RENCANA POLA PENGELOLAAN KAWASAN BUDI DAYA

4.2.3 KAWASAN PERUNTUKAN PERDAGANGAN DAN JASA

Kota Jayapura direncanakan sebagai pusat pelayanan, maka fungsi perdagangan dan jasa kota Jayapura sebagai sarana utama bagi distribusi dan koleksi barang dan jasa yang ada di Kota Jayapura, dan berfungsi pula sebagai pusat pelayanan bagi daerah di sekitarnya. Ketentuan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa adalah:

a. didominasi kegiatan fungsional utama perdagangan dan jasa;

b. memiliki pemanfaatan, penggunaan, dan nilai tanah yang tinggi;

c. memiliki prospek pengembangan ekonomi perkotaan yang baik;

d. dapat berupa kawasan campuran dan/atau kawasan kompak untuk mendukung efisiensi perjalanan yang disesuaikan dengan hirarki pelyanan kota; dan

e. memiliki tingkat pelayanan prasarana dan sarana sesuai standar pelayanan nasional atau internasional.

Luas lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa adalah lebih kurang 327 ha. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi:

1. pasar tradisional, yaitu pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. Persebaran pasar tradisional terletak di:

a. Kelurahan Gurabesi dan Pasar Inpres Dok IX Distrik Jayapura Utara; a. Kelurahan Gurabesi dan Pasar Inpres Dok IX Distrik Jayapura Utara;

c. Pasar Youtefa terletak di Kelurahan Wai Mhorock Distrik Abepura;

d. Kampung Waena Distrik Heram; dan

e. Kelurahan Koya Barat dan Kampung Mosso Distrik Muara Tami. Pemanfaatan dan pengelolaan ruang pasar tradisional adalah:

a. peningkatan fasilitas pasar;

b. pengembangan pasar tradisional khusus masyarakat asli Port Numbay dan Papua;

c. penyediaan pasar lingkungan;

d. peningkatan kualitas pasar perbatasan Indonesia-PNG;

e. pengembangan kegiatan pasar agro; dan

f. penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.

2. pusat perbelanjaan dan toko modern, Definisi dari pusat perbelanjaan merupakan suatu area tertentu yang terdiri dari satu

atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horisontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang. Definisi dari toko modern merupakan toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket, atau grosir yang berbentuk perkulakan. Persebaran pusat perbelanjaan dan toko modern terletak di:

a. Jalan Samratulangi Distrik Jayapura Utara;

b. Jalan Irian Distrik Jayapura Utara;

c. Jalan Ahmad Yani Distrik Jayapura Utara;

d. Jalan Percetakan Distrik Jayapura Utara;

e. Jalan Raya Abepura Distrik Abepura;

f. Jalan Gerilyawan Distrik Abepura; dan

g. Jalan Abepura-Sentani Distrik Heram;

h. Jalan Abepura-Sentani Distrik Heram;

i. Jalan Koya Timur-Koya Barat Distrik Muara Tami; dan j. Jalan Skouw Distrik Muara Tami.

Pengembangan toko modern dilakukan dengan penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.

4.2.4 KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI

Kawasan peruntukan industri di Kota Jayapura dengan luas lebih kurang 27 hektar meliputi pengembangan industri kecil terletak di seluruh wilayah Kota. Ketentuan mengenai kawasan peruntukan industri adalah:

a. jenis industri yang dikembangkan merupakan industri yang hemat penggunaan lahan, air, energi, dan tidak berpolusi;

b. memperhatikan aspek lingkungan dan menggunakan teknologi tinggi; dan

c. memperhatikan daya dukung transportasi dan infrastruktur lainnya. Kegiatan industri diantaranya adalah:

a. pembuatan tahu, tempe, makanan, kerajinan tangan yang tersebar di Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, Distrik Heram, dan Distrik Muara Tami; dan

b. mebel, sawmill, dan pembuatan batubata tersebar di Distrik Jayapura Selatan dan Distrik Heram.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan industri di Kota Jayapura adalah:

1. pengembangan industri rumah tangga agar terintegrasi dengan pariwisata budaya;

2. pengembangan kawasan peruntukan industri dibatasi hanya untuk jenis industri yang hemat penggunaan lahan, air, dan energi, tidak berpolusi, serta memperhatikan aspek lingkungan dan menggunakan teknologi tinggi; dan

3. pengembangan industri dengan mekanisme pengendalian yang berkelanjutan.

4.2.5 KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA

Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk memanfaatkan potensi keindahan alam dan budaya guna mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya, adat istiadat, mutu, dan keindahan alam untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Ketentuan kawasan peruntukan pariwisata adalah:

a. memadukan unsur pembangunan budaya dan pariwisata yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya; a. memadukan unsur pembangunan budaya dan pariwisata yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya;

c. pendekatan partisipatif untuk mengoptimalkan potensi lokal; dan

d. pendekatan kewilayahan, pengembangan produk wisata, dan pasar, yang terintegrasi dalam suatu kesatuan sistem wilayah.

Pengembangan pariwisata menunjang kontribusi pendapatan daerah apabila dikelola secara profesional dan optimal. Potensi yang ada pada saat ini sudah cukup memberikan harapan bagi pengembangan kawasan wisata yang baik. Kawasan peruntukan pariwisata di Kota Jayapura adalah:

1. Kawasan peruntukan wisata alam meliputi:

a. Pantai Base-G terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara;

b. Pantai Pasir II terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara;

c. Pemancar Jayapura City terletak di Kelurahan Ardipura Distrik Jayapura Selatan;

d. Pantai Hamadi terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;

e. Taman Wisata Teluk Youtefa terletak di Distrik Jayapura Selatan;

f. Pantai Holtekamp terletak di Kampung Holtekamp;

g. Sumber Air Panas Caurita Kali Moso terletak di Kampung Mosso Distrik Muara Tami;

h. Pantai Skouw terletak di Kampung Skouw Yambe, Kampung Skouw Mabo, Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami; dan

i. Danau Sentani terletak di Distrik Heram.

2. Kawasan peruntukan wisata budaya meliputi:

a. perkampungan mengelompok masyarakat adat meliputi:

1. Kampung Kayobatu terletak di Distrik Jayapura Utara;

2. Kampung Tahima Soroma dan Kampung Tobati terletak di Distrik Jayapura Selatan;

3. Kampung Enggros, Kampung Nafri, dan Kampung Koya Koso terletak di Distrik Abepura;

4. Kampung Waena dan Kampung Yoka terletak di Distrik Heram; dan

5. Kampung Skouw Mabo, Kampung Skouw Sae, Kampung Skouw Yambe, dan Kampung Mosso terletak di Distrik Muara Tami; dan

b. bangunan/benda cagar budaya meliputi:

1. Gedung Negara terletak di Kelurahan Trikora Distrik Jayapura Utara;

2. Kawasan Taman Imbi berupa Taman Imbi, Gedung Kesenian/Balai Budaya, Gedung Sarinah, Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Provinsi Papua terletak di Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;

3. Tugu Pepera terletak di Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara;

4. Kawasan Kantor Gubernur terletak di Kelurahan Mandala Distrik Jayapura Utara;

5. SPN Base-G terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara;

6. Tugu pendaratan sekutu terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;

7. Bangkai Kendaraan Lapis Baja Tank terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;

8. Gedung FISIP Universitas Cenderawasih terletak di Kelurahan Kota Baru Distrik Abepura;

9. Tugu pendaratan Jepang terletak di Kelurahan Abepantai Distrik Abepura; dan

10. Goa Jepang terletak di Kampung Skouw Yambe dan Kampung Skouw Mabo Distrik Muara Tami.

3. Kawasan peruntukan wisata buatan meliputi:

a. Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara;

b. Kelurahan Entrop dan Kampung Tobati Distrik Jayapura Selatan;

c. Kampung Enggros Distrik Abepura;

d. Kampung Waena dan Kampung Yoka Distrik Heram; dan

e. Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, Kampung Koya Tengah, Kampung Skouw Sae, dan Kampung Mosso Distrik Muara Tami.

TABEL IV.6

OBYEK WISATA ALAM

NO JENIS OBYEK

NAMA OBYEK

LOKASI

PANORAMA

1 Obyek Pantai Base-G

Pasir putih, laut jernih, ombaknya bergulung- Wisata

Kel. Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara

gulung

Alam Pantai Pasir II

Pasir putih, keindahan bawah laut Pemancar Jayapura City

Kel. Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara

Kelurahan Ardipura Distrik Jayapura Selatan

Pemandangan alam Kota Jayapura dari atas bukit

Pantai Hamadi

Kel. Hamadi Distrik Jayapura Selatan

Pasir berwarna, air jernih, ombak bergulung- gulung

Taman Wisata Teluk

Fauna dan Flora, Ecoturism, Fishing, Diving, Youtefa

Distrik Jayapura Selatan dan Distrik Abepura

masyarakat adat Port Numbay Pantai Holtekamp

Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami

Pasir berwarna, airnya jernih, tanaman bakau

NO JENIS OBYEK

NAMA OBYEK

LOKASI

PANORAMA

Sumber air panas

Air panas, batu putih, flora dan fauna Caurita Kali Moso Pantai Skouw

Kampung Mosso Distrik Muara Tami

Kampung Skouw Yambe, Kampung Skouw

Pasir berwarna, air jernih, ombak untuk

Mabo, Kampung Skouw Sae Distrik Muara

selancar

Tami

Pemandangan Danau Sentani 2 Obyek

Yoka Danau Sentani

Kampung Yoka Distrik Heram

Tarian tradisional, musik suling bambu, rumah Wisata

Perkampungan

- Kampung Kayobatu Distrik Jayapura Utara

adat, kehidupan masyarakat Budaya/

Tradisional

- Kampung Tahima Soroma dan Kampung

Tobati Distrik Jayapura Selatan

Sejarah

- Kampung Enggros dan Kampung Nafri

Distrik Abepura - Kampung Yoka Distrik Heram - Kampung Skouw Mabo, Kampung Skouw

Sae, Kampung Skouw Yambe, dan Kampung Mosso Distrik Muara Tami

Gedung Negara

Kelurahan Trikora Distrik Jayapura Utara

Gedung Negara dulunya merupakan Istana Belanda tahun 1961

Tugu Pepera

Tugu pembebasan Irian Jaya Kawasan Kantor

Kel. Bhayangkara Distrik Jayapura Utara

Gedung Gubernur dulunya merupakan Gubernur

Kel. Mandala Distrik Jayapura Utara

pemerintahan Belanda Museum Uncen

Benda-benda budaya khas Papua Museum Negeri

Kampus Uncen

Benda-benda budaya khas Papua Kawasan Taman Imbi

Waena Expo

Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara

Tugu Yos Sudarso, Gedung Kesenian/Balai Budaya, Gedung Sarinah, Gedung DPRP

Tugu Pendaratan

Peninggalan tank-tank sekutu pada PD II Tentara Sekutu Tugu Jepang

Hamadi Distrik Jayapura Selatan

Tempat pesembayangan Tentara Jepang PD II Bangkai Kendaraan

Kel. Abepantai Distrik Abepura

Kendaraan yang digunakan dalam PD II Lapis Baja Tank Goa Jepang

Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan

Tempat persembunyian Jepang dari Sekutu 3 Obyek

Kp. Skouw Yambe dan Kp. Skouw Mabo

Pemandangan ke Laut Pasifik, hawa sejuk Wisata

Angkasa

Kel. Angkasapura Distrik Jayapura Utara

Pemandangan ke Laut, Teluk Youtefa, Laut Buatan

Para-para di Skyline

Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan

Pasifik, Peristirahatan Gubernur Penangkaran Buaya

Kelurahan Entrop Ditstrik Jayapura Selatan

Penangkaran buaya untuk diambil kulitnya untuk dijadikan tas, dompet, ikat pinggang, sepatu, dan sebagainya

Teluk Youtefa

Kampung Tobati Distrik Jayapura Selatan dan

Diving, Snorkelling, Power Boating, Sky Air,

Kampung Enggros Distrik Abepura

wisata rohani

Buper

Kampung Waena

Pemandangan ke Danau Sentani, Kota Abepura, Sirkuit Racing

Pemandangan ke Danau Sentani, memancing Kolam Pancing

Gelanggang

Kampung Yoka

Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya

Memancing, rekreasi

Timur, Kp. Skouw Sae, Kampung Mosso

Sumber: RIPPDA Kota Jayapura Tahun 2011 dan Hasil Rencana Tim RTRW Kota Jayapura, 2012

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata adalah:

a. kawasan peruntukan pariwisata ini diperuntukan bagi kegiatan yang bersifat pemanfaatan obyek wisata maupun kegiatan penyediaan, pemeliharaan sarana dan prasarana wisata, kegiatan promosi dan yang bersifat menunjang pariwisata. Dalam rangka melindungi dan tidak merusak atau mengurangi nilai obyek wisata, segala bentuk vandalisme dan kegiatan yang dapat mencemari lingkungan dilarang. Sarana wisata, seperti hotel, motel, lapangan olahraga, dan sebagainya, hendaknya ditempatkan di luar areal wisata yang menghendaki daya dukung rendah, seperti taman wisata alam; a. kawasan peruntukan pariwisata ini diperuntukan bagi kegiatan yang bersifat pemanfaatan obyek wisata maupun kegiatan penyediaan, pemeliharaan sarana dan prasarana wisata, kegiatan promosi dan yang bersifat menunjang pariwisata. Dalam rangka melindungi dan tidak merusak atau mengurangi nilai obyek wisata, segala bentuk vandalisme dan kegiatan yang dapat mencemari lingkungan dilarang. Sarana wisata, seperti hotel, motel, lapangan olahraga, dan sebagainya, hendaknya ditempatkan di luar areal wisata yang menghendaki daya dukung rendah, seperti taman wisata alam;

c. penetapan kawasan pengembangan pariwisata;

d. pengembangan obyek dan daya tarik wisata;

e. pengembangan aksesibilitas;

f. pengembangan fasilitas penunjang wisata; dan

g. pengembangan SDM dan kelembagaan.

4.2.6 KAWASAN PERUNTUKAN RUANG TERBUKA NON HIJAU

Ruang terbuka non hijau (RTNH) adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori ruang terbuka hijau. Ketentuan kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau adalah:

a. bagian dari pekarangan di luar Koefisien Daerah Hijau;

b. bagian dari kawasan peruntukan RTH yang tidak ditumbuhi tanaman;

c. bagian dari fasilitas ekonomi, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang terbuka dan tidak ditumbuhi tanaman;

d. bagian dari sarana dan fasilitas transportasi yang terbuka;

e. lahan parkir terbuka; dan

f. satu kesatuan dengan kawasan peruntukan permukiman, pusat perkantoran, perdagangan dan jasa, serta industri.

Luas kawasan ruang terbuka non hijau adalah lebih kurang 3 ha. Ruang terbuka non hijau di Kota Jayapura terdiri dari:

a. Lapangan olahraga tenis, voli, basket, bulu tangkis, trotoar, tugu, yang tersebar di seluruh wilayah Kota; dan

b. Kawasan parkir di wilayah kota meliputi pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa dan pemerintahan.

Pemanfaatan dan pengelolaan ruang terbuka tidak hijau di Kota Jayapura adalah:

1. pengembangan ruang terbuka non-hijau untuk kegiatan sosial masyarakat dan ruang evakuasi bencana;

2. pengembangan ruang terbuka non-hijau kawasan komersial, perkantoran, dan perumahan yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat berinteraksi masyarakat; dan

3. penataan kembali ruang terbuka non-hijau yang telah mengalami penurunan fungsi dan kualitas ruang.

4.2.7 KAWASAN PERUNTUKAN PENDIDIKAN

Kawasan peruntukan pendidikan ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. karakter kawasan ini pada dasarnya membutuhkan ketenangan dan kemudahan pencapaian. Keberadaan kawasan pendidikan yang telah ada di jalan utama dapat dipertahankan, namun untuk pembangunan baru direkomendasikan untuk tidak diletakkan pada jalan utama, terutama pada jalan arteri;

b. pengembangan sarana pendidikan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:  Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK), berada di tengah-tengah kelompok keluarga, tidak menyeberang jalan raya, bergabung dengan taman, sehingga terjadi pengelompokkan kegiatan. Persebarannya terdapat di seluruh distrik di Kota Jayapura;

 Sekolah Dasar (SD), berada di tengah-tengah kelompok keluarga, tidak menyeberang jalan raya, bergabung dengan taman, sehingga terjadi pengelompokkan kegiatan. Persebarannya terdapat di seluruh distrik di Kota Jayapura;

 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dapat dijangkau dengan kendaraan umum, disatukan dengan lapangan olah raga, tidak selalu harus di pusat pelayanan. Persebarannya terdapat di seluruh distrik di Kota Jayapura;

 Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dapat dijangkau dengan kendaraan umum, disatukan dengan lapangan olah raga, tidak selalu harus di pusat pelayanan. Persebarannya terdapat di seluruh distrik di Kota Jayapura.

Kawasan peruntukan pendidikan dengan luas lebih kurang 115 hektar meliputi:

a. Kelurahan Gurabesi dan Kelurahan Trikora Distrik Jayapura Utara;

b. Kelurahan Ardipura dan Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;

c. Kelurahan Vim, Kelurahan Kota Baru, dan Kelurahan Yobe Distrik Abepura;

d. Kelurahan Waena, Kelurahan Yabansai, dan Kampung Waena Distrik Heram; dan

e. Distrik Muara Tami. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pendidikan adalah:

a. pengembangan dan peningkatan status pendidikan tinggi; dan

b. pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan.

4.2.8 KAWASAN PERUNTUKAN KESEHATAN

Kawasan peruntukan kesehatan di Kota Jayapura adalah lebih kurang 18 hektar yang terletak di seluruh Distrik, dimana:

a. rumah sakit dengan pelayanan wilayah/regional di Papua berada di Kelurahan Gurabesi;

b. pelayanan puskesmas tersebar di setiap Distrik;

c. Puskesmas Pembantu terdapat di seluruh kelurahan; dan

d. Posyandu tersebar di setiap unit lingkungan dan cenderung menggunakan perumahan penduduk yang memiliki kapling yang luas dan/atau di kantor lurah/kampung/distrik.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan kesehatan adalah:

a. peningkatan Rumah Sakit Tipe A terletak di Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara;

b. pengembangan dan peningkatan Rumah Sakit Tipe B terletak di:

1. Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;

2. Kelurahan Wahno Distrik Abepura;

3. Kelurahan Waena Distrik Heram;

4. Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami.

c. pengembangan rumah sakit tipe C terletak di:

1. Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;

2. Kelurahan Wahno Distrik Abepura; dan

3. Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami;

d. pengembangan puskesmas rawat inap di Kelurahan Koya Barat dan Kampung Mosso Distrik Muara Tami; dan

e. pengembangan dan peningkatan penyediaan Posyandu di seluruh wilayah Kota.

4.2.9 KAWASAN PERUNTUKAN PERIBADATAN

Karakteristik kawasan ini membutuhkan ketenangan, namun tetap membutuhkan kemudahan pencapaian. Penyediaan fasilitas peribadatan selama ini merupakan respon atas kebutuhan

masyarakat sesuai perkembangan jumlah warga/jemaat/jamaah yang harus dilayani, sehingga penyediaannya lebih merupakan swadaya dari masyarakat sendiri. Persebarannya terdapat di seluruh wilayah Kota

rohani

dari dari

1. pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana; dan

2. penyediaan fasilitas parkir.

4.2.10 KAWASAN PERUNTUKAN RUANG EVAKUASI BENCANA

Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. lokasi mudah diakses dari kawasan rawan bencana;

b. relatif aman saat mengalami bencana;

c. tersedia utilitas dan sarana yang memadai; dan

d. merupakan bagian dari fasilitas sosial, fasilitas umum, dan perkantoran. Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana meliputi:

a. GOR Cenderawasih terletak di Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara;

b. GOR SGO (Sekolah Guru Olahraga) terletak di Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;

c. GOR Waringin terletak di Kelurahan Wai Mhorock Distrik Abepura;

d. Kantor Walikota terletak di Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;

e. Jalan Holtekamp-PNG terletak di Distrik Muara Tami;

f. kawasan perkantoran pemerintahan terletak di seluruh Distrik;

g. ruang evakuasi kawasan pendidikan dan peribadatan terletak di seluruh Distrik;

h. Lapangan Sekolah Kepolisian Negara terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara;

i. Lapangan Trikora terletak di Kelurahan Kota Baru Distrik Abepura; j. kantor distrik terletak di Kampung Skouw Mabo Distrik Muara Tami; dan k. ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau terletak di seluruh wilayah Kota.

Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana ini difungsikan sebagai pengembangan ruang evakuasi bencana.

4.2.11 KAWASAN PERUNTUKAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Kriteria kawasan ini ditentukan khusus oleh intitusi pertahanan dan keamanan. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan dengan luas lebih kurang 85 hektar meliputi:

a. Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/CENDRAWASIH Jalan Polimak IV Atas Kelurahan Ardipura Distrik Jayapura Selatan;

b. Zeni Tempur (Zipur) Jalan Raya Sentani-Abepura Kelurahan Hedam Distrik Abepura;

c. Komando Resor Militer (Korem) 172/Prajawirayakti Jalan Raya Sentani-Abepura Padang Bulan Distrik Abepura;

d. Korem 172/Prajawirayakti Jalan Raya Sentani-Abepura Kelurahan Waena Distrik Heram;

e. Komando Distrik Militer (Kodim) 1701 Jalan Samratulangi Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara;

f. Komando Rayon Militer (Koramil) 1701-02 Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;

g. Komando Rayon Militer 1701-03 Jalan Raya Abepura Distrik Abepura;

h. Komando Rayon Militer 1701-09 Jalan Kelapa Dua Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;

i. Komando Rayon Militer 1701-22 Distrik Muara Tami; j. Pos Militer (POM) terletak di Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara; k. Pangkalan Utama Angkatan Laut (LANTAMAL) 5 Jalan Amphibi 1 Kelurahan

Hamadi Distrik Jayapura Selatan; l. Kantor Kepolisian Daerah Jalan Samratulangi Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara; m. Kantor Kepolisian Resor Jalan Ahmad Yani Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara; n. Markas Besar Brigade Mobil (Brimob) Jalan Raya Abepura-Kotaraja Kelurahan Vim Distrik Abepura; o. Kantor Kepolisian Sektor di Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, dan Distrik Abepura; p. Pos Polisi Skouw-Perbatasan terletak di Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami; dan q. Kawasan Radar TNI AU terletak di Kelurahan Imbi Distrik Jayapura Utara.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan adalah mempertahankan fungsi RTH kawasan pertahanan dan keamanan, sedangkan pengembangan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan harus melalui kajian yang komprehensif dan mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang.

4.2.12 KAWASAN PERUNTUKAN PERTAMBANGAN

Kota Jayapura memiliki potensi bahan galian batuan, diantaranya:  pasir besi yang terdapat di Waena, Angkasa, dan Base G;

 nikel yang terdapat di sepanjang kaki Pegunungan Cycloop;  batugamping/batu karang yang tersebar di Entrop, Polimak, Tanah Hitam, Koya Koso,

Koya Barat, Moso, dan Koya Tengah;  pasir dan batu (sirtu) tersebar di daerah Pasir II, Waena, Padang Bulan dan Yoka;  bentonit terdapat di daerah Nafri; tanah liat/batulempung terdapat di daerah Nafri,

Koya Timur, Koya Barat, Koya Tengah, Holtekamp, dan Koya Koso; dan  pasir besi terdapat di daerah Angkasa dan Waena.

Bahan galian ini tersebar sesuai dengan kondisi geologi (morfologi, stratigrafi dan struktur geologi) Kota Jayapura. Eksploitasi bahan galian di Kota Jayapura telah dilakukan oleh perorangan maupun perusahaan berbadan hukum. Namun, kawasan pertambangan eksisting tersebut berada pada kawasan lindung, permukiman padat penduduk.

Dengan jumlah usaha yang cukup banyak dan luas lahan yang dikelola cukup besar, maka kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak negatif, seperti kerusakan dan pencemaran lingkungan sekitar daerah kegiatan, rusaknya daerah-daerah konservasi dan daerah tangkapan hujan, bencana geologi (banjir, gerakan tanah/longsor dan erosi/sedimentasi, dan menurunnya kualitas dan muka air tanah), sehingga menyebabkan berkurangnya debit air permukaan.

Luas peruntukan pertambangan adalah lebih kurang 28 hektar yang berada di Distrik Jayapura Selatan, Distrik Heram, dan Distrik Muara Tami, namun berdasarkan pertimbangan di atas, maka pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pertambangan dilakukan melalui tahapan kajian lingkungan hidup.

4.2.13 KAWASAN PERUNTUKAN PERIKANAN

Kawasan peruntukan perikanan yang dimaksud adalah kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budi daya dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Kawasan ini memiliki luas lebih kurang 893 hektar meliputi:

a. kawasan peruntukan perikanan tangkap terletak di semua Distrik yang memiliki wilayah pantai; dan

b. kawasan peruntukan perikanan budi daya terletak di Distrik Abepura, Distrik Muara Tami, dan Distrik Heram. Kawasan peruntukan perikanan budi daya terdiri atas kawasan peruntukan perikanan budi daya air tawar, air payau (tambak), dan budi daya laut.

1. Kawasan perikanan budi daya air tawar, terdiri dari kegiatan perikanan budi daya kolam dan budi daya danau. Pengembangan kegiatan perikanan budi daya kolam diarahkan di:  Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, dan Kampung Koya Tengah

Distrik Muara Tami; dan  Kampung Koya Koso Distrik Abepura.

Pengembangan kegiatan perikanan budi daya danau diarahkan di Kampung Yoka dan Kampung Waena Distrik Heram.

2. Kawasan perikanan budi daya air payau (tambak) dikembangkan di Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami.

3. Kawasan perikanan budi daya laut dikembangkan di kawasan perairan Teluk Youtefa, yaitu:  Kampung Tobati Distrik Jayapura Selatan; dan  Kampung Enggros, Kampung Nafri, dan Kelurahan Abepantai Distrik Abepura.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan perikanan adalah:

a. pengembangan minapolitan di Distrik Muara Tami dan Distrik Abepura. Kawasan minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra pembesaran, pembenihan, dan pengolahan komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya, misalnya wisata.

TABEL IV.7 RENCANA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN

NO JENIS KAWASAN PENGEMBANGAN

KOMODITAS UNGGULAN

PENGEMBANGAN

LOKASI PENGEMBANGAN

1 Kawasan perikanan budi daya air tawar a. Kawasan perikanan budi daya air tawar di

 Kelurahan Koya Barat kolam

Ikan mas, ikan nila, dan ikan lele

 Kelurahan Koya Timur  Kampung Koya Tengah

 Kampung Koya Koso b. Kawasan perikanan budi daya air tawar di

 Kampung Yoka danau

Ikan mujair dan ikan gabus

 Kampung Waena 2 Kawasan perikanan budi daya air payau

Kampung Holtekamp (tambak)

Ikan bandeng

3 Kawasan perikanan budi daya laut

Ikan bandeng, kuwe (bobara),

Kawasan perairan Teluk Youtefa,

dan ikan karang lainnya, seperti

yaitu:

ikan kerapu macan, ikan kerapu bebek, ikan kerapu lumpur, ikan

 Kampung Tobati

 Kampung Enggros

kakap putih, ikan napoleon, ikan

 Kampung Nafri  Kelurahan Abepantai

sunu (lodi), dan ikan baronang.

4 Kawasan minapolis (kawasan pemasaran

Pasar Youtefa Distrik Abepura dan jasa)

Pemasaran produk-produk

minapolitan, baik ikan segar maupun produk olahan.

Kawasan merupakan pusat pemasaran, informasi, serta pelatihan bagi masyarakat dalam hal teknologi pengolahan, budi daya perikanan, dan manajemen usaha dalam pengembangan minapolitan.

Sumber: Masterplan Pengembangan Minapolitan Budi daya di Kota Jayapura

b. pengembangan prasarana Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) di Distrik Muara Tami;

c. pengembangan dan pembangunan Pusat Pengolahan Ikan (PPI) terletak di PPI Hamadi terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan; dan

d. peningkatan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Hamadi terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan.

4.2.14 KAWASAN PERUNTUKAN PERTANIAN

Kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan budi daya yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian. Ketentuan kawasan peruntukan pertanian adalah:

a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian; dan

b. dapat dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi dalam rangka intensifikasi lahan.

Bangunan sub-terminal agribisnis (STA) di Koya Barat sudah dibangun oleh Pemerintah Provinsi pada akhir tahun 2007, namun belum berfungsi sampai saat ini, karena belum dilengkapi dengan peralatan penunjangnya. Pengembangan kawasan pertanian di Distrik Muara Tami diarahkan pada pengembangan konsep agropolitan. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pertanian adalah:

1. kawasan pertanian tanaman pangan; Kawasan pertanian pangan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian pangan, karena didukung oleh kondisi topografi tanah yang sesuai dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk lahan basah dalam menghasilkan produksi pangan, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Kesesuaian lahan kawasan tanaman pangan adalah dataran rendah dan dataran tinggi, dengan bentuk lahan datar sampai berombak (lereng <8%), memiliki dan atau tidak memiliki prasarana irigasi untuk pengembangan. Tanaman pangan yang dapat dikembangkan adalah padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai, kacang tanah, dan umbi-umbian. Luas kawasan peruntukan tanaman pangan adalah lebih kurang 2.767 hektar terletak di:

a. Kampung Yoka Distrik Abepura;

b. Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami;

c. Kelurahan Koya Timur Distrik Muara Tami;

d. Kampung Koya Tengah Distrik Muara Tami;

e. Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami;

f. Kampung Skouw Mabo Distrik Muara Tami; dan

g. Kampung Skouw Yambe Distrik Muara Tami.

2. kawasan pertanian perkebunan; Kawasan peruntukan perkebunan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan perkebunan dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan perkebunan dalam meningkatkan produksi perkebunan, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Kawasan peruntukan perkebunan dapat menjadi kawasan penyangga bagi kawasan hutan lindung. Jenis tanaman yang diperkenankan adalah tanaman tahunan yang disertai kualitas teras yang baik, sehingga erosi seminimal mungkin. Pada tempat-tempat terbuka bekas penebangan pohon, supaya ditanami tanaman perdu yang mampu melindungi tanah dari deburan air hujan. Kawasan peruntukan perkebunan dikembangkan melalui sistem dan usaha agribisnis dengan model Pengembangan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN). Pada 2. kawasan pertanian perkebunan; Kawasan peruntukan perkebunan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan perkebunan dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan perkebunan dalam meningkatkan produksi perkebunan, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Kawasan peruntukan perkebunan dapat menjadi kawasan penyangga bagi kawasan hutan lindung. Jenis tanaman yang diperkenankan adalah tanaman tahunan yang disertai kualitas teras yang baik, sehingga erosi seminimal mungkin. Pada tempat-tempat terbuka bekas penebangan pohon, supaya ditanami tanaman perdu yang mampu melindungi tanah dari deburan air hujan. Kawasan peruntukan perkebunan dikembangkan melalui sistem dan usaha agribisnis dengan model Pengembangan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN). Pada

a. Kelurahan Abepantai Distrik Abepura;

b. Kampung Koya Koso Distrik Abepura;

c. Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami;

d. Kampung Koya Tengah Distrik Muara Tami;

e. Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami;

f. Kampung Skouw Mabo Distrik Muara Tami;

g. Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami; dan

h. Kampung Skouw Yambe Distrik Muara Tami.

3. kawasan peruntukan pertanian hortikultura; Kawasan peruntukan pertanian hortikultura adalah kawasan lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman hortikultura secara monokultur maupun tumpang sari. Tanaman hortikultura yang berpotensi dikembangkan adalah jeruk dan pisang. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pertanian hortikultura dengan luas lebih kurang 261 ha terletak di:

a. Kampung Koya Koso Distrik Abepura; dan

b. Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami.

4. kawasan peruntukan pertanian peternakan Kawasan peruntukan peternakan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan peternakan dan segala kegiatan penunjangnya. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk memanfaatkan lahan yang sesuai untuk kegiatan peternakan dalam menghasilkan produksi peternakan, seperti ternak dan hasil ternak lainnya dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Kawasan ini merupakan kawasan padang rumput atau semak belukar cukup luas, yang diperuntukan bagi melepaskan dan sekaligus memelihara ternak.

Lokasi untuk kawasan peruntukan peternakan diutamakan pada tanah yang tidak produktif dan terpisah dari lahan pertanian penduduk sekitarnya. Pengarahan lokasi kawasan peternakan harus memperhatikan beberapa faktor, di antaranya adalah sebagai berikut: Lokasi untuk kawasan peruntukan peternakan diutamakan pada tanah yang tidak produktif dan terpisah dari lahan pertanian penduduk sekitarnya. Pengarahan lokasi kawasan peternakan harus memperhatikan beberapa faktor, di antaranya adalah sebagai berikut:

b. sosial, meliputi aspek keagamaan, polusi udara dan air, aspek keamanan, dan atau kesehatan masyarakat/lingkungan; dan

c. ekonomi, meliputi aspek kesehatan ternak dan aspek kompetisi antar peternak dan aspek pemasaran.

Luas kawasan peruntukan pertanian peternakan adalah lebih kurang 176 hektar terletak di:

a. Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami;

b. Kampung Koya Tengah; dan

c. Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pertanian meliputi:

a. peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura;

b. peningkatan pertanian melalui sektor agribisnis; dan

c. peningkatan peternakan terpadu.

4.2.15 KAWASAN PERUNTUKAN HUTAN PRODUKSI

Kawasan peruntukan hutan produksi di Kota Jayapura terdiri atas kawasan peruntukan hutan produksi tetap, kawasan peruntukan hutan produksi terbatas, dan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi.

1. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap adalah kawasan hutan yang karena pertimbangan kebutuhan sosial ekonomi dipertahankan sebagai kawasan hutan produksi yang berfungsi untuk menghasilkan hasil-hasil hutan bagi kepentingan negara, masyarakat, industri, dan ekspor. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah memanfaatkan ruang beserta sumberdaya hutan, baik dengan cara tebang pilih maupun tebang habis, dan tanam untuk menghasilkan hasil-hasil hutan bagi kepentingan negara, masyarakat, dan industri dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap dengan luas lebih kurang 19.242 hektar terletak di:

a. Kelurahan Asano Distrik Abepura;

b. Kelurahan Abepantai Distrik Abepura;

c. Kampung Nafri Distrik Abepura; c. Kampung Nafri Distrik Abepura;

e. Kampung Yoka Distrik Heram;

f. Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami;

g. Kelurahan Koya Timur Distrik Muara Tami;

h. Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami; dan

i. Kampung Mosso Distrik Muara Tami.

2. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan yang digunakan untuk kegiatan budi daya hasil-hasil hutan secara terbatas dengan tetap memperhatikan fungsinya sebagai hutan untuk melindungi kawasan di bawahnya. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah memanfaatkan ruang beserta sumberdaya hutan dengan cara tebang pilih dan tanam untuk menghasilkan hasil-hasil hutan bagi kepentingan negara, masyarakat, industri, ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Kawasan ini memiliki luas lebih kurang 18.474 hektar terletak di:

a. Kelurahan Yobe Distrik Abepura;

b. Kelurahan Asano Distrik Abepura;

c. Kelurahan Awiyo Distrik Abepura;

d. Kelurahan Abepantai Distrik Abepura;

e. Kampung Nafri Distrik Abepura;

f. Kampung Koya Koso Distrik Abepura;

g. Kelurahan Hedam Distrik Heram;

h. Kampung Yoka Distrik Heram;

i. Kelurahan Koya Timur Distrik Muara Tami; j. Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami; k. Kampung Skouw Mabo Distrik Muara Tami; dan l. Kampung Mosso Distrik Muara Tami.

3. Kawasan peruntukan hutan produksi konversi adalah areal hutan produksi tetap yang dapat dirubah peruntukkannya guna memenuhi kebutuhan pengembangan transmigrasi, pertanian, perkebunan, industri, permukiman, lingkungan, dan lain- lain. Kawasan ini memiliki luas lebih kurang 10.562 hektar terletak di:

a. Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara;

b. Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara;

c. Kelurahan Vim Distrik Abepura;

d. Kelurahan Yobe Distrik Abepura; d. Kelurahan Yobe Distrik Abepura;

f. Kelurahan Abepantai Distrik Abepura;

g. Kelurahan Awiyo Distrik Abepura;

h. Kampung Enggros Distrik Abepura;

i. Kampung Nafri Distrik Abepura; j. Kampung Koya Koso Distrik Abepura; k. Kelurahan Hedam Distrik Heram; l. Kelurahan Waena Distrik Heram; m. Kelurahan Yabansai Distrik Heram; n. Kampung Yoka Distrik Heram; o. Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami; p. Kelurahan Koya Timur Distrik Muara Tami; q. Kampung Koya Tengah Distrik Muara Tami; r. Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami; dan s. Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan hutan produksi adalah:

1. penertiban penguasaan dan pemilikan hutan produksi; dan

2. penghijauan kawasan hutan produksi.

4.2.16 KAWASAN PERUNTUKAN SEKTOR INFORMAL

Kawasan peruntukan sektor informal, yaitu kawasan yang ditujukan untuk Pedagang Kaki Lima (PKL). Sektor informal adalah kegiatan usaha yang ditandai dengan bersandar pada sumber daya lokal; usaha milik sendiri; operasinya dalam skala kecil; padat karya dan teknologinya bersifat adaptif; keterampilan dapat diperoleh di luar sistem sekolah formal; dan tidak terkena secara langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif. Kawasan peruntukan sektor informal meliputi:

a. pengembangan kawasan perdagangan dan perkantoran mengalokasikan ruang kegiatan sektor informal;

b. pengembangan kawasan pusat pedagang kaki lima dan usaha kecil menengah di Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan; dan

c. pengembangan kemitraan antara Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat.

TABEL IV.8

POLA RUANG KOTA JAYAPURA

NO POLA RUANG

LUAS EKSISTING (HA)

LUAS RENCANA (HA)

TAHUN 2033 Kawasan Lindung

TAHUN 2012

1 Hutan lindung

6.634 2 Kawasan resapan air

6.371 3 Kawasan bergambut

1.176 4 Kawasan sempadan pantai

110 5 Kawasan sempadan sungai

522*) 6 Kawasan sekitar danau

255 7 Ruang terbuka hijau

7.183 8 Kawasan cagar alam

9.694 9 Kawasan taman wisata alam

308 10 Kawasan cagar budaya

356 11 Perairan

1.926 12 Hutan bakau

6 - 13 Hutan

- 14 Bukit longsor

- 15 Lahan kritis

34.537 Kawasan Budi daya

Luas Kawasan Lindung

79 95 3 Perdagangan dan jasa

110 6 Ruang terbuka non hijau

35 10 Pertahanan dan keamanan

5.703 14 Hutan produksi

48.278 15 Fasilitas sosial

- 16 Fasilitas umum

Luas Kawasan Budi daya

59.463 Kota Jayapura

Sumber: Hasil Rencana Tim RTRW Kota Jayapura, 2012 Keterangan:

*) = merupakan kawasan sempadan sungai di luar dari kawasan budi daya

Gambar 4.1 Peta Rencana Kawasan Lindung Kota Jayapura Tahun 2033

Gambar 4.2 Peta Rencana Kawasan Budi daya Kota Jayapura Tahun 2033

Gambar 4.3 Peta Rencana Pola Ruang Kota Jayapura Tahun 2033

Gambar 4.1 Peta Rencana Kawasan Lindung Kota Jayapura Tahun 2033 ................ 49 Gambar 4.2

Peta Rencana Kawasan Budi daya Kota Jayapura Tahun 2033 ............ 50 Gambar 4.3

Peta Rencana Pola Ruang Kota Jayapura Tahun 2033 ........................... 51