Sejarah Ujian Nasional UJIAN NASIONAL 008

1999, 2004, 2006, dan 2009 dan ujian akhir telah berubah sebanyak 5 istilah Ujian Akhir Sekolah, Ujian Negara, Ujian Sekolah, EBTAEBTANAS, UAN, UN Kualitas lulusan ditentukan berdasarkan hasil evaluasi kemampuan yang terlaksana di akhir proses pembelajaran. Kesesuaian penilaian dengan kompetensi sesungguhnya yang dimiliki, membutuhkan instrumen yang tepat Sofiyah Surotonoyo. 2010. Dan selalu mempertimbangkan kondisi dan konteks yang berangsung menjadi pertimbangan yang wajib. Dengan demikian, keputusan dalam proses penilaian kompetensi siswa tidaklah dapat serta merta berasal dari instrumen evaluasi yang bersifat mono up date, sekali berbeda beraksi terus menerus dengan wajah yang beragam. Yang terjadi pada sistematika pelaksanaan dan pembangunan konsepnya haruslah mempertimbangkan pencapaian. Apakah tujuan diadakannya Ujian Nasional?. UAN juga harus memahami pendidikan secara menyeluruh. Hal tersebut dinyatakan atas landasan bahwa pendidikan merupakan bagian dari upaya pembangunan salah satu bidang yang ada di negara nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia UURI no 2 tahun 1989. Ragam pemikiran masyarakat umum, para orang tua murid, serta para pelaku pendidikan secara menyeluruh, Ujian Nasional masih merupakan produk yang belum terang kejelasannya. .

B. Sejarah Ujian Nasional

Ujian Nasional tercatat mulai di awal tahun 1950-1960an. Pada masa itu ujian akhir menjadi ujian kelulusan yang bersifat nasional, diselenggarakan oleh pemerintah pusat yang juga sekaligus merancangan soal ujian peserta uji. Kemudian priode 1965-1971. Pada periode tersebut, ujian diselenggarakan dengan mengujikan semua mata pelajaran dengan bahan dari pemerintahan pusat bersama pedoman-pedomannya, dan disebut dengan istilah Ujian Negara. Permasalahan yang muncul semenjak 3 diselenggarakannya sistem ujian dengan Ujian Negara adalah tidak spesifiknya nilai kemampuan yang mampu menggambarkan kemampuan siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diadakan ujian yang sifatnya dapat mengakomodasi penilaian terhadap hasil secara tepat. Ujian di laksanakan dengan dua tahap, yaitu tahap evaluasi belajar dengan evaluasi belajar tahap akhir tingkat nasional. Pelaksanaan EBTA bertujuan untuk menguji mata pelajaran yang sifatnya tidak umum, dan biasanya antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain memiliki macam dan ragam pembelajaran yang berbeda. Seperti halnya keterampilan. Ragam keterampilan yang diajarkan di setiap sekolah pada muridnya tidaklah sama, maka hal yang diujikan pun menyesuaikan hal yang telah dipelajari peserta didik tersebut. Sedangkan untuk mata pelajaran EBTANAS adalah mata pelajaran umum, yang di semua sekolah diajarkan dengan standar kurikulum yang sama sampai pada tingkat perancangan silabus pembelajaran oleh para guru. Dengan demikian, pencapaian pembelajaran memiliki tujuan yang samaberstandar. EBTA dan EBTANAS menjadi proyek pembagian tugas, antara pemerintahan pusat dan provinsi. Dengan demikian, sesungguhnya sistematika pelaksanaan ujian yang memusat, dan terkesan diberikannya wilayah otonomi guru dalam menilai pada wilayah EBTA, ternyata tidak sepenuhnya. Dengan demikian konsep tetap hampir sama. Kelulusan ditentukan oleh kombinasi dua evaluasi yang telah dijumlahkan Ramadi, 2011. EBTA dan EBTANAS berlangsung dalam periode hingga tahun 2000an. Pada tahuan awal 2001 dan 2002, pelaksanaan Ujian Nasional yang semula terbagi menjadi 2 bagian, yaitu EBTA dan EBTANAS, maka pada masa tersebut, ujian akhir secara nasional dirubah menjadi dengan nama Ujian Akhir Nasional UAN dengan menggunakan sistem kelulusan melalui kebermanpuan siswa melalui hasil uji tes dalam mencapai angka standar kelulusan. Kendala yang terjadi adalah perubahan sistem yang secara spontan menyebabkan kembali ketidaksiapan peserta didik dan guru dalam menghadapi hal tersebut. Dengan demikian, permasalahan kelulusan di tahun 4 2002 hingga awal tahun 2005 menjadi carut marutnya dunia pendidikan terkait dengan uji kemampuan melalui Ujian tahap akhir pembelajaran bernama UAN. Harapan yang digantungkan pada sistem pendidikan saat itu adalah, kejelasan dari Depdiknas mengenai sikapnya dalam menentapkan standar kelulusan yang berbeda dan meningkat selama lima tahun mendatang Kunandar, 2009 seperti contohnya standar kelulusan terus meningkat dengan rentang nilai 0,5 - 1 pada tiap rentang kenaikannya. Standar kelulusan pada UAN 2003 adalah 3,01 pada setiap mata pelajaran dan nilai rata minilan adalah 6,00. Dan pada 2004 standar kelulusan UAN adalah 4,01. Berarti pada rentang 1 hingga memasuki periode tahun 2005 yang kembali nama berubah menjadi UN. Hal yang menyebabkan terjadinya perubahan nama, menjadi bentuk ketidakjelasan pemerintah dalam menentukan nama yang sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan rancangan ujian akhir nasional. Hal tersebut berlangsung hingga kini, dengan nama Ujian Nasional UN. Sejarah mencatatkan nama dalam perubahan Ujian akhir nasional, tetapi sejarah tidak mencatat perubahan sistematika yang mencarikan solusi pendidikan di Indonesia terkait evaluasi hasil belajar di tingkat akhir pembelajaran.

C. Ujian dan Pendidikan Nasional