PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA SISWA YANG PERNAH TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG BELUM PERNAH TINGGAL DI ASRAMA

(1)

i

i

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA SISWA YANG PERNAH TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG BELUM PERNAH TINGGAL DI

ASRAMA

Disusun oleh RAY RAMADHAN

20120310174

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMAMDIYAH YOGYAKARTA 2015


(2)

i

i

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA SISWA YANG PERNAH TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG BELUM PERNAH TINGGAL DI

ASRAMA

Disusun oleh RAY RAMADHAN

20120310174

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMAMDIYAH YOGYAKARTA 2015


(3)

ii

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA SISWA YANG PERNAH TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG BELUM PERNAH TINGGAL DI

ASRAMA Disusun oleh: Ray Ramadhan

20120310174

Mengetahui

Kaprodi Pendidikan Dokter FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG, M.Kes NIK : 197110281997173027


(4)

iii

iii

Pernyataan Keaslian Penelitian

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ray Ramadhan

NIM : 20120310174

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kessehatan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi dari perbuatan tersebut.

Yogyakarta,

Yang membuat pernyataan


(5)

iv

iv

KATA PENGANTAR AssalamualaikumWr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, karunia dan anugerah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Perbedaan Tingkat Depresi pada Siswa yang Pernah Tinggal di Asrama dan yang Belum Pernah Tinggal di Asrama”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat depresi yang signifikan antara siswa yang pernah tinggal di asrama dan yang belum pernah tinggal di asrama pada siswa siswi SMK Kesehatan Kaltara.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi kurikulum di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan memenuhi syarat kelulusan untuk mencapai derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr. H. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes selaku dekan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah mengizinkan pelaksanaan penelitian ini dalam rangka penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

2. Dr.dr. Budi Pratiti, Sp.Kj selaku pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan banyak waktu, pengarahan, bimbingan, saran dan motivasi kepada penulis.


(6)

v

v

3. Kepala sekolah SMK Kesehatan Kaltara Tarakan serta para guru dan pembina yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMK Kesehatan Kaltara Tarakan sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Kedua orangtua Hery Kusnanto dan Kharis Haryantini yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

5. Sahabat-sahabat Achmad Yasin Mustamin, Andi Bagus Pribadi, Bagus Ridho Setiadi, Ahmad Zaki Romadlon, Ayudia Mayang Puteri, Firda Atiya Rahmi, yang memberi semangat dan ilmunya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

6. Teman-teman Karya Tulis Ilmiah Achmad Yasin Mustamin, Nedya Ulfadhina, Kumalatus Sadhea yang telah berjuang bersama dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Semua Pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penulisan dan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini yang tidah dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna maka dengan segenap hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dari Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu kedokteran.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 2016


(7)

vi

vi DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

Pernyataan Keaslian Penelitian ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Keaslian Penelitian ... 6

Bab II ... 7

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Remaja... 7

1.1. Definisi Remaja ... 7

1.2. Proses Perubahan pada Remaja ... 8

1.3. Karakteristik Masa Remaja ... 10

1.4. Tugas Perkembangan Remaja ... 12

1.5. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Jiwa Remaja ... 13

2. Depresi ... 18

2.1. Definisi depresi ... 18

2.2. Tanda dan gejala depresi ... 19

2.3. Macam-macam depresi pada remaja ... 20

2.4. Etiologi ... 21

2.5. Diagnosis depresi ... 25


(8)

vii

vii

3. Asrama ... 29

3.1. Definisi asrama ... 29

3.2. Hakekat dan fungsi kehidupan di asrama ... 31

3.3. Tujuan Penyelenggaraan Asrama Sekolah ... 32

B. Kerangka Teori... 33

C. Kerangka Konsep ... 34

D. Hipotesis ... 34

BAB III ... 35

METODE PENELITIAN ... 35

A. Desain Penelitian ... 35

B. Populasi dan Sampel ... 35

C. Lokasi dan Waktu Penelitia ... 36

D. Variabel ... 36

E. Definisi Operasional ... 36

F. Alat dan Bahan Penelitian... 37

G. Jalannya Penelitian ... 38

H. Analisis Data ... 39

BAB IV ... 40

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

B. Pembahasan ... 41

BAB V ... 45

KESIMPULAN & SARAN ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45

Daftar Pustaka ... 46


(9)

viii

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur beserta jenis kelamin

Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan riwayat tinggal di asrama dan tingkat depresi

Tabel 3. Hasil uji chi-square

DAFTAR SINGKATAN

1. SMK : Sekolah Menengah Kejuruan 2. SMP : Sekolah Menengah Pertama 3. Kaltara : Kalimantan Utara

4. BDI : Beck Depression Inventory

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 : Kerangka Konsep 2. Gambar 2 : Jalannya Penelitia


(10)

ix

ix

INTISARI

Latar Belakang : Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung hingga dewasa. Orangtua sangat berperan dalam tumbuh kembang pada anak, remaja yang disekolahkan orangtuanya di asrama yang jauh dari orangtuanya akan mengalami peristiwa kehilangan objek yang dicintainya. Sehingga akan mengalami kesedihan yang mendalam, hal ini yang cenderung memicu terjadinya depresi.

Tujuan Penelitian : Mengetahui apakah ada perbedaan pada siswa yang pernah tinggal di asrama dan yang belum pernah tinggal di asrama pada sekolah dengan sistem boarding school.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian cross sectional

dengan cara pengisian kuisioner. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi dari SMK Kesehatan Kaltara Tarakan yang tinggal di asrama. Pemilihan subjek dilakukan dengan cara urut absen dari 3 angkatan dengan jumlah responden yaitu 100 responden. Responden diberi kuisioner BDI (Beck depression Inventory) dan mengisi data diri beserta inform consent. Setelah didapatkan data, data akan di uji dengan uji chi-square dengan menggunakan SPSS.

Hasil dan Kesimpulan : Diperoleh hasil dengan uji analitik p = 0.928. kesimpulan dari nilai p tersebut adalah bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada perbedaan tingkat depresi pada siswa yang pernah tinggal di asrama dan yang belum pernah pada sekolah dengan sistem boarding school


(11)

x

x

ABSTRACT

Background : Growth and development is a continuous process occurring since intrauterine and continues into adulthood. Parents play an important role in growth and development in children, adolescents whose parents schooled in dormitories away from their parents will experience a lost of love object. So will experience deep sadness, this is what tends to trigger depression.

Objective : To know whether there is a difference in students who lived in the dorm and had never lived in a dorm at the school with boarding school system. Method : This study is a cross-sectional study by means of filling the questionnaire. The subjects were students of SMK Health Kaltara Tarakan living in dormitories. Selection of subjects is done by sequence absent from 3 batches with 100 respondents. Respondents were given questionnaires BDI and fill the data themselves as well informed consent. Having obtained the data, the data will be tested by chi-square test using SPSS.

Result and Conclusion : Analytical test results obtained with p = 0928. conclusion of the p-value is that there is no significant difference in differences in depression in students who lived in a dorm and that has never been in school with boarding school system.


(12)

(13)

ix

ix

INTISARI

Latar Belakang : Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung hingga dewasa. Orangtua sangat berperan dalam tumbuh kembang pada anak, remaja yang disekolahkan orangtuanya di asrama yang jauh dari orangtuanya akan mengalami peristiwa kehilangan objek yang dicintainya. Sehingga akan mengalami kesedihan yang mendalam, hal ini yang cenderung memicu terjadinya depresi.

Tujuan Penelitian : Mengetahui apakah ada perbedaan pada siswa yang pernah tinggal di asrama dan yang belum pernah tinggal di asrama pada sekolah dengan sistem boarding school.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian cross sectional

dengan cara pengisian kuisioner. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi dari SMK Kesehatan Kaltara Tarakan yang tinggal di asrama. Pemilihan subjek dilakukan dengan cara urut absen dari 3 angkatan dengan jumlah responden yaitu 100 responden. Responden diberi kuisioner BDI (Beck depression Inventory) dan mengisi data diri beserta inform consent. Setelah didapatkan data, data akan di uji dengan uji chi-square dengan menggunakan SPSS.

Hasil dan Kesimpulan : Diperoleh hasil dengan uji analitik p = 0.928. kesimpulan dari nilai p tersebut adalah bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada perbedaan tingkat depresi pada siswa yang pernah tinggal di asrama dan yang belum pernah pada sekolah dengan sistem boarding school


(14)

x

x

ABSTRACT

Background : Growth and development is a continuous process occurring since intrauterine and continues into adulthood. Parents play an important role in growth and development in children, adolescents whose parents schooled in dormitories away from their parents will experience a lost of love object. So will experience deep sadness, this is what tends to trigger depression.

Objective : To know whether there is a difference in students who lived in the dorm and had never lived in a dorm at the school with boarding school system. Method : This study is a cross-sectional study by means of filling the questionnaire. The subjects were students of SMK Health Kaltara Tarakan living in dormitories. Selection of subjects is done by sequence absent from 3 batches with 100 respondents. Respondents were given questionnaires BDI and fill the data themselves as well informed consent. Having obtained the data, the data will be tested by chi-square test using SPSS.

Result and Conclusion : Analytical test results obtained with p = 0928. conclusion of the p-value is that there is no significant difference in differences in depression in students who lived in a dorm and that has never been in school with boarding school system.


(15)

1

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung hingga dewasa. Proses mencapai dewasa inilah anak harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang termasuk tahap remaja. Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa. Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial (Soetjiningsih, 2007).

Masa remaja merupakan periode “badai dan tekanan”, suatu masa saat ketegangan emosi meninggi. Emosi yang tinggi pada remaja disebabkan remaja berada di bawah tekanan sosial, dan selama masa kanak-kanak kurang mempersiapkan diri untuk keadaan tersebut, tetapi tidak semua remaja mengalami masa “badai dan tekanan”, sebagian dari mereka memang mengalami ketidakstabilan emosi sebagai dampak dari penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru. Gejala-gejala emosional seperti rasa kecewa, marah, takut, bangga, malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan rasa putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik oleh orang tua dan guru (Fatimah, 2008). Gejala-gejala yang muncul secara terus menerus dapat mengakibatkan gangguan penyesuaian diri pada remaja.

Remaja adalah masa dimana seseorang rentan dengan segala tekanan, eksternal maupun internal. Gangguan suasana hati adalah salah satu contoh


(16)

2

ekspresi yang terlihat dari remaja saat menghadapi berbagai jenis tekanan, contohnya depresi. Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun orang dengan gangguan mood (mood disorder) yang luar biasa parah atau berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara normal (Semiun, 2006). Depresi adalah gangguan dalam alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga mengakibatkan hilangnya kegairahan hidup. Tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Salah satu bentuk stress yang dapat menimbulkan gangguan kejiwaan kecuali kecemasan (ansietas) adalah depresi (Dadang Hawari, 1990)

Gangguan depresi memiliki gejala-gejala utama baik pada derajat ringan, sedang, maupun berat yaitu : afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas serta kreativitas (Rusdi Maslim, 2003)

Didalam sebuah penelitian menjelaskan bahwa seorang remaja yang bisa disebut remaja depresi adalah remaja yang mengalami peristiwa kehilangan obyek yang dicintainya (lost of love object). Sehingga mereka dapat mengalami kesedihan sampai perasaan duka cita yang mendalam, hal tersebut yang cenderung memicu terjadinya depresi pada remaja. Sehingga perlu adanya penatalaksanaan depresi, baik secara preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Majalah Psikiatri, 1987).


(17)

3

Sejak 20 tahun terakhir ini, banyak penelitian mengenai depresi masa anak dan remaja dikembangkan karena tuntutan masyarakat yang menginginkan supaya orang tua dan dokter umum dapat melakukan deteksi dini dari gangguan depresi. (Soetjiningsih, 2007). Dalam hal ini pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, membutuhkan uluran tangan dari orang tuanya. Orang tualah yang paling bertanggungjawab dalam memperkembangkan keseluruhan eksistensi anak, termasuk kebutuhankebutuhan psikis, sehingga anak dapat tumbuh harmonis dan matang (Gunarsa, 2000). Meskipun banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak, orang tua tetap memegang peranan yang sangat dominan. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT, dalam surat At-Tahrim ayat 6:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahakan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang dikerjakan. Keluarga sangatlah penting untuk membentuk suatu kepribadian bagi siswa-siswi. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: Setiap anak yang dilahirkan berada dalam keadaan fitrah (suci dari dosa), maka kedua orang tuanyalah yang meyahudikan, menasranikan atau memajusikannya (Hadist diriwayatkan Bukhari).


(18)

4

Hadis tersebut mengandung pengertian bahwa orang tua mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pembentukan kepribadian anak serta memberikan pengaruh yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikannya. Dalam hal ini, orang tua mempunyai waktu yang banyak untuk meluangkan sikap dan perlakuan yang baik terhadap anak di rumah, diantaranya memberikan curahan kasih sayang secara langsung dari orang 3 tua, orang tua mendengar keluhan/pendapat anak dengan mudah, penerapan disiplin yang tidak keras dari orang tua, menjalin kebersamaan (kerjasama antara orang tua dan anak) (Yusuf, 2008).

Kehidupan asrama sangat berbeda dengan dirumah. Perbedaan tersebut dapat diperhatikan dari berbagai perubahan dalam kehidupannya, baik dalam tata cara bergaul, tidak bersama orang tua, kurangnya kasih sayang orang tua, pola dan jenis makanan, bahasa untuk komunikasi serta tata cara kehidupan secara menyeluruh. Berbagai perubahan itu sering menimbulkan frustasi, stres dan depresi (Gunarsa, 2000; Yusuf, 2008). Siswa yang tinggal di asrama menghadapi perubahan-perubahan dan tuntutan-tuntutan baru. Perubahan tersebut merupakan adanya lingkungan teman baru, aturan-aturan di asrama, serta perubahan lain sebagai akibat jauh dari orang tua. Sementara tuntutan yang harus dihadapi siswa adalah tuntutan dalam bidang akademik, kemandirian, dan tanggung jawab (Wijaya, 2007).


(19)

5 B. Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut : Apakah ada perbedaan tingkat depresi antara siswa SMK Kesehatan Kaltara Tarakan yang pernah tinggal di asrama dan yang belum pernah sebelum masuk jenjang SMK.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi pada siswa siswi SMK Kesehatan Kaltara Tarakan yang pernah tinggal di asrama dan yang belum pernah tinggal di asrama.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dari penelitian ini adalah : 1. Ilmu kedokteran

Dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang

perbedaan tingkat depresi pada sekolah-sekolah yang berbasis asrama.

2. Sekolah

Tulisan ini bisa dijadikan referensi untuk memperbaiki komunikasi antar guru, siswa, dan pihak asrama.

3. Mahasiswa

Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan sebuah penelitian.


(20)

6 E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian karya tulis ilmiah oleh Budi Triyanto Hadi pada tahun 2007 tentang “Perbedaan Tingkat Depresi Siswa yang Tinggal di Asrama dengan yang Tinggal Bersama Orangtua Terhadap Pengaruh Hasil Prestasi Belajar Siswa di SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta”. Persamaan pada penelitian ini adalah variabel terikatnya yaitu tingkat depresi, perbedaan dalam penelitian ini adalah subjek yang diteliti. 2. Penelitian karya tulis ilmiah oleh Fransiska Melani pada tahun 2014

tentang “Perbedann Tingkat Depresi Remaja Siswi SMA Negeri Desa dan Kota Daerah Agraris di Kabupaten Jember”. Perbedaan penelitian ini adalah subjek yg diteliti dan daerah dari pengambilan sampel. 3. Dissertasi dari Universitas Muhammadiyah Surakarta oleh Wijayanto

pada tahun 2011 tentang “Perbedaan tingkat depresi Antara Mahasiswa yang Berasal dari IPA dengan Mahasiswa yang Berasal dari IPS di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta”. Perbedaan pada penelitian ini adalah latar belakang dari subjek yang diteliti.


(21)

7 Bab II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Remaja

1.1. Definisi Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih, 2007). Masa remaja (adolescence) merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional. Secara umum masa remaja dibagi dua tahap yaitu masa remaja awal (early adolescence) yang kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertas terjadi di masa ini, sedangkan masa remaja akhir (late adolescence) kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa kedua dari kehidupan. Minat karir, pacaran, dan eksplorasi identitas seringkali lebih menonjol di masa remaja akhir (Santrock, 2007). Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah tahap tumbuh kembang setelah masa kanak-kanak sampai sebelum memasuki masa dewasa antara umur 10-18 tahun, yang di dalamnya terjadi perubahan-perubahan secara biologis dan psikososial.


(22)

8

1.2. Proses Perubahan pada Remaja

Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional (Santrock, 2007). Lerner dan Hultsch (1983 dalam Agustiani 2006) mengatakan bahwa proses perubahan dan interaksi antara beberapa aspek yang berubah selama masa remaja, antara lain:

a. Perubahan fisik

Rangkaian perubahan yang paling jelas yang nampak dialami oleh remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa pubertas atau pada awal masa remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria. Hormon-hormon baru diproduksi oleh kelenjar endokrin yang membawa perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri seks sekunder. Gejala ini memberi isyarat bahwa fungsi reproduksi atau kemampuan untuk mengasilkan keturunan sudah mulai bekerja. Berlangsung pula pertumbuhan yang pesat pada tubuh dan anggota-anggota tubuh untuk mencapai proporsi seperti orang dewasa.

b. Perubahan emosionalitas

Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal adalah perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja. Hormonal menyebabkan perubahan seksual dan menimbulkan dorongan-dorongan dan perasaan perasaan baru. Kesimbangan hormonal yang baru menyebabkan individu


(23)

9

merasakan hal-hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Keterbatasannya untuk secara kognitif mengolah perubahan-perubahan baru hal tersebut bisa membawa perubahan besar dalam fluktuasi emosionalnya. Pengaruh-pengaruh sosial yang juga berubah, seperti tekanan dari teman sebaya, media masa dan minat pada lawan jenis, remaja menjadi lebih terorientasi secara seksual. Hal tersebut menuntut kemampuan pengendalian dan pengaturan baru atas perilakunya.

c. Perubahan kognitif

Semua perubahan fisik yang membawa implikasi perubahan emosional tersebut makin rumit oleh adanya fakta bahwa individu remaja juga mengalami perubahan kognitif. Perubahan dalam kemampuan berpikir ini diungkapkan oleh Piaget (1972) sebagai tahap terakhir yang disebut sebagai tahap formal operation dalam perkembangan kognitifnya.

d. Perubahan psikososial

Secara psikologis proses-proses dalam diri remaja semuanya tengah mengalami perubahan, dan komponen-komponen fisik, fisiologis, emosional, dan kognitif sedang mengalami perubahan besar. Pada saat remaja mengalami semua keprihatinan tersebut, yaitu pada saat remaja sangat tidak siap untuk berkutat dengan kerumitan dan ketidakpastian, berikutnya muncul faktor-faktor lain yang menimpa dirinya. Menurut Erickson (Agustiani, 2006), seorang remaja bukan sekedar mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam konteks apa atau dalam kelompok apa remaja bisa menjadi bermakna dan dimaknakan.


(24)

10

Dengan kata lain identitas remaja tergantung pula pada bagaimana orang lain mempertimbangkan kehadirannya karena bisa lebih dipahami mengapa keinginan untuk diakui, keinginan untuk memperkuat kepercayaan diri, dan keinginan untuk menegaskan kemandirian menjadi hal yang sangat penting bagi remaja, terutama mereka yang akan mengahiri masa itu.

1.3. Karakteristik Masa Remaja

Perkembangan yang terjadi pada masa remaja mencapai tugas perkembangannya dalam mencapai identitas diri seperti menilai diri secara objektif dan mengaktualisasikan kemampuannya. Hurlock (dalam Sumiati, 2009) mengemukakan beberapa karakteristik remaja, antara lain:

a. Masa remaja adalah masa peralihan

Peralihan yang berkesinambungan dari satu tahap ke tahap berikutnya, pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Pada usia remaja merupakan masa yang strategis untuk membentuk gaya hidup, pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang diinginkan.

b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan

Terdapat empat perubahan besar yang terjadi pada masa remaja yaitu perubahan emosi, perubahan peran dan minat, perubahan pola perilaku dan perubahan sikap menjadi ambivalen.


(25)

11 c. Masa remaja adalah masa banyak masalah

Masalah pada remaja sering menjadi masalah yang sulit diselesaikan, hal ini karena remaja masih belum terbiasa menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan orang lain sehingga penyelesainnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

d. Masa remaja adalah masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari oleh remaja adalah kejelasan mengenai siapa dirinya dan apa perannya di lingkungan sosialnya. Remaja ingin memperlihatkan dirinya sebagi individu yang berbeda dengan orang lain sementara di saat yang sama remaja ingin mempertahankan dirinya di dalam kelompok.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan

Ada beberapa pandangan masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, berperilaku merusak sehingga perlu pengawasan dan bimbingan dari orang dewasa. Akibat stigma tersebut masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit karena orang tua akan mencurigai dan menentang apa yang diinginkan remaja.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja dalam memandang dirinya maupun orang lain cenderung berdasarkan pola pikirnya sendiri, remaja tidak melihat fakta tetapi berpikir sesuai yang remaja inginkan.


(26)

12 g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa

Masa remaja yang akan menuju usia dewasa, remaja akan mulai berperilaku dan bertindak sesuai dengan status orang dewasa.

1.4. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan merupakan kewajiban yang harus dilalui setiap individu termasuk remaja sesuai dengan tahap perkembangan individu (Dariyo,2004). Menurut teori psikososial Erik Erikson (dalam Sunaryo, 2004) menyatakan bahwa masa remaja merupakan fase “identitas vs kekacauan identitas”, fase ini merupakan berakhirnya masa kanak-kanak dan memasuki masa remaja. Pertumbuhan fisik pada remaja menjadi cepat sampai mencapai taraf dewasa, pada fase ini sering terjadi konflik saat mencari identitas diri sehingga remaja mulai ragu terhadap nilai-nilai yang selama ini diyakini dan dianutnya. Remaja sering mencoba berbagai macam peran yang dilingkungannya dalam mencari identitas diri, biasanya figur orang tua mulai luntur dan mencari figur lain sebagai identifikasi. Sikap sering mencoba berbagai macam hal terkadang dapat menjerumuskan remaja ke hal-hal yang negati, seperti kebingungan peran dapat menimbulkan kelainan perilaku yaitu kenakalan remaja dan juga psikotik. Tantangan besar pada masa remaja adalah ketika individu harus menentukan siapa mereka, apa yang akan mereka lakukan dan apakah harapan mereka dalam hidup. Erikson menggunakan istilah krisis identitas untuk menggambarkan konflik utama dalam masa remaja, remaja yang berhasil menyelesaikan akan melalui tahapan ini dengan identitas yang kuat dan siap untuk membangun masa depan, sedangkan


(27)

13

remaja yang gagal menyelesaikan krisis akan tenggelam dalam kebingungan dan kehilangan kemampuan membuat keputusan (Wade & Tavris, 2007)

1.5. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Jiwa Remaja

Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku remaja terutama dalam interaksi sosial agar mendapat pengakuan dari lingkungannya, tetapi remaja juga memikirkan untuk hidup secara mandiri. Hubungan pola sosialisasi dewasa yang harus dicapai oleh remaja untuk memenuhi tahap tumbuh kembangnya membutuhkan banyak penyesuaian baru terhadap lingkungannya yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa remaja. Menurut Sumiati et al. (2009), mejelaskan bahwa beberapa lingkungan yang dapat mempengaruhi jiwa remaja, sebagai berikut:

a. Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang penting dalam kelompok sosial di dalam masyarakat yang bertanggung jawab dalam menjamin kesejahteraan sosial dan biologis ( Kartono dalam Sumiati et al., 2009). Lingkungan keluarga yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja adalah:

1. Pola asuh keluarga

Setiap orang tua bertanggung jawab menciptakan dan memelihara hubungan antara orang tua dengan anak yang harmonis. Proses sosialisasi yang baik sangat dipengaruhi oleh gaya pengasuhan dalam keluarga (Basri dalam Sumiati et al., 2009). Gaya pengasuhan orang tua yang otoriter dapat mendukung gambaran diri remaja, ketika


(28)

14

remaja menganggap orang tua lebih mendominasi pengalaman mereka, maka kondisi emosional mereka lebih menderita dari pada ketika orang tua hanya mengontrol perilaku mereka (Papalia et al, 2008). 2. Kondisi keluarga

Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan perkembangan kepribadian emosional anak yang optimal. Hubungan orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dengan anak, hubungan perceraian, kematian dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, juga mempengaruhi perkembangan jiwa remaja.

3. Pendidikan moral dalam keluarga

Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya untuk menanamkan nilai-nilai akhlak atau budi pekerti. Sebuah keluarga yang harmonis ditandai kehidupan beragama, hal ini penting karena dalam agama terdapat nilai moral dan etika kehidupan. Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan bahwa keluarga yang tidak religius cenderung terjadi konflik dan pertengkaran dalam keluarga. Remaja yang taat norma agama akan terhindar dan mampu bertahan terhadap pengaruh buruk lingkungannya, selain keagamaan dalam keluarga faktor kesusilaan dan kepribadian memiliki peran dalam pembentukan kepribadian remaja. Keluarga yang tidak peduli terhadap nilai dan budi pekerti, misalnya membiarkan anak tanpa komunikasi dengan keluarga, membaca buku dan menonton video porno, bergaul bebas,


(29)

15

minuman keras dan merokok akan berakibat buruk terhadap perkembangan jiwa remaja.

b. Lingkungan sekolah

Perkembangan jiwa remaja juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Orang tua percaya terhadap pendidikan di sekolah. Terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan belajar mengajar dipengaruhi suasana sekolah. Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja yaitu dalam hal kedisiplinan, kebiasaan belajar dan pengendalian diri. Selain suasana sekolah, bimbingan guru merupakan elemen penting yang ada di dalam sekolah. Guru tidak sekedar menambah wawasan ilmu pengetahuan tetapi juga memberikan nilai yang terkandung didalamnya, misalnya kerjasama, menghargai pendapat orang lain dan sikap-sikap yang dapat menumbuhkan kecerdasan emosional siswa, sebaliknya jika guru kurang peduli pada hal tersebut akan mengganngu perkembangan jiwa siswa yang optimal.

c. Lingkungan teman sebaya

Remaja dalam pergaulannya lebih banyak bersama dengan teman sebayanya sehingga sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku teman sebaya sangat besar pengaruhnya. Misalnya; jika remaja mengenalkan model pakaian yang sama dengan pakaian kelompoknya, maka kesempatan untuk dapat diterima di kelompok tersebut menjadi lebih besar, begitu juga bila kelompok mencoba minum alkohol, rokok atau zat adiktif lainnya, maka remaja cenderung mengikuti tanpa


(30)

16

memikirkan akibatnya. Remaja berusaha menemukan konsep dirinya dengan berusaha mendapatkan pengakuan dari teman sebayanya tanpa memperdulikan sanksi-sanksi dari orang dewasa, pada tahap inilah dampak buruk bagi perkembangan jiwa remaja jika nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai yang negatif. Remaja yang memiliki minat dan aktif dalam kegiatan disekolah akan meningkatkan percaya diri

d. Lingkungan masyarakat

Tanggapan positif dari lingkungan terhadap keadaan remaja akan menimbulkan perasaan puas dan menerima dirinya, sedangkan tanggapan negatif dari lingkungannya akan menimbulkan perasaan tidak puas pada dirinya dan individu tidak menyukai dirinya yang nantinya mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap peraturan dan norma yang ada di dalam masyarakat. Remaja dibimbing oleh nilai-nilai yang mengarahkan pandangan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk, nilai yang baik harus dianut sedangkan nilai yang buruk harus dihindari. Remaja dapat hidup damai di masyarakat ketika nilai materi dan non materi dapat diseimbangkan, tetapi kenyataan saat ini menunjukkan bahwa nilai materi lebih diutamakan sehingga menjadi tekanan yang lebih besar daripada non materi atau spiritual.

Pada masa remaja kemampuan kognitif sudah mulai berkembang, sehingga remaja mulai membentuk pola pikir mengetahui pikiran orang lain tentang dirinya, oleh karena itu tanggapan dan penilaian orang tentang


(31)

17

diri individu akan berpengaruh pada bagaimana individu menilai dirinya sendiri. Lingkungan masyarakat secara umum terdiri dari sosial budaya dan media massa. Budaya universal akan mempengaruhi nilai kehidupan, seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi sangat berpengaruh terhadap pesatnya informasi dan bagi remaja yang sedang mencari identitas dan penyesuain sosial dapat berdampak pada konflik kejiwaan pada sebagian remaja. Kebudayaan memeberikan pedoman arah, persetujuan, pengingkaran, dukungan, kasih sayang dan perasaan aman kepada remaja, tetapi remaja mempunyai keinginan untuk mandiri. Remaja membuat kebudayaan sendiri yang berbeda dari kebudayaan masyarakat pada umunya.

Kemajuan tehnologi yang pesat memberikan wawasan yang luas serta memberikan dampak negatif, karena hubungan antar manusia menjadi berkurang akibat manusia lebih sering berkomunikas dengan tehnologi mesin yang berdampak pada hubungan keluarga menjadi kurang. Remaja terkadang salah dalam memanfaatkan tehnologi informasi, misalnya mengakses tayangan kekerasan dan kehidupan seksual. Kemajuan media elektronik memebuat remaja berlomba untuk mengakes VCD dan internet dengan tayangan yang kurang mendidik. Keingintahuan remaja mengenai kehidupan seksual merupakan pendorong bagi remaja untuk memanfaatkan media cetak dalam pemenuhan kebutuhannya.


(32)

18

2. Depresi

2.1.Definisi depresi

Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah; menarik diri dari orang lain; dan tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual, dan minat serta, kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison et al, 2010).

Depresi pada anak dan remaja merupakan sebagai akibat dari kehilangan pada suatu objek yang dicintai sehingga anak berduka dengan cara patologis. Duka cita yang dialami anak dan remaja hampir sama dengan rasa duka cita pada orang dewasa yang tidak terselesaikan dan bermanifestasi dengan gejala klinis depresi (Fitrikasari, 2003). Rentang respon emosi seseorang yang normal bergerak secara dinamis, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti biologis, psikoedukatif, sosiokultural. Menurut Stuart (2006), rentang respon emosi bergerak dari emotional responsive sampai mania atau depresi dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pada tahap respons emosional individu lebih terbuka, menyadari perasaannya, dapat memahami harapan dirinya dan harapan orang lain. b. Tahap reaksi berduka takterkomplikasi terjadi sebagai respons terhadap

kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi kehilangan yang nyata serta terbenam dalam proses berdukanya.

c. Pada tahap supresi emosi, individu tampak sebagai penyangkalan (denial) terhadap perasaannya sendiri, terlepas dari perasaan tersebut atau


(33)

19

internalisasi terhadap semua aspek dari afektif seseorang. Apabila fase ini berlangsung terus-menerus (memanjang) maka hal tersebut dapat mengganggu individu.

d. Penundaan reaksi yang berduka adalah ketiadaan yang persisten terhadap respons emosional kehilangan. Hal tersebut dapat terjadi pada awal respon berkabung dan menjadi nyata pada proses berduka. Penundaan dan penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun-tahun.

e. Depresi adalah suatu kesedihan dan perasaan berduka yang berkepanjangan atau abnormal.

f. Mania ditandai dengan alam persaan yang meningkat, bersemangat dan mudah terganggu. Hipomania digunakan untuk menggambarkan sindrom klinis serupa tetapi tidak separah episode manik.

2.2.Tanda dan gejala depresi

a. Gangguan psikologis

Gangguan yang paling sering terlihat pada penderita depresi adalah gejala secara psikisnya seperti kehilangan percaya diri, sensitif, merasa tidak berguna,merasa bersalah dan merasa terbebani. Selain gejala psikologis 26 tersebut perilaku seperti rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia merupakan gejala lain yang sering muncul (Sumiati


(34)

20 b. Gangguan fisiologis

Selain gangguan psikologis yang muncul pada penderita depresi, gangguan secara fisik muncul akibat pengaruh depresi secara langsung sehingga mempengaruhi metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan timbulnya masalah fisik antara lain ;sakit kepala, pusing, nyeri lambung, mual muntah, nyeri dada, sesak nafas, nyeri punggung, denyut nadi cepat, insomnia, tidak nafsu makan, lesu, tidak bergairah, lelah yang berlebihan, gerakan aktivitas lambat, penurunan atau peningkatan berat badan, gangguan menstruasi dan impoten ( Prasetyono, 2007)

c. Gejala sosial

Depresi menimbulkan pengaruh pada lingkungan sosial penderitanya akibat gejala fisik dan psikis yang dialami. Masalah sosial seperti mudah marah, tersinggung, menyendiri, perasaan minder, malu, cemas, gangguan komunikasi dan merasa terisolasi dari lingkungannya.

2.3.Macam-macam depresi pada remaja

Menurut Ardjana (dalam Soetjiningsih, 2007) membagi depresi remaja kedalam tiga kelompok yaitu:

a. Depresi akut

Depresi akut mempunyai ciri-ciri, manifestasi gejala depresi jelas (nyata), ada trauma psikologis berat yang mendadak sebelum timbulnya gejala depresi, lamanya gejala hanya dalam waktu singkat, secara relatif


(35)

21

mempunyai adaptasi dan fungsi ego yang baik sebelum sakit dan tak ada psikopatologi yang berat dalam anggota keluarganya yang terdekat. b. Depresi kronik

Depresi kronik mempunyai ciri-ciri, gejala depresi jelas (nyata), tetapi tidak ada faktor pencetus yang mendadak. Gejalanya dalam waktu lebih lama daripada depresi akut. Ada gangguan dalam penyesuaian diri sosial dan emosional sebelum sakit, biasanya dalam bentuk kepribadian yang kaku atau inadekuat (kepribadian anankastik, histerik dan sebagainya). Ada riwayat gangguan afektif (riwayat depresi) pada anggota keluarga terdekat.

2.4. Etiologi

Untuk menemukan penyebab depresi kadang-kadang sulit sekali karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat yang sama. Namun dari sekian banyak penyebab (Hadi, 2004) merangkumkan sebagai berikut: (1) Karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi. Ada empat macam kehilangan: a) Kehilangan abstrak: kehilangan harga diri, kasih sayang, harapan atau ambisi. b) Kehilangan sesuatu yang konkrit: rumah, mobil, potret, orang atau bahkan binatang kesayangan. c) Kehilangan hal yang bersifat khayal: tanpa fakta mungkin tapi ia merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang. d) Kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang: menunggu hasil tes kesehatan, menunggu hasil ujian, dan lain-lain. (2) Reaksi terhadap stres. 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup.


(36)

22

(3) Terlalu lelah atau capek. Karena terjadi pengurasan tenaga baik secara fisik maupun emosi. (4) Gangguan atau serangan dari kuasa kegelapan. (5) Reaksi terhadap obat.

Menurut Ibrahim (dalam Melani, 2012) ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap etiologi depresi:

a. Faktor sosial-lingkungan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status perkawinan orang tua, jumlah anak, status sosial keluarga, perpisahan orang tua, perceraian, fungsi 29 perkawinan serta struktur keluarga dan tipe keluarga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya gangguan depresi pada remaja. Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, faktor lingkungan yang berpengaruh yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan jiwa remaja (Sumiati et al., 2009). Faktor psikososial yang dapat menyebabkan gangguan jiwa dapat dilihat dari beberapa kejadian, misalnya trauma di masa kanak-kanak, deprivasi dini biologik maupun psikologik yang terjadi pada waktu bayi sampai anak. Deprivasi parietal pada anak-anak yang kehilangan asuhan ibu dirumah sendiri bahkan terpisah dengan ibu atau ayah kandung. Hubungan anak dengan orang tua yang patogenik bahwasannya keluarga pada masa kanak-kanak memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian, kadang orang tua berbuat terlalu banyak untuk anak dan membuang kesempatan anak untuk


(37)

23

berkembang. Struktur keluarga inti, kecil atau besar mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa anak, apalagi terjadi ketidaksesuaian perkawainan dan masalah rumah tangga yang berantakan (Baihaqi et al, 2005)

b. Faktor biologis

Meskipun penyebab depresi tidak dapat ditentukan secara pasti tetapi faktor genetik mempunyai faktor terbesar. Bila salah satu orang tuanya menderita depresi, maka anaknya berisiko dua kali lipat mengalami depresi juga. Penelitian pada kembar monozygot yang diasuh terpisah, kemungkinan keduanya mengalami depresi berat, berkisar antara 53%- 69%. Pada kembar dizygot depresi yang dialaminya lebih ringan berkisar antara 19% (Soetjiningsih, 2007).

Gangguan alam perasaan (depresi) secara biologis terganggunya reguler sistem monoamin-neurotransmitter termasuk neropinefrin dan setonin. Dugaan lain menyatakan bahwa depresi erat hubungannya dengan perubahan keseimbangan adrenergik asetilkolin yang ditandai dengan 30 adanya peningkatan kolinergik sementara dopamin secara fungsional menurun. Secara psikodinamik depresi didasari sebagai suatu kehilangan obyek yang bermakna bagi individu dan merupakan suatu kejadian nyata atau hanya imajinasi individu. Depresi lebih rentan terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa kanak-kanak, dan remaja putri memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putra. Beberapa penyebab dari perbedaan antara jenis kelamin ini adalah:


(38)

24

1) Remaja putri cenderung untuk tenggelam dalam depresi mereka sehingga menguatkan depresi tersebut.

2) self image dari remaja putri cenderung lebih negatif dibandingkan remaja putra Puber terjadi lebih cepat pada remaja putri jika dibandingkan dengan remaja putra, sehingga remaja putri mengalami berbagai perubahan pengalaman hidup yang dapat meningkatkan depresi.

c. Faktor budaya

Budaya seperti penyalahgunaan zat, bergabung dalam geng, prestasi buruk bahkan dikeluarkan dari sekolah merupakan akibat dari depresi pada remaja.

Menurut (Sarwono, 2002) tingkat depresi dapat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut: (1) Kematangan, yaitu merupakan perkembangan susunan syaraf sehingga fungsi tubuh menjadi lebih sempurna. (2) Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya. (3) Transmisi sosial, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkngan sosial antara lain melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain. (4) Ekuilibrasi, yaitu sistem pengaturan dalam diri individu sendiri yang mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. (5) Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga, misalnya : a) Kematian orang tua. b) Orang tua sakit berat atau cacat. c) Hubungan antara anggota keluarga tidak harmonis. d) Orang tua sakit jiwa. e) Kesulitan dalam pengasuhan karena pengangguran, kesulitan keuangan, tempat tinggal tidak memenuhi syarat, dan lain-lain.


(39)

25

2.5.Diagnosis depresi

Pedoman Penggolongan dan Diagnostik Gangguan Jiwa di Indonesia edisi III (PPDGJ-III) mendefinisikan depresi sebagai gangguan afektif yang secara umum ditandai oleh (Kardis, 2003). Tanda dan gejala depresi umum : (1) konsentrasi dan perhatian berkurang, (2) harga diri dan kepercayaan diri berkurang, (3) gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna bahkan pada derajat ringan sekalipun, (4) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, (5) gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, (6) tidur terganggu, (6) nafsu makan berkurang.

Kategori depresi sesuai PPDGJ III dapat dibedakan menjadi 4 kategori (Kardis, 2003), sebagai berikut:

a. Depresi ringan

Suasana perasaan yang depresif kehilangan minat, kesenangan dan mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala dari depresi yang khas:

1) Harus ada minimal dua dari tiga gejala seperti disebutkan di atas 2) Minimal ada dua gejala yang ada pada tabel

3) Cemas mengenai gejalanya dan sulit untuk meneruskan pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.


(40)

26 b. Depresi sedang

1) Minimal harus ada dua dari tiga gejala khas yang ditemukan pada depresi ringan

2) Ditambah minimal tiga gejala lainnya

3) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan kegiatan sehari-hari

c. Depresi berat tanpa gejala psikotik

1) Tiga gejala khas yang ditemukan pada depresi ringan dan sedang harus ada

2) Ditambah minimal empat gejala lainnya

3) Pasien tidak mampu melaporkan gejala yang dialaminya secara jelas 4) Tidak mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau kegiatan

sehari-hari

d. Depresi berat dengan gejala psikotik

1) Memenuhi kriteria gejala depresi berat yang disebutkan di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresif

2) Waham tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas kepercayaannya tersebut 3) Halusinasi berupa suara menghina atau menuduh dan bau kotor 4) Retardasi psikomotor dapat menuju kepada stupor

Depresi dapat diukur derajat keparahannya dengan alat ukur depresi seperti

Beck Depression Inventory (BDI) atau Hamilton Rating Scale for Depression


(41)

27

kemarahan karena “kehilangan” yang diarahkan pada diri sendiri, sehingga penderita depresi cenderung merusak diri sendiri (Wicaksono, 2008).

d. Depresi terselubung

Gejala depresi tak jelas tetapi menunjukkan gejala lain misalnya, hiperaktif, tingkah laku agresif, psikosomatik, hipokondriasis, delikuensi dan sebagainya.

2.6.Cara mengatasi depresi

Menurut (Nevid et al, 2003) ada beberapa pendekatan kontemporer untuk mengatasi depresi, antara lain:

1) Pendekatan Psikodinamika

Psikoanalisis tradisional bertujuan membantu orang yang depresi untuk memahami perasaan mereka yang ambivalen terhadap orang-orang (objek) penting dalam hidup mereka yang telah hilang atau yang terancam akan hilang. Model psikoterapi untuk depresi yang lebih baru telah muncul dari aliran interpersonal atas terapi psikodinamika, contohnya adalah psikoterapi interpersonal (interpersonal psychoteraphy/ IPT). IPT adalah suatu bentuk singkat dari terapi (biasanya tidak lebih dari 9-12 bulan) yang berfokus pada hubungan interpersonal klien di saat ini. Perintis IPT percaya bahwa depresi terjadi dalam suatu konteks interpersonal dan bahwa isi hubungan perlu untuk ditekankan dalam penanganan.


(42)

28 2) Pendekatan Behavioral

Pendekatan penanganan behavioral beranggapan bahwa perilaku depresi dipelajari dan dapat dihilangkan (unlearned). Terapis perilaku bertujuan untuk secara langsung memodifikasi perilaku dan bukan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap kemungkinan penyebab yang tidak disadari dari perilakuperilaku ini. Terapi perilaku telah terbukti menghasilkan keuntungan yang cukup berarti dalam menangani depresi untuk orang dewasa dan juga remaja.

3) Pendekatan Kognitif

Berfokus pada membantu orang dengan depresi belajar untuk menyadari dan mengubah pola berpikir mereka yang disfungsional. Terapis menggunakan suatu kombinasi dari teknik-teknik behavioral dan kognitif untuk menbantu klien mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran yang disfungsional serta mengembangkan perilaku yang lebih adaptif.

4) Pendekatan Biologis

Pendekatan-pendekatan biologis yang paling umum untuk menangani gangguan mood melibatkan penggunaan obat-obatan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif untuk depresi serta litium karbonat untuk gangguan bipolar. Obat-obatan yang digunakan untuk menangani depresi mencakup beberapa kelas dari antidepresan : tricyclic antidepressants (TCAs), monoamine oxidase (MAO) inhibitors, dan selective serotonin-reuptake inhibitors (SSRIs).


(43)

29

Hawari (2001) mengemukakan bahwa dewasa ini perkembangan terapi di dunia kedokteran sudah berkembang ke arah pendekatan keagamaan (psikoreligius). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehiduapan yang merupakan stressor psikososial. Organisasi kesehatan dunia telah menetapkan unsur spiritual (agama) sebagai salah satu dari 4 unsur kesehatan. Keempat unsur kesehatan tersebut adalah : (1) Sehat fisik. (2) Sehat psikis. (3) Sehat sosial. (4) Sehat spiritual.

3. Asrama

3.1.Definisi asrama

Alvin Toffler memberikan penjelasan bahwa asrama sekolah adalah suatu tempat tinggal bagi anak-anak dimana mereka diberi pengajaran atau bersekolah. Sedangkan Carter V. Good dalam dictionary of education menggunakan istilah asrama sekolah dengan boarding school dan mengartikan bahwa asrama sekolah merupakan lembaga pendidikan baik tingkat dasar ataupun tingkat menengah yang menjadi tempat bagi para siswa untuk dapat bertempat tinggal selama mengikuti program pengajaran

Boarding school adalah sistem sekolah dengan asrama, dimana peserta didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya (Arsy Karima Zahra, 2008).


(44)

30

Di lingkungan sekolah, para siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa, bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat. Contoh yang baik dapat mereka saksikan langsung di lingkungan mereka tanpa tertunda. Dengan demikian, pendidikan kognisi, afektif, dan psikomotor siswa dapat terlatih lebih baik dan optimal.

Boarding School yang baik dijaga dengan ketat agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan sistem pendidikan atau dengan ciri khas suatu sekolah berasrama (Arsy Karima Zahra, 2008). Dengan demikian peserta didik terlindungi dari hal-hal yang negatif seperti merokok, narkoba, tayangan film atau sinetron yang tidak mendidik dan sebagainya. Di sekolah dengan sistem ini, para siswa mendapatkan pendidikan dengan kuantitas dan kualitas yang berada di atas rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional.

Perbedaan boarding school dengan sekolah umum lainnya adalah kelas di boarding school cenderung sedikit dengan jumlah siswa-siswi yang tidak banyak seperti kelas sekolah umum. Hal ini dilakukan agar para guru bisa melakukan pendekatan ke para siswa-siswi (Gaztambide-Fernández, Rubén, 2009). Di boarding school bisa mengeluarkan siswa-siswi dari kelas apabila siswa tersebut tidak terlihat minat dalam berpartisipasi dikelas untuk belajar (Gaztambide-Fernández, Rubén, 2009). Di boarding school kegiatan seperti olahraga atau kesenian tidak temasuk dalam kegiatan ektrakulikuler, mereka mencakup semua aspek belajar (Gaztambide-Fernández, Rubén, 2009).

Boarding school menyediakan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan siswa. Lengkapnya fasilitas yang ada untuk menyalurkan bakat dan


(45)

31

hobi siswa-siswi. Siswa-siswi di boarding schoolmemiliki kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai kepentingan, mengambil bidang yang diminati, dan menunjukkan bakat mereka (Gaztambide-Fernández, Rubén, 2009).

Dalam sistem pendidikan boarding school seluruh peserta didik wajib tinggal dalam satu asrama. Oleh karena itu, guru atau pendidik lebih mudah mengontrol perkembangan karakter peserta didik. Dalam kegiatan kurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, baik di sekolah, asrama dan lingkungan masyarakat dipantau oleh guruguru selama 24 jam. Kesesuaian sistem boarding-nya, terletak pada semua aktivitas siswa yang diprogramkan, diatur dan dijadwalkan dengan jelas. Sementara aturan kelembagaannya sarat dengan muatan nilai-nilai moral.

3.2.Hakekat dan fungsi kehidupan di asrama

Hakekat kehidupan asrama bukan sekedar pembentukan kebiasaan (habit formation) dan kesan-kesan sensoris, namun suatu proses pembentukan nilai.. oleh karena itu, dalam kehidupan di asrama diperlukan adanya saling menghargai, saling mengakui, saling menerima dan memberi, dan saling mengembangkan diri sendiri.

Kultur kehidupan di asrama harus berisi suasana “home” dalam pengertian sebagai berikut : (1) Lingkungannya penuh kasih sayang, (2) Tempat dimana yang kecil merasa dibesarkan dan yang besar merasa kecil, (3) Tempat dimana kita diperlakukan sebaik-baiknya, (4) Tempat dimana kita makan tiga kali sehari, (5) Pusat pertumbuhan dwi-tunggal antara kasih sayang an angan-angan, (6) Satu-satunya tempat didunia, dimana kesalahan-kesalahan dan kekurangan kita sembunyikan oleh cinta an pengorbanan, (7) Mahligai kebapakan, dunia


(46)

32

keibuan, dan paradise bagi kehidupan anak-anak, (8) Dalam kehidupan asrama di sekolah harus diusahakan berbagai pengalaman belajar melalui kegiatan belajar sebagai persiapan untuk hidup di masyarakat (Kusmintardjo, 1992).

3.3.Tujuan Penyelenggaraan Asrama Sekolah

Secara umun tujuan diselenggarakan asrama adalah untuk menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan de sekolah. Sedangkan secara khusus tujuan penyelenggaraan asrama adalah sebagai berikut : (1) Memberikan bimbingan kepada siswa, (2) Membiasakan para siswa untuk mencintai belajar bersama teman sebayanya, (3) Membantu para siswa agar dapat menyesuaikan diri pada kehidupan sosial dalam lingkungan sebayanya, (4) Membantu para siswa dalam proses pengembangan pribadi, (5) Membantu memberikan tempat penginapan bagi para siswa yang rumahnya jauh dari sekolahan, (6) Pengelolaan dan Penyelenggaraan Asrama Sekolah

Kehidupan dalam asrama biasanya selalu dibuat teratur. Oleh karena itu, kegiatan pengelolaan dan penyelenggaraan asrama sekolah perlu mendapat perhatian yang serius dari semua pihak yang terkait dengan keberadaan asrama sekolah.


(47)

33 B. Kerangka Teori

BDI

Depresi Remaja

Tinggal di Asrama

a. Jauh Dari Orangtua b. Peraturan

Faktor Sosial

a. Lingkungan Keluarga b. Lingkungan Sekolah c. Lingkungan Teman

Sebaya

d. Lingkungan Masyarakat

Faktor Psikologis

a. Ditinggal Orangtua b. Penyakit Kronik Faktor Biologis

a. Genetik b. Hormonal


(48)

34 C. Kerangka Konsep

Gambar 1

D. Hipotesis

Adapun hipotesa dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan tingkat depresi siswa yang sebelumnya pernah tinggal di asrama dan yang belum.

Status Depresi Remaja

Pernah tinggal di asrama Belum pernah tinggal di asrama

Tidak Depresi

Ringan Sedang Berat


(49)

35 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah observasional (non eksperimental) dan pengambilan datanya dilakukan secara cross-sectional dengan cara pengisian kuisioner.

B. Populasi dan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling

yaitu pemilihan lokasi sekolah yang telah ditetapkan oleh peneliti

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa siswi SMK Kesehatan Kaltara Tarakan yang tinggal di asrama, dengan total sampel sebanyak 62. Berikut ini rumus pencarian jumlah sampel :

(1.96√2PQ + 0,84√0,47)2

0.252 98 (100)

Sampel dari penelitian ini memiliki kriteria inklusi : 1. Siswa yang bersedia menjadi responden. 2. Siswa tinggal di asrama

Dan kriteria eklusi :


(50)

36

C. Lokasi dan Waktu Penelitia 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Kesehatan Kaltara Tarakan karena sekolah tersebut mewajibkan siswanya untuk tinggal di asrama.

2. Waktu Penelitian

Perkiraan waktu penelitian yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah pada bulan Mei 2015 – April 2016

D. Variabel

1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah siswa yang pernah tinggal di asrama dan yang belum pernah

2. Variabel terikat

Variabel terikat pada penalitian ini adalah tingkat depresi

E. Definisi Operasional

1. Siswa yang pernah tinggal di asrama dan yang belum pernah tinggal di asrama

Data tersebut ini didapat setelah siswa mengisi data diri yang telah disediakan oleh peneliti. Data diri berisikan nama, alamat, kelas, dan saat SMP pernah tinggal di asrama


(51)

37

Pengukuran tingkat depresi dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory (BDI). Dengan alat ukur berupa kuesioner, dan cara pengukuran dengan pengisian BDI diisi sendiri oleh responden (Sadock and Sadock, 2009). Kriteria penilaian kuesioner BDI : 1) Normal (0-13); 2) Depresi ringan (14-19); 3) Depresi sedang (20-28); 4) Depresi berat (>29)

F. Alat dan Bahan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan instrument kuesioner yang mengandung pertanyaan yang harus diisi oleh responden.

1. Kuesioner Data Diri

Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui status responden secara lengkap dan terjaga kerahasiaannya. Kuesioner ini mengandung nama, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur serta pernyataan bahwa kesediaan menjadi subjek dalam penelitian tanpa suatu paksaan dari pihak manapun. Dan responden bersedia menjawab pertanyaan dengan sejujur-jujurnya.

2. Skala Penilaian Beck Depression Inventori (BDI)

Pada pengukuran tingkat depresi murid, peneliti menggunakan kuesioner untuk menganalisa data-data yang berisi tentang BDI sebagai alat ukur tingkat depresi murid. Skala ini disusun untuk menyeleksi subyek penelitian dengan tingkat depresi.


(52)

38

Beck Depression Inventori (BDI) mengevaluasi 21 gejala depresi, 15 diantaranya menggambarkan emosi, perubahan sikap, 6 gejala somatik. Setiap gejala dirangking dalam skala intensitas 4 poin dan nilainya ditambahkan untuk memberi total nilai dari 0-63; nilai yang lebih tinggi mewakili tingkat depresi yang lebih berat. 21 item tersebut menggambarkan kesedihan, pesimistik, perasaan gagal, ketidakpuasan, rasa bersalah, harapan akan hukuman, membenci diri sendiri, menuduh diri sendiri, keinginan bunuh diri, menangis, iritabilitas, penarikan diri dari masyarakat, tidak dapat mengambil keputusan, perubahan bentuk tubuh, masalah bekerja, insomnia, kelelahan, anoreksia, kehilangan berat badan, preokupasi somatik dan penurunan libido. Nilai 0-16 menunjukkan tidak depresi dan 17-63 menunjukkan bahwa responden mengalami depresi (Beck, 1996).

G. Jalannya Penelitian

Murid SMK Kesehatan Kaltara Tarakan

Formulir Biodata, Kuesioner BDI

Olah data subjek sesuai kriteria inklusi


(53)

39

H. Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan pengolahan data setelah data terkumpul yang selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan. Analisis data dilakukan untuk tujuan menjawab hipotesis penelitian. Maka digunakan uji statistik yang sesuai dengan variabel penelitian.

Setelah dilakukan pencuplikan dengan metode purposive sampling dengan cara penyebaran kuesioner ke kedua populasi akan diperoleh data yang akan dilanjutkan dengan chi-square. Seluruh data yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer program SPSS v17.


(54)

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan pengumpulan data, data diolah dengan penggunakan program komputer SPSS. Subjek penelitian berjumlah 100 responden siswa siswi SMK Kesehatan Kaltara Tarakan dengan sistem acak 3 angkatan.

Dari 100 responden siswa – siswi SMK Kesehatan Kaltara Tarakan yang telah terkumpul diperoleh hasil data yang disajikan dalam bentuk tabel berikut :

Tabel 1. distribusi frekuensi berdasarkan usia dan jenis kelamin

Umur Jenis Kelamin Total Persen %

Laki-laki Perempuan

14 0 1 1 1%

15 2 8 10 10%

16 3 38 41 41%

17 4 35 39 39%

18 0 9 9 9%

total 9 91 100 100%

Dari tabel 1 bisa kita simpulkan bahwa persentase terbesar yaitu terdapat pada umur 16 tahun yaitu sebanyak 41 responden (41%).


(55)

41

Tabel 2. distribusi frekuensi berdasarkan riwayat tinggal di asrama dan tingkat depresi

BDI Total

Normal Depresi ringan

Depresi sedang

Pernah 10 2 1 13

Persen% 76.9% 15.4% 7.7% 100%

Tidak pernah 62 15 9 86

Persen% 72.1% 17.4% 10.5% 100%

Total 72 17 10 99

Persen % 72.7% 17.2% 10.1% 100%

Dari tabel 2 dapat kita lihat dari 100 responden terdapat 99 responden yang mengisi lengkap kuisioner yang telah diberikan dan terdapat 1 responden yang tidak lengkap mengisi kuisioner

Tabel 3. Hasil uji chi-square

Pernah tinggal di asrama atau belum

BDI

p 0.928

N 99

Pada tabel 3 dari hasil dari uji chi-square menunjukkan nilai signifikansi 0.928 (p > 0.05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna tingkat depresi pada siswa yang pernah tinggal di asrama dan yang belum pernah

B. Pembahasan

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui perbedaan tingkat depresi pada siswa-siswi yang pernah tinggal di asrama dan yang belum pernah tinggal di asrama. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuisioner yang berjumlah 21 pertanyaan yang berasal dari Beck Depression Inventory (BDI).


(56)

42

Disini penulis menggunakan responden SMK Kesehatan Kaltara Tarakan karena sekolah tersebut menggunakan sistem asrama atau Boarding School.

Menurut Ayub Sani Ibrahim dari bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universita Trisakti, dalam penelitiannya prevalensi depresi pada kelompok umur 15- 17 tahun lebih rendah dibandingkan dengan prevalensi rata-rata umum penduduk. Tapi secara keseluruhan, dalam kelompok umur penelitian 15-20 tahun, angkanya lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi rata-rata umum (Hadi, 2004). Pada tabel 1 usia rata-rata seorang siswa/siswi SMK berkisar 15-18 tahun, sedangkan untuk usia siswa-siswi SMK Kesehatan Kaltara Tarakan adalah antara 14-18 tahun, dengan demikian mereka rentan untuk terjadinya suatu depresi.

Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda pada masing-masing individu. Bila manifestasi gejala depresi muncul dalam bentuk keluhan yang berkaitan dengan mood (seperti murung, sedih, rasa putus asa), diagnosis depresi dengan mudah dapat ditegakkan (Amir, 2005).

Penyebab depresi secara pasti, belum diketahui. Faktor-faktor yang diduga berperan dalam terjadinya depresi yaitu peristiwa-peristiwa kehidupan yang bersifat stressor (problem keuangan, perkawinan, pekerjaan, dan lain-lain), faktor kepribadian, genetik, dan biologik lain seperti gangguan hormon, keseimbangan neurotransmitter biogenik amin, dan imunologik (Amir, 2005). Namun dari sekian banyak penyebab (Hadi, 2004) merangkumkan sebagai berikut: (1) Karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang


(57)

43

mendasari depresi. Ada empat macam kehilangan: a) Kehilangan abstrak: kehilangan harga diri, kasih sayang, harapan atau ambisi. b) Kehilangan sesuatu yang konkrit: rumah, mobil, potret, orang atau bahkan binatang kesayangan. c) Kehilangan hal yang bersifat khayal: tanpa fakta mungkin tapi ia merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang. d) Kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang: menunggu hasil tes kesehatan, menunggu hasil ujian, dan lain-lain. (2) Reaksi terhadap stres. 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup. (3) Terlalu lelah atau capek. Karena terjadi pengurasan tenaga baik secara fisik maupun emosi. (4) Gangguan atau serangan dari kuasa kegelapan. (5) Reaksi terhadap obat.

Pada tabel 2 bisa dijelaskan bahwa dari 99 responden yang mengisi lengkap kuisioner terdapat 86 responden (86.9%) yang belum pernah tinggal di asrama, dari 86 resonden tersebut yang normal terdapat 62 responden (72.1%), 15 responden mengalami depresi ringan (17.2%), dan 9 responden mengalami depresi sedang (10.5%). Lalu terdapat 13 (13.1%) responden yang pernah tinggal di asrama, dari 13 responden tersebut terdapat 10 responden yang normal (76.9%), 2 responden mengalami depresi ringan (15.4%), 1 responden mengalami depresi sedang (7.7%).

Berdasarkan dalam penelitian ini didapatkan hasil p = 0.928, bahwa tidak ada perbedaan tingkat depresi antara siswa-siswi SMK Kesehatan Kaltara Tarakan yang pernah dan yang belum pernah tinggal di asrama sebelumnya. Hal ini mungkin bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang mendasarinya, antara lain menurut Sarwono (2002) : (1) Kematangan, yaitu merupakan perkembangan


(58)

44

susunan syaraf sehingga fungsi tubuh menjadi lebih sempurna. (2) Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya. (3) Transmisi sosial, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkngan sosial antara lain melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain. (4) Ekuilibrasi, yaitu sistem pengaturan dalam diri individu sendiri yang mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

Perbedaan kemampuan dan permasalahan penyesuaian diri akan tampak nyata pada waktu mereka memasuki sekolah menengah (Sekolah Lanjutan Atas). Remaja sebagai siswa atau peserta didik akan dihadapkan kepada kenyataan bahwa di sekolah itu ada norma dan peraturan yang harus dipatuhi (Warkitri dkk, 2002). Kehidupan di asrama yang sangat berbeda dengan kehidupan sebelumnya terutama siswa-siswi yang dahulu belum pernah tinggal di aasrama, mereka harus melakukan penyesuaian diri agar bisa bertahan hingga menyelesaikan pendidikannya di sekolah tersebut. Padatnya jadual yang diterima siswa-siswi kemudian memberi dampak lain pada kehidupannya. Yang kemudian menjadi masalah adalah adanya siswa-siswi yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan sistem asrama tersebut. Sehingga menambahkan stressor dan lama kelamaan bisa menjadi depresi.


(59)

45 BAB V

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan tingkat depresi pada siswa-siswi SMK Kesehatan Kaltara Tarakan yang pernah tinggal di asrama dan yang belum pernah tinggal di asrama tidak menunjukkan perbedaan.

B. Saran

1. Perlu adanya dukungan dari pihak sekolah maupun asrama dalam memfasilitasi siswa-siswi yang tinggal di asrama.

2. Perlu diadakan konseling dan edukasi tentang depresi agar tidak mengganggu kegiatan sehari hari.

3. Perlu juga diadakan konseling antara guru dan orangtua siswa-siswi agar terjalin komunikasi yang baik.


(60)

46

Daftar Pustaka

Agustiani, H. 2006. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Bandung: Refika Aditama.

Amir, N. 2005. Depresi: Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana.

Jakarta: BP FK UI. pp: 5, 23, 29, 30

Baihaqi, MIF., Sunardi, Akhlan, R. N. R., dan Heryati, E. (2005). Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan. Bandung: Refika Aditama

Beck, A. T., Steer, R. A., Ranieri, W. 1996. “Comparison of Beck Depression Inventories-IA and –II in Psychiatrics Outpatients”, Journal of Personality Asessment. 67 (3); 588-97

Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Davison, G. C., Neale, J. M., dan Kring, A. M. 2004. Psikologi Abnormal, Edisi ke 9. Alih Bahasa oleh Fajar, N. 2010. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada. Fatimah, E. (2008). Psikologi Perkembangan: Peserta Didik. Bandung: Pustaka

Setia.

Fitrikasari, A. 2003. Determinan Depresi Pada Anak dan Remaja: Studi Pada Panti Asuhan SOS Desa Tarena Semarang. Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro. [serial online]

http://eprints.undip.ac.id/12313/1/2003PPDS2909.pdf [10 April 2012] Gaztambide-Fernández, R. (2009). The Best of the Best: Becoming Elite at

American Boarding School. Cambridge, MA: Harvard University Press Gunarsa, Singgih D., 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:

PT BPK Gunung Mulia.

Hadi, P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta: Tugu Publisher. pp: 16,17,57,58

Hawari, D. W, (1990), Stress dan Depresi : Pengenalan dan Penanganan. Simposium Stress dan Depresi, Padang

Hawari, D. 2001. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta : BP FK UI. pp: 91, 130-2, 156-8

Kardis, S. (2003). Buku Diktat Psikiatri PPDGJ III dan Psikiatri Klinis Jilid II. Jember: Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Jember


(61)

47

Kusumintardjo. (1992), Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah, Jilid II.

Malang : Proyek OPF IKIP Malang

Melani, F. 2012. Perbedaan Depresi Remaja Pada Siswi SMA Negeri Desa dan Kota Daerah Agraris di Kabupaten Jember. Jember: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.

Nevid, J.S., Rathus, S.A., and Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga. Penerjemah: Tim Fakultas Psikologi UI: Murad, J. dkk. pp: 243, 254-258

Papalia, D. E., Old, S. W., dan Feldman, R. D. 2008. Human Development (Psikologi Perkembengan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sadock, B.J. and Sadock, V. A. 2009. Kaplan & Sadock’s Comprehensive

Textbookof Psychiatry. Lippincott Williams & Wilkins. pp: 1047-1049 Santrock, J. W. 2007. Remaja. Alih Bahasa Oleh Benedictine Widyasinta.

Jakarta: Penerbit Erlangga

Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Sosial ,Individu, dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. p: 305

Semium, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius

Soetjiningsih (Ed.). (2007). Buku Ajar: Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Sumiati, Dinarti, Nurhaeni, H., dan Aryani, R. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta: Trans Info Media (TIM)

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Stuart, G. W. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Alih Bahasa oleh Ramona P. dan Egi Kamaya. 2006. Jakarta: EGC

Sumiati, Dinarti, Nurhaeni, H., dan Aryani, R. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja danKonseling. Jakarta: Trans Info Media (TIM).

Wade C. dan Tavris C. 2007. Psikologi. Alih Bahasa Oleh Padang Mursalin dan Dinastuti. Jakarta: Erlangga

Warkitri, Chasiyah dan Mardiyati, S. 2002. Perkembangan Peserta Didik.

Surakarta: UNS Press. pp: 44-57

Wicaksono, I. (2008). Mereka Bilang Aku Sakit Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. [serial online]. http: books.google.co.id/books?isbn=9792120750 [10 April 2015]


(62)

48

Wijaya, Novikarisma. 2007. Hubungan Antara Keyakinan Diri Akademik Dengan Penyesuaian Diri Siswa Tahun Pertama Sekolah Asrama SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan. Unversitas Diponegoro Semarang. Jurnal http://eprints.undip.ac.id/10382/1/pdf. Download Tanggal 16 Februari 2015.

Yusuf, Syamsu. 2008. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(63)

49 LAMPIRAN SKALA DEPRESI (BDI)

Petunjuk

- Pilihlah salah satu pertanyaan masing-maisng kelompok, yang paling tepat melukiskan perasaan-perasaan yang Anda rasakan saat ini

- Beri tanda (X) pilihan Anda pada kolom yang tertera di samping pertanyaan yang Anda pilih.

1. ( ) 0. saya tidak merasa sedih ( ) 1. saya merasa sedih

( ) 2. saya merasa sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat menghilangkannya.

( ) 3. saya merasa begitu sedih sehingga saya merasa tidak tahan lagi 2. ( ) 0. saya tidak merasa berkecil hati terhadap masa depan

( ) 1. saya merasa berkecil hati terhadap masa depan ( ) 2. saya merasa tidak ada sesatu yang saya nantikan

( ) 3. saya merasa bahwa tidak ada harapan di masa depan dan segala sesuatunya tidak dapat diperbaiki

3. ( ) 0. saya tidak merasa gagal

( ) 1. saya merasa lebih banyak mengalami kegagalan dari pada rata-rata orang

( ) 2. kalau saya meninjau kembali hidup saya, yang dapat saya lihat hanyalah banyak kegagalan

( ) 3. saya merasa sebagai seorang pribadi yang gagal total

4. ( ) 0. saya memperoleh kepuasan atas segala sesuatu seperti biasanya ( ) 1. saya tidak dapat menikmati segala sesuatu seperti biasanya

( ) 2. saya tidak lagi memperoleh kepuasan yang nyata dari segala sesuatu ( ) 3. saya tidak puas atau bosan terhadap apa saja

5. ( ) 0. saya tidak merasa bersalah

( ) 1. saya cukup sering merasa bersalah ( ) 2. saya sering merasa bersalah

( ) 3. saya merasa bersalah sepanjang waktu

6. ( ) 0. saya tidak merasa seolah saya sedang dihukum ( ) 1. saya merasa bahwa saya mungkin sedang dihukum ( ) 2. saya pikir saya akan dihukum


(1)

LAMPIRAN

SKALA DEPRESI (BDI) Petunjuk

- Pilihlah salah satu pertanyaan masing-maisng kelompok, yang paling tepat melukiskan perasaan-perasaan yang Anda rasakan saat ini

- Beri tanda (X) pilihan Anda pada kolom yang tertera di samping pertanyaan yang Anda pilih.

1. ( ) 0. saya tidak merasa sedih ( ) 1. saya merasa sedih

( ) 2. saya merasa sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat menghilangkannya.

( ) 3. saya merasa begitu sedih sehingga saya merasa tidak tahan lagi 2. ( ) 0. saya tidak merasa berkecil hati terhadap masa depan

( ) 1. saya merasa berkecil hati terhadap masa depan ( ) 2. saya merasa tidak ada sesatu yang saya nantikan

( ) 3. saya merasa bahwa tidak ada harapan di masa depan dan segala sesuatunya tidak dapat diperbaiki

3. ( ) 0. saya tidak merasa gagal

( ) 1. saya merasa lebih banyak mengalami kegagalan dari pada rata-rata orang

( ) 2. kalau saya meninjau kembali hidup saya, yang dapat saya lihat hanyalah banyak kegagalan

( ) 3. saya merasa sebagai seorang pribadi yang gagal total

4. ( ) 0. saya memperoleh kepuasan atas segala sesuatu seperti biasanya ( ) 1. saya tidak dapat menikmati segala sesuatu seperti biasanya

( ) 2. saya tidak lagi memperoleh kepuasan yang nyata dari segala sesuatu ( ) 3. saya tidak puas atau bosan terhadap apa saja

5. ( ) 0. saya tidak merasa bersalah

( ) 1. saya cukup sering merasa bersalah ( ) 2. saya sering merasa bersalah

( ) 3. saya merasa bersalah sepanjang waktu

6. ( ) 0. saya tidak merasa seolah saya sedang dihukum ( ) 1. saya merasa bahwa saya mungkin sedang dihukum ( ) 2. saya pikir saya akan dihukum


(2)

7. ( ) 0. saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri ( ) 1. saya kecewa dengan diri saya sendiri

( ) 2. saya muak terhadap diri saya sendiri ( ) 3. saya membeci diri saya sendiri

8. ( ) 0. saya tidak merasa lebih buruk daripada orang lain

( ) 1. saya cela diri saya sendiri karena kelemahan-keemahan atau kesalahan-kesalahan saya

( ) 2. saya menyalahkan diri saya sepanjang waktu karena kesalahankesalahan saya

( ) 3. saya menyalahkan diri saya untuk semua hal buruk yang terjadi

9. ( ) 0. saya tidak punya sedikitpun pikiran untuk bunuh diri

( ) 1. saya mempunyai pikiran-pikiran untuk bunuh diri, namun saya tidak akan melakukannya

( ) 2. saya ingin bunuh diri

( ) 3. saya akan bunuh diri jika saja ada kesempatan

10. ( ) 0. saya tidak lebih banyak menangis dibandingkan biasanya ( ) 1. sekarang saya lebih banyak menangis dari pada sebelumnya ( ) 2. sekarang saya menangis sepanjang waktu

( ) 3. biasanya saya mampu menangis, namun kini saya tidak lagi dapat menangis walaupun saya menginginkannya

11. ( ) 0. saya tidak lebih terganggu oleh berbagai hal dibandingkan biasanya ( ) 1. kini saya sedikit lebih pemarah daripada biasanya

( ) 2. saya agak jengkel atau terganggu di sebagian besar waktu saya ( ) 3. kini saya merasa jengkel sepanjang waktu

12. ( ) 0. saya tidak kehilangan minat saya terhadap orang lain

( ) 1. saya agak kurang berminat terhadap orang lain dibandingkan bisanya ( ) 2. saya kehilangan hampir seluruh minat pada orang lain

( ) 3. saya telah kehilangan seluruh minat saya pada orang lain

13. ( ) 0. saya mengambil keputusan-keputusan hampir sama baiknya dengan yang biasanya saya lakukan

( ) 1. saya menunda mengambil keputusan-keputusan lebih sering dari yang biasanya saya lakukan

( ) 2. saya mengalami kesulitan lebih besar dalam mengambil keputusankeputusan dari pada sebelumnya


(3)

( ) 3. saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan-keutusan lagi 14. ( ) 0. saya tidak merasa bahwa keadaan saya tampak lebih buruk dari yang

biasanya

( ) 1. saya khawatir saya tampak tua atau tidak menarik

( ) 2. saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam penampilan

( ) 3. saya yakin bahwa saya tampak jelek

15. ( ) 0. saya dapat bekerja sama baiknya dengan waktu-waktu sebelumnya ( ) 1. saya membutuhkan suatu usaha ekstra untuk memulai melakukan

sesuatu

( ) 2. saya harus memaksakan diri sekuat tenaga untuk melakukan sesuatu ( ) 3. saya tidak mampu mengerjakan apapun lagi

16. ( ) 0. saya dapat tidur seperti biasa

( ) 1. tidur saya tidak senyenyak biasanya

( ) 2. saya bangun 1-2 jam lebih awal dari biasanya dan merasa sukar sekali untuk bisa tidur kembali

( ) 3. saya bangun beberapa jam lebih awal dari pada biasanya serta tidak dapat tidur kembali

17. ( ) 0. saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya ( ) 1. saya merasa lebih lelah dari biasanya

( ) 2. saya merasa lelah setelah melakukan apa saja ( ) 3. saya terlalu lelah untuk melakukan apapun

18. ( ) 0. Nafsu makan saya tidak lebih buruk dari biasanya ( ) 1. nafsu makan saya tidak sebaik biasanya

( ) 2. nafsu makan saya kini jauh lebih buruk ( ) 3. saya tak memiliki nafsu makan lagi

19. ( ) 0. berat badan saya tidak turu banyak, atau bahkan tetap, akhir-akhir ini ( ) 1. berat badan saya turun lebih dari 5 pon/ 1 kg

( ) 2. berat badan saya turun lebih dari 10 pon/ 2 kg ( ) 3. berat badan saya turun lebih dari 15 pon/ 3 kg

20. ( ) 0. saya tidak merasa lebih cemas terhadap kesehatan saya dari pada biasanya

( ) 1. saya cemas mengenai masalah-masalah fisik seperti rasa sakit dan tidak enak badan, atau perut mual atau sembelit

( ) 2. saya sangat cemas mengenai masalah-masalah fisik dan sukar untuk memikirkan banyak hal lainnya

( ) 3. saya begitu cemas mengenai masalah-masalah fisik saya sehingga tidak dapat berpikir tentang hal lainnya


(4)

21. ( ) 0. saya tidak melihat adanya perubahan dalam minat saya terhadap seks ( ) 1. saya kurang berminat di bidang seks dibadingkan biasanya

( ) 2. kini saya sangat kurang berminat terhadap seks


(5)

Umur (th) * Jenis Kelamin Crosstabulation

0 1 1

.0% 100.0% 100.0%

.0% 1.1% 1.0%

.0% 1.0% 1.0%

2 8 10

20.0% 80.0% 100.0%

22.2% 8.8% 10.0%

2.0% 8.0% 10.0%

3 38 41

7.3% 92.7% 100.0%

33.3% 41.8% 41.0%

3.0% 38.0% 41.0%

4 35 39

10.3% 89.7% 100.0%

44.4% 38.5% 39.0%

4.0% 35.0% 39.0%

0 9 9

.0% 100.0% 100.0%

.0% 9.9% 9.0%

.0% 9.0% 9.0%

9 91 100

9.0% 91.0% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

9.0% 91.0% 100.0%

Count

% wit hin Umur (th) % wit hin Jenis Kelamin % of Total

Count

% wit hin Umur (th) % wit hin Jenis Kelamin % of Total

Count

% wit hin Umur (th) % wit hin Jenis Kelamin % of Total

Count

% wit hin Umur (th) % wit hin Jenis Kelamin % of Total

Count

% wit hin Umur (th) % wit hin Jenis Kelamin % of Total

Count

% wit hin Umur (th) % wit hin Jenis Kelamin % of Total

14 15 16 17 18 Umur (th) Total Laki-laki Perempuan Jenis Kelamin Total


(6)

Asrama * BDI Crosstabulation

62 15 9 86

72.1% 17.4% 10.5% 100.0%

86.1% 88.2% 90.0% 86.9%

62.6% 15.2% 9.1% 86.9%

10 2 1 13

76.9% 15.4% 7.7% 100.0%

13.9% 11.8% 10.0% 13.1%

10.1% 2.0% 1.0% 13.1%

72 17 10 99

72.7% 17.2% 10.1% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

72.7% 17.2% 10.1% 100.0%

Count

% wit hin Asrama % wit hin BDI % of Total Count

% wit hin Asrama % wit hin BDI % of Total Count

% wit hin Asrama % wit hin BDI % of Total Tidak Y a Asrama Total Normal Depresi ringan Depresi sedang BDI Total Chi-Square Tests

.150a 2 .928 1.000

.157 2 .925 1.000

.125 1.000

.148b 1 .700 .828 .460 .173

99 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

2 cells (33.3%) hav e expect ed count less t han 5. The minimum expected count is 1.31. a.

The standardized st at ist ic is -. 385. b.


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA SISWA YANG PERNAH TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG BELUM PERNAH TINGGAL DI ASRAMA

0 4 10

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWI TSANAWIYAH YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG TIDAK TINGGAL DI ASRAMA MADRASAH MUALIMAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 4 81

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI RUMAH DENGAN YANG TINGGAL DI PANTI SOSIAL

0 3 70

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI LAKI-LAKI YANG TINGGAL DI ASRAMA DENGAN LAKI-LAKI YANG TINGGAL BERSAMA ORANG PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI LAKI-LAKI YANG TINGGAL DI ASRAMA DENGAN LAKI-LAKI YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA PADA SISWA KELAS II SMA MTA SURAKARTA

0 0 16

PENDAHULUAN PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI LAKI-LAKI YANG TINGGAL DI ASRAMA DENGAN LAKI-LAKI YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA PADA SISWA KELAS II SMA MTA SURAKARTA.

0 0 4

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA MURID PUTRA SMA KELAS X ISLAMIC BOARDING SCHOOL (IBS) MTA SURAKARTA YANG PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA MURID PUTRA SMA KELAS X ISLAMIC BOARDING SCHOOL (IBS) MTA SURAKARTA YANG PERNAH DAN BELUM PERNAH TINGGAL DI PONDOK

0 1 5

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA MURID PUTRA SMA KELAS X ISLAMIC BOARDING SCHOOL (IBS) MTA SURAKARTA YANG PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA MURID PUTRA SMA KELAS X ISLAMIC BOARDING SCHOOL (IBS) MTA SURAKARTA YANG PERNAH DAN BELUM PERNAH TINGGAL DI PONDOK

0 1 71

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN SISWA MAN MOJOKERTO DITINJAU DARI LINGKUNGAN YANG TINGGAL DI ASRAMA SEKOLAH DENGAN YANG TINGGAL DI PESANTREN.

0 0 93

AGRESIVITAS SISWA SD YANG TINGGAL DI ASRAMA - Unika Repository

0 0 16

PERBEDAAN KEMANDIRIAN ANTARA MAHASISWI YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN MAHASISWI YANG TINGGAL DI KOS BEBAS SKRIPSI

1 1 116