Struktur Komunitas Ikan pada Ekosistem Terumbu Buatan di Perairan Pulau Karya dan Pulau Harapan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN PADA EKOSISTEM
TERUMBU BUATAN DI PERAIRAN PULAU KARYA DAN
PULAU HARAPAN, KABUPATEN ADMINISTRASI
KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

KUSNANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Struktur
Komunitas Ikan pada Ekosistem Terumbu Buatan di Perairan Pulau Karya dan
Pulau Harapan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015

Kusnanto
NIM C24090031

ABSTRAK
KUSNANTO. Struktur Komunitas Ikan pada Ekosistem Terumbu Buatan di
Perairan Pulau Karya dan Pulau Harapan, Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu, DKI Jakarta. Dibimbing oleh ARIO DAMAR dan MUHAMMAD
MUKHLIS KAMAL.
Terumbu karang merupakan ekosistem di perairan laut dangkal yang
paling luas dan memiliki produktivitas primer yang tinggi. Penelitian ini
bertujuan menentukan struktur komunitas ikan pada terumbu karang buatan
menganalisis kelimpahan famili dan kelimpahan spesies ikan terumbu, trophic
level ikan terumbu, indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi ikan

terumbu di perairan Pulau Karya dan Pulau Harapan, Kepulauan Seribu. Metode
pengambilan data ikan terumbu dilakukan menggunakan visual sensus. Famili dan
spesies ikan terumbu di stasiun pengamatan Pulau Karya dan Pulau Harapan yang
paling banyak ditemukan Pomacentridae (Amblyglyphidodon curacao dan
Pomacentrus lepydogenis) dan Labridae (Cirrhilabrus cyanopleura), Ikan yang
sering ditemukan di dua stasiun berdasarkan level trofik, yaitu herbivora sebesar
50% (550 individu), sedangkan kelompok utama ikan terumbu berdasarkan
kelompok yaitu ikan mayor (854 Individu). Indeks ekologi pada kedua stasiun
tidak terjadi dominansi oleh suatu spesies tertentu. Indeks keanekaragaman
dikategorikan tinggi dan kedua stasiun tersebut tidak berbeda nyata dilihat dari uji
Hutchinson.
Kata kunci: kelimpahan ikan terumbu, indeks ekologi, trofik level.

ABSTRACT
KUSNANTO. Reef Fish Community Structure in Artificial Reefs Karya and
Harapan Island, Seribu Islands, DKI Jakarta. Supervised by ARIO DAMAR and
MUHAMMAD MUKHLIS KAMAL.
Coral reef is the most extensive and highly productive marine ecosystems
located in the tropical ocean. The purpose of this study was to examine the
structure of reef fish communities in artificial reef in Karya and Harapan Island

using parameters, such as reef fish species and family abundance, reef fish trophic
level, diversity, eveness, and dominance index. Based on the highest family
composition of reef fish in an observation station of Karya and Harapan Island,
the most dominating are Pomacentridae (Amblyglyphidodon curacao and
Pomacentrus lepydogenis) and Labridae (Cirrhilabrus cyanopleura. Reef fish
that are often found trofik level in the artifical reef is herbivorous reef fish 50 %
(550 individuals), while reef fish that are often found based on fish group of reef
fishes is major reef fish (854 individual). There are no domination by particular
species on both stations. High diversity index was present, while both the stations
are not significantly different with each other using Hutchinson test, uniformity
index is high
Keywords: abundance of reef fish, ecology indeks, trophic level

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN PADA EKOSISTEM
TERUMBU BUATAN DI PERAIRAN PULAU KARYA DAN
PULAU HARAPAN, KABUPATEN ADMINISTRASI
KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

KUSNANTO


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul skripsi : Struktur Komunitas Ikan pada Ekosistem Terumbu Buatan di
Perairan Pulau Karya dan Pulau Harapan, Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
Nama
: Kusnanto
NIM
: C24090031


Disetujui oleh

Dr Ir Ario Damar, MSi
Pembimbing 1

Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc
Pembimbing 2

Diketahui oleh

Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Struktur Komunitas Ikan
pada Ekosistem Terumbu Buatan di Perairan Pulau Karya dan Pulau Harapan,

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen
Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Terima kasig penulis ucapkan kepada Institut Pertanian Bogor yang telah
memberikan kesempatan studi dan bantuan beasiswa berupa beasiswa Bank Jabar
dan Beasiswa Bantuan Mahasiswa (BBM) kepada penulis sehingga penulis dapat
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Penulis juga mengucapkan
banyak terimakasih kepada Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB
yang telah memperkenankan Penulis melakukan penelitian yang merupakan
kerjasama antara IPB dengan CNOOC dalam rehabilitasi ekosistem terumbu
karang di Kepulauan Seribu dan Dr Ario Damar MSi sebagai ketua tim penelitian
rehabilitasi ekosistem terumbu karang di pulau Karya dan Pulau Harapan sejak
2008 hingga saat ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada bapak Dr Ir Ario
Damar M.Si dan bapak Dr Ir M. Mukhlis Kamal M.Sc selaku pembimbing skripsi,
dan bapak Dr. Ir. Yusli Wardiatno M.Sc dan Dr. Hawis Madduppa S.Pi M.Sc
selaku dosen penguji serta bapak Prof Dr Kadarwan Soewardi selaku pembimbing
akademik
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayang Terimakasih penulis sampaikan pula

kepada FDC- IPB khusus diklat 29, MST 2014, MSP 46, Sylvapinus IPB dan De
tara Foundation atas doa, semangat dan dukungan yang diberikan sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

Kusnanto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vi
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang
1
Kerangka Pemikiran
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian

2
METODE ................................................................................................................ 3
Waktu dan Lokasi Penelitian
3
Metode Pengambilan Data
3
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 8
Pembahasan
15
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 17
Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 18
LAMPIRAN .......................................................................................................... 20

DAFTAR TABEL
1.
2.


Hasil indeks ekologi dan model suksesi di perairan Pulau Karya dan
Pulau Harapan ................................................................................................ 14
Parameter kualitas perairan di Pulau Karya dan Pulau harapanpada
lokasi terumbu karang buatan menurut Dhani (2012) (Damar et al
Unpublished data)........................................................................................... 14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Skema kerangka pemikiran penelitian ............................................................. 3
Peta Pulau Karya .............................................................................................. 4

Peta Pulau Harapan .......................................................................................... 4
Teknik pengambilan data ikan terumbu ........................................................... 5
Perbandingan kelimpahan famili ikan terumbu di Pulau Karya (Kiri)
dan Pulau Harapan (kanan). ............................................................................. 9
Perbandingan kelimpahan spesies ikan terumbu di Perairan Pulau Karya
(Kiri) dan Pulau Harapan (Kanan) ................................................................. 10
Kelimpahan ikan terumbu di Pulau Karya dan Pulau Harapan tahun
2008-2013 ....................................................................................................... 11
Level trofik komposisi ikan di perairan Pulau Karya dan Pulau Harapan ..... 12
Kelompok jenis ikan terumbu berdasarkan peranannya di perairan Pulau
Karya dan Pulau Harapan ............................................................................... 13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Jenis ikan berdasarkan famili dan spesies ................................................. 20
Spesies Ikan terumbu................................................................................. 22
Tabel PKi ................................................................................................... 25


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terumbu karang merupakan ekosistem perairan laut dangkal yang paling
luas dan memiliki produktivitas yang tinggi di perairan laut tropis. Ekosistem
terumbu karang memiliki kaitan yang sangat erat dengan kelangsungan hidup
biota yang ada di dalamnya seperti ikan, teripang, lobster, kima, dan termasuk
karangnya sendiri. Ekosistem ini memiliki fungsi ekologis sebagai habitat
berbagai jenis biota, tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery
ground), pembesaran (rearing ground), dan mencari makan (feeding ground).
Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang selain
menyuplai kehidupan ke laut, juga sebagai bagian penting dari laut untuk
keseimbangan ekosistem. Terumbu karang merupakan komponen pelindung
pantai dari arus, terpaan ombak, dan gelombang (Estradivari et al. 2009).
Ikan terumbu merupakan ikan-ikan yang hidup pada daerah terumbu karang
sejak masa juvenil hingga dewasa dan ikan terumbu adalah setiap individu ikan
yang hidup di dalam sistem terumbu karang (Choat dan Bellwood 1991). Ikan
terumbu menyukai habitat tertentu yang dapat menunjang kelangsungan hidupnya.
Ikan terumbu (baik nokturnal maupun diurnal) memiliki kebutuhan yang tinggi
akan tempat bernaung yang kompleks terdiri dari berbagai substrat, relung, celah,
dan goa (Bowden 2003). Ikan terumbu pada umumnya lebih banyak teramati
pada ekosistem terumbu karang yang masih dalam kondisi baik, dan kondisi ikan
terumbu akan mengalami penurunan jika terumbu karangnya tidak sehat. Artinya,
terdapat korelasi positif antara kualitas terumbu karang dengan kelimpahan ikan
terumbu (Rachmawati 2001). Ikan terumbu membutuhkan habitat hidup untuk
bersarang dan mencari makan. Ikan terumbu memiliki mobilitas yang rendah
sehingga membutuhkan terumbu karang untuk keberlanjutan fungsinya di area
tertentu yang dipertahankan (Hartati dan Edrus 2005).
Penurunan kondisi terumbu karang yang berdampak pada struktur
komunitas ikan terumbu disebabkan oleh berbagai faktor, seperti aktivitas
antropogenik dan alamiah. Aktivitas antropogenik yang dapat menyebabkan
kerusakan terumbu karang, di antaranya berupa penangkapan perikanan berlebih
yang tidak ramah lingkungan, tumpahan minyak, serta penambangan karang,
sedangkan faktor alami yaitu naiknya suhu permukaan air laut, polusi, dan gempa
bumi (Estradivari et al. 2009). Kondisi demikian juga ditemukan di Kepulauan
Seribu. Sumberdaya alam pada ekosistem terumbu karang sekarang mengalami
degradasi, yaitu hasil tangkapan nelayan berkurang, serta adanya praktek
penambangan liar karang di beberapa tempat (Estradivari et al. 2009). Salah satu
cara untuk memperbaiki kondisi ekosistem terumbu karang adalah dengan
terumbu buatan yang memungkinkan mampu membentuk suatu habitat baru yang
menjadi rumah bagi ikan dan biota lainnya.
Keberadaan artificial reef bertujuan untuk melindungi organisme kecil
(juvenile), sebagai nursery ground, dan meningkatkan produktivitas alam dengan
menyediakan habitat baru untuk organism menempel yang berkontribusi pada
rantai makanan (Chou 1997). Terumbu buatan diharapkan memberi sumbangan
bagi sebagian pemecahan terhadap beragai masalah seperti yang disebabkan

2
faktor antropogeik dan alamiah.
Saat ini di beberapa tempat sudah
mengupayakan terumbu buatan untuk meningkatkan sumberdaya hayati laut.
Selain itu terumbu buatan memiliki beberapa manfaat seperti perlindungan pantai,
bangunan tersebut telah berhasil menyediakan habitat bagi berbagai organisme
bentik seperti udang karang, tiram, abalone, susu bundar dan rumput lautseta di
gunakan secara efektif untuk menghalangi beroperasinya kapal-kapal trawl ke
perairan pantai, sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk perbaikan ekosistem
terumbu karang.

Kerangka Pemikiran
Ekosistem terumbu karang memiliki fungsi dan potensi ekologi yang
berdampak positif pada manusia ataupun bagi kelangsungan hidup biota yang ada
di dalamnya. Ekositem terumbu karang di Kepulauan Seribu telah mengalami
degradasi. Beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan tersebut yaitu dari
alamiah dan aktivitas manusia. Kerusakan terumbu karang di Kepulauan Seribu
menurut Estradivari et al. (2009) pada pengamatan tahun 2003-2007 telah
mencapai angka rata-rata 70% dengan kondisi buruk, baik yang disebabkan oleh
alami maupun akibat dari kegiatan manusia dari limbah antropogenik.
Perbaikan terumbu karang di Kepulauan Seribu memerlukan adanya
kegiatan konservasi, salah satunya dengan pembuatan artificial reef.
Penenggelaman artificial reef dilakukan di Pulau Karya dan Pulau Harapan,
dengan maksud untuk memulihkan ekosistem dengan memperhatikan struktur
komunitas ikan terumbu. Perbaikan habitat mengalami proses perubahan secara
teratur pada artificial reef di suatu komunitas, disebut juga suksesi. Kesuksesan
pada artificial reef dapat dilihat pada kajian suksesi komunitas ikan terumbu di
lokasi rehabilitasi. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menentukan struktur komunitas ikan terumbu
pada artificial reef di perairan Pulau Karya dan Pulau Harapan, Kepulauan Seribu.
Penelitian struktur komunitas ikan terumbu dilakukan berdasarkan kelimpahan
famili dan kelimpahan spesies ikan terumbu, trophic level ikan terumbu, indeks
keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi ikan terumbu serta
suksesi komunitas ikan terumbu sejak tahun 2008-2013.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pertimbangan
untuk memperbaiki ekosistem terumbu karang.
Penelitian ini sebagai
keberhasilan struktur komunitas ikan terumbu yang ada di perairan Pulau Karya
dan Pulau Harapan di Artificial Reef selama 2008-2013.

3

Pulau Karya
Alami

Kegiatan
Manusia

Pulau Harapan
Ekosistem Terumbu Karang

Rusaknya Ekosistem Terumbu karang

Rehabilitasi Terumbu Karang

Artificial Reef
Struktur komunitas ikan karang
-Kelimpahan
-Indeks keanekaragaman,
-Indeks keseragaman, dan indeks
dominansi
-Suksesi

Pulihnya ekosistem

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada 5-10 April 2013 di Pulau Karya dan Pulau
Harapan, Kepulauan Seribu, Pengambilan data dilakukan pada dua stasiun
pengamatan dengan koordinat 05⁰39'27,8"LS dan 106⁰34'31,0"BT Pulau Karya
(Gambar 2) dan 05⁰39'31,5"LS dan 106⁰34'32,2"BT Pulau Harapan (Gambar 3).
Lokasi ini merupakan wilayah rehabilitasi karang yang terdapat pada Artificial
Reef.

Metode Pengambilan Data
Pengambilan data ikan terumbu dilakukan dengan menggunakan metode
stationery visual sensus (English et al. 1994). Pengambilan data dilakukan
dengan cara mencatat jumlah dan spesies ikan terumbu yang ditemukan di sekitar
wilayah transplantasi. Metode visual sensus dilakukan dengan cara menyelam
pada posisi tetap dan konsisten agar pencatatan spesies ikan terumbu yang
ditemukan tidak mengalami bias. Pengamatan dilakukan menggunakan peralatan
selam SCUBA (Self Containing Underwater Breathing Apparatus), kamera

4
bawah air untuk mendokumentasikan hasil pengamatan bawah air, rol meter, alat
tulis, serta buku identifikasi. Cara melakukan pengamatan ikan terumbu disajikan
pada gambar 4.

Gambar 2 Peta Pulau Karya
Sumber : Google Earth

Gambar 3 Peta Pulau Harapan
Sumber peta : Google eart

5

Gambar 4 Teknik pengambilan data ikan terumbu
Pengambilan data pada Pulau Karya dan Pulau harapan, dilakukan dengan
cara mencatat spesies dan jumlah ikan terumbu yang ditemukan pada terumbu
karang buatan dengan jarak pandang 2,5 meter ke kanan dan ke kiri serta sejauh
jauhnya untuk pandangan kedepan. Pengambilan data ini mengunakan transek
100 meter (2x50 meter). Total sapuan yang teramati pada penelitian ini adalah
500 m2 (100 m x 5 m). Buku acuan untuk Identifikasi ikan terumbu adalah Reef
Fish Identification (Kuiter 1992).

Analisis Data
Kelimpahan Ikan Terumbu
Kelimpahan ikan terumbu merupakan jumlah ikan terumbu yang ditemukan
pada suatu stasiun pengamatan persatuan luas transek pengamatan. Kelimpahan
ikan terumbu dapat dihitung dengan rumus:
=





Keterangan :
D
: kelimpahan individu ikan (Ind/m2)
ni
: jumlah individu ikan (Ind)
A
: luas daerah pengamatan (m2)

6
Indeks Keanekaragaman (H’)
Indeks Keanekaragaman digunakan untuk mendapatkan gambaran populasi
organisme secara matematis. Hal ini bertujuan untuk mempermudah analisis
informasi jumlah individu masing-masing spesies dalam suatu komunitas (Ludwid
dan Reynolds 1988). Keanekaragaman jenis ikan karang dihitung dengan Indeks
Shannon-Wiener dengan rumus sebagai berikut.
Hˈ = - Ʃni=1 pi ln Pi
Keterangan :
Hˈ : indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
pi : perbandingan antara jumlah individu ikan spesies ke-i (ni) ; (i : 1, 2,…n)
dengan jumlah total individu ikan karang (N)
Uji Hutchinson
Perbedaan keanekaragaman ikan terumbu pada terumbu karang buatan
dilakukan melalui Uji Hutchinson yang dilengkapi dengan uji t dengan peluang 95
% (α = 0,05). Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah nilai keanekaragaman di
kedua stasiun berbeda nyata dengan rumus-rumus yang digunakan Magurran
(1988) berikut.

t

db 
Keterangan:
Var
S
H’1
H’2
var H’
pi
S

H '1  H ' 2
(VarH '1 VarH ' 2 )1 / 2

(VarH 1  VarH 2 ) 2
(VarH 1 ) 2 / N1  (VarH 2 ) 2 / N 2

: varians yaitu perbedaan keanekaragaman
: jumlah jenis pada masing-masing lokasi pengamatan
: indeks keanekaragaman ke-1
: indeks Keanekaragaman ke-2
: varian dari H, N adalah jumlah spesies keseluruhan
: perbandingan antara jumlah individu ikan terumbu spesies
ke-i (ni) dengan jumlah individu ikan terumbu (N)
: jumlah spesies ikan terumbu dan I adalah 1, 2, 3…n.

Hipotesis yang digunakan untuk menguji nilai t adalah bila t hitung > t tabel
maka kedua populasi memiliki perbedaan nyata, sedangkan t hitung< t tabel maka
kedua populasi tidak memiliki perbedaan nyata.
Indeks Keseragaman (E)
Indeks Keseragaman (E) menggambarkan ukuran jumlah individu antar
spesies dalam suatu komunitas. Semakin merata penyebaran individu antar
spesies, maka keseimbangan ekosistem akan semakin meningkat. Indeks
Keseragaman menggunakan rumus.

7
=

�′
� �

Keterangan :
E
: indeks Keseragaman
H’
: keseimbangan Spesies
H’max : indeks Keanekaragaman maksimum = Ln S
S
: jumlah total macam spesies
Indeks Dominansi (C)
Nilai Indeks Keseragaman dan Keanekaragaman yang kecil biasanya
menandakan adanya dominansi suatu spesies terhadap spesies-spesies lainnya.
Rumus Indeks Dominansi (C) adalah:
= ∑��=

i

2

Keterangan :
C
: indeks Dominansi
pi
: proporsi jumlah individu pada spesies ikan karang
i
: 1, 2, 3,..n
Model Suksesi
1. Model log linier (model Motomura)
Model log linier (model Motomura) menggambarkan keadaan
ekosistem, dimana organisme komunitasnya bersifat kompetitif dan
mengalami gangguan serta produktivitas rendah. Jika nilai mendekati 1,
maka lingkungan tersebut baik (Amanieu 1981 dalam Utami 2010), sedangkan
diversitas maksimum dan komunitas stabil.
Log2qi = ai + b
Keterangan:
qi
: kelimpahan spesies pada tingkat ke-i
a dan b : nilai regresi dari log2qi & i (konstanta)
2. Model log normal (model Preston)
Model log normal (model Preston) menggambarkan organisasi
komunitas layak, pembagian relung mantap atau merata, lingkungannya
stabil, sehingga mencirikan suatu komunitas yang seimbang (equilibrium).
Konstanta lingkungan m= i/δ2.
Log2qi = δ pki + b
Keterangan :
qi
: kelimpahan spesies peringkat ke-i
δ & b : konstanta, Pki : nilai probit spesies peringkat ke-i

8
3. Model Brocken Stick (model Mac Arthur)
Model brocken stick (Model Mac Arthur) menggambarkan organisasi
komunitas yang lebih merata dibanding model log normal (model
Preston), dimana pembagian relung mengacak tanpa tumpang tindih dan
pada lingkungan kecil sangat produktif.
qi=





∑�=�+
�=

−�

�−�+

Keterangan :
Q : Ʃqi= kelimpahan total
S : jumlah spesies ; spesies ke-i
r : peringkat spesies ke-i
Penentuan model yang paling mendekati dengan keadaan komunitas
sebenarnya dilakukan dengan mengunakan uji kesesuaian jarak Helinger. Model
yang sesuai adalah model yang memiliki nilai kesesuaian jarak terkecil. Adapun
rumusnya adalah sebagai berikut:


��

Dh = √∑ √ �
−√ �
∑�=
∑�=
�=

Dh
qti
qoi
∑��=

: kesesuaian jarak,
: jumlah teoritis peringkat ke-i,
: jumlah observasi jenis peringkat ke-i, dan
: jumlah total semua jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Komunitas Ikan Terumbu
Terumbu buatan memiliki fungsi sebagai fish aggregrating devices (FAD),
yaitu dapat menyediakan habitat baru bagi komunitas ikan terumbu (Madduppa et
al. 2007). Terumbu buatan merupakan habitat baru yang dibentuk untuk tempat
berlindung yang lebih baik bagi ikan terumbu. Namun, tidak semua jenis dan
ukuran ikan dapat menjadikan terumbu buatan sebagai habitat yang baik. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan kebutuhan dalam mencari makanan, seperti alga,
krustacea, dan atau ikan kecil lainnya (Madduppa et al. 2007).
Kelimpahan famili dan spesies ikan terumbu di perairan Pulau Karya dan
Pulau Harapan
Komposisi famili ikan yang terdapat pada stasiun pengamatan ditentukan
dengan menggunakan data primer. Ikan-ikan terumbu yang teramati saat
penyelaman di wilayah artificial reef Pulau Karya (Stasiun 1) terdiri dari 25

9

Tetraodonthidae
Synodontidae
Spyraenidae
Siganidae
Serranidae
Scorpionidae
Scaridae
Pomacanthidae
Pomacentridae
Nemipteridae
Muraenidae
Mullidae
Monacanthidae
Lutjanidae
Labridae
Holocentridae
Haemulidae
Gobidae
Ephipidae
Chaetodontidae
Caesionidae
Blenidae
Balistidae
Apogonidae
Aeolistidae

Famili

Famili

famili dengan total 68 spesies sedangkan di Pulau Harapan terdiri dari 19 Famili
dengan total 50 spesies. Kelimpahan famili ikan pada terumbu karang buatan
tampak pada Gambar 5.

0

200

400

600

Kelimpahan (Ind/500m2)

Gambar 5

Tetraodonthidae
Synodontidae
Spyraenidae
Siganidae
Serranidae
Scorpionidae
Scaridae
Pomacanthidae
Pomacentridae
Nemipteridae
Muraenidae
Mullidae
Monacanthide
Lutjanidae
Labridae
Holocentridae
Haemulidae
Gobidae
Ephipidae
Chaetodontidae
Caesionidae
Blenidae
Balistidae
Apogonidae
Aeolistidae

0

200

400

600

Kelimpahan (Ind/500m2)

Perbandingan kelimpahan famili ikan terumbu di Pulau Karya
(kiri) dan Pulau Harapan (kanan).

Pada Gambar 5 kelimpahan famili ikan terumbu di perairan Pulau Karya di
dominasi oleh famili Pomacentridae (532 Ind/500 m2), famili Labridae (210
Ind/500 m2) dan Caesionidae (69 ind/500 m2). Beberapa famili lain yang
ditemukan adalah Nemipteridae, Apogonidae, Lutjanidae, Chaetodontidae,
Aeolistidae, Balistidae, Ephipidae, Gobidae, Haemulidae, Holocentridae,
Monacanthidae, Mullidae, Muraenidae, Pomacanthidae, Scaridae, Spyraenidae,
Synodontidae,
Siganidae,
Serranidae,
Scorpionidae,
Blenidae
dan
Tetraodonthidae. Kelimpahan ikan terumbu di perairan Pulau Harapan memiliki
kesamaan dengan stasiun pengamatan perairan Pulau Karya. Famili terbesar yang
ditemukan pada famili Pomacentridae (437 ind/500 m2), Labridae (197 ind/500
m2). Beberapa famili ikan terumbu lainnya (260 ind/500 m2) seperti Apogonidae,
Nemipteridae, Lutjanidae, Chaetodontidae, Aeolistidae, Ephipidae, Gobidae,

10
Haemulidae, Holocentridae, Monacanthidae, Mullidae, Pomacanthidae, Scaridae,
Serranidae, Siganidae dan Tetraodonthidae .
120

100
80
60
40
20
Abudefduf septemfasciatus
Abudefduf sexfasciatus
Amblyglyphidodon curacao
Amblyglyphidodon semicinctus
Caesio cuning
Caesio terres
Choerodon anchorago
Cirrhilabrus cyanopleura
Chromis ternatensis
Dischistodus perspicilatus
Pomacentrus lepydogenis
Apogon compressus

0

Spesies

100

80
60
40
20
0
Abudefduf septemfasciatus
Abudefduf sexfasciatus
Amblyglyphidodon curacao
Amblyglyphidodon semicinctus
Caesio cuning
Caesio terres
Choerodon anchorago
Cirrhilabrus cyanopleura
Chromis ternatensis
Dischistodus perspicilatus
Pomacentrus lepydogenis
Apogon compressus

Kelimpahan (Ind/500m2)

Kelimpahan (Ind/500m2)

120

Spesies

Gambar 6 Perbandingan kelimpahan spesies ikan terumbu di Perairan Pulau
Karya (Kiri) dan Pulau Harapan (Kanan)
Jenis ikan terumbu yang ditemukan di stasiun pengamatan perairan Pulau
Karya terbesar berturut-turut yaitu Amblyglyphidodon curacao (112 individu),
Pomacentrus lepydogenis (85 individu), Abudefduf septemfasciatus (68 Individu),
Cirrhilabrus cyanopleura (62 individu), Amblyglyphidodon semicinctus (42
individu), Caesio terres (41 individu), Abudefduf sexfasciatus (32 individu). Ikan
terumbu lainnya yang ditemukan di wilayah artificial reef Pulau Karya adalah
Caesio cuning, Pomacentrus amboinensis, Choerodon anchorago, Halichoeres
chrysotaenae, Dischistodus prosopotaenia, Cheilodipterus quinquelineatus, dan
Scolopsis margaritifera. Jenis ikan terumbu di stasiun pengamatan perairan Pulau
Harapan yang ditemukan yaitu Amblyglyphidodon curacao (90 individu),
Pomacentrus lepydogenis (72 individu), Cirrhilabrus cyanopleura (57 individu),
Chromis ternatensis (57 individu), Abudefduf septemfasciatus (36 individu),
Dischistodus perspicilatus (35 individu), Abudefduf sexfasciatus (32 individu),
Caesio terres (31 individu), dan lain-lain (Caesio cuning, Pomacentrus
amboinensis, Choerodon anchorago, Halichoeres chrysotaenae, Dischistodus
prosopotaenia, Cheilodipterus quinquelineatus, Scolopsis margaritifera).
Kelimpahan spesies ikan terumbu dapat dilihat pada Gambar 6. Kelimpahan ikan
terumbu pada stasiun perairan Pulau Karya dan perairan Pulau Harapan dapat
dilihat pada Lampiran 1.

11
Kelimpahan ikan terumbu di perairan Pulau Karya dan Pulau Harapan
Komunitas ikan terumbu memiliki interaksi yang luas. Interaksi dapat
terbentuk antara ikan terumbu dengan spesies yang sama, ikan terumbu dengan
spesies yang berbeda, ikan terumbu dengan invertebrata, maupun interaksi ikanikan terumbu dengan faktor fisik (non-biologis) seperti suhu, kedalaman, dan
cahaya. Interaksi fisik (non-bioligis) yang dilakukan oleh ikan-ikan terumbu
adalah penyamaran pengelihatan, perlindungan dari predator, dan kemampuan
meniru suatu objek tertentu yang melibatkan adaptasi struktur dan tingkah laku
(Hutomo 1991).
Nilai kelimpahan famili pada stasiun penyelaman di perairan Pulau Karya
yang dibandingkan dengan penelitian Dhani (2012) (Damar et al Unpublished
data) disajikan pada Gambar 7.

Kelimpahan (Ind/500m2)

2500
2000
1500

1000

Pulau Karya
Pulau Harapan

500
0

Bulan
Gambar 7 Kelimpahan ikan terumbu di Pulau Karya dan Pulau Harapan tahun
2008-2013.
Kelimpahan famili ikan terumbu di perairan Pulau Karya menunjukkan
kenaikan dan penurunan dari bulan Desember 2008 sampai April 2013. Data
kelimpahan bulan Januari 2011-Juni 2011 merupakan penelitian dari Dhani 2012
(Damar et al Unpublished data). Peningkatan grafik kelimpahan ikan terumbu
terjadi pada bulan September 2010, Mei 2011 dan April 2013. Sedangkan
penurunan grafik terjadi pada bulan Januari 2011 dan Juni 2011.
Kelimpahan ikan terumbu di Pulau Harapan menunjukan kenaikan dan
penurunan dari bulan Desember 2008 sampai April 2013. Data kelimpahan ikan
terumbu pada bulan Desember 2008 – September 2009 merupakan Penelitian
Utami 2010 (Damar et al Unpublished data). Bulan Juni 2010 sampai Juni 2011
merupakan penelitian Dhani 2012 (Damar et al Unpublished data). Peningkatan
grafik kelimpahan terjadi pada bulan Maret 209, Mei 2009, September 2010,
Januari 2011, Mei 2011, Juni 2011 dan April 2013. Sedangkan penurunan grafik
kelimpahan ikan terumbu terjadi pada bulan Juni 2009, September 2009, dan Juni
2010. dengan jenis ikan terumbu yang ditemukan dapat dilihat pada Lampiran 2.

12
Level trofik (terkait dengan tipe makanan)
Ikan terumbu berdasarkan makanannya atau pola pemangsaan, dapat
diklasifikasikan sebagai ikan terumbu pemakan segala (omnivores), pemakan
hewan (karnivora) dan tumbuhan (herbivora). Jenis ikan terumbu omnivora
adalah Balistidae, Gobidae, Pomacentridae, dan Tetradontidae. Kelompok ikan
pemakan tumbuhan dan alga, contohnya spesies ikan dari famili Acanthuridae,
Pomacanthidae, Siganidae, dan Scaridae. Kelompok ikan pemakan zooplankton
(zooplantivores) contohnya spesies ikan dari famili Caesionidae, kelompok ikan
pemakan koralit karang adalah dari famili Chaetodontidae. Kelompok ikan
karnivora (carnivores) contohnya Serranidae, Haemulidae, Scorpionidae,
Carangidae, dan Lutjanidae (Frose dan Pauly 2008). Tingkatan tropik pada kedua
stasiun di daerah pengamatan dapat di lihat pada Gambar 9.
Pada stasiun Pulau Karya didominasi oleh ikan herbivora sebesar 50%
(550 individu), omnivora 20% (223 individu), karnivora 19% (205 individu),
planktivora 9% (101 individu), dan koralivora 2% (20 individu). Pada Pulau
Harapan didominasi oleh herbivora sebesar 48% (425 individu), karnivora 20%
(174 individu), omnivora 16% (146 individu), planktivora 15% (137 individu),
dan koralivora 1% (12 Individu). Pada kedua stasiun pengamatan jenis ikan-ikan
herbivora yang mendominasi adalah spesies Amblyglyphidodon curacao (112
individu) dari famili Pomacentridae dan spesies Cirrhilabrus cyanopleura (62
individu) dan Halichoeres sp. (53 Individu) dari famili Labridae.
90%
80%

Persentase (%)

70%
60%
50%

Persentase di
Pulau Karya

40%
30%

Persentase di
Pulau Harapan

20%
10%
0%

Level trofik
Gambar 8 Level trofik komposisi ikan di perairan Pulau Karya dan Pulau
Harapan

13

Persentase (%)

Kelompok Ikan Terumbu
Berdasarkan peranannya ikan karang dikelompokkan menjadi 3 kelompok
utama yaitu indikator, mayor, dan target. Ikan mayor merupakan ikan yang sering
muncul di suatu ekosistem terumbu karang, berasosiasi baik sebagai penetap
maupun pelintas, spesies ikan ini umumnnya dari famili Pomacentridae, Labridae,
Scaridae, Pomacanthidae. Ikan indikator merupakan ikan yang berfungsi sebagai
indikator suatu perairan umumnya spesies ikan indikator dari famili
Chaetodontidae. Ikan target merupakan ikan yang dijadikan target, yaitu target
untuk konsumsi maupun target untuk dijadikan ikan hias. Target penangkapan
biasanya dari famili Serranidae, Caesionidae, Scaridae, Haemulidae, dan
Siganidae. Target untuk dijadikan ikan hias biasanya dari famili Pomacanthidae,
Chaetodontidae, Labridae (Hartati dan Edrus 2005). Hasil pengelompokan
pengamatan dapat dilihat pada Gambar 9 .
Kelompok jenis ikan terumbu di perairan Pulau Karya yang ditemukan
adalah kelompok mayor 78% (854 individu), kelompok target 20% (225
individu), dan kelompok indikator 2% (20 Individu). Kelompok ikan terumbu di
perairan Pulau Harapan yang ditemukan adalah mayor 81% (721 individu), target
18 % (157 individu), dan indikator 2 % (16 individu). Kelompok jenis ikan
terumbu di kedua stasiun pengamatan didominasi oleh kelompok mayor.
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Persentase di
Pulau Karya
Persentase di
Pulau Harapan

Indikator

Mayor
Target
Kelompok
Gambar 9 Kelompok jenis ikan terumbu berdasarkan peranannya di perairan
Pulau Karya dan Pulau Harapan

Indeks Ekologi
Indeks ekologis yang terdiri dari indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman dan indek dominasi yang terdapat pada Tabel 1, menggambarkan
kombinasi ketiga indeks ekologi tersebut bahwa perbedaan jumlah individu tiap
spesies tidak terlalu berbeda nyata bila dibandingkan dengan keanekaragaman
jenisnya, komunitas ikan terumbu stabil karena fluktuasi tekanan lingkungan
terhadap kelangsungan hidup ikan-ikan terumbu tidak terlalu besar. Indeks
Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman ikan terumbu di perairan Pulau Karya
lebih tinggi dibandingkan perairan Pulau Harapan, namun Indeks Dominansi di
peairan Pulau harapan lebih besar dari pada perairan Pulau Karya.

14
Perbedaan keanekaragaman ikan terumbu pada terumbu karang buatan
dapat dilakukan dengan Uji Hutchinson yang dilengkapi dengan uji t dengan
peluang 95 % (α = 0,05) untuk membedakan nilai indeks keanekaragaman pada
masing-masing lokasi pengamatan. Perhitungan dilakukan dengan bantuan tabel
Pki yang dapat dilihat pada Lampiran 3 untuk membantu menghitung model
suksesi.
Model suksesi
Model Suksesi dari kedua stasiun pengamatan dapat dilihat model Mac
arthur memiliki nilai Dh terbesar dari ketiga model tersebut. Model nilai Dh yang
terendah yaitu model Preston.
Tabel 1
No
1

2

Hasil indeks ekologi dan model suksesi di perairan Pulau Karya dan
Pulau Harapan
Hasil
Indeks Ekologi
H’
E
C
Model suksesi
Dh Motomura
Dh Preston
Dh Mac Arthur

Pulau Karya

Pulau Harapan

3,94
0,90
0,02

3,81
0,83
0,03

0,7926
0,3624
0,9880

2,1647
2,1606
3,3620

Kondisi Fisika Kimia Perairan
Kondisi perairan Pulau Karya dan Pulau harapan masih tergolong baik
untuk keberlangsungan ekosistem berdasarkan Kepmen LH No.51 tahun 2004
untuk biota laut. Kondisi perairan di Pulau Karya dan Pulau Harapan dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2

Parameter kualitas perairan di Pulau Karya dan Pulau harapanpada
lokasi terumbu karang buatan menurut Dhani (2012) (Damar et al
Unpublished data)

Parameter

Satuan

Suhu
Salinitas
pH
DO
Ammonia
Nitrat
Ortofosfat

°C

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

Pulau Karya
Jan-11 Mei-11 Jun-11
28,00
28,00
30,00
29,00
32,00
32,00
8,01
8,14
7,00
6,30
6,50
0,212
0,308
0,048
0,138
0,025
0,008
0,007
0,005
0.005

Pulau Harapan
Jan-11 Mei-11 Jun-11
28
30
29
30
30
30
8.14
8.17
8
6.7
7.2
0.131
0.006
0.043
0.639
0.001
0.008
0.013
0.005
0.005

15
Pembahasan
Pulau karya terletak di kelurahan Pulau Panggang, sedangkan Pulau
Harapan terletak di kelurahan Pulau Harapan. Pulau Karya dan Pulau Harapan
dimanfaatkan sebagai daerah pemukiman. Pulau Karya memiliki jumlah
penduduk yang sedikit, akan tetapi di sekitar Pulau Karya berdekatan dengan
Pulau Panggang dan Pulau Pramuka yang memiliki jumlah penduduk yang cukup
tinggi yaitu menurut laporan tahunan dan bulanan perkelurahan tahun 2001-2002
Kepulauan Seribu kelurahan Pulau Panggang memiliki 4.264 orang dengan
kepadatan 367 orang/ha. Sedangkan kondisi di Pulau Harapan memiliki jumlah
penduduk 1.390 jiwa dengan kepadatan 208 orang/ha. Kondisi sekitar Pulau
Karya dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya keramba jaring apung kerapu dan
jaring tancap yang cukup banyak dibandingkan dengan Pulau Harapan.
Komposisi ikan berdasarkan famili tertinggi pada kedua stasiun
penyelaman adalah famili Pomacentridae dan Labridae. Famili Pomacentridae
merupakan kelompok ikan karang yang memiliki kelimpahan terbanyak dan
merupakan kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan (Adrim 1995).
Kelimpahan Pomacentridae sangat tinggi dibandingkan dengan famili lainnya.
Hal ini dimungkinkan karena adanya hubungan antara terumbu karang buatan.
Bentuk tubuh Pomancentridae yang kecil memanfaatkan karang buatan sebagai
tempat perlindungan. Ikan pomacentridae merupakan jenis ikan penetap (resident
species) dan memiliki tingkah laku teritorial sehingga jarang berkeliaran jauh dari
sumber makanan dan tempat berlindungnya (Romimohtarto dan Juwana 2001).
Pada penelitian lain pun terkait terumbu buatan pada daerah transplantasi karang
di Pantai Kuta, menemukan ikan dari famili Pomacentridae dengan kelimpahan
mencapai 47 % dari keseluruhan total ikan yang teramati. Famili Pomacentridae
memiliki keanekaragaman terbanyak dibanding yang lainnya dengan jumlah lebih
kurang 300 spesies ikan (Choat 1991).
Berdasarkan Gambar 6 dapat diperoleh informasi jumlah individu pada
stasiun penyelaman di Pulau Karya dan Pulau Harapan. Kedua stasiun
penyelaman memiliki persamaan yaitu adanya ikan Amblyglyphidodon curacao
yang lebih sering ditemui pada terumbu karang buatan. Hal ini disebabkan spesies
ini memiliki teritorial pada daerah terumbu karang, contoh lainnya adalah
Dischistodus prosopotaenia. Selain itu, ketersediaan alga penempel sebagai
makanannya juga menjadi daya tarik bagi famili Pomacentridae. Ikan dari famili
ini aktif di siang hari atau diurnal.
Kelimpahan ikan secara temporal di Pulau Karya dan Pulau Harapan
mengalami fluktuasi (Gambar 7). Wilayah terumbu buatan Pulau Karya
mengalami peningkatan grafik kelimpahan ikan terumbu terjadi pada bulan
September 2010, Mei 2011 dan April 2013. Pada Pulau Harapan kelimpahan ikan
terumbu mengalami peningkatan grafik terjadi pada bulan Maret 209, Mei 2009,
September 2010, Januari 2011, Mei 2011, Juni 2011 da April 2013 Sedangkan
pada bulan Juni 2011 terjadi penurunan pada Pulau Karya. Pada Pulau Harapan
penurunan grafik kelimpahan ikan terumbu terjadi pada bulan Juni 2009,
September 2009 dan Juni 2010 Kawasan Kepulauan Seribu mengalami musim
hujan mulai November hingga April, dengan dan Januari sebagai bulan terbasah,
sedangkan musim kemarau terjadi pada Mei hingga Oktober. Pada musim ini
Agustus merupakan musim terkering dan April-Mei, Oktober-November

16
merupakan musim pancaroba (Dishidros 1986) pada bulan Oktober hingga Maret
angin bertiup di kawasan ini. Arah angin antara barat daya dan barat laut yaitu
mempunyai kecepata 7-20 knot. Pada bulan Desember-Februari melebihi 20 knot.
Musim timur bertiup mulai Juni–September dengan kecepatan 7-15 knot
(Dishidros 1986)
Berdasarkan Gambar 8 diketahui bahwa kelimpahan ikan herbivora pada
daerah terumbu karang buatan merupakan ikan yang paling banyak di temukan
dan adanya simbiosis ikan-ikan herbivora pemakan biota-biota sesile termasuk
alga. Hal ini dapat dilihat dari kelimpahan ikan herbivora pada daerah
pengamatan di perairan Pulau Karya dan Pulau Harapan yang membantu
pertumbuhan karang dengan memakannya sehingga persaingan antara karang dan
alga berkurang. Di lokasi Pulau Karya terdapat pengaruh dari kegiatan
antropogenik rumah tangga dan kegiatan budidaya berupa sisa pakan yang tersisa,
yang diduga mengakibatkan banyaknya makro alga. Sehingga ikan herbivora
tertarik untuk mendiami terumbu buatan yang di tempeli alga. Menurut utami
(2010) berlimpahnya alga menandakan suatu perairan tersebut sedang mengalami
pemulihan dengan adanya biota yang menempel di terumbu buatan seperti alga
sebagai daya tarik ikan herbivora. Menurut Choat (1991) ikan herbivora berkaitan
dengan penyediaan jalur arus energi ke konsumen, terdapat implikasi dalam
kehidupan terumbu karang. Dinamika ikan herbivora ini memberikan efek pada
pola distribusi dan komposisi alga dalam ekosistem serta ikan herbivora dapat
memproyeksikan pola tingkah laku dan demografi dari ikan terumbu. Ikan-ikan
pemakan invertebrata mempunyai kecenderungan berlindung pada terumbu
karang. Ikan pemakan plankton lebih cenderung ditemukan dalam bentuk sebuah
kelompok besar pada saat mencari makanan (Kuiter 1992).
Ikan terumbu yang terdapat di kedua stasiun pengamatan terumbu buatan
sangat erat hubunganya dengan kondisi kesehatan karang, karena pada terumbu
karang yang baik akan menarik beberapa organisme terutama ikan terumbu dalam
jumlah yang lebih besar. Ikan merasa mendapatkan kenyamanan pada habitat
yang sesuai dengan fungsi dan perananya. Hal yang sama pun dipaparkan oleh
Maduppa et al. (2007), bahwa komunitas ikan terumbu pada terumbu karang
buatan lebih tinggi dibandingkan dengan kelimpahan ikan terumbu alami, akan
tetapi keanekaragaman komunitas ikan terumbu karang buatan lebih rendah pada
umumnya karena adanya jenis ikan yang dominan akibat ketertarikan pada
terumbu karang buatan.
Berdasarkan Gambar 9 diketahui bahwa kelompok jenis ikan terumbu pada
daerah pengamatan di kedua stasiun yang paling banyak ditemukan adalah
kelompok ikan Mayor (854 Individu). Ikan mayor merupakan ikan yang sering
muncul di suatu ekosistem terumbu karang dan berasosiasi baik sebagai penetap
maupun pelintas. Spesies ikan mayor pada umumnya berasal dari famili
Pomacentridae, Labridae, Scaridae, dan Pomacanthidae (English et al. 1994).
Ikan dari Famili Pomacentridae dan Labridae cenderung mendominasi struktur
komunitas ikan karang. Ikan-ikan terumbu dari famili Pomacentridae dan
Labridae merupakan ikan yang memiliki jumlah jenis terbanyak dan kelompok
yang dominan di perairan terumbu karang (Allen 2003). Kondisi yang sama pun
ditemukan pada penelitian oleh Suharsono (1996) yang menemukan bahwa
Pomacentridae dan Labridae merupakan suku ikan yang paling dominan di
Kepulauan Seribu baik dalam kelimpahan maupun kekayaan jenisnya. Jenis ikan

17
yang sering ditangkap oleh nelayan setempat adalah berasal dari famili
Serranidae, Lutjanidae, Caesionidae, Scaridae dan Siganidae. Beberapa jenis-jenis
ikan dari suku Pomacentridae, Chaetodontidae dan Labridae merupakan ikan
target ornamental (Hartati dan Edrus 2005). Menurut D’itri 1985 ikan yang
berenang di permukaan dan di tengah perairan yaitu sebagai tempat istirahat dan
tempat makan atau bagi ikan lainnya merupakan tempat berlindung dari predator.
Pulau Karya dan Pulau Harapan memiliki keanekaragaman yang hampir
sama, yaitu 3,94 dan 3,81. Menurut uji Hutchinson thitung< t tabel menunjukkan
bahwa keanekaragaman di kedua lokasi pengamatan tidak berbeda nyata.Nilai
keseragaman di Perairan Pulau Karya dan Pulau Harapan memiliki nilai 0,9 dan
0,81. Hal ini menunjukan bahwa keseragaman ikan di kedua stasiun tersebut
tinggi dan ekosistem berada dalam kondisi stabil.Tingkat dominansi di kedua
lokasi pengamatan adalah rendah (0,02 dan 0,03). Hal ini karena tidak adanya
spesies yang secara ekstrim mendominansi spesies lain.
Model distribusi kelimpahan ikan (Tabel 1) yang menggambarkan kondisi
perairan menunjukkan jarak kesesuaian (Distance Matusita=DH) terendah yaitu
Preston atau Log normal. Hal ini juga menggambarkan bahwa komunitas tersebut
memiliki potensi yang produktif dan adanya pembagian relung yang merata,
lingkungan stabil, sehingga mencirikan suatu komunitas yang seimbang
(equilibrium). Semakin kecil nilai Dh maka model tersebut yang paling sesuai
untuk diterapkan pada ekosistem di stasiun pengamatan. Ekosistem ini lebih
matang (mature) dengan besarnya intervensi faktor biotik. Interaksi antar
individu atau antar spesies dalam ekosistem tersebut lebih berperan nyata
dibandingkan faktor-faktor abiotik, kondisi ini diduga terjadi karena adanya algae
yang mempengaruhi kondisi struktur komunitas ikan terumbu. Penelitian Utami
(2010) menunjukkan bahwa suksesi pada ekosistem dipengaruhi oleh faktor
abiotik sedangkan kondisi terumbu karang di bulan April 2013 banyak
dipengaruhi oleh faktor biotik (Lampiran 3). Dari penelitian sebelumnya sampai
sekarang menunjukan menunjukkan bahwa tropik level yang ada di ekosistem
tersebut sudah baik (Magurran 1988).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kelimpahan famili dan spesies ikan terumbu tertinggi pada stasiun
pengamatan Pulau Karya dan Pulau Harapan adalah Pomacentridae
(Amblyglyphidodon curacao dan Pomacentrus lepydogenis) dan Labridae
(Cirrhilabrus cyanopleura). Ikan yang sering ditemukan pada wilayah artificial
reef pada dua stasiun berdasarkan trofic level adalah ikan herbivora. Kedua lokasi
pengamatan tidak berbeda nyata melalui uji Hutchinson. Model suksesi yang
sesuai yaitu model suksesi Preston berarti yang lebih mempengaruhi faktor biotik.

18
Saran
Perlu adanya penelitian mengenai kebiasaan makan dan mengetahui jenis
makanan ikan terumbu di kawasan ini sehingga didapatkan hubungan antara
kelimpahan ikan terumbu dengan persentase penutupan karang. Perlu ada
penelitian mengenai perkembangan makro algae yang menimbulkan menurunnya
kelangsungan hidup karang. Adanya pengontrolan dan perawatan pada artificial
reef baik terhadap kerusakan atau banyaknya makro algae sehingga pertumbuhan
karang lebih bagus dan tidak adanya ruang untuk persaingan.

DAFTAR PUSTAKA
Adrim M. 1995. Metodologi Penelitian ikan-ikan karang. Materi Pendidikan dan
Pelatihan Metodologi Penelitian Kondisi Terumbu Karang, P O LIPI dan
FKIP Universitas Mataram. Mataram. 82-90 p
Aktani U. 1990. Model Hubungan Antara Kondisi Terumbu Karang Dengan Ikan
Karang Di Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu. Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Allen G, Steene R, Humann P, DeLoach N. 2003. Reef fish identification:
Tropical Pacific. New world publications, Inc. USA.
Amanieu, 1981. dalam Utami 2010. Suksesi komunitas ikan karang pada lokasi
rehabilitasi terumbu karang di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor..
Bowden-Kerby, Austin. 2003. Coral Transplantation
and Restocking to
Accelerate The Recovery of Coral Reef Habitats and Fisheries Resouces
within No-Take Marine Protected Areas: Hands-On Approaches to
Support Community-Based Coral Reef Management
Choat JH. 1991. The Biology of Herbivorous Fishes on Coral Reef. In: Sale, P. F.
(ed) The Ecology of Fishes on Coral Reefs. Academic Press, Sydney.
Choat JH, Bellwood DR. 1991. Reef Fishes : Their History and Evolution. In :
The Ecology of Fishes on Coral Reef, Sale. P. F. Academic Press, San
Diego. United States.
Chou LM. 1997. Artificial reefs of Southest Asia – Do they enhance or degrade
the marine environment?. Environment Monitoring and Assessment 44:
45– 52.
Dhani RE. 2012. Struktur komunitas ikan terumbu secara spasial dan temporal
pada wilayah rehabilitasi karang kepulauan seribu. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Dinas Hidro-Oseanografi, TNI-AL.1986. Indonesia. Teluk Jakarta: Air Pelayaran
Ke Tajung Priok.Peta No. 414. Jakarta.
D’itri FM. 1985. Artificial Reef, Marine and Freshwater Aplication. Lewis
Publisher, Michigan. USA, 589p
English S C, Wilkinson V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine
Resources 2nd Edition. Australia Institut of Marine Science.Townville. hal
34-80.

19
Estradivari, Mardesyawati A, Santoso B, Setyawan E, Fadila 2009. Terumbu
Karang Jakarta. Jakarta (ID): Yayasan TERANGI.
Frose R dan
Pauly D. (Ed). 2008. FishBase. World Wide Electronic
Publication.http://fishbase.org/summary
Hartati, ST, Edrus IN. 2005. Komunitas ikan karang di perairan pantai pulau
Rakiti dan Pulau Taikabo, Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia. Hlm: 88-91. 11(2) :88-91
Hutomo, M. 1991. Teknologi Terumbu Buatan : Suatu Upaya Untuk
Meningkatkan Sumberdaya Hayati Laut. OSEANA, 16: 23-33
Kuiter CJ. 1992. Tropical Reef Fish of Western Pasific: Indonesia and Adjacent
Waters. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 314 hlm.
Ludwig JA dan Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: A Primer Methods And
Computing. Jhon Wiley & Sons. New York.xviii + 337 h.
Maduppa H, Subhan B, Bachtiar R, Ismet MS, Budikartini Y, Bria D. 2007.
Prospek terumbu buatan biorock dalam peningkatan sumberdaya ikan di
Kepulauan Seribu. Hal 68-80. In J. Jompa, I. Nezon, B. Sadarun, dan E.T.
Magurran, AE. 1988. Ecological diversity and its measurment. Princeton
University Press. New Jersey. 178 h
Rachmawati R. 2001. Terumbu Buatan (Artificial Reef). Pusat Riset Teknologi
Kelautan Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Perikanan dan
Kelautan Republik Indonesia.Indnesia. 50 hal.
Romimohtarto K, dan Juwana S. 2001. Biologi Laut: Ilmu pengetahuan tentang
biota laut. Djambatan. Jakarta.xii + 540 h
Suharsono. 1996. Jenis-jenis Karang yang Umum Dijumpai di Perairan Indonesia.
Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta
Utami TS. 2010. Suksesi komunitas ikan karang pada lokasi rehabilitasi terumbu
karang di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

20
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jenis ikan berdasarkan famili dan spesies
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11

12

13

Jenis Ikan
Aeoliscus strigatus
Apogon compressus
Apogonidae
Cheilodipterus quinquelineatus
Pristicon rhodopterus
Balistidae
Odonus niger
Blenidae
Salarias ceramensis
Caesio cuning
Caesionidae
Caesio terres
Chaetodon octofasciatus
Chaetodontidae
Chelmon rostratus
Ephipidae
Platax teira
Gobidae
Itigobius decoratus
Plectorhinchus orientalis
Haemulidae
Plectorinchus lineatus
Sargocentron cornutum
Holocentridae
Sargocentron punctatissimum
Bodianus mesothorax
Cheilinus fasciatus
Choerodon anchorago
Cirrhilabrus cyanopleura
Halichoeres biocellatus
Halichoeres chloropterus
Halichoeres chrysotaenae
Labridae
Halichoeres richmondi
Halichoeres hortulanus
Halichoeres leucurus
Hemiglyphidodon plagiometopon
Hemigymnus melapterus
Labroides dimidiatus
Thalassoma lunare
Lutjanus biguttatus
Lutjanus fulvilamma
Lutjanidae
Lutjanus fulvus
Lutjanus decussatus
Acreichthys tomensus
Monacanthidae
Pseudomonacanthus macrurus
Aeolistidae

Jumlah Individu
Pulau Karya Pulau Harapan
8
5
28
22
12
4
2
8
28
41
31
12
8
8
4
13
18
9
10
3
3
8
6
8
3
9
10
10
21
26
19
62
57
12
19
18
22
11
8
9
12
10
12
5
6
10
11
17
11
4
12
11
8
3
15
4
4

21
Lanjutan Lampiran 1
No
14
15
16

17

18

19
20
21
22
23

Jenis Ikan
Upneus tragula
Gymothorax javanicus
Scolopsis bilineata
Nemipteridae
Scolopsis margaritifera
Scolopsis monogramma
Chaetodontoplus mesoleucus
Pomacanthidae
Pomacanthus imperator
Abudefduf septemfasciatus
Abudefduf sexfasciatus
Abudefduf vaigiensis
Amblyglyphidodon batunai
Amblyglyphidodon curacao
Amblyglyphidodon semicinctus
Amphiprion akallopisos
Amphiprion clarkii
Amphiprion sandaracinos
Chromis ternatensis
Dischistodus perspicilatus
Disproctacantus xanthurus
Pomacentridae
Dischistodus prosopotaenia
Neoglyphidodon melas
Neoglyphido