Kajian Operasionalisasi E-Learning Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Perpustakaan Nasional RI

KAJIAN OPERASIONALISASI E-LEARNING
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

AHMAD MUSLIM

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Kajian Operasionalisasi
E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Nasional RI adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir Tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Ahmad Muslim
NIM G652110095

RINGKASAN
AHMAD MUSLIM. Kajian Operasionalisasi E-Learning Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Perpustakaan Nasional RI. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan
MEUTHIA RACHMANIAH.
Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar dan pusat ilmu pengetahuan
harus menerapkan informasi sesuai dengan perkembangan teknologi. Penerapan
Teknologi Informasi(TI) dapat mengubah pola kerja pustakawan di perpustakaan.
Pustakawan harus mampu mengembangkan kompetensinya salah satunya melalui
informal yaitu pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan Pelatihan Pusat
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengembangkan program e-Learning
dengan tujuan untuk mempercepat jumlah lulusan dengan kompetensi dalam
pengelolaan perpustakaan.
SCORM adalah kumpulan standar, pedoman dan spesifikasi untuk
membangun e-Learning menggunakan web sebagai media. SCORM membangun
komunikasi antara konten sisi klien untuk sistem host. Standar SCORM dibuat

dengan tujuan untuk memenuhi aspek usabilitas, accessible, dan interoperable
konten pembelajaran. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melihat kondisi e-Learning Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI yang ada saat ini.
Berdasarkan kondisi e-Learning tersebut akan menentukan apakah e-Learning
berbasis Moodle dapat dipergunakan untuk penyelenggaraan pelatihan.
Dilanjutkan dengan penelaahan rekomendasi e-Learning yang menggunakan
metode LTSA. Jika tidak terlaksana rekomendasi tersebut maka dilakukan
pengkajian tentang pembuatan prototipe desain e-Learning Pusdiklat dengan
menggunakan standar SCORM.
Hasil penelitian ini adalah e-Learning Diklat Perpustakaan Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Perpustakaan Nasional RI belum operasional dengan menggunakan
LTSA. E-Learning yang telah menggunakan standar SCORM berdasarkan hasil
penelitian ini dapat digunakan dan telah memenuhi aspek reuseable, accessible,
dan interoperable. Desain e-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Perpustakaan Nasional RI dengan menggunakan Standar SCORM merupakan
contoh yang sesuai untuk pengembangan e-Learning Pusdiklat Perpustakaan
Nasional. Operasionalisasi e-Learning Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI dapat
diimplementasikan dengan menggunakan aplikasi, sistem administrasi dan
manajemen pembelajaran/ Learning Management System (LMS) Moodle dan
standar SCORM sebagai salah satu standar e-Learning saat ini.

Kata kunci: e-Learning, Perpustakaan Nasional, SCORM

SUMMARY
AHMAD MUSLIM. The Study of the operationalization of E-learning in
education and training centre of National library of Indonesia. Supervised by
PUDJI MULJONO and MEUTHIA RACHMANIAH
As the centre of learning and science, a library should apply information in
accordance to the development of technology. The implementation of information
technology could change the librarians’ work system in a library. Librarians
should be able to develop their competencies through formal and informal
education. One of informal educations for librarian is conducted by the education
and training centre of national library of Indonesia. To support its training
program, national library develops e-learning system aimed to increase the
number of alumni with competencies in library management.
. SCORM is a collection of standards, guidelines and specifications to build
e-Learning using the web as a media. SCORM establishes communications
between client side content to the host system. SCORM standard is created with
the aim to meet the aspect of usability, accessible, and interoperability of a
learning content. The approach used in the research is observing the use of elearning in the training Center of National Library. The condition of the use of elearning will determine whether Moodle-based e-Learning can be used to support
the training. Then, it would be reviewed through e-learning recommendation

using LTSA. If the recommendations could not be implemented, an assessment of
a prototype design of the e-Learning in the training Center using SCORM
standard would be conducted
The findings of the research show that the use of e-learning in librarianship
trainings in Education and Training Center of the National Library using LTSA
has not been operationalized. Based on the findings of the research , the model
of e-Learning which has been using the SCORM standard could be used and met
the aspects of reuseability, accessibility, and interoperability. The design of ELearning in Education and Training Center of the National Library using SCORM
standards would be an appropriate model for the development of e-Learning in
education and Training Centre of the National Library. The operationalization of
e-learning in education and training centre of national library could be
implemented using the application, administration system, Learning Management
System (LMS) Moodle, and the SCORM standar as one of current standards of elearning.

Keywords: e-Learning, National Library, SCORM.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KAJIAN OPERASIONALISASI E-LEARNING
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

AHMAD MUSLIM

Tesis ini
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional
pada
Program Studi Magister Teknologi Informasi untuk
Perpustakaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji luar komisi pada Ujian Tesis : Ir Abdul Rahman Saleh, MSc

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah E-Learning,
dengan judul Kajian Operasionalisasi E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Perpustakaan Nasional RI.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi dan
Ibu Ir Meuthia Rachmaniah, M.Sc selaku komisi pembimbing yang telah banyak
memberi bimbingan dan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Dr Gardjito, MSc(Alm), Ibu Sri Marganingsih, SH dan Bapak Drs
Deni Kurniadi, MSi beserta pejabat struktural dan rekan-rekan pegawai Pusdiklat
Perpustakaan Nasional RI, yang telah membantu dan memotivasi selama
Pendidikan S2 IPB ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Baba,

Enyak, Umi Sayang dan Ozfa serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya tulis ini bermanfaat.

Bogor,

April 2015

Ahmad Muslim

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN


ix

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
2
2
3

2 TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teori
E-Learning
Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) Universitas Terbuka
Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment
Shareable Content Object Reference Models
Perangkat Authoring
Pendidikan dan Pelatihan bidang Kepustakawanan
Penelitian terdahulu (Road Map Penelitian)

3
3
3
5
7
7
12
13
14

3 METODE

Kerangka Berpikir
Pendekatan dan Kerangka Penelitian

14
14
15

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Evaluasi Rekomendasi LTSA Dilaksanakan Pusdiklat
Desain Prototipe e-Learning Diklat Kepustakawanan
Pembuatan Prototipe e-Learning Diklat Kepustakawanan
Analisis Kebutuhan
Membangun Prototipe e-Learning
Rekomendasi Operasionalisasi

17
17
19
22

29
29
30
35

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

36
36
36

DAFTAR PUSTAKA

37

LAMPIRAN

39

RIWAYAT HIDUP

58

DAFTAR TABEL
1 Sarana dan Prasarana e-Learning Diklat Kepustakawanan
2 Calon SDM Pengelola e-Learning Diklat Kepustakawanan
3 Kesimpulan dan Rekomendasi LTSA yang dilaksanakan Pusdiklat
Perpustakaan Nasional RI
4 Rancangan SCORM Content Model
5 Accessible Aplikasi e-Learning Diklat Kepustakawanan
6 Interoperable Aplikasi e-Learning Diklat Kepustakawanan
7 Reusable Aplikasi e-Learning Diklat Kepustakawanan

18
18
21
24
33
34
35

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Model LMS
Assets
Sharable Content Object
Content Aggregation
Launch, API, dan Data Model pada SCORM RTE
Langkah-langkah Penelitian
Rancangan Konten e-Learning
SCORM Run Time Environment
Struktur Kegiatan Pembelajaran
Sekuens dan Navigasi e-Learning Diklat Perpustakaan
Sekuens dan Navigasi e-Learning Pengantar Ilmu Perpustakaan
Tampilan SCORM Package Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan
Penggunaan Sistem Informasi Komputer

8
9
10
11
11
15
24
26
28
28
29
31
32

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner pengujian aplikasi e-Learning Diklat Kepustakawanan
2 Struktur Objek Pembelajaran e-Learning Diklat Teknis Pengelolaan
Perpustakaan
3 Tahapan instalasi LMS Moodle
4 Panduan e-Learning Diklat Pustaka
5 Kurikulum dan GBPP Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan
6 Rekomendasi e-Learning Diklat Perpustakaan

39
41
42
44
54
56

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan Teknologi Informasi (TI) berdampak positif bagi
perpustakaan. Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar dan pusat ilmu
pengetahuan dan informasi harus menerapkan TI yang sesuai dengan
perkembangan teknologi. Penerapan TI membuat perpustakaan mengubah pola
dan sistem kerjanya. Pengelolaan perpustakaan berawal dari secara tradisional dan
manual berkembang menggunakan teknologi.
Saat ini, sistem dan pola kerja perpustakaan sudah terotomasi. Beberapa
aplikasi TI perpustakaan telah digunakan dalam pengelolaan perpustakaan seperti
sistem pencarian koleksi bahan perpustakaan yang menggunakan On-line Public
Access Catalog (OPAC) dan sistem sirkulasi yang menggunakan sistem barcode.
Hal tersebut diharapkan dapat mempermudah bagi pemustaka dalam mencari
informasi dan pustakawan dalam bekerja. Perpustakaan yang terotomasi
menuntut pustakawannya dapat menggunakan teknologi informasi. Jika
Pustakawan tidak dapat menggunakan TI maka pengetahuan dan keterampilan
pustakawan tentang penggunaan TI perlu ditingkatkan.
Salah satu cara
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pustakawan tentang penggunaan TI
adalah dengan belajar mandiri, membaca buku-buku TI, atau dengan mengikuti
pendidikan dan pelatihan (diklat) perpustakaan dan teknologi informasi.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pada pasal
33 ayat 1-3 menyatakan tentang pendidikan dan pelatihan, pada ayat 1
dinyatakan Pendidikan untuk pembinaan dan pengembangan tenaga perpustakaan
merupakan tanggung jawab penyelenggara perpustakaan, 2 Pendidikan untuk
pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan
melalui pendidikan formal dan/atau nonformal, 3 Pendidikan untuk pembinaan
dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilaksanakan melalui kerja
sama Perpustakaan Nasional, perpustakaan umum provinsi, dan/atau perpustakaan
umum kabupaten/kota dengan organisasi profesi, atau dengan lembaga pendidikan
dan pelatihan. Dengan demikian diklat perpustakaan merupakan tanggung jawab
penyelenggara perpustakaan dan diperlukan kebijakan dari kepala perpustakaan
untuk melakukan pembinaan dan pengembangan tenaga perpustakaan ini.
Diklat dapat dilakukan dengan cara tradisional, yaitu belajar secara tatap
muka di kelas, atau dengan cara menggunakan sistem elektronik. E-Learning
merupakan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan jaringan internet
sebagai sarana penyampaian dimana bahan ajar diklat diubah ke format digital.
Proses pembelajaran e-Learning dilakukan guru dan peserta diklat di kelas yang
sama yaitu dunia maya meski pada waktu dan tempat yang berbeda.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat), Perpustakaan Nasional RI
sebagai lembaga pembina dan penyelenggara pendidikan dan pelatihan bidang
kepustakawanan telah melakukan pengembangan sistem e-Learning sejak tahun
2007, namun sampai saat ini belum juga dapat dilaksanakan karena menghadapi
kendala. Pada tahun 2010 Pusdiklat telah mengembangkan e-Learning sampai
pada tahapan pembuatan Learning Management System (LMS).

2
Beragamnya LMS yang dikembangkan pada saat ini mengakibatkan suatu
materi diklat pada susunan tertentu menjadi tidak compatible pada LMS yang
berbeda. Departemen of Defence (DoD) Amerika Serikat menyusun sebuah
standar agar materi pembelajaran dapat dijalankan di berbagai LMS. Standar
tersebut dikembangkan oleh Advanced Distributed Learning Network (ADL).
ADL mengintegrasikan beberapa pengembangan teknologi dari beberapa
organisasi yaitu Institute for Electrical and Electronic Engineers Learning
Technology Standard Commite (IEEE-LTSC), Aviation Industry CBT Commite
(AICC), IMS Global Consortium (IMS), ARIADNE menjadi sebuah referensi eLearning yang dinamakan Shareable Content Object Reference Model (SCORM).
SCORM merupakan kumpulan standar, petunjuk dan spesifikasi untuk
membangun e-Learning menggunakan web sebagai medianya. SCORM
membentuk komunikasi antara client side content dengan host sistem. Standar
SCORM dibuat dengan tujuan untuk memenuhi aspek reusable, accessible,
durable dan interoperable dari konten pembelajaran (Dodds, 2006)
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut.
1. Mengapa e-Learning Pusdiklat masih belum dilaksanakan?
2. Standar e-Learning manakah yang paling tepat yang dapat digunakan untuk
Pusdiklat?
3. Bagaimana mendesain e-Learning pusdiklat yang reuseable, accessible,
durable, dan interoperable?
Perumusan Masalah
Pada penelitian ini dirumuskan permasalahan yaitu:
1. Bagaimana kajian e-Learning Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI.
2. Bagaimana desain prototipe e-Learning Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI
yang reusable, accessible, dan interoperable?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
Membuat Desain Prototipe e-Learning Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI
yang reusable, accessible, dan interoperable.
2. Mengkaji kondisi e-Learning Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI.
3. Menyusun rekomendasi e-Learning Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI
dengan menggunakan standar SCORM.
1.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Memberikan ilmu pengetahuan, informasi dan kompetensi kepustakawanan
kepada peserta e-Learning.
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga perpustakaan dengan mengikuti
e-Learning diklat

3
3. Memberikan rekomendasi kepada Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI dalam
menyelenggarakan e-Learning dan menjadi pedoman bagi penyelenggaraan
e-Learning Diklat Kepustakawanan;
4. Memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
Ilmu Perpustakaan dengan semakin banyaknya orang yang dapat mempelajari
Ilmu Perpustakaan melalui e-Learning Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI.
Ruang Lingkup Penelitian
1.
2.
3.
4.

Dalam penelitian ini dibatasi dengan cakupan sebagai berikut:
Melakukan penilaian aplikasi e-Learning Pusdiklat, Perpustakaan Nasional.
Melakukan penelaahan rekomendasi e-Learning Pusdiklat Perpustakaan
Nasional dengan standar Learning Technology System Architecture (LTSA).
Membuat desain prototipe e-Learning dengan standar SCORM berdasarkan
hasil penelaahan e-Learning.
Membuat rekomendasi operasionalisasi e-Learning Pusdiklat Perpustakaan
Nasional RI.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teori
E-Learning
Electronic Learning menurut Clark dan Mayer (2008) didefinisikan sebagai
instruksi pembelajaran yang disampaikan menggunakan komputer dengan cara
menggunakan CD ROM, internet, atau intranet yang memiliki fitur konten yang
relevan dengan objek pembelajaran, menggunakan metode instruksional seperti
contoh dan praktik untuk membantu pembelajar, menggunakan media seperti kata
dan gambar dalam penyampaian konten dan metode, dalam bimbingan instruktur
(synchronous e-Learning) atau didesain untuk mandiri (asynchronous eLearning). Sebagai proses belajar secara elektronik, kata e-Learning menurut
Kathawala dan Wilgen (2004) dapat diartikan sebagai perangkat dan transfer
pengetahuan menggunakan teknologi menjadi semakin penting. Dari sudut
pandang terbatas maka e-Learning merupakan bagian dari distance learning
(Kathawala dan Wilgen 2004) sedangkan menurut Hornby (2010) dalam Oxford
Advanced Learner Dictionary, distance learning mengandung makna sistem
pendidikan yang menempatkan pelajar belajar di rumah dengan bantuan situs
internet, televisi dan program radio serta mengirimkan surat elektronik terkait
proses belajarnya kepada guru yang menjadi pemandunya.
Menurut Ivanescu P. et al. (2008) e-Learning adalah sebuah lingkungan
belajar yang terus berkembang didukung dengan meningkatnya
proses
kolaboratif, berfokus pada kinerja individu dan organisasi. E-learning yang efektif
tumbuh subur dengan menggunakan web, komunikasi, dan dokumen, serta alat
manajemen pengetahuan. Pendidikan yang ditawarkan dengan menggunakan
metode pengiriman elektronik seperti CD-ROM, video, konferensi, website dan email, sering digunakan dalam program pembelajaran jarak jauh.
Istilah e-Learning dapat diterapkan pada berbagai teknologi pendekatan
pembelajaran jarak jauh, istilah e-Learning akan digunakan untuk merujuk pada

4
pendekatan yang lebih kontemporer. Menurut Kumar dan Gulla (2011) secara
khusus, pendekatan yang menggunakan sistem berbasis web untuk membuat
pelatihan dan pengembangan kegiatan yang tersedia di desktop menggunakan
intranet atau platform berbasis internet. Berikut ini pendekatan pembelajaran
yang berbasis e-Learning:
a. Synchronous (instruktur dipimpin atau dibimbing) program pembelajaran eLearning yang dilaksanakan dengan adanya interaksi antara pelajar dengan
instruktur selama penelitian menggunakan email, chatting teknologi atau
forum. Menurut Effendi dan Zhuang (2005) synchronous merupakan tipe
pelatihan dimana proses pembelajaran terjadi pada saat yang bersamaan. Jadi
dengan sistem synchronous pelajar dengan pengajar diharuskan mengakses
internet- jika menggunakan internet.
b. Asynchronous (mandiri) program pelajaran berlangsung melalui prosedur
belajar mandiri dan peserta diklat yang akan menentukan cepat atau
lambatnya proses diklat.
Penyelenggaraan e-Learning memiliki banyak manfaat sehingga dapat
dijadikan alternatif yang tepat bagi lembaga yang ingin sukses dan efektif dalam
pelaksanaannya. Menurut Kathawala dan Wilgen(2004) e-Learning memiliki
manfaat yaitu efektifitas biaya, peningkatan produktivitas, penyesuaian waktu
belajar, waktu belajar lebih cepat, dan materi tepat waktu, dapat diandalkan,
konsisten dan terukur. Selama ini pada proses pembelajaran tradisional yang
bersifat klasikal, banyak kendala yang dihadapi dan dapat diminimalisasi dalam
pembelajaran dengan e-Learning.
Hal senada disampaikan oleh Effendi dan Zhuang (2005) penggunaan eLearning mempunyai keuntungan bagi peserta dan penyelenggara antara lain:
a. Biaya, penggunaan biaya untuk kegiatan e-Learning dapat dikurangi. Seperti
biaya transport pelatih, biaya menyewa ruang kelas, tidak perlu menyediakan
makan siang, peralatan tulis kantor dan LCD-Proyektor.
b. Fleksibilitas waktu, penyelenggara pendidikan dan pelatihan konvensional
kadang kesulitan untuk menyesuaikan waktu peserta diklat yang akan dilatih,
dengan e-Learning peserta diklat dapat menyesuaikan waktu belajarnya.
c. Fleksibilitas tempat, peserta dapat melaksanakan e-learning di rumahnya
yang memiliki akses internet tanpa harus datang ke kelas. Jika tempat
kegiatan ada di Jakarta, peserta datang dari Papua maka peserta tidak perlu
datang ke Jakarta.
d. Fleksibilitas kecepatan pembelajaran, peserta yang menentukan pembelajaran
lebih cepat atau biasa saja. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan cara dan
semangat peserta.
e. Standardisasi pengajaran
f. Efektifitas pengajaran
g. Kecepatan distribusi
h. Ketersediaan on-demand
i. Otomasi proses administrasi.
Selain keuntungan yang dapat diraih, e-Learning juga memiliki keterbatasan
sebagaimana yang dinyatakan oleh Effendi dan Zhuang (2005) yaitu budaya,
investasi, teknologi, infrastruktur dan materi.
E-learning pada dasarnya
tergantung pada teknologi perangkat keras komputer, perangkat lunak dan
jaringan yang digunakan. Semakin baik perangkat keras dan perangkat lunak

5
komputer bekerja, sistem e-Learning dapat menampilkan fitur yang lebih baik.
Perangkat lunak yang digunakan memiliki pengaruh pada kemudahan akses
informasi yang diberikan.
Berdasarkan pernyataan tersebut e-Learning adalah sistem pembelajaran
yang menggunakan media teknologi informasi, intranet atau internet, baik CDROM, video, konferensi, website dan e-mail. e-Learning sering digunakan dalam
program pembelajaran jarak jauh untuk mendukung proses belajar mengajar baik
secara synchronous maupun asynchronous.
Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) Universitas Terbuka
Universitas Terbuka (UT) merupakan perguruan tinggi negeri yang
menerapkan pendidikan jarak jauh di Indonesia. UT diresmikan pada tahun 1984
berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 41 Tahun 1984 tentang Pendirian
Universitas Terbuka. UT menerapkan sistem belajar jarak jauh dalam rangka
peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan pemerataan kesempatan
pendidikan tinggi yang berkualitas bagi warga negara Indonesia.
Tujuan pendirian UT diantaranya adalah untuk menyiapkan tenaga ahli
lulusan pendidikan tinggi yang dibutuhkan untuk pembangunan di Indonesia.
Selain itu, UT didirikan dengan maksud sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan yang luas bagi warga negara Indonesia dan warga
negara asing, di mana pun tempat tinggalnya, untuk memperoleh pendidikan
tinggi.
2. Memberikan layanan pendidikan tinggi bagi warga negara Indonesia yang
karena bekerja atau alasan lain tidak dapat melanjutkan pendidikannya di
perguruan tinggi.
3. Mengembangkan program pendidikan akademik dan profesional sesuai
dengan kebutuhan nyata pembangunan yang belum banyak dikembangkan
oleh perguruan tinggi lain.
Salah satu keuntungan UT menurut Suryadi (1984) adalah tidak adanya
migrasi dari desa ke kota oleh para mahasiswa. Para mahasiswa tetap di
lingkungan keluarga, pekerjaan dan masyarakatnya.
UT mempunyai visi yaitu menjadi institusi Perguruan Tinggi Terbuka Jarak
Jauh (PTTJJ) berkualitas dunia dalam menghasilkan produk pendidikan tinggi dan
dalam penyelenggaraan, pengembangan, dan penyebaran informasi PTTJJ.
Sedangkan misi
UT adalah menyediakan akses pendidikan tinggi yang
berkualitas dunia bagi semua lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan
berbagai program, mengkaji, dan mengembangkan sistem PTTJJ serta
memanfaatkan dan mendiseminasikan hasil kajian keilmuan dan kelembagaan
untuk menjawab tantangan kebutuhan pembangunan nasional.
Sistem pembelajaran yang diterapkan UT memungkinkan mahasiswa yang
tidak memperoleh kesempatan mengikuti sistem pendidikan tinggi tatap muka,
dapat mengikuti pendidikan tinggi secara fleksibel. Menurut Asrukin [tanpa
tahun] tanpa memandang kondisi mahasiswa, sistem belajar terbuka dan jarak
jauh yang diterapkan UT membantu pencapaian tujuan belajar karena:
1. tidak ada pembatasan jangka waktu penyelesaian studi dan tidak
memberlakukan sistem drop out;
2. tidak ada pembatasan, baik tahun kelulusan ijasah SLTA maupun umur;
3. waktu pendaftaran leluasa sepanjang tahun;

6
4. ruang, waktu, dan tempat belajar yang fleksibel sesuai dengan kondisi
mahasiswa;
5. penggunaan materi belajar multimedia, termasuk bahan belajar cetak baik yang
dilengkapi dengan kaset audio dan video/CD, CD-ROM, siaran radio dan TV,
maupun bahan belajar berbasis komputer dan internet.
Sistem perkuliahan belajar secara mandiri diterapkan dalam sistem
perkuliahan UT. Menurut Suryadi (1984) Sistem belajar mandiri dilakukan agar
mahasiswa dapat secara individual belajar dengan cara kreatif dan aktif
mencernakan (internalisasi) pengetahuan, sikap ataupun keterampilan. Adapun
kegiatan yang dilakukan antara lain membaca, mengerjakan sesuatu, berdiskusi
dalam suatu kelompok, baik sendiri ataupun dalam kelompok belajar maupun
kelompok tutorial sebagai bagian dari proses internalisasi. Proses belajar mandiri
ini telah dipersiapkan oleh UT dengan menyediakan bahan ajar yang dibuat
khusus untuk dapat dipelajari secara mandiri.
Sistem pembelajaran jarak jauh dikatakan menggunakan sistem yang luwes
dan terbuka dilakukan dengan maksud agar mahasiswa dapat melakukan transaksi
ilmu menggunakan berbagai media. Terbuka dapat diterjemahkan bahwa UT
terbuka bagi setiap warga negara Indonesia yang telah memiliki ijasah SMA tanpa
pembatasan usia dan lokasi di seluruh wilayah Indonesia.
Mahasiswa dapat menggunakan modul materi pembelajaran. Selain
menggunakan modul yang disediakan oleh UT, mahasiswa dapat memanfaatkan
perpustakaan, mengikuti tutorial baik secara tatap muka maupun melalui internet,
radio, dan televisi, serta menggunakan sumber belajar lain seperti bahan ajar
berbantuan komputer dan program audio/video. Apabila mahasiswa mengalami
kesulitan belajar, mahasiswa dapat meminta informasi tentang bantuan belajar
kepada Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) di
daerah.
UT dalam proses pembelajaran menggunakan sistem kredit semester (SKS)
untuk menetapkan beban belajar mahasiswa. Beban belajar yang harus
diselesaikan diukur dengan satuan kredit semester (SKS). Dalam pendidikan
tinggi tatap muka, mahasiswa yang mengambil beban studi satu SKS harus
mengikuti perkuliahan tatap muka selama satu jam per-minggu di kelas dan satu
jam untuk praktik, atau belajar di rumah, sehingga dalam satu semester mahasiswa
harus mengalokasikan waktu belajar sekitar 32 jam. SKS dalam sistem pendidikan
jarak jauh, mahasiswa juga harus mengatur waktu yang sama dengan mahasiswa
tatap muka (dua jam per-minggu per-SKS). Dalam pendidikan jarak jauh kegiatan
belajar lebih banyak dilakukan secara mandiri (belajar sendiri, belajar
berkelompok, atau tutorial).
Sistem kredit semester di Universitas Terbuka dalam situs
http://www.ut.ac.id/tentang-ut.html, dinyatakan bahwa satu SKS setara dengan
tiga modul cetak. Jika satu modul cetak yang terdiri atas 40 sampai dengan 50
halaman, maka modul dengan bobot empat sks berkisar antara 480-600 halaman.
Hal tersebut tergantung pada jenis mata kuliahnya. SKS dalam sistem
pembelajaran UT diacu dari penelitian bahwa kemampuan membaca dan
memahami rata-rata mahasiswa adalah 5-6 halaman per jam sehingga untuk
membaca dan memahami bahan ajar dengan bobot empat SKS diperlukan waktu
sekitar 100 jam (460-600 halaman dibagi 5-6 halaman). Jika dalam satu semester
terbagi menjadi 16 minggu, maka waktu yang diperlukan untuk membaca dan

7
memahami bahan ajar dengan bobot empat SKS adalah 100 jam dibagi 16
minggu, atau kurang lebih enam jam per-minggu.
Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment
Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment (Moodle) adalah
sistem pembelajaran jarak jauh berbasis elektronik. Moodle merupakan program
yang memungkinkan pengguna untuk membuat berbagai macam modul yang
dinamis dalam sebuah pembelajaran tertentu. Program ini dibangun dan
dikembangkan oleh Martin Dougiamas pada tahun 2002 untuk membantu para
pendidik dalam membangun pelatihan online yang interaktif dan kolaboratif
konten.
Moodle disebut sebagai sistem Course Management System (CMS), Learning
Management System (LMS), atau Virtual Learning Environment (VLE). Sistem
ini telah memberikan kemudahan bagi para pendidik yang ingin membangun dan
mengembangkan sebuah sistem pembelajaran yang dinamis. Moodle merupakan
sistem pembelajaran yang open source, atau dengan kata lain, dapat digunakan
secara terbuka tanpa harus membayar.
Moodle merupakan sistem pembelajaran elektronik yang banyak digunakan
sebagai sebuah LMS. Menurut Baskoro (2010) Moodle memiliki beberapa
keuntungan selain sifatnya yang open source. Moodle dapat digunakan untuk
pembelajaran dengan jumlah peserta yang besar, serta dapat digunakan dari
tingkat pendidikan dasar sampai tingkat lanjut dan bahkan untuk para praktisi
pendidikan non-formal. Moodle dapat digunakan untuk program pembelajaran
yang menggunakan sistem e-Learning secara utuh maupun sistem pembelajaran
hibrid atau blended yang menggabungkan e-Learning dengan sistem pembelajaran
tatap muka. Banyak kegiatan pembelajaran yang dapat didukung oleh Moodle.
Beberapa diantaranya adalah forum, wiki, dan database, atau untuk
menyampaikan pelajaran kepada siswa/mahasiswa (seperti SCORM2), sarana
pemberian tes dan koreksi nilai (tes, quiz, dan ujian).
Moodle dapat digunakan pada komputer dengan berbagai platform seperti
windows, linux, dan MAC. Moodle dapat digunakan dengan bahasa pemrograman
PhP untuk melakukan pengembangan berbagai tipe database SQL. Moodle
memiliki fitur-fitur yang dapat digunakan untuk mendesain pembelajaran on-line.
Seperti tampilan awal moodle, administrator, theme, akun anggota, pelatihan,
membuat kaitan situs youtube, chat/obrolan, unduh berkas, berita, kalender online, kuis/evaluasi on-line dan forum.
Shareable Content Object Reference Models
Shareable Content Object Reference Models (SCORM) merupakan salah
satu standar e-Learning yang dikembangkan oleh Advanced Distributed Learning
(ADL) untuk membuat pembelajaran menjadi lebih modern. Standardisasi ini
memungkinkan pertukaran objek pembelajaran antar-LMS. SCORM
didokumentasikan dan dikelola oleh ADL dari Amerika Serikat. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan standar umum yang akan memungkinkan
berbagi konten pembelajaran.
Menurut Dodds (2006) SCORM adalah kumpulan standar e-Learning.
Konten e-Learning berdasarkan standar SCORM dapat digunakan tanpa
perubahan meskipun ada perubahan perangkat keras dan perangkat lunak

8
lingkungan (daya tahan), dapat dijalankan dalam sistem operasi dan browser
lingkungan web (Interoperable), dapat mencari dan menemukan bila diperlukan
(Accessible) dan dapat digunakan untuk mengembangkan konten pembelajaran
baru (usabilitas).
Menurut Srimathi dan Srivasta (2008) standar SCORM merupakan standar
e-Learning yang berbasis Extensible Mark up Language (XML). Standar
SCORM dan spesifikasi yang berasal dari kerja sama yang dilakukan oleh
berbagai industri dan organisasi teknologi, termasuk IMS Global Consortium
(IMS), Institute For Electrical And Electronic Engineers Learning Technology
Standard Commite (IEEE-LTSC), Aviation Industry CBT Commite (AICC).
SCORM mendefinisikan kerangka kerja untuk aplikasi konten pembelajaran,
agregasi, dan kemasannya. SCORM juga mendefinisikan satu set persyaratan
kesesuaian untuk sistem yang akan disampaikan. SCORM telah dipengaruhi oleh
hal-hal
berikut
SCORM
2004 Content Agregate Models(CAM),
SCORM 2004 RunTime Environment(RTE), dan SCORM 2004 Senquecing and
Navigation(SN).
a. Learning Management System (LMS)
Learning management System (LMS) merupakan aplikasi perangkat lunak
yang terdiri atas fungsi-fungsi untuk mengelola pembelajaran, mengetahui
kemajuan peserta didik, dan interaksi peserta didik dengan pelatihan yang
dilakukan. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1, dalam Dodds (2006)
menunjukkan model sistem manajemen pembelajaran (LMS). LMS yang
menyediakan berbagai layanan seperti layanan profil pembelajar dan
manajemen konten pembelajaran.

Gambar 1 Model LMS ( Dodds, 2006)

b.

SCORM Content Aggregation Model
SCORM Content Aggregation Model sebagai bagian dari SCORM,
Dodds (2006) mendefinisikan Content Aggregation Model (CAM) merupakan

9
sarana pedagogis netral perancang dan pelaksana instruksi untuk sumber
belajar. Sumber belajar adalah setiap penyajian informasi yang digunakan
untuk mendukung pengalaman belajar. Pengalaman belajar terdiri atas
kegiatan yang didukung oleh sumber belajar elektronik atau non-elektronik.
Proses menciptakan dan memberikan pengalaman belajar melibatkan
penciptaan, penemuan dan agregasi aset elektronik sederhana yang menjadi
sumber belajar lebih kompleks dan kemudian mengorganisir sumber-sumber
belajar menjadi urutan yang ditetapkan untuk pengiriman. SCORM CAM
mendefinisikan metode teknis untuk mencapai proses ini.
SCORM CAM terdiri atas:
1. Assets
Assets merupakan kumpulan bangunan yang utama dan representasi
elektronik dari media seperti teks, audio, audiovisual, objek penilaian atau
bagian data yang dioleh oleh web dan ditampilkan ke peserta didik. Dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 assets (Dodds. 2006)
2. Sharable Content Object
Sharable Content Object (SCO) merupakan kumpulan dari satu atau
lebih Asset yang menggunakan SCORM RTE untuk berkomunikasi
dengan LMS. SCO berkomunikasi dengan LMS menggunakan aplikasi
program antarmuka IEEE ECMAScript. SCO adalah level terendah dari
objek pembelajaran yang dapat ditelusuri oleh LMS jika menggunakan
SCORM RTE. SCO merupakan unit informasi minimum yang dapat
diambil ke konten LMS. SCO dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.

10

Gambar 3 SCO (Dodds, 2006)
3. Content Aggregation
Content aggregation (CA) merupakan peta (struktur konten) yang
dapat digunakan untuk keseluruhan sumber daya pembelajaran ke dalam
perpaduan sebuah unit instruksi (modul, course) penerapan struktur
taksonomi asosiasi belajar. Struktur konten mendefinisikan representasi
taksonomi sumber belajar. Sebuah konten agregasi dapat menjadi
referensi meta-data konten agregasi yang memungkinkan untuk pencarian
dan penemuan dalam repositori online, sehingga meningkatkan peluang
untuk digunakan kembali. Content Aggregation dapat dilihat pada Gambar
4 berikut ini.

Gambar 4 Content Aggregation (Dodds, 2006)
4. Metadata merupakan representasi pemetaan dan direkomendasikan
menggunakan IEEE LTSC Objek Metadata elemen untuk masing-masing
komponen SCORM Content Model. Metadata memberikan panduan yang

11

a)
b)

c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

akan diterapkan sebagai Assets, SCOs dan Content Aggregations. Ada
sembilan kategori elemen dari metadata yaitu:
Kategori General : informasi umum yang menggambarkan sumber daya
secara keseluruhan.
Kategori Lifecycle : fitur yang berkaitan dengan sejarah dan kondisi saat
ini sumber daya dan orang-orang yang telah memengaruhi sumber daya ini
selama evolusinya.
Kategori Meta-metadata : informasi tentang catatan metadata itu sendiri.
Kategori Technical: persyaratan sumber daya teknis dan karakteristiknya.
Kategori Educational: karakteristik sumber daya pendidikan dan
pedagogik.
Kategori Rights: hak dan kondisi penggunaan untuk sumber daya
kekayaan intelektual.
Kategori Relation : fitur yang menentukan hubungan antara sumber daya
dan sumber daya lainnya yang ditargetkan.
Kategori Annotation: memberikan komentar tentang penggunaan pendidikan, sumber dan informasi tentang kapan dan oleh siapa komentar diciptakan.
Kategori Classification : menjelaskan letak sumber daya ini berada dalam
sistem klasifikasi tertentu.

c. SCORM Run-Time Environment
SCORM Run Time Environment (RTE) dalam Dodds (2006) menjelaskan
mekanisme umum peluncuran konten objek, mekanisme komunikasi umum
antara konten objek dan LMSs, dan model data umum untuk melacak
pengalaman pelajar dengan konten objek. Ketiga aspek Run-Time
Environment adalah Launch, Application Program Interface (API) dan Data
Model dapat diilustrasikan pada Gambar 5
LEARNING MANAGEMENT SYSTEM
Server LMS

Client side
Browser
Data model
Actual data sent
back and fort
between SCO
and LMS

launch
ASSET
SCO

API
adapter

API (comunication link
Between LMS and SCO)
Gambar 5 Launch, API dan Data Model pada SCORM RTE (Dodds, 2006)

12
Berdasarkan Gambar 5 dapat didefinisikan sebagai berikut.
1. Launch
Launch mendefinisikan cara umum LMS untuk memulai pembelajaran
berbasis sumber daya web. Mekanisme ini mendefinisikan prosedur dan
tanggung jawab terjalinnya komunikasi antara sumber belajar yang
disampaikan dengan LMS. Protokol komunikasi dibakukan melalui
penggunaan API umum.
2. Application Programming Interface (API)
API merupakan mekanisme komunikasi untuk menginformasikan LMS
dari sumber belajar (misalnya, diinisialisasi, selesai atau dalam kondisi
error), dan digunakan untuk mendapatkan dan pengaturan data (misalnya,
skor, batas waktu, dll) antara LMS dan sharable content Object (SCO).
3. Data Model
Data model merupakan satu set standar elemen data yang digunakan untuk
menentukan informasi yang dikomunikasikan, seperti status dari sumber
belajar. Data model dalam bentuk yang paling sederhana adalah data.
d. SCORM Sequencing And Navigation
SCORM Sequencing And Navigation (SN) menjelaskan cara untuk
mengkodekan strategi sekuensing tertentu dalam XML. Dalam Dodds (2006)
SCORM SN menggambarkan tanggung jawab LMSs untuk sequensing konten
objek pada saat run-time. Dalam konteks SCORM, Konten objek yang dapat
berkomunikasi selama run-time, atau Asset yang tidak berkomunikasi saat
run-time. SCORM SN menggambarkan bagaimana informasi sequencing
dapat diterapkan untuk menentukan berbagai strategi sequencing, informasi
bagaimana sequencing adalah ditafsirkan pada saat run-time untuk membuat
evaluasi sequencing dan bagaimana permintaan navigasi. Model Konten
SCORM terdiri atas komponen-komponen berikut. Assets merupakan
representasi elektronik dari media, seperti teks, gambar, suara, benda penilaian
atau bagian lain dari data yang dapat diberikan oleh klien web dan disajikan
kepada peserta didik. Lebih dari satu assets dapat dikumpulkan bersama-sama
untuk membangun assets lainnya.
Perangkat Authoring
Perangkat authoring merupakan aplikasi perangkat lunak yang digunakan
untuk menghasilkan konten web. Menurut Al Shawkani (2009) authoring tool di
definisikan sebagai sebuah program yang membantu pengguna menulis
menggunakan hypertext atau aplikasi multimedia dan memungkinkan pengguna
untuk membuat aplikasi hanya dengan menghubungkan antara objek, seperti
paragraf teks, ilustrasi, atau lagu. Perangkat authoring dapat membantu pengguna
untuk menghasilkan konten web melalui fungsi prompt, alert, cek, dan laporan.
Perangkat lunak Authoring yang juga dikenal sebagai Authorware merupakan
aplikasi yang dapat membantu menulis hypertext atau multimedia. Perangkat
authoring biasanya memungkinkan untuk membuat aplikasi hanya dengan
menghubungkan paragraf teks, ilustrasi, atau lagu. Biasanya perangkat authoring
memerlukan pengetahuan teknis dan digunakan secara eksklusif untuk aplikasi
yang menyajikan campuran tekstual, grafis, dan audio data.

13
Perangkat authoring e-learning memungkinkan pengguna untuk
mengembangkan konten digital dari berbagai macam media untuk menghasilkan
konten digital yang interaktif
dan professional. Pengguna juga dapat
menggunakan kembali elemen-elemen digital yang sudah digunakan dari suatu
mata ajar untuk membuat mata ajar lainnya. Hal ini sangat mendukung percepatan
pengembangan konten untuk dapat mengikuti dinamika perubahan sistem belajar
mengajar. Dengan perangkat authoring tersebut return on investment
(pengembalian investasi) komponen yang telah dibuat oleh programer di luar atau
dari sumber-sumber desain grafis akan lebih cepat diperoleh.
Perangkat authoring e-Learning dibutuhkan untuk mengembangkan konten
digital yang disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat mengikuti dinamika
perubahan sistem pembelajaran (custom conten). Penggunaan perangkat
authoring, konten digital dapat diubah menjadi berbagai macam variasi bentuk
publikasi seperti CD, LMS, HTML, Zip, PodCast sehingga lebih meluas
jangkauannya.
Exelearning merupakan salah satu perangkat authoring yang digunakan untuk
pembuatan konten berbasis SCORM. Exelearning, perangkat authoring yang
bersifat open source dan gratis sehingga dapat membantu pengembang konten eLearning dalam mengelola konten e-learning.
Pendidikan dan Pelatihan bidang Kepustakawanan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pada pasal 33
dinyatakan bahwa pendidikan untuk pembinaan dan pengembangan tenaga
perpustakaan merupakan tanggung jawab penyelenggara perpustakaan. Tenaga
perpustakaan dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan bidang Kepustakawanan
yang merupakan tanggung jawab penyelenggara perpustakaan. Hal tersebut
merupakan implementasi dari definisi pustakawan itu sendiri yang terdapat pada
pasal 1 yaitu pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta
mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan pengelolaan dan
layanan perpustakaan.
Pustakawan yang mengikuti pendidikan dan atau pelatihan, dengan demikian
pustakawan akan memiliki kompetensi yang dapat digunakan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengelola perpustakaan.
Pustakawan seharusnya mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan agar ilmu yang
dimiliki dapat terus berkembang. Apalagi jika terkait dengan teknologi informasi
yang berkembang sangat cepat.
Diklat bidang Kepustakawanan dilaksanakan oleh penyelenggara diklat baik
di pusat maupun di daerah. Pelaksana diklat perpustakaan di pusat adalah
Perpustakaan Nasional RI yang ditugaskan pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan
sedangkan pelaksana tugas penyelenggara diklat di daerah pada Badan Diklat
Provinsi yang dapat bekerja sama dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Perpustakaan Nasional RI.
Diklat yang dilaksanakan saat ini masih menggunakan sistem tradisional
berbentuk klasikal sehingga jika ingin memberikan pendidikan dan pelatihan
pustakawan di Indonesia maka membutuhkan waktu yang tidak singkat. Hal ini
dapat diperhitungkan jika perpustakaan sekolah di Indonesia memiliki kepala
perpustakaan sekolah dan satu sekolah memiliki satu pustakawan berdasarkan

14
data satuan pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2012
maka akan dibutuhkan sebanyak 290.000 orang untuk menjadi kepala
perpustakaan seluruh Indonesia. Jika setiap tahun hanya menyelenggarakan Diklat
Kepustakawanan rata-rata sebanyak empat angkatan atau 120 orang
Penyelenggaraan e-Learning diklat akan sangat membantu pencapaian target
agar pengelola perpustakaan dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan
perpustakan atau menjadi pustakawan. Para peserta diklat tidak perlu datang ke
Jakarta. Hemat biaya, hemat sarana, efektif, dan proses belajar dapat lebih terarah.
Penelitian terdahulu (Road Map Penelitian)
Penelitian tentang e-Learning telah ada sebelumnya. Beberapa penelitian
sebelumnya dilakukan terkait dengan portal e-Learning menggunakan SCORM
adalah penelitian yang dilakukan oleh Srimathi dan Srivatsa (2008) dalam
penelitiannya Design Of Virtual Learning Environment Using SCORM Standards
dalam Journal of Theoritical and Applied Information Technology 2005-2008
yang memaparkan tentang desain LCMS dalam lingkup SCORM yang digunakan
untuk menyatukan beberapa group LMS yang berbeda dan dapat bekerja pada eLearning.
Penelitian lain dilakukan Palupi (2012) Analisis dan Desain e-Learning Diklat
Teknis Pengelolaan Perpustakaan menggunakan Standar Learning Technology
System Architecture (IEEE P1484.1) tujuan penelitian ini adalah melakukan
Analisis dan Desain e-Learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan
menggunakan Standar Learning Technology System Architecture (IEEE
P1484.1/D11,2002-11-28). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah melihat kondisi e-Learning Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan yang
ada saat ini kemudian untuk dibandingkan dengan hasil analisis layer-layer yang
ada pada dokumen standar LTSA IEEE.
Kanisiastirin (2012) dalam penelitiannya Pengembangan E-Learning
PPPPTK Seni Dan Budaya Yogyakarta Mengacu SCORM bertujuan untuk
mengembangkan sistem e-Learning yang memenuhi standar SCORM khususnya
pada sisi konten agar dapat diintegrasikan ke berbagai LMS atau sistem eLearning yang sudah mendukung SCORM. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mengkonversi konten-konten yang belum mengacu SCORM
menjadi konten yang berbasis SCORM menggunakan tool yang berbasis open
source (berupa prototype bahan ajar untuk Diklat Produktif Kria Keramik).
Konten paket yang susun akan dikemas dalam format Zip yang berisi banyak asset
dan sebuah file IMSManifest.xml. Konten tersebut kemudian di-upload ke sistem.
Pemanfaatan standar SCORM pada sistem e-Learning PPPPTK Seni dan Budaya
akan memberi nilai tambah dan memiliki keunggulan kompetitif.

3 METODE
Kerangka Berpikir
E-Learning merupakan salah satu bentuk pembelajaran jarak jauh yang
menggunakan media elektronik. Berkembangnya teknologi informasi salah satu
dampaknya adalah berkembang e-Learning dengan pesat. Banyak Learning
Management System (LMS) yang dibuat untuk meningkatkan kinerja e-Learning.

15
Namun setiap LMS mempunyai spesifikasi masing-masing yang berbeda satu
dengan yang lainnya.
Penyelenggaraan e-Learning Diklat bidang Kepustakawanan
sangat
dibutuhkan untuk mendukung peningkatan kualitas dan sertifikasi para
pustakawan. Dengan dilaksanakan e-Learning Diklat maka peserta diklat tidak
perlu datang ke Jakarta mengikuti pendidikan dan pelatihan secara konvensional.
Penyelenggaraan e-Learning dengan menggunakan standar SCORM akan
memberikan kemudahan dalam pemutakhiran konten walaupun menggunakan
hardware yang berbeda, pengajar yang berbeda dan perangkat operasi yang
berbeda.
Pendekatan dan Kerangka Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat
kondisi e-Learning Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI yang ada saat ini.
Berdasarkan kondisi e-Learning tersebut akan menentukan apakah e-Learning
berbasis Moodle dapat dipergunakan untuk penyelenggaraan pelatihan. Setelah
itu, dilanjutkan dengan penelaahan rekomendasi e-Learning yang menggunakan
metode LTSA. Jika tidak terlaksana rekomendasi tersebut maka akan dilakukan
pengkajian tentang pembuatan prototype Desain e-Learning Pusdiklat dengan
menggunakan standar SCORM. Penelitian ini dilaksanakan melalui serangkaian
proses penelitian sebagaimana Gambar 6 berikut ini.
Mulai
Studi Pustaka
Penilaian e-Learning Pusdikat
yang sudah ada

Apakah
Rekomendasi eLearning dengan
LTSA
diterapkan?

ya

yaApakah
Pusdiklat eLearning
operasional?

tidak

ya

tidak

Desain e-Learning Standar SCORM
Pembuatan Prototipe e-Learning Standar SCORM
Uji Prototipe e-Learning Standar SCORM
Rekomendasi Operasionalisasi

Gambar 6 Langkah-langkah penelitian

Selesai

16
Berdasarkan Gambar 6 tersebut maka langkah-langkah penelitian sebagai berikut.
1. Studi Pustaka untuk memahami tentang e-Learning, Moodle, SCORM, dan
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Perpustakaan.
2. Melakukan penilaian terhadap sistem e-Learning Pusdiklat berbasis Moodle
yang ada. Penilaian terhadap kesiapan penyelenggaraan e-Learning diklat
tersebut dalam hal calon peserta diklat, sarana dan prasarana, calon SDM
pengelola, kurikulum, pengajar, konten e-Learning, learning management
system, situs website Pusdiklat, kebijakan pengembangan e-Learning, serta
perangkat pendukung lainnya yang digunakan untuk mendukung
penyelenggaraan e-Learning.
3. Mengkaji Rekomendasi e-Learning dengan standar LTSA.
a. Jika e-Learning LTSA masih dapat dikembangkan, maka penelitian ini
akan dilanjutkan pada Operasionalisasi e-Learning Diklat Teknis
Pengelolaan Perpustakaan yang sesuai dengan standar LTSA.
b. Jika rekomendasi tidak diterapkan maka dilanjutkan maka penelitian ini
akan dilanjutkan pada pembuatan
Desain e-Learning Diklat
Kepustakawanan dengan menggunakan standar SCORM.
4. Operasionalisasi e-Learning Pusdiklat
a. Penelitian ini menelaah operasionalisasi e-Learning Pusdiklat. Jika ya
maka penelitian ini dilanjutkan membandingkan dengan hasil uji prototipe
SCORM.
b. Jika e-Learning Pusdiklat tidak operasional maka dilanjutkan maka
penelitian ini akan dilanjutkan pada pembuatan Desain e-Learning Diklat
Kepustakawanan dengan menggunakan standar SCORM.
5. e-Learning Diklat Kepustakawanan tidak dapat menerapkan rekomendasi
LTSA dan tidak dapat digunakan secara operasional maka penelitian ini
dilanjutkan pada pembuatan Desain e-Learning Diklat Kepustakawanan
dengan menggunakan standar SCORM meliputi:
a. Analisis Kebutuhan;
b. SCORM Content Aggregation Model ;
c. SCORM Run Time Environment;
d. SCORM Sequencing and Navigation.
6. Pembuatan prototipe SCORM dengan skema:
a. Identifikasi kebutuhan pemakai yang paling mendasar;
b. Membangun prototipe;
c. Menggunakan prototype;
d. Merevisi dan meningkatkan prototipe;
e. Jika prototipe lengkap menjadi sistem yang dikehendaki, proses iterasi
dihentikan.
7. Uji Prototipe
Pengujian e-Learning Diklat Kepustakawanan dengan mengirimkan kuesioner
pengujian aplikasi e-Learning Diklat Kepustakawanan pada responden,

17
responden dipilih secara purposive, berasal dari tenaga perpustakaan yang
telah mengikuti Diklat Perpustakaan untuk melihat aspek:
a. Accessible
b. Reuseable
c. Interoperable
8. Rekomendasi Operasionalisasi e-Learning Pusdiklat Perpustakaan Nasional
RI.
9. Selesai.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini mengulas mengenai kondisi e-Learning Diklat Kepustakawanan yang
ada saat ini dan mengevaluasi rekomendasi Learning Technology System
Architecture (LTSA) dilaksanakan oleh Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI.
Kemudian akan dibuat desain e-Learning Pusdiklat dengan menggunakan
SCORM dan dijabarkan operasionalisasi e-Learning pusdiklat. Rekomendasi
operasionalisasi disusun agar proses pelaksanaan e-Learning Diklat
Kepustakawanan dapat dijalankan dengan baik dan sistematis.
Kondisi E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Saat ini penyelenggaraan e-Learning Diklat Kepustakawanan belum berjalan
namun masih berada pada tahap perencanaan. Observasi kondisi saat ini dilakukan
untuk melihat kesiapan penyelenggaraan e-Learning Dik