BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan
untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan
kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.
1
Dalam melaksanakan pembangunan, Promosi Investasi Dalam Negeri, melalui konsep pelayanan perijinan terpadu satu pintu dilaksanakan oleh daerah dengan
dilatar belakangi oleh hal-hal antara lain:
2
1. Wakil Presiden Republik Indonesia menugaskan Menpan dan Kepala BKPM RI untuk melakukan Penyederhanaan Perizinan Berusaha Di
Indonesia dalam rangka menaikkan peringkat Indonesia dari 135 menurut penilaian Bank DuniaIFC menjadi peringkat ke 70;
2. Berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2006 Tanggal 27 Februari 2006 Tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi isinya antara lain
:menyederhanakan proses pembentukan Perusahaan dan Izin Usaha dari 150 hari menjadi 30 hari;
3. Permendagri No. 24 Tahun 2006 Tanggal 6 Juli 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pasal 11 jangka waktu
penyelesaian pelayanan perizinan dan non perizinan ditetapkan paling lama 15 hari kerja terhitung mulai sejak diterimanya berkas permohonan
1
Konsideran Menimbang Undang-Undang No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan hidup
2
Konsep Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu, dalam www. jakartainvestment.info
beserta seluruh kelengkapannya sesuai pasal 29 paling lambat 1 tahun sejak peraturan menteri ini ditetapkan.
Pelayanan investasi merupakan urusan wajib provinsi berdasarkan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 13 ayat 1
Huruf n Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Pasal 1 ayat 5.
3
Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi, dengan
memberikan perhatian yang lebih besar pada peran usaha mikro, kecil dan menengah, perlu dilakukan penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan terpadu
sesuai Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi sejalan dengan hal tersebut dalam mendukung kebijakan dalam
meningkatkan iklim investasi di Indonesia, pemerintah melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu, berkenaan dengan peraturan tersebut daerah diharuskan menyesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam proses pelayanan
perizinan. Dengan dikeluarkannya ketentuan tersebut baik dari tugas dan fungsi masing-masing SKPD maupun pihak stakeholder yang berkepentingan dalam
permasalahan perizinan diharuskan dapat menyesuaikan dengan ketentuan tersebut. Salah satu permasalahan yang menjadi perhatian terkait mengenai pemanfaatan
sumber daya alam maupu kegiatan usaha industri di suatu daerah adalah kebijakan mengenai perizinan. Di Kota Cimahi, untuk menunjang pelaksanaan Pelayanan
Perijinan Terpadu Satu Pintu PPTSP yang merupakan unit kerja andalan Pemerintah Kota Cimahi, dibutuhkan SDM yang bisa diandalkan untuk
pelaksananya.
4
Oleh karena itu, Pemerintah Kota Cimahi telah menyeleksi sebanyak 35 orang pegawai negeri sipil PNS dari masing-masing satuan perangkat kerja
daerah SKPD. Dari hasil seleksi yang cukup ketat ini, sebanyak 26 orang pegawai terpilih untuk menjadi pelaksana pada unit PPTSP yang ada pada Dinas Penanaman
3
Ibid
4
Kepala Kantor Kepegawaian Daerah Kota Cimahi, Tata Wikanta, Pada Acara Audensi Dengan Walikota Cimahi, di Ruang Rapat Walikota Cimahi, Jl. Rd. Demang Hardjakusumah, Selasa 231.
Persiapan Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu PPTSP dalam www.cimahi.go.id Tanggal 11 Februari 2008
Modal Kota Cimahi. Seleksi dilaksanakan untuk menghasilkan pegawai yang profesional dan dapat diandalkan sesuai dengan tujuan
5
dari PPTSP. Kota Cimahi menjadi Pilot Project Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu di
Tingkat Provinsi Jawa Barat, oleh karena itu paradigma lama tentang perijinan harus dirubah, ijin sekarang harus menjadi fungsi pengendalian bukan lagi menjadi fungsi
pendapatan dan jangan lagi ada pegawai yang ikut ikutan menjadi calo perijinan. Kepada pegawai yang terpilih menjadi pelaksana PPSTP, walikota berpesan, agar
dalam melaksanakan tugas harus menjaga kekompakan dan harus bisa melayani masyarakat semaksimal mungkin. “Seorang pegawai PPTSP harus siap mencari
ketulusan dalam melayani masyarakat”
6
Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu,
pemerintah daerah diharuskan menyesuaikan pengaturan perizinannya dengan ketentuan tersebut. Dengan berlakunya ketentuan tersebut akan banyak timbul
permasalahan baik dari tugas dan fungsi masing-masing SKPD maupun pihak stakeholder
yang berkepentingan dalam permasalahan perizinan. Bidang industri dan pemanfaatan sumber daya alam akan menjadi salah satu
bidang yang terkait secara tidak langsung, mengingat bidang industri ini menjadi salah satu sumber pendapatan yang cukup besar kepada pendapatan asli daerah
PAD namun disisi lain akan memberikan dampak dan perubahan kepada lingkungan hidup secara umum.
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas dijumpai beberapa permasalahan yuridis dalam pelaksanaan perizinan bagi industri di Kota Cimahi yang
perlu dikaji dan dianalisis dalam penelitian ini, yang berjudul ” Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Bagi Industri Dalam Upaya Pelestarian Fungsi Lingkungan Di
Kota Cimahi”
B. Identifikasi Masalah