Efektifitas Implementasi Pemerintah Surabaya Melaksanakan Kerjasama Sister City dengan Busan (2007-2012).

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

Rizky Pradipta Sauwir NPM. 0944010007

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

PEMINATAN/KONSENTRASI HUBUNGAN INTERNASIONAL SURABAYA


(2)

Adalah kalimat yang selalu mengawali pagi ku

“menjadi orang yang baik”

Adalah kalimat yang selalu mengawali mimpi ku

Terima kasih Ayah dan Bunda.


(3)

hIPM

Program Studi

.

TahunAkademik

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama Rizky Pradipta Sauwir 0944010007

Hubungan Interrnasional 2013/2014

Menyatakan batrwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang bedudul :

..Etr'EKTIF'ITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAI\I PEMERINTAII ST]RABAYA MELAKSANAKAI\T KER.IASAMA SISTER CITY DENGAI\I

BUSANb OO7-2012) Dr BrDAr\rc PENDTDIKATP

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagrat maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surabaya, 30 September 20T3 Yang menyatakan

Materai


(4)

GtllIIsAl{AI(41[

I(ER.TASAMA

STSTER

Crry

DENGAlI

BUSAn

?OAT-2OLa|

DI

BIDAilG

PENDIDIKAN

;

B*serun {}teh

:

RIZKY

PRADIPTA

SAUWIB

ilPU

:

O944O10OO7

Tet*h

dieetujri

u*trit< mer*gift*ti

Uji**

Sftripsi

ffienyettijui,

Pembimbing

Utama

,r----a-L - . Irrtrrrg$EaRua

L

D

NPT. 370{1950A421


(5)

DI

BIDAilG

PENDIDIKATT

**su=un

Oteh

:

RIZKY

PBADIPTA

SAUWIR

.

NPI$

;

0944010007

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima

oleh

rim

penguji Skripsi Program

studi

llmu

Komunikasi peminatan/Konsentrasi Hubungan

tefieraa**omat

ffida

Falqu*tas ttmu sae*at dan ttmti

paiitik

Universitas Pembangunan Nasional ',Veteran,, Jawa Timur

Pada tanggal 30 September 2013

Pernbimbing Utama Tim Penguii :

1, Ketua

Menge,tahui

D

E,:K_A'',N

.a

/a I ._:

NPT. 37006940035{


(6)

Disusun Oleh:

RIZKY PRADIPTA SAUWIR NPM. 0944010007

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. JOJOK D, S.Sos, MSi NPT. 370119500421

Mengetahui D E K A N

Dra. Hj. SUPARWATI, MSi NIP. 195507181983022001


(7)

Disusun Oleh :

RIZKY PRADIPTA SAUWIR NPM. 0944010007

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Tmur

Pada tanggal 30 September 2013

Pembimbing Tim Penguji :

1. Ketua

Dr. JOJOK D, S.Sos, M.Si Dr. JOJOK D, S.Sos, M.Si

NPT. 370119500421 NPT. 370119500421

2. Sekretaris

JUWITO S.SOS, M.Si. NPT. 367049500361

3. Anggota

DRS. SAIFUDDIN ZUHRI M.Si NPT. 370069400351

Mengetahui, D E K A N

Dra. Hj. SUPARWATI, MSi NIP. 195507181983022001


(8)

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektifitas

Implementasi Kebijakan Pemerintah Surabaya Melaksanakan Kerjasama Sister

City dengan Busan (2007-2012) di Bidang Pendidikan”.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya arahan dan bimbingan dari dosen pembimbing pendamping Megahnanda A.K, S.IP, M.IP dan dosen pembimbing utama Dr. Jojok D. S.SOS, M.Si yang dengan segala perhatian dan kesabarannya rela meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini juga nasihat serta doanya. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan banyak terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya yang terhormat :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Juwito, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Dr. Saifuddin Zuhri, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(9)

Jawa Timur.

6. Dosen-dosen Program Studi Hubungan Internasional Bu Sarah, Pak Tom, Bu Indi, Pak Aswin, Pak Radit, Bu Tina, Bu Reza dan dosen-dosen HI lainnya, terima kasih atas segala ilmu yang diberikan selama perkuliahan dukungan serta doanya. Tanpa kalian Saya bukan apa-apa.

7. Ayah Tjong Wahid Sauwir dan ibunda Yayuk Sugiarti tercinta yang selalu mendoakan dengan kasih saying yang tiada batasnya, perhatian, dukungan dan selalu memberikan dorongan moriil dan materiil. Terima kasih untuk selalu mengingatkan menjadi yang terbaik untuk keluarga dan masa depan.

8. Kakak-kakak, terutama kakak tertua Bagus Dewantoro Sauwir atas segala dukungan mental dan semangatnya dalam membantu Saya selama proses dan masa-masa sulit yang sedang Saya hadapi ketika menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kakak kedua Ayu Gita Puspita Sauwir yang selalu menjadi inspirasi Saya dan kakak ketiga laki-laki Bayu Wicaksono Sauwir yang selalu bersabar dan menjaga Saya selama duduk dibangku kuliah ini. Terima kasih juga untuk adik yang selalu menjadi motivasi Saya untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik dan terbaik agar kelak dapat membimbing dan menjaganya. Juga kepada kakak ipar pertama Nimas Ayu Apriliani yang selalu bersedia menjadi teman sekaligus kakak perempuan kedua untuk mendengarkan semua celotehan Saya.

9. Tidak lupa sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberi semangat dan dukungan meskipun kita berada dalam kondisi yang sama, diantaranya Dinda Y. Setyowati, Anne


(10)

skripsi ini, juga kepada mereka yang pernah menjadi teman bahkan saudara bagi Saya yang dengan tidak sengaja telah menjadi motivasi kepada Saya untuk terus semangat demi masa depan diantaranya Lulu, Kyda, Maetu, Nopi, dan Gkozt, terima kasih.

10. Terakhir, terima kasih banyak untuk yang terkasih Muhammad Rizki Febrian, yang memberikan banyak sekali pembelajaran, pengalaman, pengetahuan yang diberikan, membimbing dan mendampingi Saya, yang selalu menjadi akhir dari semua tujuan Saya, Amin.

Tanpa dukungan dan semangat dari yang telah disebutkan di atas Saya bukan apa-apa dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan skripsi ini.

Surabaya, 30 September 2013


(11)

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI.. i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii

KATA PENGANTAR ... . iii

DAFTAR ISI ... . vi

DAFTAR BAGAN ... . viii

DAFTARTABEL ………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ... . x

ABSTRAK ………... xi

BAB I PENDAHULUAN... . 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... . 1

1.2 Rumusan Masalah ... . 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Kerangka Pemikiran ... 8

1.5.1 Peringkat Analisis ... 8

1.5.2 Landasan Teoritik ... . 10

1.5.2.1 Konsep Desentralisasi.... ... . 10

1.5.2.2 Teori Kerjasama Antar Daerah Antar Negara (Konsep Sister City) ... . 11

1.5 Argumentasi ... ... . 14


(12)

1.6.1.2 Memorandum Of Understanding (MOU) ... .. 16

1.6.1.3 Desentralisasi dan Otonomi Daerah ... .. 18

1.6.1.4 Kerjasama Pendidikan ... .. 19

1.6.2 Tipe Penelitian ... 20

1.6.3 Jangkauan Penelitian ... 20

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data ... 21

1.6.5 Teknik Analisis Data ... 22

1.6.6 Sistematika Penulisan ... 23

BAB II GAMBARAN UMUM KAJIAN PENELITIAN ……….. 25

2.1 Desentralisasi Sister City Surabaya-Busan……….. 27

2.2 Memorandum Of Understanding Surabaya-Busan……….. 29

2.3 Rincian Isi Perjanjian MOU Surabaya-Busan………. 32

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ……… 37

3.1 Data Hasil Kerjasama Sister City Surabaya-Busan di Bidang Pendidikan Tahun 2010-2012……….. 37

3.2 Analisis Data……….... 40

BAB IV KESIMPULANDAN SARAN………... 48

4.1 Kesimpulan………... 48

4.2 Saran………... 52


(13)

(14)

(15)

Lampiran 1 Tabel Isi MOU

Lampiran 2 Hasil Wawancara Dengan Staf Bagian Kerjasama Sister City

Surabaya-Busan di Sekretariat Jenderal Pemerintah Kota Surabaya

Lampiran 3 Kerangka Acuan Kerja Seleksi Delegasi Pendidikan Ke Luar Negeri

Lampiran 4 Laporan Perjalanan Dinas Delegasi Pendidikan Kota Surabaya


(16)

Nama : Rizky Pradipta Sauwir

NPM : 0944010007

Program Studi : Hubungan Internasional

Judul :

“EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH SURABAYA MELAKSANAKAN KERJASAMA SISTER CITY SURABAYA

DENGAN BUSAN (2007-2012) DI BIDANG PENDIDIKAN”

Otonomi daerah dan desentralisasi adalah pemberian sebagian kewenangan dan kekuasaan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya masing-masing. Ini membuka kesempatan suatu Negara tersebut untuk melakukan kerjasama dalam rangka pengembangan kota. Maka kota Surabaya (Indonesia) dan kota Busan (Korea Selatan) memutuskan untuk melaksanakan kerjasama sister city berdasarkan kesepakatan Memorandum of Understanding (MOU). Selama proses pelaksanaan kerjasama sister city Surabaya – Busan

dibutuhkan beberapa instrumen pendukung demi tercapainya tujuan yang tercantum didalam MOU. Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian Kualitatif yang dijabarkan melalui tipe penelitian deskriptif terkait efektifitas hasil pencapaian kebijakan pemerintah Surabaya dalam melaksanakan kerjasama sister city dengan Busan di pendidikan.


(17)

1.1 Latar Belakang Masalah

Ide awal sister city dilontarkan pertama kali pada tahun 1956 oleh Dwight David Eisenhower, Presiden Amerika Serikat ke 34. Awal mulanya penerapan konsep ini adalah sebagai sarana diplomasi politik negara di tingkat regional dan internasional bagi terciptanya saling kesepahaman dan persahabatan antar kota, antar negara dan antar benua bagi terwujudnya perdamaian antar kawasan, dan sebagai pilar terwujudnya perdamaian dunia. Pengimplementasiannya dapat menjadi pendorong bagi rakyat untuk dapat saling menjalin persahabatan dan kerjasama yang konstruktif, baik antar elemen masyarakat, antar kota, antar pemerintahan daerah dan pusat maupun antar negara di seluruh dunia.1 Wilbur Zelinsky adalah seorang ahli geografi

budaya Amerika yang mempelajari pesatnya perkembangan "fenomena sister city" , ia mencatat bahwa "kota kembar" pertama kali ditemukan sebagai sebuah fenomena yang teroganisanisir di Eropa Barat setelah Perang Dunia II yang menyebar ke Amerika Serikat dan negara maju lainnya yang sebagian besar adalah negara-negara dunia ketiga di tahun 1980.2 Sister city dalam prakteknya ditahun-tahun awal

adalah alat yang berguna untuk membawa warga Eropa ke dalam pemahaman lebih dekat satu sama lain untuk mendorong proyek-proyek lintas perbatasan yang saling

1 Perdana, Yosanta Putri. 2008. Faktor-faktor Penghambat Efektivitas Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota

Surabaya Melaksanakan Kerjasama Sister City dengan Seattle (1992-2007) diakses melalui Airlangga University Library pada 20 Juni 2010

2

Wilbur Zelinsky, “The Twinning of the World: Sister Cities in Geographic and Historic Perspective,” Annals of

the Association of American Geographers, 81, no. 1 (1991): 1-31 dalam Asuka Ogawa “Sister City As Preservation Strategy” tahun 2012.


(18)

menguntungkan. Seperti pada tahun 1959, Coventry-Inggris Raya bekerjasama dengan Dresden-Jerman sebagai tindakan perdamaian dan rekonsiliasi, karena kedua kota telah dibom selama perang.3

Terdapat beberapa faktor yang memotivasi sebuah kota untuk mencari mitra kerjasama luar negeri menurut Clarke dan penelitian menunjukkan bahwa kerjasama

sister city terjadi antara pemukiman dengan hubungan sejarah yang ingin dipertahankan atau dengan keprihatinan kontemporer bersama, masalah budaya, atau ideologi ekonomi.4 Tidak berbeda jauh dengan Zelinsky, yang dalam bukunya

mengatakan bahwa pilihan negara dan masyarakat tertentu dalam program sister city bukanlah proses acak, melainkan berdasarkan sejarah kota, keprihatinan bersama, nama tempat yang mirip atau identik, semua memainkan peran yang berarti.5 Seperti

yang terjadi pada kota Surabaya (Indonesia) dan kota Busan (Korea Selatan) dalam memutuskan untuk melaksanakan kerjasama sister city. Kerjasama tersebut dilaksanakan berdasarkan beberapa alasan yang kuat.

O’toole mengidentifikasikan 3 langkah dalam pembangunan daerah yang memotivasi pemerintah daerah untuk melakukan kerjasama Sister City diantaranya tindakan asosiatif, resiprokatif dan pendekatan komersial.6 Menurut O”toole tindakan

asosiatif ini mengarah kepada ketergabungan dengan persahabatan internasional, pertukaran budaya, dan adanya kesadaran akan komunitas internasional. Sedangkan 3

The Council of European Municipalities and Regions, Twinning for Tomorrow’s World: A Practical Handbook

(Brussels: The Council of European Municipalities and Regions, 2007), h. 2 -5, dalam ibid.

4

Clarke, “Globalising care? Town twinning in Britain since 1945,” 115-116, dalam ibid.

5

Zelinsky, “The Twinning of the World: Sister Cities in Geographic and Historic Perspective,” h.1, dalam ibid.

6

O’Toole, K., ‘Kokusaika and Internationalisation: Australian and JapaneseSister CityType Relationships’, 2001,

dikutip oleh Brian Cross, h.108 dalam Jurnal Septa Novasari Ginting. Ekonomi Politik Kerjasama Sister City Kabupaten Karo (Indonesia) Dan Kota Zundert (Belanda) Tahun 2007-2012. Dalam [online]


(19)

resiprokatif mengacu kepada tindakan daerah untuk meningkatkan pertukaran sistem edukasi. Sehingga ketika proses asosiatif dan reprokatif ini berjalan dengan baik maka peluang untuk tujuan ekonomi akan lebih besar terbuka untuk daerah yang melakukan kerjasama.7 Sejarawan Joseph G. Hummel dalam artikelnya tahun 1970, “The Sister

City and Citizen Diplomacy,” mencatat bahwa keefektifan sister city afiliasi tergantung pada ketelitian dalam menganalisa profil budaya, kondisi geografis dan perdagangannya serta karakteristik sosial kota yang memiliki kesamaan sehingga menemukan kota yang cocok dan komunitas yang saling tertarik sehingga kemitraan ini akan terus berlangsung.8

Sister City sering juga disebut Twining City atau dalam bahasa Indonesia kota

kembar, adalah kerjasama antar kota bersifat luas, yang disepakati secara resmi dan bersifat jangka panjang.9 Di Indonesia istilah ini digunakan oleh Kementerian Dalam

Negeri dan Kementerian Luar Negeri, dengan keluarnya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 193/1652/PUOD tanggal 26 April 1993 perihal Tata Cara Pembentukan Hubungan Kerjasama Antar Kota (Sister City) dan Antar Provinsi (Sister Province) dalam dan luar negeri.10

Kerjasama sister city antara kota Surabaya dengan kota Busan dilaksanakan berdasarkan Memorandum of Understanding (MOU) yang telah ditandatangani pada

7 Ibid. 8

Hummel, “The Sister City and Citizen Diplomacy,” h.25-26, dalam Asuka Ogawa “Sister City AsPreservation

Strategy” tahun 2012.

9

Council of European Municipalities and Regions. 2007. Twinning For Tomorrow’s World: Practical Handbook.

Paris, CCRE & Brussels, CEMR dalam dan luar negeri dalam Andi Oetomo "Pengelolaan Perkotaan Lewat Skema Sister City" dalam [online] bulletin.penataanruang.net/upload/data.../edisi3i.pdf di akses pada tanggal 8 July 2013.

10 Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 193/1652/PUOD tanggal 26 April 1993 perihal Tata Cara Pembentukan


(20)

tanggal 10 Nopember 1994 (di Surabaya) dan tanggal 20 November 2004 (di Busan). Bagi Pemerintah Kota Surabaya, jalinan kerjasama dengan kota-kota lain di dalam negeri maupun di luar negeri dimaksudkan antara lain untuk : 1. Menghadapi globalisasi dan pasar bebas, 2. Membantu dalam usaha pembangunan dan pengembangan daerah, 3. Mendapatkan kesempatan untuk mempromosikan daerah dalam dunia internasional.11

Kerjasama sister city mulai dilaksanakan 5 tahun setelah penandatangan MOU pada tahun 1994 antara Walikota Surabaya (waktu itu) H.Sunarto Sumoprawiro dengan walikota Busan di Korea Selatan. Namun pelaksanaan kerjasamanya aktif pada tahun 2006. Bidang kerjasama yang disepakati diantaranya Pengembangan Pelabuhan; Perdagangan dan Pengembangan Ekonomi; Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga; Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Kota; Transportasi dan Pariwisata; Peningkatan Sumber Daya.12 Akan tetapi dari beberapa bidang tersebut

hanya bidang pendidikan yang paling menonjol dan aktif dalam pelaksanaannya, terhitung sejak tahun 2007 hingga tahun 2012..

Kerjasama sister city ini dilaksanakan Surabaya dan Busan karena memiliki sebuah alasan yang kuat yakni memiliki banyak kesamaan. Diantaranya kesamaan kedudukan dan status kesamaan administrasi, yakni sebagai kota terbesar kedua di Negara-nya dan sama-sama dipimpin oleh walikota sehingga dalam kedudukannya

11

Situs Resmi Pemerintah Kota Surabaya “Sister City”dalam online http://www.surabaya.go.id/sistercity/ di akses pada tanggal 13 April 2013.


(21)

tidak ada yang lebih tinggi ataupun sebaliknya.13 Kesamaan karakteristik, menambah

peluang keberhasilan kerjasama sister city antara Surabaya dengan Busan. Kedua kota ini sama-sama merupakan kota pelabuhan, kota metropolitan, kota budaya, kota industri dan perdagangan serta kota yang memiliki pariwisata yang menawan. Karakteristik kota yang sama inilah menjadikan Surabaya dan Busan lebih nyaman dengan adanya kesamaan-kesamaan tersebut hingga mendorong pada hubungan kerjasama yang lebih kondusif.14Adanya kondisi saling melengkapi diantara Surabaya

dengan Busan menjadikan setiap hal yang mereka jalani dapat berjalan dengan baik karena kedua kota ini bisa saling mengisi di tengah kekurangan dan kelebihan masing-masing. Saling melengkapi dalam ekonomi dan perdagangan, mengadakan kunjungan pejabat, pertukaran pelajar, membangun taman persahabatan, investasi dan saling membantu untuk meningkatkan hubungan kedua kota beda Negara tersebut lebih harmonis dalam melakukan kerjasama antar kota atau sister city.15 Dengan beberapa kesamaan yang ditemukan antara kota Surabaya dengan kota Busan, membuka peluang untuk saling bertukar informasi dan teknologi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia kota masing-masing dengan saling melengkapi melalui pertukaran pelajar dan tim pengajar.

13

Situs Resmi Pemerintah Kota Surabaya “Sister City”. Op. cit.

14 Ibid. 15


(22)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data dan pengamatan penulis tersebut muncul pertanyaan

bagaimana efektifitas implementasi kebijakan pemerintah kota Surabaya

melaksanakan kerjasama sister city dengan Busan (2007-2012) dalam bidang

pendidikan? Indikator penulis dalam membuktikan keefektifan tersebut adalah

berdasarkan pencapaian tujuan pelaksanaan sister city Surabaya-Busan melalui implementasi kebijakan pemerintah kota Surabaya.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis memilih judul “Efektifitas Implementasi Kebijakan

Pemerintah Kota Surabaya Melaksanakan Kerjsama Sister City dengan Busan

(2007-2012) di bidang Pendidikan” adalah agar dapat menyajikan data akurat

sehingga dapat memberi manfaat dan mampu menyelesaikan masalah. Diantaranya : 1) Diharapkan dapat mendukung bukti empiris yang berguna terhadap

pengembangan teori, khususnya dalam teori Kerjasama Antar Daerah Antar Negara.

2) Untuk mengetahui efektifitas pencapaian apakah yang telah didapat dari tujuan dilaksanakannya kerjasama dua kota yang berbeda Negara ini berdasarkan implementasi kebijakan pemerintah kota Surabaya selama kurun waktu tahun 2007 hingga tahun 2012 dalam bidang pendidikan.


(23)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi pemegang kepentingan di tingkat daerah atau kota terkait implementasi kebijakan pemerintah kota Surabaya dalam pelaksanaan kerjasama sister city Surabaya-Busan di ranah hubungan internasional. Dengan penemuan informasi dan data yang ditemukan penulis di lapangan, melalui penelitian ini dapat disumbangkan suatu penemuan baru tentang pengukuran efektifitas sebuah kebijakan pemerintah kota Surabaya melaksanakan kerjasama sister city Surabaya-Busan di bidang pendidikan dalam kesepakatan MOU.

Juga diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kerjasama Sister City Kota Surabaya dan Kota Busan terutama dalam bidang Pendidikan sebagai suatu Kebijakan Pemerintah Kota Surabaya dalam memajukan pembangunan kota Surabaya melalui penambahan wawasan dikalangan pelajar dan peningkatan mutu kualitas tim pendidik.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan ilmu dan kajian bagi seluruh pihak terkait pelaksanaan kerjasama sister city Surabaya-Busan melalui desentralisasi dan teori kerjasama antar daerah antar negara. Diharapkan pula penelitian ini bisa menjadi landasan penelitian lain terkait implementasi kebijakan pemerintah kota Surabaya melaksanakan kerjasama sister city dengan daerah atau kota dari negara lain.


(24)

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Peringkat Analisis / Level of Analysis

Konsep peringkat analisis (level of analysis) sebagai salah satu konsep dasar sudah lama dikenal dalam disiplin ilmu Hubungan Internasional. Perdebatan mengenai peringkat analisis ini bermula di tahun 1960-an dan 1970-an,16dan diawali oleh David

J. Singer ketika tahun 1961 mengeluarkan karya klasiknya “The Level of Analysis Problem in International Relatios”.17 Menurut David J. Singer level analisis

merupakan sebuah fokus yang diambil dari dalam kasus dan permasalahan besar yang ada. Yakni penyortiran fenomena yang ada kedalam analisis pembahasan yang spesifik dalam penelitian ilmiah. Tujuannya adalah untuk membangun sebuah analisis yang sistemik.18

He may, for example, choose between the flowers or the garden, the rocks or the quarry, the trees or the forest, the houses or the neighborhood, the cars or the traffic jam, the delinquents or the gang, the legislators or the legislative, and so on.' Whether he selects the micro or macro-level of analysis is ostensibly a mere matter of methodological or conceptual convenience.”19

Hasil dari pemilihan ini yang kemudian menjadi fokus penelitian dan level analisis dari penelitian akan dapat ditentukan oleh penulis, penentuan level analisis akan mempermudah penulis dalam memetakan penggunaan perspektif dan teori umum yang besar dalam Hubungan Internasional. Level analisis merupakan hal yang penting

16 Michael P. Sullivan. Power in Contemporary International Politics. COLUMBIA: University of South Carolina.

1990. hal.7

17

David J. Singer. “The Level of Analysis Problem in International Relations” dalamWorld Politics. Vol.14.No. 1,

1961, hal. 77-92.

18 Ibid. 19


(25)

dalam penelitian ilmiah sosial karena dengan memfokuskan analisis terhadap tingkatan tertentu penulis akan semakin mudah dalam menjelaskan permasalahan dan menyusun penelitian dengan lebih mendetail dengan prediksi penelitian yang lebih

reliable dan dapat dipercaya.20

Singer membagi konsep menjadi dua bagian diantaranya sistem internasional dan sistem sub-nasional.21 Dalam penelitian ini penulis memilih tingkat level analisis

sub-nasional menurut David J. Singer yang dalam analisis politik luar negeri ini terdapat asumsi bahwa untuk mencapai tujuan dalam interaksi hubungan internasional maka diperlukan atribut nasional berupa sikap negara dalam membuat keputusan.22

Sikap negara dalam membuat keputusan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap pemerintah daerah dalam memutuskan melaksanakan kerjasama sister city dengan Busan. Mengapa pemerintah daerah, karena dalam penelitian ini pemerintah daerah diberikan kewenangan dan tanggung jawab sepenuhnya oleh pemerintah pusat dalam menangani segala urusan dan pengembangan kota Surabaya melalui desentralisasi. Sama dengan penerapan system desentralisasi di kota Surabaya, kota Busan juga mengalami hal yang sama sehingga level analisis yang tepat untuk digunakan adalah level analisis sub-nasional. Melalui sistem desentralisasi pemerintah daerah dalam hal ini diwakili oleh walikota masing-masing kota membuat keputusan

20

David J. Singer. “The Level of Analysis Problem in International Relations” dalamWorld Politics. Vol.14.No.

1, 1961, hal. 77-92 dalam Kinanti, Fellin. 2013. Metode Analisis Hubungan Internasional-Level Analisis dalam [online]

http://fellinkinanti-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-70904-Metode%20Analisis%20Hubungan%20Internasional-Level%20Analisis.html di akses pada tanggal 4 Oktober 2013.

21

David J. Singer. “The Level of Analysis Problem in International Relations” dalamWorld Politics. Vol.14.No.

1, 1961, hal. 77-92.


(26)

untuk melaksanakan kerjasama sister city dan membuat kesepakatan berdasarkan kesepakatan MOU.

1.5.2 Landasan Teoritik

1.5.2.1 Konsep Desentralisasi

Secara umum definisi dan ruang lingkup desentralisasi menurut pendapat Rondinelli dan Bank Dunia adalah transfer kewenangan dan tanggung jawab fungsi-fungsi pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, lembaga semi-pemerintah, maupun kepada swasta.23 Sebagai pembanding, baik juga mengacu

pendapat Turner dan Hulme yang berpendapat bahwa desentralisasi di dalam sebuah negara mencakup pelimpahan kewenangan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat, dari pejabat atau lembaga pemerintahan di tingkat pusat kepada pejabat atau lembaga pemerintahan yang lebih dekat kepada masyarakat yang harus dilayani.24

Sama yang terjadi pada pemerintahan daerah kota Surabaya dan pemerintahan daerah kota Busan. Kedua pemerintahan daerah kota tersebut telah mendapat pelimpahan kewenangan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat oleh

23 The World Bank, Independent Evaluation Group. Decentralization in Client Countries

–An Evaluation of World Bank Support, 1999-2007, 2008. Rondinelli, Dennis, 1999,“What is Decentralization?”, in World Bank,

Decentralization Briefing Notes, WBI Working Papers.

24

Turner, Mark and David Hulme, 1997, Governance, Administration and Development: Making the State Work, London: Macmillan Press Ltd dalam Oswar Mungkasa. “Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia : Konsep, Pencapaian dan Agenda Ke Depan” dalam [online]

http://www.academia.edu/2759012/Desentralisasi_dan_Otonomi_Daerah_di_Indonesia_Konsep_Pencapaian_da n_Agenda_Kedepan di akses pada tanggal 12 April 2013.


(27)

pemerintah pusat.25 Pada era reformasi dikeluarkan Undang-Undang mengenai

desentralisasi dan otonomi daerah, yakni Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan yang kemudian direvisi masing-masing menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004. Terdapat 3 (tiga) tujuan desentralisasi , yaitu (i) tujuan politik, untuk menciptakan suprastruktur dan infrastruktur politik yang demokratik berbasis pada kedaulatan rakyat. Diwujudkan dalam bentuk pemilihan kepala daerah, dan legislatif secara langsung oleh rakyat; (ii) tujuan administrasi, agar pemerintahan daerah yang dipimpin oleh kepala daerah dan bermitra dengan DPRD dapat menjalankan fungsinya untuk memaksimalkan nilai 4E yakni efektifitas, efisiensi, equity (kesetaraan), dan ekonomi; (iii) tujuan sosial ekonomi, mewujudkan pendayagunaan modal sosial, modal intelektual dan modal finansial masyarakat agar tercipta kesejahteraan masyarakat secara luas.26

1.5.2.2 Teori Kerjasama Antar Daerah Antar Negara

Kesempatan pengembangan pembangunan kota Surabaya dengan menjalin kerjasama dengan kota di negara lain menjadi luas, terlebih dengan yang memiliki unsur kesamaan. Seperti halnya menjalin kerjasama dalam sister city dengan kota Busan. Kerjasama antar daerah antar negara adalah suatu kerangka hubungan 25

Oswar Mungkasa “Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia:Konsep, Pencapaian dan AgendaKedepan”

dalam online

http://www.academia.edu/2759012/Desentralisasi_dan_Otonomi_Daerah_di_Indonesia_Konsep_Pencapaian_da n_Agenda_Kedepan di akses pada tanggal 21 Mei 2013

26


(28)

kerja yang dilakukan oleh dua daerah atau lebih dari negara yang berbeda, dalam posisi yang setingkat dan seimbang untuk mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat.27 Sedangkan Patterson mendefinisikan kerjasama

antar daerah antar negara (intergovernmental cooperation) sebagai ”an arrangement two or more goverments for accomplishing common goals, providing a service or solving a mutual problem” menurut definisi tersebut kerjasama antar daerah antar negara juga dapat diartikan sebagai sebuah kesepakatan antar dua atau lebih pemerintah daerah dari negara yang berbeda dalam rangka merealisasikan tujuan bersama, menyediakan layanan atau menyelesaikan persoalan yang sama.28 Terdapat

dua motivasi utama kerjasama antar daerah ini menjadi penting untuk dilakukan. Yang pertama adalah untuk menghindari terjadinya eksternalitas, yakni kemungkinan terjadinya pekembangan pesat suatu kota yang pada akhirnya berdampak negatif pada kota lain. Yang kedua adalah, disadarkan pada kesadaran akan kekurangan sumber daya alam maupun sumber daya manusia sehingga menjalin kerjasama antar daerah akan membawa keuntungan jika saling memanfaatkan dan mengembangkan potensi secara bersama sehingga dapat saling menutupi kekurangan kota masing-masing. Ini yang terjadi pada kota Surabaya dan Busan dimana dalam bidang pendidikan yang

27 Pamudji, 1985, Kerjasama Antar Daerah Dalam Rangka Pembinaan Wilayah Suatu Tinjauan dari Segi

Administrasi Negara, PT. Bina Aksara, Jakarta dalam Tesis Wahyudi. Kajian Kerjasama Daerah Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng dalam [online]

eprints.undip.ac.id/23708/1/WAHYUDI.pdfdi akses pada tanggal 21 Mei 2013.

28 Patterson, D.A. 2008. Intergovernmental Cooperation. Albany, NY: New York State Department of State

Division of Local Government Services. Warsono, H. 2009. Regionalisasi dan Manajemen Kerjasama Antar Daerah (Studi Kasus Dinamika Kerjasama Antar Daerah yang Berdekatan di Jawa Tengah). Ringkasan Disertasi, UGM.


(29)

kedua kota ini saling bertukar untuk saling mengembangkan potensi yang ada pada kota masing-masing.29

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan konsep desentralisasi yang memberikan peluang dan kesempatan kepada pemerintah daerah/kota untuk melakukan dan melaksanakan pengembangan pembangunan kota dengan melakukan kerjasama antar daerah antar negara dengan berdasarkan pada teori kerjasama antar daerah antar negara. Kemudian muncul sebagai konsep sister city antar Surabaya dan Busan yang bertujuan untuk saling melengkapi kekurangan dan mengembangkan potensi yang ada khususnya dalam bidang pendidikan dalam suatu kesepakatan yang disebut Memorandum of Understanding dan ditandatangani oleh walikota Surabaya dan Busan.

MOU

1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

29 Ibid.

Konsep Desentralisasi

Teori Kerjasama Antar

Daerah Antar Negara Konsep Sister City

Surabaya


(30)

1.6 Argumentasi

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif berupa analisis metode kualitatif. Meskipun analisisnya kualitatif tidak menutup kemungkinan penelitian ini menolak angka.30 Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya yang berjudul “Metode

Penelitian Kombinasi”, penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif (yang merupakan paparan dari data angka dan statistik).31 Maka itu penulis menggunakan argumentasi karena mencoba menemukan

jawaban dari rumusan masalah berdasarkan pengumpulan data dan bukan mencari suatu hubungan antar variabel melalui hipotesis.

Salah satu pencapaian yang didapat dari hasil kerjasama sister city kota Surabaya dan Busan dalam bidang pendidikan adalah aktif melaksanakan program pertukaran siswa dan guru. Setiap tahun, beberapa siswa dan guru pendamping dari kota Surabaya melakukan program pertukaran siswa dan guru ke kota Busan. Hasil yang dicapai dalam program tersebut adalah peningkatan kualitas siswa dan guru tentang proses pembelajaran di Korea, penambahan wawasan tentang pendidikan beserta fasilitas-fasilitas yang dimilikinya dan budaya di Korea.

30

Prof. Dr. Sugiyono. “Memahami Penelitian Kualitatif”, hal.3

31

Prof. Dr. Sugiyono. 2011. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung :Alfabeta CV. Hal :99-100.


(31)

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

Definisi Konseptual adalah pernyataan yang mengartikan atau memberi makna suatu konsep atau istilah tertentu. Definisi konseptual merupakan penggambaran secara umum dan menyeluruh yang menyiratkan maksud dari konsep atau istilah tersebut, bersifat konstitutif (merupakan definisi yang disepakati oleh banyak pihak dan telah dibakukan di kamus bahasa), formal dan mempunyai pengertian yang abstrak.32

Definisi operasional adalah serangkaian langkah-langkah prosedural dan sistematis yang menggambarkan kegiatan guna mendapatkan eksistensi empiris dari konsep.33

1.7.1.1 Sister City

Definisi Konseptual sister city atau kota kembar adalah konsep penggandengan dua kota yang berbeda lokasi dan administrasi politik dengan tujuan menjalin hubungan budaya dan kontrak sosial antar penduduk. Kota kembar umumnya memiliki persamaan keadaan demografi dan masalah-masalah yang dihadapi. Konsep kota kembar bisa diumpamakan sebagai sahabat pena antara dua kota. Perlu dipahami bahwa kerjasama tersebut adalah kerjasama antar kota sehingga segala sesuatu yang

32

Mahfudanshori. “Pengertian Konsep Dan Variabel” dalam [online] www.scribd.com/doc/10712476/BAB-2-Konsep-Dan-Variabel diakses pada tanggal 10 Juni 2013.

33


(32)

dapat dilakukan merujuk pada hak dan kewenangan setingkat kota.34Dengan demikian

perlu adanya kejelasan apa yang harus dilakukan kedua belah pihak ketika nantinya muncul kendala atau permasalahan yang harus diselesaikan di luar kewenangan kedua belah pihak/kota tersebut.

Secara operasional sister city adalah kerjasama antar daerah antar negara yang disepakati oleh kota Surabaya (Indonesia) dan kota Busan (Korea Selatan) berdasarkan sebuah kesepakatan yakni MOU dengan alasan memiliki beberapa kesamaan dan kebutuhan yang dapat saling melengkapi dalam bidang pendidikan.

1.7.1.2 Memorandum Of Understanding (MOU)

Dalam perjanjian internasional terdapat banyak sekali istilah yang digunakan, akan tetapi penulis lebih mengkhususkan pada istilah Memorandum Saling Pengertian atau Memorandum of Understanding (MOU). MOU adalah sebuah perjanjian yang berisi pernyataan persetujuan tidak langsung atas perjanjian lainnya atau pengikatan kontrak yang sah atas suatu materi yang bersifat informal atau persyaratan yang longgar, kecuali pernyataan tersebut disertai atau merupakan hasil persetujuan atau kesepakatan pemikiran dari para pihak yang dikehendaki oleh keduanya untuk mengikat.35 MOU merupakan salah satu model dokumen yang memiliki sifat

khas/typical, terdapat pada praktek negara khususnya negara-negara common law 34 Sister Cities International. 2004. What are Sister Cities?. Washington DC dalam Andi Oetomo "Pengelolaan

Perkotaan Lewat Skema Sister City" dalam [online] bulletin.penataanruang.net/upload/data.../edisi3i.pdf di akses pada tanggal 8 July 2013.

35 Dr. Shalahuddin Amer, Muqoddimah Ii Dirosat al Qonun al Dauli, Dae Al Nadha, Cairo, hal.181 dalam

Sumber-sumber Formil Hukum Internasional pada Makalah yang disampaikan pada Kajian Reguler Forum Syari'ah wal Qonun (FSQ), 23 Maret 2010. (Oleh : H. Akbar Hiban, Mantan Ketua Senat FSQ 2007-2008) dalam [online] http://books.google.com/books?id=MtknJXaXwCgC di akses pada tanggal 23 Mei 2013.


(33)

system seperti Inggris, Amerika. Malaysia, India, dan Australia yang berpandangan

bahwa MOU adalah tidak mengikat secara hukum/non-legally binding dan perlu dibedakan dengan traktat/treaties.36 Para ahli berpendapat bahwa istilah MOU

digunakan dengan alasan politis yaitu ingin sedapat mungkin menghindari penggunaan persetujuan/agreement yang dinilai lebih formal dan mengikat. Persetujuan/agreement adalah perjanjian yang bersifat teknis dan administratif. Sifat agreement mempunyai kedudukan yang lebih rendah dari traktat atau konvensi, sehingga bisa diratifikasi. Adanya pengertian MOU yang non-legally binding dalam praktek beberapa negara akan menimbulkan suatu situasi bahwa satu pihak menilai dokumen tersebut sebagai perjanjian internasional yang mengikat namun pihak yang lain menganggap dokumen itu hanya memuat komitmen politik dan moral lebih mengarah kepada perikatan/arrangement. Perikatan/arrengement adalah suatu perjanjian yang mengatur pelaksanaan teknik operasional suatu perjanjian induk. Dapat disimpulkan bahwa

arrangement adalah instrumen turunan dari Memorandum Of Understanding/MOU

dan MOU adalah instrumen turunan dari agreement.37

Secara operasional Memorandum of Understanding ialah kesepakatan atas perjanjian antara kedua pihak kota beda negara yakni kota Surabaya dan kota Busan yang disepakati berdasarkan keinginan tercapainya tujuan kedua pihak yang saling menguntungkan.

36 Ibid.

37 Agusman, Damos Dumoli. Apa Perjanjian Internasional itu? Beberapa Perkembangan Teori dan Praktek di

Indonesia Tentang Hukum Perjanjian Internasional (dalam “Refleksi Dinamika Hukum” (2008) dalam rangka

mengenang Prof. Dr. Komar Kantaadmaja, S.H., LL.M) dalam (online) http://e-library.kemlu.go.id/, diakses pada tanggal 28 November 2012


(34)

1.7.1.3 Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Secara konseptual pandangan Litvack & Seddon yang mengemukakan bahwa desentralisasi adalah “transfer of authority and responsibility for public function from central to sub-ordinate or quasi-independent government organization or the private sector“. Definisi desentralisasi dari Litvack dan Seddon, dipahami dalam konteks hubungan pemerintah yang mewakili negara dengan entitas lainnya meliputi organisasi pemerintah sub-nasional, organisasi pemerintah yang semi-bebas serta sektor swasta.38

Secara operasional desentralisasi adalah pelimpahan kewenangan oleh pemerintah pusat dalam penelitian ini adalah pemerintah Indonesia (DPRD) dan pemerintah Korea Selatan kepada pemerintah daerah dalam penelitian ini pemerintah kota Surabaya dan pemerintah kota Busan untuk melaksanakan kerjasama sister city.

Secara konseptual otonomi daerah adalah proses pelimpahan wewenang dan kekuasaan : perencanaan, pengambilan keputusan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (organisasi-organisasi pelaksana daerah, unit-unit pelaksana daerah) kepada organisasi semi-otonom dan semi otonom (parastatal) atau kepada organisasi non-pemerintah.39

38Jennie Litvack, Junaidi Achmad, and Richard Bird, Rethinking Decentralization in Developing Countries, The

World Bank Washington D.C, USA,1999. hal 2 dalam Makalah Sadu Wasistiono. Menuju Desentralisasi Berkeseimbangan.

39 Cheema, G.S and Rondinelli. G.A (editors) : Decentralization and Development : Policy Implementation in


(35)

Secara operasional otonomi daerah adalah proses pelimpahan kewenangan dan kekuasaan yang diberikan pemerintah pusat dalam penelitian ini adalah pemerintah Indonesia (DPRD) dan pemerintah Korea Selatan kepada pemerintah daerah dalam penelitian ini pemerintah kota Surabaya dan pemerintah kota Busan dalam mengurusi kewajiban dalam melayani masyarakat dan mengembangkan teritorital kewenangannya secara baik dan bermanfaat bagi negara dan masyarakat khususnya kerjasama sister city.

1.7.1.4 Kerjasama Pendidikan

Secara konseptual kerjasama pendidikan merupakan kerangka hubungan kerja yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, dalam posisi yang setingkat dan seimbang untuk mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat40dalam proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.41

Secara operasional kerjasama pendidikan adalah suatu pelaksanaan saling melengkapi yang dilakukan oleh dua pihak yakni kota Surabaya dan kota Busan berdasarkan kesepakatan yang dibuat bersama untuk mencapai suatu tujuan dalam

40 Pamudji, 1985, Kerjasama Antar Daerah Dalam Rangka Pembinaan Wilayah Suatu Tinjauan dari Segi

Administrasi Negara, PT. Bina Aksara, Jakarta dalam Tesis Wahyudi. Kajian Kerjasama Daerah Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng dalam [online]

eprints.undip.ac.id/23708/1/WAHYUDI.pdf di akses pada tanggal 21 Mei 2013.

38 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

dalam [online] http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html di akses pada tanggal 2 July 2013.


(36)

bidang pendidikan yang meliputi pertukaran pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (Universitas), serta pertukaran tim pengajar, guru dan dosen.

1.7.2 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif yang menurut Mas’oed adalah upaya untuk menjawab pertanyaan “apa” dan “bagaimana”. Sedangkan tipe penelitian eksplanasi berusaha untuk menjawab pertanyaan “mengapa”.42 Sementara tipe penilitian prediktif adalah untuk menjawab pertanyaan

“apa yang terjadi”.43 Berdasarkan pandangan Mas’oed, tipe penelitian ini adalah

deskriptif, karena menjawab pertanyaan “bagaimana”. Dalam penelitian deskriptif ini penulis mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.44

1.7.3 Jangkauan Penelitian

Penelitian ini dimulai sejak lima tahun setelah penandatanganan MOU pada tanggal 10 November tahun 1994 oleh walikota Surabaya dan walikota Busan yang berarti dimulai sejak tahun 2006. Akan tetapi karena yang menjadi fokus penulis adalah bidang pendidikan maka kurun waktu yang terhitung adalah sejak tahun 2007

42

Mohtar Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional. “Disiplin dan Metodologi.hal.262.

43Ibid. 44


(37)

hingga tahun 2012. Karena pelaksanaan kerjasama sister city Surabaya-Busan mulai aktif dilaksanakan pada tahun 2007. Penulis memilih memfokuskan penelitian di bidang pendidikan karena bidang tersebut lebih menonjol dalam pelaksanaannya dan rutin dilaksanakan setiap tahun.

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh penulis adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu organisasi langsung melalui obyeknya,45 tekniknya dilakukan melalui cara wawancara atau pengamatan.

Dan yang diperoleh peneliti adalah melalui cara wawancara dengan Ibu Rismasari selaku Staf Bagian Kerjasama Sister City Surabaya-Busan untuk mendapatkan informasi mengenai sejauh mana kerjasama sister city Surabaya-Busan. Kemudian data yang diperoleh akan diolah dan dianalisa. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang relevan dengan topik yang akan diteliti. Pengertian lain bahwa data sekunder merupakan data primer yang diperoleh oleh pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain yang pada umunmya disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder biasanya digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap ataupun untuk diproses lebih lanjut46teknik

45

J. Supranto, hal 120, 1997 dalam pdf Bab III Metodologi Penelitian oleh B Ardimas - 2007 dalam [online] eprints.undip.ac.id/34667/6/1734_CHAPTER_III.pdf di akses pada tanggal 28 Juni 2013

46 Sugiarto, et.al., 2001 dalam pdf Kajian Kerjasama Daerah Dalam Pengelolaan Dan Pengembangan Kawasan

Wisata Dataran Tinggi Dieng oleh Wahyudi dalam [online] eprints.undip.ac.id/23708/1/WAHYUDI.pdf di akses pada tanggal 28 Juni 2013


(38)

yang digunakan untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research), yang berupa buku-buku, jurnal ilmiah, dan juga dokumentasi berdasarkan dokumen resmi yang diperoleh langsung dari Pemkot Surabaya.

1.7.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif. Karena permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang tidak terungkap melalui data statistik, sehingga membutuhkan pendekatan melalui teknik pengumpulan data primer melalui wawancara, dan teknik pengumpulan data sekunder berupa kepustakaan dan dari dokumen –dokumen resmi. Dalam penelitian ini penulis menghubungkan serangkaian data primer dan data sekunder yang telah diolah dan dianalisa untuk mencari pemahaman dan kebenaran berdasarkan rumusan masalah yakni pencapaian apa yang telah didapat dari kebijakan pemerintah melaksanakan kerjasama sister city Surabaya-Busan berdasarkan MOU selama kurun waktu tahun 2007 – 2012. Menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif meliputi tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.47


(39)

1.6.6 Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah atau topik yang akan dibahas, tujuan penelitian, kerangka pemikiran yang didalamnya terkait dengan peringkat analisis dan landasan teoritik, serta dilengkapi juga dengan hipotesa dan metodologi penelitian.

Bab II : Kerjasama sister city kota Surabaya Busan dalam bidang pendidikan

sesuai MOU dalam kurun waktu 20072012.

Dalam bab ini, akan dijelaskan singkat secara umum latar belakang atau alasan kota Surabaya dan Busan melakukan kerjasama sister city. Kemudian akan dibahas bidang-bidang kerjasama yang disetujui kedua pihak didalam MOU beserta rincian pasal-pasal yang terdapat dalam kesepakatan MOU.

Bab III : Efektifitas Pelaksanaan Kerjasama sister city dengan Kebijakan

Pemerintah Kota Surabaya dalam Bidang Pendidikan

Bab ini akan membahas hasil yang diperoleh dari kebijakan pemerintah kota Surabaya dalam melaksanakan kerjasama sister city dengan Busan di bidang pendidikan, dalam kurun waktu tahun 2007 hingga tahun 2012 yang berdasarkan kesepakatan dalam MOU. Data ini diperoleh berdasarkan data sekunder berupa dokumen-dokumen resmi dan wawancara.


(40)

Bab IV : Kesimpulan dan Saran

Bab ini akan menjelaskan kesimpulan dari keseluruhan penelitian dan termasuk analisa yang didapat dari Bab III. Bab ini akan lebih menjelaskan secara inti dan merupakan rangkuman dari hasil penulisan skripsi.


(41)

25

Pendidikan Sesuai MOU dalam Kurun Waktu 2007-2012

Sister city memiliki sejarah yang cukup panjang, berkembang atas dasar ide

dari Presiden Eisenhower pada tahun 1960-an yang terjadi pada saat itu di Amerika Serikat, program tersebut memacu daerah-daerah di AS untuk melakukan kerjasama. Ide tersebut bertujuan untuk meningkatkan diplomasi antara masyarakat atau people

to people diplomacy. Ini mengakibatkan terbukanya pintu bagi masyarakat

internasional secara lebar untuk menjalin hubungan dengan masyarakat suatu daerah dalam sebuah Negara.48 Berubahnya sistem sentralisasi pemerintahan di Indonesia

menuju desentralisasi membuka peluang baru bagi pemerintahan daerah untuk ikut serta melaksanakan pembangunan di negara ini. Kebutuhan investasi, pertukaran informasi dan komunikasi, ilmu pengetahuan, teknologi, pengelolahan sumber daya alam, peningkatan perekonomian, peningkatan kesejahteraan sosial, serta pemecahan masalah-masalah perkotaan lainnya dilihat sebagai alasan pemerintah daerah untuk melakukan langkah-langkah kerjasama dan menjalin hubungan dengan negara-negara didunia.49Sister city mengalami perkembangan pesat di dunia hingga abad ke-21, pada

48 Perdana, Yosanta Putri. 2008. Faktor-faktor Penghambat Efektivitas Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota

Surabaya Melaksanakan Kerjasama Sister City dengan Seattle (1992-2007) diakses melalui Airlangga University Library pada 20 Juni 2010.

49 Stiglitz Joseph, 2003, Globalisasi dan Kegagalan Lembaga-Lembaga Keuangan Internasional, PT Ina

Publikatama, Jakarta, hal.12 di kutip oleh Jemmy Rumengan, “Perspektif Hukum dan Ekonomi atas Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah”, Jurnal Hukum Internasional, Vol 6, No.2, 2009, Hal.237.


(42)

umumnya dilatarbelakangi kesamaan karakteristik dan potensi kota/daerah.50 Potensi

yang telah dikembangkan oleh kota yang lebih maju akan ditransfer ke kota yang masih berpotensi berkembang dalam bidang yang sama. Salah satu syarat untuk menjalin relasi kemitraan adalah memiliki hubungan diplomasi yang baik antar kedua negara sebagai fasilitator kerjasama sister city.51

Kesamaan karakteristik yang dimiliki kota Surabaya dan Busan terutama dalam bidang pendidikan ini yang mendukung alasan pelaksanaan kerjasama sister

city kedua kota beda negara ini. Di kota Surabaya sarana dan prasarana pendidikan

meliputi tingkat pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Hampir di semua bidang ilmu pengetahuan dengan tingkat stratum dari akademi dan politeknik, dari S1, S2 hingga S3, dapat ditemukan di lembaga pendidikan di Surabaya. Pengembangan sebagai kota pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kualitas SDM yang ada.52

Sama dengan tingkat pendidikan di Busan, terlihat dari pengiriman delegasi pendidikan yang berasal dari pelajar tingkat sekolah menengah negeri dengan tujuan kunjungannya juga sekolah menengah negeri di Busan.53

Berdasarkan kesamaan sistem pendidikan tersebut, Surabaya dan Busan pun akhirnya melaksnakan kerjasama sister city yakni untuk sama-sama saling mengembangkan potensi dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia terutama melalui peningkatan kualitas pelajar, guru dan tim pengajar.

50 Septa Novasari Ginting. Ekonomi Politik Kerjasama Sister City Kabupaten Karo (Indonesia) Dan Kota Zundert

(Belanda) Tahun 2007-2012. Dalam [online]

repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/2817/1/jurnal%20oke.pdf diakses pada tanggal 8 July 2013.

51

Ibid.

52

Pendidikan dalam [online] http://www.surabaya.go.id/infokota/index.php?id=4 di akses pada tanggal 8 July 2013.


(43)

2.1 Desentralisasi Sister City Surabaya-Busan

Dalam pembahasan di atas telah disinggung sedikit mengenai sentralisasi pemerintah yang saat ini telah menjadi desentralisasi. Pengertian desentralisasi menurut Pasal 1 ayat (7) UU Nomor 32 Tahun 2004, diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.54

Selain itu peluang mengadakan kerjasama antar daerah dengan daerah di mancanegara semakin besar dengan landasan hukum Undang-undang nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri yang menyatakan bahwa pemerintah daerah adalah salah satu pelaku hubungan luar negeri.55 Demikian pula undang-undang nomor 24 tahun 2000

tentang Perjanjian Internasional yang mengisyaratkan bahwa pemerintah daerah bisa melakukan kerjasama dengan pihak luar negeri.56 Ada beberapa alasan mengapa

pemerintah perlu melaksanakan desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah. Alasan-alasan ini didasarkan pada kondisi ideal yang diinginkan, sekaligus memberikan landasan filosofis bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai sistem pemerintahan yang dianut Negara.

54 Yudoyono, Bambang. Desentralisasi dan pengembangan SDM aparatur pemda dan anggota DPRD. Jakarta,

Pustaka Sinar Harapan 2002 dalam [online] http://alsaindonesia.org/site/desentralisasi-dan-otonomi-daerah-dalam-negara-kesatuan-republik-indonesia/di akses pada tanggal 5 July 2013.

55 Biro Kerjasama Setda Provinsi DIY, Bunga Rampai Kerjasama Luar Negeri, Relevansi dan Keterbatasannya

(Yogyakarta: Biro Kerjasama Setda Provinsi DIY, 2006


(44)

Mengenai alasan-alasan ini Joseph Riwu Kaho menyatakan sebagai berikut:57

• Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnya menimbulkan tirani. Dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik untuk ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi.

• Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk mencapai pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat, pengurusannya diserahkan kepada daerah.

• Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat sepenuhnya dapat ditumpukan kepada kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya.

• Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerintahan daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu pembangunan tersebut.

Melalui proses ini maka desentralisasi diharapkan akan mampu meningkatkan penegakan hukum, meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemerintah dan sekaligus meningkatkan daya tanggap, transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah. Para

57 Josef Riwu Kaho, Prospek otonomi daerah di Negara Republik Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta 1991 dalam [online] http://alsaindonesia.org/site/desentralisasi-dan-otonomi-daerah-dalam-negara-kesatuan-republik-indonesia/ di akses pada tanggal 5 July 2013.


(45)

pakar menyimpulkan bahwa melalui desentralisasi tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan akan dapat memperoleh manfaat diantaranya efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas pemerintahan, memungkinkan melakukan inovasi, meningkatkan motivasi moral, komitmen dan produktivitas.58

Berdasarkan sudut kepentingan pembangunan ekonomi dari beberapa alasan yang telah dijabarkan diatas, desentralisasi sebagai salah satu faktor munculnya ide awal pelaksanaan sister city Surabaya-Busan ini semata-mata dikarenakan agar pemerintah daerah dapat secara langsung mengawasi perkembangan pembangunan daerah dalam berbagai bidang kerjasama yang disepakati.

2.2 Memorandum of Understanding/MOU Surabaya-Busan

Istilah memorandum of understanding berasal dari dua kata, yaitu

memorandum dan understanding. Secara gramatikal, memorandum of understanding

diartikan sebagai nota kesepahaman. Dalam Black’s Law Dictionary, yang dimaksud

memorandum adalah dasar untuk memulai penyusunan kontrak atau akta secara

formal pada masa datang.59 Yang dimaksud dengan understanding adalah pernyataan

persetujuan secara tidak langsung terhadap hubungannya dengan persetujuan lain, baik secara lisan maupun tertulis.60Dari pengertian kedua kata tersebut, dapat dirumuskan

pengertian : “Memorandum of understanding adalah dasar penyusunan kontrak pada

58

Yudoyono, Bambang. Desentralisasi dan pengembangan SDM aparatur pemda dan anggota DPRD. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan 2002 dalam [online] http://alsaindonesia.org/site/desentralisasi-dan-otonomi-daerah-dalam-negara-kesatuan-republik-indonesia/di akses pada tanggal 5 July 2013.

59 Black Henry Campbell, 2004:1005 dalam pdf Skripsi Rizky Paramitha. "Kekuatan Hukum Memorandum Of

Understanding Sebagai Suatu Akta Yang Dapat Dipertanggungjawabkan Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata." Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010. Hal.26-27.


(46)

masa datang yang didasarkan pada hasil permufakatan para pihak, baik secara tertulis maupun lisan”.61 Munir Fuady mengartikan memorandum of understanding sebagai

suatu perjanjian pendahuluan, dalam arti nantinya akan diikuti oleh dan akan dijabarkan dalam perjanjian lain yang mengaturnya lebih detail, karena itu dalam

memorandum of understanding hanya berisikan hal-hal yang pokok saja. Sedangkan

mengenai lain-lain aspek dari memorandum of understanding relatif sama dengan perjanjian perjanjian lainnya.62

Adapun yang merupakan ciri-ciri dari suatu MOU adalah sebagai berikut63:

a. Isinya ringkas, bahkan sering satu halaman . b. Berisikan hal yang pokok.

c. Hanya berisikan pendahuluan saja, yang akan diikuti oleh perjanjian lain yang lebih rinci.

d. Mempunyai jangka waktu berlakunya, misalnya 1 bulan, 6 bulan atau setahun. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak ditindaklanjuti dengan penandatanganan suatu perjanjian yang lebih rinci, maka MOU tersebut akan batal, kecuali diperpanjang dengan para pihak.

e. Biasanya dibuat dalam bentuk di bawah tangan saja tanpa adanya materai. f. Biasanya tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para pihak untuk

membuat suatu perjanjian yang lebih detil setelah penandatanganan MOU.

Sama seperti MOU Surabaya-Busan yang isinya sangat ringkas dan jelas, yakni hanya satu halaman, dengan enam pasal, tercantum enam bidang yang disepakati, 61 Salim H.S., 2007:46 dalam ibid.

62

Munir Fuady, 2002:91 dalam ibid..

63

Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku Keempat, PT. Citra Aditya Bakti Bandung 2002, (Selanjutnya disebut Munir Fuadi III), hal. 92


(47)

dan lima ketentuan dari kedua pihak. MOU ini berlaku selama lima tahun dan secara otomatis diperpanjang lima tahun selanjutnya, begitu seterusnya hingga kedua pihak menyatakan untuk berhenti melanjutkan perjanjian tersebut.

Kedudukan MOU ada dua macam yaitu64:

a. Tidak bersifat kontrak (Gentlement Agreement)

Teori yang mendukung adalah teori Holmes dimana disebutkan bahwa sanksi moral tidak berlaku dalam kontrak. Jadi dalam hal ini MOU yang mempunyai sanksi moral bukanlah suatu kontrak. Dan menurut asas dalam kontrak bahwa disebut kontrak apabila sifatnya sudah final. Jadi dalam hal ini MOU yang dalam materinya menyebutkan mengenai perlunya perjanjian lanjutan setelah penandatanganan MOU ini, maka MOU yang semacam ini bukanlah suatu kontrak, karena sifatnya tidak final.

b. Bersifat sebagai kontrak (Agreement is Agreement)

Ada pihak yang berpendapat bahwa sekali suatu perjanjian dibuat, apapun bentuknya. Lisan atau tertulis, pendek atau panjang, lengkap/ detil ataupun hanya diatur pokok-pokoknya saja, tetap dikatakan suatu perjanjian, dan karenanya mempunyai kekuatan hukum mengikat layaknya suatu perjanjian, sehingga seluruh ketentuan pasal-pasal tentang hukum perjanjian telah bisa diterapkan kepadanya. Dan menurut pendapat ini landasan yuridis yang tepat bagi penggunaan MOU adalah terdapat dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang artinya apapun yang dibuat sesuai kesepakatan kedua belah pihak, merupakan hukum yang berlaku baginya sehingga mengikat kedua belah pihak tersebut.


(48)

Selain itu menurut asas kebebasan berkontrak dan asas konsensual maka hal apa saja asalkan halal menurut hukum dan telah secara bebas disepakati maka berlaku suatu perjanjian atau jika diterapkan secara tertulis maka hal tersebut bisa dikatakan sebagai kontrak.65

Kerjasama sister city ini telah dimulai sejak penandatangan MOU pada tahun 1994 antara Walikota Surabaya (waktu itu) H.Sunarto Sumoprawiro dengan walikota Busan. Mengenai kekuatan mengikat dari MOU Surabaya-Busan ini hanya merupakan suatu ikatan moral yang tidak ada pengikatan juridis di antara para pihak, sehingga tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para pihak, akan tetapi para pihak dapat menindaklanjuti atau melaksanakan MOU dalam bentuk kontrak agar mempunyai kekuatan hukum mengikat.66

2.3 Rincian Isi Perjanjian MOU Surabaya-Busan

Berikut ini adalah rincian terkait isi perjanjian MOU Surabaya-Busan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Rahmasari (Staf Bagian Kerjasama Sister City Surabaya-Busan di Pemerintah Kota Surabaya) namun penulis juga melampirkan Tabel Isi MOU dalam lampiran 1.

Pasal yang pertama tertulis mengenai bidang-bidang yang disepakati. terdapat 6 bidang yang dikerjasamakan diantaranya (1). Pengembangan Pelabuhan, Busan sebagai kota terbesar kedua di Korea Selatan merupakan kota dengan pelabuhan

65 Munir Fuady I,Op.Cit., hal. 8

66 Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MOU), Salim H.S.,SH.,MS dalam

e-dokumen.kemenag.go.id. Kementerian Agama Republik Indonesia. Perbedaan Memorandum Of Understanding (MOU) dengan Kontrak dalam [online] http://e-dokumen.kemenag.go.id/view-320-perbedaan-antara-memorandum-of-understanding-mou-dengan-kontrak.html di akses pada tanggal 5 July 2013.


(49)

terbesar yang terletak di semenanjung Korea Selatan, karena letaknya yang dekat dengan lautan Pasifik secara historis Busan memiliki peran penting sebagai pintu masuk budaya dan perdagangan dari luar negeri. Sejak dibuka sebagai pelabuhan pada tahun 1876, Busan berkembang menjadi kota perdagangan, pusat industri perkapalan, dan merupakan kota wisata yang menjadi pintu gerbang untuk memasuki Korea Selatan.67 Inilah yang patut dicontoh dan dipelajari oleh Surabaya sebagai kota

terbesar kedua di Indonesia dengan pelabuhan yang besar dan juga strategi serta sebagai kota wisata, dalam rangka mengelola pelabuhan Tanjung Perak dengan baik sehingga dapat meningkatkan arus masuknya budaya, wisatawan dan perdagangan luar negeri ke Indonesia. Saat ini kerjasama di bidang pelabuhan kedua pemerintah kota adalah sedang memfasilitasi pembentukan kerjasama sister port antar pelabuhan kedua kota (Busan Port dengan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.);68

(2). Perdagangan dan Pengembangan Ekonomi, sejak kerjasama sister city kedua kota ini terjalin peningkatan neraca perdagangan kedua kota selalu mengalami peningkatan dari tahun-tahun, pada tahun 2005-2007, eksport ke Surabaya ke Korea mengalami peningkatan rata-rata sebesar 75%; (3). Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga, bidang pendidikan adalah yang menonjol dari kerjasama sister city kedua kota ini dengan saling bertukar informasi teknologi dan pengetahuan antar tim pengajar dan pelajar, di bidang kebudayaan pemuda dan olahraga kedua kota ini saling memperkenalkan budaya masing-masing kota seperti cross culuture dan global

67

Sister City dalam [online] http://www.surabaya.go.id/sistercity/ di akses pada tanggal 25 August 2013.

68

Data Hasil Kerjasama Sister City Surabaya-Busan. Sekretariat Jenderal Pusat Kerjasama Luar Negeri Pemerintah Kota Surabaya.


(50)

gathering;69 (4). Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Kota, pada bidang ini kedua kota

ini saling bertukar ide tentang menangani dan memelihara lingkungan dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi, terlebih mengingat kedua kota ini sama-sama kota terbesar kedua di negaranya masing-masing, serta mengendalikan laju pertumbuhan bangunan perumahan dan gedung perkantoran di dalam kota; (5). Transportasi dan Pariwisata, Surabaya yang tidak memiliki potensi alam untuk wisata lebih unggul dengan diferensisasi dalam memberikan kenyamanan, rasa aman dan kebersihan yang dimiliki kota tersebut untuk menarik wisatan domestik maupun asing, dan oleh Busan keunggulan tersebut mulai diterapkan begitu pula oleh Surabaya yang rencananya akan mengembangkan satu-satu potensi wisata alam pantai Kenjeran menjadi ”Kenjeran Park”;70 (6). Peningkatan Sumber Daya, dengan cara melakukan

pertukaran delegasi untuk meningkatkan SDM di masing-masing kota dalam mengelola SDA yang dimiliki.

Dalam pasal kedua tertulis bahwa mengadakan pengaturan-pengaturan sesuai dengan bidang kerjasama yang disepakati. Pengaturan-pengaturan yang dimaksudkan adalah pengaturan yang dibuat dan disepakati bersama untuk menertibkan pelaksana dalam pelaksanaan kegiatan kerjasama sesuai dengan kebutuhan dan bidang kerjasama yang dilaksanakan. Pengaturan-pengaturan tersebut telah diadakan dan dilaksanakan dibeberapa bidang seperti bidang pendidikan dan kebudayaan.71

69

Ibid.

70 Walikota : Keunggulan Pariwisata Surabaya Karena Diferensiasinya. Dalam [online]

http://id.berita.yahoo.com/wali-kota-keunggulan-pariwisata-surabaya-karena-diferensiasinya-172222615--finance.html di akses pada tanggal 25 August 2013

71 Hasil wawancara dengan Ibu Rismasari selaku Staf Bagian Kerjasama Sister City Surabaya-Busan, tanggal 19 Juli 2013 di Sekretariat Jenderal Pusat Kerjasama Luar Negeri Pemerintah Kota Surabaya


(51)

Di pasal ketiga tertulis bahwa pembentukan kelompok kerja yang akan mengusulkan kegiatan jangka pendek dan menengah. Yang dimaksudkan adalah kedua kelompok kerja akan bertemu setiap tahun. Jika pertemuan tidak dapat dilaksanakan maka dokumen-dokumen akan dipertukarkan sebagai pengganti pertemuan tersebut. Kelompok kerja yang dimaksudkan adalah tim yang dibentuk untuk mewakili kota masing-masing yang bertukar informasi dan berkoordinasi dalam pelaksanaan program kerjasama, dan dilaksanakan setiap tahun.72

Untuk mencegah terjadinya miss understanding dalam pasal keempat tertulis bahwa perbedaan-perbedaan yang timbul dalam penafsiran atau pelaksanaan MOU akan diselesaikan dengan cara persahabatan. Yang dimaksud adalah perbedaan pendapat atau pernyataan dalam penafsiran selama pelaksanaan kerjasama, namun hingga saat ini belum pernah terjadi atau timbul perbedaan tersebut dari masing-masing pihak.73

Pasal kelima tertulis bahwa MOU dapat diubah sesuai dengan persetujuan para pihak dan dilakukan tertulis. Sesuai dengan cirri-ciri MOU bahwa kesepakatan dan isi MOU dapat diubah oleh masing-masing pihak melalui kesepakatan bersama, akan tetapi hingga saat ini MOU Surabaya-Busan belum pernah dilakukan perubahan.74

Yang terakhir adalah Masa berlaku MOU selama lima tahun terhitung sejak ditandatanganinya MOU dan secara otomatis diperpanjang untuk lima tahun selanjutnya, kecuali bila dinyatakan berhenti oleh salah satu pihak dan harus diajukan tertulis enam bulan sebelumnya. Apabila MOU dihentikan, rencana yang sudah

72

Ibid.

73

Ibid.


(52)

disetujui oleh kedua pihak akan terus dilanjutkan sampai kegiatan kerjasama itu selesai dilaksanakan. Untuk pasal ini cukup jelas mengenai masa berlaku MOU Surabaya-Busan, dan hingga saat ini MOU tersebut masih berlaku dan kerjasama kedua kota masih terus berlangsung.75


(53)

37

Surabaya dengan Busan di Bidang Pendidikan

3.1 Data Hasil Kerjasama Sister City Surabaya-Busan di Bidang Pendidikan Tahun 2010-2012.

Berikut adalah tabel ringkasan hasil kerjasama Surabaya-Busan selama kurun waktu 2010-2012 dalam bidang Pendidikan, Kebudayaan dan Olahraga.76

Tabel 3.1 Hasil Kerjasama Sister City Surabaya-Busan 2010-2012

Dokumen yang ditandatangani

Memorandum of Understanding (MOU) 10 November 1994

Bidang Kerjasama (1). Pengembangan Pelabuhan; (2). Perdagangan dan Pengembangan Ekonomi; (3). Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga; (4). Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Kota; (5). Transportasi dan Pariwisata; (6). Peningkatan Sumber Daya;

Tahun 2007-2012 Bidang Pendidikan Kegiatan Tahun 2007 1. 8 -16 Juli 2007

Kunjungan Delegasi Pendidikan Kota Surabaya ke Kota Busan (kunjungan di beberapa sekolah serta pembahasan program kerja dengan Pemerintah Busan).

2 13-17 Desember 2007

Kunjungan Delegasi Pendidikan Kota Busan ke Kota Surabaya

76 Data Hasil Kerjasama Sister City Surabaya-Busan. Sekretariat Jenderal Pusat Kerjasama Luar Negeri Pemerintah Kota Surabaya.


(54)

Kegiatan Tahun 2008 1. Agustus 2008

Kunjungan Delegasi Pendidikan Kota Surabaya ke Kota Busan (kunjungan di beberapa sekolah serta pembahasan program kerja dengan Pemetrintah Busan)

2. 29 September–3 Oktober 2008

Partisipasi Kota Surabaya pada program Familiarization

Tour on Building A Strong Sisterhood Relationship di Kota

Busan

3. 20 Oktober–29 Oktober 2008

Kunjungan Delegasi Pendidikan Kota Surabaya ke Kota Busan (pelatihan/training bagi guru2 Kota Surabaya di bidang IT).

Kegiatan Tahun 2009 1. 29 Januari s/d 5 Pebruari 2009

Kunjungan delegasi Pendidikan Kota Busan ke Kota Surabaya.

2. 23 Nopember–3 Desember 2009

Kunjungan Delegasi Pendidikan Kota Surabaya ke Kota Busan (pelatihan/training bagi guru2 Kota Surabaya di bidang IT.

Kegiatan Tahun 2010 1. 28 Januari s/d 5 Pebruari 2010

Kunjungan delegasi Pendidikan Kota Busan ke Kota Surabaya.

Kegiatan Tahun 2011 1. 21-27 Pebruari 2011

Kunjungan delegasi Pendidikan Kota Busan ke Kota Surabaya dalam rangka melakukan program pertukaran pendidikan.

2. 17–30 Juli 2011

Kunjungan delegasi pendidikan Kota Surabaya ke Kota Busan dalam rangka melakukan program pertukaran pendidikan.

Kegiatan Tahun 2012 1. 18-25Pebruari2012

Kunjungan delegasi pendidikan Korea ke kota Surabaya dalam rangka melakukan program pertukaran pendidikan antara lain kegiatan kunjungan ke sekolah/ instansi dan pertemuan dengan Pemerintah Kota Surabaya.

2. 19-30 Juli 2012


(55)

Busan dalam rangka melakukan program pertukaran pendidikan.

Sumber : Bagian Kerjasama Sister City Surabaya-Busan di Sekretariat Jenderal Pusat Kerjasama Luar Negeri Pemerintah Kota Surabaya

Tertulis bahwa terdapat enam bidang kerjasama yang disepakati, akan tetapi dari keenam bidang tersebut hanya bidang Pendidikan bidang Peningkatan SDM dan IPTEK yang sampai hari ini aktif dilaksanakan oleh kedua pihak yakni kota Surabaya dan Busan. Bidang Pendidikan menjadi bidang kerjasama yang paling aktif karena adanya faktor kebutuhan dari masing-masing pihak untuk melakukan pertukaran delegasi pendidikan dalam rangka untuk saling bertukar informasi dalam bidang teknologi serta menambah wawasan pengetahuan.77

Dalam pertukaran delegasi pendidikan yang secara rutin tiap tahunnya dilaksanakan, pihak kota Surabaya dan Busan mengirimkan delegasi siswa dan guru. Kegiatan yang dilaksanakan selama mengikuti program tersebut antara lain adalah mengikuti proses belajar mengajar, pertunjukan kesenian budaya dari Kota Surabaya ke sekolah-sekolah, partisipasi pada kegiatan kebudayaan dan sosial, serta mengikuti program homestay. Hasil yang dicapai dalam program tersebut adalah peningkatan kualitas siswa dan guru tentang proses pembelajaran di Korea, penambahan wawasan tentang pendidikan beserta fasilitas-fasilitas yang dimilikinya dan budaya di Korea serta membangun jaringan antar sekolah atau universitas. Akan dilampirkan Laporan Perjalanan Dinas Delegasi Pendidikan Kota Surabaya Tahun 2012 Ke Kota Busan.

77 Hasil wawancara dengan Ibu Rismasari selaku Staf Bagian Kerjasama Sister City Surabaya-Busan, tanggal 19 Juli 2013 di Sekretariat Jenderal Pusat Kerjasama Luar Negeri Pemerintah Kota Surabaya.


(56)

Selain memberikan pengalaman untuk membuka wawasan bagi siswa dan guru, mereka juga diberikan kesempatan untuk mempelajari seni dan budaya kota tersebut sekaligus. Dalam pertukaran budaya, kedua kota secara rutin tiap tahun aktif berpartisipasi dalam event budaya seperti Cross Culture di kota Surabaya dan Global

Gathering di kota Busan. Program ini sangat bermanfaat untuk mempromosikan

budaya dan kesenian masing-masing kota pada tingkat internasional karena pada setiap event diikuti oleh kota-kota dari beberapa Negara.78

Dalam bidang peningkatan SDM dan Iptek telah dilakukan program kerjasama dalam bidang pelatihan penyelenggaraan seminar yang membantu mengembangkan kemampuan skill para peserta dari kedua pihak.79

Laporan Perjalanan Dinas Delegasi Pendidikan Kota Surabaya Tahun 2012 Ke Kota Busan dapat dilihat dilampiran..

3.2 Analisis Data

Desentralisasi telah membawa perubahan nyata bagi masyarakat internasional dalam penerapannya di beberapa kota dalam suatu Negara. Yakni dengan munculnya kerjasama kota kembar atau biasa disebut sister city. Telah banyak prakteknya di beberapa kota besar maupun kecil di Indonesia dengan didukung landasan hukum yang ada di Indonesia diantaranya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri80 dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang

78 Ibid. 79 Ibid.

80 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri dalam [online] www.deptan.go.id/kln/daftar_phln/UU%201999%20No%2037%20ttg%20Hubungan%20Internasional.pdf. di akses pada tanggal 25 August 2013.


(57)

Perjanjian Internasional.81 Prakteknya di Indonesia telah banyak contohnya

diantaranya DKI Jakarta dengan Tokyo (Jepang), Surakarta dengan Montana (Republik Bulgaria), DIY Yogyakarta dengan Kyoto (Jepang), Baubau dengan Seoul (Korea Selatan), Semarang dengan Brisbane (Australia). Sedangkan untuk kerjasama

sister city kota Surabaya dengan beberapa kota di Negara-negara lain diantaranya

Surabaya dengan Kochi (Jepang), Xiamen (China), Seattle (USA), Guangzhou (China), Marseille (Perancis), Varna (Bulgaria), dst.82

Kemunculan sister city yang di awali di negara Amerika yang kemudian tersebar didunia internasional membawa titik terang bagi negara-negara berkembang untuk membuka peluang terjalinnya kerjasama antar kota dengan negara lain. Kerjasama tersebut belum cukup tanpa adanya dukungan dari pemerintahan suatu negara. Maka itu diperlukan kebijakan pemerintah pusat melalui desentralisasi yang memberikan kewenangan dan tanggung jawab dalam menangani segala urusan pembangunan sebuah daerah atau kota kepada pemerintah daerah. Peran pemerintah dalam memberikan kebijakan sangat penting, karena tanpa adanya kebijakan pemerintah daerah yang berhak untuk memutuskan melaksanakan kerjasama sister city maka kerjasama sister city antara kota Surabaya dan Busan tidak akan terjalin. Sesuai dengan level analisis sub-nasional menurut David J. Singer yang menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan dalam interaksi hubungan internasional maka diperlukan

81 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Perjanjian Internasional dalam [online] http://www.pu.go.id/satminkal/itjen/lama/hukum/uu24-00.htm di akses pada tanggal 25 August 2013.

82 Data Kerjasama Sister City Surabaya. Sekretariat Jenderal Pusat Kerjasama Luar Negeri Pemerintah Kota Surabaya


(58)

atribut nasional berupa sikap negara dalam membuat keputusan.83 Yang dimaksud

sikap negara dalam penelitian ini adalah sikap pemerintah daerah dalam memutuskan melaksanakan kerjasama sister city dan memilih berkerjasama dengan Busan. Tentu saja pemilihan kota yang dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya bukanlah sembarangan dalam artian tidak beralasan seperti yang ditulis Zelinsky dalam bukunya bahwa bahwa pilihan negara dan masyarakat tertentu dalam program sister city bukanlah proses acak, melainkan berdasarkan sejarah kota, keprihatinan bersama, nama tempat yang mirip atau identik, semua memainkan peran yang berarti,84

melainkan karena kedua kota tersebut memiliki beberapa kesamaan yang membuat kedua kota ini memiliki suatu hubungan yang sangat erat. Diantaranya kesamaan kedudukan dan status kesamaan administrasi, yakni sebagai kota terbesar kedua di Negara-nya dan sama-sama dipimpin oleh walikota sehingga dalam kedudukannya tidak ada yang lebih tinggi ataupun sebaliknya.85 Juga adanya kesamaan karakteristik,

yakni sama-sama merupakan kota dengan pelabuhan terbesar kedua dinegaranya, kota metropolitan, kota budaya, kota industri dan kota pariwisata.86 Kesamaan-kesamaan

tersebut yang menciptakan suasana kondusif diantara kedua kota Surabaya dan Busan dalam memutuskan untuk melaksanakan kerjasama sister city. Terlebih dalam bidang pendidikan, kedua kota tersebut sangat antusias dengan melaksanakan pertukaran delegasi pendidikan tiap tahunnya karena kedua kota memiliki kesamaan dalam

83 David J. Singer. “The Level of Analysis Problem in International Relations” dalamWorld Politics. Vol.14.No. 1, 1961, hal. 77-92.

84 Zelinsky, “The Twinning of the World: Sister Cities in Geographic and Historic Perspective,” h.1dalam Asuka

Ogawa “Sister City As Preservation Strategy” tahun 2012.

85 Situs Resmi Pemerintah Kota Surabaya “Sister City”dalam online http://www.surabaya.go.id/sistercity/ di akses pada tanggal 13 April 2013


(59)

tingkat pendidikan, yakni sama-sama memiliki sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah ke atas dan perguruan tinggi/universitas. Kesamaan tersebut yang membuat kedua kota lebih leluasa dalam melaksanakan kerjasamanya di bidang pendidikan.

Belum cukup sampai pada kesamaan kedua kota, kerjasama sister city ini juga didukung oleh teori kerjasama antar daerah antar Negara yang menurut Patterson adalah kesepakatan antar dua pemerintah daerah dari negara yang berbeda dalam rangka merealisasikan tujuan bersama, menyediakan layanan atau menyelesaikan persoalan yang sama.87 Dengan dua motivasi utama kerjasama antar daerah tersebut

menjadi sangat penting untuk dilakukan, yang pertama adalah untuk menghindari terjadinya eksternalitas atau kemungkinan terjadinya perkembangan pesat suatu kota yang akan berdampak pada kota lain,88 seperti di kota Surabaya yang sebagai kota

terbesar kedua di Indonesia, perkembangaannya terbilang pesat mengingat kota Surabaya adalah kota dengan pelabuhan terbesar kedua di Indonesia yang berarti memiliki tingkat perdagangan yang padat, juga sebagai kota pariwisata serta kota dengan padat penduduk. Yang kedua adalah kesadaran akan kekurangan sumber daya alam maupun sumber daya manusia sehingga menjalin kerjasama antar daerah akan membawa keuntungan jika saling memanfaatkan dan mengembangkan potensi secara bersama sehingga dapat saling menutupi kekurangan kota masing-masing.89

Begitupula yang terjadi dengan pemerintah kota Surabaya dan Busan, ketika dalam

87 Patterson, D.A. 2008. Intergovernmental Cooperation. Albany, NY: New York State Department of State Division of Local Government Services. Warsono, H. 2009. Regionalisasi dan Manajemen Kerjasama Antar Daerah (Studi Kasus Dinamika Kerjasama Antar Daerah yang Berdekatan di Jawa Tengah). Ringkasan Disertasi, UGM.

88 Ibid. 89 Ibid.


(60)

bidang pendidikan kota Busan memiliki keunggulan, itu akan menjadi sesuatu yang akan dibagikan kepada kota Surabaya melalui pertukaran delegasi, begitupula sebaliknya. Ditambah dengan kesamaan karakteristik kedua kota ini sepakat menjalin kerjasama untuk kesejahteraan masyarakat dengan mengontrol laju perkembangan pembangunan ekonomi dan pertambahan penduduk kota, serta saling bertukar wawasan pengetahuan, pendidikan dan budaya masing-masing.

Untuk itu dibutuhkan sebuah kesepakatan bersama oleh pemerintah daerah melalui kebijakannya untuk melengkapi kerjasama sister city Surabaya-Busan, yakni ini dibuatnya kesepakatan dalam sebuah perjanjian yang dibuat dengan posisi yang setingkat dan seimbang untuk mencapai tujuan bersama yang disebut Memorandum of

Understanding atau biasa disingkat MOU. Isinya sangat ringkas dan jelas, hanya berisi

enam pasal, yang ditandatangani oleh walikota Surabaya dan Busan pada tanggal 10 November tahun 1994 dan berlaku lima tahun stelah penandatanganan tersebut yaitu tahun 2006 hingga sekarang.

Adapun tujuan dari kerjasama sister city Surabaya-Busan adalah (1).

Menjalin hubungan persahabatan dan kerjasama yang harmonis antara

penduduk kedua kota; (2). Meningkatkan kerjasama dalam bidang-bidang yang

disepakati bersama; dan (3). Saling bertukar informasi dari kedua kota.90

Berdasarkan pencapaian tujuan tersebut implementasi kebijakan pemerintah kota Surabaya dalam melaksanakan kerjasama sister city dengan Busan di bidang pendidikan. Maka melalui data hasil wawancara penulis (dilampirkan dalam Lampiran

90Hasil wawancara dengan Ibu Rahmasari selaku Staf Bagian Kerjasama Sister City Surabaya-Busan pada tanggal 19 Juli 2013 di Sekretariat Jenderal Pusat Kerjasama Luar Negeri Pemerintah Kota Surabaya.


(1)

GYEOGJU NATIONAL MUSEUM

Mengunjungi Museum Nasional Gyeogju

BFIA

(Disambut oleh Sekertaris Umum BFIA, David Kim)


(2)

Lampiran 4

NURIMARU APEC HOUSE

Foto bersama di Nurimaru APEC House

ASIAN YOUTH EDUCATION FORUM 2012


(3)

Belajar tarian Korea

Penampilan tari “Lenggang Surabaya”


(4)

Lampiran 4

Menampilkan yel-yel dengan baju Batik

Mempresentasikan diskusi kelompok

dan satu kostum Silat

LG Sciense Center

Siswi mencoba mengoperasikan

Berfoto bersama salah satu media interaktif

salah satu media interaktif


(5)

Presentasi tentang kota Surabaya

Berbaur dengan murid murid di Haegang High School

Menyanyikan lagu Korea bersama

Memberikan Cinderamata dari Surabaya


(6)

Lampiran 4

Pemberian Cinderamata dari

Pemberian Cinderamata dari Surabaya

Dong-A University

NATIONAL MARITIME MUSEUM