mengambil kesimpulan secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus guna menjawab permasalahan yang telah dikemukakan.
V. PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1.
Pelaksanaan penegakan hukum yang dilakukan penyidik pegawai negeri sipil satuan polisi pamong praja terhadap pelanggaran peraturan daerah pada
prinsipnya hanya dapat dilakukan apabila diketahui terdapat cukup bukti telah terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh setiap orang atau badan hukum
terhadap peraturan daerah, selanjutnya terhadap pelanggar peraturan daerah tersebut akan dilakukan pemeriksaan berupa penyidikan yang dilakukan oleh
penyidik pegawai negeri satuan polisi pamong praja.
Pelaksanaan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil satuan polisi pamong praja dalam menjalankan tugas dan fungsinya tersebut
bertanggungjawab langsung kepada kepala daerah, sehingga selain tata cara penyidikan dilakukan berada dibawah koordinasi dan pengawasan penyidik
kepolisian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat 2 KUHAP, juga diwajibkan untuk mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh Kepala Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung.
2. Faktor penghambat pelaksanaan penegakan hukum yang dilakukan penyidik
pegawai negeri sipil satuan polisi pamong praja terhadap pelanggaran peraturan daerah terdiri dari faktor internal dan eksternal yang dikerucutkan
pada hal-hal teknis dalam pelaksanaan penyidikan terhadap seseorang atau badan hukum yang melanggar peraturan daerah, adapun hambatan tersebut
disebabkan karena minimnya jumlah penyidik pegawai negeri sipil satuan polisi pamong praja Kota Bandar Lampung yang hanya berjumlah 2 dua
orang, hal ini tentunya tidak sebanding dengan jumlah masyarakat Kota Bandar Lampung dan jumlah peraturan daerah yang ada sehingga memberikan
pengaruh terhadap keberhasilan penegakan hukum peraturan daerah, disamping itu minimnya kualitas kemampuan penyidik pegawai negeri sipil dari sisi
sumber daya manusia dalam melakukan teknis penyidikan terhadap pelanggaran peraturan daerah yang disebabkan karena kurangnya pembinaan
dan pelatihan terhadap penyidik pegawai negeri sipil.
B. Saran
1. Mekanisme pelaksanaan penegakan hukum yang dilakukan penyidik
pegawai negeri sipil satuan polisi pamong praja terhadap pelanggaran peraturan daerah khususnya terkait dengan proses penyidikan terhadap
seseorang atau badan hukum yang melanggar ketentuan peraturan daerah diharapkan adanya peningkatan komitmen antara penyidik pegawai negeri
sipil dengan penyidik kepolisian selaku koordinator dan pengawas penyidik pegawai negeri sipil dalam melakukan penyidikan, hal ini dimaksudkan agar
dapat menunjang kelancaran setiap upaya penyidikan dalam rangka penegakan peraturan daerah.
2. Penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan daerah tidak hanya
sebatas pada dilakukan upaya penyidikan saja, namun diperlukan upaya preventif oleh angota satuan polisi pamong praja untuk dapat lebih
mensosialisasikan peraturan daerah yang ada, hal ini dimaksudkan agar dapat lebih menumbuhkan kesadaran hukum dan pengetahuan masyarakat
tentang adanya aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, disamping itu perlu untuk dilakukan penambahan jumlah penyidik pegawai
negeri sipil satuan polisi pamong praja agar terjadi keseimbangan antara jumlah penegak hukum peraturan daerah dengan jumlah masyarakat dan
peraturan daerah yang ada di Kota Bandar Lampung, dengan tercapainya jumlah penyidik pegawai negeri sipil yang memadai dan diimbangi dengan
adanya pembinaan dan pelatihan secara rutin terkait dengan hal-hal teknis penyidikan tentunya dapat mengurangi adanya hambatan-hambatan proses
penegakan peraturan daerah yang disebabkan karena minimnya kemampuan sumber daya manusia penyidik pegawai negeri sipil.
DAFTAR PUSTAKA
Ashshofa, Burhan. 2001. Metode Penelitian Hukum. Jakarta. PT Rineka Cipta. Atmasasmita, Romli. 1996. Sistem Peradilan Pidana Criminal Justice, System
Perspektif, Eksistensialisme, dan Abolisinisme. Bandung. Chazawi, Adami. 2002. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada. Ekatjahjana, Widodo. 2008. Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Dasar-
Dasar dan Teknik Penyusunannya. Bandung. Citra Aditya Bakti. Farida, Maria Indrati Soeprapto. 1998. Ilmu Peruuan Dasar-dasar dan
Pembentukannya. Jakarta. Kanisius. Hadjon,Philipus M.. 2002 Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta.
Gadjahmada University Press. Hanitijo, Ronny. 2004. Metode Penelitian Hukum. Ghalia Indonesia. Jakarta.
------------------ 1980. Permasalahan Hukum didalam Masyarakat. Bandung. Alumni. Harahap, M. Yahya. 1988. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Jilid
1. Jakarta. Pustaka Kartini. Hatrik, Hamzah. 1996. Azaz Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana
Indonesia. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Hoesen Koesoemahatmadja , Djaenal. 1978, Fungsi dan Struktur Pamong Praja.
Bandunng. Alumni. HR, Ridwan. 2002. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta. UII Press.
Kusumaatmadja, Mochtar. 2002. Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan. Bandung. Alumni.