4-Revisi Rencana Pola Ruang RTRW
4.1 RENCANA POLA PEMANTAPAN KAWASAN LINDUNG
Pengertian kawasan lindung menurut UU No. 26 Tahun 2007 adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, kawasan lindung ditetapkan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar dalam memasok air, pencegahan longsor, meminimalisasi dampak gempa bumi, dan menjaga fungsi hidrologi ekosistem kawasan sekitarnya. Pemantapan kawasan lindung di Kota Jayapura adalah:
1. hutan lindung;
2. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, yang meliputi kawasan bergambut dan kawasan resapan air;
3. kawasan perlindungan setempat, yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan resapan dan sekitar mata air;
4. ruang terbuka hijau;
5. kawasan suaka alam dan cagar budaya; dan
6. kawasan rawan bencana alam, yang meliputi kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir.
4.1.1 HUTAN LINDUNG
Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang dapat memberikan perlindungan pada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi, serta memelihara kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung ditetapkan dengan ketentuan kawasan yang berfungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mencegah terjadinya erosi, sedimentasi, mencegah banjir, mencegah intrusi air laut, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan. Kawasan hutan lindung di
Kota Jayapura memiliki luas lebih kurang 6.634 (enam ribu enam ratus tiga puluh empat) hektar yang terletak di:
1. Hutan Lindung Abepura di Distrik Abepura dan Distrik Heram;
2. Hutan Lindung Pegunungan Djar di Distrik Muara Tami;
3. Hutan Lindung Bougenville di Distrik Muara Tami; dan
4. hutan lindung di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa di Distrik Jayapura Selatan dan Distrik Abepura, yaitu sepanjang ruas jalan ring road Jayapura-Sentani dan Jalan
Hamadi Holtekamp. Pemanfaatan dan pengelolaan terhadap kawasan hutan lindung di Kota
Jayapura adalah:
1. peningkatan fungsi dan mempertahankan luasan kawasan hutan lindung. Pembangunan papan informasi kawasan hutan lindung serta batas patok yang jelas dapat meminimalkan konflik dalam kawasan hutan lindung;
2. rehabilitasi dan reboisasi hutan lindung; dan
3. mengembangkan wisata ekologi.
4.1.2 KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KAWASAN BAWAHANNYA
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terdapat di Kota Jayapura adalah kawasan resapan air dan kawasan bergambut.
A. Kawasan Resapan Air Kawasan resapan air merupakan kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi
untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan ini diperuntukkan untuk kegiatan pemanfaatan lahan yang dapat menjaga kelestarian ketersediaan air bagi daerah di bawahnya, karena sifatnya demikian, maka bangunan yang dapat menghalangi masuknya air hujan ke dalam tanah harus dibatasi bahkan ditiadakan.
Berdasarkan identifikasi terhadap kondisi fisik kawasan sesuai dengan kriteria kawasan ini yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perlindungan terhadap kawasan resapan air diarahkan dengan luas lebih kurang 6.371 (enam ribu tiga ratus tujuh puluh satu) hektar. Lokasi kawasan resapan air terletak di seluruh wilayah Kota. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kota Jayapura adalah:
1. pemulihan dan peningkatan kemampuan meresapkan air hujan ke dalam tanah pada kawasan resapan air; dan
2. perlindungan terhadap biota yang dilindungi.
B. Kawasan Bergambut Kawasan bergambut adalah kawasan yang unsur membentuk tanahnya
sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang bertimbun dalam waktu yang lama. Tujuan perlindungan adalah untuk mengendalikan hidrologi wilayah, yaitu sebagai penambat air dan pencegah banjir, serta melindungi ekosistem yang khas di kawasan bergambut. Kawasan bergambut memiliki luas lebih kurang 1.176 (seribu seratus tujuh puluh enam) ha yang terletak di Kelurahan Koya Timur dan Kampung Mosso Distrik Muara Tami.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan bergambut adalah:
1. perlindungan terhadap biota yang dilindungi; dan
2. revitaliasasi kawasan bergambut.
4.1.3 KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT
A. Kawasan Sempadan Pantai
Kawasan sempadan pantai adalah kawasan prioritas sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai dengan tujuan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Selain itu, sempadan pantai juga akan memberikan perlindungan kepada kawasan di belakangnya terhadap terpaan angin laut dan badai, gelombang laut yang tinggi, seperti tsunami. Kawasan sempadan pantai ini ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat dan 60 meter di kawasan yang sudah memiliki bangunan permukiman penduduk;
b. mempertimbangkan aspek topografi, biofisik, hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya, serta kelestarian lingkungan;
c. perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami;
d. perlindungan pantai dari erosi atau abrasi; d. perlindungan pantai dari erosi atau abrasi;
f. perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah, mangrove, terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta;
g. pengaturan akses publik; dan
h. pengaturan untuk saluran air dan limbah. Melihat dari kriteria dan kepentingan perlunya sempadan pantai, maka perlu
diperhatikan area bibir pantai terutama yang memiliki karakteristik landai, berhadapan langsung dengan laut lepas, sering mengalami bencana (gelombang pasang, rob, tsunami), permukiman padat penduduk, kawasan nelayan dan akses langsung ke laut, dan kawasan budi daya. Karakteristik pantai tersebut sangat membutuhkan aturan yang lebih kuat untuk sempadan pantai, seperti tidak diperkenankan mendirikan bangunan permanen pada jalur sempadan pantai. Namun, untuk kawasan yang memiliki daya dukung dan sensitivitas yang lebih rendah terhadap dampak yang ditimbulkan dari laut, aturan dapat disesuaikan dengan pengaturan akses publik yang lebih baik.
Sempadan pantai di Kota Jayapura berada di distrik yang berbatasan dengan laut meliputi:
a. Kelurahan Tanjung Ria, Kelurahan Imbi, Kelurahan Mandala, Kelurahan Bhayangkara, dan Kelurahan Gurabesi berada di Distrik Jayapura Utara;
b. Kelurahan Numbai, Kelurahan Argapura, Kelurahan Hamadi, Kelurahan Entrop, Kampung Tahima Soroma, dan Kampung Tobati berada di Distrik Jayapura Selatan;
c. Kelurahan Wahno, Kelurahan Wai Mhorock, Kelurahan Asano, Kelurahan Abepantai, Kampung Nafri, dan Kampung Enggros berada di Distrik Abepura; dan
d. Kampung Holtekamp, Kampung Skouw Yambe, Kampung Skouw Sae, Kampung Skouw Mabo, dan Kampung Mosso berada di Distrik Muara Tami.
Luas kawasan sempadan pantai adalah 110 ha. Pemanfaatan dan pengelolaan ruang kawasan sempadan pantai adalah:
a. pemeliharaan infrastruktur perlindungan pantai, seperti talud, pemecah ombak pada kawasan pantai di permukiman Pantai Hamadi Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan; dan
b. penghijauan kembali kawasan sempadan pantai.
B. Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan ini meliputi kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Selain itu, fungsi sempadan sungai adalah sebagai ruang penyangga antara ekosistem sungai dan daratan, sehingga fungsi sungai dan kegiatan manusia tidak saling terganggu.
Ketentuan kawasan sempadan sungai ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. daratan sepanjang tepian sungai yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik, sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar, dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman, sedangkan kawasan sempadan sungai bertanggul pada kawasan budi daya perkotaan sekurang- kurangnya 5 meter dari tepi tanggul;
TABEL IV.1 KAWASAN LINDUNG SEMPADAN SUNGAI
NO KRITERIA SUNGAI
KETENTUAN SEMPADAN MINIMAL
KETERANGAN
A Sungai bertanggul di
Di kawasan perkotaan Kota dalam kawasan
Minimal 3 meter dari tepi kaki tanggul sepanjang
Jayapura, kawasan sempadan perkotaan
alur sungai.
sungai bertanggul sekurang- kurangnya 5 meter dari tepi
B Sungai tidak
tanggul. bertanggul di dalam
a. Kedalaman sungai kurang atau sama dengan
Di kawasan perkotaan Kota kawasan perkotaan
3 meter adalah minimal 10 meter dari tepi kiri
dan kanan palung sungai sepanjang alur
Jayapura, kawasan sempadan
sungai;
dapat diwujudkan dalam jalan
b. Kedalaman sungai lebih dari 3 - 20 meter
inspeksi.
adalah minimal 15 meter dari tepi kiri dan
Garis sempadan diukur ruas
kanan palung sungai sepanjang alur sungai;
per ruas dari tepi sungai
c. Kedalaman sungai lebih dari 20 meter adalah
dengan mempertimbangkan
minimal 30 meter dari tepi kiri dan kanan
luas daerah pengaliran sungai
palung sungai sepanjang alur sungai.
pada ruas yang bersangkutan Untuk sungai yang
C Sungai tidak
terpengaruh pasang surut air bertanggul di luar
a. Sungai besar sekurang-kurangnya 100 meter
laut, jalur hijau terletak pada kawasan perkotaan
dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai.
garis sempadan yang
b. Sungai kecil sekurang-kurangnya 50 meter
ditetapkan sekurang-
dari tepi dan kanan palung sungai sepanjang
kurangnya 100 meter dari tepi
alur sungai.
sungai.
Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2011 tentang Sungai dan Hasil Rencana Tim RTRW Kota
Jayapura, 2012 Jayapura, 2012
c. mempertimbangkan dampak untuk pemeliharaan, kelestarian dan estetika sungai, dampak terhadap banjir, serta kebutuhan terhadap jalan inspeksi.
Kawasan sempadan sungai memiliki luas lebih kurang 3.151 (tiga ribu seratus lima puluh satu) hektar meliputi:
a. Sungai APO terletak di Distrik Jayapura Utara;
b. Sungai Anafre terletak di Distrik Jayapura Utara;
c. Sungai Kloofkamp terletak di Distrik Jayapura Utara;
d. Sungai Entrop terletak di Distrik Jayapura Selatan;
e. Sungai Acai terletak di Distrik Abepura;
f. Sungai Kujabu terletak di Distrik Heram;
g. Sungai Hubai terletak di Distrik Heram;
h. Sungai Siborogonyi terletak di Distrik Abepura;
i. Sungai Buper terletak di Distrik Heram; j. Sungai Tami terletak di Distrik Muara Tami; k. Sungai Moso terletak di Distrik Muara Tami; l. Sungai Sekanto terletak di Distrik Muara Tami; dan m. Sungai Buaya terletak di Distrik Muara Tami.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan sempadan sungai di Kota Jayapura adalah:
1. perbaikan kualitas air sungai sesuai baku mutu untuk menjamin kehidupan biota air dan mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat;
2. peningkatan nilai estetika sempadan sungai;
3. peningkatan keterletakan badan air berfungsi sebagai penampung kelebihan air dan prasarana pengendali daya rusak air; dan
4. penghijauan kembali kawasan sempadan sungai.
C. Kawasan Sekitar Danau dan Telaga
Kawasan sempadan danau dan telaga adalah kawasan tertentu di sekeliling danau dan telaga yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau. Ketentuan kawasan sekitar danau adalah: Kawasan sempadan danau dan telaga adalah kawasan tertentu di sekeliling danau dan telaga yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau. Ketentuan kawasan sekitar danau adalah:
b. mempertimbangkan tipologi kawasan serta aspek teknis, sosial, dan ekonomi masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan; dan
c. mempertimbangkan dampak untuk pemeliharaan, kelestarian dan estetika danau, serta dampak terhadap kenaikan air danau dan banjir.
Luas kawasan sekitar danau adalah lebih kurang 255 hektar. Kawasan sekitar danau terletak di:
a. Danau Sentani di Distrik Heram; Danau Sentani berada pada wilayah administrasi Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Danau ini memanjang dari Timur ke Barat sepanjang 26,5 km, lebar 0,75-6 km dengan kedalaman maksimum mencapai 51,8 m. Luas Danau Sentani 9.630 Ha yang terletak pada ketinggian 75 m dpl. Danau ini menjadi sumber hidup masyarakat di Kampung Yoka Distrik Heram. Dimanfaatkan sebagai sarana transportasi, objek wisata, sumber air bersih dan MCK keluarga, tempat membuat keramba, serta tempat aliran limbah dari perumahan.
b. Telaga Yuong di Kelurahan Abepantai Distrik Abepura;
c. Telaga Wakulu di Kelurahan Asano Distrik Abepura; dan
d. Telaga Djar di Kampung Skouw Yambe Distrik Muara Tami. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan sekitar danau di Kota Jayapura adalah:
1. peningkatan fungsi danau sebagai kawasan tangkapan air, pariwisata, dan transportasi;
2. perbaikan kualitas air danau sesuai baku mutu, untuk menjamin kehidupan biota air dan mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat; dan
3. penghijauan kembali kawasan sempadan danau dan telaga.
D. Kawasan Resapan dan Sekitar Mata Air
Kawasan ini merupakan kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Ketentuan kawasan sekitar mata air adalah kawasan yang diarahkan menjadi kawasan bebas fisik bangunan (buffer zone) sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter dari pusat mata air, termasuk dalam kriteria tersebut adalah mata air yang memiliki debit permanen sepanjang tahun. Kawasan sekitar mata air adalah: Kawasan ini merupakan kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Ketentuan kawasan sekitar mata air adalah kawasan yang diarahkan menjadi kawasan bebas fisik bangunan (buffer zone) sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter dari pusat mata air, termasuk dalam kriteria tersebut adalah mata air yang memiliki debit permanen sepanjang tahun. Kawasan sekitar mata air adalah:
b. Hutan Lindung Abepura terletak di Distrik Abepura dan Distrik Heram;
c. Hutan Lindung Pegunungan Djar terletak di Distrik Muara Tami;
d. Hutan Lindung Bougenville terletak di Distrik Muara Tami;
e. Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;
f. Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara yang berada di RT 01 RW III, RT 03 RW I, RT 02 RW II, RT VI RW II;
g. mata air sagu di Kampung Kayobatu Distrik Jayapura Utara; dan
h. mata air Dok VIII dan Dok IX Kelurahan Imbi Distrik Jayapura Utara. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan sekitar mata air adalah:
1. penghijauan kembali kawasan sekitar mata air; penanaman pohon pada wilayah mata air dengan kriteria pemilihan vegetasi diantaranya relatif tahan terhadap penggenangan air, daya transpirasi rendah, dan memiliki sistem perakaran yang kuat dan dalam, sehingga dapat menahan erosi dan meningkatkan infiltrasi (resapan) air. Beberapa tanaman yang memiliki daya transpirasi yang rendah antara lain Cemara Laut (Casuarina Equisetifolia), Karet Munding (Ficus Elastica), Manggis (Garcinia Mangostana), Kelapa (Cocos Nucifera), Damar (Agathis Loranthifolia); dan
2. penataan kawasan mata air.
4.1.4 RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ketentuan penetapan ruang terbuka hijau sebagai kawasan lindung adalah:
a. dapat berupa area yang berfungsi sebagai bermain, berolahraga, bersosialisasi, evakuasi bencana, dan aktivitas lain bagi masyarakat;
b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan
c. didominasi komunitas tumbuhan. Pengembangan RTH di Kota Jayapura, selain sebagai kebutuhan normatif
dalam penataan ruang juga dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang yang cukup bagi: dalam penataan ruang juga dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang yang cukup bagi:
b. kawasan pengendalian air larian dengan menyediakan kolam retensi;
c. area pengembangan keanekaragaman hayati;
d. area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan;
e. tempat rekreasi dan olahraga masyarakat;
f. tempat pemakaman umum;
g. pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan;
h. pengaman sumberdaya alam, buatan, maupun historis;
i. penyediaan RTH yang bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta kriteria pemanfaatannya; j. area mitigasi/evakuasi bencana; dan k. ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan perundangan dan
tidak mengganggu fungsi utama RTH tersebut. Ruang terbuka hijau di Kota Jayapura minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas
kawasan budi daya meliputi ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
1. Ruang terbuka hijau publik, yaitu RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. RTH publik meliputi:
a. RTH taman Rukun Tetangga (RT), dengan luas lebih kurang 88 hektar yang terletak di seluruh wilayah Kota. Ketentuan RTH taman RT adalah: jumlah penduduk pendukung adalah 250 jiwa dan kebutuhan luas lahan
minimal 250 m 2 ; dan mempertimbangkan kondisi fisik kawasan.
b. RTH taman Rukun Warga (RW), dengan luas lebih kurang 43 hektar yang terletak di seluruh wilayah Kota. Ketentuan RTH taman RW adalah:
penduduk yang dilayani 2.500 jiwa dan luas minimal 1.250 m 2 ; mempertimbangkan kondisi fisik kawasan.
c. RTH taman distrik, dengan luas lebih kurang 29 hektar terletak di seluruh wilayah Kota. Ketentuan RTH taman distrik adalah:
penduduk yang dilayani 30.000 jiwa dan luas minimal 9.000 m 2 ; mempertimbangkan kondisi fisik kawasan.
d. RTH taman kota, dengan luas lebih kurang 87 hektar terletak di seluruh wilayah Kota. Ketentuan RTH taman kota adalah:
penduduk yang dilayani adalah 480.000 jiwa dan luas minimal 144.000 m 2 ;
mempertimbangkan kondisi fisik kawasan. Tabel IV.2 merupakan taman-taman kota yang telah ditetapkan dalam Keputusan Walikota.
TABEL IV.2 TAMAN KOTA DI KOTA JAYAPURA
NO
TAMAN KOTA
LUAS (M2)
1 Taman Imbi
2 Taman Youtefa
3 Taman Weref
4 Taman Cecak
5 Taman Dok II
6 Taman Perdamaian/Mandiri
7 Taman Pepera
8 Taman Pompa Bensin
9 Taman Mesran
10 Taman Youtefa Pitd
11 Taman Kantor Pos
12 Taman Weref
13 Taman Dok II No.1
14 Taman Dok II No.2
15 Taman Perahu
16 Taman Segitiga DPR Tk. 1
17 Taman Gedung Negara
18 Taman Gedung Negara
19 Taman Ardipura
20 Taman Mandala
21 Taman SMKK
22 Taman Mandala 2
23 Taman Pompa Bensin Lama
24 Taman SMP I Jayapura Utara
25 Taman Segitiga Kelapa Dua
26 Taman Segitiga Entrop
27 Taman Vihara Vim
28 Taman Jayanti
29 Taman Batas Kota
30 Taman Pertigaan Dolok
31 Taman Argapura
32 Taman Pemotong Hewan
33 Taman Gereja Pniel
34 Taman Depan Sospol
35 Taman Lumba-lumba
36 Taman Weref
37 Taman Porasko
38 Taman Depan Polsek Abepura
TOTAL LUAS TAMAN KOTA
Sumber: Keputusan Walikota Jayapura No. 12 Tahun 2012 Sumber: Keputusan Walikota Jayapura No. 12 Tahun 2012
Kelurahan Awiyo, dan Kampung Nafri Distrik Abepura; (d) TPU Islam terletak di Kelurahan Abepantai dan Kampung Nafri Distrik Abepura; (e) pemakaman terletak di Kampung Waena Distrik Heram; (f) pemakaman terletak di Distrik Muara Tami; dan (g) Taman Makam Pahlawan (TMP) terletak di Kelurahan Waena Distrik Heram. Kondisi lokasi pemakaman dan kebutuhan ruang akan sangat subyektif terhadap kebutuhan penduduk menurut agama dan kepercayaannya. Alokasi untuk tempat pemakaman umum didekati dengan luas lahan minimal untuk kebutuhan kota. Pemilihan vegetasi di sekitar RTH ini adalah: sistem perakaran masuk ke dalam tanah, tidak merusak konstruksi dan
bangunan; batang tegak kuat, tidak mudah patah dan tidak berbanjir; sedapat mungkin mempunyai nilai ekonomi, atau menghasilkan buah yang
dapat dikonsumsi langsung; tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap; tahan terhadap hama penyakit; berumur panjang; dapat berupa pohon besar, sedang, atau kecil disesuaikan dengan
ketersediaan ruang; dan sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung. Contoh vegetasi untuk pemakaman adalah Bougenvil, Kamboja Putih, Puring, Lili Pita, Tanjung, Dadap, Kembang Merak, Jamblang, dan Salam.
f. RTH sempadan sungai, dengan luas lebih kurang 2.605 hektar (83% dari total kawasan sempadan sungai) terletak di kawasan sempadan sungai di kawasan budi daya perkotaan: (a) Sungai APO terletak di Distrik Jayapura Utara; (b) Sungai Anafre terletak di Distrik Jayapura Utara; (c) Sungai Kloofkamp terletak di Distrik Jayapura Utara; (d) Sungai Entrop terletak di Distrik Jayapura Selatan; (e) Sungai Acai terletak di Distrik Abepura;
(f) Sungai Kujabu terletak di Distrik Heram; (g) Sungai Hubai terletak di Distrik Heram; (h) Sungai Siborogonyi terletak di Distrik Abepura; (i) Sungai Buper terletak di Distrik Heram; (j) Sungai Tami terletak di Distrik Muara Tami; (k) Sungai Moso terletak di Distrik Muara Tami; (l) Sungai Sekanto terletak di Distrik Muara Tami; dan (m) Sungai Buaya terletak di Distrik Muara Tami.
g. RTH sempadan jalan dengan luas lebih kurang 26 hektar;
h. RTH hutan kota dengan luas lebih kurang 2.762 hektar, yaitu: (a) Hutan Frembi dengan luas lebih kurang 390 (tiga ratus sembilan puluh) hektar terletak di Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan; (b) Hutan Pendidikan Kampus Uncen dengan luas lebih kurang 5 (lima) hektar terletak di Kelurahan Yabansai Distrik Heram; (c) Hutan Kebun Botani dengan luas lebih kurang 600 (enam ratus) hektar terletak di Distrik Abepura. Di dalam lahan seluas 600 ha dimaksud terdapat 3 buah mata air dimana salah satunya terletak antara Km 2-2.5 dan 1 buah telaga yang terletak dekat Sungai Skamto. Potensi hasil hutan berupa kayu, non kayu, dan jasa lingkungan perlu difungsikan secara optimal; dan
(d) perbukitan dengan luas lebih kurang 1.767 (seribu tiga ratus tujuh puluh sembilan) hektar terletak di: Kelurahan Tanjung Ria, Kelurahan Angkasapura, Kelurahan Imbi,
Kelurahan Trikora, Kelurahan Mandala, Kelurahan Bhayangkara, dan Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;
Kelurahan Numbai, Kelurahan Argapura, Kelurahan Ardipura, Kelurahan Entrop, dan Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan; Kelurahan Vim, Kelurahan Wahno, dan Kelurahan Wai Mhorock Distrik Abepura; dan Kampung Yoka dan Kampung Waena Distrik Heram.
i. RTH lapangan olahraga dengan luas lebih kurang 40 hektar meliputi lapangan sepakbola yang terletak di seluruh wilayah Kota.
2. Ruang terbuka hijau privat, yaitu RTH milik institusi tertentu atau orang pribadi yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat yang ditanami tumbuhan dengan luas lebih kurang 1.479 hektar meliputi: 2. Ruang terbuka hijau privat, yaitu RTH milik institusi tertentu atau orang pribadi yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat yang ditanami tumbuhan dengan luas lebih kurang 1.479 hektar meliputi:
b. halaman perdagangan dan jasa;
c. halaman pendidikan;
d. halaman kesehatan;
e. halaman peribadatan;
f. halaman pertahanan dan keamanan;
g. halaman perkantoran; dan
h. halaman industri.
Pemanfaatan dan pengelolaan ruang terbuka hijau di Kota Jayapura adalah:
1. peningkatan fungsi dan mempertahankan luasan RTH eksisting;
2. peningkatan kualitas taman kota;
3. pengembangan taman dan hutan kota;
4. peningkatan RTH lapangan olahraga;
5. peningkatan RTH pemakaman, dimana kawasan pemakaman ini hendaknya tidak dibangun secara berlebihan;
6. peningkatan jalur hijau sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan danau, dan sempadan jalan;
7. peningkatan kerja sama pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam memelihara RTH publik; dan
8. pengembangan RTH privat.
TABEL IV.3
RENCANA RUANG TERBUKA HIJAU KOTA JAYAPURA, 2013-2033
RENCANA PENGEMBANGAN TAHUN 2033 NO
KONDISI EKSISTING 2012
FUNGSI RUANG
DISTRIK DISTRIK
HERAM MUARA TAMI I RTH PUBLIK
MUARA TAMI
1 Taman RT
22 23 25 14 4 2 Taman RW
11 11 12 7 2 3 Taman Distrik
7 7 7 4 4 4 Taman Kota
4 1 14 4 1 6 Sempadan Sungai
35 2.205 7 Sempadan Jalan
3 11 2 9 8 Hutan Kota
305 83 9 Lapangan Olahraga
Total RTH Publik (Ha)
412 2.324 Total RTH Publik Kota Jayapura (Ha)
II RTH Private
78 754 2 Perdagangan dan Jasa
5 2 6 2 - 6 Pertahanan & Keamanan
3 9 3 5 16 7 Perkantoran
19 5 10 7 - 8 Industri
3 1 1 - 9 Pariwisata
Bab IV Rencana Pola Ruang |
IV - 15
RENCANA PENGEMBANGAN TAHUN 2033 NO
KONDISI EKSISTING 2012
FUNGSI RUANG
DISTRIK DISTRIK
MUARA TAMI
HERAM MUARA TAMI
9 Fasilitas Sosial (pendidikan, kesehatan, peribadatan)
Total RTH Private (Ha)
114 801 Total RTH Private Kota Jayapura (Ha)
TOTAL RTH (Ha)
526 3.125 TOTAL RTH KOTA JAYAPURA (Ha)
LUAS PERKOTAAN
LUAS KAWASAN HUTAN PRODUKSI
LUAS KAWASAN LINDUNG
LUAS WILAYAH KOTA
Sumber: Hasil Rencana Tim RTRW Kota Jayapura, 2012
Bab IV Rencana Pola Ruang |
IV - 16
4.1.5 KAWASAN SUAKA ALAM DAN CAGAR BUDAYA
A. Kawasan Cagar Alam
Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai penyangga sistem kehidupan. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.
Kawasan cagar alam ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistem;
b. memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit penyusunannya;
c. memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisika yang masih asli;
d. memiliki luas dan bentuk tertentu; atau
e. memiliki ciri khas. Luas kawasan cagar alam di Kota Jayapura adalah lebih kurang 9.694 hektar. Lokasi
cagar alam berada di Cagar Alam Cycloops yang terletak di Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, dan Distrik Heram.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan cagar alam adalah perlindungan keanekaragaman biota, ekosistem, dan keunikan alam bagi penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
B. Kawasan Taman Wisata Alam
Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang memiliki keadaan yang menarik dan indah secara alamiah maupun buatan manusia, memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olah raga serta terletak dekat dengan pusat-pusat pemukiman penduduk. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah melindungi keaslian alamnya, sehingga tetap menjadi pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Taman wisata alam ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa, dan ekosistem sumber daya alam hayati;
b. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata; b. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
d. kondisi lingkungan di sekitar untuk mendukung upaya pengembangan kegiatan wisata alam.
Kawasan taman wisata alam di Kota Jayapura, yaitu di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa dengan luas lebih kurang 308 hektar yang terletak di Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, dan Distrik Muara Tami. Pemanfaatan dan pengelolaan taman wisata alam adalah:
1. perlindungan keanekaragaman biota, ekosistem, dan keunikan alam bagi penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan tradisional masyarakat setempat; dan
2. pengembangan sistem pengaman dan perlindungan kawasan berbasis masyarakat.
C. Kawasan Cagar Budaya
Menurut UU Nomor 10 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pengertian cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya, karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Jadi, cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Pelestarian cagar budaya bertujuan:
a. melestarikan warisan budaya dan warisan umat manusia;
b. meningkatkan harkat dan martabat melalui cagar budaya;
c. memperkuat kepribadian bangsa;
d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan
e. mempromosikan warisan budaya kepada masyarakat internasional dan bangsa.
TABEL IV.4
KETENTUAN CAGAR BUDAYA
NO BENTUK CAGAR BUDAYA
KETENTUAN
1 Benda, bangunan, atau
a. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih.
struktur b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun. Masa gaya yang dimaksud adalah ciri yang mewakili masa gaya tertentu yang berlangsung sekurang- kurangnya 50 tahun, antara lain tulisan, karangan, pemakaian bahasa, dan bangunan rumah, misalnya gedung Bank Indonesia yang memiliki gaya arsitektur tropis modern Indonesia pertama;
c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan, dan
d. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
2 Situs cagar budaya a. Mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar budaya.
b. Menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu.
3 Kawasan cagar budaya a. Mengandung dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan. b. Berupa landscape budaya hasil bentukan manusia berusia paling sedikit 50 tahun. c. Memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia paling sedikit
50 tahun. d. Memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan ruang berskala luas.
e. Memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya.
f. Memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan manusia atau endapan fosil.
Sumber: UU Nomor 10 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
Kawasan cagar budaya dengan luas lebih kurang 356 hektar meliputi:
1. perkampungan mengelompok masyarakat adat meliputi:
a. Kampung Kayobatu terletak di Distrik Jayapura Utara;
b. Kampung Tahima Soroma dan Kampung Tobati terletak di Distrik Jayapura Selatan;
c. Kampung Enggros, Kampung Nafri, dan Kampung Koya Koso terletak di Distrik Abepura;
d. Kampung Yoka dan Kampung Waena terletak di Distrik Heram; dan
e. Kampung Skouw Mabo, Kampung Skouw Sae, Kampung Skouw Yambe, dan Kampung Mosso terletak di Distrik Muara Tami.
TABEL IV.5 KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT PORT NUMBAY KAMPUNG
SUKU
Kayobatu
Puy dan Makanuay
Tahima Soroma/Kayu Pulo
Sibi, Jouwe, Haai, Soro
Tobati Itaar, Ireuw, Mano, Haai, Merauje, Hamadi, Hababuk, Hanasbe, Assor, Dawir, Iwo Enggros
Drunyi,Sanyi, Merauje, Sembra, Hanasbei, Samai,Hababuk, dan Feb Nafri
Barat: Awi, Awinero,Fingkreuw,Tjoe,Uyo dan Wamuar Timur: Awi, Taniau,Merahabia, Kay, Sibri, Hanueby dan Wamia
Koya Koso
Koya Koso
Waena Ohee/Modouw, Hendambo, Pumoko, Dasim/Yepese, Kambu/Yepese, Kaegere dan Ongge Kampung Yoka
Wilayah sentani jadi masuk juga adat sentani termasuk Danau Sentani Kampung Holtekamp
Merauje, Sanyi, Sembre, Ramela. Klan yang ada masih berhubungan dengan etnis Skouw dan etnis Tobatji Injros.
Koya Tengah
Koya Tengah
Skouw Yambe
Rolo, Patipeme, Ramela, Membilong, Pae
Skouw Mabo
Malo, Membilong, Palora, Awe, dan Kemo
Skouw Sae
Nali, Mutang, Lomo, Reto, Palora
Mosso
Wapafoa, Syawu, Nutafoa, Smu
Sumber: Masterplan Pengembangan Minapolitan Budi daya di Kota Jayapura, 2011 dan Bappeda Kota Jayapura, 2013
2. bangunan/benda cagar budaya meliputi:
a. Gedung Negara terletak di Kelurahan Trikora Distrik Jayapura Utara;
b. Kawasan Taman Imbi berupa Taman Imbi, Gedung Kesenian/Balai Budaya, Gedung Sarinah, Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua terletak di Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;
c. Tugu Pepera terletak di Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara;
d. Kawasan Kantor Gubernur terletak di Kelurahan Mandala Distrik Jayapura Utara;
e. SPN Base-G terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara;
f. Tugu pendaratan sekutu terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;
g. Bangkai Kendaraan Lapis Baja Tank terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;
h. Gedung FISIP Uncen terletak di Kelurahan Kota Baru Distrik Abepura;
i. Tugu pendaratan Jepang terletak di Kelurahan Abepantai Distrik Abepura; dan j. Goa Jepang terletak di Kampung Skouw Yambe dan Kampung Skouw Mabo Distrik Muara Tami.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan cagar budaya adalah:
1. revitalisasi budaya, hasil budaya atau peninggalan sejarah bernilai tinggi dan khusus untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, dan sejarah; dan
2. pengembangan kegiatan wisata budaya.
4.1.6 KAWASAN RAWAN BENCANA
Kawasan rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada satu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, merendam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia.
A. Kawasan Rawan Bencana Banjir
Kawasan rawan bencana banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan dan banjir. Kawasan rawan banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat sementara, sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh dan permanen di tempat tersebut. Kawasan rawan bencana banjir meliputi:
1. Kelurahan Entrop terletak di Distrik Jayapura Selatan;
2. Kelurahan Vim, Kelurahan Wai Mhorock, dan Kelurahan Kota Baru terletak di Distrik Abepura;
3. Kelurahan Hedam dan Kelurahan Waena terletak di Distrik Heram; dan
4. Kelurahan Koya Timur dan Kelurahan Koya Barat terletak di Distrik Muara Tami. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan rawan banjir adalah:
1. penetapan tingkat bahaya banjir pada setiap Distrik;
2. normalisasi saluran drainase dan sungai; dan
3. penyediaan daerah evakuasi bencana banjir di Kota Jayapura.
B. Kawasan Rawan Gempa Bumi
Ditetapkan dengan kriteria kawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI). Kota Jayapura merupakan zona daerah sangat aktif kegempaannya, sehingga kawasan rawan gempa bumi berada di seluruh distrik di Kota Jayapura.
Pemanfaatan dan pengelolaan terhadap kawasan ini meliputi:
1. penetapan tingkat bahaya gempa bumi; dan
2. penyediaan ruang-ruang terbuka yang tersebar di lingkungan perumahan.
C. Kawasan Rawan Bencana Abrasi, Tsunami, dan Gelombang Pasang
Kawasan rawan bencana alam rawan abrasi, tsunami, dan gelombang pasang terletak di pesisir Samudera Pasifik meliputi Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, dan Distrik Muara Tami. Ketentuan kawasan rawan abrasi ditetapkan dengan kriteria pantai yang berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi. Ketentuan mengenai gelombang pasang ditetapkan dengan kriteria kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai 100 kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari. Kriteria tsunami ditetapkan dengan kriteria pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan ini adalah:
1. penetapan tingkat bahaya abrasi, gelombang pasang, dan tsunami pada setiap Distrik;
2. pemeliharaan mangrove dan tumbuhan penahan abrasi, tsunami, dan gelombang pasang pada kawasan yang memiliki tingkat kerawanan sangat tinggi; dan
3. pembangunan bangunan penahan abrasi (breakwater) pada kawasan abrasi sangat tinggi.
D. Kawasan Rawan Bencana Longsor
Kawasan rawan bencana alam rawan longsor merupakan wilayah yang kondisi permukaan tanahnya mudah longsor, karena terdapat zona yang bergerak akibat adanya patahan atau pergeseran batuan induk pembentuk tanah. Pasal 58 PP No. 26 Tahun 2008 menyebutkan kritera kawasan rawan tanah longsor adalah kawasan yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng, berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Ciri-ciri kawasan berpotensi longsor adalah:
a. daerah berbukit dengan kelerengan lebih dari 20 derajat;
b. lapisan tanah tebal di atas lereng;
c. sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik; c. sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik;
e. terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing;
f. banyaknya mata air/rembesan air pada tebing disertai longsoran-longsoran kecil;
g. adanya aliran sungai di dasar lereng;
h. pembebanan yang berlebihan pada lereng, seperti adanya bangunan rumah atau sarana lainnya; dan
i. pemotongan tebing untuk pembangunan rumah atau jalan. Kawasan rawan longsor di Kota Jayapura adalah:
1. potensi longsor di Distrik Jayapura Utara meliputi:
a. Kawasan Rumah Sakit Dok II terletak di Kelurahan Bhayangkara;
b. Kawasan APO terletak di Kelurahan Bhayangkara;
c. Kawasan Dok VII dan Dok VIII terletak di Kelurahan Imbi; dan
d. Kawasan Kloofkamp terletak di Kelurahan Gurabesi;
2. potensi longsor di Distrik Jayapura Selatan meliputi:
a. perbukitan Entrop terletak di Kelurahan Entrop;
b. perbukitan Kelurahan Ardipura; dan
c. Kelurahan Numbai.
3. potensi longsor di Distrik Abepura berada di sepanjang Tanah Hitam menuju Koya. Pemanfaatan dan pengelolaan rawan bencana longsor di Kota Jayapura adalah:
1. penetapan tingkat bahaya longsor bagi bagi masing-masing kawasan;
2. penetapan kawasan rawan longsor sebagai ruang terbuka hijau.
E. KAWASAN RAWAN BENCANA LAIN
Kawasan rawan bencana lainnya yang dimaksud adalah bencana kebakaran dengan potensi bencana terjadi pada kegiatan budi daya meliputi:
1. perumahan kepadatan tinggi terletak di:
a. Distrik Jayapura Utara;
b. Distrik Jayapura Selatan;
c. Distrik Abepura; dan
d. Distrik Heram.
2. rawan bencana kebakaran hutan dan lahan terletak di
a. Distrik Jayapura Utara;
b. Distrik Jayapura Selatan; b. Distrik Jayapura Selatan;
d. Distrik Heram. Kawasan bencana tersebut umumnya bersifat temporer, baik secara lokasi
maupun waktu. Namun demikian, pada kawasan-kawasan yang mempunyai kecenderungan terjadi bencana ini, sedapat mungkin diadakan pembatasan dalam kegiatan budi daya, khususnya permukiman. Mekanisme dan prosedur pengungsian penduduk perlu dilakukan sedini mungkin. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan rawan bencana kebakaran adalah:
1. pencegahan bencana kebakaran berupa sosialisasi kepada masyarakat;
2. penyediaan pos pemadam kebakaran;
3. pembangunan hidran air;
4. penyediaan tanden;
5. pembangunan pos pengawasan hutan terletak di seluruh wilayah Kota; dan
6. rencana induk proteksi kebakaran wilayah Kota Jayapura.
4.2 RENCANA POLA PENGELOLAAN KAWASAN BUDI DAYA
Pengelolaan kawasan budi daya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk menghindari konflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup, sedangkan sasaran yang diinginkan dari pengelolaan kawasan budi daya adalah:
1. terselenggaranya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan; dan
2. terhindarinya konflik pemanfaatan sumberdaya dengan pengertian pemanfaatan ruang yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kegiatan yang memberikan keuntungan terbesar pada masyarakat.
Pengelolaan kawasan budi daya dilakukan secara seksama dan berdaya guna bagi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan budi daya dengan mempertimbangkan aspek teknis serta aspek-aspek keruangan. Untuk itu, dalam penetapan kegiatan- kegiatan budi daya dibutuhkan pertimbangan teknis sektoral dan keruangan dengan menggunakan kriteria teknis sektoral dan kriteria keruangan, yaitu ukuran yang digunakan untuk penentuan suatu kawasan yang ditetapkan untuk kegiatan budi daya. Kriteria teknis sektoral adalah ukuran untuk menentukan bahwa pemanfaatan ruang Pengelolaan kawasan budi daya dilakukan secara seksama dan berdaya guna bagi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan budi daya dengan mempertimbangkan aspek teknis serta aspek-aspek keruangan. Untuk itu, dalam penetapan kegiatan- kegiatan budi daya dibutuhkan pertimbangan teknis sektoral dan keruangan dengan menggunakan kriteria teknis sektoral dan kriteria keruangan, yaitu ukuran yang digunakan untuk penentuan suatu kawasan yang ditetapkan untuk kegiatan budi daya. Kriteria teknis sektoral adalah ukuran untuk menentukan bahwa pemanfaatan ruang
Arahan pengelolaan kawasan budi daya Kota Jayapura dalam bentuk arahan zonasi pemanfaatan ruang untuk kegiatan budi daya. Dalam penentuan ini perlu diperhatikan kondisi tata ruang yang ada, sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, sumberdaya manusia, kondisi sosial ekonomi dan lingkungan hidup, tujuan pembangunan dan tujuan penataan ruang wilayah.
Penentuan suatu kawasan budi daya dilakukan bertahap mulai dari pemeriksaan kesesuaian dengan kriteria teknis sektoral untuk melihat kesesuaian secara teknis sektoral. Pemeriksaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan alternatif kegiatan dalam ruang/kawasan. Lebih lanjut setiap alternatif pemanfaatan yang sesuai secara teknis sektoral dinilai dengan kriteria ruang untuk melihat sinergi kegiatan-kegiatan yang ada dalam ruang terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah sekitarnya.
Dalam penentuan pemanfaatan suatu satuan ruang atau kawasan untuk kegiatan pada suatu saat tertentu dapat terjadi beberapa kemungkinan, yaitu:
a. kegiatan yang ada tetap dipertahankan;
b. kegiatan yang ada tetap, tetapi ditingkatkan intensitasnya; dan
c. kegiatan yang ada diubah. Kawasan budi daya yang dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari:
a. kawasan peruntukan perumahan;
b. kawasan peruntukan perkantoran;
c. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
d. kawasan peruntukan industri;
e. kawasan peruntukan pariwisata;
f. kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau;
g. kawasan peruntukan pendidikan;
h. kawasan peruntukan kesehatan;
i. kawasan peruntukan peribadatan; j. kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana; k. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan; l. kawasan peruntukan pertambangan; m. kawasan peruntukan perikanan; i. kawasan peruntukan peribadatan; j. kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana; k. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan; l. kawasan peruntukan pertambangan; m. kawasan peruntukan perikanan;
4.2.1 KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN
Kawasan peruntukan perumahan adalah kawasan di luar kawasan lindung yang diperlukan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang berada di daerah perkotaan atau perdesaan. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk menyediakan tempat permukiman yang sehat dan aman dari bencana alam serta memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Ketentuan kawasan peruntukan perumahan adalah:
a. kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, sehat, dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha;
b. tersebar di seluruh bagian kota, dimana arah pengembangannya berdasarkan karakteristik kawasan; dan
c. disesuaikan terhadap hierarki pusat pelayanan masyarakat untuk melayani kebutuhan fungsi pelayanan, sehingga dapat dicapai dengan mudah.
Kawasan peruntukan perumahan memiliki luas lebih kurang 3.746 hektar meliputi:
1. Kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi, merupakan kawasan perumahan dengan intensitas pemanfaatan ruang tinggi dan didukung dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh nilai lahan dan daya dukung kawasan. Perumahan kepadatan tinggi di Kota Jayapura meliputi:
a. Kelurahan Gurabesi, Kelurahan Bhayangkara, dan Kelurahan Tanjung Ria terletak di Distrik Jayapura Utara;
b. Kelurahan Numbai, Kelurahan Ardipura, Kelurahan Argapura, Kelurahan Entrop, dan Kelurahan Hamadi terletak di Distrik Jayapura Selatan; dan
c. Kelurahan Wahno, Kelurahan Vim, Kelurahan Wai Mhorock, Kelurahan Kota Baru terletak di Distrik Abepura.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi dilakukan melalui:
a) pengendalian kepadatan bangunan;
b) peningkatan kualitas hunian melalui pembangunan perumahan secara vertikal;
c) penyediaan sistem utilitas, terutama sampah, pengolahan limbah, dan air bersih;
d) penyediaan sistem pembuangan air hujan dan air drainase dengan kapasitas cukup;
e) pengurangan secara bertahap pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih; dan
f) penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.
2. Kawasan peruntukan perumahan kepadatan sedang, merupakan kawasan perumahan dengan intensitas pemanfaatan ruang sedang dan didukung dengan kepadatan penduduknya yang juga tidak memungkinkan untuk kepadatan bangunan tinggi. Perumahan kepadatan sedang di Kota Jayapura diarahkan di:
a) Kelurahan Mandala, Kelurahan Angkasapura, Kelurahan Trikora, dan Kelurahan Imbi terletak di Distrik Jayapura Utara;
b) Kelurahan Entrop terletak di Distrik Jayapura Selatan;
c) Kelurahan Abepantai, Kelurahan Yobe, Kelurahan Asano, Kelurahan Awiyo, dan Kampung Koya Koso terletak di Distrik Abepura;
d) Kelurahan Hedam, Kelurahan Waena, Kelurahan Yabansai, dan Kampung Waena terletak di Distrik Heram; dan
e) Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, Kampung Koya Tengah, Kampung Holtekamp, dan Kampung Skouw Mabo terletak di Distrik Muara Tami.
3. Kawasan peruntukan perumahan kepadatan rendah, merupakan kawasan perumahan dengan intensitas pemanfaatan ruang rendah dan didukung dengan kepadatan penduduknya yang tidak memungkinkan untuk kepadatan bangunan sedang hingga tinggi. Perumahan kepadatan rendah di Kota Jayapura diarahkan di:
a) Kampung Kayobatu terletak di Distrik Jayapura Utara;
b) Kampung Tahima Soroma dan Kampung Tobati terletak di Distrik Jayapura Selatan;
c) Kampung Enggros, Kampung Nafri, dan Kampung Koya Koso terletak di Distrik Abepura;
d) Kampung Yoka terletak di Distrik Heram; dan d) Kampung Yoka terletak di Distrik Heram; dan
Pengembangan peruntukan kawasan perumahan kepadatan sedang dan kawasan perumahan kepadatan sedang dan kawasan peruntukan perumahan kepadatan rendah adalah:
a. pembangunan dengan kepadatan bangunan sedang dan rendah disertai upaya mempertahankan fungsi resapan air;
b. pengurangan secara bertahap pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih;
c. peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan dan penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau;
d. penyediaan sistem utilitas terutama sampah, pengolahan air limbah, dan air bersih; dan
e. penyediaan sistem pembuangan air hujan dan drainase dengan kapasitas cukup.
4.2.2 KAWASAN PERUNTUKAN PERKANTORAN
Selain pendidikan, pelatihan dan penelitian, fungsi lain yang membedakan Kota Jayapura dengan kota-kota lain adalah terdapatnya beberapa kawasan perkantoran yang menjadi pusat administrasi bagi kegiatan-kegiatan, baik yang dilakukan di Wilayah Kota Jayapura maupun di wilayah sekitarnya. Sarana yang dimaksud adalah kantor- kantor administrasi pemerintahan (eksekutif, legislatif, yudikatif). Kantor pemerintah lainnya, seperti kantor polisi, kantor pos, kantor telkom, pemadam kebakaran, PLN, dan lain-lain yang berhubungan dengan tata pemerintahan.