dan mengharapkan akan peningkatan hasil ditahun mendatang serta dijauhkan dari bencana dan marabahaya dalam mencari nafkah dilaut.

Pada saat pra-penelitian yang dilakukan, penulis tertarik terhadap pesta laut Nadran tersebut. Hal ini timbul karena pesta laut nadran yang tiap tahun dilakukan oleh masyarakat Eretan Wetan terdapat banyak unsur budaya yang unik yang perlu diketahui, seperti penghormatan kepada penguasa laut berupa sesajen,


(21)

4

sandiwara juga digelar sebagai bentuk pesta untuk meluapkan kebahagiaan para nelayan Eretan Wetan.

Tradisi nadran ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan pesta adat lain. Tradisi nadran diawali dengan pemotongan kerbau sehari sebelum acara puncak. Sesaji dan dan doa dipanjatkan sebelum kerbau disembelih agar proses penyembelihan lancar. Kepala kerbau yang sudah dipotong kemudian menjadi sesaji yang dilarung ke tengah laut dengan pendamping beragam tumpeng, kembang tujuh rupa, dan jajanan pasar.

Saat sesaji dilarung, saat itu pula nelayan saling berebut untuk mendapatkan barang sesaji yang diyakininya dapat mendatangkan berkah. Selain melarung kepala kerbau, beragam kesenian tradisional seperti pertunjukkan wayang kulit, hingga sandiwara juga digelar sebagai bentuk pesta untuk meluapkan kebahagiaan para nelayan Eretan Wetan.

Pesta laut nadran merupakan suatu sistem gotong royong masyarakat Eretan yang diwujudkan dalam ritual keagamaan yang bersifat religi dan bernilai sosial. Pesta laut nadran ini mengandung nilai-nilai, norma-norma dan aturan yang berguna bagi kehidupan masyarakat sehingga budaya ini akan menciptakan hubungan kekeluargaan yang erat dan pada akhirnya akan terwujud semangat persatuan dan kesatuan di masyarakat. Hal ini dapat dilihat ketika masyarakat Eretan mempersiapkan perayaan pesta laut nadran ini, kemudian di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat bergotong royong dan bekerja sama terlihat dalam mempersiapkan segala bentuk materi untuk arak-arakan misalnya hiasan atau patung yang mirip seperti burung, ular naga, perahu dan lainnya. Dari kegiatan tersebut mampu menciptakan keakraban dan kebersamaan diantara masyarakat dan akhirnya terwujud semangat persatuan dan kesatuan diantara masyarakat Eretan.

Masyarakat Eretan masih melakukan budaya pesta laut nadran karena masyarakat merasa bahwa pesta laut nadran ini sangat bermakna dan bermanfaat bagi masyarakatnya, terutama bagi masyarakat nelayan. Banyak nilai-nilai budaya


(22)

5

kewarganegaraan (civiv culture) positif dan bermakna yang harus dijunjung tinggi dari pesta laut nadran ini diantaranya nilai gotong royong, nilai kebersamaan, dan silaturahmi antar warga masyarakat, yang paling utama adalah sebagai perwujudan ucapan syukur kepada Allah SWT telah memberikan nikmat dan keselamatan bagi masyarakatnya. Hal ini merujuk bahwa dalam tradisi pesta laut nadran yang di selenggarakan oleh masyarakat Eretan terdapat nilai-nilai budaya kewarganegaraan (civic culture) yang masih dipelihara dengan baik oleh masyarakat Eretan seperti kerjasama dan gotong royong. Karena, kita mengetahui bahwa sekarang ini nilai-nilai tersebut kian hari semakin luntur. Orang lebih bersifat individual (sifat mementingkan diri sendiri) di bandingkan dengan memahami kepentingan orang lain.

Hal itu yang menarik peneliti untuk mengkaji penelitian ini adalah bahwa kehidupan manusia saat ini jauh berubah dari kehidupan masyarakat sebelumnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) telah membawa manusia ke dalam kehidupan modern dan globalisasi.

Dengan berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengangkat judul “Budaya Pesta Laut Nadran Sebagai Upaya Melestarikan Kearifan Lokal Dalam Mengembangkan Civic Culture”. (Studi Deskriptif di Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan suatu masalah pokok didalam penelitian ini yaitu “bagaimana pewarisan nilai -nilai budaya pesta nadran yang dilakukan oleh masyarakat Eretan Wetan dalam melestarikan kearifan lokal nadran”?. Berdasarkan masalah pokok tersebut, untuk mempermudah pembahasan penelitian, penulis menjabarkan masalah pokok kedalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut:


(23)

6

1. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi masih dilakukannya tradisi pesta laut Nadran?

2. Bagaimana gambaran makna dari tradisi pesta laut nadran yang ada di masyarakat sekarang?

3. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi pesta laut Nadran?

4. Bagaimana proses pewarisan nilai-nilai budaya pesta laut nadran dalam menanamkan budaya kewarganegaraan (civic culture) dari generasi tua ke generasi muda?

5. Kendala apa saja yang ditemui dalam proses pewarisan nilai-nilai budaya dari pesta laut nadran? Bagaimana cara mengatasinya?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum.

Sesuai dengan rumusan permasalahan, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan mengenai bagaimana pewarisan nilai-nilai budaya pesta laut nadran yang dilakukan oleh masyarakat Eretan Wetan dalam melestarikan kearifan lokal pesta laut nadran.

2. Tujuan Khusus

Adapun secara khusus yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan:

1. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi masih dilakukannya tradisi pesta laut Nadran.

2. Bagaimana gambaran makna dari tradisi pesta laut nadran yang ada di masyarakat sekarang.

3. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi pesta laut Nadran.

4. Bagaimana proses pewarisan nilai-nilai budaya pesta nadran dalam menanamkan budaya kewarganegaraan (civic culture) ke generasi berikutnya.

5. Kendala yang ditemui dalam proses pewarisan nilai-nilai budaya dari pesta laut nadran, dan upaya mengatasinya.


(24)

7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang dapat digunakan lam rangka mengetahui nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pesta laut nadran dan juga pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) khususnya dalam konsep Pendidikan Kewarganegaraan. Serta memberikan sumbangan pengetahuan tentang Hukum Adat sebagai salah satu sarana melestaraikan budaya daerah.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi peneliti, manfaat penelitian ini, yaitu: Peneliti perlu mengangkat, memperkenalkan serta melestarikan tradisi Pesta Laut Nadran ini ke masyarakat luas karena tradisi Nadran ini memiliki nilai–nilai luhur yang patut dilestarikan.

b. Bagi masyarakat, manfaat penelitian ini, yaitu :

1) Meningkatkan rasa kebersaman dan rasa kekeluargaan sehingga mampu mempererat tali silaturahmi diantara masyarakat,

2) Mampu merubah pola pikir masyarakat menjadi lebih baik,

3) Mampu melestarikan dan menerapkan nilai–nilai luhur yang terkandung dalam pesta laut nadran serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini, yaitu:

1) Menjaga supaya kekayaan budaya di daerah tidak musnah di tengah arus globalisasi.

2) Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (DISPORABUDPAR) Kabupaten Indramayu supaya memberikan apresiasi mengenai pesta laut nadran kepada masyarakat luas.


(25)

8

d. Bagi institusi/jurusan

1) Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pengetahuan dan keilmuwan pengetahuan dan keilmuwan mengenai pewarisan budaya kewarganegaraaan (civic culture) yang merupakan salah satu ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan. Sebagai sarana pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) sehingga mampu diaplikasikan secara luas dalam dunia pendidikan terutama jurusan pendidikan kewarganegaraan.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I, yaitu pendahuluan. Merupakan bagian awal dari penelitian, dalam bab ini terbagi–bagi dalam beberapa sub bab seperti: latar belakang masalah, yang berisikan mengenai mengapa masalah yang diteliti itu timbul dan apa yang menjadi alasan peneliti mengangkat masalah tersebut. Selain latar belakang masalah, dalam penelitian ini terdapat pula rumusan masalah dan pertanyaaan penelitian dibuat agar penelitian menjadi lebih terfokus. Tujuan penelitian bertujuan untuk menyajikan hal yang ingin dicapai setelah melaksanakan penelitian. Terdapat pula manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II, merupakan landasan teoritis. Bab ini sangat penting karena melalui kajian pustaka ditunjukan dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah peneliti dalam bidang ilmu yang diteliti. Sub kedua menjelaskan mengenai masyarakat, kebudayaan, nilai–nilai budaya definisi civic culture, nilai budaya pesta laut nadran apabila ditinjau dari civic culture.

Bab III, yaitu metode penelitian. Bab ini merupakan pengajaran lebih rinci mengenai metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitianya. Lebih jelasnya yaitu langkah – langkah apa saja yang akan ditempuh dalam penelitian, sub bab selanjutnya terdapat pula pendekatan dan metode


(26)

9

penelitian, lokasi dan subjek penelitian, tehnik pengumpulan data, instrument penelitian, tehnik pengolahan dan analisis data.

Bab IV, merupakan pembahasan. Pada bab ini berisikan hasil penelitian, dalam hal ini peneliti akan menguraikan hasil–hasil data yang telah diolah peneliti serta adanya analisis dari hasil penegelolahan tersebut. Dalam bab ini pula digambarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Bab V, penutup. Bab ini adalah bab yang terakhir, dalam bab ini disajiakan penafsiran atau pemaknaan penelitian berupa kesimpulan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain kesimpulan adapula saran yang bertolak dari titik lemah atau kekurangan didapat selama penelitian.

Setelah memaparkan beberapa isi dari beberapa bab, maka bagian yang terakhir adalah menampilkan daftar pustaka. Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis yang digunakan dalam penyusunan skripsi.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena-fenomena yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini, dan memusatkan pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Nazir (2005: 54) bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Metode deskriptif dipandang tepat digunakan dalam penelitian ini. Alasan penggunaan metode deskriptif yaitu pertama, metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pengumpulan data saja, tetapi meliputi analisis data dan menginterpretasikan tentang arti data tersebut. Dengan menggunakan metode tersebut, pembahasan masalah dan analisis data menjadi efektif serta akan mudah dipahami. Kedua, metode deskriptif dapat mendeskripsikan data atau informasi hasil pendapat ahli, observasi dan wawancara yang selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan sehingga memiliki hasil yang maksimal. Ketiga, peneliti bermaksud untuk menggambarkan fenomena serta membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian mengenai suatu tradisi yang ada dalam masyarakat pesisir yaitu pelaksanaan pesta laut Nadran pada masyarakat Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.


(28)

42

2. Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, maka pendekatan yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007: 3).

Pendapat Moleong di atas selaras dengan pendapat Nasution (2003: 9) yang menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen penelitian. Peneliti adalah “key instrument” atau alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara sehingga dapat menyelami dan memahami makna interaksi antar-manusia secara mendalam.

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor dalam Basrowi (2008: 1) yang menyatakan bahwa :

Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau atau hipotesis, tetapi perlu memamdangnya sebagai bagian dari kesatuan utuh.

Berdasarkan definisi di atas menunjukan bahwa pada dasarnya dalam penelitian kualitatif yang menjadi alat peneliti utama adalah peneliti itu sendiri, hal ini memungkinkan penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan memperoleh data secara akurat.

Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan dalam penelitian ini. Peneliti bermaksud untuk menggambarkan hasil penelitian atau fenomena-fenomena yang diteliti, kemudian menggambarkannya kedalam bentuk uraian-uraian yang menunjukan bagaimana suatu tradisi dalam masyarakat adat bisa menjadi sarana dalam interaksi dan evalausi diri masyarakat adat.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berharap dapat melakukan penelitian secara mendalam, maksimal dan mendapatkan data yang akurat dan valid terhadap pelaksanaan upacara adat Nadran, sehingga hasil


(29)

43

penelitian yang penulis lakukan di lapangan pada waktunya nanti menjadi penelitian yang ilmiah dan empirik.

B. Teknik Pengumpulan Data

Supaya data yang diperoleh dari lapangan akurat dan valid, maka peneliti bertindak sebagai instrumen utama (key instrument) atau terjun langsung ke lapangan dan menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alamiah (natural setting). Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian di lapangan adalah:

1. Wawancara

“Wawancara adalah teknik mengumpul data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh” (Danial dan Wasriah, 2009: 71).

Sebagaimana dikemukakan oleh Moleong (2007: 186) bahwa wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab dengan responden mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara terbuka sehingga responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau ulasan. Dalam implementasinya di lapangan peneliti melakukan wawancara kepada ketua KUD Misaya Mina, Kepala desa, tokoh agama, tokoh budaya, dan tokoh masyarakat, aparat Desa Eretan Wetan, DISPORABUDPAR, serta anggota masyarakat pesisir Eretan Wetan untuk memperoleh data dan mengetahui gambaran mengenai upacara adat Nadran sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Pesisir Eretan Wetan.


(30)

44

2. Observasi

Mengenai observasi, Danial dan Wasriah (2009: 77) mengemukakan bahwa:

Observasi dalam bahasa Indonesia sering digunakan istilah pengamatan. Alat ini digunakan untuk mengamati; dengan melihat, mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat/merekam segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena tertentu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui observasi, peneliti mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan data lebih mendalam, terinci dan lebih cermat sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh yang didasarkan pada konteks data dalam keseluruhan situasi.

Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu pada pelaksanaan upacara adat pesta laut Nadran untuk melihat perwujudan nilai-nilai budaya yang ada pada upacara adat pesta laut Nadran khususnya yang berkaitan dengan budaya kewarganegaraan (civic culture) di desa Eretan Wetan.

3. Studi Dokumentasi

Danial dan Wasriah (2009: 66) mengungkapkan “bahwa studi dokumentasi adalah pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian.”

Guba dan Lincoln sebagaimana dikutip Moleong (2007: 216) memaknai dokumen sebagai bahan tertulis atau film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan peneliti.

Studi dokumen yang diambil oleh penulis yaitu berupa gambar-gambar kegiatan upacara adat Nadran dan data-data dari pemerintah desa seperti profil desa dan sejarah tradisi pesta laut Nadran.


(31)

45

“Studi literatur adalah teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian” (Danial dan Wasriah, 2009: 80).

Dengan demikian dapat penulis simpulkan studi literatur yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji buku-buku, majalah, artikel yang berhubungan dengan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan pelaksanaan tradisi pesta laut nadran.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Alasan pemilihan tempat ini, karena peneliti menemukan suatu kondisi yang unik dan di tempat lain tidak ada, yaitu upacara adat pesta laut nadran. Dimana upacara nadran ini dilakukan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari dulu sampai sekrang ini selalu dilaksanakan oleh masyarakatnya. Dan disini tidak ada generasi muda yang berkompeten untuk melanjutkan tradisi pesta laut nadran tersebut sehingga membuat resah para leluhurnya akan keberadaan dan kelestarian tradisi ini.

2. Subjek Penelitian

“Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk variable penelitian yang dipermasalahkan melekat” (Arikunto, 2009: 152). Subjek penelitian ini merupakan sesuatu yang sangat penting kedudukannya di dalam penelitian. Subjek penelitian harus ditentukan terlebih dahulu sebelum peneliti siap untuk mengumpulkan data.

Berdasarkan uraian ahli di atas, maka yang dijadikan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:


(32)

46

1. Satu orang sesepuh nadran, sebagai yang dituakan dan yang mengetahui sejarah daerah tersebut.

2. Satu orang Anggota KUD Misaya Mina, sebagai penyelenggara upacara adat Nadran.

3. Satu orang tokoh agama, sebagai pengontrol masyarakat agar tidak menyimpang terhadap agama dalam pelaksanaan upacara adat Nadran.

4. Satu orang staf/aparat pemerintah desa Eretan Wetan, sebagai aparat pemerintah yang memiliki kebijakan dalam melestarikan nilai-nilai khasanah budaya masyarakat setempat.

5. Satu orang tokoh budaya, sebagai orang yang mengetahui tentang upacara adat Nadran

6. Satu orang staff DISPORABUDPAR, sebagai aparat pemilik kebijakan dalam melestarikan nilai-nilai khasanah budaya masyarakat setempat.

7. 30 orang anggota masyarakat Eretan Wetan, sebagai pelaksana dari kegiatan upacara adat Nadran.

D. Teknik Pengolahan dan Data Analisis

Data yang telah terjaring dan terkumpul selanjutnya diolah, dianalisis, dan diinterpretasi sehingga data tersebut memiliki makna untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam masalah penelitian. Proses tersebut dilakukan secara terus menerus sejak awal perolehan data hingga akhir penelitian. Dengan hasil analisis dan interpretasi data tersebut maka dapat dilakukan penarikan kesimpulan serta rekomendasi yang perlu.

Menurut Nasution (2003: 129) menyatakan bahwa:

Tidak ada satu cara tertentu yang dapat dijadikan pegangan bagi semua penelitian. Salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut, yaitu: reduksi data, penyajian (display) data, dan pengambilan kesimpulan Reduksi Data.

Data yang terkumpul dan terekam dalam catatan-catatan lapangan kemudian dirangkum dan diseleksi. Merangkum dan menseleksi data didasarkan


(33)

47

Kegiatan ini sekaligus juga mencakup proses penyusunan data ke dalam berbagai fokus, kategori atau pokok permasalahan yang sesuai. Pada akhir tahap ini semua data yang relevan diharapkan telah tersusun dan terorganisir sesuai kebutuhan.

Dalam analisis data kualitatif yang peneliti lakukan selama di lapangan menggunakan model Miles dan Huberman yang terdiri atas tiga aktivitas, yaitu reduksi data, display data dan kesimpulan/verifikasi. Ketiga rangkaian aktivitas teknik analisis data tersebut, penulis terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Sugiyono (2010: 247) menjelaskan bahwa “reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu”.

Pada tahap ini, peneliti merangkum dan memilih data mana saja yang penting yang diperoleh dari lapangan yang akan digunakan untuk dijadikan bahan laporan. Melalui teknik memilah dan memilih, peneliti akan mengetahui data mana saja yang diperlukan dan membuang data yang tidak perlu. Data yang telah direduksi ini lah yang akan memberikan gambaran jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya bila diperlukan.

2. Penyajian Data (Display Data)

“Data yang bertumpuk dan laporan lapangan yang tebal akan sulit dipahami, oleh karena itu agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matrik, uraian singkat, networks, chart, dan grafik” (Nasution, 2003: 128).

Pendapat Nasution diatas sejalan dengan pendapat Sugiyono (2010: 249) yang menyatakan bahwa dalam “penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya”.

Data yang diperoleh dari lapangan pasti banyak sekali, oleh karena itu supaya peneliti tidak terjebak dalam tumpukan data dari lapangan yang banyak,


(34)

48

peneliti melakukan penyajian data. Penyajian data yang dilakukan lebih banyak dituangkan dalam bentuk uraian singkat.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan (Sugiyono, 2010: 252-253).

Lebih lanjut Nasution (2003: 130) mengatakan bahwa “kesimpulan itu mula-mula masih sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih “Grounded”. Jadi kesimpulan itu harus senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung”.

Tujuan dari kesimpulan dan verifikasi adalah untuk mendapatkan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotetis atau teori.

Langkah yang ketiga ini peneliti lakukan di lapangan dengan maksud untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Agar mencapai suatu kesimpulan yang baik, kesimpulan tersebut senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung, supaya hasil penelitiannya jelas dan dapat dirumuskan kesimpulan akhir yang akurat.

E. Pengujian Keabsahan Data

Sugiyono (2010: 267) mengatakan bahwa “untuk menetapkan keabasahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan tersebut meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),


(35)

49

1. Credibility (validitas internal)

“Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, dan member check” (Sugiyono, 2010: 270).

a. Memperpanjang pengamatan

Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang diperoleh merupakan data yang benara atau tidak. Bila ada yang data yang tidak benar, maka peneliti melakukan pengataman lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya. Perpanjangan pengamatan peneliti lakukan untuk memperoleh data yang sahih (valid) dari sumber data.

b. Peningkatan ketekunan dalam penelitian

Dalam melakukan penelitian, terkadang peneliti dilanda dengan penyakit malas, maka untuk menanggulangi hal tersebut peneliti meningkatkan ketekunan dengan membulatkan niat dan tetap menjaga semangat dengan cara meningkatkan intensitas hubungan dengan motivator. Hal ini peneliti lakukan agar dapat melakukan penelitian dengan cermat dan berkesinambungan.

c. Triangulasi data

“Triangulasi dalam pengujian kredibilitas adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu” (Sugiyono, 2010: 273). Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan terhadap informasi yang diberikan sumber yaitu dari sesepuh masyarakat, tokoh agama, pemerintah desa Eretan Wetan, dan masyarakat Eretan Wetan, yang dilakukan dengan cara menggali dan mengecek informasi dari mereka dengan mengkombinasikan teknik wawancara dan observasi.

d. Analisis kasus negatif

“Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu” (Sugiyono, 2010: 275). Tujuan dari analisis


(36)

50

kasus negatif ini untuk mencari data yang berbeda bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan di lapangan. Dalam penelitian ini penulis mencari data yang berbeda terhadap pelaksanaan upacara adat yang sejenisnya, yaitu ke desa Eretan Kulon, yang juga melaksanakan upacara adat serupa dengan upacara adat pesta Nadran.

e. Menggunakan referensi yang cukup

“Yang dimaksud dengan menggunakan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti” (Sugiyono, 2010: 275). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yaitu hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang diambil dengan cara yang tidak mengganggu atau menarik perhatian sumber penelitian, sehingga informasi yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi.

f. Member check

“Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data” (Sugiyono, 2010: 276). Dalam penelitian ini peneliti melakukan member check kepada semua sumber data yaitu kepada sesepuh masyarakat, tokoh agama, tokoh budaya, staff DISPORABUDPAR Kabupaten Indramayu, staff pemerintah desa Eretan Wetan, dan masyarakat Eretan Wetan.

2. Transferability (Validitas Eksternal)

Berkenaan dengan transferability, Sugiyono (2010: 276) menjelaskan bahwa:

Transferability merupakan konsep yang menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.


(37)

51

hasil penelitian ini pada kesempatan yang berbeda, maka peneliti dalam membuat laporan memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis. Dengan demikian peneliti berharap pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian ini, sehingga dapat menentukan dapat atau tidaknya untuk mengplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3. Dependability (Reliabilitas)

Mengenai Reliabilitas Affifuddin dan Ahmad Saebani (2009: 145) menjelaskan bahwa:

Reliabilitas merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila penelitian yang sama dilakukan. Dalam penelitian kualitatif reliabilitas mengacu pada kemungkinan penelitian selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan kembali dalam subjek yang sama, yang menekankan pada desain penelitian dan metode serta teknik pengumpulan data dan analisis data.

Berkaitan dengan uji reliabilitas, peneliti dibimbing dan diarahkan secara kontinyu oleh dua orang pembimbing dalam mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian dengan tujuan supaya penulis dapat menunjukan hasil aktivitas di lapangan dan mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian penelitian di lapangan mulai dari menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.

4. Confirmability (Obyektivitas)

Berkenaan dengan Confirmability Sugiyono (2010: 277) menjelaskan bahwa:

Pengujian konfirmability dalam penelitian disebut juga dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.


(38)

52

Mengenai konfirmabiliy peneliti menguji hasil penelitian dengan mengaitkannya dengan proses penelitian yang dilakukan di lapangan dan mengevaluasi hasil penelitiannya, apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan atau tidak.

F. Tahap Penelitian

Sebuah penelitian akan dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan seperti yang diharapkan, jika penelitian itu dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan. Oleh karena itu, supaya penelitian yang peneliti lakukan dapat berjalan dengan baik guna mencapai hasil yang maksimal, maka dalam melakukan penelitian ini peneliti menyusun langkah-langkah penelitian secara sistematis sebagai berikut:

1. Tahap Pra Penelitian

Pada tahap ini, peneliti menyusun rangan penelitian dengan terlebih dahulu melakukan pra penelitian ke Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu pada bulan Agustus 2012. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi secara umum dari desa Eretan Wetan terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan upacara adat pesta Nadran di desa tersebut. Hal ini dilakukan guna mendapatkan data tentang bagaimana nilai-nilai budaya yang terkandung dalam upacara adat pesta Nadran dan seperti apa proses pelaksanaannya.

Setelah mengadakan pra penelitian selanjutnya peneliti mengajukan rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, lokasi dan subjek penelitian. Kemudian peneliti memilih dan menentukan lokasi yang dijadikan sebagai sumber data atau lokasi penelitian yang disesuaikan dengan keperluan dan kepentingan fokus penelitian. Setelah lokasi penelitian ditetapkan, selanjutnya penulis mengupayakan perizinan dari instansi yang tekait, prosedur perizinan yang penulis tempuh adalah sebagai berikut :


(39)

53

b. Mengajukan surat rekomendasi permohonan izin untuk mengadakan penelitian, dari Dekan FPIPS UPI Bandung c.q Pembantu Dekan I untuk disampaikan kepada Rektor UPI Bandung.

c. Rektor UPI Bandung c.q Pembantu Rektor I mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Kepala Kesbang dan Polinmas Kabupaten Indramayu.

d. Kepala Kesbang dan Polinmas Kabupaten Indramayu mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Camat Kandanghaur Kabupaten Indramayu.

e. Camat Kandanghaur Kabupaten Indramayu mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan Kepala Desa Eretan Wetan.

f. Kepala Desa Eretan Wetan memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah selesai tahap persiapan penelitian, dan persiapan-persiapan yang menunjang telah lengkap, maka peneliti langsung terjun ke lapangan untuk melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menekankan bahwa instrumen yang utama adalah peneliti sendiri (key instrument). Peneliti sebagai instrumen utama dibantu oleh pedoman observasi dan pedoman wawancara antara peneliti dengan responden. Pedoman wawancara yang penulis persiapkan untuk sesepuh masyarakat, tokoh agama, pemerintah desa, DISPORABUDPAR dan masyarakat Eretan Wetan.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang diperlukan agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang tidak dapat penulis ketahui. Setiap selesai melakukan penelitian di lapangan, peneliti menuliskan kembali data-data yang terkumpul kedalam catatan lapangan, dengan tujuan supaya dapat mengungkapkan data secara mendetail dan lengkap.


(40)

54

Tahap yang terakhir adalah analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul. Pada tahap ini peneliti berusaha mengorganisasikan data yang diperoleh dalam bentuk catatan dan dokumentasi. Selaras seperti yang dikemukakan oleh Afifuddin dan Ahmad Saebani (2009: 159) bahwa:

analisis kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar konsep (variabel) yang sedang diteliti, yang tujuannya adalah mendapatkan makna hubungan konsepsional sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian.


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Budaya pesta laut nadran masih tetap dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat Eretan Wetan, karena tradisi nadran merupakan bentuk syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan limpahan rejeki dan keselamatan masyarakat serta untuk melestarikan budaya lokal yang telah temurun dilaksanakan oleh para leluhur. Dalam pelasksanaan tradisi pesta laut nadran di desa Eretan Wetan kabupaten Indramayu tentunya mengandung nilai-nilai budaya kewarganegaraan (civic culture) di dalamnya. Nilai-nilai budaya kewarganegaraan (civic culture) tersebut, seperti semangat kebersamaan, kekeluargaan, gotong royong yang membentuk karakter dan identitas warganegara dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat.

2. Kesimpulan Khusus

Secara khusus, penelitian ini dapat dirumuskan dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat Eretan Wetan di kabupaten Indramayu melakukan tradisi pesta laut nadran adalah masih melekatnya kepercayaan masyarakat terhadap tradisi nenek moyang, tradisi adat atau kebiasaan yang turun temurun dari leluhur, dan sebagai upaya pelestarian kearifan lokal. Dalam tradisi pesta laut nadran mengandung fungsi seperti fungsi sosial, fungsi, religi, fungsi hiburan, fungsi nilai budaya, dan fungsi ekonomi dan pariwisata.


(42)

94

b. Tradisi pesta laut nadran di desa masyarakat Eretan Wetan mengandung makna sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt atas limpahan rejeki dan agar terhindar dari segala marabahaya ketika melaut. Serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisi pesta laut nadran seperti nilai kebersamaan, kekeluargaan, gotong royong, tali silaturahmi antar warga masyarakat, dan nilai religi.

c. Tradisi pesta lau nadran merupakan salah satu budaya masyarakat pesisir desa Eretan Wetan yang sampa saat ini masih di lestarikan. Masyarakat desa Eretan Wetan telah melaksanakan tradisi nadran dari nenek moyang sejak dulu yang mempunyai maksud sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat pesisir Eretan Wetan atas nikmat dan karunia Allah Swt. Tradisi ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu sedekah laut dan nadaranan. Sedekah laut merupakan ritual yang diadakan di laut berupa melarung meron ke laut. Sedangkan nadaranan itu sendiri tempatnya berada didarat seperti arak-arakan, pertunjukan wayang kulit, sandiwara, dan pengajian umum.

d. Proses pewarisan nilai budaya pada tradisi pesta laut nadran dari generasi tua ke generasi muda dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat desa Eretan Wetan kecamatan Kandanghaur kabupaten Indramayu. Di lingkungan keluarga, orang tua menanamkan nilai budaya pesta laut nadran sejak dini dengan cara membiasakan anak untuk menaati adat istiadat yang berlaku. Di lingkungan sekolah, guru memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada anak didiknya ketika dalam pembelajaran mata pelajaran PKn, dan seni budaya. Di lingkungan masyarakat, generasi muda ikut serta dalam seluruh rangkaian pelaksanaan tradisi pesta laut nadran.


(43)

95

sesungguhnya dari pesta laut nadran sendiri dan kurangnya kesadaran orang tua untuk menanamkan nilai-nilai budaya pesta laut nadran kepada anaknya. Sedangkan faktor eksternal yaitu adanya pengaruh budaya luar, dalam bentuk tayangan-tayangan di televisi, pergaulan hidup sehari-hari dan akses internet yang mudah. Dan cara mengatasi kendala upaya melestarikan nilai budaya pesta laut nadran dilakukan oleh orang tua di keluarga, guru di sekolah, masyarakat, dan lembaga pemerintah desa Eretan Wetan. Upaya yang dilakukan oleh orang tua adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada anak-anaknya. Sedangkan upaya yang dilakukan guru dengan mengaitkan tradisi nadran dalam sumber pembelajaran PKn dan seni budaya. Upaya yang dilakukan masyarakat yaitu dengan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan tradisi pesta laut nadran. Dan terakhir upaya yang dilakukan pemerintah desa yaitu dengan mengupayakan pelaksanaan tradisi pesta laut nadran setiap tahun sekali.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat

Kepada masyarakat pesisir Eretan Wetan agar terus melaksanakan tradisi nadran ini sebagai kegiatan rutin setiap tahunnya, supaya dapat mewariskan kepada generasi penerusnya sebagai bentuk pelestarian kebudayaan lokal. 2. Bagi tokoh agama

Diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat Eretan Wetan, agar pelaksanaan tradisi pesta laut nadran tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

3. Bagi Pemerintah

Kepada aparat pemerintah diharapkan ikut serta menjaga dan melestarikan budaya lokal, tentunya budaya positif yang sesuai dengan kearifan lokal. Serta


(44)

96

ikut andil dalam memajukan kebudayaan daerahnya khususnya tradisi nadran supaya dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah daerah baiku itu dari segi ekonomi maupun pembangunan.

4. Bagi Institusi/Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih mengintensifkan kajian-kajian tentang kearifan lokal untuk dijadikan bahan kajian studi jurusan pendidikan kewarganegaraan dan memperbanyak melaksanakan pengabdian pada masyarakat untuk mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, supaya dapat mengimplementasikan dan menerapkan nilai budaya yang ada dalam tradisi pesta laut nadran untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn dan pelestarian kearifan budaya lokal. Hal tersebut dilakukan agar para peserta didik dapat membentuk karakter dan identitas warga Negara yang baik menjadi to be good citizenship.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber Buku

Afifuddin dan Ahmad Saebani. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Pustaka Setia.

Arikunto, Suharisimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ayatrohaedi. 1986. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka

Jaya

Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Budimansyah, Dasim dan Karim, S. 2008. Pkn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Laboraturium Pendidikan Kewarganegaraan

Budimansyah, Dasim dan Udin Winataputra. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.

Bratawidjaja, Thomas Wiyasa. 2008. Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Danial, Endang dan Wasriah. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia

Darwis, Ranidar. (2008). Hukum Adat. Bandung: Labolatorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

Daryanto. 2012. Perubahan Pendidikan dalam Masyarakat Sosial Budaya. Bandung: Satu Nusa

Kalidjernih, Freddy K. (2010). Kamus Studi Kewarganegaraan: Perspektif Sosiologikal dan Politikal. Bandung: Widya Aksara Press

Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Moleong, Lexi J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Muhammad, Bushar. (2002). Asas-asas Hukum Adat: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Pradya Paramita


(46)

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nazir, Muhammad. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Purnama, Yuzar. DKK. (2004). Budaya Tradisional Pada Masyarakat Indramayu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia

Setiadi, Elly. dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sibarani, Robert. 2012. KEARIFAN LOKAL: Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL)

Soelaeman, Munandar. (2010). Ilmu Sosial Dasar: suatu teori. Bandung: PT Refika Aditama

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sunjata, Wahjudi Pantja. 2008. Upacara Tradisional Larung Tumpeng Sesaji Di Telaga Sarangan (Dalam Patrawidya Seri Penerbitan Sejarah Dan Budaya vol. 9 no. 2). Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah Dan Nilai Tradisional Yogyakarta.

Taalami, La Ode. Dkk. 2010. Kearifan Lokal dalam Kebudayaan Suku Bangsa-Suku Bangsa Masyarakat di Sulawesi Tenggara. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tenggara: Lembaga Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Bangsa

Wahab dan Sapriya. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta CV.

Wanganea, Yopi, DKK. (1985). Upacara Tradisional Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Widagdho, Djoko. (2004). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

2. Sumber Skripsi, Jurnal, Artikel, dan lain-lain.


(47)

As’arie, Denis. 2011. Suatu Kajian Tentang Nilai Budaya Pesta Pecung di Masyarakat Kasugengan Kidul, Kabupaten Cirebon ditinjau dari Civic Culture. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Dwijayanti, Ratih. 2012. Pengembangan Nilai-nilai Kebajikan Warga Negara (Civic Virtue) dalam Mempertahankan Kearifan Budaya Lokal Melalui Upacara Adat Nyangku. Bandung: Tidak Diterbitkan

Muslikhatun. (2010). Pewarisan Budaya. [Online]. Tersedia:http://muslikhatun-antropologi.blogspot.com/pewarisan-budaya.html [21 November 2010]

Noviani, Hani.(2009). Suatu Kajian Tentang Pelaksanaan Upacara Adat Sakral Nyangku Pada Masyarakat Panjalu. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan

Praja, Wina N. 2012. Kajian Nilai-nilai Budaya Upacara Nyuguh dalam Mempertahankan Green Moral Masyarakat Kuta. Bandung: Tidak Diterbitkan Sartini. (2004). MENGGALI KEARIFAN LOKAL NUSANTARA SEBUAH

KAJIAN FILSAFATI. Jurnal Filsafat. Jilid 37, (2)

Sirtha, Nyoman.(2003). Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali . [Online]. Tersedia: http://www.balipos.co.id. [15 April 2012]

Sumantri Endang dan Masyitoh. (2008). Hand Out Pendidikan Nilai. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Supriyanto. 2010. Pewarisan Budaya. [Online]. Tersedia: http://gurumuda.com/bse/pewarisan-budaya [2011]

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Hasil Amandemen tahun 1945.

Yuliana Dewi, Novy Shally. 2011. Analisis Terhadap Implementasi Upacara Adat Wuku Taun Sebagai Ungkapan Evaluasi Diri Masyarakat Adat. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.


(1)

94

Ageng Sine Yogi, 2014

Budaya Pesta Laut Nadran Sebagai Upaya Melestarikan Kearifan Lokal Dalam Mengembangkan Civic Culture

b. Tradisi pesta laut nadran di desa masyarakat Eretan Wetan mengandung makna sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt atas limpahan rejeki dan agar terhindar dari segala marabahaya ketika melaut. Serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisi pesta laut nadran seperti nilai kebersamaan, kekeluargaan, gotong royong, tali silaturahmi antar warga masyarakat, dan nilai religi.

c. Tradisi pesta lau nadran merupakan salah satu budaya masyarakat pesisir desa Eretan Wetan yang sampa saat ini masih di lestarikan. Masyarakat desa Eretan Wetan telah melaksanakan tradisi nadran dari nenek moyang sejak dulu yang mempunyai maksud sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat pesisir Eretan Wetan atas nikmat dan karunia Allah Swt. Tradisi ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu sedekah laut dan nadaranan. Sedekah laut merupakan ritual yang diadakan di laut berupa melarung

meron ke laut. Sedangkan nadaranan itu sendiri tempatnya berada didarat

seperti arak-arakan, pertunjukan wayang kulit, sandiwara, dan pengajian umum.

d. Proses pewarisan nilai budaya pada tradisi pesta laut nadran dari generasi tua ke generasi muda dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat desa Eretan Wetan kecamatan Kandanghaur kabupaten Indramayu. Di lingkungan keluarga, orang tua menanamkan nilai budaya pesta laut nadran sejak dini dengan cara membiasakan anak untuk menaati adat istiadat yang berlaku. Di lingkungan sekolah, guru memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada anak didiknya ketika dalam pembelajaran mata pelajaran PKn, dan seni budaya. Di lingkungan masyarakat, generasi muda ikut serta dalam seluruh rangkaian pelaksanaan tradisi pesta laut nadran.

e. Kendala-kendala dalam pewarisan nilai-nilai budaya pesta laut nadran ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu kurangnya pemahaman generasi penerus terhadap makna yang


(2)

95

Ageng Sine Yogi, 2014

Budaya Pesta Laut Nadran Sebagai Upaya Melestarikan Kearifan Lokal Dalam Mengembangkan Civic Culture

sesungguhnya dari pesta laut nadran sendiri dan kurangnya kesadaran orang tua untuk menanamkan nilai-nilai budaya pesta laut nadran kepada anaknya. Sedangkan faktor eksternal yaitu adanya pengaruh budaya luar, dalam bentuk tayangan-tayangan di televisi, pergaulan hidup sehari-hari dan akses internet yang mudah. Dan cara mengatasi kendala upaya melestarikan nilai budaya pesta laut nadran dilakukan oleh orang tua di keluarga, guru di sekolah, masyarakat, dan lembaga pemerintah desa Eretan Wetan. Upaya yang dilakukan oleh orang tua adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada anak-anaknya. Sedangkan upaya yang dilakukan guru dengan mengaitkan tradisi nadran dalam sumber pembelajaran PKn dan seni budaya. Upaya yang dilakukan masyarakat yaitu dengan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan tradisi pesta laut nadran. Dan terakhir upaya yang dilakukan pemerintah desa yaitu dengan mengupayakan pelaksanaan tradisi pesta laut nadran setiap tahun sekali.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat

Kepada masyarakat pesisir Eretan Wetan agar terus melaksanakan tradisi nadran ini sebagai kegiatan rutin setiap tahunnya, supaya dapat mewariskan kepada generasi penerusnya sebagai bentuk pelestarian kebudayaan lokal. 2. Bagi tokoh agama

Diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat Eretan Wetan, agar pelaksanaan tradisi pesta laut nadran tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

3. Bagi Pemerintah

Kepada aparat pemerintah diharapkan ikut serta menjaga dan melestarikan budaya lokal, tentunya budaya positif yang sesuai dengan kearifan lokal. Serta


(3)

96

Ageng Sine Yogi, 2014

Budaya Pesta Laut Nadran Sebagai Upaya Melestarikan Kearifan Lokal Dalam Mengembangkan Civic Culture

ikut andil dalam memajukan kebudayaan daerahnya khususnya tradisi nadran supaya dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah daerah baiku itu dari segi ekonomi maupun pembangunan.

4. Bagi Institusi/Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih mengintensifkan kajian-kajian tentang kearifan lokal untuk dijadikan bahan kajian studi jurusan pendidikan kewarganegaraan dan memperbanyak melaksanakan pengabdian pada masyarakat untuk mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, supaya dapat mengimplementasikan dan menerapkan nilai budaya yang ada dalam tradisi pesta laut nadran untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn dan pelestarian kearifan budaya lokal. Hal tersebut dilakukan agar para peserta didik dapat membentuk karakter dan identitas warga Negara yang baik menjadi to be good citizenship.


(4)

Ageng Sine Yogi, 2014

Budaya Pesta Laut Nadran Sebagai Upaya Melestarikan Kearifan Lokal Dalam Mengembangkan Civic Culture

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber Buku

Afifuddin dan Ahmad Saebani. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Pustaka Setia.

Arikunto, Suharisimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ayatrohaedi. 1986. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka

Jaya

Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Budimansyah, Dasim dan Karim, S. 2008. Pkn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Laboraturium Pendidikan Kewarganegaraan

Budimansyah, Dasim dan Udin Winataputra. (2007). Civic Education: Konteks,

Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan SPs UPI.

Bratawidjaja, Thomas Wiyasa. 2008. Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Danial, Endang dan Wasriah. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia

Darwis, Ranidar. (2008). Hukum Adat. Bandung: Labolatorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

Daryanto. 2012. Perubahan Pendidikan dalam Masyarakat Sosial Budaya. Bandung: Satu Nusa

Kalidjernih, Freddy K. (2010). Kamus Studi Kewarganegaraan: Perspektif

Sosiologikal dan Politikal. Bandung: Widya Aksara Press

Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Moleong, Lexi J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Muhammad, Bushar. (2002). Asas-asas Hukum Adat: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Pradya Paramita


(5)

Ageng Sine Yogi, 2014

Budaya Pesta Laut Nadran Sebagai Upaya Melestarikan Kearifan Lokal Dalam Mengembangkan Civic Culture

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nazir, Muhammad. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Purnama, Yuzar. DKK. (2004). Budaya Tradisional Pada Masyarakat Indramayu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia

Setiadi, Elly. dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sibarani, Robert. 2012. KEARIFAN LOKAL: Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi

Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL)

Soelaeman, Munandar. (2010). Ilmu Sosial Dasar: suatu teori. Bandung: PT Refika Aditama

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sunjata, Wahjudi Pantja. 2008. Upacara Tradisional Larung Tumpeng Sesaji Di

Telaga Sarangan (Dalam Patrawidya Seri Penerbitan Sejarah Dan Budaya vol.

9 no. 2). Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah Dan Nilai Tradisional Yogyakarta.

Taalami, La Ode. Dkk. 2010. Kearifan Lokal dalam Kebudayaan Suku Bangsa-Suku

Bangsa Masyarakat di Sulawesi Tenggara. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Sulawesi Tenggara: Lembaga Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Bangsa

Wahab dan Sapriya. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta CV.

Wanganea, Yopi, DKK. (1985). Upacara Tradisional Daerah Khusus Ibukota

Jakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Widagdho, Djoko. (2004). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

2. Sumber Skripsi, Jurnal, Artikel, dan lain-lain.

Ahira, Anne. 2011. Penghambat Pewarisan Budaya Berkarakter.[online].Tersedia:


(6)

Ageng Sine Yogi, 2014

Budaya Pesta Laut Nadran Sebagai Upaya Melestarikan Kearifan Lokal Dalam Mengembangkan Civic Culture

As’arie, Denis. 2011. Suatu Kajian Tentang Nilai Budaya Pesta Pecung di

Masyarakat Kasugengan Kidul, Kabupaten Cirebon ditinjau dari Civic Culture. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Dwijayanti, Ratih. 2012. Pengembangan Nilai-nilai Kebajikan Warga Negara (Civic

Virtue) dalam Mempertahankan Kearifan Budaya Lokal Melalui Upacara Adat Nyangku. Bandung: Tidak Diterbitkan

Muslikhatun. (2010). Pewarisan Budaya. [Online]. Tersedia:http://muslikhatun-antropologi.blogspot.com/pewarisan-budaya.html [21 November 2010]

Noviani, Hani.(2009). Suatu Kajian Tentang Pelaksanaan Upacara Adat Sakral

Nyangku Pada Masyarakat Panjalu. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI.

Bandung: Tidak Diterbitkan

Praja, Wina N. 2012. Kajian Nilai-nilai Budaya Upacara Nyuguh dalam

Mempertahankan Green Moral Masyarakat Kuta. Bandung: Tidak Diterbitkan

Sartini. (2004). MENGGALI KEARIFAN LOKAL NUSANTARA SEBUAH KAJIAN FILSAFATI. Jurnal Filsafat. Jilid 37, (2)

Sirtha, Nyoman.(2003). Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali . [Online]. Tersedia: http://www.balipos.co.id. [15 April 2012]

Sumantri Endang dan Masyitoh. (2008). Hand Out Pendidikan Nilai. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Supriyanto. 2010. Pewarisan Budaya. [Online]. Tersedia: http://gurumuda.com/bse/pewarisan-budaya [2011]

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Hasil Amandemen tahun 1945.

Yuliana Dewi, Novy Shally. 2011. Analisis Terhadap Implementasi Upacara Adat

Wuku Taun Sebagai Ungkapan Evaluasi Diri Masyarakat Adat. Skripsi Sarjana