1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di Indonesia karet Havea brasilinsis diperkenalkan pertama kali pada tahun 1876. Hasil yang diambil dari tanaman karet alam adalah lateks dan bahan olahan
yang dihasilkan dari lateks ini berupa sit, lateks pekat, dan karet remah. Lateks adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet, pada umumnya
berwarna putih seperti susu dan belum mengalami penggumpalan dengan atau tanpa penambahan bahan pemantap atau zat anti penggumpal. Lateks ini dapat diperoleh
dengan cara menyadap antara kambium dan kulit pohon [1]. Pohon karet Hevea brasiliensis telah mencapai kepentingan komersial yang cukup besar. Pohon ini
berasal dari daerah Amazon dan sekarang dibudidayakan di seluruh wilayah tropis Amerika Selatan, Afrika dan Asia [2]. Karet alam merupakan suatu komoditi non
migas, penghasil devisa Negara di Indonesia. Karet alam ini memiliki sifat fleksibilitas tinggi dan mampu berkristalisasi pada suhu rendah, apabila diregang.
Produk-produk yang dihasilkan dari lateks karet alam antara lain seperti sarung tangan, benang karet, balon, kateter, pembalut luka elastis, kondom, tiup stetoskop
dan lain-lain [3]. Proses pembuatan formulasi atau komponen karet alam, memiliki beberapa
pilihan bahan kimia tambahan untuk meningkatkan kualitas vulkanisat produk karet alam. Bahan kimia tersebut memberikan sifat mekanik yang spesifik terhadap
vulkanisat produk karet yang akan dibentuk [4]. Lateks karet alam merupakan suatu cairan berwarna putih sampai kekuningan
yang diperoleh dengan cara penyadapan. Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet non-rubber yang terdispersi di dalam air. Lateks juga merupakan suatu
larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang mengandung berbagai macam zat
[5]. Lateks karet alam umumnya
mempunyai sifat mekanik yang lebih rendah dibandingkan dengan lateks karet alam yang sudah diberi tambahan bahan kuratif dan bahan pengisi [3]. Salah satu untuk
meningkatkan sifat mekanik dari lateks karet alam perlu dilakukan kajian dengan
Universitas Sumatera Utara
2 menambahkan bahan pengisi filler ke dalam formulasi lateks karet alam, sehingga
dapat memberikan nilai ketegangan tensile yang tinggi dan dapat digunakan untuk produksi bahan baku lateks [6]. Penambahan bahan pengisi di dalam lateks karet
alam diyakini dapat menguatkan vulkanisat produk karet, sehingga kekuatan tarik dan sifat-sifat molekul lainnya seperti ketahanan sobek tear strength, modulus
elastisitas modulus of elasticity, dan ketahanan lentur flexural strength menjadi meningkat [3].
Dari penelitian sebelumnya digunakan pengisi silika, umumnya sifat-sifat dari lateks karet alam diperkuat oleh silika. Silika merupakan butiran seperti kaca dengan
bentuk pori, silika dibuat secara sintetis dari natrium silikat. Dengan penambahan bahan kuratif kedalam pengisi silika maka akan terjadi peningkatan kekuatan tarik,
modulus dan ikat silang [7]. Penelitian sebelumnya juga ada yang menggunakan pengisi kaolin, dimana kaolin ini merupakan tanah liat pekat berwarna putih dengan
ukuran partikel 300 mesh yang digunakan sebagai pengisi dan dimodifikasi dengan penyerasi alkanolamida pada lateks karet alam, dengan penambahan aquadest dan
bahan kuratif maka akan memberikan ketahanan lentur yang meningkat pada produk lateks karet alam [8]. Pada penelitian ini digunakan pengisi bentonite clay yang
berukuran 300 mesh. Bentonite clay adalah istilah yang digunakan untuk sejenis lempung yang mengandung mineral montmorillonite. Pada tahun 1960 Billson
mendefinisikan bentonite clay sebagai mineral lempung yang terdiri dari 85 montmorillonite dan mempunyai rumus kimia Al
2
O
3
4SiO
2
x H
2
O. Nama montmorillonite ini berasal dari jenis lempung plastis yang ditemukan di
Montmorillonite, Perancis pada tahun 1847 [9]. Disamping bentonite clay sebagai pengisi digunakan juga alkanolamida
sebagai penyerasi, dimana alkanolamida adalah hasil imidasi minyak inti kelapa sawit yaitu RBDPKO Refined Bleached Deodorized Palm Karnel Oil.
Alkanolamida ini merupakan turunan dari asam lemak yang memiliki gugus hidroksil yang digunakan sebagai bahan pelunak pada pembuatan tekstil dan juga
pencegahan korosi [10]. Alkanolamida ini juga banyak digunakan sebagai bahan foam boosting dan dalam campuran bahan surfaktan lain yang berguna sebagai cairan
pencuci piring dan juga dalam pembuatan shampoo [10]. Oleh karena itu, alkanolamida memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan penyerasi pada
Universitas Sumatera Utara
3 produk lateks karet alam seperti penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa
penambahan alkanolamida berkisar 5 bsk ke dalam lateks karet alam berpengisi silika akan menghasilkan vulkanisat dengan modulus tensil yang lebih tinggi atau
terjadi peningkatan kekuatan tarik dan kerapatan sambung silang. Apabila penambahan alkanolamida digunakan secara berlebihan akan menyebabkan kekuatan
tarik dan kerapatan sambung silang menurun [7]. Berdasarkan uraian di atas, maka bentonite clay sesuai digunakan sebagai
pengisi. Penggunaan bentonite clay berukuran 300 mesh sebagai pengisi diharapkan dapat meningkatkan sifat-sifat produk lateks karet alam dan juga diharapkan dapat
meningkatkan interaksi antarfasa interfacial adhesion antara pengisi bentonite clay dengan matriks lateks karet alam dengan cara memodifikasi dengan alkanolamida.
1.2 PERUMUSAN MASALAH