Enhancing Coral Reef Recovery After Destructive Fishing Practices: Initial Results In Komodo National Park

Volume 3, No.3, 2001

Pesisir & Lautan

ENHANCING CORAL REEF RECOVERY AFTER
DESTRUCTIVE FISHING PRACTICES:
INITIAL RESULTS IN KOMODO NATIONAL PARK
HELEN E. FOX
Department of Integrative Biology 3060 VLSB
University of California, Berkeley, CA 94720-3140
e-mail: hfox Qsocrates.berkeley.edu
ROKHMIN DAHURI
Director General of Coast, Beach and Small Island
Department of Marine Affairs anf Fisheries, Republic of Indonesia
e-mail: r-dahuri Oindo.net.id
ABSTRACT

D

ynamite or "blast" fishing is one of the most serious threats to Indonesian's coral reefs. To monitor accu
rately the recovery of the reef community from anthropogenic inlpacts such as blast fishing the experimen

tal area should be well-managed and no longer subject to blasting. Komodo National Park (KNP) is ideal in
this respect. Blast fishing commenced in KNP in 1950's. However, since 1996 when regular policing of the park
was initiated by TNC and PHPA (now PKA) the practice has declined in extent and frequency.
To monitor coral recovery in KNP, nine large (- 300 m2) rubble fields have been monitored using video surveys
and line intercept - transects at six monthly intervals. In addition, larvae recruitment in measured by using terracotta
settlement tiles. Overall results indicate there is good potential to rehabilitate degraded coral reefs in KNP. Rapid
collonization, especially by Acroporids and Pocilloporids, suggest that creating stable, 3-dimensional substrate is
sufficient to enhance coral recruitment. In such situations, coral transplanlation is not necessary. Continued monitoring of both coral recovery and the effectiveness of rehabilitation strategic should yield results that are of regional
relevance.
Keywords: Komodo National Park, coral reefs, blast fishing, monitoring.

ABSTRACT

P

enangkapan ikan dengan dinamit atau bahan peledak merupakan salah satu ancaman yang serius terhadap terumbu
arang Indonesia. Untuk inemonitor secara akurat pemulihan (recovery) komunitas karang dari dampak
antropogenik seperti pemboman ikan, oleh sebab itu kawasan percobaan hams dikelola dengan baik dan tidak
lagi merupakan daerah pemboman. Taman Nasional Komodo (TNK) mcrupakan kawasan yang ideal. Peinboman ikan
mulai diperkenalkan di TNK pada tahun 1950 an. Namun demikian, sejak tahun 1996 saat kebijakan reguler

diperkenalkan oleh TNC dan PHPA (saat ini namanya PKA) kegiatan pemboman menumn baik dalam luasan maupun
frekuensi.
Dalan~rangka memonitor pemulihan karang di TNK, sembilan padang pecahan karang yang luas (300 m2) telah di
monitor menggunakan pengamatan video dan transek garis dengan interval waktu 6 bulan sekali. Disamping itu,
pcnambahan larvae diukur rnenggunakan "terracotta settlemcnt tiles". Hasil keseluruhan memperlihatkan potensi
yang baik untuk rehabilitasi dari kerusakan terumbu karang di TNK. Kolonisasi yang cepat, kbususnya oleh Acroporids
dan Pocilloporids, mcnunjukan adanya pembentukan kestabilan 3 dimensi substrat untuk mendukung penambahan
karang. Pada situasi seperti ini, transplantasi karang tidak diperlukan. Monitoring lanjutan baik terhadap pemulihan
karang dan efektifitas dari strategi rehabilitasi seharusnya menghasilkan bahwa kegiatan ini memiliki relevansi secara
regional.
Kata krmci: Taman Nasional Komodo (TNK), terumbu karang, pemboman ikan dan monitoring.