Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) Sebagai Antioksidan
PENENTUAN FRAKSI AKTIF EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI
(Psidium guajava) SEBAGAI ANTIOKSIDAN
TRI HIDAYATI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak
Daun Jambu Biji (Psidium guajava) sebagai antioksidan adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Tri Hidayati
NIM G44100038
ii
ABSTRAK
TRI HIDAYATI. Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium
guajava) sebagai Antioksidan. Dibimbing oleh IRMA HERAWATI SUPARTO
dan WULAN TRI WAHYUNI.
Ekstrak daun jambu biji mempunyai kandungan metabolit sekunder yang
berperan aktif sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh.
Penelitian ini bertujuan menetapkan fraksi aktif ekstrak daun jambu biji yang
berperan mengurangi radikal bebas dari 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).
Aktivitas antioksidan ditentukan berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh dari nilai
penangkapan radikal bebas DPPH. Sampel diekstraksi menggunakan pelarut etil
asetat, metanol dan etanol 70% (v/v) untuk memperoleh ekstrak kasar. Hasil
penelitian menunjukkan simplisia daun jambu biji mengandung flavonoid, tanin,
alkaloid, saponin, dan steroid. Standar kontrol positif antioksidan yang digunakan
adalah asam askorbat dan kuersetin. Ekstrak kasar yang mempunyai aktivitas
antioksidan paling kuat adalah ekstrak etanol 70% (v/v). Fraksionasi ekstrak etanol
70% (v/v) dengan kolom kromatografi menghasilkan 7 fraksi. Fraksi dengan
aktivitas antioksidan teraktif adalah fraksi ke 3. Nilai IC50 ekstrak dan fraksi teraktif
etanol 70% (v/v) masih lebih rendah dari pada standar yang digunakan, tapi
termasuk mempunyai aktivitas sangat kuat karena nilainya kurang dari 50 mg/L.
Kata kunci: antioksidan, DPPH, fraksionasi, IC50, daun jambu biji
ABSTRACT
TRI HIDAYATI. Determination of Active Fraction of Psidium guajava Leaves
Extract as Antioxidants. Supervised by IRMA HERAWATI SUPARTO and
WULAN TRI WAHYUNI.
Guava leaves extract contains secondary metabolites with their active role as
antioxidants and free radicals scavengers in the body. This study was to determine
active fraction of guava leaves extract as antioxidant. The antioxidant activity was
determined based on the IC50 values obtained from 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
(DPPH) free radical scavenging assay. Samples were extracted using ethyl acetate,
methanol, and 70% ethanol. The results showed that guava leaves simplicia contained flavonoids, tannins, alkaloids, saponins, and steroids. Ascorbic acid and
quercetin were used as positive control in the antioxidant assay. Extract of 70%
ethanol showed the highest antioxidant activity. Fractionation by column chromatography resulted seven fractions, the fraction with highest antioxidant activity was
the 3th fraction. The IC50 value of most active fractions of 70% ethanol was lower
than the standards, yet it is categorized as very strong activity for the value of being
below 50 mg/L.
Keywords: antioxidant, DPPH, fractionation, guava leaves, IC50
ii
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan penulisan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa seizin IPB
ii
PENENTUAN FRAKSI AKTIF EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI
(Psidium guajava) SEBAGAI ANTIOKSIDAN
TRI HIDAYATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
ii
iii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya
ilmiah dengan judul Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium
guajava) sebagai Antioksidan. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang
dilaksanakan di Laboratorium Anorganik dan Laboratorium Analitik, Departemen
Kimia IPB, serta Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka (PSB) IPB, yang
dilaksanakan mulai bulan April 2014 sampai bulan Januari 2015.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung dan membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya
ilmiah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih kepada Ibu Dr
dr Irma Herawati Suparto, MS selaku pembimbing I dan Ibu Wulan Tri Wahyuni,
SSi, MSi selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan arahan, masukan,
dorongan semangat dan do’a kepada penulis selama pelaksanaan penelitian. Terima
kasih kepada staf Laboratorium Anorganik dan staf Laboratorium Analitik,
Departemen Kimia IPB, serta staf Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, IPB yang
telah memberikan banyak bimbingan dan bantuan kepada penulis selama
pelaksanaan penelitian.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman satu bimbingan
Fahmi Luthfie, Ignasius Setiadi, Fatia Izzaty, dan Nadia Ulfa atas bantuan dan
dukungannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ayah, Ibu, Kakak, Adik dan seluruh temanteman kimia angkatan 47 lainnya yang senantiasa memberikan dukungan, kasih
sayang dan do’a kepada penulis. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan bangsa.
Bogor, April 2015
Tri Hidayati
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
2
2
2
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Simplisia Daun Jambu Biji
Ekstraksi Daun Jambu Biji
Uji Aktivitas Ekstrak Daun Jambu Biji
Fraksionasi Ekstrak Teraktif
5
5
6
7
9
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
11
11
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
14
v
DAFTAR TABEL
1 Hasil uji fitokimia simplisia daun jambu biji
2 Data rendemen dan IC50 ekstrak daun jambu biji
3 Nilai rendemen dan aktivitas antioksidan fraksi ekstrak etanol 70% (v/v)
6
8
11
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Daun jambu biji
1
Ekstrak kasar metanol, etil asetat, dan etanol 70% (v/v)
7
Hubungan antara konsentrasi dengan nilai %inhibisi
7
Mekanisme pengkapan radikal bebas DPPH
8
Profil noda eluen tunggal untuk pencarian eluen terbaik
9
Profil spot pencarian eluen terbaik
10
Hubungan konsentrasi dengan nilai % inhibisi hasil fraksionasi etanol 70%
(v/v)
10
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Diagram alir penelitian
Data penentuan nilai IC50 ekstrak kasar daun jambu biji
Data nilai IC50 asam askorbat dan standar kuersetin
Data nilai IC50 fraksi ekstrak etanol 70% (v/v)
14
15
18
20
vi
1
PENDAHULUAN
Jambu biji merupakan tanaman obat tradisional yang potensial dan tersedia
melimpah di alam. Tanaman tropis ini banyak dibudidayakan dan dapat beradaptasi
dengan berbagai kondisi lingkungan. Daun jambu biji (Gambar 1) sebagai
biofarmaka mempunyai khasiat farmakologis antara lain antioksidan, antidiare,
antiradang, antibakteri, antikanker, antihipertensi, antivirus dan penambah
trombosit (Daud et al. 2011). Menurut Porwal et al. (2012), daun jambu biji
mengandung flavonoid dan tanin yang memiliki aktivitas aktif sebagai anti-radang,
antioksidan dan antimikrob. Menurut Joseph et al. (2011), Daud et al. (2011), dan
Mesah (2013) khasiat daun jambu biji yang sangat potensial salah satunya adalah
sebagai antioksidan.
Gambar 1 Daun jambu biji (Joseph et al. 2010)
Antioksidan diperlukan tubuh untuk menangkap radikal bebas. Reaksi antara
radikal bebas dan molekul di sekitarnya dapat berlangsung terus menerus dalam
tubuh dan bila tidak dihentikan, maka akan berpotensi menimbulkan berbagai
penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, dan penyakit degeneratif
lainnya (Harnly et al. 2006).
Hasil uji aktivitas antioksidan pada daun jambu biji menggunakan 1,1-difenil2-pikrilhidrazil (DPPH) menunjukkan hasil yang positif. Penelitian Daud et al.
(2011) menunjukkan nilai aktivitas penangkapan radikal bebas (IC50) fraksi
heksana, etil asetat, dan air ekstrak etanol 70% (v/v) daun jambu biji, berturut-turut
35, 29, dan 42 mg/L. Menurut Zuhra (2008), suatu senyawa dikatakan bersifat
antioksidan sangat kuat apabila mempunyai nilai IC50 kurang dari 50 mg/L, kuat
apabila IC50 50−100 mg/L, sedang antara 100 dan 150 mg/L, serta lemah apabila
IC50 antara 150 dan 200 mg/L. Hasil penelitian Daud et al. (2011) menunjukkan
bahwa daun jambu biji mempunyai potensi yang sangat kuat sebagai antioksidan
terutama pada fraksi etil asetatnya yang mempunyai nilai IC50 29 mg/L.
Penelitian ini menggunakan 3 macam pelarut untuk ekstraksi daun jambu biji,
yaitu etil asetat, metanol, dan etanol 70% (v/v). Pelarut etil asetat dipilih
berdasarkan penelitian Daud et al. (2009) yang melaporkan bahwa fraksi etil asetat
mempunyai aktivitas antioksidan terbaik. Pelarut metanol dipilih berdasarkan pada
penelitian yang dilakukan Mesah (2013) yang menentukan aktivitas antioksidan
ekstrak metanol daun jambu bij. Sementara itu, pelarut etanol digunakan oleh
Indriani (2006), dan ekstrak etanol 70% (v/v) daun jambu biji dilaporkan
mempunyai aktivitas antioksidan terbaik. Menurut Porwal et al. (2012), pelarut
2
metanol dan etanol adalah pelarut yang cocok untuk mengekstraksi senyawa
antioksidan dari daun jambu biji.
Khasiat daun jambu biji sebagai antioksidan dapat distandardisasi dengan
mengidentifikasi kandungan senyawa aktif antioksidan. Fraksi teraktif terlebih
dahulu perlu diketahui, dan ditentukan kandungan metabolit sekundernya baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Menurut Kusumawati (2004), senyawa aktif
yang menjadi penciri (marker) pada ekstrak daun jambu biji adalah kuersetin yang
merupakan salah satu golongan flavonoid. Kuersetin diduga kuat sebagai
antioksidan menurut Powal et al. (2012), sehingga pada penelitian ini digunakan
standar kuersetin sebagai pembanding aktivitas antioksidan. Penelitian ini
bertujuan menentukan aktivitas antioksidan daun jambu biji dengan mengetahui
fraksi terbaik yang berpotensi sebagai antioksidan.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan April 2014 hingga bulan Januari 2015.
Penelitian bertempat di Laboratorium Anorganik dan Laboratorium Analitik,
Departemen Kimia IPB, serta Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka (PSB), IPB.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas simplisia daun jambu biji dari PSB,
metanol p.a, etanol p.a, etil asetat p.a, n-heksana p.a, DPPH, asam askorbat (vitamin
C), serbuk Mg, amil alkohol, NH4OH, H2SO4, pereaksi Mayer, pereaksi
Dragendorf, kloroform p.a, pereaksi Lieberman Burchard, FeCl3 1%, akuades,
serbuk silika gel 60 (0.040-0.063 mm), wol kaca. Alat yang digunakan pada
penelitian ini terdiri atas tanur, cawan porselen, pembakar bunsen, alat-alat kaca,
neraca analitik, oven, penguap putar, kromatografi lapis tipis (KLT) G60 F254, kolom
kromatografi, lempeng 96-sumur (96-well plate), dan perangkat enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA).
Metode Penelitian
Alur penelitian secara umum dapat dilihat pada Lampiran 1. Simplisia daun
jambu biji ditentukan mutunya berdasarkan kadar air dan kadar abunya. Simplisia
kemudian diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol, etil
asetat, dan etanol 70% (v/v). Ekstrak yang diperoleh diuji aktivitas antioksidannya
dengan menggunakan metode DPPH. Ekstrak dengan aktivitas antioksidan
tertinggi, diuji kandungan fitokimianya dan difraksionasi menggunakan
kromatografi kolom. Fraksi-fraksi yang diperoleh kemudian diuji lagi aktivitas
3
antioksidannya dengan metode DPPH untuk mendapatkan fraksi yang mempunyai
aktivitas terbaik.
Preparasi Sampel
Daun jambu biji sebagai bahan baku sampel harus bebas dari penyakit,
biasanya diambil yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, yaitu sekitar 4−5
lembar dari pucuk daun. Daun segar dikeringkan dalam oven selama 2 jam
kemudian digiling agar menjadi simplisia dengan ukuran ≥ 40 mesh. Kadar air dan
kadar abu ditentukan dengan menggunakan metode AOAC (2007).
Penentuan Kadar Air (AOAC 2007)
Cawan porselen dikeringkan di dalam oven pada suhu 105−110 oC selama
30 menit dan ditimbang hingga diperoleh bobot konstan. Sebanyak 2 g sampel
ditimbang, lalu diletakkan ke dalam cawan tersebut. Cawan berisi sampel
dipanaskan dalam oven pada suhu 105−110 oC selama 3−4 jam, kemudian
didinginkan di dalam desikator selama 30 menit. Setelah itu, cawan berisi sampel
ditimbang bobotnya. Tahap ini diulang hingga diperoleh bobot konstan. Kadar air
dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Bobot air
Kadar air (%) =
× 100%
Bobot sampel awal
Penentuan Kadar Abu (AOAC 2007)
Cawan porselen dikeringkan dalam oven selama 30 menit pada suhu
100−105 ºC, kemudian dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 600 oC selama 30
menit dan didinginkan di dalam desikator, cawan ditimbang hingga bobotnya
konstan. Sebanyak 2 g sampel ditimbang di dalam cawan tersebut, lalu cawan berisi
sampel dibakar menggunakan pembakar bunsen hingga tidak berasap selama
kurang lebih 20 menit, dilanjutkan dengan pengabuan di dalam tanur pada suhu 600
ºC sampai terabukan sempurna. Abu sampel didinginkan di dalam desikator dan
ditimbang sampai bobot konstan. Kadar abu dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
Bobot abu
Kadar abu (%) =
× 100%
Bobot sampel kering
Ekstraksi Simplisia
Serbuk simplisia masing-masing sebanyak 100 g diekstraksi dengan cara
maserasi dalam 1 L metanol, etil asetat, dan etanol 70 % selama 3×24 jam.
Penggunaan 3 pelarut yang berbeda kepolaran tersebut bertujuan memisahkan
kelompok senyawa berdasarkan kepolarannya serta menentukan pelarut terbaik
untuk ekstraksi senyawa antioksidan dalam daun jambu biji. Filtrat dipisahkan dari
residu kemudian dipekatkan dalam penguap putar hingga menjadi pasta atau kering.
4
Uji Fitokimia (Harborne 1987)
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan golongan senyawa di
dalam sampel daun jambu biji yang akan diuji aktivitasnya.
Uji Flavonoid
Sebanyak 0.5 g simplisia ditambahkan dengan 10 mL air panas kemudian
dididihkan selama 5 menit dan disaring. Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian 0.5 g serbuk Mg, 1 mL HCl pekat, dan 1 mL amil alkohol ditambahkan.
Campuran dikocok kuat-kuat. Uji positif ditandai dengan munculnya warna merah,
kuning, jingga pada lapisan amil alkohol.
Uji Alkaloid
Sebanyak 0.5 g simplisia diekstraksi dengan 10 mL kloroform dan beberapa
tetes NH4OH pekat. Ekstrak disaring ke dalam tabung reaksi tertutup, lalu dikocok
sambil menambakan 10 tetes H2SO4 2 M. Lapisan asam dipindahkan ke dalam
tabung reaksi lain, kemudian diteteskan pada lempeng tetes untuk ditambahkan
pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendrorf. Uji positif ditandai dengan berturutturut munculnya endapan berwarna putih, cokelat, dan merah jingga.
Uji Terpenoid dan Steroid
Sebanyak 0.5 g simplisia dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (50 ºC)
selama 1 jam, lalu filtrat disaring. Residunya ditambahkan eter, kemudian filtrat
yang diperoleh ditambahkan dengan 3 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes asam
sulfat pekat secara berurutan (pereaksi Lieberman-Burchard). Larutan dikocok
perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Uji positif ditandai dengan terbentuknya
warna merah atau ungu untuk triterpenoid serta biru atau hijau untuk steroid.
Uji Tanin
Sebanyak 0.5 g simplisia dilarutkan dengan 10 mL air panas, dididihkan
selama 5 menit, lalu disaring. Ke dalam filtrat lalu ditambahkan 10 mL FeCl3 1%/
Uji positif ditandai dengan munculnya warna hitam atau biru tua.
Uji Saponin
Sebanyak 0.1 g simplisia ditambahkan 10 mL air panas, kemudian disaring.
Filtrat dikocok selama 10 menit dengan keadaan tertutup. Terbentuknya buih yang
stabil menunjukkan ekstrak mengandung saponin.
Uji Antioksidan dengan DPPH
Larutan stok DPPH 50 mg/L dibuat tepat sebelum digunakan dengan
melarutkan serbuk DPPH dalam etanol. Ekstrak pekat simplisia dibuat dengan
konsentrasi 80, 40, 20, 10, 5, 2.5, 1.25, 0.625, dan 0.3125 mg/L dengan metode
pengenceran bertahap. Larutan vitamin C dan kuersetin sebagai kontrol positif
dibuat dengan konsentrasi 40, 20, 10, 5, 2.5, 1.25, 0.625, dan 0.3125 mg/L.
Sebanyak 100 µL ekstrak daun jambu biji dan 100 µL larutan stok DPPH
ditambahkan ke dalam sumur masing-masing,kemudian diinkubasi pada suhu 37
5
ºC selama 30 menit pada ruangan yang gelap. Setelah itu, absorbans diukur pada
panjang gelombang 517 nm. Perlakuan yang sama dilakukan juga untuk kontrol
positif. Absorban masing-masing diukur 3 kali ulangan. Ekstrak yang mempunyai
aktivitas antioksidan paling tinggi difraksionasi menggunakan kromatografi kolom.
Aktivitas penangkapan radikal bebas ditentukan dengan rumus
Aktivitas penangkapan radikal bebas =
A DPPH - A sampel
× 100 %
A DPPH
Keterangan: A = Absorbans
Fraksionasi Menggunakan Kromatografi Kolom
Eluen terbaik untuk fraksionasi ditentukan terlebih dahulu (Houghton dan
Raman 1998). Ekstrak teraktif daun jambu biji ditotolkan pada pelat KLT sebanyak
20 kali. Pelat KLT yang digunakan adalah plat jenis silika gel G60F254 berukuran
panjang 10 cm dan lebar 1 cm. Setelah kering, totolan dielusi dengan eluen tunggal
kloroform, metanol, etanol, dan etil asetat. Noda hasil elusi diamati dengan bantuan
sinar UV 254 dan 366 nm. Eluen yang menghasilkan noda terbanyak dan terpisah
secara baik, dipilih sebagai eluen terbaik. Jika terdapat 2 eluen yang dapat
memisahkan noda dengan baik, maka kedua eluen tersebut dicampurkan dengan
nisbah tertentu untuk mendapatkan campuran eluen terbaik.
Sebanyak 2.5 g ekstrak simplisia difraksionasi menggunakan kromatografi
kolom dengan eluen terbaik menggunakan sistem gradien berundak. Eluat yang
dihasilkan ditampung dalam tabung-tabung vial yang telah diberi nomor dengan
volume masing-masing 5 mL. Eluat yang diperoleh kemudian diuji spotnya
menggunakan KLT dengan eluen terbaik setiap 5 tabung reaksi. Noda pemisahan
dilihat dengan bantuan sinar UV 254 dan 366 nm. Eluat yang memiliki noda
pemisahan dengan nilai Rf dan pola yang sama digabungkan menjadi 1 fraksi.
Fraksi-fraksi ini kemudian diuji lagi aktivitas antioksidannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Simplisia Daun Jambu Biji
Daun jambu biji yang telah dikeringkan dan digiling menjadi simplisia,
mempunyai kadar air 5.80 % dan kadar abu 7.07 %. Menurut Farmakope Herbal
Indonesia, kadar air dan abu yang diperbolehkan untuk simplisia daun jambu biji
berturut-turut adalah di bawah 10 % dan 9%. Kadar air simplisia yang dianggap
aman sebagai bahan baku adalah kurang dari 10 %. Kadar air yang lebih rendah
dari 10 % dapat mempertahankan sampel dari serangan mikrob, sehingga sampel
lebih awet dan dapat disimpan dalam waktu lama (Budijanto et al. 2010). Kadar air
juga digunakan untuk mengevaluasi rendemen ekstrak dan fraksi daun jambu biji.
Sementara kadar abu menunjukkan kandungan senyawa mineral yang ada dalam
simplisia.
6
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif kandungan
metabolit sekunder dalam daun jambu biji. Hasil uji menunjukkan bahwa simplisia
mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan
steroid, tetapi tidak mengandung triterpenoid. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan
hasil uji sebelumnya oleh Indriani (2006) dan Lutfhie (2014), sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 1. Tumbuhan yang sama dapat mempunyai kandungan
metabolit sekunder yang berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi karena beberapa faktor,
antara lain faktor lingkungan, umur tanaman saat dipanen, waktu panen, serta
kegiatan pasca panen (Dewoto 2007).
Tabel 1 Kandungan fitokimia simplisia daun jambu biji
Metabolit
Hasil
sekunder
penelitian ini Indriani (2006)
Lutfhie (2014)
Flavonoid
+
+
+
Alkaloid
+
Tanin
+
+
+
Saponin
+
+
+
Terpenoid
+
Steroid
+
+
+
Kosong: tidak diuji
Ekstraksi Daun Jambu Biji
Simplisia daun jambu biji diekstraksi dengan 3 pelarut yang berbeda, yaitu
metanol, etil asetat, dan etanol 70% (v/v) dengan metode maserasi. Metode
maserasi untuk menghindari adanya kerusakan pada komponen senyawa yang tidak
tahan terhadap panas. Ekstraksi dilakukan dengan mencampurkan 1 L pelarut
dengan 100 g simplisia daun jambu biji, kemudian dimaserasi selama 3×24 jam.
Pemilihan 3 pelarut dengan kepolaran berbeda bertujuan memisahkan senyawa
metabolit sekunder berdasarkan kepolarannya dan memilih pelarut yang paling baik
dalam mengekstraksi metabolit sekunder dalam daun jambu biji. Pemilihan
didasarkan pada kriteria rendemen serta nilai aktivitas antioksidan yang tinggi pada
konsentrasi yang kecil.
Rendemen ekstrak pekat metanol, etil asetat dan etanol 70% (v/v), berturutturut adalah 13.25%, 6.69%, dan 18.25%. Rendemen ekstrak etanol 70% (v/v)
paling tinggi, simplisia daun jambu biji lebih banyak mengandung senyawa yang
mempunyai sifat kepolaran dekat dengan kepolaran etanol 70% (v/v). Etanol 70%
(v/v) mempunyai kepolaran antara etanol dan air.
Gambar 2 menunjukkan bahwa ketiga ekstrak pekat mempunyai warna dan
konsistensi yang berbeda. Ekstrak metanol berwarna kehitaman, berupa padatan
yang kasar dan kering. Ekstrak etil asetat berwarna kehijauan, lembut, dan sedikit
lengket membentuk pasta. Ekstrak etanol 70 % berwarna kecokelatan, lengket, dan
keras.
7
a
b
c
Gambar 2 Ekstrak kasar daun jambu biji yang telah dipekatkan, terdiri atas ekstrak
metanol (a), ekstrak etil asetat (b), dan ekstrak etanol 70% (v/v) (c)
Uji Aktivitas Ekstrak Daun Jambu Biji
Penapisan konsentrasi setiap ekstrak daun jambu biji dilakukan pada 80, 40,
20, 10, 5, 2.5, 1.25, 0.625, dan 0.3125 mg/L. Nilai persen inhibisi radikal bebas
DPPH, yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
nilai peredaman atau penangkapan radikal bebas DPPH semakin meningkat
(Gambar 3). Nilai persen inhibisi ketiga ekstrak beragam untuk konsentrasi yang
sama. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan aktivitas penangkapan radikal bebas
dari ketiga ekstrak. Nilai persen inbihisi ekstrak metanol dan etanol 70% (v/v) tidak
jauh berbeda (kurva hampir berimpit), sebab kepolaran kedua pelarut tersebut tidak
jauh berbeda. Ekstrak metanol dan etanol 70% (v/v) mampu mereduksi hampir 50%
radikal bebas pada selang konsentrasi 10 sampai 20 mg/L. Ekstrak etil asetat
menunjukkan nilai persen inhibisi yang paling rendah dan baru mereduksi 50%
radikal bebas pada kisaran konsentrasi 40 mg/L (Gambar 3)
120
Metanol
Etil Asetat
Etanol 70%
Asam askorbat
kuersetin
100
%inhibisi
80
60
40
20
0
0
20
40
60
80
100
Log konsentrasi (mg/L)
Gambar 3 Aktivitas penangkapan radikal bebas ekstrak kasar daun jambu biji dan
kontrol positif.
Nilai persen inhibisi vitamin C dan kuersetin sebagai kontrol positif sangat
tinggi pada konsentrasi yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa vitamin C dan
kuersetin jauh lebih baik dalam menangkap radikal bebas. Keduanya telah
mereduksi 50% radikal bebas pada konsentrasi di bawah 5 mg/L. Persen inhibisi
pada standar vitamin C stabil setelah konsentrasi 20 mg/L (Gambar 3). Hal ini
8
menandakan kondisi jenuh, yang di dalamnya semua radikal DPPH telah tereduksi.
Radikal bebas DPPH akan tereduksi menjadi senyawa difenil pikrilhidrazina,
melalui pengikatan 1 elektron H oleh atom N yang elektronnya tidak berpasangan
(Gambar 4). Hal ini ditandai dengan adanya perubahan warna ungu DPPH menjadi
kuning (Molyneux 2004).
Gambar 4 Mekanisme pengkapan radikal bebas DPPH (Molyneux 2004)
Nilai IC50 merupakan parameter utama aktivitas antioksidan yang ditentukan
dengan mengevaluasi nilai persen inhibisi. Nilai IC50 yang diperoleh menunjukkan
bahwa ekstrak etanol 70% (v/v) mempunyai aktivitas antioksidan yang paling baik,
karena mempunyai nilai IC50 yang paling kecil di antara ekstrak yang lain dan
mempunyai rendemen tertinggi (Tabel 2). Ekstrak metanol dan etanol 70% (v/v)
mempunyai aktivitas antioksidan yang tidak jauh berbeda dan dapat dikatakan
sangat kuat aktivitasnya karena memberikan nilai IC50 kurang dari 50 mg/L (Zuhra
2008). Namun, aktivitas antioksidan pada kontrol positif yaitu asam askorbat dan
standar kuersetin masih lebih baik. Kuersetin digunakan sebagai standar
pembanding karena menurut Porwal et al. (2012) dan Joseph et al. (2011), senyawa
ini termasuk salah satu senyawa antioksidan golongan flavonoid dalam daun jambu
biji. Menurut Farmakope Herbal Indonesia, kuersetin merupakan senyawa penciri
yang dimiliki oleh daun jambu biji. Penentuan nilai IC50 ekstrak daun jambu biji
serta standar asam askorbat dan kuersetin terdapat pada Lampiran 2 dan 3.
Tabel 2 Rendemen dan IC50 ekstrak kasar daun jambu biji
Ekstrak
Rendemen (%b/b)
IC50 (mg/L)
Metanol
6.69
10.00
Etil asetat
13.25
27.29
Etanol 70% (v/v)
18.25
8.29
Asam askorbat
1.25
Kuersetin
2.95
Uji fitokimia dilakukan lagi pada ekstrak teraktif untuk mengetahui secara
kualitatif golongan senyawa yang kemungkinan berperan sebagai antioksidan.
Berdasarkan hasil uji fitokimia ekstrak etanol 70% (v/v) sebagai ekstrak teraktif
terbukti mengandung golongan senyawa flavonoid dan tanin. Menurut Porwal et al.
(2012), kedua golongan senyawa tersebut memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Flavonoid menurut Sharon et al. (2013) mempunyai sifat sebagai antioksidan
karena mengandung gugus hidroksil yang bersifat sebagai reduktor serta dapat
9
bertindak sebagai donor hidrogen untuk radikal bebas. Senyawa golongan tanin,
menurut Hagerman (2002) memiliki peranan biologis yang kompleks mulai dari
pengendapan protein, hingga pengkelatan logam serta berfungsi sebagai
antioksidan biologis.
Fraksionasi Ekstrak Teraktif
Ekstrak teraktif difraksionasi metode kromatografi kolom, dengan terlebih
dahulu menentukan eluen terbaik. Eluen tunggal yang digunakan, yaitu metanol.
etanol, etil asetat dan kloroform. Hasil elusi menunjukkan bahwa kloroform
memisahkan noda terbanyak, sementara. metanol dan etil asetat dapat memisahkan
noda dengan keterpisahan yang jelas (Gambar 5). Pemilihan eluen terbaik
dilakukan dengan mengkombinasikan campuran kloroform:etil asetat dan
kloroform:metanol dengan nisbah 1:9 sampai 9:1.
a
b
c
d
Gambar 5 Noda KLT ekstrak teraktif degan fase gerak etanol (a), etil asetat (b),
kloroform (c), dan metanol (d)
Hasil elusi campuran menunjukkan distribusi noda pada kombinasi
kloroform:etil asetat umumnya lebih baik dari pada distribusi noda pada kombinasi
kloroform:metanol (Gambar 6). Eluen terbaik pada pencampuran kloroform:etil
asetat terlihat pada komposisi 8:2, sementara pada pencampuran kloroform:metanol
terlihat pada komposisi 6:4.
Fraksionasi ekstrak teraktif menggunakan kromatografi kolom menggunakan
elusi step gradien. Kombinasi eluen dipilih berdasarkan dari urutan kepolarannya
dari yang kurang polar sampai yang paling polar dari 3 eluen tunggal terbaik,
dengan komposisi sebagai berikut, etil asetat:kloroform (1:1), kloroform,
kloroform:metanol (1:1), dan metanol. Komposisi eluen dipilih berdasarkan hasil
elusi eluen campuran yang tidak jauh berbeda. Ketiga eluen diharapkan agar etil
asetat dan kloroform dapat memisahkan senyawa semipolar sedangkan metanol
diharapkan memisahkan senyawa polar.
10
(a)
(b)
Gambar 6 Profil noda pencarian eluen terbaik dengan pencampuran kloroform:
metanol (a) dan kloroform:etil asetat (b) dengan komposisi dari kiri ke
kanan masing-masing 1:9 sampai 9:1
Hasil fraksionasi menggunakan kromatografi kolom menghasilkan 7 fraksi.
Fraksi yang diperoleh mempunyai nilai rendemen mencukupi untuk diuji aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH, namun tidak mencukupi untuk uji kuantitatif
kadar flavonoid dan tanin. Nilai rendemen tertinggi diperoleh oleh fraksi ke lima
dengan bobot fraksi 0.4647 g. Perhitungan nilai rendemen fraksi etanol 70% (v/v)
terdapat pada Lampiran 2.
%inhibisi
120
Fraksi 1
Fraksi 2
Fraksi 3
Fraksi 4
Fraksi 5
Fraksi 6
Fraksi 7
100
80
60
40
20
0
0
200
400
600
800
1000
1200
Log konsentrasi (mg/L)
Gambar 7 Ativitas penangkapan radikal bebas hasil fraksionasi ektrak etanol 70%
(v/v)
Nilai persen inhibisi fraksi menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasinya maka penangkapan radikal bebasnya semakin meningkat. Setiap
fraksi menunjukkan adanya aktivitas penangkapan radikal bebas yang berbeda
untuk setiap konsentrasi yang sama. Fraksi 3 dan 4 mempunyai aktivitas
penangkapan radikal bebas yang lebih tinggi dibandingkan fraksi lain pada
konsentrasi yang sama (Gambar 7). Hal ini menunjukkan bahwa fraksi 3 dan 4
sangat potensial sebagai antioksidan.
11
Tabel 3 Nilai rendemen dan aktivitas antioksidan fraksi ekstrak etanol 70% (v/v)
Fraksi
Rendemen
IC50 (mg/L)
Rf
fraksi (% b/b)
1
3.17
84.94
0.26, 0.69, 0.79,
0.88, 0.91
2
2.85
115.76
0.19, 0.34, 0.63,
0.75, 0.81, 0.89
0.16,
0.44, 0.6, 0.81
3
1.42
17.45
0.06, 0.31
4
3.67
17.91
0.38, 0.69, 0.84
5
19.57
138.14
0.34, 0.83
6
2.68
111.97
0.09,
0.43, 0.63
7
3.08
382.37
Ekstrak etanol
18.25
13.96
70% (v/v)
Nilai IC50 hasil fraksinonasi ekstrak etnol 70% (v/v) digunakan sebagai
perameter utama aktivitas antioksidan. Fraksi 3 dan 4 mempunyai aktivitas
antioksidan sangat kuat karena mempunyai nilai IC50 kurang dari 50 mg/L (Tabel
3). Nilai IC50 antara fraksi 3 dan 4 tidak jauh berbeda, kemungkinan keduanya
mempunyai komponen senyawa yang sama atau hampir sama. Fraksi 1 mempunyai
aktivitas antioksidan kuat karena nilai IC50 antara 50 dan 100 mg/L, dan fraksi 2, 5,
6 termasuk sedang dengan IC50 antara 100 dan 150 mg/L, sedangkan fraksi 7 tidak
mempunyai potensi sebagai antioksidan karena nilai IC50 lebih dari 200 mg/L
(Zuhra 2008). Penentuan nilai IC50 terdapat dalam Lampiran 4. Fraksi yang
mempunyai aktivitas teraktif adalah fraksi ke tiga dengan nilai IC50 sebesar 17.45
mg/L.
Nilai aktivitas antioksidan hasil fraksionasi etanol 70% (v/v) menunjukkan
adanya penurunan dibandingkan dengan nilai aktivitas ekstrak kasar etanol 70%
(v/v). Hal ini dapat disebabkan karena adanya interaksi antara senyawa tertentu
dalam ekstrak kasar yang memberikan pengaruh sinergis sehingga dapat
menyebabkan peningkatan pada nilai aktivitas antioksidannya. Faktor lain yang
dapat menjadi penyebab menurunnya aktivitas antioksidan adalah terjadinya
oksidasi pada sampel pada saat penyimpanan atau pada saat proses fraksionasi,
adanya senyawa aktif yang tertahan dalam kolom, hal ini dapat dilihat dari nilai
total rendemen fraksi yang hanya mencapai 36.44%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, daun jambu biji mengandung metabolit
sekunder flavonoid, tanin, alkaloid, steroid dan saponin. Aktvitas antioksidan
terbaik ekstrak kasar daun jambu biji terdapat pada ekstrak etanol 70% (v/v) dengan
nilai rendemen 17.19% dan IC50 sebesar 8.29 mg/L Hasil fraksionasi yang
12
mempunyai aktivitas antioksidan teraktif adalah fraksi ketiga dengan nilai IC50
17.45 mg/L. Nilai IC50 ekstrak dan fraksi teraktif etanol 70% (v/v) menunjukkan
aktivitas antioksidannya lebih lemah dibandingkan standar asam askorbat dan
kuersetin yang mempunyai nilai IC50 berturut-turut 1.25 dan 2.65 mg/L.
Saran
Perlu dilakukan analisis gugus fungsi antara fraksi ke tiga dan ke empat untuk
mengetahui perbedaan keduanya Perlu dilakukan uji lebih lanjut terhadap fraksi
aktif untuk mengisolasi senyawa yang berperan lebih spesifik sebagai antioksidan
dan mengetahui mekanisme penghambatan radikal bebasnya secara spesifik. Perlu
juga dilakukan uji lebih lanjut untuk mengetahui kadar kuantitatif metabolit
sekunder fraksi yang mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi terutama kadar
flavoniod dan taninnya..
DAFTAR PUSTAKA
Amelia N, Prayitno SB. 2012. Pengaruh ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava)
untuk menginaktifkan viral nervous nekrosis (VNN) pada ikan kerapu bebek
(Epinephelus fuscoguttatus). JAMT . 1(1):264-278.
Arini SRD, Susilowati E, Susanti E, Setiyani. 2008. Activity test of Guajava
(Psidium guajava L) leaf methanol extract as contraception in (Rattus
norvegicus). Indo J Chem. 8 (2): 264-270.
Coskun O, Kanter M, Armutcu F, Cetin K, Kaybolbaz B, Kaygan O. 2004.
Protective effects of quercetine, a flavonoid, antioxidant, in absolut etanolinduced acu gastrict uclear. Eur J Gen Med. 1(3) 37-42.
Daud MF, Sadiyah ER, Rismawati E. 2011. Pengaruh perbedaan metode ekstraksi
terhadap aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium
guajava L) berdaging buah putih. Seminar Nasional Peneliatian dan PKM
Sains, Teknologi dan Kesehatan.Bandung, Indonesia. Bandung (ID): 2(1).
Haliwell B, Gutteridge JMC. 1997. Free Radical in Biology and Madicine.
Oxford(ENG): Oxford UnivPr.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia:Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Padmawinata K, Sudiro I, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit
ITB. Terjemahan dari Phytohemical Methods.
Hagerman AE. 2002. Tannin Handbook. Department of Chemistry and
Biochemistry. Florida (USA) : Miami Univ Pr.
Hayati EK, Fasyah AG, Sa’adah L. 2010. Fraksinasi dan identifikasi senyawa tanin
pada daun bimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L). Nilai persen inhibisi
digunakan untuk menentukan nilai IC50 yang merupakan parameter utama
aktivitas antioksidan. 193-200.
Harnly J, . 2006. Flavonoid content of U.S. fruit, vegetables, and nuts. J Agri Food
Chem. 54: 9966-9977
Indriani S. 2006. Aktivitas antioksidan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava
L.) J II Pert Indon. (11) :13-17.
13
Joseph B, Priya M. 2011. Review on Nutritional, Medicinal, and Parmalogical
Properties of Guava (Psidium guajava Linn). Int J Pharm Biol Scie. 21: 5369.
[Kemenkes] Kementrian Kesehatan 2009. Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Indonsesia Nomer 261 Tahun 2009 tentang Farmakope Herbal Indonesia
Edisi I. Jakarta (ID): Kemenkes
Kusumawati I. 2004. Penetapan Senyawa Marker dan Profil Metabolit Ekstrak
Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Obat Fitofarmaka Demam
Berdarah Dengue. [Tesis]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Luthfie F. 2014. Fraksi Polar Daun Jambu Biji (Psidium guajava) sebagai
Antiretroviral terhadap Simian Retrovirus. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Markham KR. 1988.Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Padmawinata K,
penerjemah. Bandung: penerbit ITB. Terjemahan dari: Techniques of
Flavonoid Identi-fication.
Mesah A. 2013. Aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun dan buah jambu biji
(Psidium guajava L) asal pulau Timor. J Kimia Terapan. 1: 50-54.
Miller AL. 1996. Antioxidant flavonoid: struktur, function, and clinical usage. Alt
Med Rev. 1(2): 103-111.
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrilhydrazil (DPPH)
for estimating antioxidant activity. J Sci Technol. 26(2) : 211-219
Prakash A. 2001. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories: Analytical Progress
19(2): 1-4.
Porwal V, Singh P, Gurjar D. 2012. A Comprehensive Study On Different
MethodsOf Extraction From Guajava Leaves For Curing Various Health
Problem. Intrn J Engin. 2(6): 490-496.
Rahman F, Logawa ED, Hegartika H, Simanjuntak E. 2008. Aktivitas antioksidan
ekstrak tunggal dan kombinasinya dari tanaman Curcuma spp. JIKI. 6(2): 6974.
Rasidah, Afizia WM. 2012. Potensi ekstrak daun jambu biji sebagai antibakterial
untuk menggulangi serangan bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan
gurame (Oshpronemus gouramylacepede). J Akuat.1(1): 19-27.
Refli R. 2012.Potensi ekstrak daun Tin (Ficuscarica L) sebagai antioksidan dan
aktivitas hambatnya terhadap proliferasi sel keneker HeLa [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Sharon S, Anam S, Yuliet. 2013. Formulasi krim antioksidan ekstrak etanol bawang
hutan (Eleutherine palmifolia L Merr). J Natur Scie. 2(3): 111-122.
Zuhra CF, Juliati BT, Herlince S, 2008. Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid
dari daun katuk (Sauropus androgunus L). J Biol Sumatra. 3:7-10.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Lampiran 2 Data penentuan nilai IC50 ekstrak kasar daun jambu biji
Nilai persen inhibisi ekstrak metanol
Absorbans
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1 Ulangan 2
80
0.136
0.146
40
0.262
0.271
20
0.342
0.331
10
0.390
0.388
5
0.405
0.406
Ulangan 3
0.138
0.248
0.338
0.390
0.414
Rata-rata
% Inhibisi
0.140
0.260
0.337
0.389
0.408
81.26
65.15
54.89
47.88
45.34
%inhibisi
Kurva hubungan konsentrasi dan % inhibisi ekstrak metanol
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
y = 12,856ln(x) + 20,391
R² = 0,9229
0
20
40
60
Log konsentrasi (mg/L)
80
100
Contoh Perhitungan:
Absorbans kontrol (DPPH) =
0.747 +0.745+0.748
3
= 0.74666 = 0.747
15
A DPPH- A sampel
A DPPH
0.747 – 0.140
0.747
%inhibisi =
=
× 100 %
× 100 % = 81.26%
Perhitungan nilai IC50
Y
= 12.856ln(x) + 20.391
50
= 12.856ln (x)+ 20.391
ln(x) = (50 – 20.391) / 12.856 = 2.303mg/L
x
= 10.004 = 10.00 mg/L
Nilai persen inhibisi ekstrak etil asetat
Absorbans
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
Ulangan 2
80
0.333
0.339
40
0.425
0.408
20
0.450
0.443
10
0.469
0.448
5
0.443
0.459
Contoh perhitungan:
Ulangan 3
0.335
0.398
0.443
0.441
0.471
0.814 +0.819+0.813
3
Absorbans kontrol (DPPH) =
Rata-rata
% Inhibisi
0.336
0.410
0.445
0.453
0.458
58.81
49.65
45.36
44.46
43.84
= 0.81533 = 0.815
A DPPH- A sampel
× 100 %
A DPPH
0.815 – 0.336
=
× 100 % = 81.26%
0.815
Kurva hubungan konsentrasi dengan % inhibisi ekstrak etil asetat
%inhibisi =
70
60
y = 5,0682ln(x) + 33,241
R² = 0,7937
%inhibisi
50
40
30
20
10
0
0
20
40
60
Log konsentrasi (mg/L)
Perhitungan nilai IC50 ekstrak etil asetat
Y
= 5.0682ln(x) + 33.241
50
= 5.0682 ln (x)+33.241
ln(x) = (50 – 33.241) / 5.068 = 3.3067mg/L
x
= 29.27 mg/L
80
100
16
lanjutan Lampiran 2
Nilai persen inhibisi ekstrak etanol 70% (v/v)
Absorbans
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
80
0.182
0.183
0.156
40
0.306
0.311
0.300
20
0.342
0.377
0.396
10
0.426
0.429
0.438
5
0.450
0.456
0.432
2.5
0.458
0.465
0.466
A DPPH- A sampel
A DPPH
0.815 – 0.174
0.815
=
% Inhibisi
0.174
0.306
0.372
0.431
0.446
0.463
78.69
62.49
54.40
47.12
45.28
43.19
0.814 +0.819+0.813
3
Absorbans kontrol (DPPH)=
%inhibisi =
Rata-rata
= 0.81533 = 0.815
× 100 %
× 100 % = 78.69%
Kurva hubungan konsentrasi dengan %inhibisi ekstrak etanol 70% (v/v)
100
%inhibisi
80
y = 9,7448ln(x) + 29,38
R² = 0,874
60
40
20
0
0
20
40
60
Log konsentrasi (mg/L)
80
100
Perhitungan nilai IC50. Ekstrak etanol 70% (v/v)
Y
= 9.7448ln(x) + 29.38
50
= 9.7448ln(x)+ 29.38
ln(x) = (50 – 29.38) / 9.7448 = 2.116 mg/L
x
= 8.29 mg/L
Lampiran 3 Data nilai IC50 asam askorbat dan standar kuersetin
Nilai % inhibisi asam askorbat
Absorbans
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1 Ulangan 2
80
0.060
0.060
40
0.059
0.062
10
0.197
0.183
5
0.293
0.288
2.5
0.374
0.359
Ulangan 3
0.059
0.061
0.211
0.292
0.348
Rata-rata
% Inhibisi
0.060
0.061
0.197
0.291
0.360
92.01
91.88
73.63
61.04
51.76
17
lanjutan Lampiran 3
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1.25
0.391
0.625
0.391
0.3125
0.477
Absorbans
Ulangan 2
0.393
0.405
0.478
Absorbans kontrol (DPPH) =
Ulangan 3
0.391
0.405
0.472
Rata-rata
% Inhibisi
0.392
0.400
0.476
47.57
46.41
36.32
0.747 +0.745+0.748
3
= 0.74666 = 0.747
A DPPH- A sampel
× 100 %
A DPPH
0.747 – 0.060
=
× 100 % = 90.90%
0.747
Kurva hubungan %inhibisi dengan konsentrasi asam askorbat
%inhibisi
%inhibisi =
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
y = 10,685ln(x) + 47,233
R² = 0,9688
0
20
40
60
Log konsentrasi (mg/L)
80
100
Perhitungan nilai IC50 vitamin C
Y
= 10.685ln(x) + 45.233
50
= 10.685 ln (x)+45.233
ln(x) = (50 – 45.233) / 10.685 = 0.222 mg/L
x
= 1. 2488= 1.25 mg/L
Nilai % inhibisi kuersetin
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
80
0.057
40
0.058
20
0.19
10
0.272
5
0.329
2.5
0.347
1.25
0.361
Absorbans
Ulangan 2
0.059
0.054
0.176
0.267
0.33
0.357
0.377
Ulangan 3
0.057
0.057
0.178
0.301
0.339
0.406
0.367
Rata-rata
% Inhibisi
0.058
0.056
0.181
0.280
0.333
0.370
0.368
92.28
92.46
75.73
62.52
55.47
50.47
50.69
18
Contoh perhitungan:
0.747 +0.745+0.748
3
Absorbans kontrol (DPPH)=
A DPPH- A sampel
A DPPH
0.747 – 0.058
0.747
%inhibisi =
=
= 0.74666 = 0.747
× 100 %
× 100 % = 90.28%
Kurva hubungan %inhibisi dengan konsentrasi kuersetin
120
y = 13,736ln(x) + 35,1
R² = 0,9505
100
%inhibisi
80
60
40
20
0
0
20
40
60
80
100
Log konsentrasi (mg/L)
Perhitungan nilai IC50 kuersetin
Y
= 13.736ln(x) + 35.1
50
= 13.736 (x)+ 35.1
ln(x) = (50 – 35.1) / 7313.6 = 1.085mg/L
x
= 2.95 mg/L
Lampiran 4 Data nilai IC50 fraksi ekstrak etanol 70% (v/v)
Nilai %inhibisi fraksi 1
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1000
0.364
500
0.409
250
0.437
125
0.492
62.5
0.541
31.25
0.637
15.625
0.642
7.8125
0.662
Contoh perhitungan:
Absorbans
Ulangan 2
0.385
0.464
0.466
0.560
0.598
0.635
0.616
0.649
Absorbans kontrol (DPPH) =
%inhibisi =
Ulangan 3
0.392
0.387
0.469
0.508
0.585
0.612
0.574
0.640
1.065 + 1.063 + 1.068
3
A DPPH- A sampel
A DPPH
× 100 %
Rata-rata
0.380
0.420
0.457
0.520
0.575
0.628
0.611
0.650
%
Inhibisi
64.29
60.56
57.06
51.17
46.04
41.03
42.66
38.94
= 1.06533 = 1.065
19
Lanjutan Lampiran 4
1.065 – 0.060
1.065
=
× 100 % = 64.29%
Kurva hubungan konsentrasi dengan %inhibisi fraksi 1
70
y = 5,4992ln(x) + 25,573
R² = 0,9551
%inhibisi
60
50
40
30
20
10
0
0
200
400
600
800
Log konsentrasi (mg/L)
1000
1200
Perhitungan nilai IC50 fraksi 1
Y
= 5.4992ln(x) + 25.573
50
= 5.4992 ln (x)+25.573
ln(x) = (50 – 25.573) / 5.4992 = 4.4419 mg/L
x
= 84.9361.= 84.94 mg/L
Nilai %inhibisi fraksi 2
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1000
500
250
125
62.5
Absorbans
Ulangan
3
0.166
0.362
0.36
0.528
0.597
Ulangan 2
0.188
0.259
0.422
0.531
0.604
0.186
0.312
0.435
0.558
0.53
Rata-rata
%
Inhibisi
0.180
0.311
0.406
0.539
0.577
83.10
70.80
61.91
49.39
45.82
Kurva hubungan nilai %inhibisi dan konsentrasi fraksi 2
100
y = 13,844ln(x) - 14,238
R² = 0,9764
%inhibisi
80
60
40
20
0
0
200
400
600
800
Log konsentrasi (mg/L)
Perhitungan nilai IC50 fraksi 2
Y
= 13.844ln(x) – 14.238
50
= 13.844ln (x) -.14.238
1000
1200
20
lanjutan Lampiran 4
ln(x) = (50 + 14.238) / 13.844 = 4.640 mg/L
x
= 115.76 mg/L
Nilai %inhibisi fraksi 3
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
250
0.09
125
0.13
62.5
0.326
31.25
0.518
15.625
0.482
7.8125
0.595
Absorbans
Ulangan 2
0.088
0.144
0.331
0.51
0.544
0.656
Ulangan 3
0.087
0.144
0.367
0.521
0.589
0.644
%
Inhibisi
91.71
86.92
67.95
51.52
49.45
40.69
Rata-rata
0.088
0.139
0.341
0.516
0.538
0.632
Kurva hubungan %inhibisi dengan konsentrasi frasksi 3
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
%inhibisi
y = 15,825ln(x) + 4,7515
R² = 0,95
0
50
100
150
200
Log konsentrasi (mg/L)
250
300
Perhitungan nilai IC50 fraksi 3
Y
= 15.825ln(x) + 4.7515
50
= 15.825ln (x)+4.7515
ln(x) = (50 – 4.7515) / 15.825 = 2.8593 mg/L
x
= 17.45 mg/L
Nilai %inhibisi fraksi 4
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1000
0.110
500
0.106
250
0.263
125
0.255
62.5
0.437
31.25
0.483
15.625
0.525
7.8125
0.599
Absorbans
Ulangan 2
0.123
0.128
0.227
0.347
0.474
0.489
0.570
0.597
Ulangan 3
0.120
0.106
0.317
0.318
0.422
0.498
0.516
0.606
Rata-rata
0.118
0.113
0.269
0.307
0.444
0.490
0.537
0.601
%
Inhibisi
88.95
89.36
74.74
71.21
58.28
53.99
49.58
43.60
21
lanjutan Lampiran 4
Kurva hubungan %inhibisi dengan konsentrasi fraksi 4
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
%inhibisi
y = 10,16ln(x) + 20,679
R² = 0,9684
0
200
400
600
800
1000
Log konsentrasi (mg/L)
1200
Perhitungan nilai IC50 fraksi 4
Y
=10.16ln(x) + 20.679
50
= 10.16ln (x)+ 20.679
ln(x) = (50 – 20.679) / 10.16 = 2.8859 mg/L
x
= 17.91 mg/L
Nilai %inhibisi fraksi 5
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1000
0.176
500
0.473
250
0.552
125
0.601
62.5
0.543
Absorbans
Ulangan 2
0.201
0.389
0.476
0.597
0.614
Ulangan 3
0.216
0.317
0.503
0.472
0.626
Rata-rata
0.198
0.393
0.510
0.557
0.594
%inhibisi
Kurva hubungan %inhibisi dan konsentrasi fraksi 5
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
y = 12,964ln(x) - 13,871
R² = 0,8912
0
200
400
600
Log konsentrasi (mg/L)
Perhitungan nilai IC50 fraksi 5
Y
=12.964ln(x) -13.871
50
= 12.964ln (x) -13.871
ln(x) = (50 – 13.871) / 12.964 = 4.928 mg/L
x
= 138.14 mg/L
800
1000
%
Inhibisi
81.44
63.10
52.08
47.73
44.19
22
lanjutan Lampiran 4
Nilai %inhibisi fraksi 6
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1000
0.086
500
0.241
250
0.389
125
0.576
62.5
0.496
Absorbans
Ulangan 2
0.124
0.298
0.466
0.486
0.644
Ulangan 3
0.083
0.349
0.454
0.506
0.655
Rata-rata
0.098
0.296
0.436
0.523
0.598
%
Inhibisi
90.83
72.21
59.03
50.92
43.82
Kurva hubungan %inhibisi dan konsentrasi frasksi 6
100
y = 16,635ln(x) - 28,488
R² = 0,9578
%inhibisi
80
60
40
20
0
0
200
400
600
800
1000
Log konsentrasi (mg/L)
Perhitungan nilai IC50 fraksi 6
Y
=13.844ln(x) -14.238
50
= 13.844ln (x) -14.238
ln(x) = (50 +14.238) / 13.844 = 4.718 mg/L
x
= 111.67 mg/L
Nilai %inhibisi fraksi 7
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1000
0.488
500
0.573
250
0.556
125
0.554
62.5
0.695
Absorbans
Ulangan 2
0.444
0.466
0.521
0.647
0.601
Ulangan 3
0.482
0.547
0.527
0.615
0.697
Rata-rata
0.471
0.529
0.535
0.605
0.664
%
Inhibisi
55.74
50.36
49.80
43.16
37.62
23
lanjutan Lampiran 4
Kurva hubungan %inhibisi dan konsentrasi frasksi 7
60
y = 6,2675ln(x) + 12,731
R² = 0,9547
%inhibisi
50
40
30
20
10
0
0
200
400
600
800
1000
Log konsentrasi (mg/L)
Perhitungan nilai IC50 fraksi 7
Y
= 6.2675ln(x) + 12.731
50
= 6.2675ln (x)+ 12.731
ln(x) = (50 – 12.731) / 6.2675 = 5.9464 mg/L
x
= 382.37mg/L
1200
24
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebumen pada tanggal 21 Oktober 1991 dari ayah
Basirun dan ibu Siti Rochmah. Penulis adalah putri ketiga dari empat bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA N 2 Purworejo dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Kimia. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan. penulis menjadi asisten Kimia TPB
(2012/2013 dan 2013/2014), Kimia Polimer (2013/2014), kimia Biologis
(2013/2014), serta Pendidikan Agama Islam (2012/2013). Penulis aktif memberi
bimbingan belajar kimia SMA kelas X dan XI di Yayasan Asa Anak Bangsa.
Kegiatan sosial penulis sebagai staf Lembaga Dakwah Kampus Al Hurriyyah IPB.
Penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Balai Besar Pengawasan Obat dan
Makanan (BB POM) Jakarta, pada bulan Juli-Agustus 2014, dengan judul
Verifikasi Metode Identifikasi Resorcinol dalam Sediaan Krim Wajah
Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
(Psidium guajava) SEBAGAI ANTIOKSIDAN
TRI HIDAYATI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak
Daun Jambu Biji (Psidium guajava) sebagai antioksidan adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Tri Hidayati
NIM G44100038
ii
ABSTRAK
TRI HIDAYATI. Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium
guajava) sebagai Antioksidan. Dibimbing oleh IRMA HERAWATI SUPARTO
dan WULAN TRI WAHYUNI.
Ekstrak daun jambu biji mempunyai kandungan metabolit sekunder yang
berperan aktif sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh.
Penelitian ini bertujuan menetapkan fraksi aktif ekstrak daun jambu biji yang
berperan mengurangi radikal bebas dari 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).
Aktivitas antioksidan ditentukan berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh dari nilai
penangkapan radikal bebas DPPH. Sampel diekstraksi menggunakan pelarut etil
asetat, metanol dan etanol 70% (v/v) untuk memperoleh ekstrak kasar. Hasil
penelitian menunjukkan simplisia daun jambu biji mengandung flavonoid, tanin,
alkaloid, saponin, dan steroid. Standar kontrol positif antioksidan yang digunakan
adalah asam askorbat dan kuersetin. Ekstrak kasar yang mempunyai aktivitas
antioksidan paling kuat adalah ekstrak etanol 70% (v/v). Fraksionasi ekstrak etanol
70% (v/v) dengan kolom kromatografi menghasilkan 7 fraksi. Fraksi dengan
aktivitas antioksidan teraktif adalah fraksi ke 3. Nilai IC50 ekstrak dan fraksi teraktif
etanol 70% (v/v) masih lebih rendah dari pada standar yang digunakan, tapi
termasuk mempunyai aktivitas sangat kuat karena nilainya kurang dari 50 mg/L.
Kata kunci: antioksidan, DPPH, fraksionasi, IC50, daun jambu biji
ABSTRACT
TRI HIDAYATI. Determination of Active Fraction of Psidium guajava Leaves
Extract as Antioxidants. Supervised by IRMA HERAWATI SUPARTO and
WULAN TRI WAHYUNI.
Guava leaves extract contains secondary metabolites with their active role as
antioxidants and free radicals scavengers in the body. This study was to determine
active fraction of guava leaves extract as antioxidant. The antioxidant activity was
determined based on the IC50 values obtained from 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
(DPPH) free radical scavenging assay. Samples were extracted using ethyl acetate,
methanol, and 70% ethanol. The results showed that guava leaves simplicia contained flavonoids, tannins, alkaloids, saponins, and steroids. Ascorbic acid and
quercetin were used as positive control in the antioxidant assay. Extract of 70%
ethanol showed the highest antioxidant activity. Fractionation by column chromatography resulted seven fractions, the fraction with highest antioxidant activity was
the 3th fraction. The IC50 value of most active fractions of 70% ethanol was lower
than the standards, yet it is categorized as very strong activity for the value of being
below 50 mg/L.
Keywords: antioxidant, DPPH, fractionation, guava leaves, IC50
ii
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan penulisan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa seizin IPB
ii
PENENTUAN FRAKSI AKTIF EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI
(Psidium guajava) SEBAGAI ANTIOKSIDAN
TRI HIDAYATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
ii
iii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya
ilmiah dengan judul Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium
guajava) sebagai Antioksidan. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang
dilaksanakan di Laboratorium Anorganik dan Laboratorium Analitik, Departemen
Kimia IPB, serta Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka (PSB) IPB, yang
dilaksanakan mulai bulan April 2014 sampai bulan Januari 2015.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung dan membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya
ilmiah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih kepada Ibu Dr
dr Irma Herawati Suparto, MS selaku pembimbing I dan Ibu Wulan Tri Wahyuni,
SSi, MSi selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan arahan, masukan,
dorongan semangat dan do’a kepada penulis selama pelaksanaan penelitian. Terima
kasih kepada staf Laboratorium Anorganik dan staf Laboratorium Analitik,
Departemen Kimia IPB, serta staf Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, IPB yang
telah memberikan banyak bimbingan dan bantuan kepada penulis selama
pelaksanaan penelitian.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman satu bimbingan
Fahmi Luthfie, Ignasius Setiadi, Fatia Izzaty, dan Nadia Ulfa atas bantuan dan
dukungannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ayah, Ibu, Kakak, Adik dan seluruh temanteman kimia angkatan 47 lainnya yang senantiasa memberikan dukungan, kasih
sayang dan do’a kepada penulis. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan bangsa.
Bogor, April 2015
Tri Hidayati
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
2
2
2
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Simplisia Daun Jambu Biji
Ekstraksi Daun Jambu Biji
Uji Aktivitas Ekstrak Daun Jambu Biji
Fraksionasi Ekstrak Teraktif
5
5
6
7
9
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
11
11
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
14
v
DAFTAR TABEL
1 Hasil uji fitokimia simplisia daun jambu biji
2 Data rendemen dan IC50 ekstrak daun jambu biji
3 Nilai rendemen dan aktivitas antioksidan fraksi ekstrak etanol 70% (v/v)
6
8
11
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Daun jambu biji
1
Ekstrak kasar metanol, etil asetat, dan etanol 70% (v/v)
7
Hubungan antara konsentrasi dengan nilai %inhibisi
7
Mekanisme pengkapan radikal bebas DPPH
8
Profil noda eluen tunggal untuk pencarian eluen terbaik
9
Profil spot pencarian eluen terbaik
10
Hubungan konsentrasi dengan nilai % inhibisi hasil fraksionasi etanol 70%
(v/v)
10
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Diagram alir penelitian
Data penentuan nilai IC50 ekstrak kasar daun jambu biji
Data nilai IC50 asam askorbat dan standar kuersetin
Data nilai IC50 fraksi ekstrak etanol 70% (v/v)
14
15
18
20
vi
1
PENDAHULUAN
Jambu biji merupakan tanaman obat tradisional yang potensial dan tersedia
melimpah di alam. Tanaman tropis ini banyak dibudidayakan dan dapat beradaptasi
dengan berbagai kondisi lingkungan. Daun jambu biji (Gambar 1) sebagai
biofarmaka mempunyai khasiat farmakologis antara lain antioksidan, antidiare,
antiradang, antibakteri, antikanker, antihipertensi, antivirus dan penambah
trombosit (Daud et al. 2011). Menurut Porwal et al. (2012), daun jambu biji
mengandung flavonoid dan tanin yang memiliki aktivitas aktif sebagai anti-radang,
antioksidan dan antimikrob. Menurut Joseph et al. (2011), Daud et al. (2011), dan
Mesah (2013) khasiat daun jambu biji yang sangat potensial salah satunya adalah
sebagai antioksidan.
Gambar 1 Daun jambu biji (Joseph et al. 2010)
Antioksidan diperlukan tubuh untuk menangkap radikal bebas. Reaksi antara
radikal bebas dan molekul di sekitarnya dapat berlangsung terus menerus dalam
tubuh dan bila tidak dihentikan, maka akan berpotensi menimbulkan berbagai
penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, dan penyakit degeneratif
lainnya (Harnly et al. 2006).
Hasil uji aktivitas antioksidan pada daun jambu biji menggunakan 1,1-difenil2-pikrilhidrazil (DPPH) menunjukkan hasil yang positif. Penelitian Daud et al.
(2011) menunjukkan nilai aktivitas penangkapan radikal bebas (IC50) fraksi
heksana, etil asetat, dan air ekstrak etanol 70% (v/v) daun jambu biji, berturut-turut
35, 29, dan 42 mg/L. Menurut Zuhra (2008), suatu senyawa dikatakan bersifat
antioksidan sangat kuat apabila mempunyai nilai IC50 kurang dari 50 mg/L, kuat
apabila IC50 50−100 mg/L, sedang antara 100 dan 150 mg/L, serta lemah apabila
IC50 antara 150 dan 200 mg/L. Hasil penelitian Daud et al. (2011) menunjukkan
bahwa daun jambu biji mempunyai potensi yang sangat kuat sebagai antioksidan
terutama pada fraksi etil asetatnya yang mempunyai nilai IC50 29 mg/L.
Penelitian ini menggunakan 3 macam pelarut untuk ekstraksi daun jambu biji,
yaitu etil asetat, metanol, dan etanol 70% (v/v). Pelarut etil asetat dipilih
berdasarkan penelitian Daud et al. (2009) yang melaporkan bahwa fraksi etil asetat
mempunyai aktivitas antioksidan terbaik. Pelarut metanol dipilih berdasarkan pada
penelitian yang dilakukan Mesah (2013) yang menentukan aktivitas antioksidan
ekstrak metanol daun jambu bij. Sementara itu, pelarut etanol digunakan oleh
Indriani (2006), dan ekstrak etanol 70% (v/v) daun jambu biji dilaporkan
mempunyai aktivitas antioksidan terbaik. Menurut Porwal et al. (2012), pelarut
2
metanol dan etanol adalah pelarut yang cocok untuk mengekstraksi senyawa
antioksidan dari daun jambu biji.
Khasiat daun jambu biji sebagai antioksidan dapat distandardisasi dengan
mengidentifikasi kandungan senyawa aktif antioksidan. Fraksi teraktif terlebih
dahulu perlu diketahui, dan ditentukan kandungan metabolit sekundernya baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Menurut Kusumawati (2004), senyawa aktif
yang menjadi penciri (marker) pada ekstrak daun jambu biji adalah kuersetin yang
merupakan salah satu golongan flavonoid. Kuersetin diduga kuat sebagai
antioksidan menurut Powal et al. (2012), sehingga pada penelitian ini digunakan
standar kuersetin sebagai pembanding aktivitas antioksidan. Penelitian ini
bertujuan menentukan aktivitas antioksidan daun jambu biji dengan mengetahui
fraksi terbaik yang berpotensi sebagai antioksidan.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan April 2014 hingga bulan Januari 2015.
Penelitian bertempat di Laboratorium Anorganik dan Laboratorium Analitik,
Departemen Kimia IPB, serta Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka (PSB), IPB.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas simplisia daun jambu biji dari PSB,
metanol p.a, etanol p.a, etil asetat p.a, n-heksana p.a, DPPH, asam askorbat (vitamin
C), serbuk Mg, amil alkohol, NH4OH, H2SO4, pereaksi Mayer, pereaksi
Dragendorf, kloroform p.a, pereaksi Lieberman Burchard, FeCl3 1%, akuades,
serbuk silika gel 60 (0.040-0.063 mm), wol kaca. Alat yang digunakan pada
penelitian ini terdiri atas tanur, cawan porselen, pembakar bunsen, alat-alat kaca,
neraca analitik, oven, penguap putar, kromatografi lapis tipis (KLT) G60 F254, kolom
kromatografi, lempeng 96-sumur (96-well plate), dan perangkat enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA).
Metode Penelitian
Alur penelitian secara umum dapat dilihat pada Lampiran 1. Simplisia daun
jambu biji ditentukan mutunya berdasarkan kadar air dan kadar abunya. Simplisia
kemudian diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol, etil
asetat, dan etanol 70% (v/v). Ekstrak yang diperoleh diuji aktivitas antioksidannya
dengan menggunakan metode DPPH. Ekstrak dengan aktivitas antioksidan
tertinggi, diuji kandungan fitokimianya dan difraksionasi menggunakan
kromatografi kolom. Fraksi-fraksi yang diperoleh kemudian diuji lagi aktivitas
3
antioksidannya dengan metode DPPH untuk mendapatkan fraksi yang mempunyai
aktivitas terbaik.
Preparasi Sampel
Daun jambu biji sebagai bahan baku sampel harus bebas dari penyakit,
biasanya diambil yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, yaitu sekitar 4−5
lembar dari pucuk daun. Daun segar dikeringkan dalam oven selama 2 jam
kemudian digiling agar menjadi simplisia dengan ukuran ≥ 40 mesh. Kadar air dan
kadar abu ditentukan dengan menggunakan metode AOAC (2007).
Penentuan Kadar Air (AOAC 2007)
Cawan porselen dikeringkan di dalam oven pada suhu 105−110 oC selama
30 menit dan ditimbang hingga diperoleh bobot konstan. Sebanyak 2 g sampel
ditimbang, lalu diletakkan ke dalam cawan tersebut. Cawan berisi sampel
dipanaskan dalam oven pada suhu 105−110 oC selama 3−4 jam, kemudian
didinginkan di dalam desikator selama 30 menit. Setelah itu, cawan berisi sampel
ditimbang bobotnya. Tahap ini diulang hingga diperoleh bobot konstan. Kadar air
dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Bobot air
Kadar air (%) =
× 100%
Bobot sampel awal
Penentuan Kadar Abu (AOAC 2007)
Cawan porselen dikeringkan dalam oven selama 30 menit pada suhu
100−105 ºC, kemudian dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 600 oC selama 30
menit dan didinginkan di dalam desikator, cawan ditimbang hingga bobotnya
konstan. Sebanyak 2 g sampel ditimbang di dalam cawan tersebut, lalu cawan berisi
sampel dibakar menggunakan pembakar bunsen hingga tidak berasap selama
kurang lebih 20 menit, dilanjutkan dengan pengabuan di dalam tanur pada suhu 600
ºC sampai terabukan sempurna. Abu sampel didinginkan di dalam desikator dan
ditimbang sampai bobot konstan. Kadar abu dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
Bobot abu
Kadar abu (%) =
× 100%
Bobot sampel kering
Ekstraksi Simplisia
Serbuk simplisia masing-masing sebanyak 100 g diekstraksi dengan cara
maserasi dalam 1 L metanol, etil asetat, dan etanol 70 % selama 3×24 jam.
Penggunaan 3 pelarut yang berbeda kepolaran tersebut bertujuan memisahkan
kelompok senyawa berdasarkan kepolarannya serta menentukan pelarut terbaik
untuk ekstraksi senyawa antioksidan dalam daun jambu biji. Filtrat dipisahkan dari
residu kemudian dipekatkan dalam penguap putar hingga menjadi pasta atau kering.
4
Uji Fitokimia (Harborne 1987)
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan golongan senyawa di
dalam sampel daun jambu biji yang akan diuji aktivitasnya.
Uji Flavonoid
Sebanyak 0.5 g simplisia ditambahkan dengan 10 mL air panas kemudian
dididihkan selama 5 menit dan disaring. Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian 0.5 g serbuk Mg, 1 mL HCl pekat, dan 1 mL amil alkohol ditambahkan.
Campuran dikocok kuat-kuat. Uji positif ditandai dengan munculnya warna merah,
kuning, jingga pada lapisan amil alkohol.
Uji Alkaloid
Sebanyak 0.5 g simplisia diekstraksi dengan 10 mL kloroform dan beberapa
tetes NH4OH pekat. Ekstrak disaring ke dalam tabung reaksi tertutup, lalu dikocok
sambil menambakan 10 tetes H2SO4 2 M. Lapisan asam dipindahkan ke dalam
tabung reaksi lain, kemudian diteteskan pada lempeng tetes untuk ditambahkan
pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendrorf. Uji positif ditandai dengan berturutturut munculnya endapan berwarna putih, cokelat, dan merah jingga.
Uji Terpenoid dan Steroid
Sebanyak 0.5 g simplisia dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (50 ºC)
selama 1 jam, lalu filtrat disaring. Residunya ditambahkan eter, kemudian filtrat
yang diperoleh ditambahkan dengan 3 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes asam
sulfat pekat secara berurutan (pereaksi Lieberman-Burchard). Larutan dikocok
perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Uji positif ditandai dengan terbentuknya
warna merah atau ungu untuk triterpenoid serta biru atau hijau untuk steroid.
Uji Tanin
Sebanyak 0.5 g simplisia dilarutkan dengan 10 mL air panas, dididihkan
selama 5 menit, lalu disaring. Ke dalam filtrat lalu ditambahkan 10 mL FeCl3 1%/
Uji positif ditandai dengan munculnya warna hitam atau biru tua.
Uji Saponin
Sebanyak 0.1 g simplisia ditambahkan 10 mL air panas, kemudian disaring.
Filtrat dikocok selama 10 menit dengan keadaan tertutup. Terbentuknya buih yang
stabil menunjukkan ekstrak mengandung saponin.
Uji Antioksidan dengan DPPH
Larutan stok DPPH 50 mg/L dibuat tepat sebelum digunakan dengan
melarutkan serbuk DPPH dalam etanol. Ekstrak pekat simplisia dibuat dengan
konsentrasi 80, 40, 20, 10, 5, 2.5, 1.25, 0.625, dan 0.3125 mg/L dengan metode
pengenceran bertahap. Larutan vitamin C dan kuersetin sebagai kontrol positif
dibuat dengan konsentrasi 40, 20, 10, 5, 2.5, 1.25, 0.625, dan 0.3125 mg/L.
Sebanyak 100 µL ekstrak daun jambu biji dan 100 µL larutan stok DPPH
ditambahkan ke dalam sumur masing-masing,kemudian diinkubasi pada suhu 37
5
ºC selama 30 menit pada ruangan yang gelap. Setelah itu, absorbans diukur pada
panjang gelombang 517 nm. Perlakuan yang sama dilakukan juga untuk kontrol
positif. Absorban masing-masing diukur 3 kali ulangan. Ekstrak yang mempunyai
aktivitas antioksidan paling tinggi difraksionasi menggunakan kromatografi kolom.
Aktivitas penangkapan radikal bebas ditentukan dengan rumus
Aktivitas penangkapan radikal bebas =
A DPPH - A sampel
× 100 %
A DPPH
Keterangan: A = Absorbans
Fraksionasi Menggunakan Kromatografi Kolom
Eluen terbaik untuk fraksionasi ditentukan terlebih dahulu (Houghton dan
Raman 1998). Ekstrak teraktif daun jambu biji ditotolkan pada pelat KLT sebanyak
20 kali. Pelat KLT yang digunakan adalah plat jenis silika gel G60F254 berukuran
panjang 10 cm dan lebar 1 cm. Setelah kering, totolan dielusi dengan eluen tunggal
kloroform, metanol, etanol, dan etil asetat. Noda hasil elusi diamati dengan bantuan
sinar UV 254 dan 366 nm. Eluen yang menghasilkan noda terbanyak dan terpisah
secara baik, dipilih sebagai eluen terbaik. Jika terdapat 2 eluen yang dapat
memisahkan noda dengan baik, maka kedua eluen tersebut dicampurkan dengan
nisbah tertentu untuk mendapatkan campuran eluen terbaik.
Sebanyak 2.5 g ekstrak simplisia difraksionasi menggunakan kromatografi
kolom dengan eluen terbaik menggunakan sistem gradien berundak. Eluat yang
dihasilkan ditampung dalam tabung-tabung vial yang telah diberi nomor dengan
volume masing-masing 5 mL. Eluat yang diperoleh kemudian diuji spotnya
menggunakan KLT dengan eluen terbaik setiap 5 tabung reaksi. Noda pemisahan
dilihat dengan bantuan sinar UV 254 dan 366 nm. Eluat yang memiliki noda
pemisahan dengan nilai Rf dan pola yang sama digabungkan menjadi 1 fraksi.
Fraksi-fraksi ini kemudian diuji lagi aktivitas antioksidannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Simplisia Daun Jambu Biji
Daun jambu biji yang telah dikeringkan dan digiling menjadi simplisia,
mempunyai kadar air 5.80 % dan kadar abu 7.07 %. Menurut Farmakope Herbal
Indonesia, kadar air dan abu yang diperbolehkan untuk simplisia daun jambu biji
berturut-turut adalah di bawah 10 % dan 9%. Kadar air simplisia yang dianggap
aman sebagai bahan baku adalah kurang dari 10 %. Kadar air yang lebih rendah
dari 10 % dapat mempertahankan sampel dari serangan mikrob, sehingga sampel
lebih awet dan dapat disimpan dalam waktu lama (Budijanto et al. 2010). Kadar air
juga digunakan untuk mengevaluasi rendemen ekstrak dan fraksi daun jambu biji.
Sementara kadar abu menunjukkan kandungan senyawa mineral yang ada dalam
simplisia.
6
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif kandungan
metabolit sekunder dalam daun jambu biji. Hasil uji menunjukkan bahwa simplisia
mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan
steroid, tetapi tidak mengandung triterpenoid. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan
hasil uji sebelumnya oleh Indriani (2006) dan Lutfhie (2014), sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 1. Tumbuhan yang sama dapat mempunyai kandungan
metabolit sekunder yang berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi karena beberapa faktor,
antara lain faktor lingkungan, umur tanaman saat dipanen, waktu panen, serta
kegiatan pasca panen (Dewoto 2007).
Tabel 1 Kandungan fitokimia simplisia daun jambu biji
Metabolit
Hasil
sekunder
penelitian ini Indriani (2006)
Lutfhie (2014)
Flavonoid
+
+
+
Alkaloid
+
Tanin
+
+
+
Saponin
+
+
+
Terpenoid
+
Steroid
+
+
+
Kosong: tidak diuji
Ekstraksi Daun Jambu Biji
Simplisia daun jambu biji diekstraksi dengan 3 pelarut yang berbeda, yaitu
metanol, etil asetat, dan etanol 70% (v/v) dengan metode maserasi. Metode
maserasi untuk menghindari adanya kerusakan pada komponen senyawa yang tidak
tahan terhadap panas. Ekstraksi dilakukan dengan mencampurkan 1 L pelarut
dengan 100 g simplisia daun jambu biji, kemudian dimaserasi selama 3×24 jam.
Pemilihan 3 pelarut dengan kepolaran berbeda bertujuan memisahkan senyawa
metabolit sekunder berdasarkan kepolarannya dan memilih pelarut yang paling baik
dalam mengekstraksi metabolit sekunder dalam daun jambu biji. Pemilihan
didasarkan pada kriteria rendemen serta nilai aktivitas antioksidan yang tinggi pada
konsentrasi yang kecil.
Rendemen ekstrak pekat metanol, etil asetat dan etanol 70% (v/v), berturutturut adalah 13.25%, 6.69%, dan 18.25%. Rendemen ekstrak etanol 70% (v/v)
paling tinggi, simplisia daun jambu biji lebih banyak mengandung senyawa yang
mempunyai sifat kepolaran dekat dengan kepolaran etanol 70% (v/v). Etanol 70%
(v/v) mempunyai kepolaran antara etanol dan air.
Gambar 2 menunjukkan bahwa ketiga ekstrak pekat mempunyai warna dan
konsistensi yang berbeda. Ekstrak metanol berwarna kehitaman, berupa padatan
yang kasar dan kering. Ekstrak etil asetat berwarna kehijauan, lembut, dan sedikit
lengket membentuk pasta. Ekstrak etanol 70 % berwarna kecokelatan, lengket, dan
keras.
7
a
b
c
Gambar 2 Ekstrak kasar daun jambu biji yang telah dipekatkan, terdiri atas ekstrak
metanol (a), ekstrak etil asetat (b), dan ekstrak etanol 70% (v/v) (c)
Uji Aktivitas Ekstrak Daun Jambu Biji
Penapisan konsentrasi setiap ekstrak daun jambu biji dilakukan pada 80, 40,
20, 10, 5, 2.5, 1.25, 0.625, dan 0.3125 mg/L. Nilai persen inhibisi radikal bebas
DPPH, yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
nilai peredaman atau penangkapan radikal bebas DPPH semakin meningkat
(Gambar 3). Nilai persen inhibisi ketiga ekstrak beragam untuk konsentrasi yang
sama. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan aktivitas penangkapan radikal bebas
dari ketiga ekstrak. Nilai persen inbihisi ekstrak metanol dan etanol 70% (v/v) tidak
jauh berbeda (kurva hampir berimpit), sebab kepolaran kedua pelarut tersebut tidak
jauh berbeda. Ekstrak metanol dan etanol 70% (v/v) mampu mereduksi hampir 50%
radikal bebas pada selang konsentrasi 10 sampai 20 mg/L. Ekstrak etil asetat
menunjukkan nilai persen inhibisi yang paling rendah dan baru mereduksi 50%
radikal bebas pada kisaran konsentrasi 40 mg/L (Gambar 3)
120
Metanol
Etil Asetat
Etanol 70%
Asam askorbat
kuersetin
100
%inhibisi
80
60
40
20
0
0
20
40
60
80
100
Log konsentrasi (mg/L)
Gambar 3 Aktivitas penangkapan radikal bebas ekstrak kasar daun jambu biji dan
kontrol positif.
Nilai persen inhibisi vitamin C dan kuersetin sebagai kontrol positif sangat
tinggi pada konsentrasi yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa vitamin C dan
kuersetin jauh lebih baik dalam menangkap radikal bebas. Keduanya telah
mereduksi 50% radikal bebas pada konsentrasi di bawah 5 mg/L. Persen inhibisi
pada standar vitamin C stabil setelah konsentrasi 20 mg/L (Gambar 3). Hal ini
8
menandakan kondisi jenuh, yang di dalamnya semua radikal DPPH telah tereduksi.
Radikal bebas DPPH akan tereduksi menjadi senyawa difenil pikrilhidrazina,
melalui pengikatan 1 elektron H oleh atom N yang elektronnya tidak berpasangan
(Gambar 4). Hal ini ditandai dengan adanya perubahan warna ungu DPPH menjadi
kuning (Molyneux 2004).
Gambar 4 Mekanisme pengkapan radikal bebas DPPH (Molyneux 2004)
Nilai IC50 merupakan parameter utama aktivitas antioksidan yang ditentukan
dengan mengevaluasi nilai persen inhibisi. Nilai IC50 yang diperoleh menunjukkan
bahwa ekstrak etanol 70% (v/v) mempunyai aktivitas antioksidan yang paling baik,
karena mempunyai nilai IC50 yang paling kecil di antara ekstrak yang lain dan
mempunyai rendemen tertinggi (Tabel 2). Ekstrak metanol dan etanol 70% (v/v)
mempunyai aktivitas antioksidan yang tidak jauh berbeda dan dapat dikatakan
sangat kuat aktivitasnya karena memberikan nilai IC50 kurang dari 50 mg/L (Zuhra
2008). Namun, aktivitas antioksidan pada kontrol positif yaitu asam askorbat dan
standar kuersetin masih lebih baik. Kuersetin digunakan sebagai standar
pembanding karena menurut Porwal et al. (2012) dan Joseph et al. (2011), senyawa
ini termasuk salah satu senyawa antioksidan golongan flavonoid dalam daun jambu
biji. Menurut Farmakope Herbal Indonesia, kuersetin merupakan senyawa penciri
yang dimiliki oleh daun jambu biji. Penentuan nilai IC50 ekstrak daun jambu biji
serta standar asam askorbat dan kuersetin terdapat pada Lampiran 2 dan 3.
Tabel 2 Rendemen dan IC50 ekstrak kasar daun jambu biji
Ekstrak
Rendemen (%b/b)
IC50 (mg/L)
Metanol
6.69
10.00
Etil asetat
13.25
27.29
Etanol 70% (v/v)
18.25
8.29
Asam askorbat
1.25
Kuersetin
2.95
Uji fitokimia dilakukan lagi pada ekstrak teraktif untuk mengetahui secara
kualitatif golongan senyawa yang kemungkinan berperan sebagai antioksidan.
Berdasarkan hasil uji fitokimia ekstrak etanol 70% (v/v) sebagai ekstrak teraktif
terbukti mengandung golongan senyawa flavonoid dan tanin. Menurut Porwal et al.
(2012), kedua golongan senyawa tersebut memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Flavonoid menurut Sharon et al. (2013) mempunyai sifat sebagai antioksidan
karena mengandung gugus hidroksil yang bersifat sebagai reduktor serta dapat
9
bertindak sebagai donor hidrogen untuk radikal bebas. Senyawa golongan tanin,
menurut Hagerman (2002) memiliki peranan biologis yang kompleks mulai dari
pengendapan protein, hingga pengkelatan logam serta berfungsi sebagai
antioksidan biologis.
Fraksionasi Ekstrak Teraktif
Ekstrak teraktif difraksionasi metode kromatografi kolom, dengan terlebih
dahulu menentukan eluen terbaik. Eluen tunggal yang digunakan, yaitu metanol.
etanol, etil asetat dan kloroform. Hasil elusi menunjukkan bahwa kloroform
memisahkan noda terbanyak, sementara. metanol dan etil asetat dapat memisahkan
noda dengan keterpisahan yang jelas (Gambar 5). Pemilihan eluen terbaik
dilakukan dengan mengkombinasikan campuran kloroform:etil asetat dan
kloroform:metanol dengan nisbah 1:9 sampai 9:1.
a
b
c
d
Gambar 5 Noda KLT ekstrak teraktif degan fase gerak etanol (a), etil asetat (b),
kloroform (c), dan metanol (d)
Hasil elusi campuran menunjukkan distribusi noda pada kombinasi
kloroform:etil asetat umumnya lebih baik dari pada distribusi noda pada kombinasi
kloroform:metanol (Gambar 6). Eluen terbaik pada pencampuran kloroform:etil
asetat terlihat pada komposisi 8:2, sementara pada pencampuran kloroform:metanol
terlihat pada komposisi 6:4.
Fraksionasi ekstrak teraktif menggunakan kromatografi kolom menggunakan
elusi step gradien. Kombinasi eluen dipilih berdasarkan dari urutan kepolarannya
dari yang kurang polar sampai yang paling polar dari 3 eluen tunggal terbaik,
dengan komposisi sebagai berikut, etil asetat:kloroform (1:1), kloroform,
kloroform:metanol (1:1), dan metanol. Komposisi eluen dipilih berdasarkan hasil
elusi eluen campuran yang tidak jauh berbeda. Ketiga eluen diharapkan agar etil
asetat dan kloroform dapat memisahkan senyawa semipolar sedangkan metanol
diharapkan memisahkan senyawa polar.
10
(a)
(b)
Gambar 6 Profil noda pencarian eluen terbaik dengan pencampuran kloroform:
metanol (a) dan kloroform:etil asetat (b) dengan komposisi dari kiri ke
kanan masing-masing 1:9 sampai 9:1
Hasil fraksionasi menggunakan kromatografi kolom menghasilkan 7 fraksi.
Fraksi yang diperoleh mempunyai nilai rendemen mencukupi untuk diuji aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH, namun tidak mencukupi untuk uji kuantitatif
kadar flavonoid dan tanin. Nilai rendemen tertinggi diperoleh oleh fraksi ke lima
dengan bobot fraksi 0.4647 g. Perhitungan nilai rendemen fraksi etanol 70% (v/v)
terdapat pada Lampiran 2.
%inhibisi
120
Fraksi 1
Fraksi 2
Fraksi 3
Fraksi 4
Fraksi 5
Fraksi 6
Fraksi 7
100
80
60
40
20
0
0
200
400
600
800
1000
1200
Log konsentrasi (mg/L)
Gambar 7 Ativitas penangkapan radikal bebas hasil fraksionasi ektrak etanol 70%
(v/v)
Nilai persen inhibisi fraksi menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasinya maka penangkapan radikal bebasnya semakin meningkat. Setiap
fraksi menunjukkan adanya aktivitas penangkapan radikal bebas yang berbeda
untuk setiap konsentrasi yang sama. Fraksi 3 dan 4 mempunyai aktivitas
penangkapan radikal bebas yang lebih tinggi dibandingkan fraksi lain pada
konsentrasi yang sama (Gambar 7). Hal ini menunjukkan bahwa fraksi 3 dan 4
sangat potensial sebagai antioksidan.
11
Tabel 3 Nilai rendemen dan aktivitas antioksidan fraksi ekstrak etanol 70% (v/v)
Fraksi
Rendemen
IC50 (mg/L)
Rf
fraksi (% b/b)
1
3.17
84.94
0.26, 0.69, 0.79,
0.88, 0.91
2
2.85
115.76
0.19, 0.34, 0.63,
0.75, 0.81, 0.89
0.16,
0.44, 0.6, 0.81
3
1.42
17.45
0.06, 0.31
4
3.67
17.91
0.38, 0.69, 0.84
5
19.57
138.14
0.34, 0.83
6
2.68
111.97
0.09,
0.43, 0.63
7
3.08
382.37
Ekstrak etanol
18.25
13.96
70% (v/v)
Nilai IC50 hasil fraksinonasi ekstrak etnol 70% (v/v) digunakan sebagai
perameter utama aktivitas antioksidan. Fraksi 3 dan 4 mempunyai aktivitas
antioksidan sangat kuat karena mempunyai nilai IC50 kurang dari 50 mg/L (Tabel
3). Nilai IC50 antara fraksi 3 dan 4 tidak jauh berbeda, kemungkinan keduanya
mempunyai komponen senyawa yang sama atau hampir sama. Fraksi 1 mempunyai
aktivitas antioksidan kuat karena nilai IC50 antara 50 dan 100 mg/L, dan fraksi 2, 5,
6 termasuk sedang dengan IC50 antara 100 dan 150 mg/L, sedangkan fraksi 7 tidak
mempunyai potensi sebagai antioksidan karena nilai IC50 lebih dari 200 mg/L
(Zuhra 2008). Penentuan nilai IC50 terdapat dalam Lampiran 4. Fraksi yang
mempunyai aktivitas teraktif adalah fraksi ke tiga dengan nilai IC50 sebesar 17.45
mg/L.
Nilai aktivitas antioksidan hasil fraksionasi etanol 70% (v/v) menunjukkan
adanya penurunan dibandingkan dengan nilai aktivitas ekstrak kasar etanol 70%
(v/v). Hal ini dapat disebabkan karena adanya interaksi antara senyawa tertentu
dalam ekstrak kasar yang memberikan pengaruh sinergis sehingga dapat
menyebabkan peningkatan pada nilai aktivitas antioksidannya. Faktor lain yang
dapat menjadi penyebab menurunnya aktivitas antioksidan adalah terjadinya
oksidasi pada sampel pada saat penyimpanan atau pada saat proses fraksionasi,
adanya senyawa aktif yang tertahan dalam kolom, hal ini dapat dilihat dari nilai
total rendemen fraksi yang hanya mencapai 36.44%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, daun jambu biji mengandung metabolit
sekunder flavonoid, tanin, alkaloid, steroid dan saponin. Aktvitas antioksidan
terbaik ekstrak kasar daun jambu biji terdapat pada ekstrak etanol 70% (v/v) dengan
nilai rendemen 17.19% dan IC50 sebesar 8.29 mg/L Hasil fraksionasi yang
12
mempunyai aktivitas antioksidan teraktif adalah fraksi ketiga dengan nilai IC50
17.45 mg/L. Nilai IC50 ekstrak dan fraksi teraktif etanol 70% (v/v) menunjukkan
aktivitas antioksidannya lebih lemah dibandingkan standar asam askorbat dan
kuersetin yang mempunyai nilai IC50 berturut-turut 1.25 dan 2.65 mg/L.
Saran
Perlu dilakukan analisis gugus fungsi antara fraksi ke tiga dan ke empat untuk
mengetahui perbedaan keduanya Perlu dilakukan uji lebih lanjut terhadap fraksi
aktif untuk mengisolasi senyawa yang berperan lebih spesifik sebagai antioksidan
dan mengetahui mekanisme penghambatan radikal bebasnya secara spesifik. Perlu
juga dilakukan uji lebih lanjut untuk mengetahui kadar kuantitatif metabolit
sekunder fraksi yang mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi terutama kadar
flavoniod dan taninnya..
DAFTAR PUSTAKA
Amelia N, Prayitno SB. 2012. Pengaruh ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava)
untuk menginaktifkan viral nervous nekrosis (VNN) pada ikan kerapu bebek
(Epinephelus fuscoguttatus). JAMT . 1(1):264-278.
Arini SRD, Susilowati E, Susanti E, Setiyani. 2008. Activity test of Guajava
(Psidium guajava L) leaf methanol extract as contraception in (Rattus
norvegicus). Indo J Chem. 8 (2): 264-270.
Coskun O, Kanter M, Armutcu F, Cetin K, Kaybolbaz B, Kaygan O. 2004.
Protective effects of quercetine, a flavonoid, antioxidant, in absolut etanolinduced acu gastrict uclear. Eur J Gen Med. 1(3) 37-42.
Daud MF, Sadiyah ER, Rismawati E. 2011. Pengaruh perbedaan metode ekstraksi
terhadap aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium
guajava L) berdaging buah putih. Seminar Nasional Peneliatian dan PKM
Sains, Teknologi dan Kesehatan.Bandung, Indonesia. Bandung (ID): 2(1).
Haliwell B, Gutteridge JMC. 1997. Free Radical in Biology and Madicine.
Oxford(ENG): Oxford UnivPr.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia:Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Padmawinata K, Sudiro I, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit
ITB. Terjemahan dari Phytohemical Methods.
Hagerman AE. 2002. Tannin Handbook. Department of Chemistry and
Biochemistry. Florida (USA) : Miami Univ Pr.
Hayati EK, Fasyah AG, Sa’adah L. 2010. Fraksinasi dan identifikasi senyawa tanin
pada daun bimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L). Nilai persen inhibisi
digunakan untuk menentukan nilai IC50 yang merupakan parameter utama
aktivitas antioksidan. 193-200.
Harnly J, . 2006. Flavonoid content of U.S. fruit, vegetables, and nuts. J Agri Food
Chem. 54: 9966-9977
Indriani S. 2006. Aktivitas antioksidan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava
L.) J II Pert Indon. (11) :13-17.
13
Joseph B, Priya M. 2011. Review on Nutritional, Medicinal, and Parmalogical
Properties of Guava (Psidium guajava Linn). Int J Pharm Biol Scie. 21: 5369.
[Kemenkes] Kementrian Kesehatan 2009. Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Indonsesia Nomer 261 Tahun 2009 tentang Farmakope Herbal Indonesia
Edisi I. Jakarta (ID): Kemenkes
Kusumawati I. 2004. Penetapan Senyawa Marker dan Profil Metabolit Ekstrak
Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Obat Fitofarmaka Demam
Berdarah Dengue. [Tesis]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Luthfie F. 2014. Fraksi Polar Daun Jambu Biji (Psidium guajava) sebagai
Antiretroviral terhadap Simian Retrovirus. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Markham KR. 1988.Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Padmawinata K,
penerjemah. Bandung: penerbit ITB. Terjemahan dari: Techniques of
Flavonoid Identi-fication.
Mesah A. 2013. Aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun dan buah jambu biji
(Psidium guajava L) asal pulau Timor. J Kimia Terapan. 1: 50-54.
Miller AL. 1996. Antioxidant flavonoid: struktur, function, and clinical usage. Alt
Med Rev. 1(2): 103-111.
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrilhydrazil (DPPH)
for estimating antioxidant activity. J Sci Technol. 26(2) : 211-219
Prakash A. 2001. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories: Analytical Progress
19(2): 1-4.
Porwal V, Singh P, Gurjar D. 2012. A Comprehensive Study On Different
MethodsOf Extraction From Guajava Leaves For Curing Various Health
Problem. Intrn J Engin. 2(6): 490-496.
Rahman F, Logawa ED, Hegartika H, Simanjuntak E. 2008. Aktivitas antioksidan
ekstrak tunggal dan kombinasinya dari tanaman Curcuma spp. JIKI. 6(2): 6974.
Rasidah, Afizia WM. 2012. Potensi ekstrak daun jambu biji sebagai antibakterial
untuk menggulangi serangan bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan
gurame (Oshpronemus gouramylacepede). J Akuat.1(1): 19-27.
Refli R. 2012.Potensi ekstrak daun Tin (Ficuscarica L) sebagai antioksidan dan
aktivitas hambatnya terhadap proliferasi sel keneker HeLa [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Sharon S, Anam S, Yuliet. 2013. Formulasi krim antioksidan ekstrak etanol bawang
hutan (Eleutherine palmifolia L Merr). J Natur Scie. 2(3): 111-122.
Zuhra CF, Juliati BT, Herlince S, 2008. Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid
dari daun katuk (Sauropus androgunus L). J Biol Sumatra. 3:7-10.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Lampiran 2 Data penentuan nilai IC50 ekstrak kasar daun jambu biji
Nilai persen inhibisi ekstrak metanol
Absorbans
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1 Ulangan 2
80
0.136
0.146
40
0.262
0.271
20
0.342
0.331
10
0.390
0.388
5
0.405
0.406
Ulangan 3
0.138
0.248
0.338
0.390
0.414
Rata-rata
% Inhibisi
0.140
0.260
0.337
0.389
0.408
81.26
65.15
54.89
47.88
45.34
%inhibisi
Kurva hubungan konsentrasi dan % inhibisi ekstrak metanol
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
y = 12,856ln(x) + 20,391
R² = 0,9229
0
20
40
60
Log konsentrasi (mg/L)
80
100
Contoh Perhitungan:
Absorbans kontrol (DPPH) =
0.747 +0.745+0.748
3
= 0.74666 = 0.747
15
A DPPH- A sampel
A DPPH
0.747 – 0.140
0.747
%inhibisi =
=
× 100 %
× 100 % = 81.26%
Perhitungan nilai IC50
Y
= 12.856ln(x) + 20.391
50
= 12.856ln (x)+ 20.391
ln(x) = (50 – 20.391) / 12.856 = 2.303mg/L
x
= 10.004 = 10.00 mg/L
Nilai persen inhibisi ekstrak etil asetat
Absorbans
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
Ulangan 2
80
0.333
0.339
40
0.425
0.408
20
0.450
0.443
10
0.469
0.448
5
0.443
0.459
Contoh perhitungan:
Ulangan 3
0.335
0.398
0.443
0.441
0.471
0.814 +0.819+0.813
3
Absorbans kontrol (DPPH) =
Rata-rata
% Inhibisi
0.336
0.410
0.445
0.453
0.458
58.81
49.65
45.36
44.46
43.84
= 0.81533 = 0.815
A DPPH- A sampel
× 100 %
A DPPH
0.815 – 0.336
=
× 100 % = 81.26%
0.815
Kurva hubungan konsentrasi dengan % inhibisi ekstrak etil asetat
%inhibisi =
70
60
y = 5,0682ln(x) + 33,241
R² = 0,7937
%inhibisi
50
40
30
20
10
0
0
20
40
60
Log konsentrasi (mg/L)
Perhitungan nilai IC50 ekstrak etil asetat
Y
= 5.0682ln(x) + 33.241
50
= 5.0682 ln (x)+33.241
ln(x) = (50 – 33.241) / 5.068 = 3.3067mg/L
x
= 29.27 mg/L
80
100
16
lanjutan Lampiran 2
Nilai persen inhibisi ekstrak etanol 70% (v/v)
Absorbans
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
80
0.182
0.183
0.156
40
0.306
0.311
0.300
20
0.342
0.377
0.396
10
0.426
0.429
0.438
5
0.450
0.456
0.432
2.5
0.458
0.465
0.466
A DPPH- A sampel
A DPPH
0.815 – 0.174
0.815
=
% Inhibisi
0.174
0.306
0.372
0.431
0.446
0.463
78.69
62.49
54.40
47.12
45.28
43.19
0.814 +0.819+0.813
3
Absorbans kontrol (DPPH)=
%inhibisi =
Rata-rata
= 0.81533 = 0.815
× 100 %
× 100 % = 78.69%
Kurva hubungan konsentrasi dengan %inhibisi ekstrak etanol 70% (v/v)
100
%inhibisi
80
y = 9,7448ln(x) + 29,38
R² = 0,874
60
40
20
0
0
20
40
60
Log konsentrasi (mg/L)
80
100
Perhitungan nilai IC50. Ekstrak etanol 70% (v/v)
Y
= 9.7448ln(x) + 29.38
50
= 9.7448ln(x)+ 29.38
ln(x) = (50 – 29.38) / 9.7448 = 2.116 mg/L
x
= 8.29 mg/L
Lampiran 3 Data nilai IC50 asam askorbat dan standar kuersetin
Nilai % inhibisi asam askorbat
Absorbans
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1 Ulangan 2
80
0.060
0.060
40
0.059
0.062
10
0.197
0.183
5
0.293
0.288
2.5
0.374
0.359
Ulangan 3
0.059
0.061
0.211
0.292
0.348
Rata-rata
% Inhibisi
0.060
0.061
0.197
0.291
0.360
92.01
91.88
73.63
61.04
51.76
17
lanjutan Lampiran 3
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1.25
0.391
0.625
0.391
0.3125
0.477
Absorbans
Ulangan 2
0.393
0.405
0.478
Absorbans kontrol (DPPH) =
Ulangan 3
0.391
0.405
0.472
Rata-rata
% Inhibisi
0.392
0.400
0.476
47.57
46.41
36.32
0.747 +0.745+0.748
3
= 0.74666 = 0.747
A DPPH- A sampel
× 100 %
A DPPH
0.747 – 0.060
=
× 100 % = 90.90%
0.747
Kurva hubungan %inhibisi dengan konsentrasi asam askorbat
%inhibisi
%inhibisi =
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
y = 10,685ln(x) + 47,233
R² = 0,9688
0
20
40
60
Log konsentrasi (mg/L)
80
100
Perhitungan nilai IC50 vitamin C
Y
= 10.685ln(x) + 45.233
50
= 10.685 ln (x)+45.233
ln(x) = (50 – 45.233) / 10.685 = 0.222 mg/L
x
= 1. 2488= 1.25 mg/L
Nilai % inhibisi kuersetin
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
80
0.057
40
0.058
20
0.19
10
0.272
5
0.329
2.5
0.347
1.25
0.361
Absorbans
Ulangan 2
0.059
0.054
0.176
0.267
0.33
0.357
0.377
Ulangan 3
0.057
0.057
0.178
0.301
0.339
0.406
0.367
Rata-rata
% Inhibisi
0.058
0.056
0.181
0.280
0.333
0.370
0.368
92.28
92.46
75.73
62.52
55.47
50.47
50.69
18
Contoh perhitungan:
0.747 +0.745+0.748
3
Absorbans kontrol (DPPH)=
A DPPH- A sampel
A DPPH
0.747 – 0.058
0.747
%inhibisi =
=
= 0.74666 = 0.747
× 100 %
× 100 % = 90.28%
Kurva hubungan %inhibisi dengan konsentrasi kuersetin
120
y = 13,736ln(x) + 35,1
R² = 0,9505
100
%inhibisi
80
60
40
20
0
0
20
40
60
80
100
Log konsentrasi (mg/L)
Perhitungan nilai IC50 kuersetin
Y
= 13.736ln(x) + 35.1
50
= 13.736 (x)+ 35.1
ln(x) = (50 – 35.1) / 7313.6 = 1.085mg/L
x
= 2.95 mg/L
Lampiran 4 Data nilai IC50 fraksi ekstrak etanol 70% (v/v)
Nilai %inhibisi fraksi 1
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1000
0.364
500
0.409
250
0.437
125
0.492
62.5
0.541
31.25
0.637
15.625
0.642
7.8125
0.662
Contoh perhitungan:
Absorbans
Ulangan 2
0.385
0.464
0.466
0.560
0.598
0.635
0.616
0.649
Absorbans kontrol (DPPH) =
%inhibisi =
Ulangan 3
0.392
0.387
0.469
0.508
0.585
0.612
0.574
0.640
1.065 + 1.063 + 1.068
3
A DPPH- A sampel
A DPPH
× 100 %
Rata-rata
0.380
0.420
0.457
0.520
0.575
0.628
0.611
0.650
%
Inhibisi
64.29
60.56
57.06
51.17
46.04
41.03
42.66
38.94
= 1.06533 = 1.065
19
Lanjutan Lampiran 4
1.065 – 0.060
1.065
=
× 100 % = 64.29%
Kurva hubungan konsentrasi dengan %inhibisi fraksi 1
70
y = 5,4992ln(x) + 25,573
R² = 0,9551
%inhibisi
60
50
40
30
20
10
0
0
200
400
600
800
Log konsentrasi (mg/L)
1000
1200
Perhitungan nilai IC50 fraksi 1
Y
= 5.4992ln(x) + 25.573
50
= 5.4992 ln (x)+25.573
ln(x) = (50 – 25.573) / 5.4992 = 4.4419 mg/L
x
= 84.9361.= 84.94 mg/L
Nilai %inhibisi fraksi 2
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1000
500
250
125
62.5
Absorbans
Ulangan
3
0.166
0.362
0.36
0.528
0.597
Ulangan 2
0.188
0.259
0.422
0.531
0.604
0.186
0.312
0.435
0.558
0.53
Rata-rata
%
Inhibisi
0.180
0.311
0.406
0.539
0.577
83.10
70.80
61.91
49.39
45.82
Kurva hubungan nilai %inhibisi dan konsentrasi fraksi 2
100
y = 13,844ln(x) - 14,238
R² = 0,9764
%inhibisi
80
60
40
20
0
0
200
400
600
800
Log konsentrasi (mg/L)
Perhitungan nilai IC50 fraksi 2
Y
= 13.844ln(x) – 14.238
50
= 13.844ln (x) -.14.238
1000
1200
20
lanjutan Lampiran 4
ln(x) = (50 + 14.238) / 13.844 = 4.640 mg/L
x
= 115.76 mg/L
Nilai %inhibisi fraksi 3
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
250
0.09
125
0.13
62.5
0.326
31.25
0.518
15.625
0.482
7.8125
0.595
Absorbans
Ulangan 2
0.088
0.144
0.331
0.51
0.544
0.656
Ulangan 3
0.087
0.144
0.367
0.521
0.589
0.644
%
Inhibisi
91.71
86.92
67.95
51.52
49.45
40.69
Rata-rata
0.088
0.139
0.341
0.516
0.538
0.632
Kurva hubungan %inhibisi dengan konsentrasi frasksi 3
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
%inhibisi
y = 15,825ln(x) + 4,7515
R² = 0,95
0
50
100
150
200
Log konsentrasi (mg/L)
250
300
Perhitungan nilai IC50 fraksi 3
Y
= 15.825ln(x) + 4.7515
50
= 15.825ln (x)+4.7515
ln(x) = (50 – 4.7515) / 15.825 = 2.8593 mg/L
x
= 17.45 mg/L
Nilai %inhibisi fraksi 4
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1000
0.110
500
0.106
250
0.263
125
0.255
62.5
0.437
31.25
0.483
15.625
0.525
7.8125
0.599
Absorbans
Ulangan 2
0.123
0.128
0.227
0.347
0.474
0.489
0.570
0.597
Ulangan 3
0.120
0.106
0.317
0.318
0.422
0.498
0.516
0.606
Rata-rata
0.118
0.113
0.269
0.307
0.444
0.490
0.537
0.601
%
Inhibisi
88.95
89.36
74.74
71.21
58.28
53.99
49.58
43.60
21
lanjutan Lampiran 4
Kurva hubungan %inhibisi dengan konsentrasi fraksi 4
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
%inhibisi
y = 10,16ln(x) + 20,679
R² = 0,9684
0
200
400
600
800
1000
Log konsentrasi (mg/L)
1200
Perhitungan nilai IC50 fraksi 4
Y
=10.16ln(x) + 20.679
50
= 10.16ln (x)+ 20.679
ln(x) = (50 – 20.679) / 10.16 = 2.8859 mg/L
x
= 17.91 mg/L
Nilai %inhibisi fraksi 5
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1000
0.176
500
0.473
250
0.552
125
0.601
62.5
0.543
Absorbans
Ulangan 2
0.201
0.389
0.476
0.597
0.614
Ulangan 3
0.216
0.317
0.503
0.472
0.626
Rata-rata
0.198
0.393
0.510
0.557
0.594
%inhibisi
Kurva hubungan %inhibisi dan konsentrasi fraksi 5
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
y = 12,964ln(x) - 13,871
R² = 0,8912
0
200
400
600
Log konsentrasi (mg/L)
Perhitungan nilai IC50 fraksi 5
Y
=12.964ln(x) -13.871
50
= 12.964ln (x) -13.871
ln(x) = (50 – 13.871) / 12.964 = 4.928 mg/L
x
= 138.14 mg/L
800
1000
%
Inhibisi
81.44
63.10
52.08
47.73
44.19
22
lanjutan Lampiran 4
Nilai %inhibisi fraksi 6
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1000
0.086
500
0.241
250
0.389
125
0.576
62.5
0.496
Absorbans
Ulangan 2
0.124
0.298
0.466
0.486
0.644
Ulangan 3
0.083
0.349
0.454
0.506
0.655
Rata-rata
0.098
0.296
0.436
0.523
0.598
%
Inhibisi
90.83
72.21
59.03
50.92
43.82
Kurva hubungan %inhibisi dan konsentrasi frasksi 6
100
y = 16,635ln(x) - 28,488
R² = 0,9578
%inhibisi
80
60
40
20
0
0
200
400
600
800
1000
Log konsentrasi (mg/L)
Perhitungan nilai IC50 fraksi 6
Y
=13.844ln(x) -14.238
50
= 13.844ln (x) -14.238
ln(x) = (50 +14.238) / 13.844 = 4.718 mg/L
x
= 111.67 mg/L
Nilai %inhibisi fraksi 7
Konsentrasi
(mg/L)
Ulangan 1
1000
0.488
500
0.573
250
0.556
125
0.554
62.5
0.695
Absorbans
Ulangan 2
0.444
0.466
0.521
0.647
0.601
Ulangan 3
0.482
0.547
0.527
0.615
0.697
Rata-rata
0.471
0.529
0.535
0.605
0.664
%
Inhibisi
55.74
50.36
49.80
43.16
37.62
23
lanjutan Lampiran 4
Kurva hubungan %inhibisi dan konsentrasi frasksi 7
60
y = 6,2675ln(x) + 12,731
R² = 0,9547
%inhibisi
50
40
30
20
10
0
0
200
400
600
800
1000
Log konsentrasi (mg/L)
Perhitungan nilai IC50 fraksi 7
Y
= 6.2675ln(x) + 12.731
50
= 6.2675ln (x)+ 12.731
ln(x) = (50 – 12.731) / 6.2675 = 5.9464 mg/L
x
= 382.37mg/L
1200
24
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebumen pada tanggal 21 Oktober 1991 dari ayah
Basirun dan ibu Siti Rochmah. Penulis adalah putri ketiga dari empat bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA N 2 Purworejo dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Kimia. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan. penulis menjadi asisten Kimia TPB
(2012/2013 dan 2013/2014), Kimia Polimer (2013/2014), kimia Biologis
(2013/2014), serta Pendidikan Agama Islam (2012/2013). Penulis aktif memberi
bimbingan belajar kimia SMA kelas X dan XI di Yayasan Asa Anak Bangsa.
Kegiatan sosial penulis sebagai staf Lembaga Dakwah Kampus Al Hurriyyah IPB.
Penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Balai Besar Pengawasan Obat dan
Makanan (BB POM) Jakarta, pada bulan Juli-Agustus 2014, dengan judul
Verifikasi Metode Identifikasi Resorcinol dalam Sediaan Krim Wajah
Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.