Simpulan Perlindungan Hukum Atas Data Pribadi Nasabah dalam Penyelenggaraan Layanan Internet Banking Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

internet banking Bank BCA, karena dalam hal ini keterangan atau data nasabah yang bocor tidak melibatkan pihak-pihak terkait dalam lembaga perbankan tersebut. Data nasabah yang sampai ke tangan pihak lain tersebut disebabkan oleh kekurang hati-hatian nasabah yang dimanfaatkan si pelaku tindak kejahatan dengan membuat situs-situs plesetan yang nyaris sama. Apabila pelaku tindakan kejahatan typosqutting tersebut mengetahui identitas pengguna user id dan nomor identifikasi personal PIN lewat perangkap situs plesetannya, kemudian menggunakannya untuk akses ke layanan internet banking Bank BCA dan mengambil keuntungan daripadanya, maka dalam hal ini dapat diberlakukan Undang-Undang Telekomunikasi karena pelaku melanggar ketentuan Pasal 22 dari Undang-Undang Telekomunikasi tersebut yang mana dia melakukan perbuatan tanpa hak akses ke jasa dan jaringan telekomunikasi dan dapat dikenakan sanksi yang terdapat dalam Pasal 50 Undang-undang Telekomunikasi tersebut. Undang-Undang Dokumen Perusahaan dapat juga diberlakukan pada kasus tersebut karena data yang diambil merupakan data nasabah suatu lembaga perbankan yang dapat dikategorikan sebagai dokumen perusahaan, namun dalam ketentuan Undang-Undang Dokumen perusahaan tersebut tidak ditentukan sanksi yang dapat dikenakan kepada pihak-pihak yang melakukan pengambilan data tersebut secara tidak sah melalui akses media internet. Dengan demikian pemberlakuan ketentuan perundang-undangan pada perlindungan hukum atas data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan layanan internet banking tersebut tergantung pada jenis kasusnya, apakah kasus tindak kejahatan tersebut memenuhi ketentuan perundang- undangan tersebut atau tidak. Perkembangan yang ada saat ini memperlihatkan belum adanya pengaturan khusus mengenai penggunaan fasilitas layanan internet banking, oleh karena itu pengaturan yang ada salah satunya mengacu kepada ketentuan internasional yaitu UNCITRAL Model Law. Ketentuan internasional tersebut digunakan karena Indonesia telah menjadi warga dunia dengan diratifikasinya Konvensi World Trade Organization WTO yang implementasinya terdapat dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Ratifikasi Konvensi WTO. Keadaan ini menyebabkan Indonesia secara tidak langsung harus tunduk dan memperhatikan serta mengacu kepada ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam Konvensi WTO tersebut, termasuk pengaturan mengenai layanan perbankan melalui internet banking. Berdasarkan uraian keseluruhan perlindungan hukum atas data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan layanan internet banking tersebut diatas yang dilakukan melalui cara self regulation dan government regulation maka dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya perlindungan hukum telah dilakukan namun belum dilakukan secara sepenuhnya dan belum mencerminkan asas keseimbangan. Perlindungan hukum atas data pribadi masih terdapat dalam berbagai aturan perundang-undangan jadi belum ada ketentuan khusus dan aturan tersebut belum mencerminkan suatu hak dan kewajiban yang seimbang antara penyelenggara internet banking dan nasabah sendiri. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dan kajian terdahulu, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut : 1. Teknologi informasi telah merambah berbagai bidang kehidupan. Pemanfaatan teknologi informasi yang menyuguhkan berbagai kemudahan menjadi salah satu faktor makin diterapkannya teknologi informasi dalam berbagai aktivitas. Aplikasi teknologi informasi yang sedang berkembang saat ini salah satunya yaitu di bidang perbankan melalui penyelenggaraan layanan internet banking. Kehadiran layanan internet banking tersebut dapat mewujudkan suatu sistem pelayanan bank yang cepat dan efisien. Namun tentu saja semua penerapan teknologi informasi tersebut diperlukan suatu ketentuan yang membatasi agar tidak menimbulkan efek negatif yang lebih besar dari keuntungan yang didapat. Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan yang mampu dipergunakan untuk mengatur sistem internet banking dapat dicermati pada dua ketentuan, yakni Pasal 29 ayat 4 dan Pasal 40 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang- undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Penerapan aturan-aturan tersebut penting untuk dilaksanakan sehubungan dengan risiko yang akan dihadapi atas pemanfaatan layanan internet banking tersebut oleh nasabah. Namun masih terdapat berbagai kelemahan dalam penerapan ketentuan tersebut untuk mengatur sistem internet banking, dimana ketentuan yang ada terbatas hanya bagi kegiatan perbankan secara manual sehingga data nasabah yang diatur dalam ketentuan tersebut dimaksudkan kepada data yang disimpan dan dikumpulkan oleh bank secara manual bukan data yang ditransfer pihak nasabah melalui komputer sebagaimana yang diaplikasikan dalam sistem internet banking. Penerapan internet banking sebagai layanan perbankan secara perlahan telah membawa perubahan dalam industri perbankan nasional. Belum pesatnya perkembangan internet banking di Indonesia terutama adanya kendala-kendala sebagai berikut : a. Persiapan dan investasi yang matang dan mahal dengan dukungan teknologi yang canggih; b. Kepercayaan publik atas sistem pengamanan internet banking; c. Promosi internet banking yang belum merata ke seluruh lapisan masyarakat; d. Pasar yang terbatas hanya pada masyarakat pengguna internet yang umumnya adalah lapisan menengah keatas dan berpendidikan. Layanan internet banking memiliki kekhususan tersendiri sehingga ada beberapa risiko yang sifatnya sangat spesifik untuk internet banking, diantaranya adalah : a. Technology risk Risiko teknologi yang berhubungan dengan kehandalan dan sistem keamanan. Kecanggihan software dan hardware sangat menentukan besar kecilnya risiko teknologi yang dihadapi oleh bank penyelenggara jasa internet banking. b. Reputational risk Reputational risk berkaitan erat dengan corporate image dari bank itu sendiri. Nama baik bank penyelenggara internet banking menjadi jaminan utama creditworthiness dalam pelayanan jasa internet banking. c. Outsourcing risk Dalam prakteknya hampir semua bank yang menyelenggarakan pelayanan transaksi melalui internet menggunakan jasa pihak ketiga sebagai internet service provider ISP ataupun sebagai data operator dalam pengoperasian dan pemeliharaan data. Risiko yang mungkin timbul dengan adanya outsourcing tersebut antara lain ditutupnya ISP tersebut secara tiba-tiba karena kesulitan keuangan, kurang terjaminnya kerahasiaan data karena ISP tersebut mudah dibobol oleh hacker, kurangnya kapabilitas ISP, dll. d. Legal risk Masalah hukum dalam internet banking dalam beberapa hal masih banyak yang belum jelas dan belum diatur secara eksplisit. e. Transaction risk Risiko transaksi merupakan risiko saat ini dan di masa mendatang sebagai akibat dari kecurangan, kesalahan, dan ketidakmampuan menyalurkan produk dan jasa, memelihara posisi yang kompetitif, dan mengelola informasi. 2. Pencurian data atau informasi bank mengenai data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan layanan internet banking yang merupakan obyek ketentuan kewajiban rahasia bank telah menjadi masalah hukum yang sangat membutuhkan aturan yang jelas dan tegas sesegera mungkin. Nasabah yang merasa dirugikan mempunyai hak untuk menuntut ganti kerugian dari bank yang membocorkan keadaan keuangannya atau hal-hal lain yang menyangkut nasabah tersebut melalui proses litigasi di pengadilan perdata. Hal tersebut didasarkan bahwa hubungan hukum antara bank dan nasabah adalah suatu fiduciary relation hubungan kepercayaan, maka terhadap perbuatan yang merugikan salah satu pihak dapat dimintai pertanggungjawaban secara perdata kepada pihak terkait lainnya. Selain itu nasabah yang dirugikan dapat pula menggugat bank dengan dasar bahwa bank telah melakukan perbuatan melawan hukum berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata, yang mana perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang dilakukan oleh bank itu sehubungan dengan rahasia bank yaitu Pasal 40 Undang-undang Nomor 10 Tahun1998. Pihak bank menempuh tindakan hukum baik yang bersifat preventif dalam bentuk ketentuan-ketentuan petunjuk dan kebijakan internal maupun secara represif dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan- tindakan perbaikan salah satunya dengan cara pemblokiran rekening apabila ditemukan penyalahgunaan data pribadi nasabah oleh pihak lain.

B. Saran

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Bank Perkreditan Rakyat Dalam Hal Kredit Bermasalah (Non Perfoming Loan) Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

0 5 1

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Penyelanggaraan Layanan SMS Banking Dihubungkan Dengan Undnag-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

0 8 1

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Perjanjian Kepemilikan Rumah Antara Bank Dengan Pihak Ketiga Di Hubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

0 11 97

SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PERBANKAN DITINJAU DARI PASAL 46 AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 13

TESIS PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 13

PENDAHULUAN PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 19

TINJAUAN PUSTAKA PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 4 43

PENUTUP PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 2 5

Perlindungan Hukum dan Tanggung Jawab Pegawai Bank terhadap Data Nasabah Dikaitkan Prinsip Kerahasiaan Bank Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

0 1 45

Tanggung Jawab Bank Dalam Pemberian Kredit Dengan Jaminan Tanah Dihubungkan Dengan Prinsip Kehati-hatian Didasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Dan Undang-undang Nomor 4 Tahun

0 0 20