10. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.
11. Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan.
12. WIUP adalah Wilayah atau bagian dari WUP yang merupakan area usaha pertambangan yang akan diterbitkan ijin usaha
pertambangan IUP atau yang sudah mendapatkan ijin sebelum undang-undang minerba diberlakukan.
13. IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi
kelayakan. 14. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah
selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.
15. WIUP Eksplorasi adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP Eksplorasi.
16. WIUP Operasi Produksi adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP Operasi Produksi.
17. Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan,
pemurnian, termasuk pengangkutan dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi
kelayakan.
BAB II IZIN USAHA PERTAMBANGAN
Pasal 2
1 IUP terdiri atas dua tahap: a. IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, dan studi kelayakan; b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.
2 Pemegang IUP Eksplorasi dan pemegang IUP Operasi Produksi dapat melakukan sebagian atau seluruh kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1.
Pasal 3
IUP diberikan oleh: a. bupatiwalikota apabila WIUP berada di dalam satu wilayah
kabupaten kota. b. gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah
kabupatenkota dalam 1 satu provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari bupatiwalikota setempat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur dan bupatiwalikota
setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pasal 4
1 IUP Operasi Produksi diberikan oleh:
a. bupatiwalikota, apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam
1 satu wilayah kabupatenkota atau wilayah laut sampai dengan 4 empat mil dari garis pantai;
b. gubernur, apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah
kabupatenkota yang berbeda dalam 1 satu provinsi atau wilayah laut sampai dengan 12 dua belas mil dari garis
pantai setelah mendapat rekomendasi dari bupatiwalikota; atau
c. menteri, apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah provinsi
yang berbeda atau wilayah laut lebih dari 12 dua belas mil dari garis pantai setelah mendapat rekomendasi dari
gubernur dan bupatiwalikota setempat sesuai dengan kewenangannya.
2 Dalam hal lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian serta pelabuhan berada di dalam wilayah yang
berbeda serta kepemilikannya juga berbeda maka IUP Operasi Produksi masing-masing diberikan oleh Menteri, gubernur, atau
bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal
5
Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi tidak melakukan kegiatan pengangkutan dan penjualan danatau pengolahan dan pemurnian,
kegiatan pengangkutan dan penjualan danatau pengolahan dan pemurnian dapat dilakukan oleh pihak lain yang memiliki:
a. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan penjualan; b. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian
danatau c. IUP Operasi Produksi.
Pasal 6
1 IUP Operasi Produksi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a diberikan oleh: a. menteri apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan
dilakukan lintas provinsi dan negara; b. gubernur apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan
dilakukan lintas kabupatenkota; atau c. bupatiwalikota apabila kegiatan pengangkutan dan
penjualan dalam 1 satu kabupatenkota. 2 IUP Operasi Produksi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf b diberikan oleh:
a. Menteri, apabila komoditas tambang yang akan diolah berasal dari provinsi lain danatau lokasi kegiatan
pengolahan dan pemurnian berada pada lintas provinsi; b. gubernur, apabila komoditas tambang yang akan diolah
berasal dari beberapa kabupatenkota dalam 1 satu provinsi danatau lokasi kegiatan pengolahan dan pemurnian
berada pada lintas kabupatenkota; atau
c. bupatiwalikota, apabila komoditas tambang yang akan diolah berasal dari 1 satu kabupatenkota danatau lokasi
kegiatan pengolahan dan pemurnian berada pada 1 satu kabupatenkota.
3 Dalam hal komoditas tambang yang akan diolah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berasal dari impor, IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengolahan dan pemurnian diberikan oleh Menteri.
Pasal 7
IUP diberikan kepada: a. badan usaha;
b. koperasi; dan c. perseorangan.
BAB III PROSEDUR PENYESUAIAN