dilakukan dengan menggunakan katalis basa yakni logam natrium. Suhu Titik tuang dan titik kabut semakin menurun seiring semakin bercabangnya alkohol yang
digunakan Lee, dkk, 1995. Peneliti lainnya juga telah mensintesa isopropil ester dari minyak kedelai dan lemak hewan yellow grease. Hasil pengujian pada kendaraan
bermesin diesel menunjukkan emisi gas buang yang dihasikan dari isopropil ester lebih baik dibandingkan bahan bakar solar Wang, dkk, 2005.
Tabel 2.5. Titik Tuang dan Titik Kabut C Beberapa Biodiesel dari Minyak
atau Lemak Hewani
BIODIESEL TITIK KABUT
TITIK TUANG Minyak Kanola
-3 -4
Minyak Kedelai 2
-1 Lemak Hewan non edible
20 13
Lemak Hewan edible 23
8 Minyak Babi
14 11
Gemuk Kuning 1 Yellow Grease 42
12 Gemuk Kuning 1 Yellow Grease
8 8
Sumber: Tyson, 2006.
2.2. MINYAK KELAPA SAWIT
Tanaman kelapa sawit berasal dari Nigeria Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil
karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah
asalnya seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Buah kelapa sawit terdiri
dari 2 bagian yakni daging buah dan inti sawit Gambar 2.4. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah sedangkan bagian inti sawitnya
menghasilkan minyak inti sawit. Minyak kelapa sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14 – 20
atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Kelapa sawit yang banyak dibudidayakan di Indonesia
adalah kelapa sawit dari Afrika yang dikenal sebagai Elaeis guineensis J. Minyak kelapa sawit berasal dari sabut mesocarp dan minyak inti sawit dari inti endocarp.
Minyak kelapa sawit kaya akan kandungan palmitat dan oleat sedangkan minyak inti sawit kaya akan laurat. Komposisi asam lemak minyak inti sawit mirip dengan
minyak kelapa dimana kedua jenis minyak ini disamping mengandung laurat juga mengandung kaprilat, kaprat, miristat, palmitat dan oleat. Perbedaan komposisi kedua
minyak ini terletak pada kandungan oleatnya, dimana minyak inti sawit mengandung oleat 13 – 18 sedangkan minyak kelapa 5 – 10 Brahmana, 1998.
Gambar 2.4 Tanaman dan penampangan buah kelapa sawit
Minyak kelapa sawit mengandung oleat dan palmitat sebagai komponen utamanya disamping ada linoleat, stearat dan arakhidat dalam jumlah kecil. Minyak
kelapa sawit ini secara fraksinasi dapat dipisahkan dalam bentuk stearin dan olein. Stearin kaya akan kandungan asam palmitat dan berbentuk padat serta sulit untuk
dipasarkan sebagai sumber minyak yang dapat dimakan seperti halnya olein yang kaya akan kandungan oleat. Stearin tersebut baru melebur pada suhu diatas 40
C yaitu diatas suhu tubuh manusia, karena itu tidak dapat digunakan sebagai minyak
yang dapat dimakan. Untuk itu stearin tersebut harus dicampurkan dengan minyak nabati cair lainnya secara reaksi interesterifikasi dengan bantuan katalis tertentu agar
pada suhu tertentu padat tetapi pada suhu tubuh mencair. Untuk menentukan pada suhu berapa masih padat dan pada suhu tubuh mencair dapat dilakukan secara in vitro
dengan mengukur kandungan padat lemak solid fat content pada tingkat suhu tertentu dengan menggunakan pulsa NMR.
Untuk mendapatkan minyak kelapa dari daging buah kelapa sawit dapat dilakukan dengan ekstraksi pelarut dan ekstraksi mekanik. Ekstraksi pelarut lebih
baik dari pada ekstraksi mekanik karena kehilangan minyaknya relatif lebih sedikit. Dengan ekstraksi mekanik kehilangan minyak dapat mencapat 8. Untuk
menghasilkan minyak kelapa sawit dari kelapa sawit harus dilakukan beberapa proses sampai dihasilkan minyak kelapa sawit kasar crude palm oil CPO. Selanjutnya
dilakukan proses penyulingan untuk penjernihan dan penghilangan bau menghasilkan Refined Bleached Deodorized Palm Oil RBDPO. RBDPO kemudian diuraikan lagi
menjadi minyak sawit padat RBD Stearin dan minyak sawit cair RBD Stearin. Secara keseluruhan proses penyulingan CPO ini akan menghasilkan 73 olein, 21
stearin, 5 destilat asam lemak minyak sawit Palm Fatty Acid Destilate PFAD dan 0,5 buangan. Gambar 2.5 berikut ini memperlihatkan proses penyulingan CPO
menghasilkan RBD Stearin dan RBD Olein Anonim 3.
CPO
Pembuangan Getah dan Penjernihan
Warna Penyaringan dan
Penghilangan Bau
RBDPO DALMS 5
Pemisahan dan Penyaringan
RBD Olein RBD Stearin
Gambar 2.5 Alur Proses Penyulingan Minyak Kelapa Sawit
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna
orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak. Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-
asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta iodine. Titik cair minyak kelapa
sawit berada dalam kisaran suhu 21 – 40 C karena mengandung beberapa macam
asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda Ketaren, 1986. Tabel 2.6 berikut ini memperlihatkan sifat fisik dan kimia minyak kelapa sawit kasar dan
murni.
Tabel 2.6 Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kelapa Sawit MINYAK KELAPA SAWIT
SIFAT FISIKA DAN KIMIA KASAR
MURNI
Titik Cair Awal C
21 – 24 29,4
Titik Cair Akhir C
26 – 29 40,0
Bobot Jenis 15 C
0,859 – 0,870 Indeks Bias D 40
C 36,0 – 37,5
46 – 49 Bilangan Penyabunan
224 – 249 196 – 206
Bilangan Iod 14,5 – 19,0
46 – 52 Bilangan Reichert Meissl
5,2 – 6,5 -
Bilangan Polenske 9,7 – 10,7
- Bilangan Krichner
0,8 – 1,2 -
Bilangan Bartya 33
- Sumber: Ketaren, 1986.
Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu: kandungan
air, kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, serta bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan
kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Mutu minyak kelapa sawit yang
baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin kurang lebih 2 persen
atau kurang, bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning harus berwarna pucat tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat
serendah mungkin atau bebas dari ion logam Ketaren, 1986. Minyak kelapa sawit bermutu prima mengandung asam lemak bebas tidak lebih dari 2 saat pengapalan.
Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain yang dapat ditentukan dengan
menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur, angka penyabunan dan bilangan iodium. Kedua, pengertian mutu minyak kelapa sawit berdasarkan ukuran.
Dalam hal ini, syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam besi, logam tembaga,
peroksida dan ukuran pemucatan. Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar
dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk Anonim 3, 2007.
2.3. MINYAK JARAK PAGAR