Kajian Pengembangan Kawasan Konservasi Terumbu Karang Di Pulau Waidoba Kecamatan Kayoa, Propinsi Maluku Utara

KAJlAN PENGEMBANGAN KAWASAN KONSERVASI
TERUMBU KARANG Dl PULAU WAIDOBA
KECAMATAN KAYOA, PROPlNSl MALUKU UTARA

OLEH :

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK

IKRAM M. SANGADJI, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan :
P.31500052. Kajian Pengembangan Kawasan Konservasi Terumbu Karang Di
Pulau Waidoba Kecamatan Kayoa. Propinsi Maluku Utara. Di bawah
bimbingan Dr.lr. DlETRlECH G.BENGEN, DEA dan Dr.lr. ALEX S.W.
RETRAUBUN, M.Sc.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan dan ekosistem
terumbu karang sebelum dikonservasi, menentukan batas dan zonasi
kawasan konservasi terumbu karang sesuai kualitas perairan, kriteria
ekologis, ekonomi, dan sosial, serta menentukan arahan kebijakan dan

strategi pengelolaannya. Penelitian dilakukan di pulau Waidoba kecamatan
Kayoa, propinsi Maluku Utara dan berlangsung pada bulan April sampai Juli
2002.
Data diperoleh melalui obaservasi, pengambilan contoh meliputi data
ekologis, aktivitas pemanfaatan dan dampaknya terhadap ekosistem terumbu
karang, data sosial ekonomi dan budaya, serta data aspirasi dan respon
masyarakat terhadap pengembangan kawasan konservasi terumbu karang.
Data sekunder dikumpulkan dari berbagai laporan hasil studi, piblikasi ilmiah,
perundangan, publikasi daerah, serta peta-peta tematik.
Analisis data ekologis yang dilakukan meliputi persen penutupan
karang, analisis struktur komunitas karang batu, kelompok ikan indikator, dan
kelompok ikan target dan mayor. Kemudian variasi dan sebaran lifefonn
karang dan kelompok ikan indikator dianalisis menggunakan compondence
analysis (CA), dan principal components analysis (PCA).
Aktivitas
pemanfaatan dan dampak. serta data knteria ekonomi dan sosial dianalisis
dengan metode skoring dan pembobotan sewra linear, analisis ke~angan
(zonasi) menggunakan Geographic lnfonnation System (GIs), serta arahan
pengelolaan kawasan konservasi dianalisis dengan SWOT.
Pulau Waidoba merupakan salah satu gugusan kepulauan Kayoa yang

terletak pada posisi 0' 36' 2" Lintang Utara dan 126' 39' 54" Bujur Timur
sampai 0' 3 0 50" Lintang Utara dan 126' 39' 54" Bujur Timur. Pulau ini
termasuk pulau kecil dengan luas sekitar 3.318,77Ha. Terumbu karang yang
terdistribusi di pulau Waidoba sekitar 804.79 Ha atau 27.91 % dari luas pulau,
k
Ha.
meliputi luas karang baik sekitar 351.37 Ha dan karang ~ s a 233.79
Hasil pengukuran kualitas perairan di pulau Waidoba menunjukan
bahwa Stasiun I, IV, dan V dicirikan oleh tingginya kecerahan, P04, NOS,dan
salinitas. Pada Stasiun VI dicirikan oleh kecepatan arus, dan suhu, sedangkan
pada Stasiun II dan Ill dicirikan oleh oksigen O2 dan NOn. Hasil pengamatan
kondisi karang dan distribusi karang batu pada tiap Stasiun penelitian adalah
kondisi karang baik di Stasiun I, IV, dan V dengan persen penutupan karang
batu antara 50.00 - 52.13 %, kondisi karang msak sedang di Stasiun II dan
VI, dengan persen penutupan karang batu antara 35.30 - 48.74 % dan kondisi
karang ~ s a kdi Stasiun Ill dengan persen penutupan karang batu antara
16.29 - 24.25 %.
Kawasan konservasi tenrmbu karang yang dikembangkan di pulau
Waidoba terdiri atas kawasan yang dikonservasi pada Stasiun I (Wairoro), lI
(Pasir Putih), IV (Posi-Posi), V (Hai-Hai), dan VI (Sagawele), dan kawasan

non konservasi pada Stasiun Ill (Orimakurunga). Pada kawasan konservasi

terbagi atas tiga zona, yaitu zona inti (core zone) meliputi sub zona IA, IB. IC,
ID. NA, IVB, IVC, dan ND. Kemudian zona penyanggah meliputi sub zona
VA, VB, VC, dan VD, zona pemanfaatan meliputi sub zona IIA, llB, IIC, llD,
VIA. VIB, VIC, dan VID.
Kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan konsetvasi temmbu
karang di pulau Waidoba, kecamatan Kayoa, propinsi Maluku Utara meliputi
aspek biofisik, sosial ekonomi dan budaya, dan aspek hukum dan politik

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

KAJIAN

PENGEMBANGAN

KAWASAN


KONSERVASI

TERUMBU

KARANG DI PULAU WAIDOBA KECAMATAN KAYOA, PROPlNSl
MALUKU UTARA
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah
dipublikasikan. Semua sumber dan inforrnasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor,

Agustus 2002

lkram M. Sangadji

KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN KONSERVASI
TERUMBU KARANG Dl PULAU WAIDOBA
KECAMATAN KAYOA, PROPlNSl MALUKU UTARA


Oleh :

IKRAM M. SANGADJI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan

PROGRAM STUD1 SUMBERDAYA PESlSlR DAN LAUTAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

:

Kajian Pengembangan Kawasan Konservasi
Terumbu Karang Di Pulau Waidoba Kecamatan

Kayoa, Propinsi Maluku Utara

Nama

:

lkram M. Sangadji

NRP

:

P31500052

Program Studi

:

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan


Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

fi,
Dr.lr. Dietriech G. ~ e n ~ e DEA
Ketua

Dr. Ir. Alex S.W. Retraubun M.Sc
~~ggota

Mengetahui,

Prof. Dr.lr. Rokhmin Dahuri, MS.

Tanggal lulus :

\

6 Se~tember2002.


P

rb.

Penulis dilahirkan di Temate, Maluku Utara pada tanggal 31 Maret
1969 sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara, dari pasangan H. Malan

Sangadji (Am), dan Masidingo Yunus (Am).
Pendidikan Sekolah Dasar penulis selesaikan pada SD lslamiyah Ill
Temate pada tahun 1982. Selanjutnya penulis melanjutkan pada pendidikan
menengah di SMP Negeri 2 Temate dan lulus tahun 1985 dan dilanjutkan
pada SMA Negeri 1 Temate dan selesai pada iahun 1988. Pada tahun yang
sama penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Perikanari Dan llmu
Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado dan selesai pada tahun 1993.
Kemudian pada tahun 1994 diterima sebagai Staf Dosen Tetap
Yayasan pada Universitas Khairun Temate, dan kemudian pada tahun 1996
penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Pemerintah
Daerah Kabupaten Maluku Utara dan sampai saat ini ditempatkan pada Dinas
Perikanan Dan Kelautan Propinsi Maluku Utara. Pada tahun 1997 penulis
menikah dengan Rallia Asyari dan dikarunia dua orang putri; Ditha Nuhzhulia

Rahmadhani dan lndah Putri Bahtera.
Pada tahun 2000, penulis diterima pada Program Studi llmu
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan pada Program Pascasajana
IPB. Beasiswa Pendidikan Program Pascasajana diperoleh dari BPPs
Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia.

PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah

S W

yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis dengan judul Kajian Pengembangan Kawasan Konservasi Terumbu
Karang Di Pulau Waidoba Kecamatan Kayoa, Pmpinsi Maluku Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada Bapak Dr.lr. DieWech G. Bengen, DEA. dan Bapak

Dr. Ir. Alex S.W. Retraubun, M.Sc., serta Bapak Dr.lr.Joko Purwanto, M.Sc.,
selaku ketua dan anggota Komisi Pembimbing, serta Penguji Luar Komisi
yang telah memberikan masukan, bimbingan dan arahan.

Penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Syafrida Manowot, M.Sc.,
selaku Direktur Program Pasacasarjana, dan Prof.Dr.lr.Rokhmin Dahiru, M.S.,
selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
lnstitut Pertanian Bogor yang telah menerima penulis untuk mengikuti
pendidikan program pascasarjana.
Selama mengikuti pendidikan penulis banyak mendapat berbagai
bantuan secara institusi dari Pemerintah Priopinsi Maluku Utara dan
Universitas Khairun Temate. Namun demikian, penulis juga banyak mendapat
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis
nenyampaikan terima kasih yang sebesar-besamya kepada :
4 Pemerintah Propinsi Maluku Utara yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program pascasarjana,


+ Bapak

Rektor Universitas Khairun Temate yang telah memberikan

rekomendasi untuk pengikuti pendidikan program pascasarjana.

+ lstri dan anak-anak tercinta dan keluarga besar H. Malan Sangadji atas
perhatian dan kasih sayang dan iringan doa yang dipanjatkan untuk
penulis.
4 Bapak Drs. Kahar Taslim, selaku Ketua dan seluruh Staf Bappeda Propinsi

Malclku Utara
4 Bapak Drs. Mahyudin Pora, selaku Kepala dan seluruh Staf Biro

Kepegawaian Propinsi Maluku Utara

6 lr. Helmi Rais, selaku Kepala dan selunrh Staf Dinas Perikanan dan

Kelautan Propinsi Maluku Utara
O Kepada

Bapak Drs, Husni Sangadji, Ir.Azis Soamole, Ir.Ramli Umanailo,

Muhammad Boamona, SH, Effendi Barmawi, SE., dan Dr.lr.Muhajir K.
Marsaoli, M.Si., atas bantuan dan dukungannya
6 Kepada Bang Saiful, Uni Yati, dan Uni Tin yang telah memberikan

pertratian yang tulus
4 Masyarakat Desa Laluin, Orimakunmga, Posi-Posi, dan Sagawele yang

telah membantu kelancaran penelian.
4 Teman-teman di Program Studi Sumberdaya Pesisir dan Lautan (Angkatan

V), atas segala dorongan semangat, motivasi. dukungan dan sumbang
sarannya.
Harapan penulis kiranya bantuan, dukungan moril dan materil baik
langsung maupun tidak langsung yang telah diberikan mendapat balasan oleh
Allah SWA., dan semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan sektor perikanan
dan kelautan di propinsi Maluku Utara.

Bogor, September 2002
Penulis

DAFTAR IS1
RIWAYAT HlDUP ...........................................................................
PRAKATA ................................
.
..................................................
DAFTAR IS1 .....................................................................................
DAFTAR TABEL ..............................................................................
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................

Halaman
i
II

...
111
IV

v
vi

PENDAHULUAN ..............................................................................
Latar Belakang .........................................................................
Rumusan Masalah ....................................................................
Tujuan Penelitian ......................................................................
Manfaat Penelitian ...................................................................
Kerangka Pendekatan Masalah ................................................

1
1
5
6
7
7

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
Ekosistim Terumbu Karang ......................................................
Tipe Terumbu Dan Bentuk Pertumbuhan Karang ....................
Komposisi Biota Terumbu Karang ...........................................
Manfaat Dan Fungsi Terumbu Karang ......................................
Dampak Kegiatan Manusia Pada Ekosistem Terumbu Karang
Batasan Kawasan Konservasi ..................................................

10
10
13
15
18
21
23

METODOLOGI PENELlTlAN ...........................................................
Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................
Jenis Data Dan Teknik Pengumpulan Data ..............................
Analisis Data ....................................................................................
Data Ekologis ............................................................................
Variasi Karakteristik Lingkungan Perairan Dan Sebaran
Lifefom Karang Batu Antar Stasiun Penelitian .........................
AMivitas Pemanfaatan Dan Dampaknya ..................................
lngkat Penerimaan (Respon dan Aspirasi) Masyarakat
Te&adzp Pengembangan Kawasan Konservasi ....................
Analisis Keruangan (Zonasi) Untuk Menentukan Batas Zonasi
Dan Sub Zona Dalam Kawasan Konservasi ...........................
Analisis Pengelolaan Kawasan Konservasi .............................
HASlL DAN PEMBAHASAN ............................................................
Keadaan Umum Pulau Waidoba .............................................
Aspek Sosial Ekonomi Dan Budaya .........................................
Kualitas Perairan Dan Distribusi Parameter Kualitas Perairan
Kondisi Dan Struktur Komunitas Karang ..................................
Struktur Komunitas Kelompok lkan Indikator, lkan Mayor dan
lkan Target ...............................................................................
Aktivitas Masyarakat Dan Dampaknya Tehadap Terumbu
Karang .....................................................................................
Pengembangan Kawasan Konservasi Terumbu Karang ..........
Kebijakan Dan Strategi Pengelolaan .......................................

KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
Kesimpulan ..............................................................................
Saran ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

........................................................................

DAFTAR TABEL

Teks
lkhtisar Dampak Kegiatan Manusia Pada Ekosistem
Terumbu Karang .................................................................
Matriks Batasan Kesesua'lan Kualitas Perairan dan Kriteria
Ekologi dalam Pengembangan Kawasan Konservasi
Tenrmbu Karang di Pulau Waidoba .....................................
Matriks Kriteria Ekonomi dalam Pengembangan Kawasan
Konservasi Tenrmbu Karang di Pulau Waidoba ..................
Matriks Kriteria Sosial Pengembangan Kawasan Konservasi
Terumbu Karang di Pulau Waidoba .....................................
Distribusi Luas Dan Jumlah Penduduk Desa Di Pulau
Waidoba ...............................................................................
Sumber Mata Penahanan Utama Dan Kisaran Jumlah
Pendapatan Masyarakat Di Pulau Waidoba .........................
Jumlah Penduduk Di Pulau Waidoba Bedasarkan Tingkat
Pendidikan .............................................................................
Distribusi Parameter Kualitas Perairan Pada Stasiun
Penelitian Periode 14 - 26 Mei 2002 ...................................
Distribusi Persentase Penutupan Benthik (Benthic Lifom)
Pada Tiap Site Pengamatan ................................................
Distribusi lndeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan
Dominasi Karang Batu Di Lokasi Penelitian .........................
Distribusi Famili Dan Marga Karang Batu Di Lokasi
Penelitian ...............................................................................
Distribusi Frekuensi Kehadiran Spesis Kelompok lkan
lndikator Pada Tiap Stasiun .................................................
Distribusi Jumlah lndividu Dan Spesies, Serta lndeks
Struktur Komunitas Kelompok lkan lndikator Di Lokasi
Penelitian ...............................................................................
Distribusi lndeks Struktur Komunitas Kelompok lkan Target
Dan lkan Mayor Pada Tiap Site Pengamatan Di Lokasi
Penelitian ...............................................................................
Aktivitas masyarakat Dalam Memanfaatkan Ekosistem
Temmbu Karang Di Lokasi Penelitian ..................................
Matriks Hasil Pembobotan dan Skoring Pengembangan
Kawasan Konservasi Terumbu Karang Di Pulau Waidoba ...
Kegiatan yang diperbolehkan pada Kawasan Konservasi
dan Non Konservasi ............................................................
Karakteristik Zona Inti (Corn Zone) pada Kawasan
Konservasi Terumbu Karang di Pulau Waidoba ..................
Karakteristik Zona Penyanggah (Buffer Zone) pada
Kawasan Konservasi Terumbu Karang di Pulau Waidoba ...
Karakteristik Zona Pemanfaatan (Use Zone) pada Kawasan
Konservasi Terumbu Karang di Pulau Waidoba ..................

Halaman

23

21.

Nilai Bobot, Ranking, dan Skoring Unsur Internal (Kekuatan
dan Kelemahan) Kawasan Konseivasi T e ~ m b uKarang di
Pulau Waidoba .....................................................................
22. Nilai Bobot, Ranking, dan Skoring Unsur Ekstemal (Peluang
dan Ancaman) Kawasan Konseivasi Terumbu Karang di
Pulau Waidoba .....................................................................
23. Matriks Penyusunan Ranking dalam Analisis SWOT
berdasarkan Keterkaitan Unsur ............................................
24. Mattiks Skor dan Ranking dalam Analisis SWOT untuk
Pengelolaan Kawasan Konservasi Terumbu Karang di
Pulau Waidoba .....................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Teks

Halaman

Diagram Air Kerangka Pemikiran Kajian Pengembangan
Kawasan Konsenrasi Terumbu Karang Di Pulau Waidoba
Kecamatan Kayoa Propinsi Maluku Utara ....................
Peta Lokasi Penelitian di Pulau Waidoba Kecamatan
Kayoa, Propinsi Maluku Utara ....................................
Grafik Sebaran Karakteristik Parameter Kualitas Perairan
Lokasi Penelitian Pada Sumbu Utama (F1 dan F2) .........
Distribusi Persen Penutupan Komponen Benthik Pada
Tiap Stasiun Penelitian ...................................................
Distribusi lndeks Struktur Komunitas Karang Batu Pada
Tiap Stasiun Penelitian ......................................................
Tipe Dan Bentuk Pertumbuhan Karang Batu Di Lokasi
Penelitian ...........................................................................
Frekuensi Kehadiran lndividu Dan Genus Kelompok lkan
lndikator Chaetodontidae Pada Tiap Stasiun Penelitian ...
Distribusi lndeks Struktur Komunitas Kelompok lkan
lndikator Chaetodontidae Pada Tiap Stasiun Penelitian...
Distribusi Jumlah Famili, Genera, Spesies, Dan lndividu
Kelompok lkan Target Dan lkan Mayor Di Lokasi
Penelitian ........................................................................
Distribusi lndeks Struktur Komunitas Kelompok lkan
Target Dan lkan Mayor Pada Tiap Stasiun Penelitian ....
Distribusi Kelompok lkan lndikator Dan Kelompok lkan
Target Dan Mayor Pada Terumbu Karang Di Lokasi
Penelitian .........................................................................
Dampak Aktivitas Msnusia Terhadap Terumbu Karang Di
Lokasi Penelitian ...............................................................
Grafik Hasil Analisis Faktorial Korespondensi Antar Sub
Zona Dengan Bentuk Pertumbuhan Karang Batu (Hard
Coral Life Form) ..............................................................
Grafik Analisis Faktorial Koresponden Antar Sub Zona
Dengan Kelompok lkan lndikator Chaetodontidae ...........
Peta Distribusi Pengamatan Kondisi Dan Distribusi
Terurnbu Karang Di Pulau Waidoba Kecamatan Kayoa,
Propinsi Maluku Utara .....................................................
Peta Zona Kawasan Konservasi Terurnbu Karang Di
Pulau Waidoba Kecamatan Kayoa, Propinsi Maluku Utara

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Teks

1.

Tahapan Hasil Analisis Principal ComponenAnalysis
(PCA) Ted-iadap Parameter Kualitas Perairan Di
Pulau Waidoba .........................................................
a.Distribusi
Karang
Berdasarkan
Bentuk
Pertumbuhan Pada Stasiun I (Wairoro) ..............
b.Distribusi Karang Berdasarkan Bentuk Pada
Stasiun II(Pasir Putih) ............................................
c.Distribusi Karang Berdasarkan Bentuk Pada
Stasiun Ill (Orimakunmga) .....................................
d.Distribusi Karang Berdasarkan Bentuk Pada
Stasiun IV (Posi-Posi) ........................................
e.Distribusi Karang Berdasarkan Bentuk Pada
Stasiun V (Hai-Hai) ...............................................
f. Distribusi Karang Berdasarkan Bentuk Pada
Stasiun VI (Sagawale) ...........................................
a.Tabulasi Data Persen Penutupan Karang Dan
Analisis Struktur Kominitas Karang Batu Pada
Tiap Site Pengamatan Di Stasiun I (Waimm) .........
b.Tabulasi Data Persen Penutupan Karang Dan
Analisis Struktur Kominitas Karang Batu Pada
Tiap Site Pengamatan Di Stasiun II (Pasir Putih) ...
c.Tabulasi Data Persen Penutupan Karang Dan
Analisis Struktur Kominitas Karang Batu Pada
Tap
Site Pengamatan Di Stasiun
Ill
(Orimakurunga) ......................................................
d.Tabulasi Data Persen Penutupan Karang Dan
Analisis Stmktur Kominitas Karang Batu Pada
Tiap Site Pengamatan Di Stasiun IV (Posi-Posi) ....
e.Tabulasi Data Persen Penutupan Karang Dan
Analisis Stnrktur Kominitas Karang Batu Pada
Tiap Site Pengamatan Di Stasiun V (Hai-Hai) ........
f.Tabulasi Data Persen Penutupan Karang Dan
Analisis Stnrktur Kominitas Karang Batu Pada
Tiap Site Pengamatan Di Stasiun VI (Sagawele) ...
a.Distribusi Dan Analisis Struktur Komunitas
Kelompok lkan lndikator Pada Tiap Site Di Stasiun
I (Wairoro) ...............................................................
b.Distribusi Dan Analisis Struktur Komunitas
Kelompok lkan lndikator Pada Tiap Site Di Stasiun
II (Pasir Putih) .........................................................
c.Distribusi Dan Analisis Struktur Komunitas
Kelompok lkan lndikator Pada Tap Site Di Stasiun
Ill (Orimakurunga) ...................................................

2.

3.

4.

Halaman

d.Distribusi Dan Analisis Struktur Komunitas
Kelompok lkan lndikator Pada Tiap Site Di Stasiun
IV (Posi-Posi) ..........................................................
e.Distribusi Dan Analisis Struktur Komunitas
Kelompok lkan lndikator Pada Tiap Site Di Stasiun
V (Hai-Hai) ..............................................................
f.Distribusi Dan Analisis Struktur Komunitas
Kelompok lkan lndikator Pada Tap Site Di Stasiun
VI (Sagawele) .........................................................
5

6.

7.

a.Distribusi Dan Analisis Kelompok lkan Target Dan
Mayor Pada Tiap Site Pengamatan Di Stasiun I
(Wairoro) ................................................................
b.Distribusi Dan Analisis Kelompok lkan Target Dan.
Mayor Pada Tiap Site Pengamatan Di Stasiun II
(Pasir Putih) ...........................................................
c.Distribusi Dan Analisis Kelompok lkan Target Dan
Mayor Pada Tiap Site Pengamatan Di Stasiun Ill
(Orimakurunga) ......................................................
d.Distribusi Dan Analisis Kelompok lkan Target Dan
Mayor Pada Tiap Site Pengamatan Di Stasiun IV
(Posi-Posi) .............................................................
e.Distribusi Dan Analisis Kelompok lkan Target Dan
Mayor Pada Tiap Site Pengamatan Di Stasiun V
(Hai-Hai) ................................................................
f.Distribusi Dan Analisis Kelompok lkan Target Dan
Mayor Pada Tiap Site Pengamatan Di Stasiun VI
(Sagawele) ......................................
Tahapan Hasil Analisis Correspondence Analysis
(CA) Terhadap Bentuk Pertumbuhan Karang Batu
Dengan Sub Zona Kawasan Konservasi Temmbu
Karang Di Pulau Waidoba ..........................................
Tahapan Hasil Analisis Correspondence Analysis
(CA) Terhadap lkan lndikator Dengan Sub Zona
Kawasan Konservasi Terumbu Karang Di Pulau
Waidoba .....................................................................

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam satu kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil umumnya terdapat satu
atau lebih sistem lingkungan. Kawasan pesisir dan pulau-pulau keel memiliki
potensi pembangunan yang cukup besar karena didukung oleh adanya ekosistem
dengan probuktivitas hayati tinggi, seperti terumbu karang (coral reefs), pqdang
lamun (sea grass bad), rumput laut (sea weed), dan hutan mangrove, pantai
berpasir (sandy beach), pantai berbatu (mcky beach), formasi pescarpea, formasi
bringtonia, estuari, delta, dan laguna (Retraubun, 2001). Ekosistem buatan (man
made) yang ada di kawasan ini, seperti kawasan pariwisata, kawasan budidaya
(mariculture) dan kawasan pemukiman masyarakat (~dhuri,2000).
Sumberdaya hayati laut pada kawasan ini memiliki potensi keragaman
dan nilai ekonomis yang tinggi, seperti kerapu, Napoleon wrasse, ikan hias, kuda
laut, Pinctada, Tridacna, dan Holothuroidea. Selain itu, potensi di kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil juga memberikan jasa-jasa lingkungan yang tinggi
nilai ekonomisnya dan sekaligus sebagai kawasan berlangsungnya kegiatan
kepariwisataan (Retraubun, 2001). Dengan demikian, jika kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil ini dikalola secara terpadu dan berkelanjutanakan berkontribusi
besar bagi kesejahteraan masyarakat dan pendapatan daerah.
Salah satu ekosistem dan sumberdaya di kawasan pesisir dan pulaupulau kecil yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis penting adalah ekosistem
terumbu karang. Keberadaan ekosistem terumbu karang yang tersebar di hampir

seluruh kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia menjadi tumpuan
hidup oleh masyarakat di sekiamya.

Ekosistem ini menyediakan berbagai

manfaat langsung (perikanan karang, batu karang, pariwisata, penelitian dan
biota perairan lainnya) dan tidak langsung (penahan abrasi, peredam gelombang,
b i o d i ~ e ~ f yEkosistem
).
terumbu karang banyak menyumbangkan berbagai biota
laut, seperti ikan, moluska dan krustasea bagi berbagai kelompok masyarakat
yang hidup di sekiarnya dan bersama ekosistem pantai lainnya menyediakan
makanan dan menjadi tempat bagi berbagaijenis b i a laut yang mempunyai nilai
ekologis dan ekonomis sangat tinggi (Retraubun, 2001). Sehingga keberadaan
sumberdaya perikanan di daerah terumbu karang bergantung pada kondisi
ekosistem terumbu karang tersebut.
Permasalahan pengelolaan terumbu karang di kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil di beberapa daerah masih ditiiik beratkan pada pendekatan
ekonomis dan bersifat sektoral. Upaya pemanfaatan ekosistem ini adalah
bagaimana meningkatkan produksi perikanan karang tanpa memikirkan
kelestarian dari ekosistem dan sumberdaya tersebut. Seperti halnya dengan di
beberapa daerah lain, Maluku Utara yang merupakan propinsi kepulauan karena
terdiri dari gugusan pulau besar dan kecil, tentunya memiliki sejumlah
sumberdaya dan jas-jasa lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil bernilai
ekologis dan ekonomis penting.
Namun demikian, sampai saat ini pemerintah daerah, baik pemerintah
propinsi maupun kabupaten dan kota di Maluku Utara belum dapat merumuskan
rencana dan strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang secara terpadu dan
berkelanjutan,

yaitu

suatu

rencana

dan

strategi

pengelolaan yang

2

mengintegrasikan keberlanjutan ekologis, dan sosial ekonomi masyarakat.
Ketidakrasionalnya kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang menjadi
isu-isu dan perrnasalahan penting dalam perencanaan pembangunan kawasan
pesisir dan pulau-pulau kedl di propinsi Maluku Utara.
Salah satu kepulauan yang saat ini menjadi isu pengelolaan kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil di propinsi Maluku Utara adalah pulau Waidoba.
Pulau ini memiliki karakteristik geografis dan karakteristik masyarakat yang khas,
karena terletak pada garis khatulistiwa dan didominasi oleh suku Bajo sebagai
salah satu suku yang hidup dan berinteraksi secara langsung dengan laut.
Dengan distribusi terumbu karang cukup luas dan keragaman sumberdaya hayati
yang cukup tinggi, rnenyebabkan berbagai aktivitas pernanfaatan ekosistem dan
sumberdaya terumbu karang diarahkan di pulau ini dan sekitamya.
Pemanfaatan ekosistem dan sumberdaya terumbu karang di pulau
Waidoba dilakukan oleh masyarakat maupun swasta sebagai daerah
penangkapan ikan, seperti kerapu, napoleon, dan ikan hias, serta sebagai areal
budidaya rumput laut dan budidaya kerapu. Beberapa aktivitas yang dianggap
secara langsung maupun tidak langsung berdampak degradasi habitat

(habitation) dan keanekaragaman hayati (biodivemify), seperti penambangan
karang sebagai bahan kebutuhan bangunan, jembatan, dan jalan, adanya
kegiatan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak (dinamit botol) dan
bahan beracun (tuba dan potasium sianida) baik yang dilakukan oleh masyarakat
maupun oleh swasta merupakan perrnasalahan penting dalam pengelolaan
ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan.

Aktivitas pemanfaatan tersebut berpotensi untuk mengancam kelestarian
ekosistem dan sumberdaya terumbu karang, sehingga dikhawatirkan selain dapat
menimbulkan berbagai ancaman langsung terhadap degradasi habitat dan
keanekaragaman hayati ekosistem t e ~ m b u karang, juga menimbulkan
perrnasalahan sosial ekonomi, seperti konflik kepentingan baik antar masyarakat,
maupun antar masyarakat dengan pengusaha perikanan yang memanfaatkan
ekosistem dan sumberdaya di pulau Waidoba.
Karena itu, untuk mempertahankan dan melindungi keberadaan dan
kualitas ekosistem

dan

sumberdaya terumbu

karang dan

menjamin

keberlangsungan kehidupan sosial ekonomi masyarakat diperlukan perencanaan
pengelolaan yang berkelanjutan. Wujud nyata dari upaya perlindungan dimaksud
dapat dilakukan melalui pengembangan kawasan perlindungan atau kawasan
konservasi. Pengembangan kawasan konservasi bertujuan untuk melidungi
habitat-habii kritis, mempertahankan dan meningkatkan kualitas sumberdaya,
melindungi keanekaragaman hayati dan melindungi proses-proses ekologis.
Ksljian pengembangan kawasan konservasi menuntun adanya proses
yang bertahap dari suatu kerangka pe~igelolaandan sebagai tahap awal
menghaniskan adanya penelitin pendahuluan, pengumpulan data, analisis isu,
dialog dan negosiasi yang diperlukan untuk menetapkan masalah, memahami
pilihan dan meletakan dasar rencana pengembangan kawasan konservasi di
suatu lokasi. Dengan demikian inforrnasi dasar tentang lokasi sangat dibutuhkan
karena menyangkut ekosistem dan sumberdaya, dan tingkat pemanfaatan
sumberdaya dan ancamannya terhadap sumberdaya pada ekosistem tersebut.

Kajian pengembangan kawasan konservasi harus dilakukan berdasarkan
kriteria ekologis, sosial, dan ekonomi, sehingga dalam perencanaannya melalui
pendekatan-pendekatan ketiga kriteria tersebut. Pengembangan kawasan
konservasi hams

dilakukan secara kontinyu dan

dinamis dengan

mempertimbangkan aspek sosial budaya, sosial ekonomi dan aspirasi
masyarakat pengguna wilayah pesisir dan laut (stakeholders) serta konflik
kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada. Dengan demikian diharapkan
pengembangan

kawasan

konservasi

dapat

mengakomodasi

berbagai

kepentingan yang ada dan dapat mendorong partisipasi dan dukungan
masyarakat lokal dalam pengelolaannya.
Rumusan Masalah
Pengembangan kawasan konservasi terumbu karang di pulau Waidoba
kecamatan Kayoa,

Maluku Utara merupakan altematii penting dalam

pengelolaan ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan. Karena tujuan dari
pengembangan kawasar! konservasi adalah melindungi ekosistem dan
sumberdaya terumbu karang dan mencegah terjadinya konflik kepentingan yang
ada.

Sehingga dengan mengintegrasikan kepentingan konservasi dalam

perencanaan pengelolaan diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat
untuk

melindungi

dan

mencegah terjadinya

degradasi

habitat

dan

keanekaragaman hayati pada ekosistem terumbu karang.
Untuk mencapaitujuan dari penelin mengenai pengembangan kawasan
konservasi di kepulauan Kayoa, maka diperlukan kajian dengan pendekatan yang
komprehensif terhadap kriteria ekologis dan sosial ekonomi untuk menjawab

Manfaat Penelitian
Dengan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi baik
secara langsung maupun tidak langsung temadap pengelolaan ekosistem dan
sumberdaya terumbu karang secara terpadu dan berkelanjutan. Kontribusi yang
diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan dan

stratecji pengelolaan ekosistem terumbu karang secara terpadu dan
berkelanjutan,
2. Sebagai salah satu sistem pendekatan untuk meningkatkan respon dan
aspirasi masyarakat, pengusaha perikanan karang, serta pemerintah daerah
dalam pengelolaan ekosistem

terumbu karang secara terpadu dan

berkelanjutan,
3. Sebagai solusi dalam memecahkan konflik kepentingan sekaligus dapat

memberikan altematif pengembangan perikanan terumbu karang secara
efisien dan berkelanjutan di Propinsi Maluku Utara.

Kerangka Pendekatan Masalah
Ekosistem terumbu karang di pulau Waidoba kecamatan Kayoa, propinsi
Maluku Utara merupakan salah satu daerah pemanfaatan dari berbagai
pengguna. Pernanfaatan ekosistem dan sumberdaya terumbu karang meliputi
kegiatan penangkapan ikan dan pengambilan biota laut, budidaya, rekreasi, dan
sebagai jalur transportasi antar pulau.
Pemanfaatan ekosistem dan sumberdaya terumbu karang terkait akab
berpengaruh terhadap kualias perairan, kondisi dan kualitas terumbu karang.

Aktivitas pemanfaatan terkait dengan kondisi sosial ekoomi dan budaya
masyarakat, oleh karena itu pengamatan kondisi dan kualiias terumbu karang
merupakan altematii dalam menerapkan kebijakan dan strategi pengelolaanyang
berkelanjutan.
Pengembangan kawasan konservasi terumbu karang dikaji dari kualitas
perairan, kriteria ekologis, ekonomi, dan sosial. Kualitas perairan meliputi suhu,
salinitas, kecepatan arus, kecerahan, nitrat, nitrit, dan fosfat.

Kemudian kriteria

ekologis meliputi kondisi dan distribusi karang batu, kelompok ikan indikator, dan
kelompok ikan target dan mayor. Kriteria ekonomi meliputi ikan ekonomis penting
dan spesies langka, dan kepentingan perikanan. Sedangkan kriteria sosial
didasarkan pada kepentingan rekreasi, estetika, penerimaan sosial (aspirasi dan
respon masyarakat), dan jarak dari pemukiman.
Analisis dilakukan secara kuantiiatif digunakan untuk menganalisis data
ekologis, analisi kualitatif

dengan metode pembobotan dan skoring linear

digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, dan penentuan bobot dari
kualitas perairan, kriteria ekologis, ekonomi, dan sosial.
Hasil pembobotan dan skoring tersebut dioverlay dengan system

lnfomasi Geografis (SIG) untuk menyajikan batasan, dan karakteriti~k,serta
zonasi dan sub zonasi kawasan konservasi. Sedangkan untuk menentukan
kebijakan dan strategi pengelolaan ekosistem dan sumberdaya terumbu karang
secara terpadu dan berkelanjutan dilakukan dengan mengidentifikasi faktor
internal dan ekstemal melalui analisis SWOT. Kajian pengembangan kawasan
konservasi terumbu karang di pulau Waidoba secara lengkap diampilkan dalam
diagram alir (Gambar 1).

8

I

........

EKOSISTEM TERUMBU KARANG
PULAU WAIDOBA KECAMATAN KAYOA,
PROPlNSl MALUKU UTARA

I
...D
..m
..

DESKRlPSi KRITERIA
SOSIAL EKONOMI
DAN BUDAYA

PEMANFAATAN

PENEMUAN BATAS DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI

~

M

-

-

-

~

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

I

I

I

+

I

-

I

1

-

KEBlJAKAN DAN STRATEGI PENGELOWAN KAWASAN KONSERVASI
I
TERUMBU KARANG SECARA TERPADU DAN BERKELANJUTAN
I
Dl PULAU WAIDOBA KECAMATAN KAYOA,
I
PROPlNSl MALUKU UTARA
Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Kajian Pengembangan Kawasan
Konservasi Terumbu Karang Di Pulau Waidoba, Kecamatan Kayoa,
Propinsi Maluku Utara.
Keteran~an:

...................
:Isu Dan Permasalahan

1.1.1.1.

:Tahapan Analisis

1 1 119

111

:Hasil dan lmplementasi

I
I
I

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang adalah suatu ekosistem di dalam laut tropis
yang dibangun oleh biota laut penghasil kapur, khususnya karang batu (stony

coral) dan algae berkapur (calcaeus algae), bersama-sama dengan biota
lainnya yang hidup di dasar. Alga yang dimaksud adalah alga koralin merah
berbentuk hamparan (encrusting), seperti Lithothamnion dan berperan penting
dalam memelihara keutuhan terumbu dengan cam melekatkan terus menerus
berbagai potongan kalsium karbonat (CaC03) menjadi satu, sehingga
memperkuat kerangka kapur.
Terumbu adalah endapan-endapan massive yang penting dari kasium
karbonat, terutama yang dihasilkan oleh karang (filum Cnidaria, kelas
Anthozoa, ordo Madreporaria = Scleractinia) dengan sedikit tambahan dari
algae berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium
karbonat.

Struktur tubuh karang terdiri dari eksoderm, mesoglea dan

endoderm.

Eksoderm merupakan jaring terluar yang mempunyai ciliata,

kantung lendir (mucus) dan sejumlah nematokis (nematocyst), sedangkan
mesoglea adalah jaringan yang terietak antara eksoderm, berbentuk seperti
agar-agar (jelly) dan endoderm terletak paling dalam dan sebagian besar
berisi zooxanfhellae.
Dari perkembangannya terumbu karang dapat dikelompokan dalam
dua kelompok karang yang berbeda, yaitu karang herrnatipik yang dapat
menghasilkan terumbu
menghasilkan terumbu.

dan

karang

ahermatipik

yang

tidak

dapat

Karang ahermatipik banyak ditemukan di seluruh

10

dunia, sedangkan karang hermatipik hanya tersebar di sekiir wilayah tropik.
Pehedaan mencolok dari kedua jenis karang ini adalah pada jaringan karang
hermatipik terdapat sel-sel tumbuhan (zooxanfheiiae) yang bersimbiosis
dengan hewan karang, sedangkan pada karang aherrnatipik tidak ditemukan.
Peranan zooxanthellae sangat penting bagi perairan di sekitar terumbu karang
karena dapat menyediakan dan menyuplai oksigen ke dalam perairan dari
hasil proses fotosintesis alga monoseluler (Nybakken, 1992).
Terumbu karang memiliki fungsi fmik sebagai pelindung pantai dari
hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut (Bengen, 2001).
Ekosistem terumbu karang menjadi sangat penting karena banyak terdapat
organisme yang hidup dan beraososiasi dengan karang sebagai tempat
mencari makan (feeding ground), reproduksi (spawning ground), pembesaran
(nursery ground), dan sebagai tempat berlindung dari serangan predator.
Selain itu, ekosistem t e ~ m b ukarang juga memiliki nilai komersial laut
dibidang pariwisata, karena terdiri dari keanekaragaman jenis, bentuk, tipe,
dan keindahan karang serta kejemihan perairan mampu membentuk
perpaduan yang harmonis, estetika sebagai tempat rekreasi bawah laut.
Terumbu karang bukan merupakan suatu sistem statis yang
sederhana, tetapi merupakan suatu sistem kehidupan dalam laut yang
ukurannya dapat bertambah atau berkurang sebagai akibat adanya interaksi
yang kompleks antara berbagai kekuatan bilogis dan fisik. Salah satu faktor
pembatas dalam pertumbuhan terumbu karang adalah cahaya, sehingga
nampak ada persaingan antara organisme karang terhadap cahaya. Banyak
karang mengalami kematian karena terlalu lama berada di udara tehuka pada
saat surut, sehingga penyebaran terumbu karang hanya sampai pada zona
pasang surut terendah atau daerah yang masih tergenangi pada saat sumt

11

(infertidal zone) (Nybakken, 1992). Selain batas pertumbuhan di daerah
intertidal, terumbu karang juga memiliki batasan pertumbuhan pada kedalam
tertentu. Soekamo et-a/., (1993) menyatakan bahwa t e ~ m b ukarang tidak
dapat tumbuh di perairan yang lebih dahm dari 50 - 70 m dan kebanyakan
terumbu karang tumbuh dengan baik di kedalam kurang dari 25 m (Bengen,

Kestabilan ekosistem terumbu karang bergantung pada kondisi fisik
perairan, seperti suhu, salinitas, oksigen terlarut, arus dan p-ergerakan
gelombang dan cahaya matahari (Seokamo, etal, 1993). Terumbu karang
hanya dapat tumbuh di perairan yang dibatasi oleh suhu perairan sebesar
20

OC,

dan perkembangannya yang optimal pada perairan dengan suhu

rata-rata tahunan berkisar antara 23 - 25 OC, tetapi ada pula terumbu karang
yang dapat mentolelir suhu perairan hingga kisaran 36 - 40 OC.

Selain suhu,

salinitas juga merupakan faktor pembatas dalam penyebaran terumbu karang
di suatu perairan. Salinitas yang baik bagi perkembangan terumbu karang
adalah pada kisaran 32

- 35 Oleo,

namun demikian terumbu karang dapat

mentolelir salinitas perairan sampai 42 'lo
(Nybakken,
o
1992). Organisme
karang dapat mentoleransi salinitas pada kisaran 27 - 40 'loo
Cahaya matahari juga

dapat menjadi faktor pembatas bagi

perkembangan terumbu karang, karena cahaya matahari diperlukan oleh
zooxanthellae untuk proses fotosintesis. Kemampuan penitrasi sinar matahari
kedahm perairan dapat mempengamhi pertumbuhan karang herrnatipik di
suatu perairan. Hasil proses fotosintesis adalah oksigen yang digunakan oleh
fauna benthik dan berbagai jenis ikan dalam proses respirasi. Intensitas dan
kualitas cahaya matahari menembus air laut merupakan faktor penting dalam
menentukan sebaran vetiial karang batu. Semakin rendah intensitas dan

12

kualitas cahaya matahari menembus air laut berarti sernakin kecil pula
kemampuan produksi oksigen oleh zooxanthellae.
Karang merupakan hewan yang bersISIfatsesile atau melekatkan diri
pada substratnya yang keras dan bersih, sehingga kondisi substrat di suatu
perairan berperan penting bagi pertumbuhan karang tenrtama pada saat
pembentukan koloni baru. Karang pembentuk tenrmbu (hematipik), hanya
dapat tumbuh dengan baik pada daerahdaerah tertentu, seperti pulau-pulau
yang sedikit mengalami proses sedimentasi. Pengendapan sedimentasi akan
berpenganrh negatif tefttadap karang, karena dapat menutupi permukaan
polip karang sehingga mempemambat proses fotosintesis dan suplai
makanan.
Tipe Terumbu Dan Bentuk Pertumbuhan Karang
Secara umum tetumbu karang terdiri atas tiga tipe, yaitu terumbu
karang tepi (fringing reef), terumbu karang penghalang (barier reef), dan
terumbu karang cincin (atol). Tetumbu kamng tepi berkembang sepanjang
pantai dan mencapai kedalaman tidak lebih dari 40 m dan bemubungan
dengan daratan atau pulau dengan arah pertumbuhan ke atas dan ke alah
laut terbuka (Nontji, 1987; Suharsono, 1996). Tipe terumbu ini dapat
melindungi pantai dari proses abrasi karena dapat menahan hantaman
gelombang ke daerah pantai.
Terumbu karang penghalang berada jauh dari pantai dan dipisahkan
oleh gobah (lagoon) yang dalam mencapai 40 - 75 m. Meskipun terdapat di
luar pantai benua, namun tipe terumbu karang ini terdapat di sekiar
pulau-pulau gunung api. Terumbu karang ini berakar pada kedalaman yang
melebihi kedalaman maksimum, dimana karang masih bisa hidup. Terumbu

karang penghalang umumnya berbentuk memanjang dan berkembang
menyusuri pantai dan terputus-putus, serta membentang mengelilingi pulau.
Terumbu

karang

cincin

berbentuk lingkaran seperti ancin.

mengelilingi gobah yang dalamnya 40

-

100 m dan sering munwl

keperrnukaan ada perairan dalam yang jauh dari daratan. Berdasarkan teori
Darwin, maka Jone dan Enden (1973) memperkirakan karang atol terjadi
akibat penenggelaman atau penurunan gunungldaratan asal terumbu pantai
secara terus menerus, dimana terumbu pantai pengalami peeumbuhan
secara vertikal, sehingga pada saat gunungldaratan asal tersebut tenggelam
muncullah karang atol.
Selain itu, terdapat juga beberapa tipe terumbu karang minor yang
biasanya terdistribusi di suatu perairan karang, seperti karang meja (table
reef), far0 atol, atol kecil (micro atol), bukit karang kecil (coral knoll), dan
karang tambalan (patch reef).
Bentuk pertumbuhan (lifeform) karang sering dipakai dalam
menentukan keberadaan t e ~ m b ukarang secara fisik. Morfologi kerangka
karang (skeleton) merupakan hasil jadi dari bentuk-bentuk pertumbuhan
koloni karang.

Bentuk rnoifologi karang batu meliputi bentuk massive,

columnar, encrusting, branching, folioceous, laminar, dan free living.
Sementara English et. a]., (1994) menggolongkan karakteristik morfologi
karang batu yang digunakan sebagai kategori meliputi ; Karang berbentuk jari,
Karang susun, Karang bercabang, Karang massive, Karang sub massive,
Karang daun, Karang kerak, dan Karang mushroom.
Dahl (1981) dalam Putra (2001) mengemukakan beberapa contoh
bentuk pertumbuhan karang dan karakteristiknya sebagai berikut :

1. Branching (Karang Tipe Bercabang) : tipe karang yang memiliki

percabangan dengan ukuran lebih panjang dibandingkan dengan
ketebalan atau diameter yang dimilikinya
2. Massive (Karang Tipe Padat) : berbetuk seperti bola, ukurannya

bervariasi. Jika beberapa bagian dari karang ini mati, maka bagian yang
karang yang belum mati akan berkembang menjadi tonjolan.
3. Enwsting (Karang Tipe Kerak) : biasanya menutupi permukaan dasar

terumbu dan memiliki permukaan yang kasar dan berbentuk kertas
dengan lubang-lubang kecil.
4. Tabulate (Karang Tipe Meja) : berbentuk menyerupai meja dengan

perrnukaan yang lebar dan datar. Karang ini ditopang oleh sebuah batang
yang berpusat dan bertumpu pada satu sisi mernbentuk satu sudut atau
datar.
5. Foliose (Karang Tipe Daun) : berbentuk lembaran-lembaran daun yang

menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan
melingkar
6. Mushroom (Karang Tipe Jamur)

: berbentuk oval dan tampak seperti

jamur, memiliki banyak tonjolan, seperti punggung bukit yang beralur dari
tepi hingga pusat mulut.
Komposisi Biota Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang tidak hanya terdiri daii karang saja, tetapi
terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi, baik komponen biotik,
maupun abiotik.

lnteraksi antara komponen ini membentuk suatu sistem

utama. Sistem yang terbentuk sangat menunjang berbagai macam kehidupan
yang berlangsung pada ekosistem t e ~ m b ukarang.

Oleh karena itu

ekosistem t e ~ m b ukarang merupakan h a b i bagi berbagai biota laut baik
yang bersifat teritorialisbis maupun bagi b i t a yang memanfaatkan t e ~ m b u
karang untuk melangsungkan kehidupannya secara sementara.
Ekosistem terurnbu merupakan salah satu sumber perikanan, sebab
dari 132 jenis ikan bemilai ekonomis, 32 diantaranya hidup di terumbu karang.
Terumbu karang meNpakan h a b i t bagi beragam biota (Bengen, 2001)
sebagai berikut :
1. Beranekaragam avertebrata : terutama karang batu (stony coral), juga
berbagai krustasea, siput dan kerang-kerangan, echinodermata (bulu babi,
anemon laut, bintang laut dan leli laut).
2. Beranekaragam ikan : 50

- 70 % ikan kamivor opurtunistik,

15

Oh

ikan

herbivora dan sisanya omnivora.
3. Ganggang dan nrmput laut: algae koralin, algae hijau berkapur dan lamun.

Populasi ikan terumbu karang berubah dari siang dan malam hari, ikan
yang aktif pada siang hari merupakan ikan pemakan plankton yang banyak
tersebar di sekeliling terumbu karang pada siang hari, bersembunyitberiindung
di celah-celah terumbu karang pada malam hari. lkan pencari makan pada
malam hari sebagian besar pemakan benthos (Nybakken,

1992).

Kebanyakan ikan yang bersifat hehivor adalah tipe ikan yang aMf pada siang
hari, umumnya memiliki wama cemerlang dan mulut kecil, beberapa jenis
sering membentuk kelompok yang padat dan bergerak dengan cepat.
Kebanyakan dari ikan karang memiliki batas wilayah tersendiri dan
sangat spesifik, mereka terlihat menempati ruang dan jarang dari kebmpok
ikan tersebut keluar dari daerahnya untuk mencari makan dan menepati
daerah periindungan.

Batasan wilayah tersebut menurut White (1997)

didasarkan pada pasokan makanan,

keberadaan predator, tempat

perlindungan, dan daerah pemijahan.
Keanekaragaman ikan karang dan biota hinnya yang hidup di daerah
terumbu karang dapat menentukan keseimbangan, sehingga pengambilan
sahh satu jenis tertentu secara bedebihan dapat mengakbatkan peledakan
populasi biota lain yang menjadi mangsa, sehingga dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem.

Keragaman spesies ikan karang sangat mirip

dengan keberadaan t e ~ m b ukarang pada daerah tersebut.

Beberapa

kebmpok ikan karang yang sering dijumpai di daerah terumbu karang antara
lain :

1. Sub

Ordo

Labroidei,

meliputi

famili

Labridae,

Scaridae,

dan

Pomacentridae
2. Sub Ordo Acanthuroidei, meliputi famili Acanthuridae, Siganidae,

Zanclidae
3. Sub Ordo Chaetodontiiei, meliputifamili Chaetodontidae, Pomacanthidae
4. Famili Blenniidae dan Gobiidae yang bersifat demersal dan menetap
5. Famili Apogonidae yang bersifat nocturnal, merupakan pemangsa

avertebrata karang dan ikan kecil
6. Famili Cstractiontidae, Tetraodontidae, dan Blastidae yang mencolok

dalam bentuk dan warnanya yang khas
7. Kelompok ikan pemangsa dan pemakan ikan (pishcivorous) yang besar
jumlahnya dan bemilai ekonomis tinggi, meliputi famili Serranidae,
Lutjanidae, Lethrinidae, dan Holocentridae.
Sementara Adrim (1993) membagi ikan karang berdasarkanfungsinya,
yaitu :

1. Kelompok ikan target, yaitu kelompok ikan yang lebih dikenal oleh nelayan

sebagai ikan konsumsi, meliputi famili Semnidae, Lutjanidae, Haemulidae,
dan Lethrinidae

2. Kelompok ikan indikator, yaitu kelompok ikan yang dipakai sebagai
indikator biologis kerusakan terumbu karang di suatu perairan, terutama
kelompok ikan Chaetodontidae
3. Kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, terutama jenis-jenis

ikan dari famili Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae, Caesionidae,
Labridae, Siganidae, Mugilidae, dan Apogonidae.
Manfaat dan Fungsi Terumbu Karang
Terumbu karang sebagai salah satu komponen utama sangat penting
sebagai penunjang berbagai macam kehidupan yang dibutuhkan dalam
produksi bahan makanan, kesehatan dan berbagai aspek kehidupan manusia
dan juga dalam pembangunan berkelanjutan. Terumbu karang sebagai salah
satu ekosistem pantai mempunyai nilai guna yang sangat signifikan, baik
ditinjau dari aspek ekologis maupun ekonomi.

Ekosistem ini mempunyai

manfaat dan fungsi serta arti penting bagi kehidupan manusia, baik manfaat
ekonomis (economic use), maupun manfaat sosial (social use). Jika Dilihat
dari fungsinya, tmmtbu karang dapat menjadi peiindung daerah pantai dari
erosi dan abrasi, karena stnrktur karang yang keras dapat menahan dan
meredam pergerakan gelombang dan arus.
Sebagai

suatu

sistem

sumberdaya

alam

dan

lingkungan

(envimnmental and resources system) yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia, ekosistem dan sumberdaya terumbu karang pada dasamya
merupakan satu ekosistem yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Pemanfaatan ekosistem dan sumberdaya terumbu karang dapat bersifat
ekstraktif dan non ekstraktif (Baker dan Kaeoniam, 1986; Kemchington dan
Hudson, 1988). Pemanfaatan ekstraktif meliputi nilai kegunaan konsumtif,
seperti penangkapan biota laut maupun kegunaan nilai omamen dari sejumlah
ikan hias. Sedangkan pemanfaatan non ekstraktif meliputi pendayagunaan
ekosistem dan sumberdaya terumbu karang untuk tujuan parawisata,
pendidikan, penelitian, dan perlindungan.
Sementara Ruitenbeek (1992) dalam Kusumastanto et-a/. (1998)
menjelaskan bahwa pemanfaatan ekosistem dan sumberdaya didasarkan
pada rnanfaat langsung (direct use) dan rnanfaat tidak langsung (indimt use).
Nilai manfaat langsung meliputi produksi perikanan, penangkapan ikan hias
dan rumput laut, dan ecoturism. Sedangkan nilai manfaat tidak langsung
meliputi kandungan karbon, aktivitas penelitian, penahan erosi.

Dan nilai

manfaat langsung dan tidak langsung tersebut, terumbu karang memiliki t