Pernyataan Informan tentang Dana Global Fund dalam Program

Informan 2 Kepala Puskesmas Baik, bagus, semua memadai. Berasal dari Dinas Kesehatan. Informan 3 Petugas TB Kalau pot dahak, obat, slide dan alat-alatnya ada. Semuanya masih cukup memadai. Informan 4 Petugas Analis Laboratorium, mikroskop, regensianya memadai. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program penanggulangan TB paru khususnya untuk penemuan kasus dan pemeriksaan dahak sudah memadai dan sarana prasarana tersebut diperoleh dari dinas kesehatan provinsi. Adapun sarana dan prasarana berupa adanya pot dahak, slide, regensia, obat, laboratorium, mikroskop. Informan kepala puskesmas mengatakan bahwa sarana dan prasarana berasal dari dinas kesehatan. 4.3.5 Pernyataan Informan tentang Persediaan Obat Anti Tuberkulosis OAT dalam Program Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Pijorkoling Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang OAT dalam Program Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Pijorkoling Informan Pernyataan Informan 1 Dinas Kesehatan Sampai saat ini persediaan obat cukup. Obatnya itu diberikan ke PRM. Puskesmas kan ada 9 tapi cuma ada 2 puskesmas yang PRM yaitu Sadabuan dan Padangmatinggi. Yang dikatakan PRM karena disitu terdapat pemeriksaan mikroskopis. Di PRM lah dilaksanakan pemeriksaan sputum. Jadi 2 puskesmas inilah yang bisa mengambil obat ke dinas. Puskesmas membuat permintaan obat ke dinas. Kemudian dinas membuat permintaan obat ke gudang obat. Jadi yang mengambil obat ke gudang cuma PRM, cuma 2 puskesmas saja. Misalnya, puskesmas Sadabuan itu kan ada satelitnya, maksudnya PS Puskesmas Satelit. Satelitnya kan Batunadua. Jadi puskesmas Batunadua mengambil obat ke puskesmas Sadabuan. Obatnya itu berasal dari dinas provinsi. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa persediaan OAT masih cukup. Informan mengatakan OAT diberikan kepada 2 PRM yaitu Puskesmas Sadabuan dan Puskesmas Padangmatinggi. Kedua puskesmas tersebut akan membuat permintaan obat ke Dinas Kesehatan, kemudian Dinas Kesehatan mengirim permintaan ke gudang farmasi. Selanjutnya gudang farmasi akan memberikan OAT ke PRM kemudian PS mengambil obat ke PRM. 4.3.6 Pernyataan Informan tentang Kerjasama Lintas Sektor dalam Program Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Pijorkoling Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang Kerjasama dalam Program Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Pijorkoling Informan Pernyataan Informan 1 Dinas Kesehatan Kalau kerjasama lintas sektor memang belum ada. Belum keluar juga SK tim TBnya itu kalau untuk lintas sektor. Tapi seminggu yang lalu kita masih mengadakan sosialisasi dengan lintas sektor. Baru sosialisasi saja. Baru 3 bulan kemudian mungkin akan dibuat SKnya. Informan 2 Kepala Puskesmas Dengan pihak terkaitlah seperti orang dinas. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pendapat mengenai kerjasama dalam menanggulangi penyakit TB paru. Informan Dinas Kesehatan mengatakan bahwa belum adanya kerjasama lintas sektor dalam program TB paru dan belum ada tim TB. Dinas Kesehatan masih melakukan sosialisasi. Hal ini berlainan dengan yang disampaikan oleh informan kepala puskesmas, informan mengatakan adanya kerjasama dengan Dinas Kesehatan. 4.3.7 Pernyataan Informan tentang Peran Dinas Kesehatan dalam Program Penanggulangan TB Paru Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Peran Dinas Kesehatan dalam Program Penanggulangan TB Paru Informan Pernyataan Informan 1 Dinas Kesehatan Peran dari dinkes sebagai wasor, harus turun ke puskesmas paling tidak 1 bulan sekali untuk monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi itu dilakukan juga pencatatan dan pelaporan tentang TB paru. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa peran Dinas Kesehatan dalam program penanggulangan TB paru sebagai wasor wakil supervisor, melakukan monitoring dan evaluasi ke puskesmas. Selain itu Dinas Kesehatan juga melakukan supervisi. 4.3.8 Pernyataan Informan tentang Kendala dalam Program Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Pijorkoling Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kendala dalam Program Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Pijorkoling Informan Pernyataan Informan 3 Petugas TB Kendalanya itu ada sama masyarakat. Apalagi ada anggapan di masyarakat kalau penyakit ini dibilang sebagai aib. Jadi walaupun kadang kita suruh untuk memeriksakan dahaknya, kita kasih potnya. Tetap saja gak datang pasiennya karena mereka malu kalau dibilang sakit TB. Dan kalau kita suruh datang antar pot, kebanyakan mereka gak mau. Misalnya pasien kita perkirakan ada 5 orang, yang datang cuma 2 orang. Lalu menurut saya karena jadwal ke PRM pun sekali seminggu, jadi hasilnya gak bisa diketahui langsung. Kadang penderita maunya disitu datang ke puskesmas, disitu juga dapat hasilnya. Kita kan gak bisa langsung dapat hasilnya. Sekali seminggu kesana jadi kita kumpul baru dibawa kesana. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa informan menyatakan kendala ada pada masyarakat, masih adanya anggapan sebagian masyarakat bahwa penyakit TB merupakan aib. Sebagian penderita juga tidak mau mengantarkan kembali pot dahak ke puskesmas. Jadwal ke PRM yang minim yaitu sekali seminggu menjadi kendala, sehingga hasil diagnosis tidak dapat langsung diketahui.

4.3.9 Pernyataan Informan tentang Strategi dalam Program

Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Pijorkoling Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan tentang Strategi dalam Program Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Pijorkoling Informan Pernyataan Informan 3 Petugas TB Kebetulan kapusnya baru ganti. Jadi saya juga kemarin mengusulkan sama kapusnya biar penjaringan itu dibantu sama teman-teman yang di desanya terdapat penderita TB. Misalnya terdapat penderita TB di desa, jadi penderita itu diajak biar berobat ke puskesmas dan diobati secara gratis. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa strategi dalam penanggulangan TB paru dilakukan melalui penjaringan, dimana penjaringan dilakukan dengan meminta bantuan dari petugas lain di puskesmas. Bila di suatu desa terdapat penderita TB paru, sebaiknya penderita tersebut diajak berobat ke puskesmas. 4.3.10 Pernyataan Informan tentang Penemuan Kasus dalam Program Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Pijorkoling Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan tentang Penemuan Kasus dalam Program Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Pijorkoling Informan Pernyataan Informan 3 Petugas TB Biasanya, kalau di puskesmas ini datang hanya berobat. Dari anamnesanya kita tahu berarti dia mungkin penyakit TB, lalu kita lakukan periksa terhadap suspek. Kalau kita turun ke lapangan, kita lakukan pengobatan juga disitu. Jadi hampir sama juga. Gimana ya, ke lapangan pun sekali sebulannya. Itupun semua puskesmas turun secara bersamaan. Jadi kebanyakan menunggu disini. Kita gabung sama puskel. Jadi kita temukan suspek di puskel. Kalau ada keluarganya yang di rumah dengan gejala TB kita suruh dibawa ke puskel. Tapi kalau rumah ke rumah kita gak sanggup, karena masih banyak kerjaan kita kalau door to door mana cukup 1 hari. Untuk tahun ini belum tercapai target. Informan 5 Penderita TB Kan waktu itu aku sakit batuk terus dibawa mamak berobat ke puskesmas Informan 6 PMO Pernah kemarin si Randi sakit, jadi kubawa saja dia ke puskesmas. Di Pijorkoling kan dekat, makanya kesana. Informan 7 Penderita Sembuh Awalnya itu batuk terus-terusan, berobat ke rumah sakit. Ketahuanlah kalau kena TB paru, terus disuruh orang