Teori Efektivitas Tinjauan Penelitian Terdahulu

3. Ep 1 bila PT naik pada tahapan increasing rate dan PR naik di daerah I maka petani mampu memperoleh keuntungan ketika jumlah faktor produksi ditambah. 4. 1 Ep 0 menunjukkan tambahan sejumlah faktor produksi tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa ini terjadi di daerah II, di mana pada sejumlah faktor produksi yang diberikan maka PT tetap naik pada tahapan decreasing rate. 5. Ep 0 yang berada di daerah III menunjukkan PT dalam keadaan turun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan turun. Setiap upaya penambahan faktor produksi tetap merugikan petani.

2.3 Teori Efektivitas

Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauhmana sasaran dapat dicapai Atmosoeprapto, 2002 dalam Suwarthiani 2014. Hasil yang semakin mendekati sasaran berarti derajat efektivitasnya semakin tinggi. Sedangkan hasil yang semakin tidak mendekati sasaran berarti derajat efektivitasnya semakin rendah. Wisnu dan Siti 2005, dalam Suwarthiani 2014 mengungkapkan bahwa penilaian efektivitas dapat dilakukan dengan mengambil salah satu pendekatan dari tiga pendekatan yang ada. Tiga pendekatan tersebut meliputi pendekatan sumber daya eksternal kontrol, pendekatan sistem-sistem internal motivasi, dan pendekatan teknis efisiensi. Gibson, dkk 1996, dalam Suwarthiani 2014 mengungkapkan faktor atau unsur yang dipakai sebagai indikator efektivitas adalah produksi, mutu, efisiensi, fleksibelitas, kepuasan, persaingan, pengembangan, dan kelangsungan hidup. Gasperz 2008, dalam Suwarthiani 2014 mengungkapkan tingkat efektivitas dari sistem produksi merupakan rasio output aktual terhadap output yang direncanakan dan diukur dalam satuan persen. Rumus untuk mengukur tingkat efektivitas dalam pencapaian tujuan atau sasaran yaitu Subagyo, 2000 dalam Budiani 2009. Dimana: R = Realita T = Target Halim 2004, dalam Sangurjana 2016 menetapkan standar acuan untuk mengukur efektivitas. Adapun standar acuan untuk mengukur efektivitas dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Standar Acuan Pengukuran Efektivitas Rasio Efektivitas Tingkat Capaian 40 Sangat tidak efektif ≥40 s.d. 60 Tidak efektif ≥60 s.d. 80 Cukup efektif ≥80 s.d. 100 Efektif Sumber: Halim 2004. dalam Sangurjana 2016.

2.4 Teori Efisiensi

Menurut Soekartawi 2002 efisiensi merupakan upaya penggunaan faktor produksi yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi yang sebesar- besarnya. Soekartawi 2003, dalam Dewi 2007 menerangkan bahwa dalam terminologi ilmu ekonomi, pengertian efisiensi ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif atau harga dan efisiensi ekonomis. R Efektivitas Program = x 100 T

2.4.1 Efisiensi teknis

Efisiensi teknis merupakan kemampuan maksimum yang dicapai oleh faktor produksi. Suatu perusahaan efisien secara teknis bilamana produksi dengan output terbesar yang menggunakan set kombinasi beberapa faktor produksi saja. Efisiensi teknis technical efficiency mensyaratkan adanya proses produksi yang dapat memanfaatkan faktor produksi yang sedikit demi menghasilkan output produksi dalam jumlah yang sama. Analisis efisiensi teknis dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas karena koefisien regresi merupakan elastisitas produksi Soekartawi, 2002.

2.4.2 Efisiensi harga atau allocative efficiency

Efisiensi harga menujukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi harga tercapai jika perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. Bila peternak mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha ternaknya, misalnya karena pengaruh harga, maka peternak tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor usaha ternaknya secara efisien. Efisiensi alokatif ini terjadi bila perusahaan memproduksi output yang paling disukai oleh konsumen. Produk Marginal PM menggambarkan perubahan penggunaan satu- satuan faktor produksi yang digunakan Soekartawi, 2002. Adapun nilainya dapat dicari dengan rumus sebagai berikut. PMx i = β i . PRx i Dimana: PRx i = YX i Keterangan: β i = Elastisitas produksi faktor produksi ke i PRx i = Produk rata-rata faktor produksi ke i Y = Jumlah produksi X i = Jumlah penggunaan faktor produksi yang digunakan Nilai Produk Marginal NPM dapat dihitung dengan mengalikan produk marginal dengan harga satu-satuan unit produksi yang dihasilkan Soekartawi, 2002. Adapun NPM dapat dicari dengan rumus sebagai berikut. NPMx i = PMx i . P y Dimana: NPMx i = Nilai Produk Marginal dari faktor X i P y = Harga rata-rata satu-satuan unit produksi Y Tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi ditentukan dengan cara membandingkan NPM faktor produksi dengan harga faktor produksi yang digunakan. Adapun rumusnya yaitu Soekartawi, 2002. Keterangan: Ef = Indeks efisiensi faktor produksi X i NPMx i = Nilai produk marjinal faktor produksi ke i Px i = Harga per satuan faktor produksi ke i Alokasi penggunaan faktor produksi tidak efisien dapat terjadi karena dua kemungkinan yaitu: alokasi masukan faktor produksi masih terlampau rendah atau alokasi masukan faktor produksi sudah terlampau tinggi. Menurut Soekartawi 2003, dalam Dewi 2012 bahwa dalam kenyataan NPMx i tidak selalu sama dengan Px i , yang sering terjadi adalah NPMx i Px i lebih besar dari satu artinya penggunaan faktor produksi X belum efisien, untuk mencapai efisiensi maka faktor produksi X perlu ditambah. NPMx i Px i kurang dari satu artinya penggunaan faktor produksi X tidak efisien, agar faktor produksi X menjadi efisien maka penggunaan faktor produksi X perlu dikurangi.

2.4.3 Efisiensi ekonomis

Konsep dalam efisiensi ekonomis adalah meminimalkan biaya artinya suatu proses produksi efisien secara ekonomis pada suatu tingkatan output apabila tidak ada proses lain yang dapat menghasilkan output serupa dengan biaya yang lebih murah. Efisiensi ekonomis dapat tercapai bila kedua efisiensi yaitu efisiensi teknis dan efisiensi harga tercapai serta memenuhi dua kondisi, antara lain: Soekartawi, 2003 dalam Suryana 2007. 1. Syarat keperluan necessary condition menunjukkan hubungan fisik antara input dan output, bahwa proses produksi pada waktu elastisitas produksi antara nol dan satu. Hasil ini merupakan efisiensi teknis. 2. Syarat kecukupan sufficient condition yang berhubungan dengan tujuannya yaitu kondisi keuntungan maksimum tercapai dengan syarat nilai produk marginal sama dengan biaya marginal.

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya sangat perlu dilakukan mengingat pentingnya bagi peneliti untuk menelaah masalah yang dihadapi peneliti dalam penelitiannya. Adapun penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu: Suryana 2007 dalam penelitiannya yaitu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di Kabupaten Blora mempergunakan variabel bebas yaitu luas lahan X 1 , varietas bibit X 2 , jarak dan jumlah tanam X 3 , biaya tenaga kerja X 4 , biaya pembelian pupuk X 5 dan hasil produksi jagung hibrida Y. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 170 orang dengan penentuan jumlah sampel mempergunakan rumus Slovin. Model yang dipergunakan yaitu analisis regresi linier berganda metode Ordinary Least Square OLS dengan melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji multikolinieritas, uji autokolerasi, uji heteroskedasitas dan uji model regresi dengan uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi R 2 . Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas berpengaruh sangat nyata terhadap variabel terikat dan pengaruh dominan ditunjukkan oleh variabel bebas X 3 yaitu jarak dan jumlah tanam karena nilai standar koefisien betanya paling besar jika dibandingkan dengan variabel bebas X lainnya. Dewi 2012 dalam penelitiannya yaitu analisis efisiensi usahatani padi sawah menggunakan metode regresi linier berganda dengan model fungsi produksi Cobb-douglas untuk menganalisis efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi usahatani padi sawah. Variabel yang dipergunakan dalam penelitiannya yaitu enam variabel bebas yang meliputi bibit X 1 , pupuk urea X 2 , pupuk NPK X 3 , pupuk organik X 4 , pestisida X 5 , tenaga kerja X 6 dan variabel terikat Y yaitu jumlah produksi padi. Hasil analisis efisiensi teknis menunjukkan tidak adanya variabel bebas yang berada pada daerah elastisitas produksi I, variabel bebas X 2 , X 3 , dan X 4 berada pada daerah elastisitas produksi II, sedangkan variabel bebas X 1 , X 5 , dan X 6 berada pada daerah elastisitas produksi III. Hasil analisis efisiensi harga menunjukkan seluruh variabel bebas tidak efisien. Ditinjau dari efisiensi ekonomi, seluruh variabel bebas tidak efisien. Noor 2007 dalam penelitiannya yaitu analisis optimasi penggunaan tenaga kerja pada usahatani nanas di Kabupaten Simalungun menggunakan metode regresi linier dan non linier dengan model fungsi produksi Cobb-douglas untuk menganalisis tingkat optimasi melalui pendekatan efisiensi harga. Variabel yang dipergunakan dalam penelitian meliputi variabel bebas tenaga kerja X 1 dan variabel terikat jumlah produksi nanas Y. Hasil analisis uji t regresi linier dan non linier menunjukkan pada usahatani nanas skala sempit dan skala luas variabel bebas berpengaruh sangat nyata. Pada usahatani skala sempit dan skala luas, tingkat optimasi tenaga kerja belum optimal sehingga penggunaan tenaga kerja perlu ditambah. Penggunaan tenaga kerja pada usaha nanas skala luas lebih optimal jika dibandingkan dengan usaha nanas dengan skala usaha sempit. Persamaan peneliti terdahulu dengan penelitian ini adalah pada penelitian yang pertama juga digunakan metode regresi linier berganda untuk menganalisis data, pada penelitian yang kedua digunakan metode analisis regresi linier berganda dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas, pada penelitian ketiga mempergunakan analisis regresi. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian pertama yaitu peneliti pertama mempergunakan metode Ordinary Least Square OLS, variabel penelitian, lokasi, waktu, dan jumlah sampel yang digunakan. Pada penelitian kedua terdapat perbedaan pada variabel penelitian, lokasi, waktu, jumlah sampel, dan pendekatan metode analisis yaitu pada penelitian ini tidak mengkaji efisiensi ekonomis usahatani. Pada penelitian ketiga terdapat perbedaan pada variabel penelitian, lokasi, waktu, jumlah sampel, dan pendekatan metode analisis yaitu pada penelitian ini membahas efisiensi teknis sedangkan pada penelitian terdahulu tidak.

2.6 Kerangka Teoritis