Analisis Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Metode Common-Size Dan Analisis Rasio Studi Kasus (Di 5 Warnet Area Bandung)

(1)

ii

ABSTRAK

“ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE COMMON-SIZE DAN ANALISIS RASIO

STUDI KASUS ( 5 WARNET DI BANDUNG)” Oleh

BUDI SUMARLIN NIM. 1.03.03.087

Teknologi informasi di Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat sehingga mempermudah setiap orang untuk memperoleh informasi atau memperluas relasi tanpa harus terbatas oleh waktu dan tempat. Salah satu sarana untuk memperoleh informasi atau memperluas relasi saat ini adalah jasa internet. Sekarang ini banyak orang yang sedang mencari peluang bisnis dibidang warnet namun permasalahan banyak yang kurang mengerti mengenai perhitungan untung ruginya.

Laporan keuangan merupakan salah satu unsur terpenting dalam usaha warnet dan menjadi sumber untuk informasi dalam membantu proses pengambilan keputusan, untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas warnet. Dengan menggunakan Metode analisis Common-size dan analisis Rasio

Poin penting dalam bisnis warnet, mengitung biaya penyusutan gedung dan komputer, sehingga pada periode berikutnya tidak mengeluarkan modal untuk sewa gedung dan komputer, usaha bisnis warnet akan untung jika tingkat kepadatan (utilitas) diatas 50%.

Hasil yang diperoleh setelah menyusun laporan keuangan dapat diketahui faktor likuiditas, Rasio lancar tertinggi terjadi pada Caisar.net yaitu sebesar 18.43 % solvabilitas, Rasio hutang terhadap aktiva Luky.net2.net merupakan kenaikan tertinggi yaitu dengan rasio sebesar 20.97% dan profitabilitas. Rasio laba kotor terhadap penjualan paling tinggi terjadi pada Caisar.net yaitu sebesar 48.62%.


(2)

1 l. l Latar Belakang Masalah

Teknologi informasi di Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat sehingga mempermudah setiap orang untuk memperoleh informasi atau memperluas relasi tanpa harus terbatas oleh waktu dan tempat. Salah satu sarana untuk memperoleh informasi atau memperluas relasi saat ini adalah jasa internet. Sekarang ini banyak orang yang sedang mencari peluang bisnis dibidang warnet. Dengan hanya bermodalkan tempat yang sudah ada dan beberapa unit komputer, usaha bisnis warnet bisa berjalan. Para pengelola warnet umumnya kurang mengerti mengenai perhitungan untung ruginya dari bisnis warnet ini. Dengan banyaknya warnet yang bermunculan sampai ke pelosok-pelosok. Maka dibutuhkan suatu analisis laporan keuangan yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. Dengan menganalisis perkembangan laporan keuangan pada 5 warnet, dapat diketahui performasi pendapatan atau keuntungan dari masa-masa lalu, maupun pada masa mendatang.

Berdasarkan uraian tersebut maka Penelitian dilakukan pada 5 warnet di daerah Bandung diantaranya Luky.net1, Luky.Net2 Wong.net, Caisar. Net dan Fadilah.net. Dengan judul “ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE COMMON-SIZE DAN ANALISIS RASIO STUDI KASUS (5 WARNET DI BANDUNG)”.

1.2. Perumusan Masalah

Point penting dalam bisnis warnet. Rata-rata warnet kecil dibuat tanpa menghitung penyusutan komputer dan gedung. Jadi perhitungan mereka sangat sederhana seharusnya untuk sewa gedung harus dibuat penyusutannya supaya pada tahun depan warnet tersebut sudah mempunyai dana untuk menyambung sewa gedung tersebut, ini sangat berguna sehingga warnet tersebut tidak lagi mengeluarkan modal untuk sewa gedung atau upgrade komputer. Untuk tingkat kepadatan minimal 50% maka dikatakan usaha warnet ini menguntungkan. Untuk


(3)

menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan suatu alat atau informasi analisis laporan keuangan. untuk menentukan apakah bisnis usaha warnet ini dikelola secara profesional atau dikelola secara kekeluargaan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memberikan usulan perbaikan yang harus dilakukan dalam usaha warnet dalam meningkatkan kondisi laporan keuangan warnet.

Tujuan dari penelitan ini adalah sebagai berikut : 1. Meneliti data-data laporan keuangan di 5 warnet

2. Menganalisis laporan keuangan masing-masing warnet untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas warnet.

3. Memberikan gambaran dan evaluasi situasi saat ini kepada masing-masing warnet, sehingga dapat dijadikan suatu alat ukur dalam pengambilan keputusan atas tindakan yang akan dilakukan di masa yang akan datang setelah menganalisis laporan keuangan.

1.4 Pembatasan Masalah

Analisis Laporan keuangan yang menyeluruh merupakan permasalahan yang cukup luas dan kompleks, dengan mengingat keterbatasan waktu yang tersedia, maka penelitian yang dilakukan dibatasi dalam lingkup :

1. Data-data laporan keuangan didapatkan dari laporan kas, laporan perbaikan, dan laporan pendapatan warnet.

2. Perhitungan analisis laporan keuangan didapatkan dengan membuat neraca dan perhitungan rugi laba per 31 juni 2011

3. Metode yang digunakan adalah Analisis common-size dan analisis rasio.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Data-data yang didapat dan ditulis merupakan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung yang dikumpulkan melalui metode :


(4)

Observasi lapangan (studi dokumentasi) dilakukan di 5 warnet, dengan melihat bentuk laporan keuangan yang diperlukan untuk data yang akan diteliti. Serta pengambilan dan peninjauan data-data laporan keuangan. 2. Wawancara

Wawancara ini dilakukan kepada bagian umum dan pihak yang berkaitan dengan laporan keuangan di 5 warnet dalam hal ini bagian kas warnet. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan mengenai pemahaman Tugas Akhir ini, maka perlu disajikan sistematika penulisan yang akan dibahas. Adapun sistematika penulisannya sebagi berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Berisikan gambaran umum tentang penelitian, yang didalamnya terdapat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan dan asumsi masalah, dan sistematika pemulisan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Berisikan pengantar teori-teori yang mendukung pembahasan dari penelitian yang akan dilakukan.

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Berisi langkah-langkah penelitian dari awal sampai akhir disertai dengan penjelasannya.

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Berisikan data-data yang diperlukan mencapai tujuan penelitian serta melakukan pengolahan terhadap data-data sesuai dengan metode yang telah ditentukan. Bab 5 Analisa

Membahas tentang analisis terhadap hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya.


(5)

Bab 6 Kesimpulan dan Saran

Merupakan rangkuman dari hasil analisis terhadap pengolahan data serta disesuaikan dengan tujuan awal, dan berisikan tentang saran-saran mengenai pemelitian tersebut.


(6)

5 Bab II Tinjauan Pustaka

2.1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan objek atau suatu proses analisis terhadap laporan keuangan, dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang diambil akan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, mamahami latar belakang penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan langkah yang sangat penting sebelum menganalisis laporan keuangan itu sendiri. Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan meliputi tujuan keuangan, karakteristik kualitatif laporan keuangan, definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur laporan keuangan, dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan dan kebutuhan informasinya.

2.1.1. Pemakai dan Kebutuhan Informasi

Pemakai laporan keuangan meliputi para investor dan calon investor, kreditor, pemasok, pelanggan, pemerintah dan lembaga yang lainnya, karyawan, masyarakat, dan para pemegang saham,. Para pemakai laporan keuangan ini menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, yang meliputi :

1. Investor

Para investor dan penasihatnya berkepentingan terhadap resiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukanyya. Investor ini membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar deviden.

2. Kreditor

Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.


(7)

3. Pemasok

Pemasok tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.

4. Pemegang Saham.

Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan penambahan modal untuk rencana bisnis selanjutnya.

5. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu, mereka juga membutuhkan infomasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada informasi yang mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

8. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.


(8)

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum, sehingga tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai. Berhubung para investor merupakan penanam modal beresiko, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka, juga memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain.

Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Manajemen juga berkepentingan terhadap inforamsi yang disajikan pada laporan keuangan, meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.

Manajemen memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk dan isi informasi tambahan (diluar informasi laporan keuangan) untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam rangka menyusun dan menyajikan laporan keuangan, khususnya untuk kepentingan ekstern, manajemen harus mengacu pada kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.


(9)

Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efekitivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.

Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut.

Laporan keuangan yang disusun untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Meskipun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam proses pengambilan keputusan ekonomi mereka. Selain untuk tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan oleh manajemen atau menggambarkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca (menggambarkan posisi keuangan), laporan laba rugi (menggambarkan informasi kinerja), laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Selain itu, laporan keuangan juga menampung skejul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan, seperti informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. 2.1.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bari para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan keuangan ini


(10)

meliputi karakteristik dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat diperbandingkan.

a. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai. Dalam hal ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, sulitnya memahami informasi yang kompleks jangan dijadikan alasan untuk tidak memasukkan informasi tersebut dalam laporan keuangan.

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialistisnya. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.

c. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi mempunyai kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.

Agar dapat diandalkan, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialistis dan biaya. Kesengajaan untuk tidak


(11)

mengungkapkan dapat mengakibatkan informasi menjadi tidak benar dan menyesatkan.

d. Dapat Dibandingkan

Para pemakai laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan keuangn antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

Agar suatu informasi tidak kehilangan relevansinya, maka informasi tersebut harus disajikan tepat waktu. Akan tetapi untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu, terkadang harus dikorbankan kualifikasi keandalannya dan sebaliknya. Manajemen perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan yang tepat waktu dan ketentuan informasi yang andal. Dalam usaha mencapai keseimbangan tersebut, kebutuhan pengambilan keputusan harus menjadi pertimbangan yang menentukan.

2.1.4. Unsur Laporan Keuangan

Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonomi, yang merupakan unsur laporan keuangan. Unsur ini dapat diklasifikasikan menjadi unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan dan unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja. Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan berbagai perubahan dalam neraca.

1. Unsur Posisi Keuangan

Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas.

a. Aktiva

Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan diharapkan akan memberi manfaat ekonomi bagi perusahaan dimasa depan. Manfaat ekonomi dimasa depan yang


(12)

terwujud dalam aktiva tetap adalah potensi aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas (dan setara kas) kepada perusahaan. Potensi ini dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari aktivitas operasional. Manfaat ekonomi dimasa depan dapat mengalir kedalam perusahaan dengan cara digunakan dalam produksi barang dan jasa, dipertukarkan dengan aktiva lain, digunakan untuk menyelesaikan kewajiban atau dibagikan kepada para pemilik perusahaan.

b. Kewajiban

Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perushaan yang mengandung manfaat ekonomi. Karakeristik kewajiban adalah bahwa perusahaan mempunyai kewajiban masa kini, yaitu suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum, sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan atau timbul dari praktik bisnis yang lajim, yaitu kebiasaan dan keinginan untuk memelihara hubungan bisnis yang baik atau bertindak dengan cara yang adil. Kewajiban suatu perusahaan dapat diselesaikan dengan cara melakukan pembayaran kas, menyerahkan aktiva lain, memberikan jasa, mengganti kewajiban dengan kewajiban lain, mengkonversi kewajiban menjadi ekuitas atau dengan cara dihapuskan.

c. Ekuitas

Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban (aktiva bersih). Meskipun demikian didalam neraca ekuitas dapat disubklasifikasikan. Dalam perseroan terbatas, setoran modal oleh para pemegang saham, saldo laba ditahan, penyisishan saldo laba dan penyesuaian pemeliharaan modal dapat disajikan secara terpisah. Penyajian seperti ini berguna untuk mengidentifikasi pembatasan hukum dan pembatasan lainnya terhadap kemampuan perusahaan untuk membagikan atau menggunakan ekuitas serta merefleksikan fakta bahwa


(13)

berbagai pihak mempunyai hak yang berbeda. Jumlah ekuitas yang disajikan pada neraca bergantung pada pengukuran aktiva dan kewajiban. 2. Unsur Kinerja Perusahaan

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan dengan pengukuran kinerja perusahaan disajikan pada laporan keuangan yang disebut laporan laba rugi. Penghasilan bersih (laba) sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran lainnya, misalnya return on investmen atau earnig per share. Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih ini adalah penghasilan (income) dan beban (expense). Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban ini bergantung pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan.

Masing-masing unsur yang berkaitan dengan kinerja perusahaan tersebut didefinisikan sebagai berikut:

a. Penghasilan(Income)

Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi (setoran) penanam modal. Penghasilan meliputi baik pendapatan maupun keuntungan. Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa (normal), seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, deviden royalti dan sewa. Penghasilan juga meliputi keuntungan yang belum direalisasi, misalnya kenaikan jumlah aktiva jangka panjang. Pada laporan laba rugi, keuntungan biasanya dicantumkan terpisah dan dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi dengan beban yang bersangkutan.

b. Beban (expense)

Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal. Beban mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dari pelaksanaan aktivitas biasa ini meliputi antara lain beban pokok


(14)

penjualan, gaji dan depresiasi, yang biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (setara kas), persediaan, dan aktiva tetap. 2.1.5. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan

Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan sebagai berikut:

a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau kedalam perusahaan.

b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal 1. Pengakuan Aktiva

Aktiva diakui dalam neraca apabila besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aktiva tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Sebaliknya aktiva tidak akan diakui dalam neraca apabila pengeluaran telah dilakukan, akan tetapi manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir kedalam perusahaan setalah periode akuntansi berjalan. Alternatifnya transaksi semacam ini diakui sebagai beban.

2. Pengakuan Kewajiban

Kewajiban diakui didalam neraca apabila besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan harus dapat diukur dengan andal.

3. Pengakuan Penghasilan

Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi apabila kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan penghasilan terjadi bersama dengan pengakuan kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban.

4. Pengakuan Beban

Beban diakui dalam laporan laba rugi apabila penurunan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan


(15)

kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva.

2.1.6. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah rupiah uang untuk mengakui dan memasukan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran sebagai berikut:

a. Biaya Historis b. Biaya Kini

c. Biaya Realistis/Penyelesaian d. Nilai Sekarang

2.1.7. Konsep Modal Dan Pemeliharan Modal

Dalam rangka penyusunan laporan keuangan, terdapat dua konsep modal, yaitu konsep modal keuangan dan konsep modal fisik. Konsep modal keuangan dianut oleh sebagian besar perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan. Pemilihan konsep modal yang sesuai bagi perusahaan harus didasarkan pada kebutuhan pemakai laporan keuangan. Dengan demikian konsep modal keuangan seharusnya dianut apabila pemakai laporan keuangan terutama bekepentingan dengan pemeliharaan modal nominal atau daya beli modal yang diinvestasikan. Sebaliknya, apabila pemakai berkepentingan dengan kemampuan usaha perusahaan, maka konsep modal yang digunakan adalah konsep modal fisik. Konsep modal yang dipilih menunjukan sasaran yang akan dicapai dalam penetapan laba.

2.1.8. Jenis Dan Bentuk Laporan Keuangan 1. Jenis Laporan Keuangan

Jenis laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah laporan neraca dan laporan laba rugi (dan biasanya dilengkapai dengan laporan perubahan modal), yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:


(16)

a. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan (aktiva, kewajiban, dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. b. Laporan Laba rugi

Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu.

Meskipun neraca dan laporan laba rugi merupakan dua dokumen yang terpisah, akan tetapi keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling terkait, serta merupakan suatu siklus. Antara neraca dan laporan laba rugi sering dihubungkan dengan satu laporan yang disebut laporan perubahan modal (laba ditahan), yang memberikan informasi mengenai perubahan modal selama periode tertentu.

2. Bentuk Laporan Keuangan

Neraca dapat disajikan dengan menggunakan dua bentuk (format), yaitu: a. Rekening (skontro)

Pada unsur ini, aktiva disajikan pada sisi kiri (debit),sedangkan unsur kewajiban dan ekuitas disajikan pada sisi kanan (kredit).

b. Laporan (stafel)

Pada bentuk ini aktiva, kewajiban maupun ekuitas disajikan secara urut dari atas kebawah, yang dimulai dari aktiva, kewajiban dan terakhir ekuitas.

Laporan laba rugi dapat disajikan dengan menggunakan dua bentuk, yaitu: a. Single-Step

Pada bentuk ini semua penghasilan yang diperoleh dari berbagai kegiatan/aktivitas dikelompokkan menjadi satu kelompok yang disebut kelompok penghasilan, sedangkan untuk semua beban dikelompokan kedalam satu kelompok yang disebut beban. Penghasilan bersih (laba) merupakan selisih antara kelompok penghasilan dan total kelompok beban.


(17)

b. Multiple-Step

Pada bentuk ini penghasilan bersih (laba) dihitung secara bertahap sesuai dengan aktivitas perusahaan. Dengan demikian, semua penghasilan dan beban disajikan sesuai dengan kegiatan//aktivitas, yaitu kegiatan usaha, diluar usaha dan diluar biasa.

2.2. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan yang lengkap, untuk setiap periode penyajian lapoaran keuangan. Untuk memenuhi kebutuhan informasi para pemakai keuangan, khususnya informasi tentang arus kas perusahaan selama periode tertentu, maka setiap perusahaan harus menyusun laporan arus kas.

2.2.1. Informasi Laba Versus Arus Kas Operasi

Fungsi laporan laba rugi adalah mengukur profitabilitas perusahaan untuk satu periode tertentu, dengan menghubungkan antara biaya dan penghasilan. Tetapi laporan laba rugi tidak menunjukan timing arus kas dan akibat operasi perusahaan terhadap likuidasi dan solvabilitas.

Informasi arus kas operasi tidak hanya memfokuskan diri pada biaya dan penghasilan, melainkan juga berfokus pada kebutuhan kas setiap aktivitas yang dilakukan perusahaan, seperti investasi pada piutang pelanggan dan persediaan. Arus kas operasi memfokuskan diri pada aspek likuidasi dan tidak mengukur profitabilitas, karena tidak mencakup pos-pos biaya dan penghasilan.

2.2.2. Tujuan Dan Kegunaan Laporan Arus Kas

Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai laporan keuangan perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kasserta kapasitas perolehannya.


(18)

Arus kas merupakan jiwa (lifeblood) bagi setiap perusahaan dan fundamental bagi eksistensi sebuah perusahaan serta menunjukan dapat tidaknya sebuah perusahaan membayar semua kewajibannya. Laporan arus kas disusun dengan tujuan utama untuk memberikan periode tertentu, dan memberikan informasi tentang aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dengan basis kas.

Selain disebutkan diatas laporan arus kas disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan, dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan selama periode akuntansi tertentu. Dengan demikian, tujuan utama laporan arus kas adalah untuk memberikan kepada pengguna, informasi tentang mengapa posisi kas perusahaan berubah selama periode akuntansi. Selain itu laporan juga menunjukan efek aktivitas investasi dan pendanaan. Apabila digunakan bersama dengan laporan keuangan lainnya, seperti neraca, lapoan laba rugi, laporan saldo laba, laporan arus kas mempunyai kegunaan memberikan informasi untuk:

1. mengetahui perubahan aktiva bersih, struktur keuangan dan kemampuan mempengaruhi arus kas.

2. menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas. 3. mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang

arus kas masa depan dari berbagai perusahaan.

4. dapat menggunakan informasi arus kas historis sebagai indikator jumlah waktu, dan kepastian arus kas masa depan.

5. meneliti kecemasan taksiran arus kas mas depan dan menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.

Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas, pengeluaran kas, dan perubahan bersih kas, baik yang berasal dari aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan. Informasi tersebut dapat membantu menunjukan bagaimana mungkin sebuah perusahaan yang melaporkan kerugian tetap dapat membeli aktiva tetap atau membayar deviden.


(19)

2.2.3. Kas Dan Setara Kas

Kas merupakan konsep dana yang paling berguna, karena keputusan par investor, kreditor dan pihak lainnya terfokus pad penelitian arus kas dimas dating. Perusahaan akan memanfaatkan kas menganggur dengan menanamkannya pada investasi jangka pendek yang sangat likuid.

Dalam pengertian kas ini tercakup pula pengertian kas. Kas terdiri atas saldo kas

(cash on hand) dan kas yang ada di bank dalam bentuk rekening koranatau giro

(cash in bank). Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat

likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. Sedangkan arus kas (cash flow) adalah arus masuk (inflow) dan arus keluar (outflow) kas dan setara kas. Arus kas tidak mencakup mutasi diantara pos-pos yang termasuk dalam kas dan setara kas.

Setara kas biasanya dimiliki dengan tujuan untuk memenuhi komitmen jangka pendek dan bukan untuk investasi atau tujuan lain. Suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas jika segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.

2.2.4. Klasifikasi Arus Kas

Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan harus mengklasifikasikan arus kas tersebut menurut aktivitas operasi (operating activities), investasi (investing activities), dan pendanaan (financing activities). Penyajian arus kas menurut ketiga klasifikasi tersebut dilakukan dengan cara yang paling sesuai dengan karakteristik bisnis suatu perusahaan.

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasilan utama pendapatan perusahaan

(principal revenue producting activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi mencakup semua efek dari setiap transaksi atau kejadian yang merupakan komponen penentuan laba bersih, seperti peneriaman kas drai penjualan barang dagangan, pembayaran kas pembelian bahan kepada supplier, dan pembayaran gaji karyawan perusahaan.


(20)

Aktivitas investasi adalah aktivitas perolehan atau pelepasan aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) dan investasi yang tidak termasuk dalam pengertian setara kas. Arus kas dari aktivitas investasi antara lain mencakup penerimaan kas dari penjualan aktiva tetap dan pengeluaran kas untuk pembelian mesin produksi. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi kewajiban jangka panjang dan modal perusahaan. Arus kas dari aktivitas pendanaan antara lain mencakup penerimaan kas dan penerbitan saham baru, dan pengeluaran kas untuk pembayaran utang jangka panjang.

2.3. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses analisis terhadap laporan keuangan, dengan tujuan memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang diambil akan menjadi lebih baik. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses pembandingan, evaluasi, dan analisis trend, akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin akan terjadi di masa yang akan mendatang, sehingga disinilah diperlukan suatu analisis terhadap laporan keuangan. Hasil analisis laporan keuangan mampu membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci dan kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan peusahaan dimas datang.

2.3.1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut kamus besar bahas Indonesia, kata “analisis” didefinisikan sebagai berikut:

“Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu

sendiri serta hubungan antarbagian untyk memperoleh pengertian yang tepat dan

pemahaman arti keseluruhan”

Menurut pengertian ini, analisis laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan kedalam unsur-unsurnya, menelaah


(21)

masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujauan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan itu sendiri.

Leopold A. Bermstein, memberikan deinisi analisis laporan keuangan sebagai berikut:

“Financial statement analysis is the judgmental process that aims to evaluate the current and past financial positions and result of operation of an enterprise, with primary objective of determining the best possible estimates and predictions about future conditions and performance.”

Dari definisi ini jelas bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan mas lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.

2.3.2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis pada laporan dan data keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian fungsi yang petama dan yang terutama dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengkonversi data menjadi informasi.

Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan. Misalnya dapat digunakan sebagai alat Screening awal dalam memilih alternate investasi atau merger; sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang; sebagai proses diagnosis atau evaluasi terhadap masalah-masalah manajemen, operasi dan masalah-masalah lainnya.

Dari semua tujuan tersebut, yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi; mengurangi dan mempersempit lingkup


(22)

ketidakpastian yang tidak bisa diletakkan pada setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan penggunaan pertimbangan-pertimbangan, melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tesebut.

2.3.3. Metode Dan Teknik Analisis

Secara umum, metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu metode analisis horizontal (dinamis) dan metode analisis vertikal (statis).

Metode analisis horizontal adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis horizontal karena analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda. Disebut metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ketahun (peiode). Salah satu metode analisis horizontal (dinamis) antara lain analisis trend (index)

Metode analsis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada periode tertentu, yaitu dengan membandingkan antar pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode ) yang sama. Teknik-teknik yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis persentase per-komponen (Common-Size), analisis ratio.

Analsis ratio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak digunakan dalam praktik. Ahli yang satu mengklasifikasikan ratio yang berbeda dibandingdengan ahli lainnya. Dalam menggunakan teknik analisis ratio, yang


(23)

perlu ditekankan adalah arti dan kegunaan dari masing-masing angka ratio tersebut.

1. Analisis Trend

Analisis trend merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan dn termasuk metode analisis horizontal. Analisis ini menggambarkan kecenderungan perubahan suatu pos laporan keuangan selama beberapa periode (dari tahun ke tahun). Pada teknik analisis ini, data laporan keuangan untuk beberapa periode dinyatakan dalam satuan persentase atas dasar tahun dasar. Neraca dan laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase trend

dapat memberikan informasi mengenai tingkat pertumbuhan masing-masing pos laporan keuangan dari tahun ke tahun.

2. Analisis Common-Size

Dalam menganalisis laporan keuangan, sebaiknya dihitung pula proporsi suatu kelompok atau sub-kelompok yang salah satu kelompoknya dibahas. Pada neraca misalnya, aktiva dianggap bernilai 100% dan tiap pokok atau posa pada kategori aktiva ini dinyatakan dalam persentase dari total aktiva. Laporan keuangan dalam persentase per-komponen (Common-size statement)

menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya. Teknik analisis, dengan cara menyusun laporan keuangan seperti ini disebut teknik analisis common-size dan termasuk metode analisis vetikal. Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size Statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut:

a. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar. b. Struktur modal (komposisi aktiva), yang dapat memberikan gambaran

mengenai posisi relative utang perusahaan terhadap modal sendiri.

Apabila neraca dalam persentase per-komponen ini disusun secara komparatif (misalnya dua tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan komposisi, baik komposisi investasi maupun struktur modal.

Laporan laba-rugi disusun dalam persentase per-komponen (common-size percentage) dapat menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp.1,00 penjualan


(24)

kepada masing-masing elemen biaya dan laba. Sementara apabila disusun secara komparatif, dapat menggambarkan perubahan distribusi tersebut.

3. Analisis Ratio

Ratio merupakan teknik analisis keuangan yang paling banyak digunakan. Ratio merupakan alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan gejala-gejala yang tampak suatu keadaan. Jika diterjemahkan secara tepat, ratio juga dapat menunjukan area-area yang memerlukan penelitian dan penanganan yang lebih mendalam. Analisis ratio dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar pembandingan yang menunjukan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponen-komponen ratio itu sendiri. Namun demikian, fungsi ratio seringkali disalahartikan dan akibatnya manfaatnya telalu dibesar-besarkan.

Ratio-ratio keuangan biasanya dianyatakan dalam persentase (%) atau “kali”. Beberapa jenis angka ratio dikelompokan kedalam kelompok sebagai berikut: 1. Ratio Likuiditas yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Ratio ini meliputi ratio-ratio yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva lancar.

2. Ratio Solvabilitas (Struktur Modal) yang mengukur tingkat perlindungan para kreditor jangka panjang.

3. Ratio Return on Investment yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, relatif dibandingkan dengan aktiva (investasi) yang digunakan.

4. Ratio Pemanfaatan Aktiva (Assets Utilization) yang mengukur efisiensi dan efektivitas penggunaan aktiva dalam mendukung penjualan perusahaan.

5. Ratio Kinerja Operasi (operating Performance) yang mengukur efisiensi perusahaan.

6. Investor umumnya tertarik pada kelompok profitabilitas tertentu.

Ratio dapat dihitung dari berbagi kondisi atau pasangan angka. Dengan menggunakan pos-pos yang ada pada laporan keuangan, dapat disusun suatu daftar angka ratio yang panjang. Tidak ada suatu standar tentang jenis dan cara


(25)

menghitung ratio-ratio tersebut. Pembagian pos-pos neraca dan laporan laba rugi dalam bentuk ratio dapat menimbulkan kesulitan, khususnya menyangkut periode waktunya. Laporan laba rugi mencakup satu periode waktu penuh (misalnya satu tahun), sementara neraca hanya untuk satu saat (akhir periode). Idealnya, apabila akan membandingkannya angka yang ada dilaporan laba rugi (misalnya penjualan) dan yang ada dineraca (misalnya piutang dagang), harus digunakan angka rata-rata piutang untuk periode yang sama. Sayangnya, data tersebut tidak tersedia bagi para analis ekstern. Pemecahannya adalah dengan menggunakan laba-rugi dari saldo awal dan akhir piutang dagang meskipun cara ini masih juga belum mampu mengeleminir perubahan-perubahan musiman atau siklus maupun perubahan-perubahan-perubahan-perubahan yang luar biasa yang terjadi selama periode tersebut.

Ratio Likuiditas

Meskipun kepada kreditor jangka pendek selalu disarankan untyk memfokuskan perhatiannya pada keuntungan para pemegang saham biasa, akan tetapi focus perhatian kreditor ini biasanya tercurah pada arah lain. Kreditor jangka pendek lebih memperhatikan prospek perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Kreditor ini lebih tertarik pada aliran kas dan manajemen modal kerja dibandingkan berapa besar laba akuntansi yang dilaporkan perusahaan. Dengan kata lain, kreditor jangka pendek lebih tertarik pada likuiditas perusahaan.

Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek. Untuk mengukur kemampuan ini, biasanya digunakan angka ratio modal kerja, current ratio, acid-test/quick ratio, perputaran piutang (account receivable turnover), dan perputaran persediaan (inventory turnover).

Modal kerja merupakan selisih antara total aktiva lancar dan utang lancar. Jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan menjadi perhatian para kreditor jangka pendek, karena angka ini menunjukan jumlah aktiva yang dibelanjai dari sumber dan jangka panjang, yang tidak memerlukan pembayaran kembali dalam jangka


(26)

pendek. Makin besar angka modal kerja, berarti makin besar tingkat proteksi kreditor jangka pendek, dan makin besar kepastian bahwa utang jangka pendek akan dilunasi tepat waktu. Meskipun menyenangkan bagi kreditor jangka pendek untuk melihat angka modal kerja yang besar, akan tetapi kesenangan mereka baru akan penuh bila mereka telah memperoleh kepastian, bahwa modal kerja beputar pada tingkat kecepatan yang tinggi dan bahwa utang akan dapat dibayar, meski dalam kondisi operasi yang sulit sekalipun. Alasannya, modal kerja yang tinggi tidak memberikan jaminan bahwa utang akan dapat dibayar pada saat jatuh temponya. Tingginya angka modal kerja dapat disebabkan adanya persediaan yang telah usang atau tidak laku terjual. Oleh karena itu, untuk memperoleh perspektif yang benar, angka modal kerja harus dilengkapi dengan angka-angka

current ratio,quick ratio, perputaran piutang dan perputaran persediaan berikut ini:

Current ratio

Elemen-elemen yang digunakan dalam perhitungan modal kerja dapat dinyatakan dalam ratio, yang membandingkan antara total aktiva lancar dan utang lancar. Ratio ini disebut Current Ratio yang dihitung dengan formula sebagai berikut:

Aktiva Lancar (AL)

Current Ratio (CR) = (Rumus 2.1) Utang Lancar (UL)

Aktiva lancar menggambarkan alat bayar yang diasumsikan semua aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk membayar. Sedangkan utang lancar menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan semua utang lancar benar-benar harus dibayar. Current ratio berguna untuk mengukur likuiditas perusahaan, akan tetapi dapat menjebak. Hal ini dikarenakan current ratio

yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual, yang tentu saja tidak dapat dipakai untuk membayar utang. Untuk menguji apakah alat bayar tersebut benar-benar likuid (benar-benar dapat digunakan untuk membayar utangnya), maka alat bayar yang kurang atau tidak likuid harus dikeluarkan dari total aktiva lancar. Alat bayar yang kurang likuid ini misalnya persediaan dari pos-pos yang analog dengan persediaan.


(27)

Acid-Test Ratio

Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih teliti ditemukan pada angka ratio yang disebut acid-test ratio atau quick ratio. Pada ratio ini, persediaan dan persekot yang dikeluarkan dari total aktiva lancar, dan hanya menyisakan pos-pos aktiva lancar yang likuid saja yang akan dibagi dengan utang lancar.

Quick ratio dihitung dengan formula sebagai berikut: Aktiva Lancar (AL) – Persediaan

QuickRati (QR) = (Rumus 2.2) Utang Lancar (UL)

Acid-test ratio atau quick ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu bergantung pada persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya diandalkan, karena persediaan bukanlah sumber kas yang bisa segera diperoleh, dan bahkan mungkin tidak mudah dijual pada kondisi ekonomi yang lesu.

 Perputaran piutang (Account Receivable Turnover)

Ratio perputaran piutang ini biasnya digunakan dalam hubungannya dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran kasar tentang seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang ini menggambarkan lamanya suatu piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan/penagihan piutang). Ratio perputaran piutang dan jumlah hari piutang ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

Penjualan

Perputaran Piutang = (Rumus 2.3) Rata-rata Piutang

Jumlah hari pertahun

Jumlah Hari Piutang = (Rumus 2.4) Perputaran Piutang

Selain dihitung junlah hari piutangnya, dalam mengevaluasi piutang dagang ini perlu diperhatikan juga kepada siapa piutang dagang ini diberikan. Selain itu, pelu diingat bahwa sebelum bisa ditagih, piutang dagang dapat juga dijual atau dijaminkan, yang berarti merupakan sumber dana.


(28)

 Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Ratio perputaran persediaan mengukur beberapa kali persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu, misalnya selama tahun tertentu. Ratio perputaran persediaan dan jumlah hari persediaan ini dihitung dengan cara berikut:

Harga Pokok Penjualan

Perputaran Persediaan = (Rumus 2.5) Rata-rata Persediaan

Jumlah hari pertahun

Jumlah hari Persediaan = (Rumus 2.6) Perputaran Persediaan

Apabila suatu perusahaan mempunyai ratio perputaran persediaan yang lebih rendah dibandingkan ratio rata-rata industrinya, maka hal ini menunjukan adanya persediaan yang sudah usang atau persediaan yang terlalu tinggi. Sebaliknya ratio perputaran persediaan yang lebih rendah dibanding rata-rata, memberi indikasi tingkat persediaan tidak cukup. Hal lain yang perlu diperhatikan dan dievaluasi adalah pola siklus konversi dari persediaan menjadi kas yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan.

Selain mengevaluasi kualitas alat bayar (komponen aktiva lancar) yang akan digunakan untuk membayar utang, utang lancar tersebut harus juga dievaluasi untuk mengetahui apakah semua utang lancar tersebut memang harus segera dibayar. Disamping itu, meskipun angka ratio likuiditas perusahan tersebut kecil, tidak berarti bahwa secara-riil kemampuan (likuiditas) perusahaan tesebut kecil. Hal ini disebabkan karena setiap perusahaan mempunyai “cadangan likuiditas”. Cadangan likuiditas ini antara lain ditunjukan dengan adanya:

1. Hubungan baik yang dimiliki oleh perusahaan, yang memungkinkan perusahaan meminjam uang sewaktu-waktu membutuhkan dana. Kenyataan ini tidak tampak pada neraca.

2. Perusahaan masih memiliki batas kredit bank yang belum digunakan.

3. Perusahaan mempunyai aktiva jangka panjang yang dapat dikonversikan menjadi kas dengan segera.


(29)

4. Perusahaan berada dalam posisi utang jangka panjang yang sangat baik, sehingga memiliki kapabilitas untuk menerbitkan utang baru atau saham. 5. Praktik cek mundur didalam transaksi bisnis.

Ratio Solvabilitas (Struktur Modal)

Posisi kreditor jangka panjang berbeda dibandingkan dengan kreditor jangka pendek. Kreditor jangka panjang sangat menaruh perhatian, baik pada kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, yaitu kemampuan membayar bunga maupun jangka panjang, yaitu kemampuan membayar pokok pinjaman. Mereka lebih menaruh perhatian pada solvabilitas perusahaan.

Kreditor jangka panjang biasanya akan menhadapi risiko yang lebih besar dibanding kreditor jangka pendek. Oleh karena itu, biasanya perusahaan diminta untuk membuat perjanjian pembatasan untuk perlindungan kreditor jangka panjang, misalnya perjanjian tentang jumlah modal kerja minimum, dan pembayaran dividen. Kreditor jangka panjang biasanya tidak menginginkan penyelesaian utangnya ditempuh lewat proses pengadilan. Mereka lebih menyukai mempertaruhkan keselamatan penagihan bunga dan pokok pinjaman pada aliran dana dari operasi yang terarut dan konsisten.

Solvabilitas perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah debt-to-equity ratio dan time interest earned.

Debt-to-Equity Ratio

Dalam rangka mengukur risiko, fokus perhatian kreditor jangka panjang terutama ditunjukan pada prospek laba dan perkiraan arus kas. Meskipun demikian, mereka tidak dapat mengabaikan pentingnya tetap mempertahankan keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan. Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan diukur dengan ratio debt-to-equity ratio, dengan cara perhitungan sebagai berikut:


(30)

Total Utang

Debt-to-Equity = (Rumus 2.7) Total Modal

Dengan demikian, debt-to-equity ratio ini juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang.

Time Interest Earned

Untuk mengukur kemampuan operasi perusahaan dalam memberikan proteksi kepada kreditor jangka panjang, khususnya dalam membayar bunga, digunakan ratio time interest earned, dengan cara perhitungan sebagai berikut: Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)

Time Interest Earned = (Rumus 2.8) Biaya Bunga

Ratio Return On Invesment

Manajer perusahaan mempunyai dua tanggung jawab, yaitu tanggung jawab untuk memperoleh dana untuk membiayai aktiva dan tanggung jawab untuk menggunakan aktiva yang dimiliki perusahaan dalam rangka memperoleh penghasilan.Return on Invesment mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik (modal). Return on Invesment merupakan terminologi yang luas dari ratio yang digunakan untuk mengukur hubungan antara laba yang diperoleh dan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut . Sesuai dengan investasi mana yang digunakan, ratio ini dibagi menjadi dua, yaitu return on total assets (ROA) dan return on equity (ROE).

Return on Total Assets (ROA)

Return on Total Assets (ROA) mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rtio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telahdilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Ratio ini dapat diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku.


(31)

Ratio Return on Total Assets (ROA) ini dihitung dengan cara sebagai berikut: Laba setelah pajak, sebelum bunga

Ratio Return on Total Assets = (Rumus 2.9) Aktiva Rata-rata.

Return on Common Stockholders „Equity (ROE)

Salah satu alasan utama mengapa mongoperasikan perusahaan adalah untuk menghasilkan laba yang akan bermanfaat bagi para pemeganga saham. Ukuran keberhasilan dari pencapaian alasan ini adalah angka return on common stockholders „equity yang berhasil dicapai. Ratio return on equity ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak - Dividen saham istimewa

Return on Equity = (Rumus 2.10) Rata-rata modal saham biasa

Hubungan antara angka ratio return on equity (ROE) dan besarnya proporsi utang terhadap total aktiva perusahaan disajikan pada gambar berikut

ROE (%)

Utang/Aktiva (%)

Gambar 2.1 hubungan ROE dan besarnya proporsi utang

Dari gambar ini dapat dilihat bahwa selama perusahaan masih mampu meningkatkan labanya, maka setiap utang akan mengakibatkan naiknya angka ROE, yang tentu saja menguntungkan para pemeganga saham biasa. Dari grafik ini dapat dilihat pula bahwa angka ratio ROE yang tinggi tidak selalu mencerminkan baiknya kinerja perusahaan.

Ratio Pemanfaatan Aktiva (Asset Utilization Ratio)

Pada prinsipnya, setiap angka yang dimiliki oleh perusahaan diharapkan untuk dapat mendukung perolehan penghasilan yang menguntungkan. Untuk mengukur


(32)

efisiensi dan efektivitas pemanfaatan aktiva dalam rangka memperoleh penghasilan tersebut, dapat digunakan ratio-ratio perputaran aktiva.

 Ratio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)

Ratio perputaran total aktiva mengukur aktivitas dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui penggunaan aktiva tersebut. Ratio ini juga mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan. Ratio perputaran ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

Penjualan

Perputaran Aktiva = (Rumus 2.11) Aktiva Rata-rata

 Ratio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Menghubungkan penjualan dengan modal kerja, memberi indikasi perputaran modal kerja selama periode tertentu. Ratio ini harus dibandingkan dengan data periode yang lalu, pesaing dan rata-rata industri dalam rangka memastikan cukup tidaknya perputaran modal kerja tersebut. Seperti ratio-ratio yang lain, tidak ada angka yang pasti berapakah ratio perputaran modal kerja yang baik. Secara umum, ratio perputaran modal kerja yang rendah memberi indikasi tidak menguntungkannya penggunaaan modal kerja. Dengan kata lain, penjualan tidak cukup baik dalam kaitannya dengan modal kerja yang tersedia. Sebaiknya ratio yang tinggi menunjukan telah terjadi kelebihan kapasitas. Ratio perputaran modal kerja dihitung dengan cara sebagai berikut:

Penjualan

Perputaran Modal Kerja = (Rumus 2.12) Modal Kerja Rata-rata

 Ratio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover)

Ratio perputaran aktiva tetap ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membuat aktiva tetap produktif dengan menghasilkan penjualan. Ratio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap. Ratio perputaran aktiva tetap dihitung dengan cara sebagai berikut:

Penjualan

Perputaran Aktiva Tetap = (Rumus 2.13) Aktiva Tetap Rata-rata


(33)

 Ratio Perputaran Aktiva Lain-lain (Other Asset Turnover)

Selain tiga ratio perputaran aktiva tersebut, dapat juga ditambahkan satu angka ratio perputaran aktiva lain-lain. Ratio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva lain-lain dalam menghasilkan penjualan. Ratio ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

Penjualan

Perputaran Aktiva Lain-lain = (Rumus 2.14) Aktiva Lain-lain Rata-rata

Ratio Kinerja Operasi (Operating Performance Ratio)

Selain harus mampu mendapatkan penghasilan, untuk dapat meraih keuntungan (laba), pengelola perusahaan harus mampu bekerja secara efisien. Kinerja operasi perusahaan harus senantiasa ditingkatkan. Untuk mengukur kinerja operasi perusahaan, digunakan beberapa angka ratio dengan penyebut penjualan.

 Ratio Laba Kotor Terhadap Penjualan (Gross Profit Margin)

Laba kotor didefinisikan sebagai selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan. Bagi perusahaan dagang dan manufaktur, harga pokok penjualan ini biasanya jumlahnya besar, sehingga perubahan pada harga pokok ini akan banyak berpengaruh pada laba perusahaan. Ratio gross profit margin ini mengukur efisiensi produksi dan penentuan harga jual. Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan ratio ini, dapat dipelajari lebih rinci proporsi elemen biaya terhadap penjualan. Ratio ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

Laba Kotor

Laba Kotor Terhadap Penjualan = (Rumus 2.15) Penjualan

 Ratio Laba Bersih Terhadap Penjualan (Net Profit Margin)

Ratio net profit margin mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Ratio ini memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan. Apabila gross profit margin mengukur efisiensi produksi dan penentuan harga, maka ratio net profit margin ini juga mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak.


(34)

Ratio net profit margin atau ratio laba bersih terhadap penjualan dihitung dengan cara sebagai berikut:

Laba Bersih

Ratio Laba Bersih/Penjualan = (Rumus 2.16) Penjualan

 Ratio Laba Usaha Terhadap Penjualan (Operating Income Margin)

Pada ratio operating income margin ini, angka laba yang digunakan dlam perhitungan laba adalah yang berasal dari kegitan pokok usaha pokok perusahaan. Ratio ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

Laba Usaha

Ratio Usaha Terhadap Penjualan = (Rumus 2.17) Penjualan

 Ratio Harga Pokok Penjualan Terhadap Penjualan dan Biaya Usaha Terhadap Penjualan

Ratio harga pokok penjualan terhadap penjualan dan biaya usaha terhadap penjualan ini bertujuan untuk melihat struktur biaya perusahaan. Ratio-ratio ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

Harga Pokok Penjualan

Ratio HPP/Penjualan = (Rumus 2.18) Penjualan

Biaya Usaha

Ratio Biaya Usaha/Penjualan = (Rumus 2.19) Penjualan

Ratio Investor

Para pemegang saham biasa hanya memiliki hak sisa atas laba dan aktiva perusahaan. Hanya setelah hak para kreditor dan pemegang saham istimewa dipenuhi. Para pemegang saham biasa bisa menerima dividen atau distribusi aktiva (dalam hal dilikuidasi). Oleh karenanya, ukuran yang berkaitan dengan para pemegang saham biasa sangat diperlukan. Beberapa angka ratio yang sering digunakan adalah EPS, PER, Dividend payout dan Dividend yield, Percentage of Earning Retained dan Book value per share.

Earning Per Common Share (EPS)

Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya


(35)

menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham dimasa datang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporakan perusahaan. Earning per share adalah jumlah laba yang menjadi hak untuk setiap pemegang satu lembar saham biasa. EPS hanya dihitung untuk saham biasa. Tergantung dari struktur modal perusahaan, perhitungan EPS dapat sederhana atau komplek. EPS sederhana ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

Laba Bersih - Dividen saham istimewa*)

EPS = (Rumus 2.20) Rata-rata tertimbang jumlah lembar saham

biasa yang beredar *)

menggambarkan laba yang benar-benar tersedia bagi pemegang saham biasa  Pos Luar Biasa

Apabila perusahaan mempunyai pos luar biasa pada laporan laba-ruginya, maka dua angka EPS harus dihitung, yaitu EPS yang dihasilkan dari operasi normal perusahaan dan EPS yang merupakan akibat dari pos luar biasa. Hal ini perlu dilakukan dengan tiga alasan. Pertama, agar para pemakai laporan keuangan memahami adanya pos luar biasa, yang tidak akan terjadi lagi pada masa datang. Kedua, untuk mengeleminasi pengeruh distorsi pos luar biasa terhadap EPS norma. Ketiga, untuk membantu para pemakai laporan menilai

trend normal hasil operasi perusahaan.  Price/Earning Ratio (PER)

Price/Earning Ratio, yang disingkat PER, menunjukan hubungan antara harga pasar saham biasa dan earning per share. PER dihitung dengan cara sebagai berikut:

Harga pasar per lembar saham biasa

PER = (Rumus 2.21) Fully diluted Earning Per Share*)

*)

atau simple EPS bila perusahaan mempunyai struktur sederhana.  Dividend Payout

Dividend payout ratio mengukur proporsi laba bersih per satu lembar saham biasa yang dibayarkan dalam bentuk dividen, yang dihitung dengan cara sebagai berikut:


(36)

Dividen perlembar saham biasa

Dividend payout = (Rumus 2.22) Earning Per Share

Divident Yield

Ratio dividend yieldmenunjukan hubungan antara dividen yang dibayarkan untuk setiap satu lembar saham biasa dan harga pasar saham biasa per lembar. Ratio ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

Dividen perlembar saham biasa

Dividend yield = (Rumus 2.23) Harga pasar perlembar saham biasa

Percentage of Earning Retained

Ratio ini mengukur proporsi laba yang dihasilkan perusahaan saat ini, yang ditahan untuk keperluan pertumbuhan (ekspansi). Ratio ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

Laba bersih - Semua dividen

Percentage of Earning Retained = (Rumus 2.24) Laba bersih

Book Value per Share

Suatu angka atau data statistik yang biasanya dipublikasikan pada laporan tahunan adalah Book Value Per Share. Ratio ini menunjukan jumlah

stockholders‟ equity (modal sensiri) yang berkitan dengan setiap lembar saham beredar. Book Value Per Share dihitung dengan cara sebagai berikut :

Total Stockholders‟Equity - Preferred Stock

Book Value Per Share = (Rumus 2.25) Jumlah lembar saham biasa yang beredar


(37)

36 Bab III

Kerangka Pemecahan Masalah

3.1 Flowchart Pemecahan Masalah

Langkah-langkah pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Mulai

Identifikasi Masalah:

-Pada saat ini diantara 5 warnet belum melakukan penilaian dan pengevaluasian terhadap posisi keuangan perusahaan. Tingkat produktifitas dari segi finansial juga tidak terlalu diperhatikan, hal tersebut dapat dilihat dari tidak adanya informasi mengenai tingkat performasi finansial perusahaan, sehingga untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan suatu alat atau informasi analisis laporan keuangan.

Tujuan Penelitian :

1.Meneliti data-data laporan keuangan di 5 warnet

2.Menganalisis laporan keuangan masing-masing warnet untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas warnet.

3.Memberikan gambaran dan evaluasi situasi saat ini kepada masing-masing warnet, sehingga dapat dijadikan suatu alat ukur dalam pengambilan keputusan atas tindakan yang akan dilakukan di masa yang akan datang setelah menganalisis laporan keuangan.

Pengolahan Data :

- laporan rugi laba per 31Juni 2011 - Laporan neraca per 31 Juni 2011

- Analisis common-size, masing-masing pos dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya.

- Analisis rasio, diarahkan pada Tiga area analisis (likuidasi, solvabilitas, , profitabilitas)

Kesimpulan dan Saran Analisis Hasil Pengolahan Data

Selesai Observasi

Studi Literatur

Pembatasan Masalah :

1.Data-data laporan keuangan didapatkan dari laporan kas, laporan perbaikan, dan laporan pendapatan warnet.

2.Perhitungan analisis laporan keuangan didapatkan dengan membuat neraca dan perhitungan rugi laba per 31 juni 2011

3.Metode yang digunakan adalah Analisis common-size dan analisis rasio.

Pengumpulan Data :

- Data Laporan pendapatan warnet per 31 Juni 2011 - Data pemeliharan komputer warnet per 31 Juni 2011 - Data Laporan Kas Warnet


(38)

3.2 Langkah-langkah Penelitian : 1. melakukan observasi (penelitian)

2. Identifikasi masalah merupakan suatu usaha untuk mengangkat dan mengetahui suatu masalah yang ada disekitar tempat penelitian (lapangan) dengan berdasarkan pada teori yang ada atau tersedia. Penelitian ini menjelaskan tentang adanya laporan keuangan yang menunjukan bahwa pihak perusahaan pernah mengalami kerugian pada masa lalu (periode yang telah lalu), oleh karena itu kekuatan perusahaan perlu dipahami jika hendak dimanfaatkan dengan tepat dan kelemahan perusahaan harus dikenali jika hendak dilakukan tindakan perbaikan untuk proses pengambilan keputusan perusahaan selanjutnya dan untuk mengetahui perkembangan dan perluasan usaha perusahaan

3. Menetapkan tujuan penelitian untuk lebih memperjelas arah dan sasaran dari penelitian yang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis laporan keuangan untuk memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan dan mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan berdasarkan analisis laporan keuangan.

4. Proses pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data-data yang relevan yang diperlukan, tentunya yang berkaitan dengan tujuan dari penelitian. Pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Data umum berupa laporan Keuangan 5 warnet,

b. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode analisis

common-size, dan metode analisis rasio. 5. Kerangka pemikiran

Menganalisis laporan keuangan dari laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan metode analisis common-size,dan analisis rasio.

6. Pengolahan data dari hasil penelitian dilakukan setelah semua data yang diperlukan untuk pengolahan data atau perhitungan terkumpul lengkap, guna menganalisis laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. Analisis laporan keuangan yang digunakan dalam pengolahan data ini adalah sebagai berikut :


(39)

a. Analisis laporan keuangan dengan menggunakan laporan Neraca dan rugi laba, yaitu dengan menghitung laporan keuangan 5 warnet yang dinyatakan dalam laporan kas warnet, perbaikan dan pendapatan atas dasar data laporan keuangan yang ada.

b. Analisis laporan keuangan dengan menggunakan metode Common-Size

yaitu dengan menghitung setiap masing-masing pos dalam laporan keuangan kedalam satuan persen atas dasar total kelompoknya.

c. Analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio keuangan yang diarahkan pada tiga area analisis diantaranya:

Rasio Likuidasi yang terdiri dari: Aktiva Lancar (AL)

- Rasio Lancar= …..(3.1) Utang Lancar (UL)

Rasio Solvabilitas yang terdiri dari: Total Utang

- Debt Ratio = …..(3.2) Total Aktiva

Total Utang

- Debt-to-Equity Ratio = …..(3.3) Total Modal Sendiri

Rasio Profitabilitas atau Rasio Kinerja Operasi terdiri dari; Laba Kotor

- Gross Profit Margin = …..(3.4) Penjualan

Laba Bersih

- Net Profit Margin = …..(3.5) Penjualan

Laba Usaha

- Operating Income Margin = …..(3.6) Penjualan

HPP

- Rasio HPP Terhadap Penjualan = …..(3.7) Penjualan

Biaya Usaha

- Rasio Biaya Usaha Terhadap Penjualan = …..(3.8) Penjualan


(40)

7. Analisis terhadap masing-masing metode analisis laporan keuangan yang digunakan pada pengolahan data.

8. Kemudian dapat ditarik kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan sebelumnya serta dikemukakan saran-saran yang dapat dipertimbangkan oleh perusahaan.


(41)

40 4.1. Pengumpulan Data

4.1.1. Sejarah Warnet

RMS Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu, Firman Siregar, Adi Indrayanto merupakan beberapa nama-nama legendaris di awal pembangunan Internet Indonesia yang mungkin kurang banyak dikenal oleh khalayak Internet Indonesia di tahun 2000 ini. Masing-masing personal telah mengkontribusikan keahlian dan dedikasinya dalam membangun cuplikan-cuplikan sejarah jaringan komputer di Indonesia. Pada waktu itu di awal tahun 1990-an jaringan Internet di Indonesia lebih dikenal sebagai paguyuban network. Semangat kerjasama, kekeluargaan & gotong royong sangat hangat dan terasa diantara para pelakunya. Agak berbeda dengan suasana Internet Indonesia hari ini yang terasa lebih komersial dan individual di sebagian aktifitasnya terutama yang melibatkan perdagangan Internet.

Tulisan-tulisan tentang keberadaan jaringan Internet di Indonesia dapat di lihat di beberapa artikel di media cetak seperti KOMPAS berjudul "jaringan komputer biaya murah menggunakan radio" di akhir tahun 1990 / awal 1991-an. Juga beberapa artikel pendek di Majalah Elektron Himpunan Mahsiswa Elektro ITB di tahun 1989-an. Kebetulan saya adalah penulis sebagian dari artikel-artikel tersebut. Tidak terasa waktu demikian cepat berlalu, tanpa terasa hal itu telah melewati kita semua lebih dari 10 tahun yang lalu.

Inspirasi tulisan-tulisan awal Internet Indonesia datangnya dari kegiatan kami di amatir radio khususnya rekan-rekan di Amatir Radio Club (ARC) ITB di tahun 1986-an. Bermodal pesawat Rig HF SSB Kenwood TS430 milik Harya Sudirapratama YC1HCE dengan komputer Apple II milik YC1DAV sekitar belasan anak muda ITB seperti Harya Sudirapratama YC1HCE, J. Tjandra Pramudito YB3NR (sekarang dosen di UNPAR), Suryono Adisoemarta N5SNN (sekarang dosen di Texas,US) bersama saya YC1DAV kami berguru pada para


(42)

senior amatir radio seperti Robby Soebiakto YB1BG, Achmad Zaini YB1HR, Yos YB2SV, YB0TD di band 40m. Mas Robby Soebiakto YB1BG merupakan suhu diantara para amatir radio di Indonesia khususnya untuk komunikasi data packet radio yang kemudian di dorong ke arah TCP/IP, teknologi packet radio TCP/IP yang kemudian di adopsi oleh rekan-rekan BPPT, LAPAN, UI, & ITB yang kemudian menjadi tumpuan PaguyubanNet di tahun 1992-1994-an. Mas Robby Soebiakto YB1BG adalah koordinator IP pertama dari AMPR-net (Amatir Packet Radio Network) yang di Internet dikenal dengan domain AMPR.ORG dan IP 44.132. Saat ini AMPR-net Indonesia di koordinir oleh penulis YC1DAV. Koordinasi dan aktifitas-nya mengharuskan seseorang untuk menjadi anggota ORARI dan di koordinasi melalui mailing list YBNET-L@ITB.ac.id.

Di tahun 1986-1987-an awal perkembangan jaringan paket radio di Indonesia Mas Robby YB1BG juga merupakan pionir dikalangan teman-teman amatir radio Indonesia yang mengkaitkan jaringan amatir Bulletin Board System (BBS) yang merupakan jaringan e-mail store and forward yang mengkaitkan banyak "server" BBS amatir radio seluruh dunia agar e-mail dapat berjalan dengan lancar. Di awal tahun 1990-an komunikasi antara saya yang waktu itu berada di Canada dengan panggilan YC1DAV/VE3 rekan-rekan amatir radio di Indonesia dilakukan melalui jaringan amatir radio ini. Dengan peralatan PC/XT dan walkie talkie 2 meteran, komunikasi antara Indonesia-Canada terus dilakukan dengan lancar melalui jaringan amatir radio. Mas Robby YB1BG ternyata berhasil membangun gateway amatir satelit di rumahnya di Cinere melalui satelit-satelit OSCAR milik amatir radio kemudian kami melakukan komunikasi lebih lanjut yang lebih cepat antara Indonesia-Canada. Pengetahuan secara perlahan di transfer melalui jaringan amatir radio ini.

RMS Ibrahim (biasa dipanggil Ibam) motor dibalik operasional-nya Internet di UI, saat tulisan ini ditulis berada di Singapura untuk meneruskan S3. Ibam pernah menjadi operator yang menjalankan gateway ke Internet dari UI yang merupakan bagian dari jaringan universitas di Indonesia UNINET. Protokol UUCP yang lebih sederhana daripada TCP/IP digunakan terutama digunakan untuk mentransfer


(43)

e-mail & newsgroup. RMS Ibrahim juga merupakan pemegang pertama Country Code Top Level Domain (ccTLD) yang dikemudian hari dikenal sebagai IDNIC Muhammad Ihsan adalah staff peneliti di LAPAN Ranca Bungur tidak jauh dari Bogor yang di awal tahun 1990-an di dukung oleh kepala-nya Bu Adrianti dalam kerjasama dengan DLR (NASA-nya Jerman) mencoba mengembangkan jaringan komputer menggunakan teknologi packet radio pada band 70cm & 2m. Jaringan tersebut dikenal sebagai JASIPAKTA dengan dukungan DLR Jerman. Protokol TCP/IP di operasikan di atas protokol AX.25 pada infrastruktur packet radio. Pak Ihsan ini yang mengoperasikan relay penghubung antara ITB di Bandung dengan gateway Internet yang ada di BPPT.

Pak Firman Siregar merupakan salah seorang motor di BPPT yang mengoperasikan gateway packet radio bekerja pada band 70cm. PC 386 sederhana menjalankan program NOS di atas sistem operasi DOS digunakan sebagai gateway packet radio TCP/IP. IPTEKNET masih berada di tahapan sangat awal perkembangannya saluran komunikasi ke internet masih menggunakan X.25 melalui jaringan SKDP terkait pada gateway di DLR Jerman.

Putu sebuah nama yang melekat dengan perkembangan PUSDATA DEPRIN waktu masa kepemimpinan Pak Tungki Ariwibowo menjalankan BBS pusdata.dprin.go.id yang hingga saat ini masih beroperasi. Di masa awal perkembangannya BBS Pak Putu sangat berjasa dalam membangun pengguna e-mail khususnya di jakarta Pak Putu sangat beruntung mempunyai menteri Pak Tungki yang "maniac" IT dan yang mengesankan dari Pak Tungki beliau akan menjawab e-mail sendiri. Barangkali Pak Tungki adalah menteri pertama di Indonesia yang menjawab e-mail sendiri. Saya sempat terkagum-kagum memperoleh jawaban e-mail dari seorang menteri Pak Tungki yang waktu itu sedang berada di Amerika Selatan dalam kunjungan kerjanya. Bukan main, seorang menteri tapi tetap menyempatkan diri untuk membalas e-mail.


(44)

Mas Suryono Adisoemarta N5SNN di akhir 1992 kembali ke Indonesia, kesempatan tersebut tidak dilewatkan oleh anggota Amatir Radio Club ARC ITB seperti Basuki Suhardiman (sekarang di AI3 ITB), Aulia K. Arief (sekarang di WAHID), Arman Hazairin (sekarang di Telkomsel) di dukung oleh Adi Indrayanto (sekarang S3 di Inggris) untuk mencoba mengembangkan gateway packet radio di ITB. Berawal semangat & bermodalkan PC 286 bekas barangkali ITB merupakan lembaga yang paling miskin yang nekad untuk berkiprah di jaringan PaguyubanNet. Rekan lainnya seperti UI, BPPT, LAPAN, PUSDATA DEPRIN merupakan lembaga yang lebih dahulu terkait ke jaringan di tahun 1990-an mereka mempunyai fasilitas y1990-ang jauh lebih baik daripada ITB. Di ITB modem packet radio berupa Terminal Node Controller TNC merupakan peralatan pinjaman dari Muhammad Ihsan dari LAPAN.

Berawal dari teknologi packet radio 1200bps di atas, ITB kemudian berkembang di tahun 1995-an memperoleh sambungan leased line 14.4Kbps ke RISTI Telkom sebagai bagian dari IPTEKNET akses Internet tetap diberikan secara cuma-cuma kepada rekan-rekan yang lain. September 1996 merupakan tahun peralihan bagi ITB, karena keterkaitan ITB dengan jaringan penelitian Asia Internet Interconnection Initiatives (AI3) sehingga memperoleh bandwidth 1.5Mbps (sekarang 2Mbps) ke Jepang yang terus ditambah dengan sambungan ke TelkomNet & IIX sebesar 2Mbps. ITB akhirnya menjadi salah satu bagian terpenting dalam jaringan pendidikan di Indonesia yang menamakan dirinya AI3 Indonesia yang mengkaitkan 25+ lembaga pendidikan di Indonesia.

Jaringan pendidikan ini bukan hanya monopoly ITB saja, jaringan pendidikan lain yang lebih besar lagi adalah jaringan SMK yang dibawahi DIKMENJUR (dikmenjur@egroups.com) yang saat ini telah mengkaitkan 270+ SMK di seluruh Indonesia. Saat ini ada 4000 SMK yang mempunyai potensi yang sangat besar jika berhasil dikaitkan. Belum lagi kalau bisa mengkaitkan 10.000 SMU ke Internet pasti tidak kalah serunya dengan mengkaitkan 1300 PTN / PTS (saat ini baru ~200 PTS/PTN yang terkait) di seluruh Indonesia ke Internet.


(45)

Di tahun 1989-1990-an, teman-teman mahasiswa Indonesia di luar negeri mulai membangun tempat diskusi di Internet, salah satu tempat diskusi Indonesia di Internet yang pertama berada di indonesians@janus.berkeley.edu. Berawal dari mailing list pertama di Janus diskusi-diskusi antar teman-teman mahasiswa Indonesia diluar negeri pemikiran alternatif berserta kesadaran masyarakat ditumbuhkan. Pola mailing list ini ternyata terus berkembang dari sebuah mailing list legendaris di janus, akhirnya menjadi sangat banyak sekali mailing list Indonesia terutama di host oleh server di ITB & egroups.com. Mailing list ini akhirnya menjadi salah satu sarana yang sangat strategis dalam pembangunan komunitas di Internet Indonesia.

Perkembangan terakhir yang perlu diperhitungkan adalah trend ke arah e-commerce dan warung internet yang satu & lainnya saling menunjang membuahkan masyarakat Indonesia yang lebih solid di dunia informasi. Sehingga perkembangan warnet di Indonesia berkembang dengan pesat. Seiring maraknya warnet, maka sangat diperlukan adanya laporan keuangan.

4.1.2 Pengumpulan Data

Data keuangan di 5 warnet yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Laporan pendapatan warnet per 31 juni 2011 yang disajikan pada tabel 4.1 2. Laporan perbaikan dan pemeliharan warnet yang disajikan pada tabel 4.2 3. Laporan kas warnet. Disajikan pada tabel 4.3


(1)

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN

METODE COMMON-SIZE DAN ANALYSIS RASIO STUDI

KASUS ( DI 5 WARNET AREA BANDUNG)

FINANCIAL STATEMENT ANALYISIS WITH

USING COMMON-SIZE METHOD AND RASIO ANALYSIS

( AT 5 BANDUNG AREA WARNET )

TUGAS AKHIR

Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Industri

Oleh : BUDI SUMARLIN

1.03.03.087

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. D. Drs. Dwi Prastowo, MM, Ak, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Penerbit UPP.AMP,YKPN, Yogyakarta.

2. Juliaty, Rifka SE, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Penerbit UPP.AMP,YKPN, Yogyakarta.

3. Jumingan, Drs, 2006, Analisis Laporan Keuangan, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

4. Munawir, Drs H. S, Ak, 1993 Analisis Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

5. Syamsuddin, Lukman, Drs, M.A, 2007 Manajemen Keuangan Perusahaan, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.


(4)

CURICULUM VITAE

NAMA : Budi Sumarlin

UMUR : 30

ALAMAT : Komplek, Pasir Jati Blok D336 Rt/Rw 07/11 Jati Endah Cilengkrang Kab. Bandung NO TELEPON : 02291994849-08997056480

JENIS KELAMIN : Laki-laki

AGAMA : Islam

WARGANEGARA : Indonesia

KELAS : 03TI-02

JURUSAN : Teknik Industri


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T., atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik. Sholawat dan salam peneliti sampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W., beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya sampai akhir jaman. Dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul tentang “Analisis Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Metode Common-Size dan Analisis Rasio Studi

Kasus (5 Warnet di Bandung)”. Dimana Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk

menempuh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh keluarga terutama Ibunda, Ayahanda, dan Kakanda tercinta yang selalu mendukung, meridhoi dan banyak berkorban baik dari segi moril maupun materiil serta dukungan kasih sayang yang diberikan atas kesuksesan peneliti dalam membuat Tugas Akhir ini. Peneliti juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penelitian ini dengan segenap daya dan upaya yang telah diberikan, khususnya kepada :

1. Bapak I Made Aryanta, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia.

2. Bapak Alam Santosa MT, Selaku Pembimbing.

3. Seluruh Staff Dosen Jurusan Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia. 4. Sekretariat Jurusan Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia.

5. Seluruh sahabat yang selalu memberikan dukungan dan bantuan kepada peneliti dalam membuat Laporan Tugas Akhir ini, khususnya Ima yang pernah singgah di hati, Roni Is The best lah. Budi Mulyadi alias Opus, Dadang

Nurjaman alias Sadut, Handi Ahmad Safari alias Sadok’s, Budi Sumarlin, M.

Riki Syahroni alias Little, Yudi Wahyu Permadi alias Pale, Teddy Sutriyadi alias Badot, Soni Fariyanto alias Onozz, Yusup Arie Mustopa alias Ucup, Freddy Perdiansyah alias Gaya, Ahmad Zainudin, Sandi Susanto, Oki Ridwan, Cecep Sumiadijaya, Afridoni, Mujamil, Agus Hendrik, Mujamil, Hasanudin


(6)

iv

Drakel, dan semua teman-teman yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam Laporan Tugas Akhir ini.

Peneliti menyadari dalam penelitian ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya penelitian yang baik dan benar.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Mohon maaf atas segala kekurangan dan keterbatasan, kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih.

Bandung, Agustus 2011


Dokumen yang terkait

Analisis Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Rasio Leverage Pada Bagian Keuangan PT. INTI Persero Bandung

2 28 52

Analisis Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Rasio Likuiditas Pada Primer Koperasi Kartika Kuwera Bandung

2 29 65

Analisis Laporan Keuangan dengan Metode Rasio dalam Penilaian Kesehatan Kinerja Keuangan Perum Pegadaian Cabang Bandung

0 6 1

Analisis Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Metode Common Size Analysis Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Koperasi Pembina(Koperasi Karyawan Dinas Koperasi, UKM, dan PERINDAG Kota Bandung)

1 7 1

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO-RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC VALUE ADDED Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Rasio-Rasio Keuangan Dan Economic Value Added (Studi Kasus: PT. Bank Syariah Mandiri).

0 0 14

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO-RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC VALUE ADDED Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Rasio-Rasio Keuangan Dan Economic Value Added (Studi Kasus: PT. Bank Syariah Mandiri).

0 1 17

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Analisis Rasio Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada BMT ”Nurul Barokah” Sambi Boyolali).

0 0 12

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Analisis Rasio Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada BMT ”Nurul Barokah” Sambi Boyolali).

0 0 12

Analisis Laporan Keuangan PT. Indofarma Tbk. dengan Menggunakan Analisis Rasio.

0 0 22

SKRIPSI ANALISIS COMMON SIZE DAN RASIO KEUANGAN DALAM MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL

0 0 10