Analisis Keberlanjutan Usaha Keramba Jaring Apung Dengan Pendekatan Daya Dukung Lingkungan Dan Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Kelompok Sea Farming Perairan Pulau Semak Daun Kepulauan Seribu, Dki Jakarta)

ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA KERAMBA JARING
APUNG DENGAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI
(Studi Kasus: Kelompok Sea Farming Perairan Pulau Semak
Daun Kepulauan Seribu DKI Jakarta)

ADITYA BRAMANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Keberlanjutan
Usaha Keramba Jaring Apung Dengan Pendekatan Daya Dukung Lingkungan Dan
Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Kelompok Sea Farming Perairan Pulau Semak Daun
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Aditya Bramana
NIM C252110051

*

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait.

RINGKASAN
ADITYA BRAMANA. Analisis Keberlanjutan Usaha Keramba Jaring Apung
Dengan Pendekatan Daya Dukung Lingkungan Dan Sosial Ekonomi (Studi Kasus:
Kelompok Sea Farming Perairan Pulau Semak Daun Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta). Dibimbing oleh ARIO DAMAR dan RAHMAT KURNIA.

Aktivitas keramba jaring apung atau kegiatan budidaya perikanan di
perairan Semak Daun memiliki potensi mengganggu ekosistem perairan yang
disebabkan oleh limbah pakan ikan. Pakan ikan yang diberikan tidak akan habis
dikonsumsi oleh ikan dan berpotensi menjadi limbah organik. Limbah bahan
organik dari kegiatan budidaya keramba jaring apung yang tidak terkendali dengan
baik akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi atau pengkayaan perairan dari unsur
nitrogen sehingga dapat mengganggu kegiatan keramba jaring apung itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya kelautan dan
perikanan perlu diperhatikan daya dukung lingkungan perairan berdasarkan jumlah
optimal dalam pengembangan kegiatan keramba jaring apung dengan melihat
dampak masukan bahan organik dari sisa pakan kegiatan keramba jaring apung
serta kegiatan antropogenik di sekitarnya. Sehingga tercipta kondisi lingkungan
yang berkesinambungan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan
perikanan. Adapun tujuan dalam penelitian adalah: 1) menghitung daya dukung
lingkungan bagi kegiatan sea farming di perairan Pulau Semak Daun, 2)
menghitung analisis ekonomi usaha keramba jaring apung di perairan Pulau Semak
Daun, 3) mengetahui persepsi atau pemahaman masyarakat mengenai sea farming.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret dan April 2014 di kawasan
perairan Pulau Semak Daun. Pengamatan dilakukan di lima lokasi. Metode
penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan (observasi),

wawancara serta penelusuran data sekunder. Pengamatan kondisi perairan
dilakukan secara langsung di lapangan dan di laboratorium produktivitas dan
lingkungan perairan (ProLing). Penghitungan daya dukung menggunakan
pendugaan yang berasal dari beban limbah nitrogen (amonia) budidaya dan
aktivitas antropogenik serta beban limbah organik dari ketersediaan DO (oksigen
terlarut), dan pendataan ekonomi masyarakat nelayan menggunakan analisis
kelayakan usaha dari kegiatan keramba jaring apung. Data yang telah terkumpul
dapat digunakan untuk menganalisa dari kondisi ekologi dan ekonomi dari kegiatan
keramba jaring apung.
Hasil penghitungan daya dukung dari pendugaan beban limbah nitrogen
(amonia) budidaya dan aktivitas antropogenik yaitu 90 unit KJA atau dalam jumlah
produksi mencapai 97 ton ikan, sedangkan penghitungan daya dukung dari
ketersediaan oksigen terlarut (DO) yaitu 29 unit KJA atau dalam jumlah produksi
mencapai 31.3 ton ikan. Berdasarkan penghitungan daya dukung dari pendugaan
beban limbah nitrogen (amonia) dengan mempertimbangkan musim, yaitu musim
barat dan musim timur didapatkan jumlah maksimal sebanyak 70 unit KJA. Jika
memperhitungkan umur ekonomis KJA, maka jumlah unit maksimal yang dapat
bertahan cukup lama adalah sebanyak 30 unit.
Hasil penghitungan kondisi ekonomi masyarakat nelayan menunjukkan
masih mengalami kerugian dengan nilai kerugian mencapai Rp 161 700 pada sekali

musim panen. Setelah dilakukan analisa benefit cost ratio, nilai yang didapat yaitu

0.98. Selain itu dilakukan analisa BEP (break even point) untuk mendapatkan nilai
titik impas kegiatan budidaya, nilai produksi yang harus dicapai yaitu 97,5 kg dan
nilai titik impas berikutnya akan didapat apabila harga jual dari hasil panen yaitu
sebesar Rp 111 683/Kg. Kondisi ini diperkirakan karena jumlah produksi masih
belum dioptimalkan dengan baik dan kegiatan budidaya masih belum memberikan
bermanfaat bagi masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan pemahaman masyarakat mengenai program
sea farming sebesar 22 %. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap program
sea farming mengakibatkan tujuan sea farming seperti restocking sumberdaya ikan,
dan rehabilitasi terhadap sumberdaya perikanan dan lingkungan laut kurang
berjalan dengan optimal.
Berdasarkan dari hasil daya dukung dan evaluasi ekonomi dapat
disimpulkan bahwa jumlah produksi dari kegiatan keramba jaring apung masih
dapat ditingkatkan sehingga dapat menunjang mata pencaharian bagi nelayan.
Namun diperlukan adanya batasan penggunaan lahan budidaya agar tidak
mengalami penurunan kualitas lingkungan perairan.
Kata kunci: daya dukung, keramba jaring apung, pulau semak daun


SUMMARY
ADITYA BRAMANA. The Analysis Of Business Sustainability Of Cage Culture
Using Carrying Capacity Of The Environment Socio-Economic Approach (Case
Study: Seafarming Group on Semak Daun Island, Thousand Islands, DKI Jakarta).
Supervised by ARIO DAMAR and RAHMAT KURNIA.
Activity of cage culture or aquaculture in Semak Daun Island has the
potential to disrupt aquatic ecosystems caused by waste of fish feed. Fish feed
which provided by the fisherman will not all be consumed by the fish and leave
organic material. Waste organic material from cage culture activities that can’t be
controlled properly will cause eutrophication, or enrichment of waters from
nitrogen so as to disrupt the activities of the cage culture itself. Therefore, when
utilize and manage marine resources and fisheries, the carrying capacity of water
environment should be considered based on the optimum number of activities in
the development of cage culture by seeing the impact of organic matter input from
feed residue cage culture activities as well as anthropogenic activities in the
vicinity. Hence a sustainable environment in the utilization and management of
marine fishery resources will be created. The purposes of the research are: 1)
determine the extent of the carrying capacity of the environment on sea farming
activities in Semak Daun Island, 2) calculate the economic analysis of cage culture
in the waters of the Semak Daun Island, 3) find out the public perception or

understanding about the sea farming.
This research was conducted in March and April 2014 in the waters of
Semak Daun Island. The observation was conducted in five locations. This research
method is done by direct sighting in the field (observation), interviews, and also
tracking secondary data. Observation of the waters condition is done directly in the
field and in the productivity and aquatic environments laboratory (ProLing). The
calculation of carrying capacity is using an estimation derived from waste load of
nitrogen (ammonia) and the cultivation of anthropogenic activity and organic waste
load on the availability of DO (dissolved oxygen), and for the economic data
collection of fishing community is using a business feasibility analysis from
activities of cage culture. The collected data can be used to analyze the ecological
and economic conditions of cage culture activities.
Results of calculation carrying capacity from the estimating load of sewage
nitrogen (ammonia) cultivation and anthropogenic activities are 90 units KJA or in
the number of production reached 97 tons of fish, while calculating the carrying
capacity of the availability of dissolved oxygen (DO) is 29 units KJA or in the
number of production reached 31.3 tons of fish. The calculation carrying capacity
from the estimating load of sewage nitrogen (ammonia) by considering west and
east monsoon season has shown the maximal of 70 units KJA. If economic life of
KJA is considered, the maximum units of KJA that could last longer is 30 units.

Calculation results indicate economic conditions of fishing communities are
still experiencing losses with total losses reached Rp 161 700 in every harvest
season. The value obtained from the analysis of the benefit cost ration is 0.98.
Moreover, the analysis of BEP (break even point) shows that to get break even point
of aquaculture activities, production should reaches 97.5 kg and selling price is Rp

111 683/kg. This condition is estimated as the amount of production is still not well
optimized and hasn’t give any advantage to the community.
Result of the study shows that the community’s level of understanding about
sea farming program is 22%. This result leads to unoptimal reach of sea farming
goals (i.e. restocking fish resource and the rehabilititation of marine resurces and
fisheries).
Based on the results of carrying capacity and economic evaluation can be
concluded that the total production of cage culture activities can still be improved
so as to increase also a livelihood of fishermen. But is necessary to limit the
cultivation of land use that does not degrade the quality of the water environment.
Key words: carrying capacity, cage culture, semak daun island

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA KERAMBA JARING
APUNG DENGAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI
(Studi Kasus: Kelompok Sea Farming Perairan Pulau Semak
Daun Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)

ADITYA BRAMANA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Program Magister Sains
pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Sigid Haryadi, MSc

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul “Analisis Keberlanjutan Usaha Keramba Jaring Apung Dengan
Pendekatan Daya Dukung Lingkungan Dan Sosial Ekonomi (Studi Kasus:
Kelompok Sea Farming Perairan Pulau Semak Daun Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta)”. Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Lautan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan tesis ini terutama kepada:

1. Dr Ir Ario Damar, MSi. selaku pembimbing I dan Dr Ir Rahmat Kurnia,MSi
selaku pembimbing II telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan
arahan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tesis.
2. Kedua orang tua Ayahku Ir H Baginda Sembiring dan Ibuku Hj
Yuswaningsih yang selalu memberikan semangat dan do’anya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
3. Kepada Adikku Anindya Aulia Pratiwi serta orang terdekat saya Ismi
Amalina Aryani yang telah memberikan semangat serta waktunya dalam
membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Teman-teman SPL IPB 2011 yang saling mendukung dan berjuang bersama
(Adi, Acel, Endang, Riany, Frans, dan Omega).
5. Keluarga besar MSP, para Dosen dan TU.
6. Kementerian pendidikan yang telah memberikan beasiswa pendidikan
dalam program Beasiswa Unggulan Pendidikan Tinggi tahun 2012.
7. Serta pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam
penulisan tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan tulisan ini. Semoga tesis ini juga dapat bermanfaat dalam
mendukung pengambilan kebijakan pembangunan Kelautan dan Perikanan di

Provinsi DKI Jakarta khususnya Kepulauan Seribu dan dapat memberikan
kontribusi bagi masyarakat.

Bogor, Agustus 2015

Aditya Bramana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran

1
1
2
3
3

2

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Pengukuran Kualitas Air
Observasi Persentase Tutupan Karang
Pengamatan Kelimpahan Ikan Karang
Analisa Data
Analisis Pendugaan Kuantitatif Limbah Berasal
dari Kegiatan Budidaya Ikan (Internal Loading)
Analisis Pendugaan Kuantitatif Limbah Berasal
dari Daratan (Eksternal Loading)
Analisis Daya Dukung
Penghitungan Pendugaan Daya Dukung
Pendekatan Beban Limbah N (NH₃-N)
Flushing Time
Perhitungan Volume Badan Air
Beban Pencemaran
Daya Tampung
Pendugaan Daya Dukung Beban Limbah N (NH₃-N)
Dengan Pendekatan Musim
Penghitungan Pendugaan Daya Dukung
Pendekatan Ketersediaan Oksigen Terlarut
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis Keuntungan
Analisis Benefit-Cost Ratio
Analisis Break Even Point

4
4
6
7
7
8
9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Perairan Pulau Semak Daun
Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Pulau Semak Daun
Kondisi Tutupan Karang
Kelimpahan Ikan Karang
Estimasi Pendugaan Limbah dan Pendugaan Daya Dukung
Perairan Pulau Semak Daun
Estimasi Pendugaan Limbah Kegiatan Budidaya

16
16
17
20
21

3

9
10
11
11
12
12
12
13
13
14
15
15
15
15

22

(Internal Loading)
22
Estimasi Pendugaan Limbah dari Daratan
(Eksternal Loading)
Pendugaan Daya Dukung Perairan Pulau Semak Daun
Pengembangan Budidaya Pada Keramba Jaring Apung
Ikan Kerapu
26
Pendugaan Daya Dukung Pendekatan Beban Limbah N (Nh₃-N) 27
Beban Pencemaran
28
Pendugaan Daya Dukung Berdasarkan Musim
29
Pendugaan Daya Dukung Pendekatan Ketersediaan
Oksigen Terlarut dan Limbah Organik
30
Analisis Usaha
30
Analisis Keuntungan
31
Analisis Manfaat (Benefit Cost Ratio)
32
Analisis Break Even Point
32
Persepsi Masyarakat
32
Alternatif Pengelolaan
33
4

SIMPULAN DAN SARAN

35

DAFTAR PUSTAKA

36

LAMPIRAN

40

RIWAYAT HIDUP

49

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Titik Koordinat Stasiun Pengamatan Di Perairan Pulau Semak Daun
Sumber Data yang Dikumpulkan
Pengukuran Parameter Kualitas Air di Perairan Pulau Semak Daun
Jenis Aktivitas dan Koefisien Limbah Pemukiman
Hasil Pengukuran Rata-Rata Parameter Fisika dan Kimia Perairan
Perbandingan Kondisi Tutupan Karang di Pulau Semak Daun
Beberapa Tahun Terakhir
Nilai Parameter Penentuan Beban Limbah Budidaya Ikan Kerapu
dalam Keramba Jaring Apung (KJA)
Nilai Hasil Dugaan Total N dari Hasil Pemberian Pakan
Kegiatan Keramba Jaring Apung
Pendugaan Beban Limbah Antropogenik Perairan Pulau Semak Daun
Penghitungan Daya Dukung Melalui Pendekatan Beban Limbah N
Budidaya Ikan Kerapu
Pendugaan Daya Dukung Berdasarkan Musim
Rekapitulasi Metode Pendekatan Pendugaan Daya Dukung
Budidaya KJA di Perairan Pulau Semak Daun
Analisis Usaha Pembesaran Ikan Kerapu Kelompok Sea Farming

5
6
7
11
17
21
23
24
25
28
29
30
31

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kerangka Pikir Penelitian
Lokasi Penelitian
Titik Lokasi Pengamatan
Pengamatan Tutupan Karang
Ilustrasi Pengumpulan Data Ikan
Persentase Tutupan Karang Hidup
Jumlah Individu Kelompok Ikan
Daya Tampung Perairan Berdasarkan Nilai Baku Mutu Perairan
Persentase Tingkat Pemahaman Masyarakat Mengenai Sea Farming
Daya Tahan Perairan Terhadap Jumlah Unit Kja

4
5
6
8
9
20
22
29
33
34

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Hitungan Volume Air Laut Melalui Elevasi Pasang Surut
Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut
(Kep Men LH No 51 Tahun 2004)
Perhitungan Pendugaan Limbah N dari Hasil Produksi
Ikan Kerapu (1080 Kg)
Perhitungan Pendugaan Daya Dukung Menggunakan Pendekatan
Beban Limbah N
Pendugaan Daya Dukung Pendekatan Limbah NH₃-N
Berdasarkan Musim (Musim Barat Dan Musim Timur)
Perhitungan Biaya Pembuatan Keramba Jaring Apung
Data Hasil Panen dan Perhitungan Analisis Usaha
Kelompok Sea Farming

40
41
42
43
45
46
47

1

1.

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu merupakan salah satu wilayah
yang ada di Provinsi DKI Jakarta, memiliki dua Kecamatan yaitu Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Berdasarkan
karakteristik wilayah, Kepulauan Seribu dalam pengembangan wilayahnya
diarahkan pada peningkatan kegiatan wisata, peningkatan kualitas kehidupan bagi
masyarakat nelayan, serta pemanfaatan sumberdaya perikanan.
Kawasan kepulauan seribu sekitar 70 % penduduknya menggantungkan
hidupnya pada perairan laut Kepulauan Seribu. Sebanyak 21 % sampai 40 %
merupakan nelayan tangkap yang melakukan penangkapan di sekitar ekosistem
terumbu karang. Sekitar 69 % hingga 92 % nelayan dari lima kelurahan (Pulau
Panggang, Pulau Kelapa, Pulau Pari, Pulau Harapan dan Pulau Untung Jawa)
mengatakan bahwa hasil tangkapan mengalami penurunan (Napitupulu 2005).
Pemanfaatan sumberdaya perairan laut di kawasan Kepulauan Seribu yang
dilakukan tidak terencana dan pengawasan yang kurang baik menyebabkan kondisi
stok ikan mengalami kondisi tangkap lebih (overfishing), degradasi sumberdaya
alam akibat pencemaran, penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan bahan
kimia, pengambilan karang yang berlebihan dan lain-lain. Kondisi seperti ini yang
menyebabkan sebagian besar penduduk akan terperangkap dalam kemiskinan
akibat produktivitas sumberdaya yang semakin berkurang dan terjadinya kerusakan
lingkungan (Rudiyanto 2011).
Fenomena penurunan produksi tangkapan dan degradasi habitat telah
menimbulkan kekhawatiran masyarakat akan terjadinya kelangkaan sumberdaya
ikan. Merespon dari kondisi yang terjadi, Pemerintah Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu sejak tahun 2004 mencoba dalam mengembangkan perpaduan
antara kegiatan budidaya laut dengan perikanan tangkap yang berdasarkan kepada
konsepsi sea farming (PKSPL 2006). Konsep sea farming pada awalnya merupakan
suatu konsep yang diadopsi oleh beberapa negara antara lain Jepang dan Norwegia,
konsep ini bertujuan untuk mengatasi kelangkaan sumberdaya perikanan dengan
cara menebar benih ikan. Diharapkan dari penebaran ini ikan akan dapat
berkembang, sehingga pada saat waktu tertentu dapat ditangkap oleh nelayan.
Lokasi yang dijadikan sebagai area sea farming yaitu di gosong Pulau Semak
Daun yang memiliki gosong seluas 315 Ha dengan kondisi reef flat seluas 303 Ha,
Laguna 10 Ha, dan memiliki teluk seluas 2 Ha yang akan dimanfaatkan untuk
kegiatan budidaya dengan berbagai macam teknologi seperti keramba jaring apung,
keramba tancap, serta area penebaran benih (sea ranching) (PKSPL 2004).
o
o
Pulau Semak Daun terletak pada 106 20 00 BT hingga 106 57 00 BT dan
o
o
5 10 00 LS hingga 5 57 00 LS. Pulau yang memiliki luas daratan 0,50 ha ini
dikelilingi oleh karang dalam seluas 315.19 ha. Kawasan karang dalam tersebut
terdiri atas lima goba seluas 33.3 ha dan reeflat seluas 281.89 ha. Kawasan perairan
Pulau Semak Daun memiliki area potensial pengembangan budidaya perikanan
seluas 2 ha dapat digunakan untuk sistem sekat (enclosure), 9.99 ha untuk keramba
jaring apung/KJA (cage culture), 40.7 ha untuk sistem kandang (pen culture), dan
262.31 untuk long line. Sementara, kawasan potensial untuk sea ranching meliputi

2

semua kawasan, selain kawasan untuk sistem sekat dan sistem kandang (Kurnia
2013).
Program sea farming yang dilakukan di daerah perairan Kepulauan Seribu
atau tepatnya di perairan Pulau Semak Daun terdapat beberapa kegiatan utama di
dalamnya, yaitu budidaya ikan (pembenihan dan pembesaran), restocking
sumberdaya ikan, aktivitas wisata bahari, dan rehabilitasi terhadap sumberdaya
perikanan dan lingkungan laut.
Kegiatan keramba jaring apung (KJA) merupakan salah satu program
seafarming yang dipandang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam meningkatkan
produksi ikan laut dan dapat mempertahankan kondisi lingkungan laut agar lebih
baik. Karena program sea farming merupakan kegiatan perikanan yang cenderung
lebih berwawasan lingkungan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut
secara optimal dan berkelanjutan.
Budidaya perikanan merupakan salah satu bentuk kegiatan pemanfaatan
sumberdaya yang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Oleh karena itu, dalam perencanaan pembangunan pada suatu
ekosistem pesisir/laut yang berimplikasi kepada perencanaan pemanfaatan
sumberdaya alam, perlu diperhatikan kaidah-kaidah ekologis yang berlaku dalam
mengurangi dampak negatif bagi kelangsungan pembangunan (Bengen 2001).
Perikanan budidaya dipercaya banyak orang akan menjadi peran utama dalam
memenuhi permintaan perikanan sebagai pengganti dari semakin sulitnya
perikanan tangkap (Tacon 2003). Kegiatan budidaya yang dilakukan dalam
pengembangan program sea farming pada umumnya yaitu budidaya ikan kerapu
sebagai upaya dalam meningkatkan pendapatannya.
Aktifitas keramba jaring apung atau kegiatan budidaya perikanan di
perairan Semak Daun memiliki potensi mengganggu ekosistem perairan yang
disebabkan dari limbah pakan ikan. Pakan ikan yang diberikan tidak akan habis
dikonsumsi oleh ikan dan meninggalkan sisa bahan organik. Limbah bahan organik
dari kegiatan budidaya keramba jaring apung yang tidak terkendali dengan baik
akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi atau pengkayaan perairan dari unsur
nitrogen sehingga dapat mengganggu kegiatan keramba jaring apung itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya kelautan dan
perikanan perlu diperhatikan daya dukung lingkungan perairan berdasarkan jumlah
optimal dalam pengembangan kegiatan keramba jaring apung dengan melihat
dampak masukan bahan organik dari sisa pakan kegiatan keramba jaring apung
serta kegiatan antropogenik di sekitarnya. Sehingga tercipta kondisi lingkungan
yang berkesinambungan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan
perikanan.
Rumusan Masalah
Persoalan umum yang dialami bidang perikanan dan kelautan yaitu dapat
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan hasil perikanan dengan tetap menjaga
kelestarian kondisi. Aktivitas keramba jaring apung yang terdapat di perairan Pulau
Semak Daun memiliki potensi untuk menghasilkan limbah bahan organik dari sisasisa pakan dan kotoran ikan. Oleh karena itu perlu adanya kajian mengenai kondisi
daya dukung lingkungan dalam mendukung kegiatan keramba jaring apung di
perairan Pulau Semak Daun. Daya dukung lingkungan tersebut dilihat dari masukan

3

limbah organik dari kegiatan keramba jaring apung dan hasil limbah dari kegiatan
masyarakat di perairan sekitarnya Selain itu, perlu diketahui mengenai sejauh
mana pemahaman masyarakat mengenai program sea farming yang telah
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu sejak tahun 2006.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Menghitung sejauh mana daya dukung lingkungan terhadap kegiatan keramba jaring
apung di perairan Pulau Semak Daun.
2. Menghitung analisa ekonomi usaha keramba jaring apung di perairan Pulau Semak
Daun.
3. Mengetahui pemahaman masyarakat mengenai program sea farming.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai daya
dukung perairan bagi pembuat kebijakan, khususnya Pemerintah Daerah setempat,
sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengelolaan
dan
pengembangan wilayah Kepulauan Seribu dengan memanfaatkan sumber daya
alam secara optimal untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat.
Kerangka Pemikiran
Perairan utara Pulau Jawa, khususnya daerah Kepulauan Seribu mulai
mengalami penangkapan ikan yang berlebihan dan kerusakan habitat terumbu
karang. Jika dibiarkan terus berlanjut, hal ini dapat menyebabkan penurunan hasil
tangkapan dan berdampak terhadap menurunnya pendapatan masyarakat yang
sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Menurunnya kondisi perikanan dan
pendapatan masyarakat mendorong diterapkannya program sea farming.
Program sea farming, terutama kegiatan keramba jaring apung yang telah
dilaksanakan sejak tahun 2006 mengubah orientasi perilaku masyarakat yang
mulanya mengandalkan perikanan tangkap menjadi perikanan budidaya. Jenis
pembudidayaan yang dilakukan dalam kegiatan keramba jaring apung ini adalah
ikan kerapu.
Kegiatan keramba jaring apung ini
dapat menimbulkan suatu
permasalahan baru. Adapun permasalahan yang perlu diperhatikan yaitu dampak
dari limbah kegiatan keramba jaring apung berupa sisa pakan dan feses dari ikan.
Selain itu, aktivitas masyarakat di sekitar perairan juga dapat memberikan dampak
terhadap kegiatan keramba jaring apung dalam bentuk limbah antropogenik.
Kondisi ini akan mempengaruhi daya dukung lingkungan perairan. Dengan
diketahui kondisi daya dukung perairan, khususnya perairan Pulau Semak Daun
masyarakat dapat memaksimalkan jumlah unit KJA yang dapat digunakan. Jumlah
unit KJA yang digunakan dengan maksimal dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat.

4

KONDISI PERIKANAN
KEPULAUAN SERIBU

PERMASALAHAN PERIKANAN

SEA FARMING

KEGIATAN BUDIDAYA
KERAMBA JARING APUNG

LIMBAH
ANTROPOGENIK

ESTIMASI LIMBAH dan
DAYA DUKUNG

LIMBAH KEGIATAN
BUDIDAYA

JUMLAH UNIT KJA

PENINGKATAN
PEREKONOMIAN
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

2.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah perairan Pulau Semak Daun,
yang terletak di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Letak geografis perairan Pulau
Semak Daun berada pada 106°20’00” Bujur Timur (BT) sampai 106°57’00” Bujur
Timur dan 5°10’00” Lintang Selatan hingga 5°57’00” Lintang Selatan (Gambar 2).
Waktu penelitian mulai dilakukan dari bulan Maret 2014 hingga April 2014.
Perairan dangkal Semak Daun memiliki luas 315.19 ha. Kawasan perairan
dangkal tersebut terdiri atas lima goba seluas 33.3 ha dan reeflat seluas 281.89 ha.
Kawasan perairan potensial seluas 2 ha dapat digunakan untuk sistem sekat
(enclosure), 9.99 ha untuk keramba jaring apung/KJA (cage culture), 40.7 ha untuk
sistem kandang (pen culture), dan 262.31 untuk long line. Sementara, kawasan
perairan potensial untuk sea ranching meliputi semua kawasan, selain kawasan
untuk sistem sekat dan sistem kandang (BAPEKAB 2004).

5

Gambar 2. Lokasi Penelitian
Sumber : Working Paper PKSPL-IPB, 2006

Penentuan titik lokasi stasiun pengamatan didasarkan terhadap keterwakilan
kondisi ekosistem terumbu karang di perairan Pulau Semak Daun. Pada penelitian
ini terdapat lima titik lokasi pengamatan (Gambar 3).

Tabel 1. Titik Koordinat Stasiun Pengamatan di Perairan
Pulau Semak Daun
Titik Pengamatan/Stasiun
Sisi Barat Perairan Pulau Semak Daun
Sisi Utara Perairan Pulau Semak Daun
Sisi Timur Perairan Pulau Semak Daun
Sisi Selatan Perairan Semak Daun
Sisi dalam/tengah Perairan Pulau Semak Daun

Posisi geografis
106⁰33’980”BT
05⁰43’627”LS
106⁰36’215”BT
05⁰42’933”LS
106⁰36’744”BT
05⁰43’515”LS
106⁰35’530”BT
05⁰43’239”LS
106⁰36’046”BT
05⁰43’741”LS

Keterangan
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5

Lokasi pengamatan pada stasiun 1 berada di sebelah barat perairan Pulau
Semak Daun dan cukup jauh dari lokasi KJA. Pada stasiun 2 berada di bagian utara
perairan Pulau Semak Daun dan berada cukup dekat dengan lokasi KJA. Lokasi
pengamatan 3 berada di sisi timur dari perairan Pulau Semak Daun. Lokasi
pengamatan 4 berada di selatan dari perairan dan dekat dengan Pulau Karya.

6

Sedangkan lokasi pengamatan stasiun 5 berada di dalam perairan goba dan terdapat
Keramba Jaring Apung milik masyarakat (Gambar 3).

Gambar 3. Titik Lokasi Pengamatan
Sumber : Working Paper PKSPL-IPB, 2006

Metode Pengumpulan Data

Tabel 2. Sumber Data yang Dikumpulkan
Tujuan
Mengetahui kondisi dan
gambaran umum
perairan Pulau Semak
Daun

Data
Kualitas Air
(Komponen Fisika, Kimia)

Sumber Data
Pengamatan (P)

Tutupan Karang (%)

Pengamatan (P)

Kelimpahan Ikan (ind/500 m2)

Pengamatan (P)

Estimasi Pasang Surut (m3)

Aplikasi NAOTide (S)

Mengetahui kondisi
Pendapatan (Rp)
sosial ekonomi dan
persepsi masyarakat
Persepsi Masyarakat
mengenai Seafarming
Keterangan:
P = Primer
S = Sekunder

Data PKSPL (S)
Wawancara (P)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu, data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi data kualitas perairan yang terdiri dari parameter fisika dan kimia

7

perairan, tutupan terumbu karang, kelimpahan ikan karang dan wawancara. Data
sekunder meliputi data pasang surut perairan, peta lingkungan perairan, data
publikasi ilmiah, data dari instansi terkait, maupun dari Lembaga Swadaya
Masyarakat.
Pengukuran Kualitas Air
Pengumpulan data kualitas perairan meliputi dari parameter fisika dan kimia
perairan terdiri dari 10 parameter (Tabel 3) yang dianalisa baik secara in situ
maupun ex situ. Analisa secara ex situ dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan
Lingkungan Perairan (ProLing), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Pengambilan contoh air dilakukan sebanyak tiga kali dengan
selang waktu per dua minggu, yaitu pada minggu ke-2 bulan Maret 2014, minggu
ke-4 bulan Maret 2014 dan minggu ke-2 bulan April 2014 di lima stasiun
pengamatan yang telah ditentukan untuk mengumpulkan data kualitas perairan.

Tabel 3. Pengukuran Parameter Kualitas Air di Perairan Pulau Semak Daun
Lokasi
Parameter
Satuan
Alat
Referensi
Analisis
A. Fisika
Suhu
Salinitas
Kecerahan
Kekeruhan
Kecepatan Arus
B. Kimia
pH
Nitrat
Nitrit
Ammonia
Fosfat
DO

°C

Meter
NTU
Cm/Detik

Termometer
Refraktometer
Secchi Disk
Turbidity Meter
Current Meter

APHA, 2005
APHA, 2005
APHA, 2005
APHA, 2005
APHA, 2005

In Situ
In Situ
In Situ
Laboratorium
In Situ

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

pH Meter
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer
DO Meter

APHA, 2005
APHA, 2005
APHA, 2005
APHA, 2005
APHA, 2005
APHA, 2005

In Situ
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
In Situ

Observasi Persentase Tutupan Karang
Metode yang digunakan untuk mengamati kondisi persentase tutupan
karang, yaitu dengan menggunakan metode transek garis (English et al. 1997).
Metode ini menggambarkan kondisi struktur komunitas karang dengan melihat
kondisi tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat, alga serta dapat
mengetahui keberadaan dari biota lainnya. Panjang transek garis pada tiap
pengamatan yaitu 50 meter dan sejajar garis pantai.

8

Gambar 4. Pengamatan Tutupan Karang

Mengetahui kondisi tutupan karang, utamanya persentase tutupan karang,
dapat diketahui dengan menghitung kondisi persentase karang hidup (life form).
Data persentase tutupan komunitas karang yang didapatkan dengan menggunakan
metode LIT (Line Intercept Transect), dengan menggunakan rumus (English et al.
1997) yaitu:
�� =


x


%

Keterangan:
Ni
: Persen tutupan komunitas karang
li
: Panjang total life form jenis ke-i
L
: Panjang transek (m)
Hasil penghitungan akan dianalisa dengan menggunakan kategori persen
tutupan karang berdasarkan Gomez dan Yap (1988) dengan empat kategori yaitu:
a) a. 75 - 100 % : Sangat baik
b) b. 50 - 74,9 % : Baik
c) c. 25 - 49,9 % : Sedang
d) d. 0 - 24,9 % : Rusak
Pengamatan Kelimpahan Ikan Karang
Prosedur pengamatan ikan karang pada prinsipnya mengikuti metode
pengamatan kondisi terumbu karang. Metode yang digunakan adalah visual sensus
dan transek garis yang telah disesuaikan dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan serta fasilitas yang tersedia. Panjang transek 50 meter dibuat
sejajar dengan garis pantai atau tubir.
Penetapan areal penelitian mengikuti metode “Line Intercept Transect”
(Unep 1993). Sedangkan pengambilan data ikan menggunakan metode “Sensus
Visual” (Dartnall and Jones 1986) yang dimodifikasi English et al. (1997). Metode
Underwater Visual Census (UVC), dimana ikan-ikan yang dijumpai pada jarak 5
meter kanan dan 5 meter kiri dalam garis transek sepanjang 50 meter dicatat jenis
dan jumlahnya.

9

5m

5m

Gambar 5. Ilustrasi Pengumpulan Data Ikan
dengan Metode Underwater Visual Census (English et al. 1994)

Banyaknya individu ikan per satuan luas daerah pengamatan dapat
ditunjukkan dari nilai kelimpahan ikan. Kelimpahan ikan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus (Ludwig dan Reynolds 1988):
�=



Keterangan:
N
= Kelimpahan individu ikan (ind/ha)
=
Jumlah individu ikan (Ind)

A
= Luas daerah pengamatan (m2)
Penentuan kriteria penilaian untuk kelimpahan ikan di terumbu karang
menggunakan metode yang digunakan oleh CRITC COREMAP-LIPI (modifikasi
Manuputty dan Djuwariah 2009). Kelompok ikan yang digunakan dalam
menentukan kriteria kelimpahan ikan di terumbu karang yaitu dari kelompok ikan
target. Penggunaan dari kelompok ikan target dikarenakan kelompok ikan ini sering
dijumpai di terumbu karang serta menjadi target tangkapan bagi nelayan. Kriteria
kelimpahan ikan terumbu karang dikategorikan sebagai berikut:
“Sedikit” apabila jumlah individu ikan target sepanjang transek 100 ekor
ANALISA DATA
Analisis Pendugaan Kuantitatif Limbah
Berasal dari Kegiatan Budidaya Ikan (Internal Loading)
Jumlah limbah yang masuk ke perairan dari kegiatan budidaya ikan kerapu
diduga dari feses ikan dan dari sisa pakan yang tidak termakan. Dugaan total bahan
organik yang masuk ke perairan dihitung menggunakan metode yang dikemukakan

10

oleh Iwama (1991) dengan mengacu pada total pakan yang tidak dikonsumsi serta
jumlah feses ikan dalam hal ini yaitu ikan kerapu, dengan persamaan sebagai
berikut:
O = TU + TFW (1)
Keterangan :
O
: Total output partikel bahan organik
TU
: Total pakan yang tidak dimakan
TFW : Total limbah feses diperoleh dengan persamaan :
TU = TF x UW ............................................................................. (2)
Keterangan :
TF
: Total pakan yang diberikan
UW : Persentase pakan yang tidak dimaka (rasio total pakan yang dimakan
terhadap total pakan yang diberikan)
TFW : Total limbah feses, dihitung dengan persamaan :
TFW = F x TE
............................................................................. (3)
Keterangan :
F
: Persentase feses (rasio total feses terhadap total pakan yang dimakan)
TE
: Total pakan yang dimakan, diperoleh menggunakan persamaan :
TE = TF – TU
............................................................................. (4)
Keterangan :
TF
: Total pakan yang diberikan
TU
: Total pakan yang tidak dimakan
Pendugaan dalam kuantifikasi dari total limbah N berdasarkan atas data
kandungan N dalam pakan, dan dalam karkas ikan kerapu (Barg 1992). Pendugaan
total N mengacu dari metode Ackefors dan Enell (1990) dalam Barg (1992),
persamaan untuk menghitung Loading N adalah:
Kg N = (A x Cdn) – (B x Cfn)
Keterangan :
A
: Bobot basah pakan yang digunakan (kg)
B
: Bobot basah kerapu yang diproduksi (kg)
Cd
: Kandungan nitrogen (Cdn) pada pakan diekspresikan sebagai % dari
bobot basah
Cf
: Kandungan nitrogen (Cfn) dari karkas ikan diekspresikan sebagai % dari
bobot basah.

Analisis Pendugaan Kuatitatif Limbah
Berasal dari Daratan (Eksternal Loading)
Pendugaan beban limbah yang berasal dari daratan atau dari kegiatan
masyarakat mengacu pada metode yang dikembangkan oleh Rachmansyah (2004).
Pendugaan kuantitatif limbah yang berasal dari daratan yaitu dari aktivitas

11

pemukiman yang bertujuan untuk menghitung besaran potensi kontribusi beban
limbah organik (nitrogen) ke perairan.
Besaran limbah organik (total N) dari wilayah pemukiman dapat diketahui
dengan cara menghitung langsung berdasarkan jumlah penduduk yang bermukim
atau bertempat tinggal di wilayah tersebut, dalam hal ini masyarakat yang berada
di sekitar perairan pulau Semak Daun. Besaran kontribusi limbah yaitu terdiri atas
limbah padat (kg/hari) serta limbah cair (liter/hari) yang berasal dari penduduk
dikalikan dengan koefisien limbah yang didapatkan dari berbagai acuan (Tabel 4),
antara lain 1) Sogreah (1974); 2) World Bank (1993), dalam Rachmansyah (2004)

Tabel 4. Jenis Aktivitas dan Koefisien Limbah Pemukiman
Jenis Aktivitas
Koefisien Limbah
Aktivitas Pemukiman
Limbah Padat
1.86 kg N/Org/Thn1
Sampah
4 kg N/Org/Thn2
Sumber: 1) Sogreah (1974); 2) World Bank (1993); in Rachmansyah (2004)

Beban limbah yang berasal dari pemukiman diperoleh dari data
penghitungan secara langsung dilokasi pengamatan yang mengacu pada data
sekunder. Pendugaan total nitrogen (TN) dari limbah antropogenik dapat dihitung
dengan mengkalikan antara tingkat aktivitas kegiatan (jumlah penduduk) dengan
koefisien limbah (Kg N). Persamaannya sebagai berikut:
Tota₃ N = Leve₃ A₂tivitas Jum₃ah Pendudu₂ × Koefisien Limbah (Kg N)
Analisis Daya Dukung

Terdapat beberapa cara untuk mengetahui pendugaan terhadap daya dukung
perairan. Pendekatan yang digunakan antara lain 1. menggunakan pendekatan pada
loading total nitrogen (TN) dari kegiatan budidaya dan limbah antropogonik yang
masuk ke perairan, 2. menggunakan pendekatan yang mengacu dari ketersediaan
oksigen yang terlarut dalam badan air dan bahan organik.
Penghitungan pendugaan daya dukung
pendekatan beban limbah N (NH3-N)
Kadar nitrogen yang dihasilkan dari kegiatan aktifitas budidaya
menyebabkan terjadinya suatu pengkayaan nutrien di perairan. Tinggi rendahnya
kadar nutrien di perairan menurut Gowen et al. 1989 dalam Barg (1992) ditentukan
oleh beberapa faktor yaitu volume badan air, laju pembilasan, dan fluktuasi pasang
surut. Adapun persamaannya sebagai berikut:
Ec =

NxF
V

Keterangan:
Ec
: Konsentrasi limbah (mg/l)

12

N
F
V

: Output harian dari limbah nitrogen terlarut (mg/l)
: Flushing time dari badan air (hari)
: Volume badan air (m3)
Flushing time (F)

waktu (jumlah hari) yang diperlukan limbah berdiam (tinggal) dalam badan air
sehingga lingkungan perairan menjadi bersih. Penentuan Flushing time ditentukan
dengan menggunakan formula :
F=

D
Keterangan:
F
D
(Vh – Vi)
Vh
VI
T

;D =

V −V
TxV

: Flushing time (hari)
: Laju pengenceran
: Volume pergantian pasang (m3)
: Volume air dalam badan air saat pasang tertinggi (m3)
: Volume air dalam badan air saat surut (m3)
: Periode pasang dalam satuan hari
Perhitungan volume badan air

Perhitungan volume dilakukan pada saat kondisi perairan pasang tertinggi (MHWS
(Mean High Water Spring), dan pada saat kondisi perairan surut terendah MLWS
(Mean Low Water Spring) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut
(Lampiran 1) :

Keterangan:
A
h1 dan h0
Vh
V1
Vh – Vl

�ℎ =

ℎ dan �� =



: Luas perairan dangkal Pulau Semak Daun (m2)
: Kedalaman perairan saat pasang tertinggi dan surut terendah (m)
: Volume air pada saat pasang tertinggi (m3)
: Volume air pada saat surut terendah (m3)
: Perubahan volume karena efek pasut (m3)
Beban pencemaran

Perhitungan selanjutnya adalah mengetahui atau menganalisis beban
pencemaran. Analisis beban pencemaran yang dihasilkan dari beban limbah pakan
dan dari daratan yang masuk ke perairan Pulau Semak Daun. Cara perhitungan
beban pencemaran berdasarkan atas pengukuran debit air dan konsentrasi limbah
yang dihasilkan dari pakan dan daratan dengan persamaan (Mitsch & Goesselink
1993 dalam Marganof 2007).

13

BP = Q × C
Keterangan :
BP
Q
C

= Beban Pencemaran
= volume Air (m3)
= Konsentrasi limbah N (mg/l)

Konsentrasi limbah yang diteliti terdapat dua nilai konsentrasi yang
berbeda, yaitu dari konsentrasi yang masuk ke perairan dengan konsentrasi yang
sudah ada. Oleh karena itu untuk mengetahui total konsentrasi limbah yang masuk
ke perairan, dilakukan dengan model perhitungan sebagai berikut:
.

=

.

+

.

Berdasarkan model perhitungan diatas, maka didapatkan nilai total konsentrasi
limbah yang masuk ke perairan (C3) sebagai berikut:
=

Keterangan :
C1
C2
C3
Q1
Q2
Q3

.

+

.

= konsentrasi limbah yang masuk (NH₃-N)
= konsentrasi limbah di lokasi (NH₃-N)
= total nilai konsentrasi (NH₃-N)
= volume air masuk (m3)
= volume air pada saat di lokasi (m3)
= volume air total (m3)

Daya Tampung
Daya tampung yaitu batas kemampuan sumber daya air untuk menerima
masukan beban pencemaran yang tidak melebihi batas syarat kualitas air untuk
berbagai pemanfaatannya dan dan memenuhi baku mutu airnya (Machbub 2010).
Daya tampung didapatkan dengan rumus sebagai berikut:
Daya Tampung = Baku Mutu NH₃-N – Total Konsentrasi (C3)
Jum₃ah unit =

� � �



Pendugaan daya dukung beban limbah N (NH₃-N)
dengan pendekatan musim
Pendugaan daya dukung dengan pendekatan musim dapat membantu untuk
mengetahui seberapa banyak unit yang dapat digunakan dalam proses pembesaran
hingga masa waktu panen ikan di KJA. Untuk mendapatkan daya dukung
digunakan data pasang surut bulanan selama satu tahun dengan aplikasi NAOTide.
Penghitungan jumlah unit pada musim barat dilakukan dari bulan Oktober hingga
bulan Maret, sedangkan pada musim timur dilakukan dari bulan April hingga bulan
September.

14

Penghitungan pendugaan daya dukung
pendekatan ketersediaan oksigen terlarut
Mengetahui daya dukung lingkungan melalui ketersediaan oksigen terlarut
di perairan mengacu kepada Willoughby (1968) dalam Meade (1989), dan Boyd
(1990) yang membuat formula penghitungannya. Pergantian air dari pengaruh
pasang surut mampu menyediakan atau memasok oksigen terlarut dalam perairan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa perairan pesisir dapat dibebani dengan sejumlah
ikan yang menggunakan oksigen terlarut, dimana O2 tersedia baik berasal dari aliran
air pasang surut maupun dari difusi di udara. Adapun tahap-tahap menentukan daya
dukung lingkungan perairan dari ketersediaan oksigen terlarut yaitu:
Tahap 1 : Menentukan ketersediaan oksigen terlarut dalam badan air adalah
perbedaan antara konsentrasi O2 terlarut di dalam inflow (Oin) dan konsentrasi O2
terlarut minimal yang dikehendaki dari sistem budidaya (Oout) yaitu 3 ppm
(Mayunar 1995). Jika dimisalkan volume air (Qo m3/min), maka total oksigen yang
tersedia dalam perairan (O2) selama 24 jam (1.440 menit/hari) adalah :
Total O2 terlarut = Qo m3/min x 1440 min/hari x (Oin-Oout) g O2/m3
Total O2 terlarut = X Kg O2
Keterangan :
Qo
: volume air (m3) perairan Pulau Semak Daun
Oin
: kandungan oksigen terlarut di dalam badan air (mg/l)
Oout : kadar oksigen minimal yang dibutuhkan oleh ikan (mg/l)
1.440 : jumlah menit dalam satu hari
Tahap 2: Untuk pendugaan daya dukung yang di izinkan dengan mengacu bahwa
untuk setiap kilogram limbah bahan organik membutuhkan 0,2 kg O2 sehingga
dapat diduga kemampuan perairan untuk menampung limbah bahan organik
maksimal yang di izinkan. Dengan demikian, beban limbah bahan organik yang
dapat ditampung tanpa melampaui daya dukung dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
X Kg O
= Y Kg ₃imbah bahan organi₂
, Kg O / ₂g ₃imbah organi₂

Jika diketahui 1 unit rakit KJA mengahasilkan limbah bahan organik = D kg limbah
bahan organik, maka kapasitas daya dukung lingkungan perairan untuk budidaya
kerapu adalah :
Y Kg ₃imbah bahan organi₂
= Unit ra₂it KJA
₂g ₃imbah bahan organi₂ / unit KJA

15

Analisis Kelayakan Usaha
Perhitungan kelayakan usaha dilakukan untuk menilai berhasil atau
tidaknya suatu kegiatan.. Kelayakan usaha ini dilihat dari sisi finansial, dengan
menghitung besar keuntungan yang telah diperoleh. Analisis usaha yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu dengan menghitung tingkat keuntungan dari kegiatan sea
farming.
Analisis keuntungan
Maka untuk mengetahui keuntungannya dilakukan proses penghitungan
besaran penerimaan (benefit), didapat dari besaran biaya (cost) yang telah
dikeluarkan pada masa satu kali periode produksi sea farming. Fungsi keuntungan
secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Ngamel 2012):

Π=� −�

Keterangan:
Π
: Keuntungan
TR
: Total Revenue (Total Penerimaan)
TC
: Total Cost (Total Biaya)
Analisis Benefit-Cost Ratio
Analisis benefit cost ratio yaitu menghitung perbandingan antara tingkat
keuntungan yang diperoleh dengan total keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan.
Pada dasarnya untuk mengetahui apakah suatu kegiatan dapat dikatakan layak atau
dapat memberikan manfaat. Adapun rumus dari benefit-cost ratio (Radisk 1997
dalam Mardjudo dan Rahman 2014) yaitu:
Net B⁄C ratio =

Tota₃ Penerimaan
Tota₃ Biaya

Nilai B/C yang mungkin terjadi:
B/C >1 : kegiatan usaha yang dijalankan memiliki manfaat dan layak dilanjutkan
B/C =1 : kegiatan usaha yang dijalankan masih memiliki manfaat dan masih layak
dilaksanakan
B/C