ANALISIS POLA KLASTER DAN ORIENTASI PASAR SENTRA BATIK DI KABUPATEN BANTUL

(1)

ANALISIS POLA KLASTER DAN ORIENTASI PASAR SENTRA BATIK DI KABUPATEN BANTUL

ANALYSIS OF CLUSTER PATTERNS AND MARKET ORIENTATION BATIK CENTER IN BANTUL

Oleh:

THOUMY FUTHU SOELAIMAN ABHAR 20110430089

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i ANALISIS POLA KLASTER DAN ORIENTASI PASAR SENTRA BATIK

DI KABUPATEN BANTUL

ANALYSIS OF CLUSTER PATTERNS AND MARKET ORIENTATION BATIK CENTER IN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Prasayarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Universitas Muhammaddiyah Yogyakarta

Oleh:

THOUMY FUTHU SOELAIMAN ABHAR 20110430089

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

v MOTTO

“Man Jadda Wa Jadda”

Barang siapa yang bersunggu – sungguh maka akan mendapatkannya

Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan (QS. Al-Insyiroh ; 6-7)

Kata yang paling Indah bagi mat manusia adalah “IBU” dan panggilan yang paling indah adalah “IBUKU”.Ini adalah Kata penuh harap dan cinta yang keluar

dari kedalaman hati paling dalam (Kahlil Gibran)

Jika susah berjalan satu langkah berjalan setengah langkah tidak masalah daripada hanya diam di satu tempat


(5)

vi PERSEMBAHAN

Sekripsi ini aku persembahkan untuk:

 Kepada kedua Orang Tua Ku Alm. Bapak Abdul Ghafur dan Alm Ibu Istiqlaliah yang selalu ku sayang dan memberikan yang terbaik. Kasih sayang , bimbingan, dukungan.


(6)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

UCAPAN TERIMA KASIH ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR SKEMA ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9


(7)

xiii

A. Landasan Teori ... 10

1. Pengertian Industri ... 10

2. Konsep Aktivitas Industri ... 11

3. Sentra Industri ... 12

4. Klaster Induatri ... 14

5. Jenis Klaster ... 19

6. Keterkaitan Industri... 20

7. Pola Klaster Markussen ... 22

8. Manfaat Klaster ... 29

9. Orientasi Pasar ... 30

B. Penelitian Terdahulu ... 33

C. Kerangka Pemikiran ... 36

D. Hipotesis ... 38

E. Metode Penelitian... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Obyek/Subyel Penelitian ... 41

B. Jenis Data ... 40

C. Teknik Pengambilan Data ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Metode Survey ... 43

2. Metode Literatur ... ... 43

E. Variabel Penelitian dan Devinisi Oprasional Variabel ... 43


(8)

xiv

1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Reabilitas... 49

G. Uji Hipotesis dan Analisi Data ... 50

1. Analisi Diskriptif... 50

a. Analisi Statistik Deskriptif ... 51

b. Analisi Klaster ... 51

2. Analisis logistik... 52

a. Uji Kelayakan Model ... 56

b. Mnenilai Keseluruan Model (Overal Model Fit) ... 56

c. Uji Hipotesis Parsial ... 57

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ... 58

A. Keadaan Wilayah dan Letak Geografis ... 58

B. Kondisi Industri Kecil Menengah di Kabupaten Bantul ... 60

C. Perkembangan Industri Batik di Kabupaten Bantul ... 60

D. Profil Sentra Batik ... 62

E. Karakteristik Responden ... 64

1. Responden Berdasarkan Umur ... 64

2. Resonden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

3. Resonden Berdasarkan Umur Perusahaan ... 65

4. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 67

5. Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ... 68

6. Tingkat pendidikan Tenaga Kerja ... 69


(9)

xv

8. Pelatian Usaha ... 71

9. Nilai Penjualan ... 72

10. Jaringan Dengan Pemasok Bahan Baku... 73

11. Jaringan Pembeli Terbesar ... 74

12. Jaringan Keaktifan Berpromosi ... 75

13. Orientasi Pasar ... 77

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

A. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 79

1. Uji Validitas ... 79

2. Uji Reliabilitas ... 80

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 81

1. Analisi Pola Klaster ... 81

2. Analisi Regresi Logistik... 90

3. Uji Wald ... 95

4. Pengujian Hipotesis... 97

BAB VI PENUTUP ... 111

A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 112

C. Katerbatasan Penelitian ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 114 LAMPIRAN


(10)

xvi DAFTAR TABEL

2.1. Matrik Pola Klaster Markussen ... 27

2.2. Matrik Penelitian Terdahulu ... 34

3.1. Klasifikasi Jaringan Pemasok dan Pembeli... 47

3.2. Klasifikasi Intensitas Promosi ... 48

3.3. Keterangan Persamaan ... 55

4.1. Daftar Kecamatan di Kabupaten Bantul ... 58

4.2. Desa di Kecamatan Imogiri ... 59

4.3. Desa di Kecamatan Pandak ... 60

4.4. Daftar Sentra Batik Bantul ... 63

4.5. Jumlah Responden Berdasarkan Umur ... 64

4.6. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

4.7 Jumlah Perusahaan Berdasarkan Umur Perusahaan ... 67

4.8. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 66

4.9. Jumalah Tenaga Kerja di Sentra Industrik Batik Kabupaten Bantul ... 68

4.10. Pendidikan Tenaga Kerja Pada Sentra Industri Batik Kabupaten Bantul ... 69

4.11. Jumlah Perusahaan di Sentra Batik Kabupaten Bantul ... 70

4.12. Pelatian Usaha Pada Sentra Industri Batik Kabupaten ... 71

4.13. Nilai Penjualan Pada Sentra Industri Batik Kabupaten Bantul ... 72

4.14. Presentase Jaringan Pemasok Bahan Baku ... 73

4.15. Presentase Jaringan Pembeli Terbesar ... 74


(11)

xvii

4.17. Orientasi Pasar ... 77

5.1. Hasil Uji Validitas ... 79

5.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 81

5.3. Penggolongan Variabel Pola Klaster Markussen ... 89

5.4. Statistik Deskriptif Variabel Independen ... 91

5.5. Statistik Variabel Dummy ... 92

5.6. Deskriptif Kategori Keaktifan Promosi ... 93

5.7. Deskripsi Kategori Jaringan Pembeli Terbesar ... 93

5.8. Deskripsi Kategori Jaringan Pemasok Bahan Baku ... 94

5.9. Uji Kelayakan Model Hosmer and Lomeshow’s ... 95

5.10. Omnimus Test of Model Coefficients ... 96

5.11. Nilai Nagelkerke R Square ... 97

5.12. Hasil Uji Wald... 98


(12)

xviii DAFTAR GAMBAR

1.1. Jumlah PDRB DIY dan Kabupaten Bantul Tahun 2010-2014 ... 3

1.2. PDRB Kabupaten Bantul Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014 ... 4

2.1. Distrik Masrshallian dan Varian ... 23

2.2. Distrik Hub dan Spoke ... 24

2.3. Distrik Satelit ... 25

4.1. Peta Lokasi Sentra Industri Batik di Kabupateb Bantul... 62


(13)

xix DAFTAR SKEMA


(14)

xx DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Gubernur

Lampiran 2 Surat Ijin BAPPEDA Kabupaten Bantul Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Jaringan Promosi Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Jaringan Pembeli

Terbesar

Lampiran 6 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Jaringan Pemasok Bahan Baku

Lampiran 7 Frekuensi Variabel Dummy

Lampiran 8 Statistik Deskripsi Vvariabel Independen Lampiran 9 Hasil Regresi Logistik

Lampiran 10 Omnibus Test of Model Coefficent Lampiran 11 Hosmer and Lamshow Test

Lampiran 12 Tabulasi Kuesioner Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian


(15)

(16)

(17)

viii ABSTRACT

The manufacturing sector is the biggest contributor to the GDP of Bantul in comparison with other sectors. Among leading manufacturing sectors in Bantul is batik industry. There are several places known as batik center in Bantul, they are Wijirejo, Wukirsari, and Girirejo. Batik center in Bantul has long been a long standing history. The batik expertise is inherited from ancient era of Mataram kingdom and has lots of pattern and style of production such as batik tulis (handwritten batik), batik cap (stamp batik), and batik kombinasi (combination batik). The industries of batik decrease every year so it is necessary to develop the batik industry in order to raise the revenue Bantul.

The purpose of this study is to analyze the cluster patterns and the factors that influence the market orientation in Bantul batik industry. The data used in this study is primary data from 46 respondents who are batik bussiness owner in Wijirejo, Wukirsari, and Girirejo collected through questionnaire. This study uses pattern cluster analysis and logistic regression Markussen.

From the results of research using cluster patterns Markussen, it can be concluded that the batik industries in Bantul follow the Marshallin pattern cluster and Hub and Spoke. Logistic regression analysis results in this study showed that of the seven independent variables, there is one variable that influence significantly to the market orientation. The influential variable is the amount of labor and the insignificant six variables are largest buyer network, network of promotion, network of raw material suppliers, business training, and the sales value.


(18)

vii INTISARI

Sektor industri pengolahan di Kabupaten Bantul memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bantul di bandingkan dengan sektor-sektor yang lainnya. Di kabupaten bantul banyak sektor-sektor unggulan salah satunya industri batik. Sentra batik di Kabupaten Bantul tersebar di beberapa tempat salah satunya sentra batik Wijirejo, sentra batik Wukirsari, dan sentra batik Girirejo. Sentra batik di Kabupaten Bantul sudah lama lama berdiri keahlian ini turun temurun darai jaman kerajaan mataram, dan memiliki banyak motif dan jenis batik yaitu batik tulis, batik kombinasi dan batik cap. Keterkaitan industri-industri batik kauman semakin menurun setiap tahunnya sehingga diperlukan pengembangan agar mampu meningkatkan pendapatan Kabupaten Bantul.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisi pola klaster dan faktor-faktor yang mempengarui orientasi pasar di industri batik Kabupaten Bantul. Data yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yang di sebarkan kepada 46 responden pelaku usaha usaha batik di kabupateb Bantuk yang berada di sentra Wijirejo, Wukirsari, Girirejo yang menjadi objek penelitian dengan mealui daftar pertanyaan yang telah di siapkan dalam bentul kuesioner. Penelitian ini mengunakan analisi pola klaster markussen dan regresi logistik.

Hasil penelitian mengenai pola klaster markussen dapat di simpulkan bahwa sentra industri batik Kaupaten Bantul mengikuti pola klaster Marshallin dan Hub and spoke. Hasil analisi regresi logidtik pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari tujuh variabel independen, terdapat satu variabel yang berpengaruh signifikan terhadaporientasi pasar. Yaitu variabel jumlah tenaga kerja dan enam tidak signifikan dan tidak berpengaruh terhadap orientasi pasar yaitu jaringa pembeli terbesar, jaringan promosi, jaringan pemasok// bahan baku, pelatian usaha, dan nilai penjualan.


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini Paradigma konsep pembangunan ekonomi di Indonesia berubah dari “government driver growth manjadi public driven growth” mulai tahun 80 an. Dampak dari perubahan konsep tersebut pemerintah pemerintah hanya hanya berperan sebagai pembuat kebijakan pembangunan ekonomi dan pelaksanaannya di lakukan oleh masyarakat, tetapi kenyataannya karena pola manajemen ekonomi makro Indonesia masih serba sentralistik, mengakibatkan hanya sedikit masyarakat yang memiliki modal besar atau konglomerat yang diutamakan dan mereka sangat tergantung dengan proyek yang di lakukan pemerintah, sehinga berdampak menghilangkan jiwa kerjasama dan kewirausahaan dan akhirnya menyebabkan krisis ekonomi (Marsuki, 2005).

Saat ini Indonesia termasuk neraga yang berkembang dan salah satu cirinya melakukan pembangunan di berbagai sektor untuk mewujutkan perekonomian yang lebih baik. Tujuan pembangunan ekonomi untuk menciptakan pemerataan pembangunan yang di rasakan masyarakat, dengan meningkatkan kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan serta mampu mengurangi ketimpangan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Industrialisasi adalah salah satu strategi untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Adanya Perubahan pembangunan yang berorientasi pada


(20)

2 pertumbuhan industri skala besar beralih menjadi pembangunan yang bertujuan untuk kemakmuran masyarakat (Kuncoro, 2006).

Industri rumah tangga merupakan jenis usaha skala kecil yang sifatnya memberdayakan masyarakan kecil melalui penyerapan tenaga kerja, apalagi dalam kirisi ekonomi dan inflasi di berbagai faktor ekonomi lainnya. Di Indonesia sektor industri kecil merupakan salah satu bentuk strategi alternatif untuk mendukung pengembangan perekonomian dalam pembangunan jangka panjang di Indonesia. Perannya terhadap pemerataan dan kesempatan kerja untuk masyarakat dan peran terhadap pendapatan devisa membuktikan Usaha kecil tidak hanya aktif tetapi produktif. Pengembangan Industri kecil harus di merupakan topik yang harus dikaji bertujuan untuk mengoptimalkan pengembangan industri (Megasari, 2014). Pada setiap daerah memiliki kelebihan dan kekurangan di setiap sektor tergantung letak geografis maupun sumber daya alam yang tersedia, pada sektor industri itu di sebuat sebagai leading sektor, Sehingga Jika sektor Industri Kuat akan mempengaruhi sektor – sektor lainnya, sehingga permasalahan kemiskinan, penganggurang dapat di atasi dan terjadi kesejahteraan masyarakan (Setiani, 2015).


(21)

3 Sumber: Data BPS diolah, 2016

Gambar 1. 1

Jumlah PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Bantul Tahun 2010-2014 (Juta Rupia)

Pada gambar 1.1 Dapat di lihat dari penyumbang PDRB tahun 2010 sampai 2014 mengalami perubahan yang signifikan, dapat dilihat setiap tahun pendapatan PDRB mengalami peningkatan pada tahun 2010 64.678.968,2 meningkat pada tahun 2011 menjadi 68.049.449,2 sampai tahun 2014 PDRB Propinsi Yogyakarta mencapai 79.557.248,0 hal ini di sebabkan perokonomian Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami tren yang positif. Sehingga meningkatkan PDRB. PDRB Kabupaten Bantul tahun 2011 sebesar 2.060.040 menjadi 2.011.903,8 pada tahun 2012. Tetapi sampai tahun 2014 mengalami kenaikan kembali menjadi 2.224.275,1. Bisa disimpulkan bahwa kebanyakan di Kabupaten Bantul mata pencarian merupakan di industri pengolahan dan kebanyak industri pengolahan merupakan usaha kecil dan menengah.

0,0 10.000.000,0 20.000.000,0 30.000.000,0 40.000.000,0 50.000.000,0 60.000.000,0 70.000.000,0 80.000.000,0 90.000.000,0

2010 2011 2012 2013 2014

Yogyakarta Bantul


(22)

4 Sumber: Data BPS diolah, 2016

Gambar 1.2

Kontruksi dan Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Bantul Tahun 2010-2014

Dari Gambar di atas dapat di simpulkan Kontruksi Sektor Industri Pengolahan dari tahun 2010-2014 mengalami sedikit penurunan dari 16,2% pada tahun 2010 dan 2011 turun menjadi 15 % di tahun 2012, 15,1 % di tahun 2013 dan turun kembali pada tahun 2014 menjadi 15 %. Walaupun mengalami penurun kontruksi Sektor Industri Pengolahan masih mejadi andalan penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Bantul, penurunan ini di sebabkan beberapa sektor lain penyumbang PDRB Kabupaten Bantul mengalami kenaikan yang signifikan.

Sedangkan pertumbuhan sektor industri pengolahan pada tahun 2010 sebanyak 4,6 %, tahun 2011 menjadi 4,7 % mengalami sedikit kenaikan. Sedangkan tahun 2012 Sektor Industri Pengolahan terjadi penurunan sampai -2,3 % di karenakan tejadi pnurunan sumbangan PDRB di subsektor industri makanan dan minuman, tahun 2013 mengalami kenaikan pertumbuhan mencapai 6,3 % tetapi pada tahun 2014 mengalami penurunan kembali menjadi 4%. Hal ini disebabkan pelemahan ekonomi di

16,2 16,2

15,0 15,1 15,0

4,6 4,7

(2,3)

6,3

4,0

(5,0) 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0

2010 2011 2012 2013 2014

Kontruksi


(23)

5 kawasan Eropa dan Asia pada tahun 2014 mengakibatkan sektor industri pengolahan mengalami perlambatan pertumbuhan karena permintaan barang berkurang khususnya industri tekstil dan manufaktur yang menjadi salah satu komoditas ekspor Kabupaten Bantul.

Dari asumsi di atas dapat di simpulkan bahwa salah satu pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bantul adalah sektor industri pengolahan, industri pengolahan selalu berhubunngan dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) karena penggerak krusial bagi pertumbuhan ekonomi. UKM merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu Negara atau Daerah (Brata, 2003).

Di Kabupaten Bantul banyak sentra kerajinan UKM yang tersebar di beberapa tempat seperti kerajinan kulit di Manding kerajinan gerabah dan kerajinan batik di Giriloyo dan Wijirejo. Batik menjadi salah satu daya tarik Kabupaten Bantul karena terdapan pembuatan batik turun temurun sejak Kerajaan Mataram.

Industri kecil dan menengah sangat berperan dalam dalam penyangga perekonomian masyarakat bawah, hal ini di tunjukka dengan tanpa adanya proteksi dari pemerintah industri kecil masih dapat bertahan dalam perekonomian saat ini. Pendekatan Klaster dinilai lebih efektif mengingat jumlah IKM yang sangat banyak dan tersebar. strategi IKM melalui Klaster (clustering) sudah terbukti di banyak negara mampu meningkatkan kemampuan inovasi dan daya saing global dari para pelaku usaha di dalam suatu klaster tertentu (Tambunan, 2009) biaya produksi


(24)

6 dapat lebih efisien dengan penguatan klaster yang akan meningkatkan daya saing industri dan diharapkan dapat menghadapi persaingan global. Sejalan dengan pendapat Pyke Sengeberger (Handayani dan Furqon, 2003).

Industri – industri yang berkumpul di dalam sebuah klaster dalam ruang geografis tertentu akan menikmati keuntungan yang jauh besar bila di bandingkan dengan industri yang berada di luar klaster (Marsall dalam Yulianti, 2014).

Maka dari itu pembinaan dan pengembangan industri kecil merupakan topik penting yang harus terus dikaji, disempurnakan dan ditingkatkan agar penangananya lebih efektif. Secara khusus hal tersebut ditujukan upaya untuk mengoptimalkan pembinaan dalam rangka pengembangan industri kecil (Megasari, 2014).

Pada tanggal 2 oktober 2009 UNESCO mengukuhkan batik merupakan warisan budaya tak benda asli Indonesia, hal ini menyebabkan timbulnya kesadaran masyarakat untuk mengenakan batik dan berdampak positif terhadab aspek pembuatan dan penggunaaan kain batik sebagai warisan budaya tak benda.

Di Kabupaten Bantul memeliki beberapa sentra batik di antaranya sentra batik Wijirejo, Girirejo, dan Wukirsari yang memiliki karakteristik masing-masih dari corak, jenis batik, karakteristik wilayah.yang menjadi dalah satu daya tarik dan keunggulan dari Kabupaten Bantul.


(25)

7 Di Daerah Istimewa Yogyakarta banyak sekali objek wisata yang tersebar di beberbagai kabupaten di Kabupaten Sleman, Gunung Kidul dan Bantul, di Kabupaten Bantul banyak obyek wisata yang potensi yang cukup besar seperti obyek wisata alam, wisata budaya, pendidikan, taman hiburan, dan sentra industri kerajinan (handmade), sentra industri kerajinan di Kabupaten Bantul merupakan wujud fisik hasil budaya masyarakat dalam memfaatkan potensi lokal yang ada baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Salah satunya sentra industri batik tulis Dusun Giriloyo Desa Wukirsari Kecamtan Imogiri (Pamulia, Ayu, 2014).

Di Indoensia kota yang terkenal dengan sentra pembuatan batik yaitu Pekalongan, Solo dan Yogyakarta. Dewan Kerajinan Dunia atau

World Craft Council (WCC) menobatkan Yogyakarta sebagai Kota Batik

Dunia atau 'World Batik City' bersama-sama dengan Dongyang di China yang juga dinyatakan sebagai 'World Woodcarving City' dan Donique di Chili yang dinyatakan sebagai 'World City of Chamanto'. Penobatan tersebut dinyatakan dalam bentuk pemberian Plakat Pengakuan yang diserahkan WCC kepada GKR Pembayun mewakili ibundanya GKR Hemas selaku Ketua Dekranasda Yogyakarta. Pengukuhan Yogyakarta sebagai World

Craft City of Batik dideklarasikan dihadapan anggota dari WCC yang hadir

lebih dari 50 di Tiongkok (http://www.krjogja.com).

Tidak dipungkiri lagi sudah banyak yang mengetahui keistimewaan Dusus Giriloyo akan keasriannya dalam melestarikan batik tetapi tidak hanya di Dusun Giriloyo Desa Wukirssari tetapi masih ada di Desa Girirejo


(26)

8 dan Desa Wijirejo dengan jenis batik yang hampir sama, di Desa Wukirsari dan Desa Girirejo memproduksi batik tulis maupun kombinasi beda lagi di Desa Wijirejo, di tempat ini lebih berfariasi terdapat tiga jenis batik yaitu batik tulis, batik cap dan batik kombinasi,. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul “ Analisi Klaster Dan Orientasi Pasar Di Sentra Batik Kabupaten Bantul ”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakan di atas,maka di dalam penelitian di perlukan batasan pengetahuan, waktu, maka penulis membuat batasan atas penelitian yang di lakukan:

1. Obyek penelitian hanya sentra batik di Kabupaten Bantul yaitu: a. Sentra batik di Dusun Giriloyo desa Wukirsari Kecamatan

Imogiri kemudian disebut sentra batik Wukirsari,

b. Sentra batik di Dusun Pajimatan Desa Girirejo Kecamatan Imogiri kemudian disebut dengan sentra batik Girirejo,

c. Sentra batik di Dusun Payan Desa Wijirejo Kecamatan Pandak kemudian disebut dengan sentra batik Wijirejo.

2. Pembahasan dalam penelitian ini berkisar pada faktor – faktor yang mempengarui potensi pengembangan industri batik tulis dengan pendekatan klaster dan orientasi pasar.

3. Periode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer tahun 2016.


(27)

9 C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakan di atas yang sudah di jabarkan, maka di dalam penelitian terdapat permasalahan yang mengenai potensi industri batik tulis menggunakan pendekatan Klaster Yaitu:

1. Apakah industri batik tulis sudah terdapat formasi keterkaitan

(stakeholder) antara industri inti sehingga terbentuk Klaster yang

maju.

2. Mengetahui faktor – faktor yang mempengarui orientasi pasar ekspor pada sentra industri di sentra batik Wukirsari, Girirejo, Wijirejo. D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal – hal sebagi berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana formasi keterkaitan antara industri inti maupun industri pendukung (stakeholdel) dalam industri di sentra batik Wukirsari, Girirejo, Wijirejo.

2. Unyuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi orientasi pasar pada industri di sentra batik Wukirsari, Girirejo, Wijirejo.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian di atas yaitu memberikan konstribusi kepada pengusaha dan pengkrajin tentang wawasan dan pengetahuan serta manfaat pengembangan sentra industri dengan pendekatan Klaster dan Orentasi pasar.


(28)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Industri

Industri adalah kegiatan ekonomi dengan memproses atau mengolah bahan – bahan atau barang mentah atau setengah jadi dengan menggunakan sarana atau peralatan seperti mesin, untuk menghasilkan barang jadi atau jasa, Sedangakan Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang perindustrian pasal 1 menyatakan jika Industri merupakan seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan manfaat sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk jasa industri.

Perusahaan Industri merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan industri di wilayah Indonesia (peraturan kawasan industri). suatu perusahaan Industri akan menghasilkan produk – produk yang memiliki ciri khas tersendiri dari perusahaan lain untuk perkembangan dan pertumbuhan dan perlindungan hukum bisa di dapatkan dari hak – hak perusahaan terhadap produk industri yang di hasilkan (Winarno dan Ismaya, 2007).

Di Indonesia Industri pengolahan di bagi menjadi empat kelompok berdasarkan jumlah tenaga kerja pada suatu perusahaaan


(29)

11 tanpa melihat dari segi permodalannya yang di golongkan oleh Badan Pusat Statistik yaitu :

a. Industri kerajinan rumah tangga, yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 1 - 4 orang.

b. Industri kecil, yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 5 - 19 orang.

c. Industri sedang, yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 20 - 99 orang.

d. Industri besar, yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih.

2. Konsep Aktivitas Industri

Aktivitas industri dapat memberikan pengaruh terhadap unit ekonomi lainnya. Menurut Glasson dalam Choirunnisa (2012), terdapat tiga konsep dasar ekonomi dan pengembangan lingkup geografinya sebagai berikut.

a. Konsep Leading Industries

Konsep ini dimana pertumbuhan yang didalamnya terdapat perusahaan propulsif yang mendominasi unit ekonomi lain, dapat berbentuk sebuah perusahaan propulsif saja atau dapat berupa kawasan industri. Lokasi industri tersebut secara geografis disebabkan oleh adanya sumber daya alam, sumber daya buatan seperti jaringan komunikasi, pelayanan


(30)

12 infrastruktur, dan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara sektor industri dengan unit ekonomi lainnya. b. Konsep Polarisasi

Konsep polarisasi menyatakan bahwa leading

industries yang tumbuh cepat dapat mengakibatkan adanya

polarisasi unit ekonomi yang lain ke dalam kutub pertumbuhan yang menimbulkan keuntungan aglomerasi ekonomi yang akan memicu pemusatan aktivitas melalui aktivitas ekonomi dan aliran sumberdaya.

c. Konsep Spread Effect

Konsep ini menyatakan bahwa ketika mencapai keadaan yang dinamik, maka kualitas propulsif suatu kutub pertumbuhan akan menyebar ke daerah sekitarnya.

3. Sentra Industri

Sentra industri memiliki pengertian dimana suatu wilayah terdapat pengelompokan industri-industri yang sejenis dan memiliki keterkaitan antar industri. Industri inilah yang mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, sehingga perekonomian rakyat berkembang dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, memakmurkan masyarakat secara keseluruhan (Setiani, 2015).


(31)

13 Model sentra industri merupakan bentuk khusus dari aglomerasi perusahaan lokal, hal ini ditandai dengan banyaknya pola evolusi yang memungkinkan pertumbuhan, inovasi dan pembelajaran (Belussi dan Sedita, 2008). Peningkatan kemampuan industri dalam aspek penyediaan produk jadi, bahan baku untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor Menurut Tambunan (1999) terdapat beberapa karakteristik dari sentra industri yaitu :

a. Sejumlah pengusaha pada skala yang sama yang pada umumnya membuat jenis-jenis produk yang sama atau sejenis dan berlokasi saling berdekatan di suatu wilayah. Terdapat (tapi tidak selalu) fasilitas dari pemerintah yang dapat digunakan bersama oleh semua pengusaha di lokasi tersebut.

b. Suatu sentra mencerminkan keahlian yang seragam dari penduduk di wilayah tersebut yang sudah dimiliki sejak lama, turun temurun.

c. Adanya kerjasama antara sesama pengusaha, misalnya dalam pengadaan bahan baku atau pemasaran.

d. Di dalam sentra terdapat pensuplai bahan baku, alat-alat produksi dan mesin, dan komponen-komponen subkontraktor

Berdasarkan SK Menteri Negara Koperasi dan UKM No: 32 / Kep / M.KUKM / IV / 2002, tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra. Sentra didefinisikan sebagai pusat kegiatan di kawasan/lokasi tertentu dimana terdapat usaha yang menggunakan


(32)

14 bahan baku/sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama/sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster.

4. Klaster Industri

Pada masa sekarang ini usaha kecil menengah menjadi salah satu faktor pertumbuhan ekonomi dan konsep klaster pada usaha kecil menengah mulai banyak yang di debatkan karena mejadi cara untuk mengebangakan usaha kecil menengah yang sejenis dalam suatu daerah dan mengembangkan pembangunan ekonomi daerah tersebut.

klaster sebagai kumpulan, kelompok, himpunan, atau gabungan obyek tertentu yang memiliki keserupaan atau atas dasar karakteristik tertentu. Dalam konteks ekonomi/bisnis, klaster industri

(industrial cluster) merupakan terminologi yang mempunyai

pengertian khusus tertentu. Dan menurut Desperindag, bahwa klaster sebagai Kelompok industri dengan core industry yang saling berhubungan secara intensif dan membentuk partnership baik dengan

supporting industry maupun related industry (Tatang, 2008).

Kementrian Koperasi dan UKM seperti dalam buku Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Melalui Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Klaster Bisnis, menunjukkan pengertian klaster sebagai kelompok kegiatan yang terdiri atas industri inti, industri terkait, industri penunjang, dan kegitan-kegiatan ekonomi


(33)

15 (sektor-sektor) penunjang dan terkait lain, yang dalam kegiatannya akan saling terkait dan saling mendukung (www.smecda.com).

Konsep klaster berbeda dari pendekatan klasik, kebijakan persaingan di organisasi atau tingkat pemerintah karena memerlukan analisis konsentrasi geografis perusahaan yang saling berhubungan dan lembaga dalam bidang tertentu yang bekerja dalam lingkungan yang kompetitif untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kluster dan implisit dari masing-masing anggota (Boja, 2011).

Literatur klaster industri menunjukkan bahwa dalam prakteknya, pendekatan dalam pengembangan klaster industri sangat beragam. Untuk dapat mengembangkan suatu klaster industri, seseorang tidak dapat meniru begitu saja apa yang telah dilakukan dalam pengembangan klaster industri lain. Pengembangan klaster industri harus disesuaikan dengan industri yang bersangkutan (termasuk perilaku pelaku bisnisnya) dan karakteristik daerah setempat (Taufik, 2009)

Menurut Mudrajad (2001) melalui bukunya Analisis Spasial dan Regional, awalnya klaster industri diasosiakan dengan Marshallian Industrial District. Menurut pemahaman Marshallin ini sentra industri merupakan klaster produksi tertentu yang berdekatan. Ia membedakan antara kota manufaktur dan sentra industri sebagai berikut :


(34)

16

Hampir setiap sentra industri berpuat pada suatu kota besar

atau lebih. Tiap kota besar ini telah menjadi pemimpindalam teknik industri dan perdagangan; dan sebagian besar penduduknya merupakan para pengrajin. Setelah pabrik-pabrik memerlukan lebih banyak ruang daripada sebelumnya, padahal nilai tanah mulai tinggi, maka terjadilah pergerakan menuju pinggiran (luar) kota; danpabrik-pabrik baru mengalami pertumbuha yang pesat didaerah pedesaan

dan kota-kota kecil.”

Marshall, menekankan pentingnya tiga jenis penghematan eksternal yang memunculkan sentra industri yaitu:

a. Konsentrasi pekerja terampil dan peluang penyerapan tenaga kerja lokal yang lebih besar.

b. Berdekatannya para pemasok spesialis

c. Tersedianya fasilitas untuk mendapatkan pengetahuan.

Para pelaku (stakeholders) dalam suatu klaster industri biasanya dikelompokkan kepada industri inti, industri pemasok, industri pendukung, industri terkait, dan pembeli, serta institusi pendukung. Istilah pendukung dan terkait menunjukkan peran pelaku dalam klaster tertentu dan tidak ada hubungan dengan tingkat kepentingan para pelaku. Peran tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja tergantung pada tingkat ekonomis dari hubungan rantai nilai tertentu (Lestari, 2010).

Menurut Humprey dab Schimitz dalam Choirunnisa (2012) bahwa klater Industri di cirikan dengan tiga konsep, yaitu:


(35)

17 a. Orientasi Konsumen

Dalam melakukan proses produksi, klaster perlu berorientasi pada konsumen. Dengan mempelajari karakteristik permintaan konsumen, pelaku dalam klaster akan melakukan produksi sesuai kualitas dan jumlah yang diminati

b. Efek Kumulatif

Pembentukan klaster diutamakan pada solidnya aktivitas maupun spasial dengan usaha pencarian dan pencapaian biaya produksi rendah. Dengan kerjasama dalam satu kelompok, industri yang sebagian besar mengalami masalah

financial akan dapat menekan biaya produksi. Dalam proses

produksi dan pemasaran diantara pelaku klaster saling berbagi dalam hal penggunaan peralatan, tenaga kerja, informasi dan bahan baku

c. Efek Kolektif

Efisiensi kolektif dipahami sebagai penghematan biaya eksternal yang timbul dalam suatu aktivitas industri yang dirasakan oleh seluruh pelaku industri. Hal tersebut dapat dipahami melalui penjelasan berikut :

1) Eksternalitas Ekonomi

Hal ini akan muncul bila keuntungan sosial lebih tinggi daripada keuntungan pribadi. Eksternal ekonomi dalam klaster yang perlu dikembangakan adalah


(36)

18 terbentuknya pasar buruh atau tenaga kerja, efek peningkatan kegiatan pelayanan dalam klaster, dan pentingnya penggunaan teknologi secara kolektif

2) Aksi Bersama

Aksi bersama dapat mendorong perkembangan klaster industri secara signifikan. Hal ini terkait dengan efek efisiensi kolektif yang menekankan pada pentingnya keterkaitan dan jaringan usaha yang terbentuk. Aksi bersama dapat bersifat bilateral yaitu dua perusahaan bekerja sama seperti kegiatan yang saling berbagi dalam pembelian alat produksi yang mahal maupun multilateral yaitu kelompok perusahaan yang bergabung dalam sebuah asosiasi atau organisasi. Aksi bersama juga terbentuk dengan sifat horizontal yang terjadi antar pesaing dan vertikal yang membentuk keterkaitan antar pelaku usaha. 3) Kondisi Kelembagaan

Terbentuknya klaster industri perlu didukung dengan tindak lanjut institusi atau kelembagaan yang menunjang kegiatan tersebut. Hal ini diharapkan untuk membentuk pola yang progresif dalam kegiatan bisnis atau organisasi


(37)

19 5. Jenis Klaster

Pada Umumnya Klater yang banyak di temui dalam masyarakat adalah klaster regional dan klaster bisnis,klaster ini dalam wilayah yang sama

a. Klaster Regional adalah kelompok perusahaan yang muncul dalam satu batas wilayah perekonomian tertentu. Klaster ini memperoleh keunggulan dari interaksi antar perusahaan, penggunaan asset bersama, dan atau penyediaan layanan bersama.

b. Klaster Bisnis adalah sekelompok perusahaan yang kendati memiliki bisnis yang saling berbeda tetapi memiliki aktivitas yang saling berhubungan. Kemudian secara bersama-sama melakukan sinergi dan proses belajar yang saling menguntungkan (Aisyah, 2011).

Klaster industri terdiri dari para pelaku yang dikelompokkan menjadi industri inti, industri pemasok, industri pendukung, industri terkait, pembeli, dan lembaga pendukung (non industri). Pelaku industri dalam klaster memiliki keterkaitan yang terbentuk secara langsung maupun tidak langsung yang selanjutnya akan bekerjasama dalam klaster tersebut. Menurut Kuncoro (2007) keterkaitan aktivitas industri dalam klaster secara horizontal dan vertikal. Keterkaitan horizontal terdiri dari atas persaingan antar pelaku ekonomi dalam merebut pasar maupun untuk mendapatkan bahan baku, sedangkan


(38)

20 keterkaitan vertikal meliputi keterkaitan belakang terhadap sumber bahan baku dan kaitan ke depan seperti daya tarik terhadap pasar.

Klaster berbasis teknologi inovatif memiliki kapasitas untuk mengubah dan merevitalisasi ekonomi lokal, memberikan daya saing ekonomi, penciptaan kekayaan, dan pekerjaan. konsentrasi lokal dari perusahaan horizontal dan vertikal terkait dapat menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif internasional (Porter, 1990). Contoh keberhasilan ekonomi dari kluster industri seperti Silicon Valley dan Route telah membantu perkembangan upaya untuk menciptakan klaster industri baru menurut Feldman dan Bercovitz dalam Aisah, 2011).

Keterkaitan dan kerjasama antar perusahaan dalam klaster akan memberikan kesempatan tumbuhnya uang belajar secara kolektif dimana terjadi pengembangan saling tukar menukar pendapat dan saling membagi pengetahuan secara kolektif. Jaringan bisnis diantara perusahaan, penyedia jasa layanan usaha (seperti institusi pelatihan, konsultan, broker) serta perumus kebijakan lokal, sehingga dapat mendukung pembentukan suatu visi pengembangan lokal bersama dan memperkuat pengembangan klaster (Handito, 2011).

6. Keterkaitan Industri

Menurut Kuncoro (2007) keterkaitan aktivitas industri dalam klaster secara horizontal dan vertikal. Keterkaitan horizontal terdiri dari atas persaingan antar pelaku ekonomi dalam merebut pasar


(39)

21 maupun untuk mendapatkan bahan baku, sedangkan keterkaitan vertikal meliputi keterkaitan belakang terhadap sumber bahan baku dan kaitan ke depan seperti daya tarik terhadap pasar.

Keterkaitan antar industri dapat dilihat dari kebutuhan yang diperoleh dari industri hulu (upstream industri) dan penggunaan output suatu industri hilir (downstream industri)

a. Keterkaitan Horizontal Industri

Menurut Dijk dan Sverrison dalam Choirunnisa (2012), keterkaitan horizontal dalam klaster industri terbentuk karena adanya hubungan kerjasama dan saling bertukar informasi antar perusahaan. Bentuk keterkaitan horizontal yaitu sebagai berikut 1) Kegiatan saling membantu antar pengusaha kecil dalam

menangani order besar.

2) Kegiatan antar perusahaan dalam penggunaan mesin atau alat-alat produksi bersama.

3) Kolaborasi antar perusahaan dalam usaha pemasaran produk.

b. Keterkaitan Vertikal Industri

Scltovsky, dalam Aisah (2011), Jika suatu industri x melakukan investasi maka hal tersebur untuk memperluas kegiatan industri, industri tersebut menguntungkan beberapa jenis perusahaan. Jenis-jenis perusahaan yang memperoleh


(40)

22 eksternalitas ekonomi keuangan dari industri x dan menjalin keterkaitan aktivitas vertikal dengan industri x adalah :

1) Perusahaan yang akan menggunakan produksi x sebagai bahan mentah industri mereka, karena harga yang lebih murah.

2) Industri yang menghasilkan barang komplementer untuk barang yang diproduksikan industri x, karena dengan naiknya produksi dan penggunaan hasil industri x maka jumlah permintaan akan barang-barang komplementer tersebut bertambah.

3) Industri yang menghasilkan barang subtitusi bahan mentah yang digunakan oleh industri x.

7. Pola Klaster Markussen

Pola Klaster Markussen adalah Pola klaster industri yang diajukan markussen berdasarkan studinya di Amerika Serikat, berdasarkan pada variabel struktur bisnis dan skala ekonomi, keputusan investasi, jalinan kerjasama dengan pemasok, jaringan kerjasama dengan pengusaha dalam klaster, pasar dan migrasi tenaga kerja, keterkaitan identitas budaya lokal, peran pemerintah lokal, dan peran asosiasi, maka pola klaster Markussen dibedakan menjadi empat, yaitu distrik Marshallian, distrik Hub and Spoke, distrik

Satelit, dan distrik State-Anchored. Berikut penjelasan masing-masing


(41)

23 a. Distrik Industri Marshallian dan Varian

Sebuah wilayah dimana struktur bisnisnya kecil yang terdiri dari perusahaan dan memungkinkan adanya evolusi dari identitas budaya lokal yang kuat serta mempunyai keahlian. Distrik Marshallian juga mencakup layanan yang relatif khusus disesuaikan dengan produk-produk industri daerah. Layanan tersebut meliputi keahlian teknis, mesin dan pemasaran, dan pemeliharaan dan layanan perbaikan. Di dalam distrik terdapat lembaga keuangan lokal yang menawarkan bantuan modal, bersedia mengambil resiko jangka panjang karena mereka memiliki kedua informasi orang dalam dan adanya kepercayaan pengusaha di perusahaan lokal, Marshall dalam Markussen (1996) . Model ini digambarkan dalam Gambar 2.1, sebagai beriku.

Gambar 2.1


(42)

24 b. Distrik Industri Hub dan Spoke

Distrik Hub dan Spoke sangat berbeda dengan sentra industri daerah, dimana sejumlah perusahaan inti bertindak sebagai jangkar atau hub ke perekonomian daerah, pemasok dan kegiatan yang terkait menyebar di sekitar mereka seperti jari-jari roda. Di mana sebuah perusahaan tunggal yang besar membeli dari pemasok lokal maupun eksternal dan menjual kepada pelanggan eksternal. Model ini digambarkan dalam gambar 2.2.

Gambar 2.2 Distrik Hub dan Spoke

Distrik Hub dan Spoke didominasi oleh satu atau beberapa, perusahaan besar terintegrasi secara vertikal, dalam satu atau sektor lebih, dikelilingi oleh pemasok yang lebih kecil. Distrik ini memperlihatkan bentuk yang terkait, dimana perusahaan-perusahaan kecil sangat tergantung pada perusahaan besar atau lembaga baik untuk pemasaran dimana perusahaan kecil menikmati eksternalitas agglomerasi dari organisasi yang lebih besar (Markussen, 1996).


(43)

25 c. Distrik Satelit

Dalam Distri Satelit didominasi oleh perusahaan besar, perusahaan eksternal yang membuat keputusan berinvestasi. Skala ekonomi dalam setiap fasilitas berukuran menengah ke atas. Pada umumnya perusahaan inti membuat produk yang bersifat heterogen. Industri disini tidak kooperatif antara penduduk untuk berbagi risiko, menstabilkan pasar, atau terlibat dalam kemitraan yang inovatif. Dalam hal ini mereka berbeda dari distrik hub dan spoke, di mana perusahaan lokal besar atau lembaga yang berbasis lokal. Model ini di gambarkan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Distrik Satelit

Gambar 2.3 menunjukkan yang paling mencolok adalah tidak adanya jaringan dalam wilayah dan dominasi link ke perusahaan induk di tempat lain (Markussen, 1996)

d. Distrik State – Anchored

Distrik State-Anchored berbeda dari pola distrik lainnya terletak pada daerah dimana perusahaan non-profit,


(44)

26 perusahaan tetap, laboratorium, universitas, dan pusat pemerintahan menjadi kunci investasi distrik ini. Distrik ini terdapat jalinan keterkaitan khusus dan ditentukan oleh campur tangan politik bukan perusahaan swasta. Distrik State-Anchored memiliki ciri seperti didominasi satu atau beberapa perusahaan besar, skala ekonomi relatif tinggi pada sektor publik, investasi dilakukan secara lokal berbagai tingkat pemerintahan, kontrak dan komitmen jangka pendek antara institusi dominan dan pemasok bahan baku lokal, keterkaitan antar sesama pengusaha di dalam dan di luar klaster relatif kuat, Pekerja lebih berkomitmen pertama ke perusahaan besar, kedua distrik, ketiga ke perusahaan kecil. Terjadi evolusi kebudayaan, tidak terdapat unit peminjaman dana, peran pemerintah lokal lemah dalam regulasi dan promosi industri inti serta Asosiasi perdagangan lemah dalam menyediakan infrastruktur, pelatihan, bantuan teknis, keuangan serta adanya ketergantungan pada infrastruktur publik. Distrik ini seperti distrik hub dan spoke hanya saja fasilitasnya dapat beroperasi dengan sedikit koneksi perekonomian daerah, seperti kasus distrik satelit (Markussen, 1996).

Untuk lebih jelasnya tentang pola klaster Markussen bisa di lihat dari tabel matrik Markussen di bawah ini.


(45)

27 Tabel 2.1.

Matrik Pola Klaster Markussen

NO Variabel Distrik Marshallian Distrik Hub dan Spoke Distrik satelit Distrik State Anchord 1 Struktur bisnis dan

skala ekonomi

Struktur industri didominasi oleh perusahaan kecil. Skala ekonomi relative rendah.

Struktur industri didomonasi satu atau beberapa oleh

perusahaan.

Skala ekonomi relative tinggi pada sektor publik.

Struktur industri di domonasi oleh perusahaan besar memiliki kantor pusat. Skala ekonomi relative moderat ke tinggi.

Struktur industri di dimonasi satu atau beberapa perusahaan besar.

Skala ekonomi relative tinggi pada sektor publik. 2 Konrak dan

komitmen antara pembeli dan pemasok bahan baku.

Adanya kontrak dan komitmen jangka panjang antara pembeli dengan pemasok bahan baku local

Adanya kontrak dan komitmen jangka panjang antara perusahaan besar dan pemasok bahan baku

Tidak adanya kontrak dan komitmen antara pembeli dan pemasok bahan baku lokal.

Terjadi kontrak dan komitmen jangka pendek antara perusahaan dominan dan pemasok bahan baku lokal.

3 Kerja sama dan keterkaitan antara sesama pengusaha di dalam klaster

Kerjasama dan keterkaitan antara sesama pengusaha di dalam klaster relatif lemah.

Kerjasama dan

keterkaitan antara sesama pengusaha di dalam klaster relatif lebih kuat

Kerjasama dan

keterkaitan antara sesama pengusaha di dalam klaster relatif lebih kuat

Kerjasama dan keterkaitan antara sesama pengusaha di dalam klaster relatif lebih kuat

4 Kerjamasa dan keterkaitan antara sesama pengusaha di luar klaster

Kerjasama dan keterkaitan antara sesama pengusaha di luar klaster relatif rendah.

Kerjasama dan keterkaitan antara pengusaha diluar luar klaster tinggi,

Keterkaitan antara

sesama pengusaha di luar klaster tinggi dengan perusahaan induk

Kerjasama dan keterkaitan antara pengusaha di luar klaster tinggi.


(46)

28 Lanjutan Tabel 2.1 Pola Matrik Markussen

5 Pasar dan migrasi tenaga kerja

Pasar tenaga kerja internal ke klaster lebih fleksibel dan migrasi masuk tinggi

Pasar tenaga kerja

internal ke klaster kurang fleksibel dan migrasi ke luar tinggi

Pasar tenaga kerja eksternal ke klaster menyebabkan integrasi vertical

Pekerjaan berkomitmen ke perusahaan besar,

kedua klaster, ketiga ke perusahaan

6 Keterkaitan identitas budaya sosial Terjadi evolusi kebudayaan dan pertalian local Terjadi evolusi

kebudayaan dan pertalian local

Terjadi evolusi kecil kebudayaan local

Terjadi evolusi

kebudayaan dan pertalian lokal

7 Unit/tempat peminjaman dana

Peran kuat unit tempat peminjaman dana terdapat di dalam daerah.

Sedikit unit tenpat peminjaman dana

terdapat di dalam daerah.

Tidak ada unit peminjaman dana

Tidak terdapat unit peminjaman data.

8 Peran pemerintah lokal

Peran kuat dari pemerinta lokal dalam regulasi dan promosi industri inti.

Peran kuat dari pemerintah lokal, provinsi, dan nasional dalam regulasi dan promosi inti

Peran kuat dari pemerintah lokal, propinsi, dan nasional dalam penyediaan infrastruktur keringan pajak dan lainnya.

Peran lemah dari pemerintah lokal dalam regulasi dan promosi inti.

9 Peranan asosiasi pedagang

Kuat terhadap asosiasi perdagangan dan terdapat kerjasama tinggi dengan

perusahaan kompotitor untuk berbagi resiko dan stabilitas.

Tidak ada asosiasi dagang yang menyediakan

infrastruktur, pelatian, bantuan teknis,

keuangan.

Ketergantungan pada infrastruktur publik

Tidak ada asosiasi dagang yang menyediakan infrastruktur, pelatian, bantuan teknis, keuangan. Ketergantungan pada infrastruktur publik

asosiasi dagang lemah dalam menyediakan infrastruktur, pelatian, bantuan teknis, keuangan. ketergantungan pada infrastruktur publik


(47)

29 8. Manfaat Klaster

Menurut Marshall (dalam Kuncoro, 2000), pembentukan klaster bisa membantu industri kecil untuk meningkatkan daya saing. Karena dengan adanya aglomerasi perusahaan-perusahaan sejenis yang mempunyai kesamaan maupun keterkaitan aktivitas, sehingga akan membatasi eksternalitas ekonomi yang dihasilkan dan akan mengurangi atau menurunkan biaya produksi perusahaan yang tergabung dalam klaster. Keuntungan yang dihasilkan dari pembentukkan klaster antara lain peluang penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, kemudahan dalam modal, akses kepada supplier dan input pelayanan khusus serta terjadinya transfer informasi dan ilmu pengetahuan klaster membawa keuntungan sebagai berikut :

a. Lokalisasi ekonomi. Melalui klaster, dengan memanfaatkan kedekatan lokasi, industri yang menggunakan input (informasi, teknologi atau layanan jasa) yang sama dapat menekan biaya perolehan dalam penggunaan jasa tersebut. Misalnya pendirian pusat pelatihan di klaster akan memudahkan akses industri pelaku klaster tersebut.

b. Pemusatan tenaga kerja. Klaster akan menarik tenaga kerja dengan berbagai keahlian yang dibutuhkan klaster tersebut, sehingga memudahkan industri pelaku klaster untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya dan mengurangi biaya pencarian tenaga kerja.


(48)

30 c. Akses pada pertukaran informasi dan patokan kinerja. industri

yang tergabung dalam klaster dapat dengan mudah memonitor dan bertukar informasi mengenai kinerja supplier dan nasabah potensial. Dorongan untuk inovasi dan teknologi akan berdampak pada peningkatan produktivitas dan perbaikan produk.

d. Produk komplemen. Karena kedekatan lokasi, produk dari satu pelaku klaster dapat memiliki dampak penting bagi aktivitas usaha industri yang lain. Disamping itu kegiatan usaha yang saling melengkapi ini dapat bergabung dalam pemasaran bersama.

Klaster merupakan upaya untuk membuat industri mikro, kecil, dan menengah menjadi lebih berorientasi pada pasar nasional maupun global. Dalam pelaksanaan klaster, menghilangkan persaingan di daerah sendiri, kekuatan dapat digabungkan untuk meraih daya saing nasional dan internasional. Dukungan diberikan kepada pengusaha lokal melalui Lembaga Pengembangan Bisnis yang diharapkan mampu mengembangkan klaster sebagai komunitas dan secara bisnis Bhinukti dalam Choirunnisa (2012).

9. Orientasi Pasar

Orientasi pasar merupakan salah satu bagian dari pemasaran. Pemasaran adalah kegiatan yang memberikan arah kepada seluruh aktivitas bisnis atau niaga yang meliputi pemasaran di mana produk


(49)

31 barang, jasa, dan gagasan yang dipasarkan merupakan perwujudan dari konsep yang mengalami proses pengembangan dan produksi yang ditujukan kepada pemakai akhir (Hibertus dalam Choirunnisa 2012). Sedangkan Menurut Kotler (1980) pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Dalam orientasi pasar perlu pengetahuan mengenai jenis pasar yang akan dimasuki, termasuk di dalam karakteristiknya. Dengan demikian dapat diketahui arah yang jelas mengenai orientasi pasar dari produk yang dihasilkan. Adapun orientasi pasar yang dimaksud untuk produk industri kerajinan batik adalah pasar dalam daerah Yogyakarta dan pasar penjualan di luar daerah Yogyakarta.

Orientasi pasar dan perilaku kewirausahaan merupakan faktor penting yang dapat memengaruhi kinerja perusahaan. Perusahaan yang berorientasi pasar senantiasa menggunakan informasi pasar untuk memenuhi kebutuhan pelanggan pada saat ini maupun prediksi/antisipasi kebutuhan di massa depan. Kecepatan mengakses informasi pasar dan merespon informasi pasar terkait dengan kemampuan adaptif perusahaan (Jaworski & Kohli; 1993) dalam (Adinoto, 2012).

Perusahaan yang akan memenangkan persaingan dengan meraih keunggulan bersaing adalah perusahaan yang dapat


(50)

32 menyampaikan superior value kepada pelanggan. Superior value ini dapat diciptakan apabila perusahaan memahami dengan baik siapa pelanggan mereka, apa kebutuhan mereka dan bagaimana memuaskan mereka secara lebih baik dibandingkan dengan pesaing. Selain itu, Hunt dan Morgan (1995)

Orientasi pasar merupakan sesuatu yang penting bagi kelangsungan perusahaan, sejalan dengan meningkatnya persaingan global dan perubahan dalam kebutuhan pelanggan dimana perusahaan menyadari bahwa mereka harus selalu dekat dengan pasar (Swastha dan Handoko, 2000).

Orientasi pasar merupakan budaya bisnis dimana organisasi menciptakan perilaku untuk terus berkreasi dalam menciptakan nilai unggul bagi pelanggan untuk memusatkan diri pada kepentingan jangka panjang serta profitabilitas. Orientasi pasar terdiri dari tiga komponen perilaku yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan inter fungsional atau semua aktivitas yang dilibatkan dalam memperoleh informasi tentang pembeli dan pesaing pada pasar yang dituju dan menyebarkan melalui bisnis dan koordinasi. Narver dan Slater dalam Sensi (2006).

. Orientasi pesaing ini harus berjalan bersama dengan orientasi pelanggan, yaitu bagaimana caranya memenangkan persaingan namun tetap dengan memuaskan keinginan pelanggan. Hal sering kurang mampu dijadikan strategi memenangkan persaingan


(51)

33 bisnis, karena perusahaan cenderung hanya bersifat reaktif terhadap permasalahan bisnis yang muncul dan tidak bersifat proaktif dalam mengungguli pesaing bisnisnya (Wahyono, 2002).

Orientasi Pasar salah satu yang terpenting yaitu orientasi pelanggan yaitu tentang kepentingan dan target beli pelanggan pada urutan teratas dan tidak menyampingkan stakeholder seperti pemilik, manager dan karyawan sehingga menciptakan nilai lebih pembeli secara terus menerus. Untuk memahami kekuatan jangka pendek dan jangka penjang pesaing dan kapabilitas jangka panjang serta strategi yang dimiliki oleh pesaingnya hal ini termasuk orientasi pesaing (Never dan Slater 1994)

B. Penelitian Terdahulu

Tema dalam penelitian ini sudah di gunakan beberapa peneliti sebelumnya untuk meneliti ekonomi industri membahas tentang formasi keterkaitan, orientasi pasar dan klaster industri dapat di lihat pada tabel di bawah ini.


(52)

34 Tabel 2.2

Matrik Penelitian Terdahulu

Nama Judul Tujuan Penelitian Variabel Penelitian dan Alat Analisi Hasil Rizka

Choirunnisa (2009)

Analisis Pola Klaster dan Orientasi Pasar (studi kasus sentra industri kerajinan logam desa tumang kecamatan cepogo Kabupaten Boyolali)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola klaster pada faktor – faktor yang

mempengarui pasar pada Industri kerajinan logam di Desa Tumang,

Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali

VD : Orientasi pasar VI:

1. Tenaga kerja

2. Pelatihan pengusaha 3. Umur perusahaan 4. Teknologi

5. Jaringan pembelian terbesar 6. Jaringan pemasok bahan baku 7. Kaektifan berpromosi

Alat analisi :Binary Logistic Regression.

Hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa pola klaster berdasarkan markussen mengacu pada pola marshallian dan hub & spoke, Variabel tenaga kerja, umur perusahaan, jaringan pembeli, keaktifan

berpromosi berpengaruh pada orientasi pasar. Didit

Akhmad Habibi (2008)

Analisis Formasi Keterkaitan dan Orientasi Pasar Pada Sentra industri

Kerajinan Pahat Batu di Kecamatan Muntilan

Untuk mengetahui sejauh mana formasi

keterkatitan antara industri inti dan industri pendukung serta orientasi pasar pada kerajinan pahat batu.

VD : Orientasi pasar VI:

1. Tenaga kerja 2. Modal 3. Teknologi

4. Jaringan pemasaran Alat analisi :Binary Logistic Regression

Hasil penelitian dapat di simpulkan orientasi pasar bersifat positif terhadap tenaga kerja, modal, teknologo dan jaringan pemasaran.


(53)

35 Lanjutan Tabel 2.1

Fitra Sari Islami (2014)

Analisis Pola Kaster, Formasi Keterkaitan dan Orientasi pasar (Studi kasus sentra Industri krupuk mie Desa Harjosari Lor Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola klaster pada faktor – faktor yang

mempengarui pasar pada Industri Krupuk Mie Desa Harjosari Lor Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal

VD : Orientasi pasar VI:

1. Tenaga kerja 2. Pelatihan pengusaha 3. Umur perusahaan 4. Teknologi

5. Jaringan pembelian terbesar 6. Jaringan pemasok bahan baku 7. Kaektifan berpromosi

Alat analisi :Binary Logistic Regression.

Hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa pola klaster berdasarkan markussen mengacu pada pola marshallian dan hub & spoke, Variabel tenaga kerja, umur perusahaan, jaringan pembeli, keaktofan

berpromosi berpengaruh pada orientasi pasar Riasqi

Setiani (2015)

Analisis Pola Klaster dan Orientasi Pasar (studi kasus sentra Industri Batik Kauman Kota Pekalongan)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola klaster pada faktor – faktor yang

mempengarui pasar pada sentra Industri Batik Kauman Kota Pekalongan

VD : Orientasi pasar VI:

1. Tenaga kerja

2. Pelatihan pengusaha 3. Umur perusahaan 4. Teknologi

5. Jaringan pembelian terbesar 6. Jaringan pemasok bahan baku 7. Kaektifan berpromosi

8. Nilai penjualan Alat analisi :Binary Logistic Regression.

Hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa pola klaster berdasarkan markussen mengacu pada pola marshallian dan hub & spoke, Variabel tenaga kerja, umur perusahaan,jaringan pembeli, keaktofan berpromosi berpengaruh pada orientasi pasar


(54)

36 C. Kerangka Pemikiran

Indonesia adalah negara berkembang maka tidak heran terdapat banyak usaha kecil dan menengah, Di setiap industri memerlukan kebutuhan yang banyak untuk melakukan proses produksi masing–masing dari bahan utama sampai perlengkapan. semakin banyak industri kecil dan menengah di Indonesia yang berdiri mengakibatkan munculnya klaster – klaster di karenakan kebutuhan bahan atau perlengkapan industri dalam suatu wilayah tertentu, UNNESCO mengakui batik merupakan baju khas Indonesia, Banyak daerah di Indonesia mempuyai motif atau corak khas dari daerah-daerah yang ada di seluruh Indonesia. Salah satu kota di Indonesia yang menjadi sentra batik adalah Yogyakarta. Yogyakarta juga termasuk daerah yang memiliki banyak seniman dan mayoritas berada di daerah Kabupaten Bantul tidak terkecuali sentra industri batik yang berada di sentra batik Giriloyo, Girirejo, Wijirejo. Di antara yang lain sentra industri batik yang tertua sentra batik tersebut adalah sentra batik Giriloyo yang sudah ada sejak jaman kerajaan mataram tetapi mulai di bentuk kelompok pembatik setelah gempa Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola klaster pada sentra industri di sentra batik Giriloyo, Girirejo, Wijirejo yang berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Markusen dan faktor yang mempengaruhi orientasi pasar dengan mengacu pada variabel tenaga kerja, pelatihan usaha, umur perushaan, jaringan pembeli terbesar, jaringan pemasok bahan baku, keaktifan promosi dan nilai penjualan.


(55)

37 Umur perusahaan adalah lamanya perusahaan tersebut berdiri dan tetap melakukan kegiatan produksinya. Umur perushaan menentukan kualitas dari perusahaan karena dengan lamanya perusahaan tersebut berdiri maka semakin lama informasi, pengalaman, tantangan dan masalah yang sudah dihadapi perushaan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa umur perushaan memiliki hubungan positif dengan orientasi pasar.

Pemasok bahan baku merupakan bagian terpenting dari poses produksi karena bahan baku adalah bahan utama untuk melakukan proses produksi. Kesimpulannyabahwa jaringan pemasok bahan baku memiliki hubungan positif degan orientasi pasar.

Jaringan pembeli berkaiatan dengan industri agar usahanya dapat berkembang dan hasil yang diproduksi dapat memperluas pasarnya. Semakin kuat hubungan antara jaringan pembeli dengan perusahaan akan semakin kuat pula peluang memperluas jangkauan pasarnya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan adanya pengaruh positif antara jaringan pembeli dengan orientasi pasar.

Salah satu cara untuk menarik pembeli dan mengenalkan produksinya adalah dengan cara melakukan promosi seaktik mungkin dan secara terus menerus agar pembeli tertarik dengan hasil produksi. Sehingga keaktifan berpromosi memiliki hubungan positif dengan orientasi pasar.

Kerangka pemikiran pada penelitian ini secara singkat dapat di gambarkan sebagai berikut:


(56)

38 Skema 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis Sentra Industri Batik Kabupaten Bantul

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan uraian penelitian terdahuli serta kerangka pemikiran teoritis, maka diturunkan hipotesis sebagai berikut : 1. Jumlah tenaga kerja diduga bepengaruh positif terhadap orientasi

pasar pada industri batik di sentra batik Giriloyo, Girirejo, dan Wijirejo.

2. Pelatihan usaha diduga bepengaruh positif terhadap orientasi pasar pada industri batik di sentra industri batik di sentra batik Giriloyo, Girirejo, dan Wijirejo.

Tenaga kerja

Pelatian Usaha Umur Perusahaan Jaringan Pemasok

Bahan Baku Jaringan Pembeli

Terbesar Promosi

Nilai Penjualan


(57)

39 3. Umur perusahaan diduga bepengaruh positif terhadap orientasi pasar

pada industri batik di sentra industri di sentra batik Giriloyo, dan Girirejo, Wijirejo.

4. Jaringan pemasok bahan baku diduga bepengaruh positif terhadap orientasi pasar pada industri batik di sentra industri di sentra batik Giriloyo, Girirejo, dan Wijirejo.

5. Jaringan pembeli terbesar diduga bepengaruh positif terhadap orientasi pasar pada industri batik di sentra industri di sentra batik Giriloyo, Girirejo, dan Wijirejo.

6. Jaringan promosi diduga bepengaruh positif terhadap orientasi pasar pada industri batik di sentra industri di sentra batik Giriloyo, Girirejo, dan Wijirejo.

7. Nilai Penjualan diduga bepengaruh positif terhadap orientasi pasar pada industri batik di sentra industri di sentra batik Giriloyo, Girirejo, dan Wijirejo.

E. Model Penelitian

Analisis regresi logistik adalah analisis yang menjelaskan efek dari variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan variabel bebas bertipe kualitatif maupun kuantitatif dan variabel terikat memiliki tipe data berupa dikotom maupun polikotom. Karena model yang dihasilkan dengan regresi logistik bersifat non linear, persamaan yang digunakan untuk mendiskripsikan hasil sedikit lebih kompleks dibanding dengan regresi berganda. Variabel hasil adalah probabilitas mendapatkan dua hasil atau


(58)

40 lebih berdasarkan fungsi non linear dari kombinasi linear dari sejumlah variabel (Kuncoro, 2001).

Regresi logistik dengan lebih dari dua pilihan sering disebut

Binominal Logistic Regression (BLR). Metode regresi logistik adalah lebih

fleksibel dibanding teknik lain (Kuncoro, 2001), yaitu :

1. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model. Artinya variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal, linier maupun memiliki varians yang sama dalam setiap grup.

2. Variabel bebas dalam regresi logistik bisa dicampur dari variabel continue, diskrit dan dikotomis

3. Regresi logistik akan sangat bermanfaat digunakan apabila distribusi respon atas variabel terikat diharapkan non-linier dengan satu atau lebih variabel bebas.

Persamaan umum untuk regresi logistik dengan dua pilihan, dinyatakan sebagai berikut (Kuncoro, 2001):

Yt = en 1 – en

dimana Yi adalah probabilitas yang di estimasi dengan kasus sebanyak

i (i= 1,....n).

u = A + b1 X1 +b2 X2+…….+biXI

U adalah persamaan regresi biasa dengan konstanta A, koefisien bi dan variabel bebas X dengan jumlah k ( i = 1,2,...k ). Selanjutnya dari persamaan (?)


(59)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek/Subyek Penelitian

Dalam Penelitian ini obyek penelitian adalah sentra batik di Kabupaten Bantul yang berada di Dusun Giriloyo Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri, Dusun Pajimatan Desa Girirejo kecamatan Imogiri dan Dusun Pajenan Desa Wijirero kecamatan Pandak.

Oleh sebab itu subyek penelitian adalah para pengkrajin batik tulis dan cap di sentra batik Wukirsari, Wijirejo dan Girejo yang berjumlah empat puluh enam pengkrajin batik tulis maupun cap.

B. Jenis Data

Menurut Kuncoro (2003) Suatu variable adalah jumlah yang terukur yang dapat berfariasai atau mudah berubah. variabel umumnya di kategorikan menjadi dua yaitu variable dipenden, identik dengan variable terikat (yang di jelaskan). Variabel Independen Identik dengan variable bebas, penjelas, atau independent/ explanatory, Variabel ini biasanya di anggap sebagai variabel perekdiktor atau penyebab karena memproduksi ataumenyebabkan variabel. Jenis data yang di gunakan adalah:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara (kuesioner) dengan responden yang relevan dengan survei lapangan dan

stakeholder yang berkepentingan dengan objek penelitian. Adapun


(60)

42 pengisian kuesioner oleh responden dan stakeholders untuk menganalisis pola klaster dan para pengusaha industri yang berkepentingan dengan objek penelitian untuk melihat formasi keterkaitan dan faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi pasar 2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lembaga pengumpul

data. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari BPS, DISPERINDAGKOP

C. Teknik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, peneliti membagikan kuesioner yang disusun dalam pertanyaan-pertanyaan dan responden diminta untuk memberikan jawaban dan tanggapannya secara langsung dengan memilih salah satu pilihan jawaban. Kemudian Jawaban yang telah diberikan responden yang bersifat kualitatif di ubah menjadi kuantitatifkan dan diukur dengan menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2008), penentuan skor pada masing-masing item pertanyaan terhadap masalah yang diteliti diukur dengan skala Likert, yaitu skala yang berhubungandengan pertanyaan sikap/persepsi seseorang terhadap keadaan atau fenomena sosial.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Menurut Sugiyono (2008) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan sampling yaitu suatu cara pengumpulan data yang sifatnya tidak menyeluruh, artinya tidak mencakup seluruh objek akan tetapi hanya sebagian dari populasi saja, yaitu hanya mencakup sampel yang diambil dari populasi tersebut.


(61)

43 D. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Survei

Merupakan metode pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli yaitu kuesionaer. Kuesioner merupakan susunan pertanyaan sesuai tujuan penelitian yang diberikan kepada responden dan stakeholdersdalam bentuk tertulis. Kuesioner menggunakan tipe pertanyaan tertutup agar jawaban responden berbentuk data nominal, ordinal, interval, maupun rasio. 2. Metode Literatur (Studi Pustaka)

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur-literatur dan penerbitan seperti jurnal, buku-buku, artikel dari internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Variabel

Menurut Sugiono (2012) Variabel penelitian adalah atribut atau sifat dari seseorang, Objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertenru yang di tetapkan oleh oleh peneliti dan kemudian dipelajari selanjutnya di tarik kesimpulannya. Pada Penelitian ini telah di tentukan menggunakan dua variabel, yaitu variabel dependen yang bersifat variabel terikat dan variabel indenpenden yang bersifat variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengarui perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dipengarui atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.


(62)

44 Pada Penelitian ini, Variabel dependen adalah orientasi pasar dari sentra batik di Kabupaten Bantul (sentra batik Wukirsari, Girirejo, dan Wijirejo), dimana 0 = orientasi pasar lokal dan 1 = orientasi pasar non lokal. Sedangkan variabel bebasnya di kembangkan dari penelitian sebelumnya dari Markussen (1996), Aisyah (2007), Choirunnisa (2012), Setiani (2015), Dewi (2014). Sehingga variabel bebas yang digunakan yaitu jumlah tenaga kerja, umur perusahaan, pelatian usaha, jaringan dengen pembeli terbesar, jaringan dengan pemasok bahan baku, keaktifan berpromosi dan nilai penjualan. dan analisis pola klaster mengacu pada variabel dalam model Markussen yang berdasarkan studinya, terdapat empat pola yaitu Distrik

Marshallin, Distrik Hub and Spoke, Distrik Satelit, dan Distrik

State-ancored.

Menurut Setiani (2015) Definisi oprasional variabel merupakan definisi yang di dasarkan pada karakteristik yang diamati, dalam penelitian ini definisi operasional merupakan hal yang sangat penting agar terhindar dari kesalahan saat pengumpulan data dan bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan untuk pengembangan instrumen (alat ukur). Dan berikut variebel dependen dan independen:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini Dori adalah dummy orientasi pasar dari industri batik tulis di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Dimana 0= orientasi pasar lokal dan 1= orientasi


(63)

45 pasar non lokal. Orientasi pasar lokal adalah hasil produksi dari industri bati hanya di pasarkan disekitar Kabupaten Bantul dan kota Yogyakarta sedangkan orientasi pasar non lokal adalah hasil produknya sudah dipasarkan sampai keluar wilayah Kabupaten Bantul antara lain Kota Bali, Jakarta,Surabaya bahkan sampai luar negeri seperti jepang.

2. Variabel Independen

a. Tenaga Kerja (X1), merupakan variabel yang menggambarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan satu kali proses produksi yang didasarkan dengan satuan hari orang bekerja (HOK). Tenaga kerja merupakan variabel dinyatakan dengan satuan orang.

b. Pelatihan Usaha yaitu dengan bentuk pelatihan manajerial bagi pengusaha batik di Kabupaten Bantul, apakah industri batik di Kabupaten yang berdiri sudah pernah melakukan pelatihan usaha dinyatakan dalam 0= sudah pernah mengikuti pelatihan dan 1= belum pernah melakukan pelatihan.

c. Umur Perusahaan (X3) yaitu sebarapa lamanya perusahaan mampu bertahan bertahan hidup dan menjalankan operasionalnya dan merupakan variabel kontinyu yang dinyatakan dalam satuan tahun.

d. Jaringan dengan pemasok bahan baku (X4) kondisi hubungan industri dengan pemasok bahan baku. Hubungan diantara


(64)

46 keduanya dilihat dari intensitas bertransaksi kontrak, dan komitmen yang terjalin berdasar penelitian terdahulu dan teori. Klasifikasi intensitas untuk subindikator menjadi lima bagian, jika hubungan keduanya sangat lemah diberikan kode 1, lemah diberikan kode 2, sedang diberikan kode 3, kuat diberikan kode 4, atau sangat kuat diberikan kode 5.

e. Jaringan dengan pembeli terbesar (X5) yaitu kondisi hubungan industri dengan pembeli terbesarnya, hubungan diantara keduanya dilihat dari intensitas bertransaksi. Indikator jaringan pembeli diukur dari intensitas transaksi setiap bulannya, jenis jaringan atau pembeli dan komitmen yang terjalin berdasar penelitian terdahulu dan teori. Klasifikasi intensitas untuk subindikator menjadi lima bagian, jika hubungan keduanya sangat lemah diberikan kode 1, lemah diberikan kode 2, sedang diberikan kode 3, kuat diberikan kode 4, atau sangat kuat diberikan kode 5.

f. Aktif Berpromosi (X6), yaitu Promosi merupakan cara untuk mendapatkan konsumen untuk membeli lebih banyak barang di suatu perusahaan. keaktifan promosi industri batik dilihat dari seberapa intensitas melakukan promosi penjualan untuk memasarkan produk. sangat tidak aktif diberikan kode 1, tidak aktif diberikan kode 2, cukup aktif diberikan kode 3, aktif diberikan kode 4, atau sangat aktif diberikan kode 5.


(65)

47 g. Nilai penjualan (X7), Total nilai penjualan atau penerimaan dari

barang atau jasa pada suatu periode waktu tertentu dan diukur dengan 0 = sedikit dan 1 =banyak.

Variabel masing-masing tipe klaster dalam penelitian ini, diukur dengan menggunakan skala Likert 5 poin, yang menunjukkan skala intensitas persepsi responden secara langsung mulai dari 1=tidak pernah, 2= sangat jarang, 3 = kadang-kadang, 4 = sering, 5= sangat sering, yang mencerminkan hubungan indikator 1= sangat lemah, 2 = lemah, 3= sedang, 4= kuat, dan 5=sangat kuat.

Klasifikasi intensitas dalam pengukuran indikator yaitu sangat lemah, lemah, sedang, kuat, dan sangat kuat dalam variabel jaringan pemasok dan pembeli menggunakan metode distribusi data yang disesuaikan dengan kemencengan sebaran data yang kemudian dibagi menjadi lima yang terlihat pada

Tabel 3.1

Klasifikasi Jaringan Pemasok dan Pembeli Klasifikasi Intensitas Interval Nilai

Sangat lemah I < X – SD Lemah X –SD ≤ I < X Sedang X ≤ I < X + SD

Kuat I ≥ X + SD

Sangat Kuat X ≥ I ≥ X + SD Ket : I = Nilai Indikato, SD = Standar Deviasi, X = Rata – Rata

Skala Likert

Klasifikasi intensitas pada variabel keaktifan promosi, juga dilihat dari intensitas distribusi rata-rata responden yang kemudian dibagi menjadi 3 kategori yaitu 1 = sangat tidak aktif berpromosi, 2


(66)

48 = tidak aktif berpromosi, 3 = cukup aktif berpromosi, 4 = aktif berpromosi dan 5 = sangat aktif berpromosi, dapat dilihat.

Tabel 3.2

Klasifikasi Intensitas Promosi

Skala linkert F. Uji Kualitas Intrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya kuesioner. Dimana kuesiner dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang semestinya diukur atau mampu mengukur apa yang ingin dicari secara tepat (Ghozali, 2005). Valid tidaknya suatu kuesioner dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor total pada taraf signifikan 5%, item-item yang tidak berkorelasi secara signifikan dinyatakan gugur dan tidak digunakan dalam analisis selanjutnya.

Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Uji signifikasi dilakukan dengan membandingkan nilai antara r hitung dengan r tabel.Jika r hitung < r tabel, maka item-item yang tidak berkorelasi secara signifikan

Klasifikasi Intensitas Interval Nilai Sangat Tidak aktif I < X – SD

Tidak Aktif X –SD ≤ I < X Cukup Aktif X ≤ I < X + SD

Aktif I ≥ X + SD

Sangat Aktif X ≥ I ≥ X + SD Ket : I = Nilai Indikato, SD = Standar Deviasi, X = Rata2


(67)

49 dinyatakan gugur dalam artian variabel yang tidak valid, tidak digunakan lagi dalam analisis selanjutnya. Hasil perhitungan pada uji validitas diperoleh r tabel (df = n-k = 46-2 = 44 ) sebesar 0,2632. 2. Uji Reabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2005). Dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut nunnally (dalam Ghozali 2005) untu mengetahui apakah alat ukur reliabel atau tidak, diuji dengan menggunakan metode Alpha Cronbach (α). Sebuah instrument dianggap telah memiliki tingkat kehandalan yang dapat diterima, jika nilai Alpha Cronbach yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0,60. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan adalah Cronbach

Alpha (α) dengan cara membandingkan nilai alpha dengan standarnya

dengan ketentuan jika :

a. Nilai Cronbach Alpha 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel. b. Nilai Cronbach Alpha 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel. c. Nilai Cronbach Alpha 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel. d. Nilai Cronbach Alpha 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel. e. Nilai Cronbach Alpha 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel.


(68)

50 Pengukuran reabilitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Repeated Measure atau pengukuran ulang. Disini

seseorang/responden akan diberi pertanyaan yang sama tetapi dalam waktu yang berbeda, dan kemudian akan dilihat dari jawabannya apakah jawaban responden akan tetap konsisten atau tidak.

b. One shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

G. Uji Hipotesis dan Analisi Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan metode analisis deskriptif untuk menjelaskan pola klaster berdasarkan pola klaster Markussen, Sedangkan analisis kuantitatif menggunakan analisis regresi logistik untuk mengetahui probabilitas faktor yang mempengaruhi orientasi pasar. Metode analisis tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Analisis Diskriptif

Analisis yang digunakan untuk menghasilkan gambaran dari data yang telah terkumpul berdasarkan jawaban responden adalah melalui distribusi item dari masing-masing variable. Penyajian data yang telah terkumpul pembahasannya secara deskriptif dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi.


(1)

Lampiran 10

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 1

Step 25,769 7 ,001

Block 25,769 7 ,001

Model 25,769 7 ,001

Lampiran 11

Model Summary Step -2 Log

likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 19,708a ,429 ,683

a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.

1 1,434 7 ,984

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

op = lokal op = non lokal Total Observed Expected Observed Expected

Step 1

1 5 4,584 0 ,416 5

2 2 2,484 3 2,516 5

3 1 1,198 4 3,802 5

4 1 ,511 4 4,489 5

5 0 ,162 5 4,838 5

6 0 ,034 5 4,966 5

7 0 ,017 5 4,983 5

8 0 ,009 5 4,991 5

9 0 ,001 6 5,999 6

Classification Tablea

Observed Predicted

op Percentage

Correct lokal non lokal

Step 1 op

lokal 6 3 66,7

non lokal 2 35 94,6

Overall Percentage 89,1


(2)

Step 1a

Log_TKJ 10,116 4,585 4,867 1 ,027 24726,886

Log_NP -3,123 2,709 1,329 1 ,249 ,044

Log_UP 8,633 3,724 5,372 1 ,020 5611,722

Log_Promosi 12,751 13,382 ,908 1 ,341 344809,506

Log_Pemasok 1,606 11,828 ,018 1 ,892 4,981

Log_Pembeli -9,700 13,481 ,518 1 ,472 ,000

PLT(1) -,834 1,364 ,374 1 ,541 ,434

Constant ,768 25,080 ,001 1 ,976 2,156

a. Variable(s) entered on step 1: Log_TKJ, Log_NP, Log_UP, Log_Promosi, Log_Pemasok, Log_Pembeli, PLT.


(3)

Lampiran 12

Tabulasi Kuesioner

Responden OP Tk Log_TK Pelatian NP Log_Np UP Log_UP JP Log_JP JPBB Log_JPBB JPT Log_JPT R1 1 8 0,90309 0 12000000 7,07918 19 1,27875 12 1,079181 9 0,95424 18 1,25527 R2 0 3 0,47712 1 20000000 7,30103 8 0,90309 19 1,278754 16 1,20412 12 1,07918 R3 1 35 1,54407 1 60000000 7,77815 34 1,53148 19 1,278754 23 1,36173 20 1,30103 R4 1 14 1,14613 1 60000000 7,77815 14 1,14613 22 1,342423 20 1,30103 19 1,27875 R5 1 12 1,07918 0 25000000 7,39794 18 1,25527 18 1,255273 19 1,27875 16 1,20412

R6 1 4 0,60206 1 7500000 6,87506 10 1 18 1,255273 13 1,11394 18 1,25527

R7 0 3 0,47712 0 13000000 7,11394 44 1,64345 17 1,230449 15 1,17609 18 1,25527 R8 0 11 1,04139 1 32000000 7,50515 6 0,77815 21 1,322219 18 1,25527 18 1,25527 R9 1 21 1,32222 0 60000000 7,77815 33 1,51851 17 1,230449 21 1,32222 20 1,30103 R10 1 40 1,60206 1 80000000 7,90309 6 0,77815 17 1,230449 19 1,27875 19 1,27875 R11 1 30 1,47712 0 60000000 7,77815 56 1,74819 19 1,278754 16 1,20412 18 1,25527 R12 1 8 0,90309 0 50000000 7,69897 18 1,25527 18 1,255273 16 1,20412 17 1,23045 R13 0 3 0,47712 0 30000000 7,47712 2 0,30103 12 1,079181 17 1,23045 17 1,23045 R14 1 9 0,95424 1 30000000 7,47712 16 1,20412 18 1,255273 16 1,20412 17 1,23045 R15 0 9 0,95424 0 30000000 7,47712 14 1,14613 12 1,079181 16 1,20412 17 1,23045 R16 1 11 1,04139 0 13000000 7,11394 10 1 16 1,20412 15 1,17609 16 1,20412 R17 0 5 0,69897 0 25000000 7,39794 5 0,69897 17 1,230449 16 1,20412 18 1,25527 R18 1 8 0,90309 0 25000000 7,39794 19 1,27875 17 1,230449 16 1,20412 17 1,23045

R19 0 2 0,30103 0 10000000 7 7 0,8451 19 1,278754 16 1,20412 18 1,25527

R20 1 12 1,07918 0 70000000 7,8451 8 0,90309 17 1,230449 20 1,30103 15 1,17609 R21 1 3 0,47712 0 30000000 7,47712 36 1,5563 18 1,255273 18 1,25527 13 1,11394 R22 0 13 1,11394 1 25000000 7,39794 5 0,69897 18 1,255273 14 1,14613 19 1,27875 R23 1 10 1 0 40000000 7,60206 9 0,95424 19 1,278754 20 1,30103 17 1,23045


(4)

R25 1 5 0,69897 1 20000000 7,30103 10 1 20 1,30103 17 1,23045 20 1,30103 R26 1 20 1,30103 1 6000000 6,77815 9 0,95424 18 1,255273 17 1,23045 19 1,27875 R27 1 89 1,94939 1 33000000 7,51851 12 1,07918 17 1,230449 14 1,14613 17 1,23045 R28 1 20 1,30103 1 12000000 7,07918 10 1 18 1,255273 15 1,17609 17 1,23045 R29 1 20 1,30103 1 15000000 7,17609 8 0,90309 18 1,255273 17 1,23045 17 1,23045 R30 1 12 1,07918 1 2500000 6,39794 8 0,90309 16 1,20412 15 1,17609 17 1,23045 R31 1 25 1,39794 1 35000000 7,54407 9 0,95424 20 1,30103 18 1,25527 18 1,25527 R32 1 20 1,30103 1 15000000 7,17609 8 0,90309 19 1,278754 16 1,20412 17 1,23045 R33 1 10 1 1 15000000 7,17609 8 0,90309 19 1,278754 17 1,23045 18 1,25527 R34 1 20 1,30103 1 15000000 7,17609 8 0,90309 17 1,230449 16 1,20412 17 1,23045

R35 1 10 1 1 3000000 6,47712 5 0,69897 19 1,278754 16 1,20412 17 1,23045

R36 1 10 1 1 12000000 7,07918 8 0,90309 16 1,20412 16 1,20412 17 1,23045

R37 0 10 1 0 5000000 6,69897 2 0,30103 22 1,342423 16 1,20412 17 1,23045

R38 1 15 1,17609 1 8000000 6,90309 9 0,95424 19 1,278754 16 1,20412 17 1,23045 R39 1 12 1,07918 1 4000000 6,60206 9 0,95424 17 1,230449 16 1,20412 17 1,23045

R40 1 10 1 1 2000000 6,30103 9 0,95424 17 1,230449 16 1,20412 17 1,23045

R41 1 18 1,25527 1 5000000 6,69897 8 0,90309 17 1,230449 16 1,20412 17 1,23045 R42 1 20 1,30103 1 8000000 6,90309 9 0,95424 16 1,20412 16 1,20412 17 1,23045 R43 1 20 1,30103 1 6000000 6,77815 9 0,95424 17 1,230449 16 1,20412 17 1,23045 R44 1 15 1,17609 0 15000000 7,17609 86 1,9345 19 1,278754 17 1,23045 17 1,23045 R45 1 12 1,07918 1 2000000 6,30103 9 0,95424 18 1,255273 18 1,25527 10 1 R46 1 20 1,30103 0 20000000 7,30103 11 1,04139 22 1,342423 18 1,25527 18 1,25527


(5)

(6)