1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terlah diuraikan pada latar belakang dapat dirumuskan masalah mengenai:
“Bagaimana kualitas bakteriologis jamu gendong yang diproduksi di Banjar Tenten Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kualitas bakteriologis jamu gendong di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahuai proses pengolahan jamu gendong Di Banjar Tenten
Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat. 2.
Untuk Mengetahui Coliform dan Esherichia Coli jamu gendong yang ada di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat.
3. Untuk mengetahui Jumlah Angka Lempeng Total ALT yang terdapat pada
jamu gendong di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya serta menambah pengetahuan tentang jamu gendong
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kualitas bakteriologi jamu gendong sehingga lebih selektif dalam mengkonsumsi jamu gendong.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup penelitian ini adalah pemeriksaan kualiatas bakteriologis jamu gendong antara lain pemeriksaan Angka Lempeng Total, Coliform, Escherichia
Coli dan proses pembuatan jamu gendong yang ada di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jamu
Jamu dapat digunakan untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Meskipun rasanya pahit, namun sejak berabad-abad yang lalu jamu selalu mendapat
tempat yang penting dalam kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Berbagai literatur yang menyatakan bahwa tumbuhan obat di sekitar lingkungan
hidup manusia telah berhasil mencegah kemusnahan mereka akibat wabah penyakit menular
– seperti wabah di masa lalu. Sementara itu, jamu sendiri adalah kata dari Jawa, yang terbentuk dari kata Jampi Usodo dan mempunyai arti ramuan kesehatan
disertai dengan doa. Istilah Jamu sudah dikenal nenek moyang kita sejak dahulu kala Permata, 2007 .
Obat tradisional oleh Departemen Kesehatan diklasifikasikan sebagai Jamu, Fitofarmaka dan Taman Obat Keluarga TOGA. Jamu adalah obat yang berasal dari
bahan tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang digunakan dalam upaya pengobatan
berdasarkan pengalaman. Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah jelas keamanan dan khasiatnya,
bahan bakunya terdiri atas simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku, sehingga sediaan tersebut terjamin keseragaman
komponen aktif, keamanan dan khasiatnya. Untuk menjadi fitofarmaka, jamu harus distandarisasi dan harus melalui uji toksisitas, farmakologi eksperimental, dan uji
klinik. Fitofarmaka sudah layak disejajarkan dengan obat modern. Secara umum
bentuk sediaan fitofarmaka juga sejajar dengan penyediaan obat kimia antara lain dalam bentuk kapsul,kaplet, tablet, sirup dan lain sebagainya. Sediaan ini dikemas
secara modern sesuai dengan standar obat kimia sehingga dapat diterima oleh kalangan medis Jayanthi, 2012.
Toga adalah Taman Obat Keluarga , dulu disebut sebagai “Apotik Hidup”.
Dalam pekarangan atau halaman rumah ditanam tanaman obat yang dipergunakan secara empirik oleh masyarakat untuk mengatasi penyakit atau keluhan-keluhan yang
dideritanya. Beberapa tanaman obat telah dibuktikan efek farmakologiknya pada hewan percobaan dan beberapa tanaman telah dilakukan uji klinik tahap awal.
Permata,2007 . Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 12 Tahun 2014
tentang persyaratan mutu obat tradisional memberi batasan jamu gendong adalah jamu yang diracik, dicampur, diolah, dan diedarkan sebagai obat tradisional dalam
bentuk cairan, pilis, tapel atau parem, tanpa penandaan dan atau merk dagang serta dijajakan untuk langsung digunakan Jamu gendong tidak memerlukan ijin produksi,
namun tetap harus memenuhi standar yang dibutuhkan yaitu jenis tanaman, kebersihan bahan baku, peralatan yang digunakan, pengemas serta personalia yang
terlibat dalam pembuatan obat tradisional. Pada saat ini banyak djumpai orang menjajakan jamu gendong bukan hanya
digendong seperti zaman dulu, sekarang banyak pedagang jamu gendong menggunakan sepeda motor, sepeda gayung atau nongkrong di pasar. Dikota
Denpasar pedagang jamu lebih banyak berasal dari luar daerah bali sehingga tidak ada data yang jelas tentang jumlah pedagang jamu yang ada di kota Denpasar.