KEUNTUNGAN KERJASAMA SISTER CITY ANTARA KOTA SURABAYA DENGAN XIAMEN TIONGKOK

(1)

KEUNTUNGAN KERJASAMA SISTER CITY ANTARA KOTA

SURABAYA DENGAN XIAMEN TIONGKOK

THE BENEFITS OF SISTER CITY PARTNERSHIP BETWEEN

CITY OF SURABAYA WITH XIAMEN CITY, CHINA

Disusun Oleh :

Dina Ariana

201020510244

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

KEUNTUNGAN KERJASAMA SISTER CITY ANTARA

SURABAYA DENGAN XIAMEN TIONGKOK

THE BENEFITS OF SISTER CITY PARTNERSHIP BETWEEN

CITY OF SURABAYA WITH XIAMEN CITY, CHINA

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Dina Ariana

20120510244

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ataupun di Perguruan Tinggi lain.

Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah di tulis atau di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta .

Yogyakarta , 07 September 2016

Penulis


(4)

MOTTO

“Do the best, be good then,you will be


(5)

Halaman Persembahan

Dengan penuh rasa syukur dan bangga skripsi ini

saya mempersembahkan

Kepada :

Ibu saya , ibu Nurpinah yang senantiasa mendukung saya ketika saya jatuh dan tak henti hentinya memberi dukungan.

Terimakasih telah menjadi orangtua yang hebat, semoga skripsi ini menjadi awal untuk saya agar dapat membalas

semua yang telah ibu berikan.

Tak lupa untuk kakak saya Nova marlina dan adik saya Soeprayogi yang telah menjadi alasan saya untuk tidak boleh


(6)

KATA PENGANTAR Assalamua’laikum, Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya , serta shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi SAW yang telah membawa ummatnya kepada era pencerahan setelah Zaman kejahilan .

Alhamdulillah penulis sampai atas terlaksananya Skripsi strata-1 Program Ilmu Hubungan Internasional. Skripsi ini merupakan karya perjalanan akademik yang telah dilalui oleh penulis selama 3,8 tahun terakhir. Penulis sangat berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat serta kontribusi bagi kemajuan bangsa.

Melalu kata pengantar ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof. Bambang Cipto, M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Ali Muhammad, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dra. Nur Azizah selaku Ketua Program Studi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Ibu Siti Muslihati, S.IP,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Bapak Drs. Djumadi M. Anwar, M.Si selaku Pembimbing yang telah mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Ade Marup WS, S.IP.,M.A selaku penguji skripsi I, terimakasih atas masukan dan saran semoga bisa bermanfaat kedepannya.

7. Ibu Grace Lestariana W, S.IP.,M.Si selaku penguji skripsi II, terimakasih atas masukan dan saran semoga bisa bermanfaat kedepannya.


(7)

8. Bapak Takdir Ali Mukti, S.Sos.,M.Si, selaku Wali Akademik, terimakasih atas kerjasamanya semoga dapat berlanjut dikesempatan lain yang akan datang.

9. Seluruh rekan-rekan civitas akademika HI UMY, bapak ibu dosen HI UMY yang telah memberikan saya pengetahuan dan pembelajaran buat saya, administrasi TU HI Pak Jumari, Pak Waluyo, Pak Ayub yang membantu proses administrasi dijurusan berjalan lancer, dan teman teman HI UMY angkatan 2012 yang senantiasa memberikan dukungan sehingga susah dan senang masa studi dapat terlewati.

10.Seluruh keluarga besar saya yang tanpa lelah memberikan dorongan dan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini.

11.Terimakasih kepada teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Mengakhiri kata pengantar ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu banyak masukan dan saran, maka dari itu penulis mengharapkan masukan dari pembaca. Semoga Skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak serta perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan bangsa.

Wassalamu’alaikum,Wr.Wb.

Yogyakarta , 07 September 2016


(8)

Ucapan Terima kasih

Tidak lupa ucapan terima kasih saya kepada:

 Keluarga besar saya yang tidak henti-hentinya memberikan support

kepada saya.

 Terimakasih kepada Sahabat dari awal kuliah, Nadya Annisa Putri yang

berjuang bersama sama di UMY , yang selalu ada untuk saya dalam susah maupun senang, selalu mengingatkan saya kalau saya salah, terimakasih sudah jadi sahabat terbaik saya.

 Terimakasih untuk sahabat saya Fitriani Dwi Randa yang selalu

mendukung saya untuk segera menyelesaikan kuliah.

 Terimakasih untuk Jihan Permata dan Tante Henny yang selalu

memberikan dukungan.

 Untuk anak-anak kelas D , HI 2012 yang gak bisa disebutin satu persatu.

 Teman-teman HI 2012.

 Teman-teman KKN 119 Nangsri Kidul girikerto, Widhia, Dian, Estri, Sofie, Hana, Fahmi, Izza , Adit, Bismo, Bani, Tri, Rinto dan yang lainnya.

 Terimakasih untuk Wahyuni Andikke dan Ichtiar Melia yang selalu

memberikan masukkan dan dukungannya.

 Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

Saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu proses penyelesaian Skripsi saya. Semoga amal ibadah kalian dibalas oleh Allah swt dengan pahala yang berlipat ganda, Amin.


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL………. i

HALAMAN

PENGESAHAN………..…...ii

HALAMAN PERNYATAAN

……….iii

HALAMAN MOTTO

………..………iv

HALAMAN

PERSEMBAHAN………..………..v HALAMAN TERIMA

KASIH………...……….vi

KATA PENGANTAR

………...………vii

DAFTAR ISI ... 8

ABSTRAK……… ….3

BAB I ... Error! Bookmark not defined. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Alasan Pemilihan Judul ... Error! Bookmark not defined. B. Latar Belakang Masalah... Error! Bookmark not defined. C. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. D. Kerangka Teori ... Error! Bookmark not defined. E. Hipotesa ... Error! Bookmark not defined. F. Tujuan penelitian ... Error! Bookmark not defined. G. Jangkauan penelitian ... Error! Bookmark not defined. H. Metode Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. I. Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined. BAB II ... Error! Bookmark not defined. KERJASAMA LUAR NEGERI OLEH PEMERINTAH DAERAHError! Bookmark not defined.


(10)

1. Dasar Hukum Bagi Pemerintah Daerah Dalam Melakukan Kerjasama Luar NegeriError! Bookmark no 2. Sejarah Hubungan Diplomatik Indonesia dan Tiongkok Dalam Membangun

Kerjasama Sister City ... Error! Bookmark not defined. BAB III ... Error! Bookmark not defined. PROFIL KOTA SURABAYA DAN XIAMEN TIONGKOK Error! Bookmark not defined. 1. Profil Kota Surabaya ... Error! Bookmark not defined. A. Sejarah dan Kebudayaan ... Error! Bookmark not defined. B. Demografis ... Error! Bookmark not defined. C. Perekonomian ... Error! Bookmark not defined. D. Pemerintahan Kota ... Error! Bookmark not defined. 2. Profil Kota Xiamen ... Error! Bookmark not defined. A. Sejarah Dan Kebudayaan ... Error! Bookmark not defined. B. Geografis dan Demografis ... Error! Bookmark not defined. C. Perekonomian ... Error! Bookmark not defined. D. Pemerintahan ... Error! Bookmark not defined. BAB IV ... Error! Bookmark not defined.

KERJASAMA SISTER CITY SURABAYA - XIAMEN TIONGKOKError! Bookmark not defined. A. Kerjasama Sister City Surabaya-Xiamen Tiongkok .... Error! Bookmark not defined.

1. Ekonomi dan Perdagangan... Error! Bookmark not defined. 2. IPTEK dan Pendidikan... Error! Bookmark not defined. 3. Kesenian, Olahraga dan Budaya ... Error! Bookmark not defined. 4. Kesehatan ... Error! Bookmark not defined. BAB V ... Error! Bookmark not defined. KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

Peraturan Teknis Dalam Melaksanakan Kerjasama Hubungan Luar Negeri Antar

Pemerintah Daerah Di Indonesia ... 10


(11)

LAMPIRAN

Peraturan Teknis Dalam Melaksanakan Kerjasama Hubungan Luar Negeri Antar Pemerintah Daerah Di Indonesia

Kewenangan pemerintah daerah dalam melakukan kerjasama dengan pihak luar negeri telah diatur dan dilindungi secara hukum melalui undang undang yang telah disebutkan, namun tata cara pelaksanaan akan kerjasama internasional juga harus diketahui dan diatur, hal ini terbukti dengan adanya pedoman aturan pelaksanaan kerjasama internasional tingkat daerah seperti; Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 09/A/KP/XII/2006/01 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008 tentang pedoman pelaksanan kerjasama pemerintah daerah dengan pihak luar negeri, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 74 Tahun 2012 tentang pedoman kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Swasta Asing.

Dalam penyusunan kerjasama biasanya terdapat lima tahapan. Tahap pertama adalah perencanaan, yang merupakan tahapan persiapan intern pemerintah daerah dalam menyiapkan materi dan bidang apa saja dan dengan pihak asing manakah suatu kerja sama akan dilaksanakan . termasuk dalam tahap ini adalah menyiapkan studi terhadap calon-calon potensil sebagai partener kerjasama asing.

Tahap kedua adalah tahap komunikasi luar negeri dan penyusunan draft MoU atau Memorandum Of Understanding. Materi-materi kerjasama yang telah disiapkan pada tahap perencanaan secara garis besar dituangkan dalam Draft MoU yang disusun bersama pihak asing tersebut. Meskipun MoU belum merupakan perjanjian kerjasama dalam artian “agreement”, namun sering dipilih oleh pihak RI/daerah otonom karena tidak memerlukan ratifikasi dari DPR RI.

Tahap ketiga, yaitu mengajukan persetujuan kerjasama antara daerah dengan pemerintah lokal-asing atau pihak asing kepada Depdagri. Materi dalam draft MoU disertakan dalam usulan ke Depdagri ini beserta rencana detail kerjasama. Tahap keempat adalah pembahasan rencana detail perjanjian kerjasama dengan pihak asing di tingkat DPRD untuk meminta persetujuan dewan. DPRD dapat menolak rencana kerjasama dan membatalkan rencana kerjasaman tersebut, meskipun MoU telah dibuat antara pemerintah daerah dengan pihak asing. Tahap kelima adalah tahap penandatanganan perjanjian kerjasama luar negeri antara daerah dengan pihak asing setelah rencana kerjasama mendapat persetujuan dewan.

Mekanisme umum dalam menyelenggarakan kerjasama dengan pihak luar negeri dalam Permenlu ini diatur dalam poin-poin 14 hingga 27, sebagai berikut.:


(12)

14.Bidang-bidang Pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang terkait dengan hubungan dan kerjasama luar negeri, berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional wajib dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan Menteri.

15.Hubungan dan kerjasama luar negeri oleh Pemerintah Daerah harus diselenggarakan sesuai dengan Politik Luar Negeri. Sesuai Konvensi Wina Tahun 1961 mengenai Hubungan Diplomatik dan Konvensi Wina Tahun 1963 mengenai Hubungan Konsuler, di luar negeri hanya dikenal Perwakilan Republik Indonesia yang melayani kepentingan negara Republik Indonesia termasuk Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah tidak dibenarkan membuka perwakilan tersendiri.

16.Bidang-bidang hubungan dan kerjasama luar negeri oleh Daerah yang memerlukan konsultasi dan koordinasi dengan Departemen Luar Negeri antara lain sebagai berikut:

a. Kerjasama Ekonomi:

(1) Perdagangan (7) Pertanian

(2) Investasi (8) Pertambangan

(3) Ketenagakerjaan (9) Kependudukan

(4) Kelautan dan Perikanan (10) Pariwisata (5) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (11) Lingkungan Hidup

(6) Kehutanan (12) Perhubungan

b. Kerjasama Sosial Budaya

(1) Pendidikan (4) Kewanitaan

(2) Kesehatan (5) Olahraga

(3) Kepemudaan (6) Kesenian

c. Bentuk Kerjasama lain.

17.Departemen Luar Negeri sebagai Koordinator penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri memberikan saran dan pertimbangan politis/ yuridis terhadap program kerjasama yang dilaksanakan oleh Daerah dengan Badan/Lembaga di luar negeri. Sedangkan departemen teknis


(13)

memberikan saran dan pertimbangan mengenai materi/substansi program kerjasama.

18.Mekanisme ini merupakan acuan umum bagi setiap Kerjasama Ekonomi dan Kerjasama Sosial Budaya yang dilakukan oleh Daerah dengan Pihak Asing termasuk kerjasama perbatasan oleh Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) yang berbatasan dengan wilayah negara asing (border crossing, border trade and transportation). Namun, hal ini tidak berlaku bagi bidang-bidang yang dicakup dalam wadah : Komisi Bersama (Joint Commission), Forum Konsultasi Bilateral (Bilateral Consultations), Komite Bersama mengenai Perbatasan (Joint Border Committee) dan Promosi Terpadu serta Kerjasama Ekonomi Sub-Regional (KESR).

19.Pengaturan mengenai Pinjaman dan Hibah Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah telah diatur oleh berbagai peraturan perundang-undangan nasional. Pada prinsipnya Pemerintah Daerah dilarang melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri. Pemerintah Pusat menetapkan pinjaman danatau hibah luar negeri yang akan diteruspinjamkan atau diterushibahkan kepada Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah dapat mengajukan usulan kegiatan investasi untuk mendapatkan penerusan pinjaman luar negeri dari Pemerintah Pusat melalui Departemen Keuangan dan Bappenas. Tatacara pemberian pinjaman Daerah dari Pemerintah Pusat yang dananya bersumber dari Pinjaman Luar Negeri telah dijabarkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53 Tahun 2006. Sedangkan Tatacara pemberian hibah kepada Daerah telah dijabarkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52 Tahun 2006

20.Kerjasama luar negeri dilakukan dengan syarat-syarat sebagai berikut :

a. Dengan negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia dan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);

b. Sesuai dengan bidang kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan nasional Republik Indonesia;

c. Mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

d. Tidak mengganggu stabilitas politik dan keamanan dalam negeri; e. Tidak mengarah pada campur tangan urusan dalam negeri masing-

masing negara;

f. Berdasarkan asas persamaan hak dan tidak saling memaksakan kehendak;


(14)

g. Memperhatikan prinsip persamaan kedudukan, memberikan manfaat dan saling menguntungkan bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat;

h. Mendukung penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan nasional dan Daerah serta pemberdayaan masyarakat.

21. Pelaksanaan kerjasama luar negeri harus aman dari berbagai segi yaitu:

a. Politis : tidak bertentangan dengan Politik Luar Negeri dan kebijakan Hubungan Luar Negeri Pemerintah Pusat pada umumnya.

b. Keamanan : Kerjasama luar negeri tidak digunakan atau disalahgunakan sebagai akses atau kedok bagi kegiatan asing (spionase) yang dapat mengganggu atau mengancam stabilitas dan keamanan dalam negeri.

c. Yuridis : Terdapat jaminan kepastian hukum yang secara maksimal dapat menutup celah-celah (loopholes) yang merugikan bagi pencapaian tujuan kerjasama.

d. Teknis : Tidak bertentangan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh

Departemen Teknis yang terkait.

22.Dalam melakukan kerjasama, pihak-pihak terkait perlu menyiapkan materi kerjasama yang memuat hal-hal sebagai berikut:

(1) Subyek kerjasama

(2) Maksud dan tujuan kerjasama (3) Obyek kerjasama

(4) Ruang lingkup kerjasama dan kewenangan daerah (5) Hak, kewajiban dan tanggung jawab

(6) Tata cara pelaksanaan (7) Pengorganisasian (8) Pembiayaan

(9) Penyelesaian perselisihan

(10) Perubahan (amandemen) kerjasama (11) Jangka waktu kerjasama


(15)

(13) Pemberlakuan dan pengakhiran kerjasama

23.Hubungan dan Kerjasama luar negeri dapat dilakukan atas prakarsa dari:

1. Pihak Indonesia

(a) Departemen Luar Negeri (b) Perwakilan RI di Luar Negeri (c) Departemen Dalam Negeri (d) Departemen teknis

(e) Pemerintah Daerah

(f) Lembaga Non-Departemen di Pusat dan Daerah 2. Pihak Asing

(a) Pemerintah Daerah / Pemerintah Negara Bagian (b) Badan/Lembaga Internasional

(c) Badan/Lembaga Negara Asing

(d) Lembaga Non Pemerintah / Lembaga Swadaya Masyarakat Asing

(e) Badan Usaha Swasta Asing

24.Mekanisme hubungan dan kerjasama luar negeri atas prakarsa Pihak Indonesia:

a. Pemerintah Daerah sebagai instansi pemrakarsa melakukan koordinasi dengan Departemen Luar Negeri serta instansi terkait dan mengajukan usulan program kerjasama yang berisi latar belakang kerjasama, tujuan, sasaran, pertimbangan, potensi daerah, keunggulan komparatif, dan profil pihak asing yang akan menjadi mitra kerjasama;

b. Pemerintah Daerah sebagai instansi pemrakarsa dapat mengadakan rapat interdep dengan mengundang Departemen Luar Negeri dan instansi terkait untuk membicarakan usulan program tersebut;

c. Koordinasi dapat juga dilakukan melalui komunikasi resmi surat menyurat;

d. Departemen Luar Negeri selanjutnya memberikan

pertimbangan politis/yuridis Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri sesuai dengan Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia;


(16)

e. Departemen Luar Negeri berdasarkan masukan dari Perwakilan RI menyediakan informasi yang diperlukan dalam rangka menjalin kerjasama dengan Pihak Asing;

f. Departemen Luar Negeri mengkomunikasikan rencana kerjasama dengan Perwakilan Diplomatik dan Konsuler pihak asing di Indonesia dan Perwakilan RI di luar negeri; g. Departemen Luar Negeri memberitahukan hasil

koordinasi kerjasama dengan Pihak Asing kepada Instansi terkait di Daerah dan Perwakilan RI di luar negeri;

h. Kesepakatan kerjasama antara Pihak Asing dan Daerah dituangkan dalam bentuk Perjanjian Internasional yang lazim digunakan sesuai dengan pertimbangan Departemen Luar Negeri. Dalam hal diperlukan Surat Kuasa (Full Powers) dari Menteri Luar Negeri, dapat diberikan setelah dipenuhi persyaratan-persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

i. Departemen Luar Negeri ikut serta memantau dan melakukan evaluasi terhadap tindak lanjut dan pelaksanaan kerjasama.

25.Mekanisme Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri atas prakarsa dari Pihak Asing, adalah sebagai berikut:

a. Setelah melalui pertimbangan politis/yuridis Departemen Luar Negeri secara resmi menyampaikan tawaran program kerjasama dari Perwakilan RI di Luar Negeri dan atau Pihak Asing kepada Pemerintah Daerah dan atau instansi terkait; b. Terhadap tawaran program kerjasama tersebut, Pemerintah

Daerah secara resmi menyampaikan tanggapan di antaranya berupa usulan program kerjasama yang berisi latar belakang kerjasama, tujuan, sasaran, pertimbangan, potensi Daerah, keunggulan komparatif, dan profil Daerah kepada Departemen Luar Negeri dan Departemen Dalam Negeri serta instansi yang terkait langsung dengan substansi dan materi kerjasama;

c. Usulan program kerjasama dibahas dalam rapat interdep yang dikoordinasikan oleh Departemen Luar Negeri atau instansi yang terkait langsung dengan substansi dan materi kerjasama dengan melibatkan Daerah;

d. Departemen Luar Negeri menyampaikan hasil rapat interdep kepada Perwakilan RI di luar negeri dan berkoordinasi dengan Perwakilan Diplomatik dan Konsuler pihak asing di Indonesia;

e. Departemen Luar Negeri memberitahukan hasil koordinasi kerjasama dengan Pihak Asing kepada Instansi terkait di daerah;

f. Kesepakatan kerjasama antara Pihak Asing dan Daerah dituangkan dalam bentuk Perjanjian Internasional yang lazim digunakan, sesuai dengan pertimbangan Departemen


(17)

Luar Negeri. Dalam hal diperlukan Surat Kuasa (Full Powers) dari Menteri Luar Negeri, dapat diberikan setelah dipenuhi persyaratan-persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

26.Apabila terjadi tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan kepentingan nasional atau bertentangan dengan kebijakan politik luar negeri RI, perundang-undangan nasional serta hukum dan kebiasaan internasional, Menteri Luar Negeri RI dapat mengambil langkah-langkah yang dipandang perlu demi dipatuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

27.Dalam hal Daerah memerlukan informasi, konsultasi dan koordinasi yang berkaitan dengan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri dan pelaksanaan Politik Luar Negeri, dapat menghubungi Departemen Luar Negeri, Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional (Negeri, 2007).


(18)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini berjudul :

KEUNTUNGAN KERJASAMA SISTER CITY ANTARA KOTA SURABAYA

DENGAN XIANTEN TIONGKOK

THE BENEFITS OF SISTER CITY PARTNERSHIP BETWEEN CITY OF SUR,ABAYA WITH XIAMEN CITY, CHINA

Disusun oleh :

PINA ARIANA

20120510244

:

Telah dipertahankan, dinyatakan LULUS dan disahkan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada :

Hari/Tanggal : Selasa, 30 Agustus 2016

Pukul

Tempat

: 08.00 WIB

: Ruang HI B (LAB HI)

TIM PENGUJI

Peng

%>

-Grace Lestariana W. S.IP..M.Si

,s{f

\

\/

'"''--l


(19)

Abstract

This thesis analyzes of the benefits of partnership do Sister City Surabaya to Xiamen China. This thesis aims to see any advantage in the can by Surabaya in partnership Sister City, and the source of the data obtained through the study of literature and through interviews to government staff in the city of Surabaya. Sister City become a place for Surabaya city government in developing communities, it is because Sister City was able to help a city in assisting another city with the same purpose. Sister City needs to get serious attention from the government each city as a place of learning for the next generation who will control the next government wheel. Public policy theory helps to explain that Sister City partnership, namely the partnership of Sister City Surabaya-Xiamen, is not only beneficial for local authorities, but also can help partnership of other actors such as international relations between State actors (the central government).


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Perkembangan dunia yang semakin tak berbatas ini, membuat aktivitas aktor-aktor di suatu negara makin berkembang.Negara tak lagi menjadi aktor utama dalam melaksanakan peran-perannya dalam kancah hubungan internasional. Pergeseran kedudukan negara telah digantikan dan diisi oleh aktor-aktor lain, mulai dari organisasi internasional sampai ke tingkat individu.

Salah satu bentuk peningkatan kapasitas diri adalah dengan melalui kerjasama. Keinginan untuk bekerjasama tidak terbatas hanya dengan pemerintah negara saja, tetapi mulai merambah ke pemerintah daerah di negara lain. Adanya kebijakan otonomi daerah menuntut pemerintah daerah untuk lebih mandiri, tidak selalu tergantung pada pemerintah pusat.Hal ini mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi daerahnya, baik yang berupa potensi alam maupun manusia, untuk memaksimalkan pendapatan asli daerah agar dapat melaksanakan pembangunan demi meningkatkan taraf hidup masyarakat. Caranya adalah dengan mengadakan


(21)

kerjasama dengan daerah otonom lain. Tidak hanya kerjasama antar daerah otonom di Indonesia, tetapi juga kerjasama dengan daerah (propinsi, kabupaten, kota) di luar negeri. Bentuk kerjasama tersebut diwujudkan dalam bentuk perjanjian internasional untuk saling bekerjasama, baik berupa kerjasama sister province maupun sister city.Kerjasama ini sangat menarik untuk dibicarakan, karena merupakan suatu bentuk kerjasama internasional yang dapat dirasakan lebih dekat manfaatnya karena bersifat lokal-internasional. Bisa dikatakan bahwa bentuk kerjasama ini adalah praktek dari konsep think globally, act locally.

B. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi kegiatan kerjasama merupakan suatu tuntutan dan perlu dilakukan karena dalam dimensi global satu negara/daerah dengan negara/daerah lain yang mempunyai keterkaitan dan tidak ada satu negara/daerah yang mampu menyelesaikan sendiri permasalahannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang senantiasa berkembang sangat komplek dan dinamis. Dengan berkembangnya globalisasi pasca perang dingin, rezim state centric telah hilang hegemoninya. Yang pada semulanya kerjasama hanya bisa dilakukan oleh negera dengan Negara lain, globalisasi membawa jalan baru yang mengedepankan kerjasama intrnasional diseluruh lapisan kenegaraan. kerjasama state-centric yang mengedepankan kerjasama antara lembaga Negara dengan lembaga Negara lain telah berubah menjadi


(22)

kerjasama yang dapat dilakukan actor non-negara seperti MNC’s, INGO, dan individu-individu dalam interaksi internasional(Mukti, 2013). Globalisasi ini membawa perkembangan pada interaksi global dimana semua pihak memiliki peluang untuk berkompetensi menunjukan identitas dirinya dan memperkenalkan nilai-nilai masyarakatnya

Sejalan dengan hal tersebut, Indonesia mulai merubah pokok undang-undangnya yang semula di masa Suharto Rezim keditaktoran serta pemerintahan terpusat kepada Negara telah tumbang oleh diberlakukannya UU Otonomi Daerah. diberlakukannya UU 22 dan 25 tahun 1999 mengenai otonomi daerah yang bertumpu pada daerah tingkat II. Kebijakan baru yang diberikan kepada otonomi daerah harus bertujuan untuk mendukung integrasi nasional, pemberdayaan masyarakat daerah dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam memenuhi tujuannya, pemerintah daerah diperbolehkan untuk melakukan kerjasama internasonal seperti mencari investor asing dan kerjasama asing. Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah memberikan perhatian terhadap kerjasama antar daerah yang saling menguntungkan baik dalam negeri maupun luar negeri sebagaimana

disebutkan dalam pasal 42 ayat (1) huruf g bahwa : “DPRD mempunyai tugas

dan wewenang untuk memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama

internasional yang dilakukan oleh Pemerintah daerah” dan pasal 195 ayat (2)


(23)

mengadakan kerjasama dengan daerah lain yang di dasarkan pada

pertimbangan efisiensi dan saling menguntungkan.”

Salah satu bentuk otonomi daerah dalam kancah Hubungan Internasional ialah dengan diperkenalkannya kerjasama antar kota di luar negeri atau yang lebih dikenal dengan Sister City.Sister Citydiperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat yaitu Dwight D.Eisenhower pada tahun 1956 untuk meningkatkan diplomasi diantara masyarakat (people to people diplomacy) yang akhirnya berkembang pada tingkat kota hingga provinsi.

Sister City menjadi semakin dikenal di Indonesia ketika departemen Luar Negeri mengeluarkan surat edaran yang mengatur hubungan kerjasama dengan kota-kota di luar negeri, dengan memperhatikan permendagri no 6/1973 tentang kerjasama dan bantuan teknis kuar negeri. Kerjasama Sister City harus tetap mengedepankan usaha pemerintah daerah dalam mensejahterakan masyarakatnya dan siap mendukung integrasi Negara dibawah pengawasan pemerintah pusat. Kerjasma Sister City harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti adanya kesamaan dan kedudukan dalam status administrative, kesamaan ukuran atau luas wilayah dan fungsi, adanya kesamaan karakteristik, adanya persamaan masalah serta adanya kondisi saling melengkapi antara kedua pihak dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan lain-lain sehingga dapat mendorong terjadinya aliran barang


(24)

dan jasa, pertukaran kunjungan pejabat, pengusaha dan misi-misi lainnya dari kedua Negara.

Indonesia telah melakukan kerjasama Sister City dengan berbagai kota di dunia. Salah satu kota yang melakukan Kerjasama Sister City ialah kota Surabaya. Surabaya merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang dikenal sebagai kota Industri maju. Hal tersebut mengukuhkan kota Surabaya sebagai kota Satelit dengan GDP terbesar setelah Jakarata di Pulau Jawa. Keaktifan kota Surabaya dalam menjalin kerjasama Sister City membawa kota Surabaya memenangkan penghargaan The Best Practice Sister City and E-gov dari Kementrian Dalam Negeri Kota Surabaya.

Pemerintah Kota Surabaya sadar akan tantangan Gobalisasi yang dihadapi oleh pemerintah Surabaya sejalan perkembangan dunia yang makin pesat. Pemerintah Surabaya menekankan pada segala aspek yang mampu untuk di kembangkan dalam kota Surabaya agar aspek-aspek tersebut mampu menjadi alat yang mampu mensejahterakan masyarakatnya. Pemerintah Surabaya melihat adanya peluang dalam mengembangkan kesejahteraan masyarakatnya melalui kerjasama Sister City. Sister City menjadi wadah bagi pemerintah Kota Surabaya dalam mengembangkan masyarakatnya, hal ini karena Sister City mampu membantu suatu kota dalam membantu kota lain dengan tujuan yang sama. Sister City perlu mendapatkan perhatian yang serius dari masing-masing pemerintah kota sebagai Tempat pembelajaran bagi


(25)

generasi penerus yang akan mengendalikan roda pemerintahan selanjutnya. Karena dengan adanya kerjasama Sister City sumber daya manusia yang handal dan kompeten dapat dikembangkan dengan saling belajar satu sama lain, maka keberlangsungan dan kemajuan kota dapat dicapai. Pertumbuhan di berbagai sektor dapat dikatakan berhasil ketika kota memiliki batu loncatan (partner kota) ini kedua kota dapat saling bercermin sampai sejauhmana percepatan pertumbuhan yang telah dilakukannya. Dewasa ini semakin banyak pemerintah daerah yang berkeinginan menjalin hubungan kerjasama dalam bentuk sister province/state/prefecture dan sister city dalam dan luar negeri(Jatmika, 2001).

Pemerintah Kota Surabaya, selama ini sudah menjalin hubungan kerjasama Sister City dengan Kota Seattle (AS); Busan (Korsel); Guangzhou (China); Kochi (Jepang). Salah satu kerjasama Sister City kota Surabaya yang mencapai tahapan MoU (memorandum of understanding) ialah kerjasama

Sister City Surabaya dan Xianmen. Hubungan Transnasional antara Surabaya dan Xianmen Tiongkok ini dimulai sejak 23 Juni 2008 dan masih berjalan hingga sekarang. Penandatanganan kerja sama ini, merupakan tindak lanjut dari upaya penjajakan yang telah dilakukan kedua kota. Letter of Intents` (LoI) itu terlaksana pada 8 September 2003 di Xiamen. Surabaya dan Xiamen memiliki sejumlah kesamaan, di antaranya Surabaya punya pelabuhan dan institut teknologi, demikian juga dengan Xiamen. Kesamaan inilah yang bisa


(26)

terus dikembangkan lebih lanjut. Xiamen merupakan kota kedua di China setelah kota Guang Zhou yang juga sister city Surabaya dan salah satu Kota besar dipantai Tenggara Repubik Rakyat China, dengan luas kurang lebih 1.600 Km2 dan jumlah penduduk sekitar 3,6 juta jiwa. Mempunyai 6 kota Administratif. Kota Xiamen berbatasan dengan kota Qunzhou dan Kota Zhangzhou di bagian Utara. Kota ini terbagi menjadi Pulau Xiamen, Pulau Gulangyu dan Xiamen Daratan. Kota Xiamen adalah kota yang sangat indah dengan taman kotanya, sementara Pulau Gulangyu merupakan pulau tujuan wisata yang setiap harinya dipenuhi pengunjung. GDP Kota Xiamen menjcapai RMB 156 miliar pada Tahun 2008, dengan pendapatan per kapita sekitar RMB 62.051 (USD 9.071).

Kerjasama antara Surabaya dan Xianmen meliputi Ekonomi; Perdagangan; IPTEK; Pendidikan, Olahraga dan Budaya, Kesehatan. Pada bidang pendidikan, Surabaya dan Xianmen ialah kerjamasa pertukaran delegasi pelajar yang salah satunya di wakilkan oleh delegasi dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh November). Terdapatnya persamaan antara Surabaya dan Xianmen dalam kelautan seperti sama-sama tersedianya pelabuhan membuat kerjasama pendidikan diupayakan dan ditekankan pada hal kelautan. Kerjasama Surabaya dengan Xiamen melalui ITS yang memiliki lembaga pendidikan studi Teknik Perkapalan diharpakan pemerintah Surabaya mampu membawa Surabayamenyerap ilmu dari University of Xianmen pada


(27)

pendidikan kebaharian. Dalam hal ekonomi. Surabaya dan Xianmen setuju untuk saling memajukan perekonomian dengan terus berupaya dalam mendorong ekspor-impor kedua belah pihak dengan melakukan kerjasama container bahari dan turut serta dalam pertukaran Bussinesman antar kota. Melalui peningkatan dan kerjasama ekonomi, perdagangan kedua belah pihak selalu menjadi ujung tombak, dengan bergabungnya Surabaya pada proses Sister City maka peluang dalam mengikuti pameran perdagangan akan terus beranjut. Xiamen selalu turut serta aktif dalam Guangzhou Fair, begitu juga dengan Surabaya. Dalam bidang kebudayaan Xianmen dan Surabaya saling melakukan pertukaran delegasi kebudayaan melalui Sparkling Surabaya, dan pertukaran delegasi olahraga melalui pertandingan seperti yang paling disenangi oleh Xianmen adalah Badminton Cup yang rajin diadakan oleh pemerintah Surabaya setiap tahunnya. Sister City antara kota Surabaya dan Xianmen masih terbilang baru dengan tahun ini mereka menginjak 10 tahun kerjasama, pemerintah Surabaya dan Xianmen mengharapkan adanya peningkatan kerjasama dalam bidang yang potensial dan saling mengevaluasi akan program yang tengah berjalan agar dapat saling menguntungkan dan membawa perubahan yang postif bagi kedua belah pihak.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut :


(28)

“Apa keuntungan yang di dapat Surabaya dari kerjasama Sister City

dengan Xiamen Tiongkok?”

D. Kerangka Teori

Untuk menjawab permasalahan diatas maka digunakan beberapa konsep dan teori sebagai berikut:

Hubungan internasional yang dilakukan antar Negara merupakan wujud realiasasi dari kepentingan nasional pada masing-masing Negara.Karena dengan dilaksanakannya hubungan kerjasama internasional diharapkan dapat menunjang kebutuhan yang ingin dicapai.Begitu juga dengan hubungan kerjasama yang dilakukan kota Surabaya dan Xiamen Tiongkok, ini merupakan wujud realisasi dari adanya kepentingan masing-masing Daerah dan diharapkan dapat menunjang kebutuhan yang ingin dicapai.Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis menggunakan teori kebijakan publik sebagai penjabarannya.

1. Teori Kebijakan Publik

Ide “kebijakan publik” mengandung anggapan bahwa ada suatu ruang

atau domain dalam kehidupan yang bukan privat atau murni milik individual, tetapi milik bersama atau milik umum.Publik itu sendiri berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh pemerintah


(29)

atau aturan sosial, atau setidaknya oleh tindakan bersama (Parsons, 2011).Kebijakan publik menitikberatkan pada “publik dan problem

-problemnya.” (Dewey) Kebijakan publik membahas soal bagaimana isu-isu dan persoalan-persoalan tersebut disusun (constructed) dan didefinisikan, dan bagaimana kesemuanya itu diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda politik. Selain itu, kebijakan publik juga merupakan studi tentang “bagaimana, mengapa, dan apa efek dari tindakan aktif (action) dan pasif (inaction)

pemerintah” (Heidenheimer A; Dkk, 1990).Kebijakan publik juga adalah studi

tentang “apa yang dilakukan pemerintah, mengapa pemerintah mengambil

tindakan tersebut, dan apa akibat dari tindakan tersebut” (Dye, T.R. ).

Untuk memahami arti dari kebijakan publik, maka akan dijelaskan lebih dulu pengertian dari kebijakan. Dalam kehidupan bermasyarakat, istilah kebijakan sering digunakan dan dimaknai sama dengan tujuan, program, keputusan, hukum, proposal dan maksud tertentu. Padahal sebenarnya istilah kebijakan memiliki definisi atau pengertian tersendiri yang berbeda dengan beberapa istilah tersebut.

Menurut Heinz Eulau dan Kenneth Prewith, kebijakan adalah keputusan tetap yang dicirikan oleh konsistensi yang pengulangan tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut.Istilah kebijakan berbeda dengan istilah niat, tujuan, rencana, atau usulan, program, keputusan dan pengaruh.


(30)

Dari arti kebijakan saja, kebijakan publik dapat didefinisikan adalah keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang banyak atau bersifat garis besar secara keseluruhan yang dibuat oleh pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat publik, maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang menerima mandat atau perintah dari publik atau dari masyarakat dan biasanya melalui proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat. Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang dijalankan oleh birokrasi pemerintah.Fokus utama kebijkan publik dalam negara modern adalah pelayanan publik, yang merupakan segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara untuk

mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat.Kebijakan publik tidak selalu dilakukan oleh birokrasi, melainkan dapat pula dilaksanakan oleh perusahaan swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau masyarakat secara langsung.

Terminologi kebijakan publik menunjuk pada serangkaian peralatan yang lebih luas dari peraturan perundang-undangan, mencakup juga aspek anggaran dan struktur pelaksana.Siklus kebijaksanaan publik sendiri bisa dikaitkan dengan pembuatan kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan evaluasi kebijakan.Bagaimana keterlibatan publik dalam setiap tahapan kabijakan bisa menjadi ukuran tentang tingkat kepatuhan negara kepada amanat rakyat. Sehingga publik mengetahui apa yang menjadi agenda kebijakan, yakni serangkaian persoalan yang ingin diselesaikan dan prioritasnya, selain itu


(31)

publik dapat memberi masukan yang berpengaruh terhadap isi dari kebijakan public yang akan dilahirkan.

Mengenai tahapan pelaksanaan kebijakan-kebijakan publik tersebut, publik dapat mengawasi penyimpangan pelaksanaan, juga mengawasi apakah tersedia mekanisme control atau pengawasan publik, yaitu proses yang memungkinkan keberatan publik atas suatu kebijakan dibicarakan dan berpengaruh secara berkelanjutan. Kebijakan publik menunjuk pada keinginan penguasa atau pemerintah yang dalam masyarakat demokratis merupakan suatu gambaran pendapat umum.

Untuk mewujudkan keinginan tersebut dan menjadikan suatu kebijakan efektif, maka diperlukan beberapa hal : pertama, adanya perangkat hukum berupa peraturan perundang-undangan sehingga dapat diketahui publik apa yang telah diputuskan. Kedua, kebijakan ini juga harus jelas struktur pelaksana dan pembiayaaannya. Ketiga, diperlukan adanya control publik, yakni mekanisme atau cara yang memungkinkan publik mengetahui apakah kebijakan ini dalam pelaksanaannya mengalami penyimpangan atau tidak. Dalam negara otoriter, kebijakan publik adalah keinginan penguasa semata sehingga penjabaran diatas tidak berjalan.

Tetapi dalam masyarakat demokratis, yang sering menjadi persoalan adalah bagaimana menyerap opini publik dan membangun suatu kebijakan yang mendapat dukungan publik. Kemampuan pemimpin politik berkomunikasi dengan masyarakat untuk menampung keinginan mereka


(32)

adalah satu hal, tetapi sama pentingnya adalah kemampuan para pemimpin untuk menjelaskan pada masyarakat mengapa suatu kebijakan tidak bisa dipenuhi. Dalam pendekatan yang lain, kebijakan publik dapat dipahami dengan cara membedakan, yakni kebijakan dan publik.

Kebijakan dapat diartikan sebagai suatu pilihan tindakan diantara sejumlah alternative yang tersedia, artinya kebijakan merupakan hasil menentukan pilihan untuk selanjutnya memilih yang terbaik dari pilihan-pilihan yang ada.Dalam pelaksanaanya, kebijakan publik ini harus diturunkan dalam serangkaian petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi.

Teori kebijakan publik membantu menjelaskan bahwa kerjasama sister City, yaitu pada kerjasama Sister City Surabaya-Xiamen, tidak hanya menguntungkan bagi pemerintah daerahnya saja, tapi juga dapat membantu kerjasama aktor lain seperti hubungan internasional antara aktor Negara (pemerintah pusat). Bagi Negara kerjasama internasional yang dilakukan pemerintah daerah semakin meningkatkan citra hubungan kerjasama internasional antar Negara tersebut dan bagi Indonesia kerjasama sister City

ini merupakan sarana yang tepat untuk menawarkan peluang usaha dan potensi investasi proyek pembangunan nasional dan daerah,serta kepentingan publiknya.

Berdasarkan teori kebijakan publik, kerjasama Sister City Surabaya-Xiamen, ini menciptakan adanya peluang-peluang yang lebih spesifik mengenai langsung pada segmentasi publik. Misalnya saja adanya


(33)

pertunjukan kebudayaan antar kota yang saling berbagi kesenian yang ada. Sehingga warga antar kota saling menimba pengalaman dan menjelajahi kebudayaan lain melalui proyek jangka panjang.

Dari kerjasama Sister City Surabaya-Xiamen,ini juga memiliki maksud agar masing-masing publik dapat meraih pembangunan berkala. Dengan adanya studi banding pada beberapa sektor daerah, masing-masing daerah semakin terpacu untuk menjadikan beberapa kebutuhan terpenuhi dengan jalan yang lebih baik..

2. Konsep Otonomi Daerah

Istilah otonomi daerah berasal dari bahasa yunani,

“outonomus/autonomia” , yang berarti keputusan sendiri ( self ruling ). Istilah otomoni daerah mengandung pengertian, sebagai berikut :

- Otonomi adalah suatu kondisi atau ciri untuk tidak dikontrol oleh pihak lain ataupun kekuatan luar.

- Otonomi adalah bentuk pemerintahan sendiri (self-government) , yaitu hak untuk memerintah atau menentukan nasib sendiri (the right of self-government, self determination).

- Pemerintah sendiri yang dihormati , diakui dan dijamin tidak adanya control oleh pihak lain terhadap fungsi daerah (local internal-affairs) atau terhadap minoritas suatu bangsa.


(34)

- Pemerintah otonomi memiliki supremasi/dominasi kekuasaan (supremacy of authotity) atau hukum (rule) yang dilaksanakan sepenuhnya oleh pemegang kekuasaan di daerah.

Hubungan diplomatik dalam kerangka interaksi transnasional dan politik antar negara dimana hubungan diplomatic yang terjalin biasanya dilakukan oleh aktor negara maupun individu. Di Indonesia mengenal adanya otonomi daerah yang termasuk dalam undang-undang No.22 tahun 1999 pasal 7 ayat 1 dan 2 mengenai hubungan diplomatic yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dapat dijelaskan dalam pola hubungan internasional yang bersifat transnasional.

3. Konsep Sister city

Menurut Sidik Jatmika dalam buku nya Otonomi Daerah Perpektif Hubungan Internasional memberikan pengertian tentang hubungan kerjasama

sister city, yakni :

“Hubungan kerjasama kota bersaudara yang dilaksanakan antara

pemerintah kabupaten, kota dan kota administrative dengan pemerintah kota setingkat di luar negeri. Hubungan kerjasama dimaksud harus dilengkapi dengan program kegiatan yang tetap dan terencana , baik mengenai bidang-bidang yang akan dikerjasamakan, tujuan yang ingin dicapai , kontribusi biaya masing-masing pihak dan lamanya waktu yang diperlukan bagi


(35)

Pada dasarnya, baik Pemerintah Daerah Tingkat I maupun tingkat II dapat mengajukan hubungan kerjasama luar negeri yang bermanfaat guna

menunjang program pembangungan dan membantu meningkatkan

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sejauh tidak merugikan ketertiban dan keamanan umum, stabilitas politik dalam negeri, dan tetap terpeliharanya kepribadian nasional.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerjasama sister province adalah sebagai berikut :

1. Adanya persamaan/kesamaan kedudukan dan status administrasi;

2. Adanya kesamaan ukuran/luas wilayah dan fungsi;

3. Adanya kesamaan karakterisrik;

4. Adanya kesamaan permasalahan; dan

5. Adanya kondisi saling melengkapi antara kedua pihak dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan lain-lain sehingga dapat mendorong terjadinya aliran barang dan jasa; pertukaran kunjungan pejabat, pengusaha dan misi-misi lainnya dari kedua negara.

E. Hipotesa

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mempunyai hipotesa yakni keuntungan kota Surabaya dalam menjalin kerjasama Sister City


(36)

Surabaya-Xiamen terdapat pada bidang-bidang berikut: Ekonomi; Perdagangan; IPTEK; Pendidikan, Olahraga dan Budaya, Kesehatan.

.

F. Tujuan penelitian

Adapun arah dan sasaran yang hendak menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Menganalisis apa saja keuntungan dan hambatan dalam kerjasama sister province antara Surabaya dengan Xiamen Tiongkok.

- Menjawab pokok permasalahan dan menguji hipotesa yang diajukan penulis - Menerapkan teori yang selama ini diperoleh di bangku kuliah dan

menuangkan kedalam suatu fenomena masyarakat. Sehingga penulis dapat mendiskripsikan fenomena yang ada.

G. Jangkauan penelitian

Supaya pembahasan ini tidak melebar maka penulis menetapkan batasan lingkup penelitian kepada kerjasama Kota Surabaya. Dengan kata lain, penulis akan meneliti satu kerjasama yang telah dilakukan oleh Kota Surabaya dengan pihak Xiamen Tiongkok. Penulis akan lebih mengarahkan penelitian ini pada apa saja keuntungan dan hambatan dalam kerjasama sister City antara Kota Surabaya dan Xiamen Tiongkok. Adapun penulis menetapkan jangkauan penelitian agar penulisan tidak terlalu melebar maka data yang diambil dari tahun 2005 sejak disepakati nya kerjasama Sister City


(37)

tersebut sampai tahun 2015. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa penulis akan menggunakan data diluar jangkauan penelitian namun hanya sebagai referensi atau catatan saja.

H. Metode Pengumpulan Data

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian kualitatif eksplanatif, sebagaimana yang dijelaskan oleh Dr. Lexy J. Moleong, M.A., dimana data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Lexy. J. Moleong, M. A., , 2002).Jenis penelitian kualitatif eksplanatif membutuhkan data yang terbaru dan terlama agar dapat menjelasan hasil penelitian dengan lebih actual dan akurat. Semua data yang dikumpulkan berkemungkinan sebagai kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Meskipun demikian, penelitian secara kualitatif juga tidak jarang menggunakan data statistic yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. Akan tetapi tidak terlalu banyak berdasarkan diri atas data statistic, tetapi memanfaatkan data statistic itu hanya sebagai cara untuk menghantar dan mengarahkan pada kejadian dan peristiwa yang ditemukan dan dicari sendiri sesuai dengan tujuan penelitiannya.

- Interview (Wawancara)

Wawancara (interview) merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara yang mewawancarai dan yang diwawancarai. Tujuan melakukan wawancara ini adalah cara yang dilakukan agar penulis


(38)

mandapatkan informasi dan tambahan referensi serta penjelasan lebih actual dari koresponden yang berjumlah satu atau lebih yang merupakan subyek atau orang yang menjadi perwakilan instansi-instansi terkait.

- Studi Kepustakaan

Penelitian kepustakaan adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dan konsep melalui berbagai macam media kepustakaan baik melalui buku-buku, majalah dan sumber informasi penunjang seperti dokumen, kliping, koran, agenda, dan hasil penelitian yang terdapat dimana saja terutama yang bersumber dari pemerintah Kota Surabaya dan Xiamen Tiongkok. Serta juga menggunakan data yang bersumber dari media informasi situs di internet untuk membantu merelevansi data-data yang diperoleh agar lebih valid.

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab yang asing asing bab membahas hal yang berbeada-beda namun berkesinambungan untuk memudahkan memahami skripsi ini. Adapun sistematika peneitian skripsi ini yakni :

BAB I : Bab ini berisi tentang alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka teori, hipotesa, jangkauan penelitian, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.


(39)

BAB II : Kerjasama Sister City Surabaya-Xiamen. Bab ini membahas mengenai kerjasama yang terjalin antara Surabaya dengan Xiamen. Pada sub bab pertama akan dibahas mengenai landasan kebijakan pemerintah yang berisi tentang kebijakan luar negeri Indonesia dan kebijakan menteri. Setelah penjelasan tersebut sub berikutnya akan menjelaskan tentang kerjasama Sister City Surabaya-Xiamen, yaitu tentang hubungan Indonesia dengan Jepang , serta proses kerjasama sister province antara kedua kota.

BAB III : Kondisi Kota Surabaya dan Xiamen. Bab ini berisi tentang kondisi atau keadaan Surabaya dan Xiamen dalam beberapa hal. Pada sub-sub bab ini berisi tentang letak sejarah dan kebudayaan,demografis dan geografis, perekonomian, dan pemerintahan.

BAB IV : Bab ini membahas mengenai apa saja kerjasama yang dilakukan oleh Surabaya-Xiamen dan hambatan dalam kerjasama Sister City

Surabaya-Xiamen

BAB V : Kesimpulan. Bab ini berisikan tentang kesimpulan secara menyeluruh dari hasil penelitian.


(40)

BAB II

KERJASAMA LUAR NEGERI OLEH PEMERINTAH DAERAH

Kerjasama luar negeri antar daerah atau yang lebih disebut Sister City

telah diatur dalam kebijakan pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Maka landasan hukum Sister City Surabaya-Xiamen yang dilakukan oleh Surabay mengacu pada setiap UU yang telah dikeluarkan oleh pemerintah guna menjadi landasan hukum melakukan kerjasama. Bab ini membahas mengenai kerjasama yang terjalin antara Surabaya dengan Xiamen. Pada sub bab pertama akan dibahas mengenai landasan kebijakan pemerintah yang berisi tentang kebijakan luar negeri Indonesia dan kebijakan menteri. Setelah penjelasan tersebut sub berikutnya akan menjelaskan tentang kerjasama Sister City Surabaya-Xiamen, yaitu tentang hubungan Indonesia dengan Tiongkok , serta proses kerjasama sister city antara kedua kota.

1. Dasar Hukum Bagi Pemerintah Daerah Dalam Melakukan Kerjasama

Luar Negeri

Dalam melaksanakan hubungan luar negeri antara pemerintah daerah, Indonesia telah menerapkan beberapa undang-undang dan peraturan dalam


(41)

negeri melalui peraturan menteri dalam mengatur detail dan landasan hukum. Berikut akan dijabarkan peraturan menteri serta undang-undang yang digunakan pemerintah Indonesia dalam melakukan kerjasama dengan luar negeri :

a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri

Hukum dan peraturan mengenai wewenang daerah otonom untuk melakukan kerjasama dengan luar negeri telah diatur dalam UU No. 37 Tahun 1999 dalam beberapa pasal yakni;

1. Pasal 1, ayat (1); “Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional dan internasional yang dilakukan oleh Pemerintah di tingkat pusat dan daerah, atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara

Indonesia”.

Ayat (4); “Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang hubungan luar negeri dan politik luar negeri”.

2. Pasal 5, ayat (1); “Hubungan Luar Negeri diselenggarakan sesuai dengan Politik Luar Negeri, peraturan perundang-undangan nasional


(42)

Ayat (2); “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku

bagi semua penyelenggara Hubungan Luar Negeri, baik pemerintah

maupun non pemerintah”.

3. Pasal 7, ayat (1); “Presiden dapat menunjuk pejabat negara selain Menteri Luar Negeri, pejabat pemerintah, atau orang lain untuk

menyelenggarakan Hubungan Luar Negeri di bidang tertentu’.”

Ayat (2); “Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat negara selain

Menteri Luar Negeri, pejabat pemerintah, atau orang lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) melakukan konsultasi dan koordinasi dengan

Menteri”.

4. Pasal 28, ayat (1); “Menteri menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan dalam bidang Hubungan Luar Negeri dan Politik Luar Negeri”.

Ayat (2); “Koordinasi dalam penyelenggaraan Hubungan Luar Negeri dari pelaksanaan Politik Luar Negeri diselenggarakan oleh Menteri.”

b. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional Dalam Undang-undang nomor 24 Tahun 2000 tentang

perjanjian international disebutkan bahwa Pada pasal 5 ayat (1); “

lembaga Negara dan lembaga pemerintah, baik departemen maupun non-departemen, di tingkat pusat dan daerah, yang mempunyai rencana untuk membuat perjanjian internasional, terlebih dahulu


(43)

melakukan konsultasi dan koordinasi mengenai rencana tersebut

dengan menteri”

Dalam tataran hukum internasional, Negara di satu sisi masih menjadi subyek hukum internasional yang utama, disisi lain peningkatan peran subyek-subyek hukum bukan Negara memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan hukum internasional. Pemerintah daerah dalam bertindak melakukan perjanjian dengan pihak asing wajib mengantongi surat kuasa atau Full Power dari menteri luar negeri, sebab dalam konteks ini pemerintah daerah tidak bisa melangkahi kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah pusat dalam masalah pengaturan dan pelaksanaan kebijakan dan politik luar negeri RI. Surat kuasa dalam istilah konvensi Jeneva 1969 disebut sebagai Full Power tersebut, dimaknai sebagai mandat yang diberikan oleh pemerintah pusat melaui menteri luar negeri untuk melakukan sebagian kewenangan pemerintah pusat yang diserahkan kepada daerah dalam bidang kerjasamaluar negeri sesuai dengan prinsip-prinsip penyerahan urusan yang diserahkan kepada daerah dalam bidang kerjasama luar negeri dengan prinsip-prinsip penyerahan urusan kepada daerah otonom.

c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Kewenangan untuk melakukan kerjasama luar negeri dicantumkan dalam UU No 32 Tahun 2004 berkaitan dengan persetujuan kerjasama


(44)

danpengawasan pelaksanaan perjanjian internasional yang dilaksanakan didaerah oleh DPRD, yang menyebutkan bahwa:

1. Pasal 42, ayat (1) huruf f dan g menyebut bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewnang memberikan; (c) “melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan peraturan perundangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan

daerah dan kerja sama internasional di daerah’, (f) “pendapat dan

pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana

perjanjian internasional di daerah”, dan (g) “persetujuan terhadap

rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah

daerah”

Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 mengisyaratkan perlu dilakukan penyesuaian pelaksanaan kewenangan melakukan hubungan dan kerjasama luar negeri oleh pemerintah daerah yang sebelumnya diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Dengan diberlakukannya UU otonomi daerah , kerjasama internasional diarahkan untuk memberdayakan dan mempromosikan potensi daerah, dalam kerangka integrasi Negara. Dengan adanya UU otonomi daerah maka pemerintah daerah diberikan keleluasaan dengan mengadakan kerjasama internasional


(45)

yang berada di luar negeri seperti diimplementasikan pada kerjasama Sister City.

UU Nomor 32 Tahun 2004 juga dengan jelas mencantumkan batasan kewenangan atau pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah sebagaimana termaktub dalam pasal 10 sebagai berikut:

2. Pasal 10 pembagian urusan (1) Pemerintah daerah

menyelengggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya, kecuali urusan pemerintah yang oleh Undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah

Ayat (2), “Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengaur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan

asas otonomi dan tugas pembantuan”

Ayat (3), “Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meiputi: a. politik luar negeri; b. pertahanan; c. keamanan; d. yustisi; e. moneter dan fiscal nasional; dan f. agama.

Ayat (4),” Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah


(46)

urusan pemerintahan kepada perangkat Pemerintah atau wakil pemerintah di daerah atau dapat menugaskna kepada pemerintah daerah dan atau pemerintahan desa.

Dengan adanya undang-undang tentang pemerintah daerah telah memberikan jalan dan otoritas kepada pemerintah daerah untuk menindaklanjuti hubungan kerjasama internasional antar pemerintah daerah di luar negeri. Hubungan kerjasama antar pemerintah daerah dengah pihak-pihak asing bertujuan untuk mengembangkan kerjasama perekonomian, kebudayaan, keuangan, IPTEK, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Namun, pemerintah daerah harus tetap dibawah pemerintahan pusat melalui menteri dan hanya boleh melakukan kerjasama dengan pemerintah luar negeri yang telah memiliki legalitas dalam hubungan diplomatic dengan pemerintah Indonesia (Mukti, 2013).

2. Sejarah Hubungan Diplomatik Indonesia dan Tiongkok Dalam

Membangun Kerjasama Sister City

Indonesia dan Tiongkok memiliki keterikatan kuat dalam sejarahnya. Melalui hegemoninya di masa kejayaan Tiongkok Dinasti Ming dan Qing, Tiongkok berhasil menyebarkan kekuatan dan masyarakatnya melalui Boat People ke setiap penjuru Negara tak terkecuali Indonesia. Hubungan apik


(47)

antara Indonesia pasca kemerdekaan Indonesia terlihat dari dekatnya pemerintah Indonesia masa Sukarno karena adanya kesamaan Ideologi. Lengsernya kedudukan Soekarno, memberikan pandangan pada Soeharto bahwa sebagai bangsa yang berdaulat Indonesia membutuhkan interaksi dengan dunia luar; dalam segala bidang. Kudeta mengakibatkan perubahan arah politik luar negeri Indonesia. Peran Tiongkok selepas kudeta komunis masih kabur, pemutusan secara langsung hubungan dagang Indonesia dengan Tiongkok oleh Soeharto dan diterimanya kembali Indonesia ke dalam anggota PBB menjadi tonggak dimana Indonesia kembali menyuarakan normalisasi hubungan kerjasama antara Indonesia dengan Tiongkok. Dalam konteks normalisasi China dengan Indonesia cenderung kearah perbaikan ekonomi yang mana dinilai penting dianggap penting bagi pembangunan negara.

Lengsernya rezim Suharto membawa angin segar pada pemerintahan Indonesia yang dipandang terlalu berpusat atau setralistik, banyak celah ketika rezim Suharto Sentralistik diterapkan di bangsa Indonesia seperti pembangunan yang tidak akan berjalan lancar karena terdapat ketidak sesuain pembangunan dengan karakter budaya setempat, penumpulan kreativitas pemerintah daerah dan aparatur dalam pembangunan daerahnya. Gerakan reformis agar rezim state-centric digantikan kepada otonomi yang partisipatif dan demokratis membawa hasil yakni dengan diberlakukannya UU 22 dan 25 tahun 1999 mengenai otonomi daerah yang bertumpu pada daerah tingkat II.


(48)

Kebijakan baru yang diberikan kepada otonomi daerah harus bertujuan untuk mendukung integrasi nasional, pemberdayaan masyarakat daerah dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam memenuhi tujuannya, pemerintah daerah diperbolehkan untuk melakukan kerjasama internasonal seperti mencari investor asing dan kerjasama asing (Jatmika, 2001).

Dengan terbukanya kembali hubungan Tiongkok dan juga Indonesia, maka salah satu momentum yang digunakan pemerintah Tiongkok adalah dengan mendorong kembali people to people diplomacy yang tujuannya antara lain adalah untuk mengembangkan hubungan seperti Sister City yang diprakarsai sejak tahun 1973. Pada tahun 1992 Sister City di Tiongkok telah dikembangkan melalui sebuah lembaga yang dikenal dengan China’s

International Friendship Cities Association dengan anggota terdiri dari perwakilan-perwakilan kota dan provinsi yang ada di Tiongkok yang mana kota-kota tersebut memiliki hubungan Sister City dengan kota atau daerah di luar negeri. Pada tahun 2006 pemerintah Tiongkok mencatat bahwa terdapat 30 Provinsi dan 309 kota di Tiongkok telah menjalin kerjasama Sister City

dengan 335 provinsi dan 1,057 kota seuruh dunia (Wibowo & Hadi, 2009).

Tiongkok dan Indonesia memandang bahwa dengan adanya kerjasama semacam ini dapat memberikan kemudahan dalam menjalin hubungan dengan dunia luar. Di Indonesia, Hubungan Sister City antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Tiongkok telah terjalin dengan beberapa kota seperi Jakarta


(49)

dengan Beijing mengingat kedua belah kota memiliki persamaan sebagai ibu kota dan pusat politik, Jakarta dengan Shanghai mengingat kedua kota tersebut sebagai pusat perdagangan. Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta juga memiliki hubungan kerjasama Sister City

dengan beberapa kota di Tiongkok seperti Guangzhou dan Xiamen.

Kerjasama Sister City antara Surabaya dan Xiamen terbentuk sejak tahun 2005, pemerintah Surabaya mengoptimalkan dalam melakukan kerjasama Sister City dengan kota berbagai belah dunia lain untuk menunjang kemampuan Surabaya dalam menghadapi Globalisasi. Xianmen dipilih oleh Surabaya karena sebagai pertimbangan bahwa kota Xiamen merupakan zona ekonomi khusus di Provinsi Fujian yang juga provinsi asal entitas warga Tiongkok di Indonesia. Selain antara Surabaya dan Xiamen memiliki kesamaan yaitu sebagai kota peabuhan serta saling tertarik dalam mengembangkan kebaharian kota dan juga penghijauan kota. Selain dari segi lingkungan, ekonomi selalu menjadi daya tarik utama dalam sebuah kerjasama, Xiamen dan Surabaya memiliki kedekatan yang sama dengan salah satu kota di Tiongkok yaitu Guangzhou, dimana kota tersebut merupakan kota dengan kemajuan ekonomi terpesat di Tiongkok dan kota penyelenggara event perdagangan terbesar di dunia. Dengan ini pemerintah Surabaya berharap bahwa dengan adanya kerjasama dengan salah satu kota di Tingkok dapat mengembangakan perekonomian dan kesejahteraan warganya.


(50)

(51)

BAB III

PROFIL KOTA SURABAYA DAN XIAMEN TIONGKOK

Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai landasan hukum yang digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam menjalin kerjasama antar pemerintah daerah dengan pemerintah daerah yang setingkat yang berada di luar negeri, selain landasan hukum telah dipaparkan pula mengenai alur pengambilan kebijakan kerjasama Sister City. Kerjasama Antara Indonesia dengan pemerintah Tiongkok telah terjadi sejak awal kemerdekaan, meskipun hubungan tersebut mengalami pasang surut namun hubungan tersebut dewasa ini telah menjadi sebuah kerjasama yang saling menguntungkan. Sister City adalah konsep kerjasama bilateral antarkota atas dasar kesamaan geografis dan aktivitas kota untuk saling belajar dan bekerjasama di berbagai bidang. Kerjasama yang akan terjalin akan disesuaikan dengan persamaan dan potensi yang dimiliki oleh kedua kota.Kerjasama Sister City sebagai salah satu upaya kerjasama yang diusung oleh pemerintah Tiongkok dengan Indonesia sebagai pengikat People-to-people. Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang keadaan secara umum dari Surabaya dan Xiamen sehingga dapat diketahui persamaan apa yang dimiliki oleh kedua belah pihak.


(52)

1. Profil Kota Surabaya

A. Sejarah dan Kebudayaan

Kata Surabaya sering diartikan secara filosofis sebagai lambang perjuangan antara darat dan air. Selain itu, dari kata Surabaya juga muncul mitos pertempuran antara ikan sura / suro (ikan hiu) dan baya / boyo (buaya), yang menimbulkan dugaan bahwa terbentuknya nama "Surabaya" muncul setelah terjadinya pertempuran tersebut. Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Dalam prasasti tersebut terungkap bahwa Surabaya (Churabhaya) masih berupa desa di tepi sungai Brantas dan juga sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang daerah aliran sungai Brantas. Surabaya juga tercantum dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapañca yang bercerita tentang perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 M dalam pupuh XVII.

Surabaya secara resmi berdiri pada tahun 1293. Tanggal peristiwa yang diarnbil adalah kemenangan Raden Wijaya, Raja Pertama Mojopahit melawan pasukan Mongol, peranan Surabaya sebagai kota pelabuhan sangat penting sejak lama, saat Itu sungai Kalimas merupakan sungai yang dipenuhi perahu-perahu yang berlayar menuju pelosok Surabaya. Kota Surabaya juga


(53)

sangat berkaitan dengan revolusi kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak penjajahan Belanda maupun Jepang, rakyat Surabaya (Arek Suroboyo) bertempur habis-habisan untuk merebut kernerdekaan, Puncaknya pada tanggal l0 Nopember 1945, Arek Suroboyo berhasil menduduki Hotel Oranye (sekarang Hotel Mojopahit)yang saat itu rnenjadi sirnbol kolonialisme, karena kegigihannya itu, maka setiap Tanggal 10 Nopember, Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pahlawan, hingga saat ini bekas-bekas masa penjajahan terlihat dengan masih cukup banyaknya bangunan kuno bersejarah di sini.

Budaya daerah, tradisi dan gaya hidup yang berbeda di setiap daerah merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung. Budaya daerah ini antara lain, kesenian, pakaian adat, upacara adat, gaya hidup, dan kepercayaan. Budaya Surabaya yang terkenal antara lain Undukan Doro, Musik Patrol dan Manten Pegon. Salah satu upaya Pemerintah Kota Surabaya untuk melestarikan budaya kota Surabaya adalah dengan pemilihan Cak dan Ning Surabaya, yaitu duta budaya kota Surabaya. Kehidupan berkesenian Kota Surabaya tumbuh dengan baik. Kesenian tradisional dan modern saling melengkapi membentuk keragaman kesenian Surabaya. Kesenian tradisional tumbuh karena perjalanan sejarah melawan penjajahan zaman dahulu sampai saat ini tetap dilestarikan. Bentuk kesenian tradisional banyak ragamnya. Ada seni tari, seni musik dan seni panggung (Surabayagov, 2016).


(54)

Sudah sangat dikenal kalau Ludruk adalah kesenian rakyat asli Jawa Timur. Kesenian rakyat yang berasal dari Jombang ini, menjadi maskot budaya khas Surabaya, terutama tarian Ngremo – nya. Ludruk sudah ada sejak jaman Jepang sekitar tahun 1942. Dan menjadi sangat populer di Surabaya sejak zaman revolusi. Gending Jula-Juli Suroboyo, Tari Remo, Kentrung, Okol, Seni Ujung, Besutan, upacara Loro Pangkon, Tari Lenggang Suroboyo dan Tari Hadrah Jidor. Sementara kesenian modern juga tumbuh pesat. Sejumlah sanggar tari berkonsentrasi mengembangkan perpaduan seni tradisional dan modern. Namun demikian banyak group tari mengembangkan kreasi modern, misalnya Marlupi Dance, Gito Maran (Surabaya.go.id, 2015).

B. Demografis

Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya akan budaya. Beragam etnis bermigrasi ke Surabaya. Sebut saja etnis Melayu, China, India, Arab dan Eropa sementara etnis Nusantara sendiri antara Lain Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali, Sulawesi datang dan menetap, hidup bersama serta membaur dengan penduduk asli membentuk pluralisme budaya yang kemudian menjadi ciri khas kota Surabaya.

Ciri khas masyarakat asli Surabaya adalah mudah bergaul. Gaya bicaranya sangat terbuka. Walaupun tampak seperti bertemperamen kasar, masyarakat Surabaya sangat demokratis, toleran dan senang menolong orang


(55)

lain. Dengan jumlah penduduk yang mencapai sekitar 3,110,187 Orang di Tahun 2012 Penduduk mayoritas Surabaya ialah Suku Jawa dengan 83,6%, Madura 7,5%, Tionghoa 7,25%, Arab 2,04% dan sisanya merupakan suku bangsa lain (Statistik, 2010). Kota Surabaya berkembang sebagai Kota Metropolitan. Posisi strategis Kota Surabaya sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat membuatnya selalu dinamis.

Dengan perkembangana perekonomian Surabaya yang cepat membuat kota Surabaya menjadi tempat tujuan utama di Jawa Timur bagi pencari lapangan pekerjaan. Dengan keadaan kota Surabaya yang majemuk, pemerintah Surabaya di tuntut untuk menyediakan keadaan yang layak huni bagi warganya serta kententraman. Hal itu lah yang dilihat bagi pemerintah Surabaya sebagai upaya bagi pemerintah Surabaya dalam meningkatkan keadaan Surabaya baik dari segi lingkungan dan sarana prasarana, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Surabaya ialah dengan mengandeng kota Surabaya melalui Sister City untuk belajar mengembangkan kota Surabaya.

C. Perekonomian

Perekonomian merupakan salah satu hal yang paling menarik perhatian untuk dicermati baik dari sebuah Negara maupun daerah. Suara kawasan akan dinyatakan maju atau makmur ketika perekonomian dari kawasan tesebut mencapai suatu titik GDP yang tinggi hingga mampu


(56)

dianggap mensejahterakan rakyatnya. Perekonomian di Indonesia digerakan melalui beberapa sector seperti sector pertanian dan juga industry. Selain itu, perekonomian di Indonesia digerakan oleh kawasan-kawasan industry di beberapa kota besar seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya. Surabaya yang dikenal dengan kota metropolitan ini merupakan salah satu kota pada Industri, hal ini ditandai oleh banyaknya Industri dalam dan luar negeri yang terletak di Surabaya. Letak Kota Surabaya yang sangat strategis berada hampir di tengah wilayah Indonesia dan tepat di selatan Asia menjadikannya sebagai salah satu hubungan penting bagi kegiatan perdagangan di Asia Tenggara. Letak kota Surabaya yang strategis ini pula ditunjang dengan adanya ketersediaan Bandara Internasional dan pelabuhan petikemas Internasional yang siap melayani ekspor-impor Negara Indonesia baik dalam negeri dan juga luar negeri. Sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan ekonomi, keuangan, dan bisnis di daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Sebagai salah satu pusat perdagangan, Surabaya juga merupakan salah satu kota terpenting dalam menopang perekonomian Indonesia. Sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang jasa, industri, dan perdagangan. Surabaya adalah pusat perdagangan yang mengalami perkembangan pesat. Industri-industri utamanya antara lain galangan kapal, alat-alat berat, pengolahan makanan dan agrikultur, elektronik, perabotan rumah tangga, serta kerajinan tangan. Banyak perusahaan multinasional besar yang berkantor pusat di Surabaya, seperti PT Sampoerna Tbk, Maspion, Wing's Group, Unilever Indonesia,


(57)

Pakuwon Group, Jawa Pos Group dan PT PAL Indonesia. Selain itu, Surabaya juga merupakan kota pelabuhan terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Pelabuhan terpenting di Surabaya adalah Pelabuhan Tanjung Perak yang merupakan pelabuhan perdagangan, peti kemas, dan penumpang terbesar kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta. Di Surabaya juga terdapat Terminal Pelabuhan Teluk Lamong yang merupakan terminal pelabuhan penyangga utama Pelabuhan Tanjung Perak. Terminal Pelabuhan Teluk Lamong ini menjadi green port pertama di Indonesia serta merupakan salah satu terminal pelabuhan tercanggih di dunia di mana seluruh sistem operasinya otomatis dan menggunakan komputer.

Sebagai ibu kota Provinsi Jawa Timur dan kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya telah bertransformasi dari pusat kegiatan di wilayah Jawa Timur menjadi pusat penopang perekonomian wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. Dalam kurun waktu 2 dekade, Surabaya dan kota-kota satelit di sekitarnya telah mempunyai andil finansial yang vital di Indonesia dikarenakan sektor perdagangan, industri, dan jasanya yang terus berkembang. Hal ini kemudian menyebabkan daya beli masyarakat meningkat dan indeks kepercayaan konsumen yang berkembang pesat. Hal ini tentunya menarik minat investor untuk ikut andil dalam perubahan wajah kota, sehingga mendorong munculnya "Kawasan Bisnis Terpadu" / Central Business District (CBD) sebagai pusat-pusat kegiatan bisnis di Surabaya.


(58)

Kawasan bangunan tinggi (highrise building) berada di sekitar Jalan Tunjungan, Basuki Rachmat, Darmo, Mayjend Sungkono, H.R. Muhammad, dan Ahmad Yani, sedangkan kawasan industri di Surabaya di antaranya adalah Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Karangpilang dan Margomulyo.

D. Pemerintahan Kota

Kota Surabaya merupakan kota metropolitan terpadat di Jawa Timur, kota Surabaya sendiri merupakan pusat pemerintahan Jawa Timur dimana roda perpolitikan Jawa Timur berada di tanah Surabaya. Selain sebagai pusat pemerintahan dan perpolitikan di Jawa Timur, Surabaya sendiri merupakan sebuah kota yang memiliki legalitas otonomi daerah. Dasar hukum bagi kota Surabaya adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1950, tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Di Jawa Timur. Surabaya berstatus sebagai kota yang menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur. Wilayah kota Surabaya kemudian dibagi lagi menjadi 31 kecamatan dan 163 kelurahan. Pemerintah Kota Surabaya memiliki beberapa instansi yang digunakan oleh pemerintah kota Surabaya dalam membantu kinerja Wali Kota Surabaya. Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya saat ini adalah Tri Rismaharini dan Wisnu Sakti Buana.


(59)

Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan dan pengaturan pemerintah kota Surabaya, Wali Kota dan Wakil Wali Kota dibantu oleh secretariat daerah. Sekretariat Daerah merupakan organisasi perangkat Daerah yang dupimpin oleh Sekretaris Daerah yang dibantu oleh Asisten Pemerintahan, Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Asisten Administrasi Umum dan Asisten Kesejahteraan Rakyat.

Sekretariat Daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu Kepala Daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Dinas Daerah dan Lembaga Teknis.

Dalam menyelenggarakan tugasnya, Sekretariat Daerah mempunyai fungsi :

a. penyusunan kebijakan Pemerintahan Daerah;

b. pengkoordinasian pelaksanaan tugas Dinas Daerah dan Lembaga Teknis;

c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pemerintahan Daerah;

d. pembinaan administrasi dan aparatur Pemerintahan Daerah;

e. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya


(1)

Salah satu kota di Indonesia yang menjalankan kerjasama Sster City

ialah Surabaya. Surabaya sendiri telah memiliki 8 kerjasama Sister City yang

telah dibangun sejak tahun 1990 dengan kota diluar negeri lainnya.Kerjasama

yang dibangun oleh pemerintah Surabaya dengan mitra Siter City. Salah satu mitra kerjasama Sister City Surabaya ialah kota Xiamen Tiongkok. Xiamen

adalah salah satu kota di Propinsi Fujian yang berada di pinggir laut dan

dikelilingi pegunungan, dengan penduduk 2.765.487 jiwa dan luas wilayah

1.565 km2. Kerjasama antara Surabaya dan Xianmen dalam bentuk Siter City

telah dilaksanakan pada tahun 2006. Fokus utama pada kerjasama ini adalah

untuk mengembangkan Ekonomi, Perdagangan, IPTEK, Pendidikan, Olahraga

dan Budaya, Kesehatan.

Dalam bidang ekononmi, kedua kota ini aktif dalam mengirimkan

delegasinya seperti partisipasi delegasi Pemerintah Kota Surabaya pada acara seminar “Asean-Country Official 2014” diskusi tentang pembangunan ekonomi, sosial dan budaya di Kota Xiamen. Tujuan dari pertemuan ini

adalah Peningkatan wawasan dan capacity building peserta dari Kota

Surabaya, Membangun networking Kota Surabaya. Selain pengiriman

delegasi Surabaya ke Xiamen, Xiamen juga turut aktif dalam pengiriman

delegasi ekonomi kepada pemerintah Surabaya seperti Kunjungan Delegasi Perdagangan Pemerintah Kota Xiamen dalam rangka: “Promosi Pameran CIFIT”. CIFIT atau China International Fair for Investment & Trade adalah


(2)

pameran, forum seminar, temu bisnis, pameran proyek/proposal

investasi dan komoditas dagang. CIFIT merupakan kegiatan promosi

kerjasama investasi dan perdagangan terbesar dan satu-satunya di

Tiongkok.selain itu Surabaya juga aktif dalam pengiriman Businessman ke

Xiamen agar para pembisnis dari Surabaya mampu belajar dan melakukan

perdagangan guna menjadikan Surabaya sebagai kawasan perdaganagan

ekonomi.

Melalui IPTEK dan Pendidikan kedua kota turut saling mendukung

untuk mengembangkan IPTEK dan pendidikannya seperti peoptimalisasian

sarana dan prasarana yang mendukung serta optimalisasi pada tenaga

pengajar. Pengiriman delgasi dari Surabaya pada pemerintah Xiamen seperti

pada “Fujian Seminar for ASEAN-Country Officials” , melalui forum ini tujuan kedua kota mengena peningkatan dan saling pemahaman dan

pengertian yang lebih baik antara negara Tiongkok, khususnya Provinsi

Fujian Xiamen dan negara-negara ASEAN, dalam melakukan pertukaran ilmu

pengetahuan dan budaya, sekaligus memperkuat kerjasama dan persahabatan

antara Provinsi Fujian dan negara-negara ASEAN agar dapat saling tercapai.

Selain melalui forum diskusi seperti diatas, pemerintah Surabaya dan Xiamen

telah menjalin kerjasama Sister University antara ITS dan juga Universitas Xiamen dengan harapan agar pengembangan imu kebaharian dalam kota


(3)

Surabaya dan Xiamen dapat dikembangkan secara bersama-sama dengan aktif

dalam pertukaran pelajar.

Olahraga dan budaya juga merupakan salah satu niai terpenting dari

terjalinnya sebuah kerjasama Di Surabaya, pemerintah Surabaya sealu

menggelar pameran kebudayaan melalui Cross Culture Festival Sparkling

Surabaya untuk merekatkan hubungan Surabaya dengan kota-kota Sister

Citynya. Xiamen yang merupakan mitra kerjasama Sister City dari Surabaya

aktif dalam pengiriman delegasi Kesenian, Budaya dan Olahraga. Selain itu,

Pemerintah Surabaya juga mengirimkan delegasinya ke Xiamen untuk belajar

kesenian olahraga khas negara Tirai Bambu tersebut yakni kesenian bela diri

Kung fu di Xiamen. Kesehatan yang juga salah satu point kerjasama tidak

luput dikembangkan seperti pada pemerintah Surabaya yang mengirimkan

delegai tenaga medis ke Xiamen untuk mempelajari manajemen Rumah sakit

maupun pengobatan tradisional khass negara Tiongkok.

Dapat disumpulkan bahwa kerjasama Sister City antara Surabaya dan

Xiamen dibangun dibawah undang-undang legalitas yang jelas dari

pemerintah Indonesia, hubungan kerjasama Sister City antara Surabaya dan

Xiamen juga memberikan bentuk nyata pada terjalinnya kerjasama di bidang


(4)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Panduan Umum Tata Cara Hubungan Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah, DPESB Deplu, 2003.

Dye, T. R. What Governments Do, Why They Do It, What Difference It Makes. Tuscaloosa: University Alabama Press, 1976.

Lexy. J. Moleong, M. A., Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.

Heidenheimer, A, dkk, Comparative publicpolicy : The politics of social choice in America, Europe, and Japan. New York: St. Martin’s Press, 1990.

Mas’oed, Mohtar, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. Yogyakarta, LP3ES, 1990

Mukti, Takdir Ali, Paradiplomacy: Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda Di Indonesia. Yogyakarta: The Phnisi Press, 2013.

Sidik Jatmika, Otonomi Daerah Perspektif Hubungan Internasional. Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2001.

.Wibowo, & Hadi, S. Merangkul Cina: Hubungan Indonesia-Cina Pasca-Soeharto. Jakarta: PT. Gramedia, 2009.

Laporan :


(5)

2. Bagian Kerjasama Pemerintah Surabaya Kota Surabaya, Laporan Kerjasama Sister City 2013

3. Bagian Kerjasama Pemerintah Surabaya Kota Surabaya, Laporan Kerjasama Sister City 2014

4. Bagian Kerjasama Pemerintah Surabaya Kota Surabaya, Laporan Kerjasama Sister City 2015

Wawancara :

Wawancara dengan Ibu Rita Sebagai salah satu Staff Kerjasama Pemerintah Surabaya bagian Kerjasama Surabaya Asia

Internet:

Author. 2016. Sistem Pemerintahan Republik Rakyat China. Retrieved Agustus 16, 2016, from Refrensi Kita Semua:

http://referensianaa.blogspot.co.id/2016/02/sistem-pemerintahan-republik-rakyat.html

China, X. M. 2015. Xiamen China. Retrieved Agustus 15, 2016, from Xiamen Goverment:

http://english.xm.gov.cn/aboutgovernment/municipalinstitutionsofgovernment alaffairs/index.html

Kristanti, E. Y. 2010, Mei 17. Program Sister City Surabaya, Basa-Basi? Retrieved Agustus 20, 2016, from Viva News:

http://m.news.viva.co.id/news/read/151529-program_sister_city_surabaya__basa_basi_

Opini, S. 2015. Perekonomian Surabaya dan Potensinya. Retrieved Agustus 20, 2016, from Sudut Opini:


(6)

https://samakata.wordpress.com/2015/10/28/perekonomian-surabaya-dan-potensinya/

Rochman, G. P., & Hudalah, D. 2015. Evaluasi Keberhasilan Kerjasama Antar Kota 'Sister City' Kota Surabaya. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota .

Statistik, B. P. 2010. Data Agregat Sensus Penduduk. Surabaya.

Surabaya, P. 2013. Laporan Kegiatan Kerjasama Daerah Kota Surabaya Tahun 2013. Surabaya: Pemerintah Surabaya.

Surabaya, P. 2014. Laporan Kegiatan Kerjasama Daerah Kota Surabaya Tahun 2014. Surabaya: Pemerintah Surabaya.

Surabaya.go.id. 2015. Surabaya.go.id. Retrieved Agusttus 1, 2016, from Kebudayaan Surabaya: http://www.surabaya.go.id/berita/8229-kebudayaan

Surabayagov. 2016. Sejarah Surabaya. Retrieved Agustus 14, 2016, from Surabaya Goverment: http://sparkling.surabaya.go.id/about-surabaya/the-history-of-surabaya/

Xiamen. 2015. The General Office of Xiamen Municipal People's Government. Retrieved Agustus 15, 2016, from Xiamen China:

http://english.xm.gov.cn/aboutgovernment/generaloffice/

Xiamen, W. O. 2014. GDP Xiamen. Retrieved Agustus 20, 2016, from What's On Xiamen: http://www.whatsonxiamen.com/tag-Xiamen+GDP.html