STUDI KOMPARATIF USAHATANI SEMANGKA MUSIM PENGHUJAN DAN MUSIM KEMARAU DI DESA WOLO KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN
STUDI KOMPARATIF USAHATANI SEMANGKA MUSIM PENGHUJAN DAN MUSIM KEMARAU DI DESA WOLO
KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN
Skripsi
Disusun Oleh : Prasetiyo Adi Wibowo
20120220068
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
STUDI KOMPARATIF USAHATANI SEMANGKA MUSIM PENGHUJAN DAN MUSIM KEMARAU DI DESA WOLO
KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sebagai Bagian Dari Persyaratan Yang Diperlukan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Disusun Oleh: Prasetiyo Adi Wibowo
20120220068
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Studi Komparatif Usahatani Semangka Musim Penghujan Dan Musim Kemarau Di Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan” guna memenuhi salah satu persyaratan dalam penyelesaian derajat sarjana strata 1 Program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Tentunya kesempurnaan dalam penyelesaian skripsi ini telah melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Sriyadi, M.P dan Ibu Francy Risvansuna F, S.P.M.P yang telah
memberikan ilmu, waktu, dan nasihat-nasihat selama membimbing penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Ir. Siti Yusi Rusimah, M.S, selaku dosen penguji skripsi, terima kasih telah
memberikan saran kepada penulis.
3. Dosen beserta staff Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
4. Segenap pengurus Kelompok Tani Sido Makmur, Setio Tani, dan Karya Usaha
Desa Wolo, dan Petani Semangka Desa Wolo yang telah bersedia membantu memberikan data yang penulis butuhkan.
Penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun penyampaiannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta pengetahuan bagi pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, Desember 2016
(4)
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
INTISARI ... viii
ABSTRACT ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Tujuan Penelitian ... 4
C.Kegunaan Penelitian ... 5
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 6
A.Tinjauan Pustaka... 6
B.Penelitian Sebelumnya ... 14
C.Kerangka Pemikiran ... 16
III. METODE PENELITIAN ... 19
A.Teknik Pengambilan Sampel ... 19
B.Teknik Pengambilan Data ... 22
C.Asumsi dan Batasan Masalah ... 23
D.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 23
E.Analisis Data... 27
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 36
A.Keadaan Fisik Daerah ... 36
B.Kependudukan ... 37
C.Penggunaan Lahan ... 38
D.Keadaan Iklim ... 39
E.Keadaan Pertanian ... 39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Profil Petani ... 41
(5)
C.Keuntungan ... 63
D.Kelayakan ... 64
E.Analisis Risiko Usahatani Semangka ... 67
F. Perilaku Petani Terhadap Risiko ... 68
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
A.Kesimpulan ... 71
B.Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
(6)
v
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Kandungan Gizi Buah Semangka ... 7 Tabel 2. Produksi tanaman semangka menurut Kecamatan di Kabupaten
Grobogan Tahun 2015 ... 20 Tabel 3. Penggunaan lahan untuk tanaman Semangka di Kecamatan Penawanagan tahun 2015 ... 21 Tabel 4. Kelompok Tani dan Populasi Tahun 2015 ... 22 Tabel 5. Skala Utilitas dan Nilai Rupiah dari Certanty Equivalent ... 35 Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Wilayah Kecamatan
Penawangan Tahun 2015. ... 37 Tabel 7. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Penawangan Tahun 2015. ... 38 Tabel 8. Sebaran petani semangka berdasarkan umur di Desa Wolo Kecamatan
Penawangan tahun 2016 ... 41 Tabel 9. Tingkat pendidikan petani semangka di Desa Wolo Kecamatan
Penawangan tahun 2016 ... 42 Tabel 10.Pekerjaan sampingan petani semangka di Desa Wolo Kecamatan
Penawangan tahun 2016 ... 44 Tabel 11.Sebaran petani semangka menurut Pengalaman Berusahatani di Desa
Wolo Kecamatan Penawangan tahun 2016 ... 45 Tabel 12.sebaran petani menurut status kepemilikan lahan di Desa Wolo
Kecamatan Penawangan tahun 2016 ... 46 Tabel 13 Penggunaann benih dan biaya pada usahatani semangka di Desa Wolo
Kecamatan Penawangan tahun 2016 per 10.000 m2 ... 48
Tabel 14.Penggunaan pupuk dan biaya pada usahatani semangka di Desa Wolo
(7)
Tabel 15.Penggunaan dan biaya pestisida oleh petani semangka Desa Wolo
Kecamatan Penawangan tahun 2016 per 10000 m2 ... 51
Tabel 16.Penggunaan dan rata-rata biaya TKLK usahatani semangka per hektar di
Desa Wolo Kecamatan Penawangan per 10.000 m2 ... 52
Tabel 17.Biaya penyusutan alat yang digunakan untuk usahatani semangka di Desa Wolo Kecamatan Penawangan tahun 2016 ... 54 Tabel 18 Biaya rata-rata Sewa lahan pada usahatani semangka di Desa Wolo
tahun 2016 per 10.000 m2 ... 55 Tabel 19.total biaya eksplisit usahatani semnagka Musim penghujan dan musim
kemarau Desa Wolo Kecamatan Penawangan ... 57 Tabel 20.biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) usahatani semangka di Desa
Wolo Kecamatan Penawangan tahun 2016 per 10.000 m2 ... 58
Tabel 21 Biaya rata-rata Sewa lahan milik sendiri pada usahatani semangka di Desa Wolo tahun 2016 per 10.000 m2 ... 59 Tabel 22.total biaya implisit usahatani semangka Musim penghujan dan musim
kemarau di Desa Wolo tahun 2016 per 10.000 m2... 60
Tabel 23.penggunaan biaya usahatani semangka musim penghujan dan musim
kemarau di Desa Wolo tahun 2016 per 10.000 m2... 61
Tabel 24.Penerimaan, Pendapatan, dan Keuntungan Usahatani Semangka musim
penghujan dan musim kemarau di Desa Wolo per 10.000 m2 ... 63
Tabel 25.Kelayakan usahatani semangka musim penghujan dan musim kemarau
di Desa Wolo Kecamatan Penawangan per 10.000 m2 ... 65
Tabel 26.Tingkat Risiko usahatani semangka Musim penghujan dan Musim kemarau di Desa Wolo tahun 2016 ... 67 Tabel 27.Perilaku petani semangka musim penghujan dan musim kemarau
(8)
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 18 Gambar 2. Metode Penentuan Nilai CE (Certanty Equivalent) ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Profil Petani ... 76 Lampiran 2. Regresi Perilaku Petani Terhadap Risiko ... 77
(9)
STUDI KOMPARATIF USAHATANI SEMANGKA MUSIM PENGHUJAN DAN MUSIM KEMARAU DI DESA WOLO
KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN Prasetiyo Adi Wibowo
Dr. Ir. Sriyadi, M.P. / Francy Risvansuna F, SP. MP. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
INTISARI
STUDI KOMPARATIF USAHATANI SEMANGKA MUSIM PENGHUJAN
DAN MUSIM KEMARAU DI DESA WOLO KECAMATAN
PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN (Skripsi dibimbing oleh Sriyadi dan Francy Risvansuna F). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya-biaya, pendapatan, keuntungan, kelayakan, risiko usahatani semangka, dan perilaku petani terhadap risiko pada usahatani semangka musim penghujan dan musim kemarau di Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan.
Penelitian menggunakan metode acak sederhana proporsional random sampling
dengan melibatkan 40 petani responden di musim penghujan dan musim kemarau. Data dianalisis dengan menggunakan empat indikator analisis kelayakan yaitu : RC rasio, produktivitas lahan, produktivitas modal, dan produktivitas tenaga kerja. Analisis penerimaan usahatani ; analisis risiko usahatani dan analisis fungsi
kuadratik dengan Teknik Bernoulli Neumann-morgenster. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata biaya musim kemarau sebesar Rp 31.234.115 lebih tinggi dibanding musim penghujan sebesar Rp 30.191.033. pendapatan usahatani semangka musim kemarau sebesar Rp 32.655.298 lebih tinggi dibanding musim penghujan sebesar Rp 20.732.691. keuntungan usahatani semangka musim kemarau sebesar Rp 23.308.713 lebih tinggi dibanding musim penghujan sebesar Rp 11.388.920. usahatani semangka musim penghujan dan musim kemarau layak untuk diusahakan. Petani musim kemarau mempunyai risiko usahatani lebih tinggi dibanding musim penghujan. Berdasarkan analisis perilaku petani terhadap risiko, sebagian besar petani semangka berperilaku netral terhadap risiko.
(10)
(11)
COMPARATIVE STUDY OF FARMING WATERMELON IN RAINY SEASON AND DRY SEASON IN THE WOLO VILLAGE
Prasetiyo Adi Wibowo
Dr. Ir. Sriyadi, M.P. / Francy Risvansuna F, SP. MP.
Study Programme of Agribusiness, Agriculture Faculty Muhammadiyah University of Yogyakarta
ABSTRACT
This study is meant to find out the costs, revenues, profit, feasibility, risks of farming watermelon, and the farmer behavior related to risk in farming watermelons in rainy season and dry season in the village of Wolo Penawangan Subdistrict Grobogan. This research used random method with proportional random sampling with 40 respondents in the rainy season and dry season. The data were analyzed by using four indicators of feasibility analysis, there were RC ratio, land productivity, capital productivity and labor productivity. Analysis of farm receipts; farming risk analysis and quadratic functions analysis with Bernoulli Neumann-morgenster technique. The results of study showed that the average cost of dry season amount of Rp 31.234.115 is higher than the rainy season amount of Rp 30.191.033. The income of farming in summer amount of Rp 32.655.298 higher the rainy season amount of Rp 20.732.691. The profit in summer season is amount of Rp 23.308.713 higher the rainy season is amount of Rp 11.388.920. Watermelon farming in rainy season and dry season feasible to effort. Farmers in dry season has higher risk to rainy season. Based on the analysis, most of farmer watermelons have neutral behavior to the risk.
Keywords: Farming of watermelon, feasibility, risk, behavior
(12)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional, diantaranya dalam memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan petani, serta meningkatkan pendapatan nasional melalui penerimaan devisa. Pembangunan pertanian di satu sisi dituntut untuk menjamin pendapatan yang layak bagi petani, sedangkan di sisi lain mampu menyediakan hasil pertanian dalam jumlah yang cukup dengan harga terjangkau oleh masyarakat. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan petani adalah dengan cara mengusahakan komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai potensi pasar yang cukup besar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Komoditas yang dikembangkan salah satunya adalah hortikultura. (Wihardjo, 1993)
Hortikultura Secara garis besar, terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits), tanaman berkhasiat obat (medicinal plants),
tanaman hias (ornamental plants) termasuk didalamnya tanaman air, lumut
dan jamur yang dapat berfungsi sebagai sayuran, tanaman obat atau tanaman hias. Secara umum, komoditas hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan pembudidayaannya memerlukan curahan tenaga intensif dengan keterampilan yang tinggi. (http://hortikultura.pertanian.go.id/)
(13)
Salah satu jenis komoditas hortikultura yang sering diusahakan di Kabupaten Grobogan adalah semangka. Semangka mempunyai nilai ekonomis dan prospek untuk dikembangkan sehingga diperlukan penanganan yang intensif dalam budidayanya.
Desa Wolo merupakan salah satu Desa di Kecamatan Penawangan penghasil tanaman semangka di Kabupaten Grobogan. Jumlah luas lahan yang digunakan untuk menanam semangka seluas 58 ha dengan produksi sebesar 9.976 ton/ha dan produktivitas sebesar 997.600 kwintal/ha (UPT Dinpertan Kec. Penawangan tahun 2015). Dalam membudidayakan semangka ada dua musim tanam yang dilakukan petani Desa Wolo yakni musim penghujan dan musim kemarau. Pada sistem tanam seperti ini memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dari hasil pra survei dengan petani dilokasi penelitian, petani menceritakan kelebihan dan kekurangan pada musim kemarau maupun musim penghujan. Pada saat musim kemarau, Kelebihannya produksinya lebih tinggi dengan luas 0,5 ha menghasilkan 12 ton, rata-rata berat semangka 8 kg, kemudian harga jual semangka lebih stabil. Disamping itu budidaya semangka pada musim kemarau juga memiliki kekurangan, seperti kekurangan air, beberapa petani mengeluhkan hal ini karena lokasi tanamnya yang agak jauh dari saluran irigasi yang ada sehingga hal ini membuat pertumbuhan tanaman menjadi tidak sehat, kemudian pembungaan menjadi tidak bisa sempurna.
Pada saat musim penghujan, Petani Desa Wolo banyak mengeluh karena buah semangka sulit besar. Produksinya menurun dengan luas 0,5 ha
(14)
3
menghasilkan 10 ton dengan berat rata-rata 5 kg. Banyaknya hama dan penyakit merupakan salah satu penyebab produksi semangka tidak maksimal baik secara kualitas maupun kuantitas. Namun ada pula kelebihannya seperti penggunaan pupuk lebih irit karena kebutuhan air yang mencukupi membuat peresapan pupuk ke dalam tanaman menjadi lebih cepat.
Dalam budidaya semangka petani Desa Wolo sering dihadapkan dengan masalah risiko dan ketidakpastian. Masalah risiko dan ketidakpastian dapat terjadi karena usahatani semangka sangat bergantung pada kondisi alam. Kondisi alam seperti iklim yang tidak menentu dan serangan hama penyakit merupakan contoh dari masalah risiko dan ketidakpastian. Adanya masalah risiko dan ketidakpastian tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi semangka sehingga berdampak pada tingkat penerimaan petani. Pada umumnya semakin besar penerimaan yang diperoleh maka semakin besar pula risiko yang akan dihadapi. Namun mayoritas petani Desa Wolo menanam semangka pada musim penghujan yang tinggi risikonya dibanding musim kemarau. hal ini dilakukan karena tidak ada saingan dalam usahatani semangka karena risikonya yang cukup tinggi. Dengan tidak ada saingan dalam usahatani semangka, petani Desa Wolo bisa mendapat hasil yang lebih tinggi.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan, berapa biaya yang dibutuhkan dalam usahatani semangka pada musim penghujan dan musim kemarau? Berapa pendapatan dan keuntungan yang diperoleh petani semangka pada musim penghujan dan musim kemarau?
(15)
apakah usahatani semangka musim penghujan dan musim kemarau layak diusahakan? Seberapa besar tingkat risiko yang dihadapi petani semangka musim penghujan dan musim kemarau?
Untuk menjawab permasalahan diatas, maka diadakan penelitian dengan judul “Studi Komparatif Usahatani Semangka Musim Penghujan dan Musim Kemarau di Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan”.
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar biaya, pendapatan dan keuntungan usahatani semangka pada musim penghujan dan musim kemarau di Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan.
2. Untuk mengetahui kelayakan usahatani semangka musim penghujan dan musim kemarau dilihat dari R/C, Produktifitas Lahan, Produktifitas Tenaga Kerja, dan Produktifitas Modal.
3. Untuk mengetahui perbandingan tingkat risiko usahatani semangka musim penghujan dan kemarau di Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan.
4. Mengetahui perilaku petani terhadap risiko usahatani semangka musim penghujan di Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan.
(16)
5
C. Kegunaan Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan :
1. Bagi masyarakat umum, dapat dijadikan sebagai informasi bagi pihak-pihak yang ingin menekuni usahatani semangka Citrulus Lanatus (Thunb) 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam melakukan
pembinaan kepada petani semangka Citrulus Lanatus (Thunb), sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatannya.
3. Bagi akademis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai refrensi dan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
(17)
(18)
6
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh
merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari
daerah kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara seperti: Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia.
Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada
daerah asalnya sangat disukai oleh manusia/binatang yang ada di benua tersebut, karena banyak mengandung air, sehingga penyebarannya menjadi cepat.
Buah semangka adalah merupakan buah segar yang sangat digemari oleh semua golongan umur (orang dewasa / anak-anak) yang dapat dimakan langsung (sering juga disebut buah meja). Buah semangka yang rasanya manis banyak mengandung Vitamin C yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan juga semangka banyak mengandung air sebagai pelepas dahaga. Berikut kandungan gizi yang terdapat pada buah semangka :
(19)
Tabel 1. Kandungan Gizi Buah Semangka
Sumber : Wirakusumah (2015)
Disamping itu juga tanaman semangka mudah diusahakan dengan umur yang pendek, mudah pemasarannya dan tahan lama di simpan. Petani Desa Wolo membudidayakan semangka sejak tahun 2000 hingga sekarang. Jenis semangka yang dibudidayakan di Desa Wolo adalah semangka biji jenis daging merah. Memiliki ciri fisik yakni bentuk bulat warna kulit luar hijau halus daging buah berwarna merah dengan berat rata-rata 7-8 kg.
Dalam membudidayakan semangka masalah yang sering dihadapi petani yaitu hama dan penyakit. Pada musim hujan maupun musim kemarau hama dan penyakit selalu muncul. Hal ini dikarenakan sikap petani yang berlebihan dalam menggunakan pestisida tanpa memperhatikan dosis. sehingga hama menjadi kebal dan tidak mudah mati.
Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman semangka misalnya :
No Kandungan Gizi Nilai Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Vitamin A Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin C Niacin Serat Air
28,00 Kal 0,10 g 0,20 g 7,20 g 6,00 mg 7,00 mg 0,20 mg 50,20 Si
0,02 mg 0,03 mg 7,00 mg 0,20 g 0,50 g 92,10 g
(20)
8
a. Kutu dan aphids (Aphis gossypii Glover)
Hama ini menyebabkan daun-daun mengerut sampai keriting, terutama pada bagian daun-daun muda (pucuk).
b. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Ulat ini menyerang daun sehingga daun menjadi bolong-bolong dan rusak. Selain itu ulat ini juga menyerang dan melubangi buah semangka.
c. Penyakit Trotol atau Antraknosa
Penyakit ini ini disebabkan oleh Colletotrichum lagenarium. Daun
semangka terlihat bercak-bercak yang akhirnya berubah warna kemerahan.
d. Penyakit layu Fusarium
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. Tanaman
tampak layu seperti kekurangan air. Pada pagi dan sore hari tanaman tampak segar. Bila tidak ditanggulangi, dalam waktu 2-3 hari saja tanaman akan mati kering, berwarna coklat dan batangnya mengerut.
1. Usahatani
Menurut Soekartawi (2002), usahatani pada hakekatnya adalah perusahaan, maka seorang petani atau produsen sebelum mengelola usahataninya akan mempertimbangkan antara biaya dan pendapatan, dengan cara mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien, guna memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Menurut Ken Suratiyah (2009), Ilmu Usahatani adalah Ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir
(21)
faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar semua biaya dan alat yang diperlukan, dengan kata lain keberhasilan suatu usahatani berkaitan erat dengan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan.
2. Biaya Usahatani
Biaya produksi dapat di golongkan menjadi dua jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah serangkaian biaya yang dikeluarkan apabila proses produksi telah berjalan. Sedangkan biaya tidak tetap adalah serangkaian biaya yang harus dikeluarkan petani dalam suatu usahatani (Murbyanto, 1989), dalam (Hujang Onas, 2010).
Biaya produksi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1) Biaya eksplisit usahatani yaitu biaya yang secara nyata dikeluarkan
petani selama proses produksi berlangsung, misalnya biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya pupuk dan pestisida.
2) Biaya implisit usahatani yaitu biaya yang tidak secara nyata
dikeluarkan oleh petani tetapi tetap diperhitungkan selama proses produksi berlangsung. Misalnya biaya tenaga kerja dalam keluarga, bunga modal sendiri, dan sewa lahan sendiri.
TC = TEC + TIC Keterangan :
TC = Total Cost (Total Biaya)
TEC = Total Explicit Cost (Total Biaya Eksplisit) TIC = Total Implicit Cost (Total Biaya Implisit)
(22)
10
Biaya penyusutan alat adalah penggantian kerugian atau penurunan nilai alat yang disebabkan oleh waktu. Untuk menghitung biaya penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
DC =
3. Penerimaan Usahatani
Soekartawi (1986:76) menjelaskan bahwa penerimaan adalah nilai yang diterima dari penjualan produk usahatani yang bisa berwujud dua hal, yaitu hasil penjualan produk yang akan dijual, dan hasil penjualan produk sampingan. Dalam usahatani budidaya semangka, buah semangka merupakan produk yang dihasilkan, sedangkan produk sampingan yang dihasilkan dalam usahatani tidak ada, dalam artian yang tidak memiliki nilai ekonomis untuk dijual. Penerimaan usahatani semangka merupakan hasil perkalian antara produksi semangka yang diperoleh petani dengan harga jual hasil produksi. Pernyataan ini dapat ditulis dengan rumus :
TR= P x Q Keterangan :
TR : Penerimaan (Total Revenue)
P : Harga jual
(23)
4. Pendapatan Usahatani
Soekartawi, 2006. menyatakan pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya eksplisit. Dengan mengetahui nilai pendapatan, maka dapat diketahui apakah usahatani tersebut menguntungkan atau merugikan. Nilai pendapatan juga dapat digunakan untuk mengetahui layak tidaknya usahatani dengan cara membandingkannya dengan nilai upah yang berlaku pada daerah tersebut. Jika pendapatan usahatani lebih dari nilai upah yang berlaku maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan. Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan rumus :
NR = TR – TEC
Keterangan :
NR : Net Revenue (Pendapatan) TR : Total Revenue (Penerimaan)
TEC : Total Explicit Cost (total biaya eksplisit) 5. Keuntungan
Menurut Soekartawi (2006) keuntungan atau profit adalah pendapatan yang diterima oleh seseorang dari penjualan produk barang maupun jasa yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam membiayai produk barang maupun jasa tersebut. Dalam usahatani semangka keuntungan diperoleh dari penerimaan kotor yang dihasilkan oleh penjualan semangka dikurangi oleh seluruh biaya yang dikeluarkan dalam usahatani semangka, biaya yang dikeluarkan berupa gabungan dari biaya eksplisit dan implisit usahatani semangka tersebut. Keuntungan dapat dituliskan dalam rumus berikut :
(24)
12
∏ Keterangan :
∏ = Keuntungan
TR = Penerimaan (Total Revenue)
TC = Total biaya (Total Cost)
6. Kelayakan Usahatani
Menurut Soekartawi, 1995 Kelayakan Usahatani digunakan untuk menguji apakah suatu usahatani layak dilanjutkan atau tidak, serta dapat mendatangkan keuntungan bagi pengusaha atau petani yang merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai. Kelayakan usahatani ini dapat diukur dengan
cara melihat nilai R/C (Revenue Cost Ratio), Produktifitas lahan, produktifitas
tenaga kerja dan produktifitas modal.
R/C lebih dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai R/C > 1, dan apabila nilai R/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak dilanjutkan.
Produktivitas lahan ialah perbandingan antara pendapatan yang dikurangi dengan biaya implisit selain sewa lahan milik sendiri dengan luas lahan. Apabila produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan maka usaha tersebut layak untuk diusahakan, apabila produktivitas lahan kurang dari sewa lahan maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan.
Produktivitas tenaga kerja ialah perbandingan antara pendapatan dikurangi biaya sewa lahan milik sendiri dikurangi bunga modal semdiri dengan jumlah tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) yang terlibat dalam kegiatan usahatani tersebut. Jika produktivitas tenaga kerja lebih besar dari
(25)
tingkat upah yang berlaku, maka usaha tersebut layak diusahakan. Jika produktivitas tenaga kerja kurang dari tingkat upah yang berlaku, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan.
Produktivitas modal ialah pendapatan dikurangi sewa lahan milik sendiri dikurangi nilai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dibagi total biaya eksplisit dikalikan seratus persen. Jika produktivitas modal lebih besar dari tingkat Bunga pinjaman, maka usaha tersebut layak diusahakan. Apabila produktivitas modal kurang dari tingkat Bunga pinjaman, maka usaha tersebut tidak layak diusahakan.
7. Tingkat Risiko
Menurut Kartasapoetra (1988), risiko dan ketidakpastian merupakan hal-hal yang biasa dihadapi para produsen pertanian karena usaha dibidang
pertanian sangat dipengaruhi keadaan alam. Petani cenderung
mengklasifikasikan risiko sebagai suatu kejadian yang menyebabkan kehilangan semua pengeluaran atau penyimpangan realisasi terhadap harapannya. Namun, petani cenderung menganggap ketidakpastian yaitu keadaan yang tidak menentu yang menyangkut faktor-faktor produksi, distribusi, keadaan pasar dan pengaruhnya, sehingga merupakan masalah bagi pengambilan keputusan bagi produksi yang akan datang. Secara matematis, rumus tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Menurut Pappas dan Hirschey (2005) dalam Jurnal Muzdalifah (2012), risiko dapat diukur dengan menetukan kerapatan probabilitas. Salah satu
(26)
14
ukurannya adalah dengan menggunakan deviasi standar yang diberi symbol �
(sigma). Semakin kecil deviasi standar, semakin rapat distribusi probabilitas dan dengan demikian semakin rendah risikonya. Risiko dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
CV = Keterangan:
CV = Koefisien variasi
σ = Standart deviasi
E = Rata-rata hasil (mean)
8. Perilaku Petani Terhadap Risiko
Menurut Lyncolin (1995), perilaku petani dalam menghadapi risiko terbagi dalam tiga fungsi utilitas yaitu:
a. Fungsi utilitas untuk risk averter atau orang yang enggan terhadap risiko.
b. Fungsi utilitas untuk risk neutral atau orang yang netral terhadap risiko.
c. Fungsi utilitas untuk risk lover atau orang yang berani menanggung risiko.
Berdasarkan hasil penelitian Sriyadi (2010), risiko ekonomi yang dihadapi petani dalam usahatani bawang putih cukup tinggi. Sebagian besar petani mempunyai perilaku enggan terhadap risiko usahatani bawang putih dan petani mengelola usahatani bawang putih belum efisien.
B. Penelitian Sebelumnya
Menurut hasil penelitian Gunardi (2013), pada penelitian yang berjudul Analisis kelayakan usahatani melon action 434 di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan menunjukan bahwa pendapatan usahatani melon Sebesar Rp 188.734.926/Ha/musim. Sedangkan keuntungan yang diterima petani rata-rata sebesar 156.127.625/Ha/musim. Usahatani melon di
(27)
Kecamatan Penawangan pada satu musim tanam berdasarkan analisis R/C, produktifitas modal, produktifitas tenaga kerja, dan produktifitas lahan layak untuk diusahakan.
Menurut sumarno (2012), pada penelitian yang berjudul analisis
komperatif usahatani melon antara varietas melon “Apollo” dengan varietas
melon ”Action” menunjukan bahwa biaya rata-rata per hektar usahatani melon jenis Apollo lebih besar dibandingkan usahatani melon jenis Action. Hal ini dapat ditunjukkan biaya rata-rata per hektar melon jenis Apollo yaitu sebesar Rp 48.573.947, sedangkan melon jenis Action sebesar Rp 39.598.365. untuk pendapatan rata-rata per hektar melon jenis Action lebih tinggi yaitu sebesar Rp 168.767.019 dibanding melon jenis Apollo sebesar Rp 84.168.230.
Menurut Wilastinova (2012), pada penelitiannya yang berjudul analisis pengaruh faktor-faktor produksi usahatani semangka pada lahan pasir di pantai Kabupaten Kulon progo menunjukkan bahwa besarnya penerimaan usahatani semangka pada lahan pasir pantai adalah sebesar Rp 20.403.262/Ha/MT, sedangkan biaya total yang dikeluarkan petani semangka pada lahan pasir pantai adalah sebesar Rp12.444.940/Ha/MT. untuk pendapatan usahatani semangka sebesar Rp 7.958.322/Ha/MT.
Menurut Ragil Prasetyo Kurniawan (2013), pada penelitian yang berjudul Analisis usahatani cabai rawit dilahan tegalan Desa Ketawangrejo Kecamatan Grabag kabupaten Purworejo menunjukan bahwa besarnya pendapatan usahatani cabai rawit sebesar 3.126.832/musim, kemudian untuk keuntungan yang diterima sebesar 2.226.391/musim. Usahatani cabai rawit di
(28)
16
Kecamatan grabag pada satu musim tanam berdasarkan analisis R/C, produktifitas modal, produktifitas tenaga kerja, dan produktifitas lahan layak untuk diusahakan.
Menurut Sriyadi (2010), pada penelitian Risiko Produksi dan Keefisienan Relatif Usahatani Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar menunjukan bahwa risiko ekonomi yang dihadapi petani dalam usahatani bawang putih cukup tinggi. Sebagian besar petani mempunyai perilaku enggan terhadap risiko usahatani bawang putih dan petani mengelola usahatani bawang putih belum efisien.
C. Kerangka Pemikiran
Kegiatan usahatani dilakukan oleh para petani yaitu dengan mengelola
sumber daya sebagai Input menjadi hasil produksi berupa Output untuk
memenuhi kebutuhan hidup petani beserta keluarganya. Untuk memenuhi kebutuhannya, petani ditutut untuk berfikir bagaimana memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara bertanam.
Petani di Desa Wolo Kecamatan Penawangan sebagaian besar menggantungkan hidupnya dengan melakukan kegiatan usahatani semangka. Budidaya semangka tidak memerlukan waktu yang lama, kurang lebih dalam jangka tiga Bulan sudah dapat menghasilkan dan harga buahnya relative stabil. Dalam usahatani semangka petani memerlukan input berupa lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja, dan modal. Untuk mendapatkan input usahatani semangka diperlukan biaya usahatani yang terdiri dari biaya eksplist dan implisit.
(29)
Dalam proses produksi semangka sampai panen dan kemudian produk dijual dengan harga tertentu maka akan diperoleh penerimaan. namun penerimaan yang di dapatkan petani cenderung menurun karena kondisi alam yang tidak menentu. Dalam dunia pertanian hal tersebut dapat disebut dengan risiko dan ketidakpastian, karena dunia pertanian sangat bergantung dengan kondisi alam. Risiko dan ketidakpastian yang dialami petani akan cenderung menimbulkan penurunan penerimaan yang diperoleh petani. Dalam menghadapi risiko, setiap petani harus memiliki perilaku yang tepat agar risiko yang dihadapi dapat teratasi dengan baik. Petani memiliki tiga pilihan untuk menghadapi risiko, yaitu perilaku berani, perilaku netral dan perilaku enggan dalam menghadapi risiko.
Penerimaan dikurangi biaya eksplisit akan diperoleh pendapatan. Pendapatan dikurangi biaya implisit akan diketahui keuntungan. Besar kecilnya pendapatan dan keuntungan usahatani semangka selain tergantung pada biaya usahatani, juga dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga pasar.
Dalam penelitian ini membandingkan biaya, pendapatan, dan keuntungan usahatani semangka musim penghujan dan musim kemarau. Perbedaan biaya, pendapatan dan keuntungan tersebut akan mempengaruhi tingkat kelayakan usahatani. Tingkat kelayakan usahatani dapat diketahui dari 4 indikator kelayakan usahatani yaitu : R/C, Produktivitas Lahan,
(30)
18
Untuk lebih jelas kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada bagan berikut :
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Biaya
Produksi (semangka) Usahatani Semangka
Input Lahan Benih Pupuk Tenaga Kerja Modal
Harga Input
Pendapatan Eksplisit
Implisit
Keuntungan
Harga
Penerimaan
Kelayakan
R/C
Produktivitas lahan
Produktivitas tenaga Kerja Produktivitas
modal
Tingkat Risiko
Perilaku Petani terhadap Risiko
Netral
(31)
36
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Fisik Daerah
Dilihat dari peta Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan terletak
diantara dua pegunungan kendeng yang membujur dari arah ke timur dan
berada dibagian timur. Wilayah Grobogan disebelah barat berbatasan dengan semarang dan Demak. Sebelah utara dengan Kudus, Pati dan Blora, sebelah timur dengan Blora dan selatan berbatasan dengan Ngawi (Jawa Timur), Sragen, Boyolali Dan Semarang. Ditinjau secara letak geografis, wilayah
Kabupaten Grobogan terletak diantara 1100 32' - 1110 15' Bujur Timur dan 60
55' - 70 16' Lintang Selatan. (BPS-Grobogan Dalam Angka, 2015)
Kabupaten Grobogan yang memiliki relief daerah pegunungan kapur dan perbukitan serta dataran dibagian tengahnya, secara topografi terbagi kedalam 3 kelompok yaitu :
Daerah dataran rendah berada pada ketinggian sampai 50 meter diatas permukaan air laut dengan kelerengan 00-80 meliputi 15 kecamatan yaitu Kecamatan Kedung jati, Karangrayung, Penawangan, Pulokulon, Kradenan, Tawangharjo,Brati, Klambu, Gubug, Tegowanu, Godong, Purwodadi, Grobogan, Tanggungharjo dan Wirosari. Daerah perbukitan berada pada ketinggian antara 50-100 meter diatas permukaan air laut dengan kelerengan 80-150 meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Gabus, Ngaringan, Toroh dan Geyer. Daerah dataran tinggi berada pada ketinggian 100-500 meter di atas permukaan air laut dengan kelerengan lebih dari 150. Berdasarkan letak
(32)
37
geografis dan reliefnya, Kabupaten Grobogan merupakan Kabupaten yang tiang penyangga perekonomiannya berada pada sektor pertanian.
Kecamatan Penawangan khususnya Desa Wolo berada pada ketinggian 50 meter diatas permukaan laut, yang mana daerah tersebut cocok ditanami tanaman hortikultura seperti semangka.
B. Kependudukan
Berdasarkan hasil sensus penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2015 adalah sebesar 1.351.429 orang yang tersebar di 15 Kecamatan. Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Grobogan pada umumnya masih bekerja di bidang pertanian. Hal ini dikarenakan potensi wilayah Kabupaten Grobogan sebagian besar masih merupakan lahan pertanian. Jumlah Penduduk di Kecamatan sebesar 65.328 jiwa. Penduduk Kecamatan Penawangan mayoritas bermata pencaharian dibidang pertanian hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Wilayah Kecamatan Penawangan Tahun 2015.
No. Mata pencaharian Jumlah
( orang ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Petani sendiri Buruh tani Buruh industri Buruh bangunan Pengusaha Perdagangan Jasa Angkutan ABRI / PNS Lain-lain 18.027 8.621 1.059 1.443 184 8426 3350 958 2088 Sumber : UPT Dinpertan Kecamatan Penawangan 2015
(33)
Berdasarkan tabel 6, Data menunjukan mayoritas penduduk Kecamatan Penawangan berprofesi sebagai petani dengan jumlah 18.027 orang Sedangkan yang berprofesi sebagai buruh tani sebanyak 8.621 orang. Selain bermatapencaharian dibidang pertanian, masyarakat Kecamatan Penawangan ada yang berprofesi sebagai buruh industry sebanyak 1.059 orang, buruh bangunan sebanyak 1.443 orang, pengusaha sebanyak 184 orang, perdagangan sebanyak 8.426 orang, jasa angkutan sebanyak 3.350 orang, ABRI/PNS sebanyak 958 orang dan lain-lain sebanyak 2088 orang.
C. Penggunaan Lahan
Lahan dapat dimanfaatkan menjadi berbagai kegunaan seperti lahan pertanian. Lahan pertanian terdiri dari lahan sawah dan lahan non sawah. Adapun lahan non sawah terdiri dari lahan tegalan/ladang, hutan Negara, kolam, pekarangan dan lainnya. Tabel berikut menyajikan data luas penggunaan lahan di Kecamatan Penawangan pada tahun 2015.
Tabel 7. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Penawangan Tahun 2015.
No. Penggunaan Lahan Luas ( ha ) Jumlah ( ha )
1. 2. Lahan sawah Lahan kering - Tegal - Pekarangan - Kolam
- Hutan Negara - lain-lain 4.816,79 668 1.254,557 1,20 771 470,893 4.816,79 3.165,65
Jumlah 7.982,44 7.982,44
Sumber : UPT Dinpertan Kecamatan Penawangan
Berdasarkan tabel 7, data penggunaan lahan diketahui sebagian besar lahan di Kecamatan Penawangan dimanfaatkan sebagai lahan sawah seluas 4.816 Ha. Sedangkan lahan non sawah seperti tegalan seluas 668 ha,
(34)
39
pekarangan seluas 1.254 ha, kolam seluas 1.20 ha, hutan Negara seluas 771 ha, dan lain-lain seluas 470 ha.
D. Keadaan Iklim
Iklim dapat diartikan sebagai keadaan rata-rata cuaca disuatu daerah dalam waktu yang relative lama. Iklim dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur alam yaitu temperature udara, curah hujan, penguapan dan radiasi matahari. Iklim di Kabupaten Grobogan yang terletak diantara daerah pantai Utara bagian Timur dan daerah bengawan Solo Hulu mempunyai tipe iklim D yang bersifat 1 s/d 6 bulan kering dan 1 s/d 6 bulan basah dengan suhu minimum
260 C. BPS 2015.
Kecamatan Penawangan termasuk iklim golongan D, dengan kondisi iklim demikian pola tanam sebagian besar petani adalah padi-padi-hortikultura. Namun pola tanam petani di Desa wolo adalah Hortikultura-padi-hortikultura.
E. Keadaan Pertanian
Luas lahan pertanian di wilayah Penawangan terdiri dari lahan sawah dan tegalan. Lahan sawah di Penawangan mencapai 4.816 Ha sedangkan luas lahan tegalan mencapai 668 ha. Melihat luas lahan sawah yang dimiliki membuat pemerintah daerah mengembangkan potensi dengan tanaman hortikultura khususnya semangka. Desa wolo salah satu penghasil semangka di Kecamatan Penawangan. Jumlah luas lahan yang digunakan untuk menanam semangka seluas 58 ha dengan produktivitas sebesar 997.600 kwintal/ha dan produksi sebesar 9.976 ton/ha. Desa Wolo termasuk daerah
(35)
yang mempunyai saluran irigasi yang baik. Karena Desa Wolo dilintasi sungai Lusi atau anak sungai dari waduk gedung ombo. Dengan adanya saluran irigasi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan produksi pertanian serta kesejahteraan petani.
(36)
41
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Petani
Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Sehingga dapat dikatakan kualitas dan kuantitas hasil pertanian dipengaruhi oleh pemikiran pelaku usahatani tersebut, yaitu petani. Pada proses usahatani, petani menggunakan pengalaman, wawasan, dan ketrampilan yang dikuasainya.kemampuan ini dapat diukur dari profil petani yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan sampingan dan pengalaman bertani.
1. Umur
Usahatani membutuhkan curahan tenaga yang begitu banyak. Ketika umur petani sudah tidak produktif, tenaganya pun semakin melemah sehingga kemampuan dalam mengolah lahan pertanian untuk menghasilkan produk pertanian yang maksimal dari segi kuantitas maupun kualitas semakin menurun. Berdasarkan umur, usia antara 15-59 tahun adalah usia produktif, sementara usia antara 0-14 tahun dan 60 tahun keatas bukanlah usia produktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Sebaran petani semangka berdasarkan umur di Desa Wolo Kecamatan Penawangan tahun 2016
Umur (tahun) Jumlah Petani Persentase
1-14 0 0%
15-59 38 95%
> 60 2 5%
Jumlah 40 100%
(37)
Berdasarkan tabel 8, diketahui bahwasannya usia terendah adalah 26 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase 3% dari total petani responden. Sementara umur tertinggi adalah 61 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase 3% dari total petani responden. Rata- rata umur petani responden adalah 48 tahun. Bila dilihat pada tabel 8, dapat disimpulkan bahwasannya petani di Desa Wolo mempunyai usia yang masih produktif dengan persentase 95% dari jumlah petani responden, dengan demikian tidak menutup kemungkinan petani tersebut lebih dinamis dan selalu berinovasi untuk meningkatkan hasil usahatani semangka.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam membuka wawasan seseorang akan hal yang baru, menentukan strategi, dan keterbukaan, tidak terkecuali dalam berusahatani semangka. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani semangka maka dapat dikatakan kemampuan pola pikirnya semakin baik, sehingga mampu mengatasi masalah dengan cara yang cepat dan tepat. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan mempengaruhi daya serap ilmu pengetahuan seseorang dengan baik.
Tabel 9. Tingkat pendidikan petani semangka di Desa Wolo Kecamatan Penawangan tahun 2016
Tinggat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
SD 27 67.5
SMP 3 7.5
SMA 10 25
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh petani semangka bervariasi. Tingkat
(38)
43
pendidikan tertinggi yaitu SD sejumlah 27 orang dengan persentase sebesar 67,5%, diikuti dengan lulusan SMA sejumlah 10 orang dengan persentase 25 % dan pendidikan terendah yaitu SMP sejumlah 3 orang dengan persentase 7.5 %. Tingkat pendidikan di Desa Wolo tergolong masih rendah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel lulusan tertinggi adalah SD. Walaupun secara pendidikan formal petani Desa Wolo masih tergolong rendah namun banyak cara yang dapat dilakukan agar petani mendapatkan ilmu. Salah satu cara yang dilakukan petani Desa Wolo yaitu secara otodidak dari bertanya atau bertukar fikiran kepada petani semangka yang sudah dulu berusahatani semangka dan mempraktekan langsung. Hal ini yang membuat petani lebih paham dan mengerti, sehingga dapat mengambil keputusan secara baik dan benar agar mendapatkan hasil yang maksimal.
3. Pekerjaan Sampingan
Untuk menambah pemasukan keuangan, seseorang akan mencari pekerjaan sampingan sebagai salah satu alternatif yang efektif. Beberapa petani Desa Wolo juga memiliki pekerjaan sampingan, dikarenakan pekerjaan utama mereka sebagai petani semangka tidak ada jaminan untuk terus selamanya meraup keuntungan yang besar. Terkadang petani semangka harus menanggung kerugian yang cukup besar dikarenakan gagal panen, dengan demikian penghasilan dari pekerjaan sampingan menjadi andalan untuk menutupi kerugian yang diderita. Berikut ini merupakan data tentang pekerjaan sampingan oleh petani semangka di Desa Wolo.
(39)
Tabel 10. Pekerjaan sampingan petani semangka di Desa Wolo Kecamatan Penawangan tahun 2016
Status Jumlah
(orang) Persentase (%)
Bangunan 7 17.5
Pedagang 6 15
tidak memiliki pekerjaan
sampingan 27 67.5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 10 petani semangka di Desa Wolo mempunyai pekerjaan
sampingan. Pekerjaan sampingan yang banyak dilakukan oleh petani semangka di Desa Wolo adalah menjadi buruh bangunan yakni sebesar 17.5 %. Biasanya petani semangka yang memiliki pekerjaan sampingan, lahan garapan untuk usahatani semangkanya tidak terlalu luas yakni kurang dari 0,5 ha, sehingga para petani mencari uang tambahan guna mencukupi kebutuhannya. Petani yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai kuli bangunan biasanya bekerja dari jam 08.00-16.00 WIB, sehingga petani masih bisa meluangkan waktu untuk usahatani semangka sebelum berangkat dan sepulang bekerja sebagai kuli bangunan. Kemudian yang menjadi pedagang yakni sebesar 15 %. Petani yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang ini umumnya sebagai pedagang buah-buahan, biasanya mereka berjualan dipasar tradisional. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa beberapa dari petani semangka di Desa Wolo memiliki cadangan keuangan tambahan yang dapat digunakan untuk kebutuhan yang mendesak apabila panen semangka yang didapatkan kurang memuaskan.
Sementara sebanyak 67.5 % petani semangka di Desa Wolo tidak memiliki pekerjaan sampingan. Petani yang tidak memiliki pekerjaan sampingan ini memiliki
(40)
45
lahan garapan yang cukup luas untuk usahatani semangkanya yakni lebih dari 0,7 ha. Sehingga dapat dipastikan petani merasa tercukupi dan hanya mengandalkan pemasukan keuangan dari usahatani semangka yang dijalankan.
4. Pengalaman Berusahatani
Usahatani membutuhkan pengalaman untuk dapat mengenali iklim, keadaaan tanah, dan organisme pengganggu tanaman (OPT) di lahan pertanian. Dengan mengetahui hal tersebut petani dapat mengambil keputusan dalam mengalokasikan faktor-faktor input agar mendapat hasil yang maksimal. Pengalaman bertani dapat diukur dari lama bertani. Semakin lama bertani semakin banyak pengalaman dan ketrampilan yang diperoleh. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 11. Sebaran petani semangka menurut Pengalaman Berusahatani di Desa Wolo Kecamatan Penawangan tahun 2016
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 11, rata-rata petani responden melakukan usahatani selama 14 tahun. Pengalaman petani responden dari 5-15 tahun adalah terbanyak yaitu sebesar 65% dari total pengalaman petani secara keseluruhan. Di Desa Wolo, petani yang memiliki pengalaman berusahatani paling sedikit adalah 5 tahun dengan jumlah 2 petani sementara petani yang memiliki pengalaman berusahatani paling lama adalah 31 tahun dengan jumlah 1 orang. Dilihat dari keadaan pengalaman berusahatani di Desa Wolo, pengalaman petani dalam
Lama Berusahatani
(tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
5-15 26 65
16-26 11 27.5
≥ 27 3 7.5
(41)
berusahatani semangka cukup berpengalaman. Dengan pengalaman usahatani yang cukup, diharapkan petani mampu melakukan inovasi baru dari pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki dengan tujuan untuk meningkatkan hasil usahataninya.
5. Status Lahan Garapan
Usahatani membutuhkan media tanam yang menyediakan unsur hara tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi. Tidak semua petani memiliki hak milik terhadap lahan pertanian. Petani yang tidak memiliki lahan dapat mengolah lahan dengan menyewa milik orang lain. Sewa lahan membutuhkan sejumlah uang sebagai biaya sewa. Harga sewa per-musim pada waktu penelitian (tahun 2015) dilokasi penelitian mencapai ± Rp 9.000.000 /ha. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. sebaran petani menurut status kepemilikan lahan di Desa Wolo Kecamatan Penawangan tahun 2016
Status Lahan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Hak Milik 16 40
Sewa 24 60
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 12, dapat diketahui bahwa pemilik yang memiliki status lahan sewa lebih banyak dibanding lahan milik sendiri yaitu dengan persentase 60%. Lahan sewa untuk musim penghujan dan musim kemarau memiliki luasan
tertinggi yang sama yaitu seluas 20.000 m2 dengan luas rata-rata lahan yaitu 6.834
m2 untuk musim penghujan dan 7.224 m2 untuk musim kemarau. Sedangkan
(42)
47
memiliki luasan tertinggi yang sama yaitu 10.000 m2 dengan luas rata-rata lahan
yaitu 3.161 m2 untuk musim penghujan dan 2.773 m2 untuk musim kemarau.
Mayoritas petani Desa Wolo mengolah lahan sewa milik orang lain. Petani yang menyewa lahan biasanya petani yang memang tidak memiliki lahan dan ingin berusahatani semangka. Petani penyewa lahan memiliki tanggungjawab yang lebih besar dibanding petani dengan lahan milik sendiri karena dengan status sewa lahan biaya yang dibutuhkan menjadi lebih banyak. Sehingga petani dituntut untuk lebih intensif dalam mengelola usahatani semangka agar mendapatkan hasil yang maksimal.
B. Analisis Usaha Tani semangka
Usahatani semangka di Desa Wolo memerlukan waktu dua sampai tiga Bulan untuk sekali musim tanam. Dalam satu tahun usahatani semangka dilakukan sebanyak dua kali musim tanam yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Luas lahan yang digunakan pada masing-masing musim berbeda, untuk
musim penghujan rata-rata penggunaan lahan 7.710 m2 sedangkan musim
kemarau 8.340 m2. Untuk mengetahui analisis kelayakan dengan jumlah
responden yang berbeda maka diperlukan konversi lahan agar hasil yang didapat seimbang. Jika dilihat dari luas lahan keseluruhan yang digunakan untuk usahatani dari kedua musim maka nilai konversi lahan yang mendekati yakni 10.000 m2.
(43)
1. Biaya Eksplisit
Biaya eksplisit yang digunakan dalam usaha tani semangka meliputi biaya TKLK, biaya penggunaan benih, biaya pupuk, biaya pestisida, penyusutan alat dan sewa lahan dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Benih
Benih merupakan faktor awal yang menentukan dalam usahatani. Benih yang baik akan menghasilkan produk pertanian yang bagus secara kualitas maupun kuantitas. Dilokasi penelitian ada beberapa jenis benih yang digunakan, seperti Bali Flower dan 311. Setiap jenis benih memiliki keunggulan dan kelemahan sehingga tergantung dari masing-masing petani. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13 Penggunaan benih dan biaya pada usahatani semangka di Desa Wolo
Kecamatan Penawangan tahun 2016 per 10.000 m2
Musim Penghujan Musim Kemarau
Jumlah (pes) Biaya (Rp) Jumlah (pes) Biaya (Rp)
rata-rata
penggunaan benih 16.1 801.859 16.4 835.306
Sumber : Data Primer
Mayoritas petani dilakosi penelitian menggunakan benih Bali Flower. Benih jenis ini sudah lama digunakan oleh para petani, harga benih ini untuk 1 pesnya sebesar Rp 48,000-. Berdasarkan Tabel 13, penggunaan benih untuk musim penghujan dan musim kemarau tidak jauh berbeda, untuk luasan lahan
10000 m2 pada musim penghujan membutuhkan 16.1 pes dengan total biaya Rp
801.859 sedangkan untuk musim kemarau dengan luasan lahan yang sama membutuhkan 16.4 pes dengan total biaya Rp 835.306. Biaya benih lebih besar
(44)
49
pada musim kemarau karena kebiasaan petani yang menggunakan benih lebih banyak pada saat musim kemarau untuk tambal sulam atau mengantisipasi benih yang tidak tumbuh saat pesemaian.
b. Pupuk
Tanaman semangka membutuhkan nutrisi untuk dapat tumbuh dan berkembang. Nutrisi yang dibutuhkan tanaman berupa unsur hara yang terdapat pada media tanam yaitu lahan pertanian. Lahan pertanian yang ditanami secara terus menerus membuat kandungan unsur hara yang ada pada lahan lama-kelamaan semakin menurun. Untuk itu perlu adanya Pemupukan agar mengembaliakan unsur hara bagi tanaman tersebut. Berikut adalah tabel penggunaan pupuk pada usahatani semangka :
Tabel 14. Penggunaan pupuk dan biaya pada usahatani semangka di Desa Wolo
Kecamatan penawangan tahun 2016 per 10.000 m2
Uraian Pupuk Musim Penghujan Musim Kemarau
Jumlah (kg) Biaya (Rp) Jumlah (kg) Biaya (Rp)
Kandang 287 215.223 276 206.835
Phonska 763 1.755.485 785 1.806.355
Urea 17 30.112 16 28.058
ZA 232 324.283 229 321.043
SP-36 111 221.979 105 209.832
KNO 19 342.251 20 362.702
Mutiara 46 419.790 50 457.794
Saprodap 7 56.487 9 75.540
Jumlah 3.365.610 3.468.158
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 14, secara keseluruhan penggunaan pupuk yang lebih banyak adalah usahatani semangka musim kemarau. Penggunaan pupuk yang lebih banyak pada saat musim kemarau adalah pupuk phonska. Sedangkan untuk penggunaan pupuk tambahan (non Subsidi) adalah KNO dan Mutiara.
(45)
Penggunaan pupuk tambahan untuk mempercepat pertumbuhan semangka agar mendapat berat yang maksimal. Dengan penggunaan lebih banyak pupuk, petani berharap mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu pada saat musim kemarau air dilahan terbatas meski telah dibantu dengan irigasi namun tidak semua petani dapat merasakan pengairan yang maksimal karena terkendala lokasi lahan yang cukup jauh. Sehingga pada saat musim kemarau menggunakan pupuk yang lebih banyak di banding musim penghujan.
c. Pestisida
Penggunaan pestisida pada tanaman bertujuan untuk membunuh hama seperti serangga perusak tanaman dan penyakit seperti jamur. Pestisida perperan penting dalam keberhasilan usahatani semangka, karena tanaman semangka rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Di Lokasi penelitian Pestisida
terdiri dari 2 jenis yaitu Insektisida dan Fungisida. Berikut ini penggunaan
(46)
51
Tabel 15. Penggunaan dan biaya pestisida oleh petani semangka Desa Wolo
Kecamatan Penawangan tahun 2016 per 10.000 m2
Uraian Pestisida Musim Penghujan Musim Kemarau Penggunaan Biaya (Rp) penggunaan Biaya (Rp) Fungisida
Antrakol (Kg) 2 216.595 2 216.450
Folirfos (lt) 0.7 43.099 0.65 41.966
Akrobat (bks 40 gr) 0.8 25.865 0.75 25.105
Dhitane (kg) 0.10 9330 0.12 11.391
Score (btl 250 ml) 0.3 25.634 0.2 23.885
chekpoint (kg) 0.13 9.823 0.12 9.153
kristalon (kg) 0.10 2.475 0.06 1.499
Atonik (lt) 0.9 78.135 0.9 75.596
Supergro (lt) 1.7 46.321 1.53 41.532
Insektisida
Prevaton (btl 250 ml) 1 127.195 1 125.488
konfidor (bks 100 gr) 0.5 13.576 0.6 15.812
spontan (lt) 1.3 86.563 1.2 81.094
atabron (btl 100 ml) 0.2 8.043 0.15 7.494
muspilan (btl 400 ml) 0.4 28.222 0.3 28.065
menset (lt) 0.03 2.091 0.03 1.948
math (btl 100 ml) 0.6 27.603 0.48 22.862
amistartop (btl 50 ml) 0.3 22.970 0.3 29.436
marsal (btl 500 ml) 0.5 22.560 0.48 20.953
Jumlah 796.098 779.729
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 15, untuk penggunaan pestisida tidak terlalu banyak perbedaan antara musim penghujan dan musim kemarau hanya saja biaya pestisida paling tinggi ada pada musim penghujan. Hal ini dikarenakan harga pestisida yang tidak sama di toko pertanian. Selain itu Pestisida yang banyak digunakan di musim pengujan maupun musim kemarau adalah antrakol. Pestisida antrakol mampu mengatasi serangan penyakit kriting pada daun sehingga banyak digunakan para petani. Dosis penggunaanya sendiri 1.5-2 kg/ha dengan cara
(47)
seperlunya saja. Kemudian banyaknya jenis Fungisida yang digunakan petani karena petani ingin melakukan pencegahan secara dini, sehingga penyakit tidak
secara langsung menyerang tanaman semangka. Untuk insektisida yang paling
banyak digunakan petani adalah spontan. Petani Desa Wolo biasanaya menggunakan Dosis 1 liter/botol dengan cara disemprotkan. Dosis ini bisa ditambahkan tergantung banyaknya serangan dari hama sendiri. Sama halnya
dengan fungisida, penggunaan insektisida juga banyak diberikan oleh petani hal
ini untuk mencegah supaya serangan hama seperti ulat dan kutu (Aphis) agar
tidak menyerang tanaman semangka.
d. Tenaga Kerja Luar Keluarga
Tenaga Kerja Luar Kelauarga (TKLK) adalah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga petani semangka dan biaya tersebut dikeluarka secara nyata. Untuk melihat pengeluaran tenaga kerja luar keluarga (TKLK) usahatani semangka dalam masing-masing musim dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 16. penggunaan dan rata-rata biaya TKLK usahatani semangka di Desa
Wolo Kecamatan Penawangan per 10.000 m2
uraian Kegiatan Musim Penghujan Musim Kemarau
Jumlah HKO Biaya Jumlah HKO Biaya
pengolahan tanah 14.77 2.613.660 15.2 2.665.321
pembibitan 4.63 360.730 4.41 348.954
penanaman 7.56 460.280 7.46 454.239
pemupukan 3.0 215.045 3.0 215.185
perawatan 0.58 36.031 0.6 43.165
pengendalian
OPT 0.35 21.738 0.36 23.831
pemanenan 19.11 2.764.907 19.45 2.824.541
Jumlah 6.472.392 6.575.237
(48)
53
Berdasarkan tabel 16, secara keseluruhan biaya TKLK paling tinggi pada usahatani semangka musim kemarau. Penggunaan tenaga kerja yang paling banyak yaitu pada proses pengolahan tanah dan pemanenan. Hal ini dikarenakan pada saat proses pengolahan tanah dan pemanenan membutuhkan banyak tenaga kerja agar dapat berjalan dengan cepat. Selain itu pengerjaan pengolahan tanah dan pemanenan menggunakan sistem borong. Dengan sistem borong seperti ini dapat menyingkat waktu pengerjaan karena dilakukan dengan banyak tenaga kerja dan hasilnya dapat maksimal. Kemudian para petani Desa Wolo dalam melakukan proses pengolahan tanah, pembenihan dan pemanenan, menggunakan upah dengan sistem borong pula. Upah borong untuk pengolahan tanah dengan luasan 1 ha adalah Rp 2.700.000. Sedangkan untuk upah borong pembibitan menggunakan sistem pes/ per bungkus benih semangka. Untuk satu pes diupah 25.000-30.000 rupiah. Sedangkan untuk pemanenen dengan sistem RIT (satu truck). Satu RIT diupah Rp 700.000,- biasanya untuk satu RIT berisi 5000 kg semangka. Sedangkan untuk proses penanaman, perawatan, dan pengendalian OPT menggunakan sistem upah harian. Untuk satu hari pengerjaan petani
biasanya memberikan upah sebesar Rp 80.000 – 100.000,-. Biasanya dengan upah
Rp 80.000,- sehari tenaga kerja disediakan makan pagi dan siang. sedangkan Untuk upah Rp 100.000,- sehari tenaga kerja tidak disediakan makan (bebas).
(49)
e. Penyusutan Alat
Penyusutan alat merupakan biaya yang dikeluarkan secara tidak tunai dan tidak diperhitungkan oleh petani semangka. Tetapi pada peritungan biaya produksi merupakan biaya tunai. Biaya penyusutan alat masuk dalam biaya usahatani karena alat tidak digunakan sekali pakai. Berikut nilai penyusutan alat dalam usahatani semangka di Desa Wolo :
Tabel 17. Biaya penyusutan alat yang digunakan untuk usahatani semangka di Desa Wolo Kecamatan Penawangan tahun 2016
Uraian penyusutan Alat
Musim Penghujan Musim Kemarau
Nilai (Rp) Nilai (Rp)
Cangkul 7.127 7.127
Sabit 4.847 4.847
hand sprayer 51.965 51.965
Mulsa 382.444 382.444
Jumlah 446.382 446.382
Sumber : Data Primer
Berdasarka tabel 17, diketahui bahwa biaya penyusutan tertinggi adalah penyusutan mulsa sebesar Rp 382.444,- karena mulsa pada usahatani semangka merupakan hal yang penting. karena peran dan fungsi mulsa yang sangat penting untuk keberhasilan panen semangka, selain itu harga mulsa untuk satu gulung
(rol) tergolong cukup mahal yakni berada dikisaran Rp. 500.000 – 600.000
sementara penggunaan mulsa hanya bertahan untuk 2 – 3 kali pemakaian dalam 1
tahun. Kemudian untuk penyusutan alat cangkul, sabit dan hansprayer yaitu sebesar Rp 7.127, Rp 4.847, dan Rp 51.965,-. Penggunaan alat cangkul, sabit, dan hand sprayer tergolong lama dan awet sehingga nilai penyusutannya cukup sedikit.
(50)
55
f. Biaya sewa lahan
Biaya sewa lahan merupakan jenis biaya yang dikeluarkan secara nyata atau termasuk biaya eksplisit. Selama setahun, petani responden melakukan usahatani selama 2 kali pada tanaman semangka. Dibawah ini adalah pengeluaran biaya sewa lahan pada usahatani semangka di Desa Wolo.
Tabel 18 Biaya rata-rata Sewa lahan pada usahatani semangka di Desa Wolo
tahun 2016 per 10.000 m2
Sewa lahan
Musim hujan Musim kemarau
Per-musim Per-musim
Biaya Rp 8.752.371,- Rp 8.747.927,-.
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 18, Sewa lahan di Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan untuk musim penghujan dan musim kemarau memiliki
rata-rata luas lahan yang sudah dikonversi konversi menjadi 10.000 m2. Sehingga
biaya per musim untuk sewa lahan pada musim penghujan sebesar Rp 8.752.371,- Sedangkan untuk musim kemarau sebesar Rp 8.747.927 per musim. g. Irigasi
Tanaman hortikultura khususnya semangka membutuhkan air untuk melarutkan nutrisi dan diserap ke setiap bagian tanaman. Kebutuhan air untuk tanaman semangka cukup tinggi. Pada MT II (Musim kemarau) curah hujan yang sedikit tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Sedangkan pada MT I (musim penghujan) curah hujan tinggi cukup untuk mengairi tanaman semangka. Irigasi di Desa Wolo dikelola oleh Kelompok Darmo Tirto. Setiap musim tanam penghujan maupun musim kemarau, Kelompok Darmo Tirto selalu siap untuk mengaliri air ke lahan petani. Para petani biasanya memberikan iuran irigasi
(51)
kepada Kelompok Darmo Tirto. Untuk pembayaran iuran irigasi biasanya setiap
musimnya berbeda, pada musim kemarau untuk luasan 10.000 m2 petani
mengeluarkan biaya Rp 1.000.000. pada musim penghujan untuk luasan 10.000
m2 petani mengeluarkan Rp 200.000 lebih murah dibanding musim kemarau.
Dengan adanya irigasi ini petani tidak perlu mencari air untuk menyirami tanaman semangka. Irigasi pada musim penghujan tidak se intensif musim kemarau karena masih terbantu dengan curah hujan yang turun. Sehingga Biaya
rata-rata irigasi pada musim penghujan untuk luas lahan 10000 m2 sebesar Rp
199.903,- sedangkan untuk musim kemarau sebesar Rp 1.023.681,-.
h. Pajak
Biaya pajak tanah di Desa Wolo tergolong rendah, untuk musim penghujan, rerata biaya pajak tanah sebesar Rp. 12.646. sedangkan untuk musim kemarau rerata biaya pajak tanah sebesar Rp 11.091. Pajak tanah sendiri dihitung dari luas tanah yang digarap. Dilokasi penelitian untuk satu hektar nya pajak yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp 40.000,-
Secara keseluruhan total biaya eksplisit yang dikeluarkan untuk usahatani semangka di Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan pada musim penghujan adalah sebesar Rp 20.847.262,- dan pada musim kemarau sebesar Rp 21.887.530. selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
(52)
57
Tabel 19. total biaya eksplisit usahatani semangka musim penghujan dan musim kemarau Desa Wolo Kecamatan Penawangan
Uraian musim peghujan musim kemarau
Biaya (Rp) Biaya (Rp)
Benih 801.859 835.306
Pupuk 3.365.610 3.468.158
Pestisida 796.098 779.729
TKLK 6.472.392 6.575.237
Penyusutan 446.382 446.382
Sewa Lahan 8.752.371 8.747.927
Irigasi 199.903 1.023.681
Pajak 12.646 11.091
Jumlah 20.847.262 21.887.530
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 19, rata-rata total biaya eksplisit yang dikeluarkan pada usahatani semangka lebih tinggi musim kemarau yaitu sebesar Rp 21.887.530 dan pada musim penghujan sebesar Rp 20.847.262, dengan selisih biaya sebesar Rp 1.040.268,-. Biaya tertinggi dalam biaya eksplisit di musim kemarau dan musim hujan yang dikeluarkan untuk usahatani semangka yaitu biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) sebesar Rp 6.575.237 pada musim kemarau dan pada musim hujan sebesar Rp 6.472.392 dengan selisih sebesar Rp 102.845,-. Hal ini dikarenakan usahatani semangka membutuhkan banyak tenaga kerja dalam pengerjaanya. Sedangkan biaya eksplisit terendah yaitu biaya pajak pada musim penghujan sebesar Rp 12.646 dan pada musim kemarau sebesar Rp 11.091.
(53)
2. Biaya Implisit
Biaya implisit adalah biaya yang sifatnya hanya diperhitungkan saja sebagai biaya, tidak benar-benar merupakan pengeluaran yang dibayarkan secara nyata pada usahatani semangka.
a. Tenaga Kerja Dalam Keluarga
Tenaga kerja dalam kelurga merupakan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga, baik petani semangka itu sendiri ataupun anggota keluarga yang lain. Biaya tenaga kerja dalam keluarga dikeluarkan tidak secara nyata dalam setiap usahatani semangka. Untuk melihat pengeluaran tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) petani semangka dalam masing-masing musim dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 20. biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) usahatani semangka di
Desa Wolo Kecamatan Penawangan tahun 2016 per 10.000 m2
Uraian Kegiatan Musim Penghujan Musim Kemarau
Jumlah HKO Biaya Jumlah HKO Biaya
Pengolahan tanah 0.10 14.023 0.12 15.737
Pembibitan 0.58 44.093 0.58 44.479
Penanaman 0.68 39.785 0.65 38.021
Pemupukan 1.13 81.890 1.08 76.521
Perawatan 1.87 124.550 1.77 121.590
pengendalian OPT 1.64 94.341 1.56 92.746
Pemanenan 0 0 0 0
Jumlah 398.681 389.094
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 20, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga tidak sebanyak tenaga kerja luar keluarga baik di musim penghujan maupun musim kemarau. Tenaga kerja dalam keluarga tidak terlalu banyak dibutuhkan. Para petani menggunakan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani semangka
(54)
59
paling banyak pada saat proses penyemprotan dan perawatan. Karena proses ini ringan dan bisa dikerjakan oleh petani sendiri. sedangkan untuk proses pengolahan tanah, penanaman dan pemupukan, petani hanya membantu seperlunya saja. Karena proses ini banyak dikerjakan oleh tenaga kerja luar keluarga.
b. Biaya Bunga Modal Sendiri
Bunga modal sendiri dihitung dari biaya yang benar-benar dikeluarkan atau biaya eksplisit dikalikan dengan suku bunga pinjaman yang berlaku. Bunga bank pinjaman yang berlaku di tempat penelitian sebesar 9% per tahun yaitu bunga bank BRI. bunga bank per musimnya yaitu 3%. Jadi rata-rata biaya bunga modal sendiri yang dikeluarkan pada usaha budidaya udang pada musim Penghujan sebesar Rp 625.418 dan pada musim kemarau sebesar Rp 656.625 dengan selisih Rp 31.207.
c. Biaya Sewa Lahan Milik Sendiri
Biaya sewa lahan milik sendiri merupakan jenis biaya yang dikeluarkan secara tidak nyata atau termasuk biaya implisit.
Tabel 21 Biaya rata-rata Sewa lahan milik sendiri pada usahatani semangka di
Desa Wolo tahun 2016 per 10.000 m2
Sewa lahan
Musim hujan Musim kemarau
Per-musim Per-musim
Biaya Rp 8.319.672,- Rp 8.300.865,-.
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 21, Sewa lahan milik sendiri di Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan untuk musim penghujan dan musim kemarau
(55)
Sehingga biaya per musim untuk sewa lahan milik sendiri pada musim penghujan sebesar Rp 8.319.672,- Sedangkan untuk musim kemarau sebesar Rp 8.300.865 per musim.
Total biaya implisit yang dikeluarkan petani semangka dalam menjalankan usahatani semangka di Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan adalah sebesar Rp 9.343.771 pada musim penghujan dan pada musim kemarau sebesar Rp 9.346.585. selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 22. total biaya implisit usahatani semangka musim penghujan dan musim
kemarau di Desa Wolo tahun 2016 per 10.000 m2
Uraian musim peghujan musim kemarau
Biaya (Rp) Biaya (Rp)
TKDK 398.681 389.094
Bunga modal sendiri 625.418 656.625
Biaya sewa lahan milik
Sendiri 8.319.672 8.300.865
Jumlah 9.343.771 9.346.585
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 22, rata-rata total biaya implisit yang dikeluarkan pada usahatani semangka lebih tinggi musim kemarau yaitu sebesar Rp 9.346.585 dan pada musim kemarau sebesar Rp 9.343.771, dengan selisih biaya sebesar Rp 2.814,-. Biaya tertinggi pada biaya implisit pada musim penghujan dan musim kemarau adalah biaya sewa lahan milik sendiri. Sehingga nilai sewa lahan milik sendiri lebih tinggi dibanding tenaga kerja dalam keluarga maupun bunga modal sendiri.
Total biaya produksi usahatani semangka di Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan dapat diuraikan menjadi biaya eksplisit dan biaya implisit. Yang termasuk Biaya eksplisit adalah biaya penyusutan, TKLK,
(56)
61
Biaya Sewa lahan, sarana produksi, dan lainnya. Sedangkan biaya implisit terdiri dari bunga modal sendiri, sewa lahan sendiri, dan TKDK. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 23. penggunaan biaya usahatani semangka musim penghujan dan musim
kemarau di Desa Wolo tahun 2016 per 10.000 m2
Uraian
Musim Penghujan Musim Kemarau
Biaya Total Biaya Biaya Total Biaya
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Biaya Eksplisit
Benih 801.859 835.306
Pupuk 3.365.610 3.468.158
Pestisida 796.098 779.729
TKLK 6.472.392 6.575.237
Penyusutan 446.382 446.382
Sewa Lahan 8.752.371 8.747.927
Irigasi 199.903 1.023.681
Pajak 12.646 11.091
total biaya 20.847.262 21.887.530
Eksplisit Biaya Implisit
TKDK 398.681 389.094
Bunga modal
sendiri 625.418 656.625
Biaya sewa lahan milik
Sendiri 8.319.672 8.300.865
total biaya
implisit 9.343.771 9.346.585
total biaya 30.191.033 31.234.115
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 23, diketahui bahwa secara keseluruhan usahatani semangka musim kemarau menggunakan biaya yang lebih tinggi sebesar Rp 31.234.115,- lebih tinggi dibanding usahatani semangka musim penghujan sebesar 30.191.033,- dengna selisih sebesar Rp 1.043.082,-. Upah tenaga kerja, biaya sewa lahan, biaya penyusutan alat, biaya irigasi, adalah biaya-biaya yang
(57)
menyebabkan usahatani semangka menjadi lebih tinggi. Jika dilihat hanya dari biaya eksplisit, maka biaya tenaga kerja luar keluarga adalah biaya paling tinggi dikeluarkan oleh petani. Biaya tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani semangka musim penghujan dan musim kemarau sama-sama tinggi, namun secara keseluruhan biaya tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani semangka musim kemarau lebih tinggi dibanding musim penghujan. Hal ini karena usahatani semangka membutuhkan banyak tenaga kerja. Tenaga kerja yang banyak di gunakan pada saat proses pengolahan tanah, tanam, dan pemanenan.
Dilihat dari biaya eksplisit pada usahatani semangka musim kemarau, penggunaan penyusutan alat, benih, pupuk, pestisida, dan biaya irigasi pada usahatani semangka masing-masing senilai Rp 446.382,-, Rp 835.306,- , Rp 3.468.158,-, Rp 779.729,-, dan Rp 1.023.681,-, cenderung lebih tinggi dibanding usahatani semangka musim penghujan. Perbedaan biaya penyusutan alat, benih, dan pestisida sesungguhnya tidak terlalu nyata karena karena tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap biaya eksplisit. Akan tetapi, tingginya biaya irigasi dan pupuk memberikan andil yang cukup besar dalam biaya eksplisit. Tingginya biaya irigasi pada saat musim kemarau dipengaruhi oleh mahalnya iuran irigasi yang dibayarkan petani kepada Kelompok Darmo Tirto yang mencapai Rp 1.000.000,-/ha, jika dibandingkan iuran irigasi pada saat musim penghujan yang hanya sebesar Rp 200.000,-/ha. Untuk tingginya biaya pupuk disebabkan oleh penggunaan phonska dan pupuk non subsidi saprodap, KNO dan mutiara. Secara keseluruan biaya eksplisit usahatani semangka musim kemarau lebih tinggi dibanding usahatani musim penghujan yaitu sebesar Rp 21.887.530.,-. Kemudian
(58)
63
sama halnya dengan biaya implisit lebih tinggi usahatani semangka musim kemarau dibanding musim penghujan yaitu sebesar Rp 9.346.585,-. Tingginya biaya implisit musim penghujan disebabkan oleh sewa lahan milik sendiri dan bunga modal sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dilihat dari segi biaya, usahatani semangka musim kemarau memerlukan biaya lebih tinggi dibanding usahatani semangka musim penghujan.
C. Keuntungan
Keuntungan dalam usahatani sangat ditentukan oleh nilai penerimaaan, berikut ini adalah data penerimaan, pendapatan, dan keuntungan yang diterima petani.
Tabel 24. Penerimaan, Pendapatan, dan Keuntungan Usahatani Semangka musim
penghujan dan musim kemarau di Desa Wolo per 10.000 m2
Keterangan Usahatani Semangka
Musim Hujan Musim Kemarau
Penerimaan 41.579.953 54.542.828
Eksplisit 20.847.262 21.887.530
Pendapatan 20.732.691 32.655.298
Implisit 9.343.771 9.346.585
Keuntungan 11.388.920 23.308.713
Sumber : Data Primer
Penerimaan pada usahatani semangka musim penghujan dan musim kemarau sama-sama diterima dari penjualan ke penebas. Harga per luasan lahan tidak selalu sama tergantung dari hasil negosiasi dengan penebas. Jumlah petani yang menjual panenan ke penebas mencapai 100 % dari total responden. Harga per kilo semangka jika dilihat dari hasil nilai tertimbang pada saat musim kemarau lebih tinggi di banding musim penghujan sebesar Rp 2.598. Produksi semangka yang dihasilkan pada musim kemarau sebesar 20.998 ton/ha lebih tinggi
(59)
dibanding dengan musim penghujan sebesar 17.903 ton/ha. Sehingga penerimaan tertinggi usahatani semangka yaitu pada musim kemarau sebesar Rp 54.542.828 sedangkan penerimaan semangka pada saat musim penghujan sebesar Rp 41.579.953 dengan selisih penerimaan sebesar Rp 12.962.875,-
Berdasarkan tabel 24, diketahui bahwa secara keseluruhan usahatani semangka musim penghujan dan musim kemarau sama-sama menguntungkan. Usahatani semangka yang paling menguntungkan adalah usahatani semangka musim kemarau dengan nilai keuntungan sebesar Rp 23.308.713,-. Sedangkan untuk musim penghujan sebesar Rp 11.388.920, dengan selisih keuntungan sebesar Rp 11.919.793.- Keuntungan ini berdasarkan penerimaan yang diterima petani pada saat musim kemarau lebih tinggi di banding musim penghujan. Hal ini dikarenakan harga perkilo semangka pada saat musim kemarau lebih stabil dibanding musim penghujan yang cenderung naik-turun diakibatkan curah hujan yang tinggi. Selain itu berat semangka pada saat musim kemarau lebih tinggi dibanding musim penghujan, rata-rata berat semangka pada saat musim kemarau 7-8 kg hal ini juga yang membuat keuntungan dari hasil panen semangka lebih tinggi. Oleh karena itu, usahatani semangka musim kemarau merupakan usahatani yang lebih menguntungkan.
D. Kelayakan
Kelayakan usahatani dapat ditentukan dengan menggunakan indikator kelayakan. Indikator yang digunakan meliputi RC Rasio, Produktifitas lahan, Produktifitas modal, Produktifitas Tenaga Kerja. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
(60)
65
Tabel 25. Kelayakan usahatani semangka musim penghujan dan musim kemarau
di Desa Wolo Kecamatan Penawangan per 10.000 m2
Usahatani RC Prod Lahan Prod Prod TK
Rasio (Rp/Ha) Modal (%) (Rp/HKO)
Semangka Musim 1.38 20.333.947 88 2.997.328
Penghujan
Semangka Musim 1.75 32.226.139 139 5.253.968
Kemarau
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 25, dilihat dengan menggunakan empat indikator kelayakan, usahatani musim penghujan dan musim kemarau dapat dikatakan layak. Dari keempat indikator tersebut mayoritas kelayakan terbesar ada pada usahatani semangka musim kemarau.
Dilihat dari R/C pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan musim hujan. Pada musim kemarau R/C sebesar 1.75 dan musim hujan sebesar 1.38, yang berarti usahatani semangka pada musim kemarau dan musim hujan di Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan layak untuk diusahakan, artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan pada musim kemarau akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.75. Begitupun pada musim hujan, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1.38. Hal ini dikarenakan nilai R/C lebih besar dari pada 1.
Untuk nilai produktivitas lahan pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan musim hujan, yaitu sebesar Rp 32.226.139/ha. Sedangkan nilai produktivitas lahan pada musim penghujan sebesar Rp 20.333.947/ha. Produktifitas lahan dikatakan layak karena lebih dari Rp 9.000.000/ha untuk sewa lahan yang ada di Desa Wolo. Artinya petani Desa Wolo lebih baik menggunakan
(1)
(2)
Lampiran 1 Profil Petani
No Nama Umur Tingkat
Pendidikan Pekerjaan Sampingan Lama Bertani Semangka (Tahun)
Luas dan status lahan
Milik Sendiri Sewa
ha m2 ha m2
1 Ahmad amin 49 SD Bangunan 14 0.35 3500 0 0
2 Mashuri 48 SMA - 12 0.5 5000 0 0
3 Sutarjo 55 SD - 12 1 10000 0 0
4 Mujiono 37 SMA Pedagang 11 0.5 5000 0 0
5 Edi Subeno 38 SMA - 10 0.7 7000 0 0
6 Suhadak 56 SD - 15 1 10000 0 0
7 Sapiyo 51 SD - 16 0.7 7000 0 0
8 Domo 60 SD - 18 0.35 3500 0 0
9 Harno 55 SD Pedagang 10 0.35 3500 0 0
10 Widodo 43 SMA - 10 0.7 7000 0 0
11 Agus 41 SMA - 17 0 0 0.35 3500
12 Ngadiyo 56 SD Bangunan 10 0.7 7000 0 0
13 Rumadi 53 SD Bangunan 11 0 0 0.7 7000
14 Kundori 39 SD Bangunan 5 0 0 0.35 3500
15 Suyadi 51 SD - 8 0 0 0.5 5000
16 Zaenuri 45 SD Pedagang 10 0.35 3500 0 0
17 Suradi 57 SD - 10 0.5 5000 0 0
18 Rudi Kuncoro 43 SMA - 12 0.7 7000 0 0
19 Sikin 50 SD - 19 0 0 1 10000
20 Marsono 52 SD - 20 0 0 1.5 15000
21 Badri 55 SD - 11 0 0 0.7 7000
22 Indarto 61 SD - 18 0 0 0.7 7000
23 Sudono 59 SMA - 23 0 0 1 10000
24 Puji Santoso 41 SD - 15 0 0 0.7 7000
25 Suprapto 50 SD - 27 0 0 0.7 7000
26 Suharno 43 SD - 10 0 0 0.175 1750
27 Sapak 54 SD Pedagang 35 0 0 1 10000
28 Sukir 31 SMP Bangunan 5 0 0 0.7 7000
29 Maulana Alfi 26 SMP Bangunan 6 0 0 1 10000
30 Saswito 46 SD Bangunan 16 0 0 0.35 3500
31 Zainal Abidin 53 SD - 11 0 0 0.35 3500
32 Sujiman 58 SD - 31 0 0 2 20000
33 Rohmad Riyadi 39 SMA - 10 0.35 3500 0 0
34 Harjono 45 SMA Pedagang 15 0 0 1.75 17500
(3)
36 Mahfudhon 54 SD - 16 0 0 1.5 15000
37 Jumain 40 SMP - 11 1 10000 0 0
38 Bandiyo 55 SD - 10 0 0 0.35 3500
39 Suparmin 45 SD - 20 0 0 0.7 7000
40 Puryanto 53 SD - 11 0 0 1 10000
Jumlah 9.750 97500 21.075 210750
Rata-rata 0.244 2438 0.527 5269
Lampiran 2. Regresi Perilaku Petani Terhadap Risiko
A.
Musim Penghujan
No Fungsi Utiliitas t hitung sig R² f hitung
1 U= -5.398+6.198X' -5.81X² -3.137 0.026 0.832 12.382
2 U= 2.561 + 2.715 - 6.28 -0.648 0.541 0.171 0.620
3 U= -3.030+3.150-1.41 -9.895 0.000 0.974 95.095
4 U=-31.238+2.527-4.03 -2.367 0.064 0.958 56.884
5 U=-12.178+1.584-2.58 -0.334 0.752 0.752 6.602
6 U= -0.784+1.433-4.44 -9.212 0.000 0.971 102.160
7 U= -0.857+8.188-1.84 -4.053 0.007 0.946 52.631
8 U= -0.364+8.883-2.22 -4.260 0.005 0.989 266.237
9 U= -0.483+4.824-3.95 -1.121 0.305 0.975 118.036
10 U= -0.703+8.370-1.41 -1.131 0.301 0.946 51.129
11 U= -0.229-3.89+2.700 2.784 0.032 0.905 28.456
12 U= -0.781+7.283-1.38 -5.586 0.001 0.953 61.09
13 U= -1.035+8.903-2.09 -3.12 0.021 0.886 23.271
14 U= -1.050+1.244-3.93 -3.528 0.012 0.887 23.666
15 U= -0.334+1.345+2.483 2.114 0.079 0.909 29.985
16 U= -0.254-2.91+3.590 2.517 0.045 0.889 24.008
17 U= -0.189+4.498+5.743 4.008 0.007 0.966 84.361
18 U= -0.926+7.692-1.52 -1.785 0.125 0.903 28.060
19 U= -0.592+1.748+7.278 0.305 0.771 0.783 10.833
20 U= -0.748+2.513-1.34 -0.799 0.455 0.854 17.484
21 U= -1.168+1.256-3.38 -4.046 0.007 0.875 20.988
22 U= -0.813+3.387-2.05 -0.556 0.598 0.813 13.066
23 U= -0.957+2.635-1.80 -1.719 0.136 0.887 23.481
24 U= +0.223-1.57+3.554 2.017 0.090 0.861 18.541
25 U= -0.548+1.577+1.665 0.778 0.466 0.882 22.346
26 U= -0.112-2.96+6.848 5.327 0.002 0.980 143.483
27 U= -0.685+2.466-2.58 -0.087 0.934 0.798 11.875
28 U= -0.342+2.055+1.539 0.301 0.774 0.676 6.252
(4)
30 U= -0.360+1.307+1.698 1.737 0.133 0.883 22.578
31 U= -0.102-4.10+7.531 5.074 0.002 0.947 53.954
32 U= -0.865+1.351-4.77 -1.113 0.308 0.752 9.109
33 U= -0.444+2.935+1.343 1.355 0.224 0.922 35.526
34 U= -0.499+5.558+4.937 1.071 0.326 0.87 20.014
35 U= +0.002-6.18+2.475 7.130 0.000 0.978 132.546
36 U= -0.734+1.902-5.02 -0.339 0.746 0.778 10.494
37 U= -0.709+2.278-3.67 -0.149 0.887 0.789 11.230
38 U= -0.092-2.93+4.596 4.397 0.005 0.936 43.681
39 U= -0.184-6.98+1.456 3.487 0.013 0.928 38.544
40 U= -0.333+3.647+3.807 1.657 0.149 0.829 14.541
B.
Musim Kemarau
No Fungsi Utilitas t hitung sig R² f hitung
1 U= -0.670+1.377X'-5.28X² -2.144 0.076 0.803 12.253
2 U= -0.983+1.182-3.64 -4.379 0.005 0.932 40.982
3 U= -0.998+6.389-9.72 -2.964 0.025 0.820 13.678
4 U= +0.082-6.11+6.903 4.103 0.006 0.906 28.972
5 U= -0.514+1.693+3.478 0.149 0.887 0.712 7.427
6 U= -0.725+7.104-1.30 -2.744 0.034 0.823 13.905
7 U= -0.760+5.089-7.22 -3.416 0.014 0.946 52.540
8 U= -0.662+8.824-1.33 -0.762 0.475 0.932 40.955
9 U= -0.965+8.254-1.83 -2.432 0.051 0.912 31.246
10 U= -0.657+1.742+3.781 0.205 0.845 0.828 14.467
11 U= -1.124+2.499-1.52 -3.711 0.010 0.885 22.998
12 U= -0.257+1.698+2.859 2.580 0.042 0.951 58.346
13 U= -0.679+2.623+7.971 0.021 0.984 0.807 12.554
14 U= -0.954+3.980-4.14 -1.346 0.227 0.802 12.138
15 U= -0.547+2.698+5.556 0.716 0.501 0.841 15.922
16 U= +0.018-3.15+4.102 5.470 0.002 0.958 68.186
17 U= -1.119+9.470-2.37 -2.565 0.043 0.855 17.735
18 U= -0.844+2.241-8.65 -0.571 0.589 0.839 15.682
19 U= -0.775+2.048-6.28 -0.402 0.701 0.796 11.704
20 U= -0.556+8.200+4.550 0.644 0.543 0.827 14.358
21 U= -0.955+3.320-2.74 -1.416 0.207 0.872 20.411
22 U= -0.550+3.274-2.86 -1.904 0.106 0.950 56.891
23 U= -0.349+5.618+5.355 1.808 0.121 0.872 20.374
24 U= -0.341+4.540+3.281 2.077 0.083 0.904 28.288
25 U= -1.041+1.646-7.25 -1.784 0.125 0.824 14.042
26 U= -0.879+3.592-2.73 -0.919 0.393 0.868 19.803
(5)
28 U= -0.254-2.05+5.647 2.002 0.092 0.817 13.375
29 U= -0.620+1.422+3.824 0.260 0.803 0.79 11.272
30 U= +0.117-5.01+6.288 3.513 0.013 0.895 25.589
31 U= +0.072-5.03+4.176 4.322 0.005 0.912 31.228
32 U= -0.917+1.165-3.18 -1.038 0.339 0.833 14.914
33 U= -0.061-1.39+3.432 5.225 0.002 0.968 89.629
34 U= -0.158+1.019+4.045 4.395 0.005 0.978 136.282
35 U= +0.066-2.56+8.738 4.185 0.006 0.953 60.789
36 U= -0.706+1.215+3.379 0.045 0.966 0.832 14.892
37 U= -0.015-1.09+5.645 5.302 0.002 0.956 64.65
38 U= +0.099-2.98+2.829 5.176 0.002 0.951 58.306
39 U= -0.161+1.965+6.206 5.076 0.002 0.977 125.840
(6)