Peningkatan Kinerja Laktasi Sapi Bali (Bibos banteng ) Beranak Pertama Melalui Perbaikan Mutu Pakan

MILK PRODUCTION PERFORMANCE OF FIRST LACTATION
BALI COWS (Bibos banteng) FED IMPROVED DJETS
ABSTRACT
Supervised by Djokowoej o Sastradipradja as chairman of Dissertation Committee,
Toha Sutardi, Reviany Widjajakusuma, H. Soehadji and
Wasmen Manalu as member of committee.
A study was conducted to improve milk production performance of first
lactating Bali cows through better quality of rations during a period of 16 weeks
immediately after calving. Twelve lactating cows (initial BW 263.79 f 21.66 kg) were
randomly assigned into 4 dietary treatment groups : A, B, C, and D, and 3 blocks as
replicates where each replicate was represented by a single cow. The rations consisted
of locally available feed stuffs offered a d libitum. The cows were accustomed to the diet
since 2 months prior to calving. Diet A contained 70% elephant grass (PP, Pennisetum
purpureum) plus 30% Gliricidia sepia leaves (GS), B was 30% PP plus 25% GS
supplemented with 15% Hibiscus tilliacius leaves (HT, defaunating effect), C was 75%
B plus 25% concentrate, and diet D was C supplemented with 0.006% zinc acetate.
Results indicated that quality of ration improved nrminal total VFA
concentration, increments being 52 to 65% for diets B, C and D as compared to A, with
increments of acetate by 31 to 48% while propionate being proportionally doubled.
Similarly, ammonia concentrations increased to 5.24 - 7.07 mM meeting the requirement
for minimal microbial growth. Feed quality did not affect ME intake and heat production

(HP), but increased GE, energy in milk and total retained energy (RE,-I) in the body
tissues and milk. Intake and retained-protein in the body tissues and milk (Rprot) were
all elevated by the quality of ration. Milk production was increased markedly with mean
values reaching 2.085 kg/d (D) versus 0.92 kgld (A). Milk fat and protein of Bali cows
were relatively high with average of 7.98% and 5.04%, respectively. Relatively high
milk yield was maintained longer for D as compared to the other groups. Body condition
was not affected by lactation. From the relationship RE,Oml MJ/d) = 12.79 - 0.373 ME
$5
.d. Requirement of energy
(MJ/d); (r = 0.73), it was found that
= 0.53 MJ/kgw
to support milk production ranging from 0.5 to 3.0 kg/d follows the equation: W l k
Prod. (kg/d) = [-2.61 + 0.069 (ME - REw
MJ/d; (r = 0.73). The requirement for
protein intake for maintenance (K) equal 6.19 g/kgWd75.d derived fiom the
relationship R P = -47.45 + 0.12 IP; (r = 0.74, n = 9). Equation for protein requirement
for lactation is Q,! = [Q,,)(%protein in milk) (Im,)]/lOO, where Q,1 is g protein required
for lactation, Q,, is daily milk yleld, Bali cows milk-protein content av. 5.04% and I,
is metabolic increament for milk production
= 1.46). Superior quality

diets improved secretory performance of the mammary gland based on uptake data and
of mammary blood flow (liters) required to synthesize I kg milk, being 1540 (A) vs 968
(D), and nutrient uptakes with values for D vs A being 12.03 vs 8.28 g h for glucose,
12.98 vs 5.91 g h for triglyceride and 1130 vs 850 mMih for acetate. Milk yield of the
first lactation Bali cows may exceed the requirement of the calf when fed improved
rations with adequate CP and energy plus micro-nutrients.

SUKARINI. Peningkatan Kinerja Laktasi Sapi Bali Beranak Pertama Melalui
Perbaikan Mutu Pakan (dibimbing oleh DJOKOWOERJO SASTRADPRAJA
sebagai Ketua, TOHA SUTARDI, REVIANY W I D J A J A K U S W , H. SOEHADJI
dan WASMEN MANALU sebagai anggota).
Sapi Bali (Bibosbanreng) adalah salah satu jenis ternak potong asli Indonesia
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber plasma nutfah untuk pengembangan sapi
potong di Indonesia. Hal ini mengingat sapi Bali memiliki beberapa keunggulan
dibanding jenis sapi lain (yang ada di Indonesia) yaitu antara lain tingkat reproduksi
yang tinggi, nilai karkas yang tinggi, serta adaptif terhadap lingkungan tropis. Dengan
terjadinya seleksi negatif secara term menerus, belum intensifiya pelaksanaan
inseminasi buatan. serta pakan bennutu rendah mengakibatkan produktivitas sapi Bali
semakin menurun.
Menurunnya produktivitas sapi Bali yang ditunjukkan oleh ukuran dan bobot

tubuh yang semakin mengecil, bobot lahir pedet rendah dengan mortalitas relatif
tinggi karena diperkirakan produksi susu induk rendah sehingga tidak mencukupi
kebutuhan anaknya. Fenomena di atas tidak terlepas dari sistem perneliharaan yang
hanya bertumpu pada rumput lokal (Wadisional), di mana kandungan serat k a s a ~
tinggi serta kadar protein kasar rendah dan defisien mineral seng. Kondisi nutrien ini
tidak mampu memacu mikroba rumen clan aktivitasnya dalam merombak pakan
sehingga nutrien yang tercerna rendah yang mengakibatkan pasokan nutrien untuk
kebutuhan fisiologis ternak belum terpenuhi. Mengingat pola makan sapi Bali adalah
lebih bersifat peramban meka kebutuhan akan nutrien terutama protein, lebih tingg
dibandingkan sapi jenis lain. Di samping itu morfologi rumen sapi Bali diperkirakan
relatif kecil sehingga menuntut nutrisi yang lebih bermutu. Terlebih lagi pada sapi
yang sedang laktasi di mana aktivitas metabolisme kelenjar ambing yang tinggi
memerlukan pasokan nutrien yang cukup tinggi untuk sintesis produksi susu. Apabila
kondisi ini berlangsung lama maka akan berdampak negatif baik pa& kondisi induk

maupun p e r t u m b b n pedetnya. Oieh karena itu salah satu upaya peningkatan
produktivitas sapi Bali laktasi adalah dengan melakukan perbaikan mutu pakan.
Penggunaan leguminosa baik

semak rnaupun pohon, konsentrat dan


suplementasi mineral Zn dapat dilakukan sebagai langkah perbaikan mutu pakan,
agar tercipta ekologi rumen yang kondusif untuk meningkatkan produk fermentasi
m e n sehingga pasokan nutrien ke organ ambing akan meningkat yang pada
gilirannya meningkatkan produksi susu yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan
pertumbuhan pedet.
Percobaan dilakukan selama 16 minggu masa laktasi pada 12 ekor sapi Bali
laktasi pertarna dengan rataan bobot tubuh 263.79 f 21.66 kg. Percobaan in vivo
dilakukan pada kandang milik Dinas Peternakan Propinsi Dati I Bdi di Desa Buruan,
Gianyar, Bali. Sedangkan pengamatan laboratorium dilakukan di Laboratorium
Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Udayana (UNUD),
Laboratorium Analitik UNUD Bukit, Jimbaran, Denpasar dan Laboratorium Fisiologi
F M IPB Bogor.

Perbaikan mutu pakan pada sapi Bali laktasi berorientasi pada ketersediaan

dan potensi pakan lokal seperti 1 ) hijauan meliputi : rumput gajah (Pennisetum
purpureum), gamal (Gliricidia sepium) dan waru (Hibiscus tilliacius); 2) konsentrat
meliputi dedak padi, bungkil kelapa, minyak jagung, gararn, super kalmiks, amonium
sulfat dan seng asetat. Bahan-bahan ini disusun sesuai dengan ransum perlakuan


untuk sapi Bali laktasi dengan kandungan TDN

=

58-66%, protein kasar

=

12-17%

dan Zn = 18-60 m g k g .
Rancangan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak yang
terdiri atas empat ransum perlakuan dan tiga blok sebagai ulangan dengan satu ekor
sapi pada setiap unit percobaan dengan pemblokkan sapi berdasarkan perbedaan
bobot tubuh. Adapun keempat ransum perlakuan tersebut adalah A
gajah + 30% gamal (Ransum hijauan konvensional), B

=


=

70% rumput

30% rumput gajah + 55%

gamal + 15% waru (Ransum hijauan dengan leguminosa semak/pohon), C
ransum B + 25% konsentrat, dan D

= ransum

=

75%

C disuplementasi 60 mg/kg Zn asetat.

Sebelum percobaan dimulai ke 12 ekor sapi telah diadaptasikan selama 2 bulan

sebelum melahirkan terhadap perbaikan mutu pakan yang akan dicobakan baik

komponen hijauan maupun konsentrat.
Peubah yang diamati yaitu konsumsi nutrien, produk metabolisme rumen,
pembahan bobot tubuh dan komposisi tubuh, produksi dan komposisi susu,
keseimbangan energi clan nitrogen, kinetika glukosa, laju alir darah dan serapan
nutrien kelenjar ambing. Data yang dlperoleh dianalisis dengan sidik ragam, serta
pengujian antar perlakuan menggunakan uji jarak berganda dari Duncan. Persamaan
model matematis yang berkaitan dengan variabel-variabel yang diukur ditentukan
dengan analisis regresi menggunakan Lotus 123.
Konsumsi bahan kering ransum A, B, C dan D hampir sama yaitu berkisar
antara 86.52 dan 97.43 g/kg@75.h (5.68 dan 6.19 kg/ek/h) ini menunjukkan bahwa
ransum perlakuan belum mempengaruhi selera makan sapi. Konsumsi protein, lemak
dan energi meningkat secara nyata pa& kelompok sapi yang diberi perbaikan mutu
pakan. Respon yang cukup baik terhadap konsumsi dengan perbaikan mutu pakan

j uga didukung oleh produksi fermentasi rumen yang mencerminkan adanya perbaikan

dalam penerimaan pakan. Perbaikan mutu pakan meningkatkan konsentrasi VFA
total. yaitu 52-65% untuk ransum B, C dan D dibanding dengan ransum A dengan
peningkatan asetat sebesar 3 1-38% sementara propionat hampir dua kali (100-1 28%).
Konsentrasi amonia pada ransum B, C dan D yaitu 5.24-7.07 mM yang mana telah

memenuhi kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan minimal mikroba rumen.
Perbaikan mutu pakan tidak mempengaruhi konsumsi energi termetabolis
(ME) dan produksi panas (PP) tetapi meningkatkan konsumsi energi (GE), energi
pada susu dan energ total yang teretensi (REtoml)pada jaringan tubuh clan susu.
Konsumsi dan protein teretensi pada jaringan tubuh dan susu (RPFOt-)meningkat
dengan perbaikan pakan. Produksi susu juga meningkat secara nyata dengan produksi
tertinggi 2.085 k g h (D) dibandingkan dengan 0.92 k g h (A). Kandungan protein dan
lemak sapi Bali relatif tinggi dengan nilai rataan masing-masing 5.04% clan 7.98%.
Kondisi tubuh tidak banyak mengalami perubahan selama laktasi. Dari hubungan
antara
-

(MJ/h) dengan ME ( M A ) diperoleh persamaan REtota~
(MJ/h) = 12.79

0.373 ME (M.J/h)

r

=


0.73 diperoleh ME hidup pokok m)
= 0.53 M J I I C ~ ~ ~ ~ ~ . ~ .

Kebutuhan energi untuk mendukung produksi susu antara 0.5 - 3.0 kglh menskuti
persamaan PS (kglh)

=

[-2.61 + 0.069 ( I V ~ E - R E , ~ MJ/h
~~)] r

protein untuk hidup pokok (IP,)

=

[(Q,,)

= 0.79


n

= 9).

Kebutuhan protein untuk laktasi

(%protein susu) (Imp)]/lOO di rnana Qd adalah protein yang

dibutuhkan untuk laktasi, Q,,
Bali rata-rata 5.04% dan I,
(rnlaktas,m =

0.73. Kebutuhan

setara dengan 6.19 g/kgw75.h diperoleh dari

persamaan RP = -47.45 + 0.12 IP (r
adalah Qd

=


adalah rataan produksi susu harian, % protein susu sapi
merupakan peningkatan metabolik untuk produksi susu

1.46).

Perbaikan mutu pakan meningkatkan fungsi sel-sel kelenjar ambing
berdasarkan data serapan nutrien d m rasio laju alir darah (liter) yang dibutuhkan
untuk mensintesis 1 kg susu masing-masing 1540 (A) vs 968 (D). Serapan nutrien
untuk glukosa sebesar 12.03 (D)

clan 8.28 g/h (A), 12.98 vs 5.91 g/h untuk

trigliserida dan 1130 vs 850 mM/h untuk asetat. Produksi susu sapi Bali dapat
ditingkatkan dengan pemberian mutu pakan yang Iebih baik terutama dengan
pemberian ransum hijauan dengan suplementasi konsentrat dan mineral Zn (D) yang
mana dapat meningkatkan produk fermentasi m e n , serapan nutrien dan akhirnya
produksi susu sehingga perturnbuhan pedet dapat ditingkatkan.

PENINGKATAN KINERJA LAKTASI SAP1 BALI
(Bibos banteng) BERANAK PERTAMA MELALUI
PERBAIKAN MUTU PAKAN

Oleh :

IDA AYU MADE SUKARINI

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk
MemperoIeh gelar doktor pada Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000

Judul Disertasi

: Peningkatan Kinerja Laktasi Sapi Bali (Bibos banteng)

Beranak Pertama Melalui Perbaikan Mutu Pakan
Nama Mahasiswa

: Ida Ayu Made Sukarini

Nomor Pokok

: 94547 / 310

F-",

\

Prof. Dr. Diokowoerio S a s t r a d i ~ r a d i a
Anggota

Prof. Dr. Toha Sutardi

Dr. Drh. H. Soehadii

Anggota

Anggota

./7 c)

Prof. Dr. Revianv Widiaiakusuma

2. Ketua Program Studi Biologi

-7Dr. Ir. Dede Setiadi. MS

Lulus Ujian Doktor pada : 27 Juli 2000

w

Dr. Wasmen Manalu

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Desa Banjar, Singaraja

-

Bali pada tanggal 3

September 1948, anak kedua dari lima bersaudara, dengan Ibu bernama Jero Made
Wanasari dan Ayah Bikhu Girirakito Mahatera (almarhum). Pendidikan Sekolah
Dasar di selesaikan di SD Negeri 1 Singaraja pada tahun 1960. Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di selesaikan di SMP Negeri 2 Singaraja pada tahun 1963, dan
pendidikan Sekolah Menengah Atas di selesaikan di SMA Negeri 1 Singaraja Bali
pada tahun 1966.
Pada tahun 1967 penulis diterima sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Hewan d m Petemakan (FKHP) Universitas Udayana (UNUD) Denpasar - Bali, dan
lulus sebagai Sarjana Peternakan pada tahun 1976. Selanjutnya pada tahun 1981
penulis melanjutkan pendidikan S2 yaitu Master of Agriculture (M.Agr) dalam bidang
Iimu Ternak / Daily Husbandry pada Sydney University di Australia dan selesai pa&

tahun 1983. Pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidkan Sg (Doktor) pada
Program Pascasarjana IPB dengan bantuan biaya &ri

Program Woman In

Development (WID) dari Proyek Kerjasama Indonesia Australia (IAEUP). Sejak
tahun 1978 penulis magang di Laboratonurn Histologi dan tahun 1980 diangkat
menjadi Staf Pengajar pada Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Petemakan Unud
Denpasar-Bali. Sejak tahun 1990

-

1993 penulis membantu di Staf Dekan dalam

Bidang Administrasi sebagai Pembantu Dekan 11.
Penulis m e ~ k a hdengan Ida Bagus Putra Arnbara dan dikaruniai dm orang
putri masing-masing Ida Ayu Kema Dewi dan Ida Ayu Paramitha Sari.

UCAPAN TERIlMA KASLR

Puji syukur penulis haturkan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang
Maha Kuasa atas asung kertha wara nugraha-Nya, sehingga penelitian dan penulisan
disertasi yang bejudul "Peningkatan Kinej a Laktasi Sapi Bali (Bibos banten@ Beranak
Pertama Melalui Perbaikan Mutu Pakan" dapat diselesaikan.
Melalui kesernpatan ini penulis menyarnpaikan rasa terima kasih yang tulus
kepada Prof. Dr. Djokowoerjo Sastradipradja sebagai Ketua Komisi Pembimbing ;Prof.
Dr. Toha Sutardi, M.Sc. ; Dr. Drh. H. Soehadji ;Prof. Dr. Reviany Widjajakusuma dan
Dr. Wasmen Manalu sebagai Anggota Komisi Pembimbing, atas p e n m a n , birnbingan
dan motivasinya selarna penulis melakukan penelitian dan penyelesaian penulisan
disertasi.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Institut Pertanian Bogor

(IPB) dan Direktur Program Pascasarjana IPS atas kesempatan yang diberikan untuk
mengikuti Studi Program Doktor. Kepada Rektor Universitas Udayana (UNUD) dan
Dekan Fakultas Petemakan (Fapet) UNUD disampaikan terima kasih atas ijin
melanjutkan Studi Doktor dan bantuan dana penelitian. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Direktur L4EUP Indonesia Australia Eastern Universities
Project melalui Program Woman In Development yang membiayai penulis selama studi
di Program Pascasarjana IPB.
Kepada Kepala Dinas Peternakan Tingkat I Propinsi Bali, Pimpinan P j Bali,
dan Bupati Kepala Daerah Tingkat 11 Kabupaten Badung, disampaikan terima kasih atas
segala bantuan yang diberikan selama penelitian berlangsung. Selanjutnya ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Laboratoriurn Nutrisi dan Makanan

Temak, Fapet UNUD dan Staf serta Kepala Laboratorium Analitik UNUD dan Staf dan
Kepala Laboratorium Ilmu Ternak Perah serta Staf atas segala bantuan dan
kejasamanya

selama penulis menganalisis sampel, sehingga disertasi ini dapat

diselesaikan.
Terima kasih banyak penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Sentana Putra, MS ;Dr.
Ir. I. G. Mahardika, MS ;Drh. I. G. A. Artha Putra, MS ; Dr. Ir. I. Kt. Saka, IvL4gr.S ;Ir.
A. A. K. Buhartha; Ir. I. G. L. Oka Cakra, MS ;Ir. N. K. Siti, MS ; Ir. Kt. Suriasih,

MApp.Sc dan teman-teman lain serta semua pihak atas bantuan dan kerjasama yang
kompak dalam pelaksanaan penelitian ini baik di lapangan, Laboratorium, &lam
pengolahan data serta diskusi-diskusi yang bermanfaat sehingga disertasi ini bisa
diselesaikan. MeIalui kesempatan ini pula terima kasih yang sangat &lam kepada "guru
spritual" Sister Janaki yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan moril
selarna proses studi ini.
Akhimya kepada keluarga yang tercinta, orang tua, mertua, suami, anak-anak,
kakak-adik, ipar penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan penghargaan atas
pengertian, perhatian dan doa restunya, sehingga penulis &pat menyelesaikan studi ini
dengan baik.

Bogor,

Juli 2000

Penulis,

DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................

Halaman
...
v111
x
xi

PENDAHULUAN .....................................................................................................
Latar Belakang .................................................................................................
Hipotesis ...........................................................................................................
. .
Tujuan Penel~t~an
.............................................................................................
. .
.......................................................................................
Kegunaan Penel~t~an
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................
Asal Usul Sapi Bali dan Perkembangannya di Indonesia ................................
Pencemaan dan Metabolisme Nutrien pada Ruminansia ................... .
.
........
Produksi Susu dan Kebutuhan Nutrisi Sapi Laktasi .........................................
Partisi Nutnen d m Adaptasi Metabolik pada Sapi Laktasi .............................
Laju Alir Darah dan Serapan Nutrien Kelenjar Ambing .................................
Metabolisme Kelenjar Arnbing .......................................................................
Struktur dan Fungsi Sel-sel Epithel Kelenjar Ambing ............................
Metabolisme Energi ..............................................................................
Biosintesis Komponen-komponen Susu .................................................
Pengaruh Keragaman Hijauan Makanan Temak terhadap
. .
Produkt~vitasTemak ........................................................................................
Pengaruh Konsentrat terhadap Produkhvitas Temak ......................................
Pengaruh Defaunasi dan Reduksi Emisi Metan terhadap
. .
Produktlvltas Temak ........................................................................................
Pengaruh Suplementasi Sulfur dan Seng terhadap
. .
Produkt~vltasTemak ........................................................................................

MATERI DAN METODE ........................................................................................
Lokasi dan Lama Percobaan ............................................................................
Temak Percobaan ............................................................................................
Kandang dan Peralatan ....................................................................................
Ransum Percobaan ..........................................................................................
Rancangan Percobaan .....................................................................................
Peubah
yang Diamati .......................................................................................
. .
Anahs~s
Data ...................................................................................................

1
1
5
6
6

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................
Kinerja Tubuh (Tingkat Organisme) Menyeluruh............................................
Konsumsi Bahan Kering dan Nutrien ...................................................
Parameter Metabolisme Rumen ..............................................................
Kmerja Sapi Selama LaMasi dan Komposisi Tubuhnya .........................
Produksi dan Komposisi Susu .................................................................
Keseimbangan Bnergi dan Nitrogen ......................................................
Metabolisme Beberapa Nutrien Utama dan Kinerja Ambing .........................
Kinetika Giukosa Sapi Bali .....................................................................
Perhitungan Kebutuhan Glukosa untuk Produksi Susu..........................
Laju Alir Darah dan Serapan Nutrien Kelenjar Ambing.........................

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................
Kesimpulan ......................................................................................................
Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
LAMPIRAN ..............................................................................................................

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul Tabel

Halaman

I. Beberapa adaptasi metabolik berkaitan dengan fenomena laktasi ... ........... . ...

21

2. Komposisi bahan makanan dan nutrien (%) pada ransum
sapi Bali laktasi ..................................................................................

45

3. Konsumsi bahan kering dan nutrien pada sapi yang
diberi ransum berbeda ..........................................................................

72

4. Parameter metabolisme rumen pada sap1 yang diberi ransurn berbeda.. .... . . ....

74

5. Kinerja sapi (induk) yang diberi ransum berbeda selarna
16 minggu laktasi ........ ......... ....................... . . . . .

80

6 . Komposisi tubuh dan nutrien teretensi pada sapi
.
.
yang d ~ b e nransurn berbeda ......

...

.. . ... .. .... ...

.......... . .........................

82

7. Komposisi kimia (Oh) susu sapi yang diberi ransum berbe& ..........................

86

8. Produksi susu dan komponen nutrien susu pada sapi
yang diberi ransum berbeda

88

. .......................

9. Keseimbangan energ pada sapi yang diberi ransum berbeda berdasarkan
bobot badan rnetabolik (M.T/W'.~'
.h) .,....... .................................... . . .....
10. Keseimbangan nitrogen (N) pa& sapi yang diberi ransum berbeda
berdasarkan bobot badan metabolik (gkg ~ " ' ~ . h..............................
)
11. Parameter kinetika glukosa pada sapi Bali laktasi yang diberi
ransum berbeda ................................................................................

91

95

.

12. Parameter kinetika glukosa pada sapi Bali kering (non laktasi) yang diberi
ransurn berbeda ...................................... ........................ ................... .

99
99

13. Kinetika glukosa sapi Bali pada konhsi kering dan laktasi ......... ......... . .......... 100
14. Perhitungan kebutuhan glukosa untuk produksi susu pada sapi Bali .... . . .........

104

15. Laju alir darah (h4l3F) dan serapan nutrien pada sapi
yang diberi ransum berbcda .............................................

106

...............

16. Koefisien statistik untuk persamaan regresi dari nutrien yang diamati
pada sapi Bali laktasi ........ . ............. . ........... . ........... ................. . . . . .

111

17. Koefisien statistik untuk persarnaan regresi serapan maksimal dari nutrien

prekursor susu pada sapi Bali laktasi .... . .............. ................................. 1 15

DAFTAR GAMBAR

Nomor

JuduI Gambar

Halaman

1. Jalur fermentasi karbohidrat (Leek. B.F.. 1993) .........................................

10

2 . Skema glikolisis clan siklus asam sitrat (Harper er al., 1979) ..........................

11

3 . Jalur oksidasi dari asam amino (Harper et al.. 1979) ......................................

I5

4 . Jalur metabolisme glukosa pada epithel kelenjar arnbing (Collier. 1985) .......

25

5. Perubahan bobot tubuh selarna 17 minggu laktasi pada sapi Bali yang
diberi berbagai kualitas ranswn ............................................................

79

6. Hubungan antara kandungan lemak tubuh (massa jenis tubuh) clan lemak
dihitung dari ruang urea pada sapi Bali laktasi ....................................

83

7. Hubungan antara jumlah daging dan bobot tubuh sapi Bali dewasa ...............

84

8. Produksi susu selama 16 minggu laktasi pada sapi Bali yang diberi berbagai
kualitas ransum ....................................................................................

89

9. Persamaan garis regresi antara serapan x konsentrasi glukosa dengan
konsentrasi gl ukosa .............................................................................

1 16

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul Lampiran

Halaman

Program mendesak kecukupan/swasembada daging 2005 .........................
Perhitungan lemak tubuh (massa jenis tubuh) dibandingkan dengan
lernak yang diukur dengan Ruang urea ...........................................
Pembuatan model hubungan antara jumlah daging dengan massa tubuh
sapi Bali laktasi ...............................................................................
Koefisien nilai cerna nutrien (%) pada ransum yang berbeda ....................
Analisis sidik ragam konsumsi bahan kering (kg/ekor/hari) ....................
Analisis sidik ragam konsumsi energi total (MJ/W0.75/hari) ...................
Analisis sidik ragam konsurnsi lemak kasar (kglekorlhan) .....................
Analisis sidik ragam konsumsi protein kasar (g/ekor/hari) .....................
Analisis sidik ragam konsumsi bahan kering (g/W0.75) ............................
Analisis sidik ragam konsumsi energi bruto (MJ/W0.75/hari) ...................
Analisis sidik ragam konsumsi lemak kasar (g/W0.75/hari) ......................
Analisis sidik ragam konsumsi protein kasar (g/W0.75/hari) ....................
Analisis sidik ragarn pH cairan rumen sapi Bali laktasi ............................
Analisis sidik ragam konsentrasi VFA total cairan rurnen (mM) .............
Analisis sidik ragam konsentrasi amonia cairan rumen (mM) ...................
Analisis sidik ragam produksi protein mokroba rumen (mghari) .............
Analisis sidik ragam populasi bakteri cairan rumen (x10A7/ml)................
Analisis sidik ragam populasi protozoa cairan rumen (x10A4/ml) .............
Analisis sidik ragam konsentrasi asetat cairan m e n (mM) ......................
Analisis sidik ragam konsentrasi propionat cairan rumen (mM) ..............
Analisis sidik ragam konsentrasi butirat cairan rumen (mM) ..................
Analisis sidik ragam non glukogenik rasio (NGR) ....................................

Analisis sidik ragam efisiensi perubahan heksosa menjadi VFA (%) .......
Analisis sidik ragam alantoin sapi Bali laktasi (mg/lOOrnl) .......................
Analisis sidik ragam konsumsi energi (KJ/WO.75 h) ................................
Analisis sidik ragam energi feses (MJ/WO. 75 h) .......................................
Analisis sidik ragarn energi tercerna (MJTW0.75 h) ..................................
Analisis sidik ragam energi urin (MJ/WO. 75 h) ........................................
Analisis sidik ragam energi metan (h?J/WO.75 h) .....................................
Analisis sidik ragam energi termetabolis (MJIWO.75 h) ...........................
Analisis sidik ragam produksi panas (MJ/WO.75 h) ..................................
Analisis sidik ragam energi teretensi pada tubuh (NUNO. 75 h) ..............
Analisis sidik ragam energi teretensi pa& susu (MJIWO. 75 h) A1 2 ..........
Analisis sidik ragam retensi energi total (MJlWO.75 h) ............................
Analisis sidik ragam UEIGE ........................................................................
Analisis sidik ragam MEDE .......................................................................
Analisis sidik ragam konsumsi N (g/W0.75/hari) .....................................
Analisis sidik ragam N feses (gfW0.75ihar-i)..............................................
Analisis ragarn N tercema (g/W0.75/hari) ................................................
Analisis sidik produksi N urin (gPN0.75. h) ...............................................
Analisis sidik ragarn N . retensi (dW0.75. h) .............................................
Analisis sidik ragam volume urin (I/ h) .......................................................
Analisis sidik ragam bobot badan sapi pada saat diperah (kg) ...................
Analisis sidik ragam bobot badan setelah 16 minggu laktasi (kg) ............
Analisis sidik ragam perubahan bobot badan selama laktasi (kg) .............
Analisis sidik ragam nitrogen net utilization (%) ......................................
Analisis sidik ragam nilai biologis protein ( O h ) ..........................................
Analisis sidik ragam kandungan air tubuh sebelum perlakuan (%) ...........
Analisis sidik ragam kandungan air tubuh sesudah perlakuan

(Oh)

...........

Analisis sidik ragam kandungan Iemak tubuh sebelum perlakuan (%) .....
Analisis sidik ragam kandungan lemak tubuh sesudah perlakuan (%) ........
Analisis sidik ragam kandungan protein tubuh sebelum perlakuan (%) .....
Analisis sidik ragam kandungan protein tubuh sesudah perlakuan (96) ......
Analisis sidik ragam retensi l e d (glhari) .................................................
Analisis sidik ragam retensi protein dalam tubuh (sari)..........................
Analisis sidik ragam retensi energi tubuh (MJ/han) ...................................
Analisis sidik ragam retensi energi sebagai produk susu (MJhari............
)
Analisis sidik ragam retensi energi Total (MIhari..................................
)
Analisis sidik ragam MBF (WJam) ..............................................................
Analisis sidik ragam MBF (l/h ....................................................................
Analisis sidik ragam MBF (Vkg susu) .........................................................

Analisis sidik ragam A-V glukosa (mg/100 ml) .........................................
Analisis sidik ragam A-V trigliserida (mg/lOOml) ...................................
Analisis sidik ragam A-V asetat (mM) .....................................................
Analisis sidik ragam A-V phenilalanin (nM) ...........................................
Analisis sidik ragam A-V tirosin (nM) .....................................................
Analisis sidik ragam laju serapan glukose oleh ambing ( d j ) ......................
Analisis sidik ragam laju serapan trigliserida oleh ambing (&jam) .........
Analisis sidik ragam laju serapan asetat oleh ambing (mol/jam) .............
Analisis sidik ragam laju serapan phenilalanin oleh ambing (n movjarn) .
Analisis sidik ragam laju serapan tyrosin oleh arnbing (n molljam) ........
Analisis sidik ragam bahan kering susu ....................................................
Analisis sidik ragam 'laktosa susu ..............................................................
Analisis sidik ragam lemak susu ...............................................................

. . . .

Analls~ssldlk ragam protein susu ............................................................
Analisis sidik ragam bahan kering tanpa lemak (BKTL) susu (%) ............

Analisis sidik ragam kadar abu susu (5%) ....................................................
Analisis sidik ragam kandungan kalsium susu (%) ...................................
Analisis sidik ragam kandungan fosfor susu (%) ......................................
Analisis sidik ragam energi susu ( M J k g ) .................................................
Analisis sidik ragrun produksi susu rata-rata selama 16 minggu (Kghari)
Analisis sidik ragam produksi bahan kering susu (ghari) ........................
Analisis sidik ragam produksi laktosa susu (glhari) ..................................
Analisis sidik ragam produksi lernak susu (glhari) ...................................
Analisis sidik ragam produksi protein susu (g/hari) ...................................
Analisis sidik ragam produksi bahan kering tanpa lemak susu (gfhari) ...
Analisis sidik ragam produksi energi dalarn susu (MJ/hari)....................
Analisis sidik ragam produksi kalsium @am

susu (glhari) .....................

Analisis sidik ragam produksi fosfor dalam susu (g/hari) .......................
Analisis sidik ragam produksi abu susu (g/hari) .....................................
Analisis sidik ragam efisiensi penggunaan energi untuk produksi susu .....

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu tujuan pernbangunan peternakan 2000-2005 yang dirumuskan dalarn
Panca-Dharma Pembangunan Sub Sektor Petemakan yaitu terpenuhinya konsumsi
pangan asal ternak, bahan baku industri dan ekspor (Ditjen Petemakan, 2000) yang
dituangkan antara lain &lam program mendesak kecukupan daging 2005 (Lampiran 1).

Untuk mengimbangi suplai dengan kebutuhan komoditi di atas pemerintah telah
melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan produksi dan produMivitas ternak
antara lain pelaksanaan terpadu inseminasi buatan (IB)dan embrio tranfer, pengendalian
pemotongan ternak betina produktif, impor bibit ternak dan sebagainya. Di samping

u s a h - w a b di atas faktor yang sangat penting menentukan produktivitas ternak adalah
mengenai aspek pakan, di mana ha1 ini belum banyak dilakukan terutama mengenai
kajian respon fisiologis ternak terhadap perbaikan mutu pakan yang diberikan. Oleh
karena itu &lam penelitian ini dicoba meneliti kemampuan fisiologis sapi Bali dalam
merespon perbaikan pakan yang di berikan.
Sapi Bali (Bibos banteng) salah satu jenis ternak potong asli Indonesia yang

sudah beradaptasi dengan lingkungan di daerah tropis. Hal ini tercermin dari tingginya
angka kebuntingan dan kelahiran masing-masing rnencapai 90% dan 83% (Soehadji,
1991). Sapi Bali lebih bersifat peramban erowser) bukan perurnput murni, dengan

vigilitas tinggi dan tahan terhadap penyakit ektoparasit. Selain itu sifat yang tidak
selektif terhadap pakan yang tersedia, membuat sapi Bali sangat berpotensi untuk
ditingkatkan produktivitasnya. Sapi Bali mempunyai nilai karkas rata-rata 58%
(Soehadji, 1991) serta kualitas daging cukup baik sehingga dapat diharapkan sebagai
primadona penyedia daging di masa depan.

Dibalik harapan tersebut, akhir-akhir ini muncul isu nasional bahwa
perkembangan dan produktivitas sapi Bali terutama di kawasan timur Indonesia (KTI)
mulai menurun yang ditunjukkan oleh ukuran dan bobot tubuh yang semakin mengecil,
bobot lahir pedet rendah, pertumbuhan lambat, dengan mortalitas relatif tinggi yaitu 2045% pertahun (Wirdahayati et al., 1998) karena diperkirakan produksi susu induknya

rendah sehingga tidak mencukupi kebutuhan anaknya. Penurunan produktivitas tersebut
diperkirakan teqadi karena sapi Bali mengalami degradasi genetik sebagai akibat proses
silang dalam (inbreeding) dan seleksi negatif yang telah lama tidak ditangani secara
konsepsional. Namun ha1 ini belum sepenuhnya dapat dibuktikan kebenarannya
mengingat masih ada faktor lain yang lebih berpengaruh yaitu cara pemeliharaan
terutarna pemberian pakan yang belum memenuhi kebutuhan fisiologis ternak untuk
berproduksi. Dugaan akan kebutuhan fisiobgis sapi Bali yang belum terpenuhi
didasarkan pada pola makan sap1 Bali yang memakan daun-daunan, sehingga
memerlukan tarnbahan protein yang lebih tinggi. Padahal, di lapangan petani hanya
memberikan rumput saja. Kondisi ini akan menyebabkan pertumbuhan yang rendah
serta kondisi tubuh induk yang belum siap untuk melahirkan sehingga keadaan ini juga
akan berpengaruh terhadap proses laktasinya.

Pa& sapi yang sedang laktasi, penggunaan pakan diprioritaskan untuk produksi
susu di mana aktivitas metabolisme kelenjar ambing yang tinggi memerlukan pasokan
nutrien yang cukup untuk mensintesis susu (Mepharn, 1976 ; Collier, 1985). Kebutuhan
nutrien meningkat sejalan dengan peningkatan produksi susu. Pada awal laktasi selama 3
minggu pertama setelah beranak selera makan ternak rendah dan konsumsi menurun
sebesar 15 - 18% (Garsnworthy, 1988), yang mengakibatkan konsumsi bahan kering
tidak dapat menpmbangi kebutuhan ternak sehingga masukan nutrien lebih kecil dari
keluaran nutrien di dalam air susu, tinja dan air seni. Untuk memenuhi kebutuhannya
ternak akan memobilisasi energi dan protein dari cadangan jaringan tubuhnya (Sutardi

dan Djohari, 1979 ; Andrew et al., 1990). Hal ini menyebabkan ternak berada dalam
keadasn neraca nutrien negatiE Jika keadaan ini berlangsung lama dan tidak ditangani
secara khusus rnaka ternak tidak mampu mengimbangi kebutuhannya sehingga selain
mengakibatkan produksi rendah juga akan menurunkan penampilan produksi berikumya.
Untuk menangani pernasalahan ini perlu dilakukan beberapa tahapan dalam perbaikan
pakan untuk memperoleh penampilan produksi yang diinginkan. Melihat kenyataan
yang a&

bahwa di satu sisi kondisi fisiologis sapi laktasi memerlukan pasokan nutrien

yang cukup sedangkan & sisi lain ketersediaan pakan sangat fluktuatif serta kualitas
hijauan tropis secara umum rendah dalam protein dan kecernaan bahan keringnya
(Preston dan Leng, 1987), sistem pemberian pakan tradisional yang hanya berturnpu
pada rumput lapangan saja perlu dikaji Iebih mendasar. Pemeliharaan sapi Bali secara

tradisional dalam keadaan seperti di atas rnengakibatkan kebutuhan akan numen
terutama energi ataupun protein belum terpenuhi. Sapi Bali yang dipekihara di lapangan
menghasilkan susu rata-rata 1.1 liter perhari (Liwa, 1992). Rendahnya produksi susu ini
kemungkinan karena kebutuhan proteinnya belum terpenuhi seperti yang diprediksi oleh
Sutardi (1991) bahwa sapi Bali memerlukan protein relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis sapi Iain. Hal ini juga didukung dari prediksi kebutuhan energi clan protein
Sapi Bali yang diperoleh Putra (1999) masing-masing 1.19 clan 1.50 kali lebih tinggi dari
standar kebutuhan NRC (1988).
Leguminosa, baik yang sernak maupun pohon merupakan hijauan yang dapat
digunakan

untuk

meningkatkan

pasokan

protein

sehingga

diharapkan

dapat

meningkatkan prekursor susu. Pemberian leguminosa semak dan pohon (Sistern Tiga
Strata = STS) pada sapi Bali betina mengfiasilkan tambahan bobot tubuh pedetnya 26%
lebih tinggi dari pada sapi non strata (NTS) (Nitis ef al., 1996). Suplementasi daun
gamal dan tepung gaplek pada sapi Bali &pat rneningkatkan produksi susu yang
tercermin dari tambahan bobot hharian pedet lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol

(0.27 vs 0.19 kg) (Pongsapan dan Prabowo, 1994). Daun gamal (Gliricidia sepium) dan
waru (Hibiscus tilliacius) salah satu leguminosa semak dan pohon yang d a p t berfungsi
sebagai sumber protein mudah didegradasi (DIP) dan 1010s degradasi (UIP) (Sutardi,
1995). Daun waru diduga mengandung saponin yang &pat menurunkan protozoa dan
meningkatkan bakteri rumen sehingga meningkatkan metabolisme nunen (Jalaludin,
1994).
Penggunaan leguminosa semak dim pohon mampu memasok protein dan total
energi akan tetapi mengingat ketersediaan karbohidrat yang mudah terlarut pada hijauan
adalah rendah, penggunaan Iegurninosa semak dan pohon &pat menurunkan fermentasi
rumen sehingga mempengaruhi penampilan ternak. Pemberian campuran konsentrat
yang disusun sedemikian rupa akan mampu sebagai pelengkap pada hijauan pakan.
Dengan perbailcan mutu pakan ini diharapkan pembentukm asam lemak atsiri (VFA)
lebih banyak terutama propionat, sehingga selain sebagai sumber energi bagi mikroba
rurnen juga sebagai prekursor glikogen bagi sapi induk dan prekursor glukosa untuk
sintesis susu (Tillman et al., 1986 ;Dixon dan Para, 1981). Pernyataan ini dipejelas dari
hasil penelitian Sarini et al. (1998) bahwa pemberian campman 60% konsentrat dan
40% rumput gajah pa&

induk sapi Bali premipara &pat meningkatkan produksi susu

sebesar 45.46% dibanding kontrol (1.603 vs 1.102 kg/han). Kehadiran konsentrat ini
selain meningkatkan pembentukan VFA terutama propionat juga menurunkan produksi
metan (Blaxter, 1962 ; Orskov clan Ryle, 1990) sehingga efisiensi penggunaan energi
lebih tinggi.
Penggunaan minyak jagung dalam campuran konsentrat sebagai sumber asam
lemak tidak jenuh, berfungsi sebagai aseptor e l e k o n di mana pada saat bersamaan Ha
hasil metabolisme karbohidrat sebagai donor elektron bereaksi membentuk asam lemak
jenuh (Maczulak ef aE., 1981 ; Tillman et al., 1986) dengan demikian aktivitas bakteri

metanogenik (Methanobacterium ruminantium) akan dihambat, sehingga produksi
rnetan menurun clan asarn propionat meningkat (Abdullah et al., 1991).
Efisiensi biokoversi ransum yang berkonsentrat dalam rumen ditentukan oleh
pertumbuhan dan aktivitas mikroba m e n . Salah satu mineral yakni sulfur (S) dalam
bentuk arnonium sulfat perlu ditambahkan untuk sintesis asam-asam amino bersulfur di
mana asam-asam amino ini merupakan asam-asam amino pernbatas &lam sintesis susu
(Broderick et al.. 1974 ; Hogan, 1974) sedangkan arnonium diharapkan marnpu
mengaktivasi mikroba rumen untuk meningkatkan ketersediaan protein pasca rumen
yang pada akhirnya sebagai prekursor protein susu. Selanjutnya biofermentasi ransum
dalam rumen dan rnetabolisme berikutnya sangat ditentukan oleh aktivitas enzim.
Mineral seng (Zn) sebagai komponen metallo-enzim berfimgsi mengaktivasi DNA,
RNA polimerase dan sintesis protein (Lieberman dart Bruning, 1990), sehingga secara
keseluruhan fungsi fisiologis clan keseimbangan hormon tern& sangat dipengaruhi oleh
kehadiran Zn tersebut. Sedangkan di lain pihak ketersediaan Zn pada pakan hijauan di
Indonesia masih sangat rendah (Little, 1986).
Bertitik tolak dari permasalahan di atas perbaikan pakan melalui peningkatan

mutu hijauan dengan penggunaan leguminosa sernak dan pohon, suplementasi
konsentrat dan mineral pada sapi yang sedang laktasi diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan energi dan protein bagi tern&. Dengan demikian ekolop rurnen dan produk
metabolismenya dapat ditingkatkan yang pada gilirannya setelah pasca rumen mampu
menyedialcan nutrien bagi kelenjar ambing untuk memproduksi susu.

Hipotesis
1. Sapi Bali laktasi menuntut pasokan protein lebih banyak, pemakaian leguminosa

semak (pasokan protein) dan hijauan yang berdaya defaunasi akan menurunkan
protozoa, meningkatkan bakteri, kecernaan d m produksi susu.

2. Pemakaian konsentrat (karbohidrat mudah terlarut) sebagai substitusi pada ransum

hijauan akan memenuhi kebutuhan energi bagi mikroba, meningkatkan VFA total
(propionat), sehingga meningkatkan ketersediaan glukosa untuk sintesis laktosa
susu.
3 . Penambahan mineral Zn (komponen dan aktivator enzim) pada ransum berkonsentrat

&pat meningkatkan biofermentasi rumen, serapan nutrien dan produksi susu.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan di atas penelitian ini bertujuan untuk ( I )
meningkatkan produk ferrnentasi dalarn m e n , sehingga meningkatkan ketersediaan
nutrien bagi kelenjar ambing sebagai prekursor sintesis susu ; (2) mengetahui
kemampuan

kelenjar

ambing

&lam

menyerap

nutrien

yang

tersedia

serta

pemanfaatannya untuk sintesis susu ; dan (3) meningkatkan produksi susu di sarnping
utamanya untuk mendukung pertumbuhan pedet serta memperbaiki kondisi induk untuk
persiapan produksi berikutnya juga kalau berlebih bisa dimanfaatkan untuk konsumsi
masyarakat.

Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang diperoleh diharapkan bisa digunakan dalam
penentuan strategi pemberian pakan pada induk sapi yang sedang laktasi. Dengan
pemberian pakan yang tepat kondisi induk dapat diperbaiki untuk dapat berproduksi
lebih tinggi sehingga permasalahan pertumbuhan pedet yang lambat serta kematian
pedet

yang

relatif

tinggi

dapat

ditanggulangi. Kegunaan

lain

adalah

untuk

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai sapi Bali dan juga sebagai bahan
kebijakan bagi pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan &lam
pengembangan sapi Bali di Indonesia.

upaya

TWJAUAN PUSTAKA

Asal-Usul Sapi Bali dan Perkembangannya di Indonesia
Sapi Bali sebagai salah satu jenis sapi lokal yang dikembangkan di Indonesia
berasal dari ketwunan banteng liar (Bibos banfeng) yang masih ditemukan di beberapa
tempat seperti di Jawa Barat (Ujung Kuion), Jawa Timur dan Kalimantan (Payne dan
Rollinson, 1973). Hal ini terlihat dari tanda-tanda yang dimiliki sapi Bali sama dengan
banteng liar. Dari hasil penelitian pada golongan darah dan protein pa&

populasi sapi

Bali ditemukan adanya keragaman genetik yang tinggi, karena darahnya mengandung
keturunan sapi Bos indicus ataupun Bos t a u m (Namikawa et al., 1982).
Selanjutnya Namikawa dan Widodo (1973) menemukan bahwa darah sapi Bali
yang ada di Indonesia mempunyai kecelompok

dan kandungan Hb fenotipe golongan

X-nya tinggi. Hal ini berarti bahwa teori yang menyatakan bahwa sapi Bali yang
berkembang sampai saat ini adalah benar berasal dari banteng liar. Penemuan Fisher
(dalam Devendra et al., 1973) bahwa kariotipe sapi Bali identik dengan kariotipe
banteng dan sapi Eropa (Bos t a u m ) yang terdiri atas 2n

=

60 kromosom yakni 29

pasang kromoson nccrocenhic dan 2 kromosom sub metacentric. Walaupun kariotipe
kedua jenis sapi tersebut sarna, namun sapi Bali bukan keturunan Bos taurur karena sapi
jantan F1 hasil silangannya steril.
Sapi Bali sangat diminati oleh petemak kecil karena mudah beradaptasi dengan
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan terutama di daerah lain di Indonesia di
luar pulau Bali. Perkembangan sapi Bali di luar pulau Bali cukup pesat yaitu menyebar
di 26 propinsi dan populasinya mencapai 3 juta ekor atau 26% dari selumh jumlah sapi
potong di Indonesia (Soehadji, 1991). Sampai saat ini sapi Bali telah menyebar hampir
ke seluruh pelosok Nusantara termasuk daerah-daerah pemukiman b a r - di mana

sebasan besar penggunaannya untuk ternak potong (penyedia daging) clan ternak kej a
serta dipelihara secara tradisional.
Dalarn usaha mempertahankan kemurnian genetik dan kelestarian sapi Bali,
pemerintah telah menetapkan empat daerah pengembangan sapi Bali yaitu Propinsi
Bali, Sulawesi Selatan, N I T dan NTB. Hal ini mengingat sapi Bali merupakan plasma
nuftah yang sangat potensial dan merupakan komoditas andalan yang dapat menarnbah
aset nasional. Pemeliharaan dan pengembangan sapi Bali terus ditingkatkan untuk
berbagai tujuan antara lain meningkatkan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat
clan perolehan devisa negara melalui peningkatan populasi dan produksi temak.

Pencernaan dan Metabolisme Nutrien pada Ruminansia

Dari pakan yang dikonsumsi setelah mengalami proses mastikas'i kemudian
masuk ke rumen di mana terjadi proses pemecahan karbohidrat, lemak dan protein.
Pemecahan karbohidrat terjadi melalui 3 tahap yaitu pemecahan karbohidrat kompleks
menjadi gula sederhana yang kemudian tahap ke dua masuk ke siklus glikofisis. Hasil
akhir jalur glikolisis adalah asarn piruvat yang merupakan substrat tahap temkhir proses
fermentasi (Gambar 1). Selanjutnya tahap ketiga, piruvat sebagai intermediate yang
penting &lam produksi asam lemak atsiri (VFA) yang didominasi oleh asarn asetat 65%
dari total VFA, propionat 20%, butirat 10% dan sisanya 5% terdiri atas isovalerat,
valerat dan isobutirat (Collier, 1985) juga terbentuk gas metan dan COz. VFA yang
dihasilkan merupakan sumber energi utama bagi temak ruminansia di mana proporsinya
sangat dipengaruhi oleh pakan (Orskov, 1980). Ternak yang diberi hijauan saja akan
menghasilkan produksi asam asetat tinggi, sedangkan ransum dengan tambahan
konsentrat menghasilkan propionat lebih banyak. Penyerapan VFA tejadi di epitherium
rumen &lam bentuk asam bebas. VFA yang diserap kemudian melalui sirkulasi portal

dibawa ke hati, di mana semua propionat diekstrak untuk pembentukan glukosa. Gula
yang berlebih diubah menjadi glikogen dan sebagian akan diubah dan disimpan di
jaringan tubuh sebagai cadangan lemak (energi). Sedangkan asam butirat sebagian besar
diubah menjadi beta hidroksi butirat yang dapat terdeteksi di dalam darah (Mc. Donald
et al., 1988) dan sebagian dioksidasi menjadi asam aseto asetat (Riis, 1983). Asam beta

hidroksi butirat dan aseto asetat dibawa daIam bent& badan-badan keton bersama aliran
darah ke berbagai jaringan dan organ tubuh yang akhirnya digunakan sebagai sumber
energi dan untuk sintesis asam lemak (Banerjee, 1978).
Glukosa mengalami katabolisme melalui 2 jalur yaitu jalur glikolitik dan siklus
asam sitrat. Jalur glikolitik terjadi dalam sitoplasma di mana glukosa mengalami
degradasi menjadi asam piruvat (Gambar 2). Meskipun glikolisis dapat berlangsung
dengan atau tanpa oksigen, hasil energi untuk reaksi seluler lebih tinggi dalam keadaan
aerob. Dua rnol ATP dihasilkam dari tiap gula triosa M a m reaksi dari 1.3difosfogliserat menjadi 3-fosfogliserat

dan dari fosfoenolpiruvat menjadi piruvat,

sehingga terbentuk 4 rnol ATF'. Namun 2 rnol ATF' terpakai sehingga hasil netto
fosforilasi tingkat substrat addah 2 rnol ATP. Bila kadar oksigen tinggi, NADH yang
disintesis dapat mengalami oksidasi melalui sistem transport elektron dalam
mitokondria. Fosforilasi oksidatif ini akan menghasilkan 6 mol ATP, sehingga jalur
glikolitik menghasilkan 8 rnol ATP.

Fase

(i)

,

Pat\

y o s a

Fruktosan

Hemiselulosa

Glukl

/sa
Fruktosa 1,6 Bis P

Fosfoenol-piruvat

(ii)

B-OH butirat

CH4

CO?

Asetat

Butirat

Gambar 1 . Jalur fermentasi karbohidrat
(Leek, 1993)

Akrilat

Suksinat

Propionat

Glukosa darah d l u k o s a - 6 - f o s f a t

4I

Triosa fosfat

II

,

II

Fosfoenol-piruvat
loresi+
l-

A
co2

8

Manin

Asam piruvat

co;

Asetil CoA

aspartat

6 Oksaloasetat

F

Trigliserida

Sam lemak

%=
sitrat

L

Suksinat

Gambar 2. Skema glikolisis dan siklus asam sitrat
(Harper et al., 1979)

.,.......

Hasil akhir jalur glikolitik berupa asarn pimvat dalam keadaan aerob dioksidasi
menghasilkan energi, COz clan H 2 0 melalui jalur siklus asam sitrat. Oksidasi 1 rnol
asam piruvat menghasilkan 15 rnol ATP, sehingga produksi net0 dari oksidasi 1 rnol
glukosa adalah 38 ATP (Harper et al., 1979).
Simpanan lemak da