Perubahan Karbon Tersimpan Atas Permukaan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau Provinsi Banten.

PERUBAHAN KARBON TERSIMPAN ATAS PERMUKAAN
DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIDANAU
PROVINSI BANTEN

GALANG BADADUNG

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Karbon
Tersimpan Atas Permukaan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Galang Badadung
NIM E34100081

ABSTRAK
GALANG BADADUNG. Perubahan Karbon Tersimpan Atas Permukaan di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau Provinsi Banten. Dibimbing oleh LILIK
BUDI PRASETYO dan AGUS PRIYONO KARTONO.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau merupakan salah satu daerah yang
memiliki kontribusi penting bagi pembangunan ekonomi di Provinsi Banten. DAS
Cidanau memiliki potensi besar untuk menyerap karbon. Pada tahun 2013-2014,
program pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau telah dilakukan oleh PT
Krakatau Tirta Industri kepada 5 kelompok tani hutan. Penelitian ini dilakukan
untuk memperkirakan perubahan stok karbon akibat perubahan tutupan lahan.
Perubahan tutupan lahan dianalisis berdasarkan citra multiwaktu Landsat
menggunakan analisis citra berbasis obyek metode (OBIA). Sementara itu, 5
carbon pool stok karbon di atas permukaan tanah diukur dengan pendekatan

persamaan alometrik (pengambilan sampel undestructive). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada 12 jenis tutupan lahan, yaitu hutan dataran tinggi yaitu,
hutan rawa, agroforestri, hutan tanaman, perkebunan karet, semak, rawa-rawa
rumput, ladang, lahan pertanian, lahan terbuka, perumahan, dan air tubuh. Pada
tahun 2000, 2007 & 2014 cadangan karbon di DAS Cidanau masing-masing
mengandung 725,455.99 ton, 733,813.02 ton dan 751,818.67 ton.
Kata kunci: biomassa, karbon atas pemukaan, perubahan tutupan lahan,
persamaan allometrik, daerah aliran sungai

ABSTRACT
GALANG BADADUNG. Above Ground Carbon Stock Change at Cidanau
Watershed in Banten Province. Supervised by LILIK BUDI PRASETYO and
AGUS PRIYONO KARTONO.
Cidanau watershed is one area which has an important contribution to the
economic development in Banten province. DAS Cidanau has great potential to
absorb carbon. In the year 2013 – 2014, payment programs for environmental
services in DAS Cidanau has been carried out for 5 of forest farmer groups by PT
Krakatau Tirta Industri as a buyer of water. The study was conducted to estimate
the carbon stock changes due to land cover changes. Land cover changes was
analyzed based on timeseries Landsat Imageries using object-based image

analysis (OBIA) method. Meanwhile, 5 pools of above carbon stock were
measured by allometric equation (undestructive sampling). The result showed that
there 12 different types of land cover, namely upland forest, swamp forests,
agroforestri, forest plantations, rubber plantations, shrubs, grass marshes, fields,
farmlands, open land, housing, and water bodies. In 2000, 2007 & 2014 carbon
stocks in DAS Cidanau accounted for 725,455.99 ton, 733,813.02 ton and
751,818.67 ton, respectively.
Keywords:

biomass, above ground carbon, land cover change, allometric
equation, watershed

PERUBAHAN KARBON TERSIMPAN ATAS PERMUKAAN
DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIDANAU
PROVINSI BANTEN

GALANG BADADUNG

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
pendugaan karbon tersimpan, dengan judul Dinamika Karbon Tersimpan di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo,
MSc dan Bapak Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi selaku pembimbing, serta
Bapak Chandra Irawadi Wijaya, Shut MSi yang telah banyak memberi saran pada
tahap awal hingga penyelesaian penelitian ini. Di samping itu, penghargaan

penulis sampaikan kepada Masyarakat sekitar DAS Cidanau yang telah membantu
dalam pengumpulan data dilapangan, Terimakasih juga penulis ungkapkan kepada
ICRAF-World Agroforestri Centre yang telah memberikan bantuan dana penelitia,
juga disampaikan kepada ayah, ibu, kedua adik saya Hapsah Nur Hapsari dan
Zahra Khairunisa, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Galang Badadung

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN


vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat

1

METODE


2

Waktu dan Lokasi

2

Sumber Data

2

Prosedur

3

Analisis Perubahan Tutupan lahan

5

Analisis Perubahan Karbon Atas Permukaan


8

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Perubahan Tutupan Lahan

11

Karbon Atas Permukaan

19

Perubahan Karbon Atas Permukaan

19

SIMPULAN DAN SARAN


22

Simpulan

22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

23

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Jenis dan sumber data
Index yang digunakan dalam klasifikasi citra
Rumus uji akurasi hasil klasifikasi mengacu kepada Foody (2002)
Persamaan allometrik
Deskripsi tipe tutupan lahan
Overall accuracy dan kappa coefficient
Producer dan user accuracy

Luas tutupan lahan
Matriks perubahan tutupan lahan tahun 2000-2007
Matriks perubahan tutupan lahan tahun 2007-2014
Simpanan karbon untuk setiap tipe tutupan lahan
Nilai rata-rata dugaan total simpanan karbon

3
7
7
9
11
13
13
14
16
18
19
20

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Lokasi penelitian
Alur penelitian
Alur analisis perubahan tutupan lahan
Citra Landsat 7 SLC-off tahun 2007 (a); Citra Landsat SLC-off tahun
2007 yang telah mengalami proses gap filling (b)
Citra Landsat 8 OLI tahun 2014 (a); Citra Landsat 8 OLI tahun 2014
pada proses segmentasi (b); Hasil klasifikasi citra Landsat 8 OLI (c)
Ilustrasi matriks kesalahan mengacu kepada Foody (2002)
Alur analisis perubahan karbon atas permukaan
Plot pengukuran biomassa dan karbon
Peta tutupan Lahan hasil konsistensi kondisi awan dan bayangan
awan : a = tahun 2000; b = tahun 2007; c = tahun 2014
Perubahan tutupan lahan di DAS Cidanau Tahun 2000, 2007, dan
2014
Perubahan tutupan lahan tahun 2000-2007
Perubahan tutupan lahan tahun 2007-2014
Perubahan karbon atas permukaan DAS Cidanau

2
4
5
6
7
7
8
9
12
15
15
17
20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Rona Landsat dan dokumentasi tutupan lahan
Matriks kesalahan uji akurasi hasil klasifikasi tutupan lahan tahun
2014

23
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah aliran sungai (DAS) Cidanau merupakan salah satu wilayah yang
memiliki andil penting bagi pembangunan ekonomi di Provinsi Banten sebagai
kesatuan sumberdaya. DAS Cidanau memiliki potensi besar dalam menyerap
karbon di atmosfer karena bentang alamnya didominasi oleh tutupan lahan
agroforestri seluas 8174,88 Ha (Forum Komunikasi DAS Cidanau atau FKDC
2013).
Tantangan kedepan dalam pengelolaan DAS Cidanau adalah menjaga
kelestarian fungsi DAS. Menurut FKDC (2013) telah terjadi perambahan yang
dilakukan masyarakat pada kawasan Cagar Alam Rawa Danau yang berada
didalam DAS Cidanau. Perambahan yang terjadi dapat mengakibatkan penurunan
kualitas salah satu fungsi DAS sebagai penyerap karbon. Untuk menjaga
kelestarian fungsi DAS, DAS Cidanau telah dilakukan program pembayaran jasa
lingkungan terhadap 5 kelompok tani hutan yang berada di 2 kecamatan yaitu
Ciomas dan Mandalawangi dengan PT Krakatau Tirta Industri sebagai pembeli
pada tahun 2013-2014 (FKDC 2013). Oleh karena itu penelitian ini perlu
dilakukan untuk menduga jumlah karbon yang tersimpan secara multitemporal
yang diakibatkan oleh perubahan tutupan lahan sebagai bahan masukan evaluasi
terhadap program perkembangan pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menduga perubahan karbon tersimpan atas
permukaan yang diakibatkan perubahan tutupan lahan di DAS Cidanau pada dua
periode, yaitu 2000-2007 dan 2007-2014.
Manfaat
Data penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi ilmiah dalam
pengambilan kebijakan pengelolaan DAS Cidanau dan sebagai bahan evaluasi
terhadap program pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau.

2

METODE
Waktu dan Lokasi
Pengambilan data dilaksanakan pada Maret - Mei 2014 di DAS Cidanau
Provinsi Banten. Analisis data dilakukan di Laboratorium Analisis dan Pemodelan
Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor danICRAF- World Agroforestry Centre.
Secara geografis DAS Cidanau terletak diantara 06°07’30”-06°18’00” LS
dan 105°49’00”-106°04’00” BT. Menurut Kementerian Kehutanan (Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan) DAS Cidanau memiliki luas 22.423,99 ha
pada tahun 2014, yang mencakup wilayah Kabupaten Serang dan Pandeglang.
DAS Cidanau secara administratif mencakup 39 desa di 6 wilayah kecamatan
Kabupaten Serang, yaitu Kecamatan Cinangka, Ciomas, Gunung Sari, Mancak,
Pabuaran, dan Padarincang serta 8 desa di 2 wilayah kecamatan Kabupaten
Pandeglang, yaitu Kecamatan Kadu Hejo dan Kecamatan Mandalawangi. Lokasi
penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi penelitian
Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua kategori,
yaitu data spasial dan data non-spasial (Tabel 1).

3
Tabel 1 Jenis dan sumber data
No
1

Kategori
Tipe
Data
Data
Data
Raster
Spasial

Vector

2

Data
Nonspasial

Analisis
Vegetasi

Data
Landsat 8 OLI/TIRS
dengan scene id :
LC81230642014135LGN00
tanggal akuisisi : 15 Mei
2014
Landsat 7 ETM+ dengan
scene id :
LE71230642007172DKI00
tanggal akuisisi : 21 Juni
2007
Landsat 7 ETM+ dengan
scene id :
LE71230642007220PFS00
Tanggal akuisisi : 8 Agutus
2007
Landsat 7 ETM+ dengan
scene id :
LE71230642000169SGS01
tanggal akuisisi : 17 Juni
2000
ASTER GDEM 30 m

Batas DAS Cidanau

Batas Administrasi
Biomassa

Sumber
U.S. Geological
Survey*

U.S. Geological
Survey*

U.S. Geological
Survey*

U.S. Geological
Survey*

Global Earth
Observation System of
System**
Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan***
Badan Pusat Statistik
Pengukuran langsung

*
http://glovis.usgs.gov/ (di unduh pada tahun 2014)
** http://gdem.ersdac.jspacesystems.or.jp/ (di unduh pada tahun 2014)
*** http://webgis.dephut.go.id (di unduh pada tahun 2014)

Prosedur
Pendugaan perubahan simpanan karbon atas permukaan dianalisis
berdasarkan data perubahan tutupan lahan dengan nilai total dugaan karbon atas
permukaan untuk setiap tipe tutupan lahan. Secara umum tahapan penelitian
terdiri dari tiga tahapan kerja sebagai berikut:
1. Analisis perubahan tutupan lahan,
2. Penghitungan karbon atas permukaan skala lanskap (DAS),
3. Analisis perubahan karbon atas permukaan akibat perubahan tutupan lahan.

4
Dalam penelitian ini juga dilakukan pendekatan statistik dalam penentuan
unit sample yang akan diambil. Metode yang digunakan adalah stratified random
sampling, metode ini dipilih untuk mengurangi kesalahan dalam pengambilan unit
contoh karena kondisi lokasi penelitian yang bersifat heterogen jika dilihat dari
kondisi tutupan lahan. Pemilihan unit contoh yang tepat akan memberikan data
yang dapat mewakili kondisi keseluruhan area yang dijadikan lokasi penelitian.
Alur penelitian disajikan pada Gambar 2.
Mulai

Tahap Persiapan

Pengumpulan Alat dan Bahan

Pengumpulan Data Sekunder

Survei

Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan Data Groundtruth

Pengukuran Biomassa dan Karbon
Atas Permukaan Pada Lokasi
Penelitian Skala Plot

Lokasi GPS Tutupan
Lahan

Data Karbon Atas
Permukaan Skala Plot

Klasifikasi Tutupan Lahan

Penghitungan Karbon Atas
Permukaan Skala Tutupan Lahan

1

2

Analisis Perubahan Tutupan Lahan

Penghitungan Karbon Atas
Permukaan Skala Lanskap (DAS)

Data Perubahan Tutupan
Lahan Pada Skala Lanskap
(DAS)

Data Karbon Atas
Permukaan Skala Lanskap
(DAS)

3

Analisis Perubahan Karbon Atas
Permukaan Akibat Prubahan Tutupan
Lahan

Selesai

Gambar 2 Alur penelitian

5

Analisis Perubahan Tutupan lahan
Alur kerja analisis perubahan tutupan lahan disajikan pada Gambar 3. Data
perubahan tutupan lahan dihasilkan berdasarkan hasil klasifikasi citra
multitemporal. Secara umum pada tahap ini, dilakukan 2 tahapan kerja sebagai
berikut:
a) Klasifikasi tutupan lahan
b) Analisis perubahan tutupan lahan
Klasifikasi Tuupan Lahan
Citra Landsat 7
ETM+
Tahun 2000

Citra Landsat 7
ETM+
Tahun 2007

Citra Landsat 8
OLI
Tahun 2014

SLC-OFF Gap Filling

Korreksi Atmosferik

Koreksi Geometrik
Pra-klasifikasi
Klasifikasi
Segmentasi Citra

Pembuatan Sampel

Data GCP

Klasifikasi Berbasis Objek

Pengaturan
parameter

Uji Akurasi

Peta Tutupan
Lahan Tahun
2000

Terima

Tidak diterima

Peta Tutupan
Lahan Tahun
2007

Peta Tutupan
Lahan Tahun
2014

Analisis Perubahan Tutupan Lahan
Overlay
Analisis Perubahan Tutupan
Lahan

Gambar 3 Alur analisis perubahan tutupan lahan

6
Klasifikasi tutupan lahan
Pada tahap klasifikasi tutupan lahan, tahapan kerja dibagi menjadi dua, yaitu
pra-klasifikasi dan klasifikasi. Tahap pra-klasifikasi adalah tahap meningkatkan
kualitas citra melalui proses koreksi-koreksi yang diakibatkan kesalahan satelit
dalam melakukan perekaman citra, sedangkan tahap klasifikasi adalah proses
lanjutan yang pada akhirnya tujuan mengekstrak informasi dari citra dilakukan
pada tahap ini. Berikut penjelasan masing-masing tahapan kerja pada proses ini
adalah sebagai berikut:
1) Pra-klasifikasi
Perbaikan kualitas citra akibat kesalahan satelit dalam perekaman citra
dilakukan pada tahap ini. Perbaikan yang dilakukan berupa koreksi geometrik
(geometric correction) dan koreksi atmosferik (atmospheric correction). Pada
tahap ini, pengolahan citra yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Koreksi geometrik pada citra dengan menggunakan metode image to map
dengan peta RBI.
b) Koreksi atmosferik untuk menghilangkan bias dengan memperhatikan
histogram citra.
c) Pemotongan citra, hal ini bertujuan untuk memfokuskan pengamatan hanya
pada wilayah penelitian.
Khusus pada citra landsat tahun 2007 dilakukan proses gap filling
(menambal lubang citra yang mengalami stripping). Pada tahun tersebut citra
landsat 7 +ETM mengalami kerusakan sehingga citra landsat yang direkam
mengalami stripping. Proses gap filling dilakukan dengan menggunakan citra
pada tahun yang sama. Berikut hasil gap filling disajikan pada Gambar 4.

(a)
(b)
Gambar 4 Citra Landsat 7 SLC-off tahun 2007 (a); Citra Landsat SLC-off tahun
2007 yang telah mengalami proses gap filling (b)
2) Klasifikasi Citra
Metode klasifikasi yang digunakan adalah object based image analysis
(OBIA). Metode OBIA dipilih karena pada proses klasisifikasinya tidak hanya
mempertimbangkan nilai spektral citra saja (lihat Table 2), akan tetapi pada
klasifikasi ini faktor lain seperti bentuk dan tekstur pada suatu citra juga ikut
dipertimbangkan, sehingga diharapkan hasil klasifikasi citra menjadi lebih akurat.
Secara umum klasifikasi dengan metode ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu
segmentasi objek dan klasifikasi objek (Gambar 5).

7

(a)
(b)
(c)
Gambar 5 Citra Landsat 8 OLI tahun 2014 (a); Citra Landsat 8 OLI tahun 2014
pada proses segmentasi (b); Hasil klasifikasi citra Landsat 8 OLI (c)
Tabel 2 Index yang digunakan dalam klasifikasi citra
Jenis Index
Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)
Land and Water Mask (LWM)
Ratio Vegetation Index (RVI)
Normalized Difference Moisture Index (NDMI)
Specific Leaf Area Vegetation Index (SLAVI)

Rumus
(NIR – Red) / (NIR + Red)
Infrared / (green + 0,0001)*
100
NIR / Red
(NIR – IR) / (NIR + IR)
NIR / (Red +Infrared)

Dalam penyediaan data tutupan lahan juga dilakukan uji akurasi antara citra
landsat terklasifikasi dengan data groundtruth dari hasil survei dilapangan. Uji
akurasi ini merupakan pendekatan statistik untuk mengukur seberapa tepat citra
landsat yang diklasifikasi menjadi beberapa kelas penutupan lahan. Persamaan uji
akurasi citra terklasifikasi mengacu pada ilustrasi pembutan matriks kesalahan
(Gambar 6) dan persamaan (Tabel 3)
A
B
C
D


A
nAA
nBA
nCA
nDA
n+A

B
nAB
nBB
nCB
nDB
n+B

C
nAC
nBC
nCC
nCD
n+C

D
nAD
nBD
nCD
nDD
n+D


nA+
nB +
nC+
nD+
n

Gambar 6 Ilustrasi matriks kesalahan mengacu kepada Foody (2002)
Tabel 3 Rumus uji akurasi hasil klasifikasi mengacu kepada Foody (2002)
Nama
Overall accuracy
Producer’s accuracy
User’s accuracy
Kappa Cofficient

Persamaan

8
Analisis perubahan tutupan lahan
Perubahan tutupan lahan dianalisis dengan melakukan overlay peta tutupan
lahan tahun 2000, 2007, dan 2014. Hasil overlay dianalisis melalui attribute table.
Masalah utama dalam tahap ini adalah keberadaan awan dari citra terklasifikasi.
Untuk menghindari bias, dilakukan analisis spasial terhadap penutupan awan dan
bayangan awan (tidak ada data), dengan cara disamakan untuk setiap tahun
analisis, yaitu tahun 2000, 2007, dan 2014.

Analisis Perubahan Karbon Atas Permukaan
Nilai dugaan karbon atas permukaan di analisis berdasarkan nilai dugaan
biomassa pada skala plot yang di ekstrapolasi menjadi skala lanskap (DAS). Alur
analisis perubahan karbon atas permukaan disajikan pada Gambar 7.Pada tahap ini
tahapan kerja yang dialakukan adalah sebagai berikut:
a) Pengukuran biomassa dan karbon
b) Analisis perubahan karbon

Penetuan Sampel

Analisis Perubahan
Karbon Atas
Permukaan

Pengukuran Biomassa
dan Karbon Pada Skala
Plot

Karbon Pada Skala
Tutupan Lahan

Peta Tutupan
Lahan
Multitemporal

Data Perubahan Karbon
Atas Permukaan Skala
DAS

Analisis Perubahan
Karbon Atas
Permukaan

Gambar 7 Alur analisis perubahan karbon atas permukaan
Sebelum dilakukan pengukuran biomassa, pertama-tama dilakukan kegiatan
penentuan plot. Penentuan plot didasarkan atas tipe kelas penutupan lahan. Plot
dibuat berbentuk bujur sangkar dengan jumlah keseluruhan 42 plot sample
berukuran 30 m x 30 m dengan asumsi bahwa ukuran plot contoh menyesuaikan
resolusi citra yang digunakan yaitu Landsat. Pembuatan plot contoh merupakan
modifikasi dari plot contoh 5 m x 20 m (Hairiah et al 2011). Sehingga, secara
umum plot contoh pada penelitian ini digambarkan pada Gambar 8.

9

Gambar 8 Plot pengukuran biomassa dan karbon
Gambar 8 menjelaskan bahwa plot contoh utama dibuat berukuran 30 m x
30 m untuk pohon, pohon mati / kayu mati dengan kriteria dbh < 30 cm. Apabila
dalam plot contoh tersebut terdapat pohon dengan dbh > 30 cm, maka ukuran plot
contoh diperbesar menjadi 30 m x 70 m. Untuk pengukuran biomassa tumbuhan
bawah dan serasah dilakukan di dalam plot contoh utama dengan membuat
kuadran berukuran 50 cm x 50 cm.
Pengukuran biomassa dan karbon
Pengukuran biomassa pohon
Biomassa pohon dilakukan dengan cara non-destruktif (tanpa melakukan
perusakan). Nilai biomassa suatu pohon dicari dengan menggunakan persamaan
allometrik yang telah dikembangkan oleh para peneliti sebelumnyaBerikut
persamaan allometrik yang digunakan dalam penelitian ini disajikan oleh tabel 4
sebagai berikut:
Tabel 4 Persamaan allometrik
Sistem
penggunaan
No
Lahan / Jenis
Pohon
1 Umum
2 Sengon
3 Pisang

Rumus Allometrik
0,11ρ D2,62
0,0272 D2,831
0,0303 D2,1345

*Keterangan: ρ = berat jenis kayu, D = Diameter (dbh)

Sumber
Ketterings et al 2001
Sugiarto 2001
Arifin 2001

Pengukuran biomassa tumbuhan bawah dan serasah
Pengukuran serasah dan tumbuhan bawah dilakukan pada kuadran
berukuran 50 cm x 50 cm. Tumbuhan bawah diatas permukaan dipotong.
Kemudian ditimbang berat basah dan berat keringnya untuk dihitung biomassanya
berdasarkan persamaan yang diacu menurut Hairiah et al. (2011):

10

Keterangan:
BKT = berat kering total
BKc = berat kering contoh
BBc = berat basah contoh
BBT = berat basah total
Pengukuran biomassa pohon atau kayu mati
Pengukuran biomassa pohon atau kayu mati dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut(Hairiah et al.2011):
a) Diameter batang, dan panjang atau tinggi pohon diukur.
b) Apabila dalam sub plot utama maupun plot terdapat batang roboh
melintang, maka diameter batang diukur pada dua posisi (pangkal dan
ujung) dan panjang batang hanya diukur pada contoh yang masuk dalam
sub plot utama atau plot saja.
c) contoh kayu dari nekromasa diambil untuk diamati dengan ukuran 10 cm x
10 cm x 10 cm, timbang berat basahnya, masukkan dalam oven suhu 80 C
selama 48 jam untuk menghitung BJ nya.
d) Menduga persentase bagian nekromasa yang belum terlapuk, sebagai
contoh 100% untuk nekromasa yang masih utuh dan 50% untuk nekromasa
yang setengah bagian terlapuk. Rumus yang digunakan untuk menduga
simpanan nekromassa (Hairiah et al. 2011)sebagai berikut:

e)
f)
g)
h)
i)

Keterangan:
BKn = berat kering nekromassa (kg)
π
= berat jenis
H
= tinggi (m)
D
= diameter (cm)

Penghitungan karbon dari biomassa
Nilai karbon tersimpan didapat dari hasil pengukuran biomassa untuk setiap
carbon poll. Mengacu pada (Hairiah et al. 2011) nilai karbon didapat berdasarkan
persamaan sebagai berikut:
Karbon = Biomassa x 0,46
Dari nilai karbon yang didapatkan berdasarkan data biomassa, maka nilai
karbon pada skala plot dikonversi dengan mengalikan nilai karbon pada skala plot
dengan luas tutupan lahan sehingga didapat data karbon untuk setiap tutupan
lahan, kemudian untuk mendapatkan informasi dugaan karbon pada skala lanskap
(DAS Cidanau) dilakukan dengan menjumlahkan nilai dugaan karbon untuk
setiap tutupan lahan.
Analisis perubahan karbon atas permukaan
Nilai perubahan simpanan karbon atas permukaan didapatkan dari selisih
simpanan karbon 2 tahun pengamatan yang berbeda (T1-T0).

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan Tutupan Lahan
Perubahan tutupan lahan merupakan perubahan perwujudan fisik suatu
lanskap tanpa turut memperhatikan peruntukan wilayah tersebut. Penutupan lahan
DAS Cidanau dapat diklasifikasikan menjadi 12 penutupan lahan, yaitu hutan
lahan kering, hutan rawa, agroforestri, hutan tanaman, kebun karet, semak belukar,
rumput rawa, sawah, lahan pertanian, lahan terbuka, pemukiman dan badan air.
Deskripsi dan peta setiap tipe tutupan lahan pada lokasi penelitian disajikan pada
Tabel 5 dan Gambar 9.
Tabel 5 Deskripsi tipe tutupan lahan
No Tutupan
Lahan
1
Hutan Lahan
Kering

2

Hutan Rawa

3
4

Agroforestri
Hutan
Tanaman

5

Kebun Karet

6

Semak
Belukar

7
8

Rumput
Rawa
Sawah

9

Ladang

10
11

Lahan
Terbuka
Pemukiman

12

Badan Air

Deskripsi
Hutan yang tumbuh dan berkembang di habitat lahan
kering yang dapat berupa hutan dataran rendah, perbukitan
dan pegunungan, atau hutan tropis dataran tinggi (BSN
2010).
Hutan yang tumbuh dan berkembang di habitat lahan basah
/ tergenang air rawa
Lahan yang ditanami tanaman keras lebih dari satu jenis
Hutan rakyat yang bersifat homogen. Komoditi utama dari
tipe lahan ini adalah kayu dengan jenis tanaman Sengon
(Paraserianthes falcataria), dan Jati (Tectona grandis).
Perkebunan yang berkembang dengan tanaman karet yang
mendominasi dan bersifat homogen.
Kawasan lahan kering yang telah ditumbuhi dengan
berbagai vegetasi alami dan heterogen dan homogen
dengan tingkat kerapatan jarang hingga rapat. Kawasan
tersebut didominasi vegetasi rendah alami (BSN 2010).
Rumput yang berhabitat di daerah yang secara permanaen
tergenang air tawar ataupun payau (BSN 2010).
Areal pertanian yang digenangi air atau diberi air, baik
dengan teknologi pengairan, tadah hujan, maupun pasang
surut. (padi) (BSN 2010)
Pertanian lahan kering yang ditanami tanaman semusim,
terpisah dengan halaman sekitar rumah serta
penggunaannya tidak berpindah-pindah (BSN 2010)
Lahan tanpa tutupan lahan baik yang bersifat alamiah, semi
alamiah, maupun artificial. (BSN 2010).
Areal atau lahan yang digunakan sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung kehidupan (BSN 2010).
Semua kenampakan peraira. Pada lokasi penelitian badan
air di dominasi oleh aliran sungai

12

Gambar 9 Peta tutupan Lahan hasil konsistensi kondisi awan dan bayangan awan :
a = tahun 2000; b = tahun 2007; c = tahun 2014

13
Sebelum dilakukan analisis, citra terklasifikasi harus dilakukan uji akurasi
untuk melihat seberapa besar kesalahan hasil klasifikasi. Hasil uji akurasi
disajikan pada tabel 6 dan 7.
Tabel 6 Overall accuracy dan kappa coefficient
Tahun
2000

Accuracy assesment

Tahun 2007

Tahun2014

Overall classification
100
100 %
accuracy
Overall kappa coefficient
1
1
accuracy
Tabel 7 Producer dan user accuracy
Tipe
Tutupan
Lahan
Hutan
Lahan
Kering
Hutan
Rawa
Agrofores
Hutan
Tanaman
Kebun
Karet
Semak
Belukar
Rumput
Rawa
Sawah
Lahan
Pertanian
Lahan
Terbuka
Pemukim
an
Badan Air

Tahun 2000 (%)
Tahun 2007 (%)
User's
User's
Producer'
Producer'
accurac
accurac
s accurasy
s accurasy
y
y

91,02 %
0,85

Tahun 2014 (%)
Producer
User's
's accura
accurasy
cy

100

100

100

100

100.00

100.00

100

100

100

100

83.33

83.33

100

100

100

100

92.86

96.62

100

100

100

100

88.24

78.95

100

100

100

100

100.00

100.00

100

100

100

100

100.00

100.00

100

100

100

100

100.00

66.67

100

100

100

100

88.89

94.12

100

100

100

100

0.00

0.00

100

100

100

100

100.00

100.00

100

100

100

100

80.95

73.91

100

100

100

100

80.00

57.14

Tabel 6 dan 7 menjelaskan bahwa hasil citra terklasifikasi dapat diterima
untuk dianalisis lebih lanjut, karena hasil uji akurasi overall accuracy > 85% dan
kappa coefficient > 0.8 menunjukan nilai yang baik.
Hasil bias dalam analisis perubahan tutupan lahan akibat perbedaan kondisi
awan dan bayangan dihilangkan (Gambar 9) dengan cara menyamakan kondisi
awan dan bayangan awan untuk setiap tahun analisis citra. Distribusi luas tutupan
lahan di DAS Cidanau disajikan pada Tabel 8.

14
Tabel 8 Luas tutupan lahan
No

Tutupan
Lahan

2

Hutan Lahan
Kering
Hutan Rawa

3

Agroforestri

1

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Hutan
Tanaman
Kebun Karet
Semak
Belukar
Rumput
Rawa
Sawah
Lahan
Pertanian
Lahan
Terbuka
Pemukiman
Badan Air
No data*
Total

Tahun
2000 (ha)

(%)

Tahun
2007
(ha)

(%)

Tahun
2014
(ha)

(%)

1184.49

5.28

1181.15

5.27

1052.10

4.69

1058.19

4.72

4.70

49.61

1052.64
11744.7
3

4.69

11125.54

1054.38
11317.7
0

83.74

0.37

35.61

0.16

356.55

1.59

20.09

0.09

48.79

0.22

17.46

0.08

5.15

0.02

7.79

0.03

75.94

0.34

1380.01

6.15

1123.41

5.01

1161.18

5.18

6681.14

29.79

6528.97

29.12

5582.23

24.89

28.10

0.13

135.87

0.61

28.52

0.13

3.24

0.01

12.05

0.05

0.72

0.00

190.68
67.78
595.84

0.85
0.30
2.66

318.92
63.52
595.84
22423.9
9

1.42
0.28
2.66
100.0
0

688.13
67.94
595.84
22423.9
9

3.07
0.30
2.66
100.0
0

22423.99 100.00

50.47

52.38

*Nodata = awan dan bayangan awan

Hasil analisis citra terklasifikasi (Tabel 8) menjelaskan bahwa agroforestri
dan sawah mendominasi luas keseluruhan tutupan lahan di DAS Cidanau untuk
semua tahun analisis. Dominasi agroforestri dan sawah disebabkan oleh kondisi
sosial ekonomi masyarakat di wilayah DAS Cidanau yang menggantungkan hidup
pada sektor pertanian dan perkebunan. Menurut data Forum Komunikasi DAS
Cidanau pada tahun 2013, mata pencaharian penduduk di wilayah DAS Cidanau
33 % berada pada sektor pertanian.
Perkembangan populasi penduduk juga mempengaruhi kondisi tutupan
lahan di DAS Cidanau. Hal ini terlihat dari pertambahan luas pemukiman dari
tahun 2000-2014. Pertambahan pemukiman/lahan terbangun ini berakibat
terhadap menurunnya areal pertanian atau/perkebunan di wilayah DAS Cidanau.
Hasil analisis perubahan tutupan lahan juga menemukan telah terjadinya
penurunan luasan sawah yang terjadi pada tahun 2000-2014. Penurunan sawah ini
merupakan penurunan tipe tutupan lahan terbesar di DAS Cidanau pada tahun
2000-2014.

Luas (ha)

15
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

No data
Badan Air
Pemukiman
Lahan Terbuka
Lahan Pertanian
Sawah
Rumput Rawa
Semak Belukar
Kebun Karet
Hutan Tanaman
Agroforestri
Hutan Rawa

Tahun 2000

Tahun 2007

Tahun 2014

Hutan Lahan Kering

Gambar 10 Perubahan tutupan lahan di DAS Cidanau Tahun 2000, 2007, dan
2014
Perubahan tutupan lahan tahun 2000-2007
Hasil analisis peta tutupan lahan, rumput rawa mengalami penurunan luas
terbesar. Penurunan luas terbesar diakibatkan oleh konversi lahan menjadi sawah
336.84 ha Rumput rawa pada lokasi penelitian merupakan tutupan lahan yang
hanya berada di kawasan Cagar Alam Rawa Danau. Perubahan tutupan lahan ini
menandakan telah terjadinya perambahan di kawasan tersebut. Selain itu pada
periode yang sama, rumput rawa juga telah mengalami kenaikan luas yang
diakibatkan oleh berubahnya 5.55 ha hutan rawa, 74.42 ha sawah, dan 0.27 ha
badan air menjadi rumput rawa. Total penurunan luas rumput rawa pada tahun
2000-2007 adalah 256.60 ha.
Hasil analisis peta tutupan lahan juga menunjukan telah terjadinya
peningkatan luas agroforestri dan pemukiman. Agroforestri meningkat
diakibatkan oleh berubahnya tipe tutupan lahan sawah menjadi agroforestri
sebesar 403.62 ha. Selain itu, pemukiman juga mengalami peningkatan luas pada
periode tahun ini. Peningkatan luas pemukiman di akibatkan oleh konversi sawah
menjadi pemukiman sebesar 81.54 ha.

Hutan Lahan Kering

192,16

200,00
150,00

107,77

100,00
Luas (ha)

0,00

Hutan Tanaman
8,81

2,64
-3,35
-3,81

Semak Belukar
Rumput Rawa

-48,13

Sawah
-152,17

Lahan Pertanian
Lahan Terbuka

-200,00

Pemukiman

-250,00
-300,00

Kebun Karet
-4,26

-100,00
-150,00

Hutan Rawa
Agroforestri

28,70

50,00
-50,00

128,23

-256,60

Badan Air

Gambar 11 Perubahan tutupan lahan tahun 2000-2007

16

Tabel 9 Matriks perubahan tutupan lahan tahun 2000-2007
Tutupan
Lahan
Tahun 2000
(ha)
H
Hr
Af
Ht
Kk
Sb
Rr
Sw
Lp
Lt
Pm
Ba
Nd
Total

Tutupan Lahan Tahun 2007 (ha)
H

Hr

1,180.61

Af

Ht

Kk

Sb

Rr

3.13

1,181.15

1,054.38

Lt

Pm

Ba
0.61

5.55
10,791.84 26.25 33.27 1.54
79.05 3.25 0.35
4.41
11.02
0.45
1.87

1.74

Lp
0.14

1,052.64

0.53

Sw

403.62
14.55
1.23
0.95
18.47

5.99
0.03

3.82 4.29

1,043.17
74.42

0.10
0.33 0.10

0.27

11,317.70 35.61 48.79 7.79

1,123.41

183.70
9.44
0.11
3.71
0.18
2.19
336.84
5,980.45 114.51
1.65 11.11
1.54
3.63
15.14
0.51

6.05

49.49 23.97
0.81 0.18

0.76
0.64
4.80

81.92
0.76
0.43
0.05
185.89

7.32

0.11
30.69

6,528.97 135.87 12.05 318.92 63.52

Nd

Total

1,184.49
1,058.19
11,125.54
83.74
20.09
5.15
1,380.01
6,681.14
28.10
3.24
190.68
67.78
595.84
595.84
595.84 22,423.99

Keterangan : H = hutan tanaman ; Hr = hutan rawa ; Af = agroforestri ; Ht = hutan tanaman ; Kk = kebun karet ; Sb = semak belukar ; Rr = rumput rawa ; Sw = sawah ;
Lp = lahan pertanian ; Lt = lahan terbangun ; Pm = pemukiman ; Ba = badan air ; Nd = no data

17
Perubahan tutupan lahan tahun 2007-2014
Hasil analisis tutupan lahan menunjukan sawah mengalami penurunan luas
terbesar. Penurunan sawah diakibatkan oleh konversi sawah menjadi agroforest
sebesar 1,051.01 ha, hutan tanaman 34.33 ha, kebun karet 3.37 ha, semak belukar
51.60 ha, rumput rawa 104.39 ha, lahan pertanian 196.03 ha, dan badan air 15.14
ha. Akan tetapi pada periode yang sama sawah juga mengalami kenaikan luas
akibat berkurangnya luas hutan lahan kering sebesar 0.48 ha, agroforestri 310.38
ha, kebun karet 3.59 ha, semak belukar 2.40 ha, rumput rawa 84.89 ha, lahan
pertanian 103.73 ha, lahan terbuka 2.33 ha, dan badan air 6.25 ha. Total
penurunan luas sawah pada tahun 2007-2014 adalah 946.74 ha.
Agroforestri pada tahun 2007-2014 mengalami kenaikan luas terbesar.
Kenaikan luas agroforestri sebagian besar diakibatkan berubahnya sawah menjadi
agroforestri seluas 1,051.59 ha.
Distribusi dan luas perubahan tutupan lahan tahun 2007-2014 disajikan pada
Gambar 12 dan Tabel 10.

600,00

Hutan Lahan Kering

427,04

369,22

320,94

400,00

Hutan Rawa
Agroforestri

200,00

68,15

37,77

4,41

Hutan Tanaman
Kebun Karet

0,00
-200,00

-1,74
-129,05

-11,33

-31,33

-107,35

Semak Belukar
Rumput Rawa
Sawah

-400,00

Lahan Pertanian

-600,00

Lahan Terbuka
Pemukiman

-800,00
-1000,00

Badan Air
-946,74

Gambar 12 Perubahan tutupan lahan tahun 2007-2014

18

Tabel 10 Matriks perubahan tutupan lahan tahun 2007-2014
Tutupan
Lahan
Tahun 2007
(ha)
H
Hr
Af
Ht
Kk
Sb
Rr
Sw
Lp
Lt
Pm
Ba
Nd
Total

Tutupan Lahan Tahun 2014 (ha)
H

Hr

1,051.59

Af

Ht

Kk

Sb

127.15

1.15

0.20

10,468.94 303.14
21.57 14.04
30.61
1.67
1.57

4.33 17.73

Rr

0.48

1,052.64

0.51
1,052.10

1,052.64

14.41

9.77
2.97

1,051.01
14.23
6.48

34.33
0.16

3.37 51.60
2.66
0.09

23.18

2.07

0.71

11,744.73 356.55 17.46 75.94

Sw

0.14
1,038.25
104.39
3.99

Lt

Pm

Ba

0.53
1.74
310.38 14.04 0.54 165.73 18.47
3.59
2.40
84.89
5,067.97
103.73
2.55
6.25

1,161.18

Lp
0.05

2.83
0.62

0.33
0.10
0.27
5.13
196.03 15.14
9.30
1.46 0.51
0.18
2.59
318.87 0.04
30.81

5,582.23 28.52 0.72 688.13 67.94

Nd

Total

1,181.15
1,054.38
11,317.70
35.61
48.79
7.79
1,123.41
6,528.97
135.87
12.05
318.92
63.52
595.84
595.84
595.84 22,423.99

Keterangan : H = hutan tanaman ; Hr = hutan rawa ; Af = agroforestri ; Ht = hutan tanaman ; Kk = kebun karet ; Sb = semak belukar ; Rr = rumput rawa ; Sw = sawah ;
Lp = lahan pertanian ; Lt = lahan terbangun ; Pm = pemukiman ; Ba = badan air ; Nd = no data

19
Karbon Atas Permukaan
Nilai dugaan karbon atas permukaan dianalisis berdasarkan kandungan
biomassa pada berbagai tipe tutupan lahan. Biomassa atas permukaan yang di
ukur adalah pohon, tumbuhan bawah, serasah, dan kayu mati. Hasil pengukuran
karbon tersimpan dalam skala plot untuk setiap tipe tutupan lahan disajikan pada
Tabel 11.
Tabel 11 Simpanan karbon untuk setiap tipe tutupan lahan
No Tutupan Lahan
Biomassa (ton ha-1) Karbon (ton ha-1)
1
Hutan Lahan Kering
136.39 ± 46.22
64.11 ± 21.73
2
Hutan Rawa
281.45 ± 37.11
132.28 ± 17.44
3
Agroforestri
99.56 ± 61.63
44.81± 28.97
4
Hutan Tanaman
70.02 ± 58.01
33.19 ± 27.26
5
Kebun Karet
185.80 ± 15.67
87.32 ± 7.36
6
Semak Belukar
1.72 ± 0.14
0.81± 0.07
7
Rumput Rawa
3.86 ± 0.58
1.81± 0.27
8
Sawah*
1.26
0.59
9
Lahan Pertanian*
2.13
1
Tabel 11 menjelaskan bahwa hutan rawa merupakan tipe tutupan lahan yang
memiliki simpanan karbon terbesar dibandingkan tipe tutupan lahannya. Hal ini
berkaitan dengan nilai basal area yang tekandung untuk setiap tipe tutupan lahan.
sebagian besar biomassa tersimpan berada di dalam batang tanaman, hal ini
menunjukan adanya hubungan antara total biomassa tersimpan dengan nilai luas
bidang dasar yang terkandung didalam suatu areal/tipe tutupan lahan. Hutan Rawa
pada lokasi penelitian didominasi oleh vegetasi rawa seperti gempol (Nauclea
orientalis), dan renghas (Gluta renghas).

Perubahan Karbon Atas Permukaan
Tutupan lahan mempengaruhi kemampuan DAS Cidanau menyimpan
karbon atas permukaan. Kondisi vegetasi untuk setiap tipe tutupan lahan,
memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap CO2. Hasil analisis
perubahan karbon atas permukaan di DAS Cidanau disajikan pada Tabel 12.
Penurunan luas hutan terbesar terjadi pada tahun 2014. sebagian besar
diakibatkan oleh konversi lahan menjadi agroforesti sebesar 127.15 ha (Tabel 10).
Prasetia (2007) mengemukakan bahwa peningkatan penduduk selalu diikuti oleh
peningkatan kebutuhan pangan, yang pada gilirannya menimbulkan tekanan
terhadap lahan. Kebutuhan lahan yang meningkat berdampak terhadap luas hutan.
Peningkatan luas agroforestri di wilayah DAS Cidanau sebagian besar diakibatkan
oleh konversi lahan sawah menjadi agroforestri. Agroforestri selain memberikan
benefit terhadap jasa lingkungan, nyatanya memberikan tambahan pendapatan
bagi masyarakat. Ditinjau dari hasil panen komoditi pada lahan, masyarakat DAS
Cidanau cenderung menerapkan sistem agroforestri, karena pada sistem ini
masyarakat mengharapkan pendapatan lebih dari hasil panen sistem agroforestri.

20

Tutupan
Lahan
Hutan
Lahan
Kering
Hutan
Rawa
Agroforestri
Hutan
Tanaman
Kebun
Karet
Semak
Belukar
Rumput
Rawa
Sawah
Lahan
Pertanian
Total

Tabel 12 Nilai rata-rata dugaan total simpanan karbon
C Tahun
C Tahun
C Tahun
%
%
2000
2007
2014
75,937.89

10.47

75,723.38

10.32

%

67,450.08

8.97

139,977.43

19.30 139,473.77

19.01 139,243.22

18.52

498,535.40

68.72 507,146.02

69.11 526,281.46

70.00

2,779.29

0.38

1,181.88

0.16

11,833.99

1.57

1,754.01

0.24

4,260.32

0.58

1,524.62

0.20

4.17

0.00

6.31

0.00

61.51

0.01

2,497.82

0.34

2,033.37

0.28

2,101.74

0.28

3,941.87

0.54

3,852.09

0.52

3,293.52

0.44

28.10

0.00

135.87

0.02

28.52

0.00

725,455.99 100.00 733,813.02 100.00 751,818.67

100.00

Tabel 12 menjelaskan bahwa pada tahun 2014 nilai dugaan rata-rata
simpanan karbon atas permukaan di DAS Cidanau lebih tinggi dibandingkan
tahun analisis lainnya. Hal ini dikarenakan terjadinya kenaikan luas agroforestri
pada tahun 2014. Total jumlah karbon tersimpan pada tahun 2014 di DAS
Cidanau 751,818.67 Ton. Dari jumlah tersebut 70.00 % merupakan kontribusi
agroforestri (Tabel 12). Hasil analisis tutupan lahan menunjukan bahwa
pertambahan luas agroforestri pada tahun 2007 dan 2014 (Lihat tabel 9 dan 10)
sebagian besar diakibatkan oleh perubahan sawah menjadi agroforestri. Kondisi
vegetasi pada lahan agroforestri memiliki kemampuan menyerap CO2 lebih tinggi
dibandingkan dengan sawah (Tabel 11). Kondisi karbon atas permukaan DAS
Cidanau di sajikan pada Gambar 13.

Ton

751.818,67
755.000,00
750.000,00
745.000,00
740.000,00
735.000,00
730.000,00
725.000,00
720.000,00
715.000,00
710.000,00

733.813,02
725.455,99

Tahun 2000

Tahun 2007
Total C

Tahun 2014

Gambar 13 Perubahan karbon atas permukaan DAS Cidanau

21
Total jumlah karbon tertinggi di DAS Cidanau 751,818.67 Ton pada tahun
2014. Dari jumlah tersebut 70.0 % merupakan kontribusi Agroforestri (Tabel 10
dan tabel 11) . Hal ini menunjukkan agroforestri selain memberikan nilai ekonomi
pada masyarakat juga berperan dalam menyimpan karbon. Hal ini menunjukkan
agroforestri bisa menjadi strategi mitigasi yg penting, Secara lanskap tipe tutupan
lahan agroforestri yang mendominasi separuh total luas DAS Cidanau
memberikan manfaat paling besar dalam menjaga simpanan karbon di DAS
Cidanau. Butarbutar (2012) mengemukakan bahwa agroforestri dapat berfungsi
mitigasi dengan membandingkan tapak yang sebelumnya tanpa vegetasi dengan
agroforestri akan menyimpan karbon atau akan menyerap karbon, sehingga efek
GRK akan berkurang. Menurut Ruslono (2006), besarnya potensi serapan karbon
praktek agroforestri ditentukan melalui besarnya persediaan biomassa yang
terdapat didalam tegakan penyusun agroforestri tersebut. Sehingga upaya untuk
menjaga jumlah tegakan perlu dilakukan dalam upaya konservasi karbon pada
lahan agroforestri.
Pada lokasi penelitian, upaya konservasi karbon secara konsisten telah
dilakukan melalui skema pembayaran jasa lingkungan (payment for
environmental services) terhadap jasa hidrologi. Program tersebut memberikan
dampak postif terhadap nilai manfaat konservasi karbon. Melalui surat perjanjian
nomor : 004/KJL-FKDC/I/2008 antara Forum Komunikasi DAS Cidanau sebagai
fasilitator pihak pembeli jasa (buyer) dalam hal ini PT Krakatau Tirta Industri dan
Kelompok Tani Alam Lestari sebagai penyedia jasa (seller).
Isi perjanjian tersebut berimplikasi terhadap terjaganya kuantitas tegakan
pada lahan agroforestri yang terikat kontrak perjanjian. Forum Komunikasi DAS
Cidanau (2013) mengemukakan luas lahan kelompok tani hutan yang menerima
pembayaran jasa lingkungan pada periode 2013–2014 sebesar 153.96 ha, dengan
perincian sebagai berikut:
1. Alam Lestari Mandalawangi 25 ha
2. Karya Muda II Ciomas 25 ha
3. Karya Muda Ciomas 25.20 ha
4. Alam Sejahtera Mandalawangi 25 ha
5. Harapan Maju Mandalawangi 26.80 ha
6. Karya Bakti Ciomas 26.96 ha
Mengacu pada Tabel 8, jumlah total karbon jika dikaitkan dengan luas
tutupan lahan agroforestri pada lokasi yang terikat kontrak, maka skema kegiatan
pembayaran jasa lingkungan tersebut memilik potensimenyimpan karbon atas
permukaan sebesar 14707.80 ton/tahun. Jika dilakukan pada areal yang lebih luas
tentu skema pembayaran jasa lingkungan tersebut akan memberikan nilai manfaat
yang lebih besar terutama di pedesaan di Jawa.

22

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kondisi tutupan lahan mempengaruhi kemampuan suatu lanskap dalam
menyimpan karbon di DAS Cidanau. Nilai dugaan rata-rata total karbon tersimpan
di DAS Cidanau pada tahun 2000, 2007, dan 2014 berturut-turut 725,455.99 Ton,
733,813.02 Ton dan 751,818.67 Ton. Kenaikan nilai rata-rata total dugaan karbon
atas permukaan di DAS Cidanau sebagian besar diakibatkan oleh pertambahan
luas agroforestri.
Saran
Optimalisasi lahan tidur dengan cara ditanami jenis pohon yang memiliki
kemampuan menyerap CO2 yang tinggi. Sehingga memberikan benefit yang lebih
tinggi terhadap proses sequestrasi karbon di DAS Cidanau.

DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional (ID). 2010. Klasifikasi Penutupan Lahan.
SNI 7640-2010: Jakarta.
Butarbutar T. 2012. Agroforestri Untuk Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim.
Analisis Kebijakan Kehutan. 9: 1-10.
Foody GM. 2002. Status of land cover classification accuracy assessment. Remote
Sensing
of
Environment.
80(1):
185-201.
doi:
http://dx.doi.org/10.1016/S0034-4257(01)00295-4.
Hairiah K, Andree E, Rika RS, Subekti R. 2011. Pengukuran cadangan karbon
dari tingkat lahan ke bentang lahan. Ed ke-2. Bogor (ID):World
Agroforestry Centre.
Ketterings QM, Coe R, van Noordwijk M, Ambagau’ Y, Palm CA. 2001.
Reducing uncertainty in the use of allometric biomass equations for
predicting above-ground tree biomass in mixed secondary forests. Forest
Ecology
and
Management.
146(1–3):
199-209.
doi:
http://dx.doi.org/10.1016/S0378-1127(00)00460-6.
Prasetia BT. 2007. Hubungan antara populasi penduduk dengan deforestasi,
penggunaan Lahan, erosi, dan penurunan nutrisi tanah. [Skripsi]. Institut
Pertanian Bogor.
Ruslono T. 2006. Model pendugaan persediaan karbon tegakan Agroforestri
Untuk Pengelolaan Hutan Milik Melalui Skema Perdagangan Karbon.
[Disertasi]. Institut Pertanian Bogor.
[FKDC] Forum Komunikasi DAS Cidanau. 2013. Forum komunikasi DAS
Cidanau menuju pengelolaan terpadu DAS Cidanau. Serang

23
Lampiran 1 Rona Landsat dan dokumentasi tutupan lahan
No

Tutupan Lahan

1

Hutan Lahan Kering

2

Hutan Rawa

3

Agroforestri

4

Hutan Tanaman

5

Kebun Karet

6

Semak Belukar

7

Rumput Rawa

Foto

Landsat*

24
Lampiran 1 Rona Landsat dan dokumentasi tutupan lahan (lanjutan)
No

Tutupan Lahan

8

Sawah

9

Lahan Pertanaian

10

Lahan Terbuka

11

Pemukiman

12

Badan Air

*

Foto

Kombinasi kanal RGB : Short wave infrared ; Near infrared ; Red

Landsat*

25

Lampiran 2 Matriks kesalahan uji akurasi hasil klasifikasi tutupan lahan tahun 2014
Tutupan
Lahan
H
Hr
Af
Ht
Kk
Sb
Rr
Sw
Lp
Lt
Pm
Ba
Total

H
14

Hr

Af

Ht

Kk

Titik Lapangan
Sb
Rr

Sw

Lp

Lt

Pm

Ba

6
147
6

1

1
1

12
3
6
3
17
1
1

14

6

5
2
160

12

3

6

3

1
1
20

18
1

1

20

4
4

Total
14
6
149
19
3
6
3
17
1
1
24
7
250

Keterangan : H = hutan tanaman ; Hr = hutan rawa ; Af = agroforestri ; Ht = hutan tanaman ; Kk = kebun karet ; Sb = semak belukar ; Rr = rumput rawa ; Sw = sawah ;
Lp = lahan pertanian ; Lt = lahan terbangun ; Pm = pemukiman ; Ba = badan air

26

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi Provinsi Jawa Barat pada 12 Pebruari 1992
dari ayah bernama Moelyadi dan ibu Elis Herlisa. Penulis adalah anak pertama
dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri Ciareuy.
Kemudian melanjutkan jenjang pendidikan ke SMP Negeri 1 Jampangtengah lalu
ke SMA Negeri 1 Jampangengah. Melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI), penulis berhasil masuk ke IPB pada Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
Selama kuliah penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai anggota
kelompok pemerhati Gua dan Kelompok Pemerhati Flora. Selama penulis
menjabat sebagai anggota, penulis aktif dalam kegiatan studi ilmiah. Beberapa
kegiatan studi ilmiah yang dilakukan penulis yaitu kegiatan Eksplorasi Fauna dan
Flora Indonesia (RAFFLESIA) yang dilaksanakan di Sukabumi pada tahun 2011.
Selain itu penulis juga tergabung sebagai anggota tim pada kegiatan Studi
Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Manusela Provinsi Maluku
Tengah dengan bidang kajian Karst dan Gua. Penulis pernah melaksanakan
Praktek Pengenalan Ekosistem (PPEH) di Cilacap dan Baturraden pada tahun
2012. Selain itu, penulis juga pernah mengikuti Praktek Pengelolaan Hutan (PPH)
di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Provinsi Jawa Barat, serta Praktek
Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Cagar Alam Rawa Danau Provinsi Banten.
Selain itu, selama penulis menjadi mahasiswa, penulis membantu Prof Dr Ir Lilik
Budi Prasetyo, MSc aktif sebagai koordinator praktikum mata kuliah Analisis
Spasial dan Lingkungan.