PENGATURAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DALAM UPAYA MENINGKATKAN INVESTASI DI PROVINSI LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PENGATURAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DALAM UPAYA MENINGKATKAN INVESTASI DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

RAISA HARLY RUNIDA AGUSTINE

Untuk dapat memberikan pelayanan yang transparan, perlakuan yang sama, mudah, efisien, cepat, berkeadilan, akuntabilitas, dan kepastian hukum, diperlukan pengaturan pelayanan perizinan secara terpadu satu pintu. Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah pengaturan pelayanan perizinan terpadu satu pintu dalam upaya meningkatkan investasi di Provinsi Lampung dan apakah faktor-faktor penghambat dalam pelayanan perizinan terpadu satu pintu dalam upaya meningkatkan investasi di Provinsi Lampung?

Pendekatan masalah menggunakan normatif empiris. Sumber data menggunakan data primer dan data sekunder.Metode pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan.Metode pengolahan data menggunakan seleksi data, klasifikasi data dan sistematika data.Analisis data menggunakan analisis kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaturan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) diatur melalui Peraturan Gubernur Lampung No. 15 Tahun 2011 tentang Pelimpahan Kewenangan di Bidang Perizinan dan Nonperizinan kepada BPMPPT Provinsi Lampung. Dalam upaya meningkatkan investasi, BPMPPT menata PTSP Bidang Penanaman Modal dengan meningkatkan fasilitas, sumber daya manusia dan sarana prasarana. Faktor penghambat dalam pelayanan PTSP di Provinsi Lampung adalah terbatasnya sumber daya manusia yang kompeten dalam PTSP, terjadi perbedaan persepsi antara satu dengan yang lain, proses perizinan yang melibatkan satuan kerja lainnya, serta fasilitas IT yang kurang maksimal. Di sarankan BPMPPT meningkatkan sumber daya manusia yang berkompeten dalam PTSP, adanya pemahaman yang sama terhadap aturan-aturan pelayanan PTSP, satuan kerja yang memberikan rekomendasi dapat menempatkan sumber daya manusia nya di satu tempat sehingga tidak memakan waktu yang lebih lama dan perlunya pengadaan IT yang maksimal.


(2)

ABSTRACT

THE REGULATION OF ONE DOOR INTEGRATED PERMIT SERVICES IN IMPROVING INVESTMENT IN LAMPUNG PROVINCE

By

RAISA HARLY RUNIDA AGUSTINE

To be able to give transparent service with equal treatment which is easy, efficient, fast, fair, accountable and having legal certainty, one door integrated permit service regulation is needed. The problem in this thesis is that how does the one door integrated permit service in effort to improving investment in Lampung province and what are inhibiting factors in one door integrated permit service in effort to improving investment in Lampung province?

This research is classified as normative empirical approach. And conducted by using primary and secondary data. Data were collected by literature study and field study. These data were processed through data selection, data classification and data systematization. Finally, were analyzed data is regulated by qualitative analysis.

The results of research showed that the regulation of one door integrated service (PTSP) in Board of investment and integrated permit service (BPMPPT) is Governor Regulation number 15 in 2011 Authority Endorsement in Permit Field and Non-permit Field to BPMPPT Lampung province. In efforts of improving investment, BPMPPT is regulating PTSP of Investment Sector by improvement facilities, human resources, structure and infrastructure. There are many factors become obstacles in developing service conductury by PTSP such as; the lack of human resources, the difference of perspective among the officer, permit process involving sectoral unit, and last is the lack of IT facilities. Several recommendation as follow: BPMPPT could be improve human resource competence in PTSP, the same perspective against the rules of PTSP service, to several unit to recommend or to place right human resources according to the relevant unit so that the permit process would not take longer time, and to provide optimum IT facilities.


(3)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum.Amanat tersebut, antara lain, telah dijabarkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dan merupakan amanat konstitusi yang melandasi pembentukan seluruh peraturan perundang-undangan di bidang perekonomian.Konstitusi mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional harus berdasarkan prinsip demokrasi yang mampu menciptakan terwujudnya kedaulatan ekonomi Indonesia.

Untuk memberikan pelayanan yang transparan, perlakuan yang sama, mudah, efisien, cepat, berkeadilan, akuntabilitas, dan kepastian hukum, diperlukan pelayanan di bidang penanaman modal, baik pelayanan perizinan maupun nonperizinan yang dilaksanakan secara terpadu satu pintu, yang dalam tingkat provinsi disebut dengan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang penanaman modal.

PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan suatu Perizinan dan Nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya di mulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang di lakukan dalam satu tempat.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan landasan hukum untuk merealisasikan sebuah pelayanan publik yang baik di mata aparat maupun masyarakat.Pada tahun 2004 dikeluarkan Keputusan Presiden(Keppres) No. 29 Tahun 2004


(4)

tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) melalui sistem pelayanan satu atap. Konsekuensinya di Keppres ini penyelenggaraan penanaman modal khususnya berkaitan dengan pelayanan, perizinan dan fasilitas penanaman modal dalam rangka PMA dan PMDN dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).Hal ini berarti Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya dapat melimpahkan kewenangan pelayanan persetujuan, perizinan dan fasilitas penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam BKPM melalui sistem pelayanan satu atap.Belum tiga tahun peraturan berjalan, pemerintah kembali mengeluarkan keputusan baru.

Pada Tahun 2007 Pemerintah mengeluarkan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.Pasal 26 ayat (1) menjelaskan bahwa“PTSP bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal”.Selanjutnya tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan penanaman modal diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, khususnya Pasal 25 ayat (4)di antaranya menyatakan bahwa ”perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan” melalui PTSP.

DalamPasal 6 sampai dengan Pasal 13 Peraturan Presiden (Perpres) No. 27 Tahun 2009 tentang PTSP di Bidang Penanaman Modal,diantaranya menyatakan bahwa PTSP di bidang Penanaman Modal diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).

Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal oleh Pemerintah dilaksanakan oleh BKPM Republik Indonesia, oleh Pemerintah Provinsi dan Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman


(5)

Modal (PDPPM), dan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal (PDKPM).

Peraturan Kepala BKPM No. 11 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan, dan Pelaporan PTSP di Bidang Penanaman Modal, dan Peratuan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal.

Kemudian didalam ketentuan Peraturan Kepala BKPM No. 11 dan No. 12 Tahun 2009 tersebut kembali dinyatakan bahwa Penyelenggaraan di dalam PTSPdi bidang Penanaman Modal oleh pemerintah dilaksanakan oleh BKPM Republik Indonesia, oleh Pemerintah Provinsi dilaksanakan oleh PDPPM dan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh PDKPM.

Dalam otonomi daerah pada tahun 2006 dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP), pemerintah daerah diharuskan menyesuaikan pengaturan perizinannya dengan ketentuan tersebut. Dengan berlakunya ketentuan tersebut akan banyak timbul permasalahan baik dari tugas dan fungsi masing-masing instansi maupun pihak instansi terkaityang berkepentingan dalam permasalahan perizinan.

Dalam rangka pelaksanaan pelayanan prima telah diterbitkan Standar Operasioal Prosedur (SOP) perizinan dan non perizinan; jenis perizinan dan Non perizinan, dasar hukum persyaratan, masa berlaku izin dan waktu proses, yaitu Peraturan Gubernur (Pergub) Lampung No. 15 Tahun 2009 tentang SOP Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan pada Lembaga Sekretariat Unit Pelayanan Terpadu Provinsi (UPTP) Perizinan Provinsi Lampung. Kemudian pada tahun 2011 dikeluarkanlah Pergub Lampung No. 15 Tahun 2011 tentang Pelimpahan Kewenangan di


(6)

Bidang Perizinan dan Nonperizinan Kepada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Provinsi Lampung.

Dengan dikeluarkannya Pergub tersebut, maka kewenangan pelayanan perizinan di Provinsi Lampung di serahkan ke BPMPPT Provinsi Lampung. Sehingga satuan kerja yang biasanya menangani proses perizinan tidak lagi mengeluarkan surat izin dari pemohon. Dalam pelaksanaannya penyerahan kewenangan ke BPMPPT ditemukan kendala seperti petugas pelayanan yang tidak siap dengan perizinan yang diajukan oleh pemohon.

Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat penyerahan atau pelimpahan kewenangan tersebut, satuan kerja yang biasanya menangani proses perizinan tetap dilibatkan dalam pemberian rekomendasi izin. Contohnya, izin pertambangan harus mendapatkan rekomendasi dari Dinas Pertambangan Provinsi walaupun pengeluaran surat izin melalui PTSP. Hal ini menjadi dilema karena seharusnya sudah menjadi kewenangan PTSP tetapi masih melalui satuan kerja lainnya.

Berdasarkan beberapa uraian pada latar belakang tersebut di atas maka ditemukan beberapa aspek yang ditimbulkan akibat dari pembentukan PTSP. Bagaimana pengaturan PTSP dapat melayani pemohon agar cepat,mudah dan nyaman sehingga dapat mempengaruhi peningkatan investasi di Provinsi Lampung yang akan diteliti dalam skripsi ini dengan judul; “Pengaturan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam Upaya Meningkatkan Investasi di Provinsi Lampung”

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1.2.1 Permasalahan


(7)

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaturan pelayanan perizinan terpadu satu pintu dalam upaya meningkatkan investasi di Provinsi Lampung?

2. Apakah faktor-faktor penghambat dalam pelayanan perizinan terpadu satu pintu di Provinsi Lampung?

1.2.2 Ruang Lingkup Permasalahan

Mengingat luasnya permasalahan mengenai perizinan terpadu satu pintu maka ruang lingkup pembahasan terhadap permasalahan ini dibatasi mengenai pengaturan pelayanan perizinan terpadu satu pintu dalam upaya meningkatkan investasi di Provinsi Lampung dan faktor-faktor penghambat dalam pelayanan perizinan terpadu satu pintu di Provinsi Lampung.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengkaji pengaturan pelayanan perizinan terpadu satu pintu dalam upaya meningkatkan investasi di Provinsi Lampung.

b. Untuk mengkaji faktor-faktor penghambat dalam pelayanan perizinan terpadu satu pintu di Provinsi Lampung.

1.3.2 Kegunaan Penelitian


(8)

a. Kegunaan Teoretis

Kegunaan Teoretis pada penelitian ini sebagai upaya pengembangan ilmu hukum, khususnya pada Hukum Administrasi Negara yang objeknya tentang aspek pengaturan dalam perizinan.

b. Kegunaan Praktis

a. Sebagai kumpulan/sumber penelitian kepada instansi Pemerintah dengan Pengusaha dalam hal Pengaturan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam Upaya Meningkatkan Investasi di Provinsi Lampung.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai Pengaturan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam Upaya Meningkatkan Investasi di Provinsi Lampung.


(9)

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PengertianPelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu

2.1.1 Pengertian Perizinan

Menurut Prins (1976) Izin(vegunning) adalah keputusan administrasi Negara berupa peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan tapi masih juga memperkenankan asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal yang konkrit.

Menurut Pasal 1 ayat (8) Pergub Lampung No. 15 Tahun 2011 Perizinan adalah proses pemberian legalitas kepada seseorang atau badan hukum tertentu dalam bentuk izin.

Izin menurut Bagir Manan yaitu merupakan persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk memperuraikan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang.

Izin khusus yaitu persetujuan dimana disini terlihat adanya kombinasi antara hukum publik dengan hukum privat, dengan kata lain izin khusus adalah penyimpamgan dari sesuatu yang dilarang. Izin yang dimaksud yaitu :

1. Dispensi adalah merupakan penetapan yang bersifat deklaratoir, menyatakan bahwa suatu perundang-undangan tidak berlaku bagi kasus sebagaimana diajukan oleh seorang pemohon. 2. Linsesi adalah izin untuk melakukan suatu yang bersifat komersial serta mendatangkan laba


(11)

3. Konsesi adalah suatu penetapan administrasi negara yang secara yuridis dan kompleks, oleh karena merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi, izin-izin, serta lisensi-lisensi disertai dengan pemberian semacam wewenang pemerintah terbatas pada konsensionaris. Konsesi tidak mudah diberikan oleh karena banyak bahaya penyelundupan, kekayaan bumi dan kekayaan alam negara dan kadang-kadang merugikan masyarakat yang bersangkutan. Wewenang pemerintah diberikan kepada konsensionaris walupun terbatas dapat menimbulkan masalah pilitik dan sosial yang cukup rumit, oleh karena perusahaan pemegang konsesi dapat membuat jaringan jalan, listrik dan telepon, membentuk barisan keamanan, mendirikan rumah sakit dan segala sarana lainnya.

2.1.2 Pengertian Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu

Pengaturan penyederhanaan penyelenggaraan di dalam PTSP sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman PPTSP yang mencakup :

1. pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan oleh PPTSP;

2. percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi standar waktu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda);

3. kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perda; 4. kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan proses pemberian

perizinan dan nonperizinan sesuai dengan urutan prosedurnya;

5. mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama untuk dua atau lebih permohonan perizinan;

6. pembebasan biaya perizinan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ingin memulai usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku; dan


(12)

7. pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:571) pengertian pelayanan adalah merupakan kemudahan yang diberikan sehubungan dengan proses jual beli barang dan jasa.

Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan kepada konsumen atau pelanggan yang dilayani, yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki. Sejalan dengan hal tersebut, Normann (1991:14) menyatakan karakteristik pelayanan sebagai berikut:

a. Pelayanan bersifat tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnya dengan barang jadi.

b. Pelayanan pada kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang bersifat tindakan sosial.

c. Kegiatan produksi dan konsumsi dalam pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya terjadi dalam waktu dan tempat bersamaan.

Karakteristik tersebut dapat menjadi dasar pemberian pelayanan terbaik. Pengertian lebih luas disampaikan Daviddow dan Uttal (Sutopo dan Suryanto, 2003:9) bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan pelanggan.

Menurut Adrian Sutedi dalam (2010:2-3) bukunya yang berjudul Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Pemberian pelayanan kepada masyarakat merupakan kewajiban utama bagi pemerintah. Peranan pemerintah dalam proses pemberian pelayanan, adalah bertindak sebagai katalisator yang mempercepat proses sesuai dengan apa yang seharusnya. Dengan diperankannya pelayanan sebagai katalisator tentu saja akan menjadi tumpuan organisasi pemerintah dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Oleh karena itu,


(13)

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai penyedia jasa pelayanan kepada masyarakat sangat ditentukan oleh kinerja pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat terjangkau, mudah, cepat, dan efisien baik dari sisi waktu maupun pembiayaannya.

Pelayanan publik dalam perkembangannya timbul dari adanya kewajiban sebagai sebuah proses penyelenggaraan kegiatan pemerintahan baik yang bersifat individual maupun kelompok. Dalam pemberian pelayanan tidak boleh tercipta perlakuan yang berbeda, sehingga menimbulkan diskriminasi pelayanan bagi masyarakat.Selain itu, manajemen pelayanan perlu pula mendapat pembenahan melalui keterbukaan dan kemudahan prosedur, penetapan tarif yang jelas dan terjangkau, keprofesionalan aparatur dalam teknik pelayanan, dan tersedianya tempat pengaduan keluhan masyarakat, serta tersedianya system pengawasan terhadap pelaksanaan prosedur.

Dalam kaitan dengan pelayanan perizinan investasi sekarang ini telah dikembangkan suatu sistem pelayanan yang tujuan utamanya diarahkan pada terciptanya kemudahan pelayanan perizinan investasi baik asing maupun dalam negeri, dengan tidak mengurangi syarat-syarat yang harus dipenuhi dengan menerapkan konsepone roof service system.

Di dalam pelayanan juga terdapat pelayanan prima.Pelayanan Prima adalah pelayanan yang sangat baik dan atau pelayanan yang terbaik, sesuai dengan standar yang berlaku atau dimiliki oleh instansi yang memberi pelayanan sehingga mampu memuaskan pihak yang dilayani (pelanggan) (LAN-RI 2004).

Menurut Atep Adya Barata (Dasar-dasar Pelayanan Prima:27) Pelayanan Prima adalah kepedulian kepada pelanggan dengan memberikan layanan terbaik untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan dan mewujudkan kepuasannya, agar mereka selalu loyal kepada organisasi /perusahaan.


(14)

Perilaku pelayanan sektor publik (Nurhasyim, 2004:16) menyatakan bahwa pelayanan prima adalah:

a. Pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada pelanggan atau pengguna jasa. b. Pelayanan prima ada bila ada standar pelayanan.

c. Pelayanan prima bila melebihi standar atau sama dengan standar. Sedangkan yang belum ada standar pelayanan yang terbaik dapat diberikan pelayanan yang mendekati apa yang dianggap pelayanan standar dan pelayanan yang dilakukan secara maksimal.

d. Pelanggan adalah masyarakat dalam arti luas; masyarakat eksternal dan internal.

Pasal 1 angka 10 Permendagri No. 24 Tahun 2006 menjelaskan bahwa PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sarnpai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat.

Pasal 1 ayat (4) Perpres No. 27 Tahun 2009 tentang PTSP di Bidang Penanaman Modal menyebutkan bahwa PTSP adalah penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperzinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

Pelayanan perizinan dengan sistem terpadu satu pintu (one stop service) ini membuat waktu pembuatan izin menjadi lebih singkat. Pasalnya, dengan pengurusan administrasi berbasis teknologi informasi, input data cukup dilakukan sekali. Dengan adanya kelembagaan PTSP, seluruh perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota dapat terlayani dalam satu lembaga.Harapan yang ingin dicapai adalah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada peran usaha mikro, kecil, dan menengah.Tujuannya adalah meningkatkan kualitas layanan publik.Oleh


(15)

karena itu, diharapkan terwujud pelayanan publik yang cepat murah, mudah, transparan, pasti, dan terjangkau, di samping untuk meningkatkan hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik.

Dalam PTSP di bidang penanaman modal berdasarkan beberapa asas.Pasal 3 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal yaitu penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut :

1. Kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam kegiatan penanaman modal.

2. Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.

3. Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir penyelenggaraan penanaman modal harus di pertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, yaitu asas perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari Negara asing lainnya. 5. Kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara

bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6. Efisiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif dan berdaya saing.


(16)

7. Berkelanjutan, yaitu asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun untuk masa datang.

8. Berwawasan lingkungan, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. 9. Kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan

potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah, dalam kesatuan ekonomi nasional.

2.2 Dasar Hukum Pelayanan Terpadu Satu Pintu

1. UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Pasal 26 ayat (2)dan (3) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal disebutkan bahwa: (2) “PTSP dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat atau lembaga atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi atau kabupaten/kota.” (3) “Ketentuan mengenai tata cara dan pelaksanaan PTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Perpres

2. Keppres No. 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka PMAdan PMDN melalui Sistem Pelayanan Satu Atap.


(17)

3. Perpres No. 27 Tahun 2009 tentang PTSP di Bidang Penanaman Modal

Pasal 1 angka 4 Perpres No. 27 Tahun 2009 menyebutkan bahwaPTSP adalah penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

Pasal 2 Perpres No. 27 Tahun 2009 menyebutkan bahwa PTSP di bidang penanaman modal berdasarkan asas:

a. Kepastian Hukum b. Keterbukaan c. Akuntabilitas

d. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara e. Efisiensi berkeadilan

Pada pasal 3 Perpres No. 27 Tahun 2009 menyebutkan bahwa PTSP di bidang penanaman modal bertujuan untuk membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal dan informasi mengenai penanaman modal, dengan cara mempercepat, menyederhanakan pelayanan, dan meringankan atau menghilangkan biaya pengurusan perizinan dan Nonperizinan

4. Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009

Pasal 2 Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 menyatakan bahwa Maksud Pedoman Tata Cara Penanaman Modal adalah sebagai panduan bagi para penyelenggara PTSP di bidang penanaman modal, serta masyarakat dalam memahami prosedur pengajuan dan proses penyelesaian permohonan perizinan dan nonperizinan penanaman modal


(18)

5. Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman PPTSP.

Pasal 1 angka 6 Permendagri No. 24 Tahun 2006 menjelaskan bahwa Perangkat Daerah PPTSP adalah perangkat daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola semua bentuk pelayanan perizinan dan nonperizinan di daerah dengan sistem satu pintu.

Pasal 1 angka 11 Permendagri No. 24 Tahun 2006 menjelaskan bahwa PPTSP adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sarnpai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat.

6. Pergub Lampung No. 15 Tahun 2009 tentang SOP Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan pada Lembaga Sekretariat UPTP Perizinan Provinsi Lampung

7. Pergub Lampung No. 15 Tahun 2011 tentang Pelimpahan Kewenangan di Bidang Perizinan dan Nonperizinan Kepada BPMPPT Provinsi Lampung

2.3 Pengertian Investasi

Menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.” Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa.

Menurut Sadono Sukirno (1997:107) investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal


(19)

dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Berikut adalahalasan melakukan investasi :

a. Produktivitas seseorang yang terus mengalami penurunan.

b. Tidak menentunya lingkungan perekonomian sehingga memungkinkan suatu saat penghasilan jauh lebih kecil dari pengeluaran.

c. Kebutuhan-kebutuhan yang cenderung mengalami peningkatan.

2.4 Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Investasi

Kewenangan daerah di bidang investasi dalam konteks desentralisasi merupakan pelaksanaan kewenangan yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.Bidang investasi tidak termasuk bidang yang masih menjadi kewenangan pemerintah pusat. Kewenangan Pemerintah Pusat menurut Pasal 10 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004 meliputi kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter, fiskal nasional dan agama. Ini terlihat jelas di dalam Pasal 176 UU No. 32 Tahun 2004 bahwa Pemerintah Daerahdalam meningkatkan perekonomian daerah dapat memberikan insentif dan/atau kemudahan kepada masyarakat dan/atau investor yang diatur dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.


(20)

Bidang investasi atau penanaman modal, sebagaimana ditegaskan di dalam pasal 12 ayat (1) huruf n dan Pasal 14 ayat (1) huruf n yang kemudian dijabarkan lagi didalam Pasal 7 ayat (2) Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten Kota, merupakan urusan wajib pemerintah daerah.

Urusan wajib, sebagaimana ditegaskan di dalam Pasal 7 ayat (1) PP No. 38 Tahun 2007adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten atau kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Jadi, urusan penanaman modal adalah urusan yang wajib dijalankan oleh pemda. Lebih jauh, Pasal 12 ayat (1) PP dimaksud menegaskan

bahwa urusan pemerintahan wajib yang menjadi kewenangan pemda harus ditetapkan dalam perda selambat-lambatnya 1(satu) tahun setelah ditetapkannya PP tersebut.

Perda merupakan kebijakan publik yang menentukan arah kemajuan setiap daerah. Keunggulan daerah akan sangat ditentukan oleh kualitas kebijakan daerah yang dituangkan dalam perda. Demikian juga dalam hal meningkatkan daya tarik investasi di derah, sangat diperlukan adanya berbagai kebijakan daerah yang kondusif.Namun demikian, kebijakan-kebijakan daerah baik dalam bentuk perda maupun bentuk lainnya, tidak boleh menyimpang dari prinsip dasar hukum terkait hierarki peraturan perundang-undangan.Jadi perlu ada harmonisasi antara perda dengan peraturan perundang-undangan di bidang investasi di tingkat nasional.


(21)

Kebijakan PTSP di daerah diterapkan secara beragam. Fungsi kelembagaan penanaman modal dapat dikelompokkan menjadi tigapola :

1. Sebagai lembaga promosi dan informasi penanaman modal, seperti di jalankan di kebanyakan kabupaten/kota.

2. Sebagai pembagi tugas ke dinas-dinas terkait. Contohnya di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, unit pelayanan terpadu setempat hanya berfungsi sebagai penyedia informasi dan mengantar pemohon kepada instansi terkait. Demikian juga di Kabupaten Bantul, lembaga pelayanan terpadu menangani sepenuhnya proses penerbitan izin. Pemohon hanya berurusan dengan unit pelayanan, tidak di perkenankan berhubungan dengan dinas terkait.

3. Sebagai lembaga yang mempunyai otoritas memberikan izin setelah berkoordinasi dengan sektor terkait. Pola ini diterapkan di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, kantor pelayanan menerima berkas pemohon, mengoordinasikan dengan dinas terkait, setelah itu menerbitkan perizinan.

Keberagaman ini dapat dimengerti karena kemampuan setiap daerah untuk menyediakan sarana, sumber daya manusia, dan teknologi berbeda satu sama lain. Tingkat keberhasilan pembentukan kelembagaan pelayanan terpadu juga tidak merata. Ada daerah-daerah yang organisasi pelayanan terpadunya sangat efektif, tetapi ada pula daerah yang tidak dapat terbentuk sama sekali. Bahkan ada daerah yang telah membentuk unit pelayanan terpadu, namun karena tidak dapat berjalan, maka unit itu ditutup dan akhirnya kembali pada sistem lama. Sampai bulan September 2007 terdapat 160 kabupaten kota yang telah melaksanakan pelayanan terpadu. (Kompas, 6 September 2007)

Pelaksanaan kebijakan PTSP di daerah masih berpedoman pada Keppres No. 29 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka PMAdan PMDN melalui Sistem


(22)

Pelayanan Satu Atap dan Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman PPTSP. Pemerintah daerah hendaknya juga mengetahui pengaturan pelayanan dalam UU No. 25 Tahun 2007.Meskipun ketiga peraturan perundang-undangan tersebut dapat dikatakan sejalan, dengan menggunakan dasar UU dan PP, maka pembuatan kebijakan dan pelaksanaan PTSP menjadi lebih kuat.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif empiris.Pendekatan normatif dimaksudkan sebagai usaha mengadakan pembahasan dengan bertitik tolak kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pendekatan empiris dilaksanakan dengan melakukan penelitian langsung di lokasi penelitian dengan melihat, bertanya dan mendengar dari pihak-pihak yang terkait dengan Pengaturan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam Upaya Meningkatkan Investasi di Provinsi Lampung.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini adalah data promer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian pada objek penelitian, yaitu data yang didapat dari keterangan dan penjelasan langsung dari Kepala Sub Bidang Perizinan Kesejahteraan Rakyat dan Kepala Sub Bidang Perizinan Ekonomi Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Lampung

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan hukum yang terdiri dari:


(24)

(1) Bahan hukum primer yang merupakan bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat, yaitu :

UUD 1945;

1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 2. UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal .

3. Perpres No. 27 tahun 2009 tentang PTSP di bidang Penanaman Modal. 4. Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentang pedoman PPTSP.

5. PergubLampungNo. 15Tahun 2009 tentang SOP pelayanan perizinan dan non perizinan pada lembaga sekretariat UPTP Perizinan Provinsi Lampung.

6. Pergub Lampung No. 15 Tahun 2011 Pelimpahan Kewenangan Di Bidang Perizinan Dan Non Perizinan Kepada BPMPPT Provinsi Lampung.

(2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang bersumber dari buku ilmu hukum dan tulisan-tulisan hukum lainnya.

(3) Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang bersumber dari kamus hukum, surat kabar dan jurnal penelitian hukum serta bersumber dari bahan-bahan yang didapat melalui internet.


(25)

3.3.1 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan, adalah mengumpulkan data dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, serta dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

2. Studi lapangan, adalah suatu cara mengumpulkan data primer, yaitu dengan mengadakan wawancara dengan informan yang telah ditentukan terlebih dahulu, dengan kata lain yang dijadikan informan adalah pihak-pihak yang menangani pelayanan perizinan. Wawancara tersebut dilakukan terhadap:

Kasubbid Perizinan Kesejahteraan Rakyat, Kasubbid Perizinan Ekonomi danstaf bidang pelayanan perizinan pada BPMPPT.

3.3.2 Metode Pengolahan Data

Keseluruhan data yang diperoleh dari metode tersebut, kemudian dikumpulkan untuk kemudian diolah dengan menggunakan tahap-tahap, yaitu :

a. seleksi data, yaitu mengidentifikasi data yang telah terkumpul apakah data lengkap, benar dan sesuai dengan permasalahan;

b. klasifikasi data, yaitu penempatan data ditetapkan sesuai dengan bidang atau pokok bahasan sehingga diperoleh data yang objektif dan mudah dalam menganalisanya;


(26)

c. sistematika data, yaitu penelusuran data berdasarkan urutan data yang telah ditentukan sesuai dengan ruang lingkup pokok bahasan secara sistematis.

3.4 Analisis Data

Setelah pengolahan data selesai, hal yang dilakukan adalah analisis data. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara kualitatif. Menurut Abdulkadir Muhammad (2004: 127), analisis kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis.Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan yaitu dengan mengkonstruksikan data dalam bentuk kalimat-kalimat yang jelas sehingga tersusun secara sistematis. Kemudian dilakukan pembahasan sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang akurat untuk menjawab permasalahan tentang pokok bahasan.


(27)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu maka dapat diambil kesimpulan antara lain:

1. Pengaturan PTSP kepada BPMPPT melalui Pergub Lampung No. 15 Tahun 2011 tentang Pelimpahan Kewenangan di Bidang Perizinan dan Nonperizinan kepada BPMPPT Provinsi Lampung, yang berisi perizinan yang tadinya ditangani oleh 17 (tujuh belas) satuan kerja dilimpahkan ke BPMPPT Provinsi Lampung. Selain itu, mekanisme mengenai pelayanan PTSP telah diatur dalam Peraturan Kepala BPMPPT Provinsi Lampung No. 503/5998.a/II.06/2011 tentang Standar Prosedur Operasional (Standard Operating Procedure) Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan pada BPMPPT Provinsi Lampung yang mengatur tentang jenis pelayanan, pengertian pelayanan, dasar hukum pelayanan, persyaratan pelayanan, biaya pelayanan, masa berlaku, waktu penyelesaian pelayanan dan kewenangan penandatanganan. Dalam upaya meningkatkan investasi BPMPPT menata PTSP Bidang Penanaman Modal, mulai dari nomor antrian, penataan ruang tunggu, pelayanan informasi berbasis IT melalui SPIPISE (Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik), serta pengaduan pelayanan. Selain itu, Sumber Daya Manusia yang ada di diklatkan ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI sehingga kompetensinya meningkat. Begitu juga sarana dan prasarana yang ada, mulai dari komputer dan sistemnya, AC dan pendukung lainnya, juga di benahi. Semua itu dilakukan untuk mengembangkan PTSP dalam meningkatkan pelayanan perizinan sehingga dapat meningkatkan investasi di Provinsi lampung.


(28)

2. Faktor penghambat dalam pelayanan PTSP di Provinsi Lampung antara lain:

a. Masih kurangnya sumber daya manusia yang kompeten dalam PTSP yang memiliki kualifikasi tentang penguasaan IT, bahasa asing maupun peraturan yang berlaku terutama dalam PTSP guna terciptanya pelayanan yang prima.

b. Persepsi masih belum utuh sehingga terjadi perbedaan persepsi antara yang satu dengan yang lainnya.Persepsi yang belum utuh ini tentunya akan mengganggu dalam pelaksanaan PTSP.

c. Proses perizinan yang melibatkan satuan kerja lainnya dalam hal pemberian rekomendasi izin yang dipandang dapat membuat suatu proses perizinan dapat memakan waktu yang lebih lama dan kurang praktis dalam pelayanan PTSP.

d. Fasilitas IT dalam PTSP yang kurang memadai. Sehingga sistem pelayanan perizinan sebagian belum dapat dilaksanakan secara online.

5.2 Saran

Dari kesimpulan tersebut guna melalui pengaturan PTSP dalam upaya meningkatkan investasi di Provinsi Lampung, maka dapat diberikan beberapa saran yang kiranya dapat berguna untuk kemajuan PTSP di BPMPPT Provinsi Lampung, yaitu :

1. Sebaiknya BPMPPT meningkatkan sumber daya manusia yang benar-benar berkompeten dalam PTSP yang memiliki kualifikasi tentang penguasaan IT, bahasa asing maupun


(29)

peraturan yang berlaku dalam PTSP dengan mengadakan penerimaan pegawai yang berkompetensi di bidang perizinan serta penguasaan IT dan bahasa asing.

2. Sebaiknya diadakan sosialisasi kepada sumber daya manusia di bidang pelayanan perizinan agar mengerti tentang tujuan pemerintah pusat untuk mendorong kinerja pelayanan perizinan agar memiliki pandangan yang sama tentang tujuan PTSP. 3. Sebaiknya, masing-masing satuan kerja yang memberikan rekomendasi dapat

menempatkan sumber daya manusia nya sesuai dengan masing-masing satuan kerja tersebut dapat berada di satu tempat sehingga tidak memakan waktu yang lebih lama. 4. Sebaiknya perlu pengadaan IT yang maksimal sehingga pelayanan perizinan dapat


(30)

PENGATURAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DALAM UPAYA MENINGKATKAN INVESTASI

DI PROVINSI LAMPUNG

SKRIPSI

Oleh

Raisa Harly Runida Agustine 0912011229

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG


(31)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

MOTTO

PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 5

1.2.1 Permasalahan ... 5

1.2.2 Ruang Lingkup Permasalahan ... 6

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian... 6

1.3.2 Kegunaan Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaturan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu... 8


(32)

2.1.2 Pengertian Pelayanan Perizinan Terpadu satu pintu ... 9

2.2 Dasar Hukum Pelayanan Terpadu Satu Pintu ... 15

2.3 Pengertian Investasi ... 18

2.4 Kewenangan Pemerintah daerah di Bidang Investasi ... 19

2.5 Kebijakan PTSP Bidang Penanaman Modal Di Daerah ... 20

III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah... 22

3.2 Sumber Data... 22

3.3 Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ... 24

3.3.1 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.3.2 Metode Pengolahan Data... 24

3.4 Analisis Data ... 25

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum BPMPPT Provinsi Lampung... 26

4.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi BPMPPT Provinsi Lampung... 27

4.1.2 Susunan Organisasi BPMPPT Provinsi Lampung... 28

4.2 Pembentukan PTSP di Provinsi Lampung... 29

4.3 Pengaturan Pelayanan PTSP dalam upaya meningkatkan investasi di Provinsi Lampung... 30

4.3.1 Mekanisme Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Provinsi lampung... 33

4.3.2 PTSP Dalam Upaya Meningkatkan Investasi Provinsi Lampung ... 37

4.4 Faktor-Faktor Penghambat Dalam PTSP Provinsi Lampung .... 40

V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 45


(33)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Barata, Atep Adya. 2003. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

HR, Ridwan. 2006. Hukum Administrasi Negara. Penerbit PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004.Hukum dan Penelitian Hukum. Penerbit PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

Sukirno, Sadono. 1997. Ekonomi Pembangunan. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Ketiga Penerbit UUP AMP YKPN. Yogyakarta.

Sutedi, Adrian. 2010.Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Penerbit Sinar Grafika. Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 1997.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Tim Penyusun Peraturan Daerah Ramah Investasi. 2008. Peraturan derah Ramah Investasi. Indonesian Netherlands Association. Jakarta.

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

B. Perundang-Undangan

UU No. 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah. UU No. 25 tahun 2007tentang Penanaman Modal .

Keppres No. 29 Tahun 2004tentang Penyelenggaraan PMA dan PMDN melalui system pelayanan satu atap.


(34)

Perpres No. 27 tahun 2009tentang PTSP di bidang Penanaman Modal.

Peraturan Kepala BKPM No. 11 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan dan Pelaporan PTSP di Bidang Penanaman Modal.

Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Menanaman Modal.

Permendagri No. 24 Tahun 2006tentang pedoman PPTSP.

Pergub Lampung No. 33 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Badan Perencanaan Pembangunan Derah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung.

Pergub Lampung No. 15 Tahun 2011 tentang Pelimpahan Kewenangan Di Bidang Perizinan Dan Non Perizinan Kepada Badan Penanaman Modal Dan .Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Lampung

C. Surat Kabar

Harian Umum Kompas, 6 September 2007 Radar Lampung,14 Januari 2011


(35)

Judul skripsi :PENGATURAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DALAM UPAYA MENINGKATKAN INVESTASI DI PROVINSI LAMPUNG

Nama Mahasiswa :Raisa Harly Runida Agustine No. Pokok Mahasiswa: 0912011229

Bagian : Hukum Administrasi Negara Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Muhammad Akib, S.H., M.H. Syamsir Syamsu, S.H., M.H. NIP 196309161987031006 NIP 196108051989031005

2. Ketua bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H. NIP 196112191988032002


(36)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Muhammad Akib, S.H., M.H. ...

Penguji Utama : Nurmayani, S.H., M.H. ...

Sekretaris/Anggota : Syamsir Syamsu S.H, M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 196211091987031003


(37)

(38)

PERSEMBAHAN

Atas keridhoan Allah SWT, karya ini dipersembahkan untuk:

kedua orangtua ku yang telah memberikan kasih sayang serta doa dan selalu menjadi motivasiku, kakak serta kedua adikku yang telah memberikan semangat serta kekuatan, nenek yang telah mengurusku dari kecil dan memberikan kasih sayangnya yang tulus dan seluruh keluargaku, Orang-orang terdekat dan almamater kebanggan Universitas Lampung.


(39)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 Agustus 1991, sebagai anak ke dua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Muhammad Harun, S.E dan ibu Hj. Dra. Farida Hambali.

Pendidikan diawali dengan Taman Kanak-kanak (TK) Trisula Kota Bandar Lampung diselesaikan tahun 1997, dilanjutkan Pendidikan Sekolah dasar (SD) di SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2003, Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 4 Bandar Lampung pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 10 Bandar Lampung pada tahun 2009

Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Disamping berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung, penulis juga melanjutkan pendidikan pada Progam Bahasa Inggris 1 Tahun di Lembaga Bahasa Inggris (LBI) Bandar Lampung dan telah selesai pada tahun 2012.


(40)

SANWACANA

Alhamdulillah, segala puji bagi bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, rahmat, hidayah dan berbagai kenikmatan kepada Penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Pengaturan Pelayanan

Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam Upaya Meningkatkan Investasi di

Provinsi Lampung”sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan moriil maupun materiil dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung Bapak Dr. Heryandi, S.H, M.S. 2. Ketua jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas

Lampung dan selaku Pembahas 1 Ibu Nurmayani, S.H., M.H. yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

3. Dosen Pembimbing 1 Bapak Dr. Muhammad Akib, S.H., M.H. yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, banyak masukan dan arahan selama dalam proses penulisan skripsi ini.


(41)

2

4. Dosen Pembimbing 2 Bapak Syamsir Syamsu, S.H, M.H. yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan serta arahan selama penulisan skripsi ini.

5. Dosen Pembahas 2 Bapak Agus Triyono, S.H., M.H. yang telah memberikan banyak masukan serta arahan untuk perbaikan dalam penulisan skripsi ini. 6. Pembimbing Akademik Ibu Siti Nurhasanah, S.H., M.H. atas segala bantuan

selama menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

7. Seluruh Staf Administrasi Fakultas Hukum Ibu Hera dan Pak Marlan yang telah memberikan banyak bantuan mulai dari proses perkuliahan hingga penyusunan skripsi.

8. Dosen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Ibu Eka Deviani,S.H., M.H. yang telah banyak memberikan nasehat selama perkuliahan.

9. Kepala badan BPMPPT Bapak Ruslan, S.H., M.H. beserta Bapak Dendy Mahuri S.H., M.A., M.Pp selaku staf bidang promosi investasi yang telah banyak membantu penulis selama mengadakan penelitian.

10. Ayahku H. Muhammad Harun, S.E dan Ibuku Hj. Dra. Farida Hambali yang menjadi sumber motivasiku dan telah memberikan kasih sayang serta doa untuk kebahagiaan anak-anaknya.

11. Kakak Ratih Mary Farahdisa, S.ked yang telah menjadi kakak yang baik dan selalu memberikan motivasi kepada adik-adiknya.

12. Adik-adik Rafida Desty Harmuli dan Muhammad Rifath Akbar yang telah menjadi penyemangatku.


(42)

3

13. Keluarga besar, sepupu-sepupu tercinta, Sidah, Om dan tanteku serta Alm. Nenek yang telah memberikan kasih sayang tulus kepada cucu-cucunya. 14. Penyemangat dari awal perkuliahan hingga sekarang Ipda Muhammad Debby

Tri Andrestian dan sahabat-sahabat tersayang Utari Gita Mutiara, Tara Lioni, Sespana Wijayani, Bunga Annisa Nasution yang selalu menjadi penghibur selama ini.

15. Teman-teman seperjuangan selama perkuliahan Nadia Purnama Sari, Mega Puteri, Oktavianti Puspitasari, Naditha Andarini yang telah menemani dari awal perkuliahan.

16. Semua teman angkatan 2009 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

17. Almamater tercinta dan seluruh civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Akhir kata, penulis menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis


(43)

4

MOTTO

Pemimpin mencapai suksesnya melalui pelayanan kepada

orang lain, bukan dengan mengorbankan orang lain. – H.

Jackson Brown,Jr.


(1)

PERSEMBAHAN

Atas keridhoan Allah SWT, karya ini dipersembahkan untuk:

kedua orangtua ku yang telah memberikan kasih sayang serta doa dan selalu menjadi motivasiku, kakak serta kedua adikku yang telah memberikan semangat serta kekuatan, nenek yang telah mengurusku dari kecil dan memberikan kasih sayangnya yang tulus dan seluruh keluargaku, Orang-orang terdekat dan almamater kebanggan Universitas Lampung.


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 Agustus 1991, sebagai anak ke dua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Muhammad Harun, S.E dan ibu Hj. Dra. Farida Hambali.

Pendidikan diawali dengan Taman Kanak-kanak (TK) Trisula Kota Bandar Lampung diselesaikan tahun 1997, dilanjutkan Pendidikan Sekolah dasar (SD) di SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2003, Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 4 Bandar Lampung pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 10 Bandar Lampung pada tahun 2009

Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Disamping berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung, penulis juga melanjutkan pendidikan pada Progam Bahasa Inggris 1 Tahun di Lembaga Bahasa Inggris (LBI) Bandar Lampung dan telah selesai pada tahun 2012.


(3)

SANWACANA

Alhamdulillah, segala puji bagi bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, rahmat, hidayah dan berbagai kenikmatan kepada Penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Pengaturan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam Upaya Meningkatkan Investasi di Provinsi Lampung”sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan moriil maupun materiil dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung Bapak Dr. Heryandi, S.H, M.S. 2. Ketua jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas

Lampung dan selaku Pembahas 1 Ibu Nurmayani, S.H., M.H. yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

3. Dosen Pembimbing 1 Bapak Dr. Muhammad Akib, S.H., M.H. yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, banyak masukan dan arahan selama dalam proses penulisan skripsi ini.


(4)

2

4. Dosen Pembimbing 2 Bapak Syamsir Syamsu, S.H, M.H. yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan serta arahan selama penulisan skripsi ini.

5. Dosen Pembahas 2 Bapak Agus Triyono, S.H., M.H. yang telah memberikan banyak masukan serta arahan untuk perbaikan dalam penulisan skripsi ini. 6. Pembimbing Akademik Ibu Siti Nurhasanah, S.H., M.H. atas segala bantuan

selama menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

7. Seluruh Staf Administrasi Fakultas Hukum Ibu Hera dan Pak Marlan yang telah memberikan banyak bantuan mulai dari proses perkuliahan hingga penyusunan skripsi.

8. Dosen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Ibu Eka Deviani,S.H., M.H. yang telah banyak memberikan nasehat selama perkuliahan.

9. Kepala badan BPMPPT Bapak Ruslan, S.H., M.H. beserta Bapak Dendy Mahuri S.H., M.A., M.Pp selaku staf bidang promosi investasi yang telah banyak membantu penulis selama mengadakan penelitian.

10. Ayahku H. Muhammad Harun, S.E dan Ibuku Hj. Dra. Farida Hambali yang menjadi sumber motivasiku dan telah memberikan kasih sayang serta doa untuk kebahagiaan anak-anaknya.

11. Kakak Ratih Mary Farahdisa, S.ked yang telah menjadi kakak yang baik dan selalu memberikan motivasi kepada adik-adiknya.

12. Adik-adik Rafida Desty Harmuli dan Muhammad Rifath Akbar yang telah menjadi penyemangatku.


(5)

3

13. Keluarga besar, sepupu-sepupu tercinta, Sidah, Om dan tanteku serta Alm. Nenek yang telah memberikan kasih sayang tulus kepada cucu-cucunya. 14. Penyemangat dari awal perkuliahan hingga sekarang Ipda Muhammad Debby

Tri Andrestian dan sahabat-sahabat tersayang Utari Gita Mutiara, Tara Lioni, Sespana Wijayani, Bunga Annisa Nasution yang selalu menjadi penghibur selama ini.

15. Teman-teman seperjuangan selama perkuliahan Nadia Purnama Sari, Mega Puteri, Oktavianti Puspitasari, Naditha Andarini yang telah menemani dari awal perkuliahan.

16. Semua teman angkatan 2009 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

17. Almamater tercinta dan seluruh civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Akhir kata, penulis menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis


(6)

4

MOTTO

Pemimpin mencapai suksesnya melalui pelayanan kepada

orang lain, bukan dengan mengorbankan orang lain. – H.

Jackson Brown,Jr.