Artikel
HISTORISME JUFRIDA
Edisi No. 23Tahun XIJanuari 2007 24
Masuknya Bangsa Cina ke Pantai Timur Sumatera
Jufrida Balai Arkeologi Medan
Banyak penipuan yang terjadi untuk menarik simpati para buruh agar mau dibawa ke Sumatera. Banyak dari para buruh yang merupakan pelarian dari Penang maupun
Singapura yang ingin bekerja di perkebunan di Sumatera Timur, karena dijanjikan dengan upah dan masa depan yang jauh lebih baik.
I. Pendahuluan
Masuknya pengaruh dari luar bisa hanya berupa masuknya suatu gagasan. Hal
ini dapat terjadi karena disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan, baik untuk
kebutuhan pribadi maupun untuk kepentingan masyarakat. Kebutuhan untuk kepentingan
pribadi dapat digambarkan dalam kegiatan belajar maupun mengajar, mengajar pada
suatu bidang, seperti agama, bahasa, dan lain-lain. Sedangkan untuk kepentingan
masyarakat luas dapat digambarkan dalam kegiatan berdagang ataupun bekerja.
Faktor yang melandasi terjadinya hubungan saling membutuhkan di antara
masyarakat, untuk selanjutnya melakukan aktivitas keluar, antara lain; faktor perbedaan
lingkungan, penyediaaan bahan baku, tingkat teknologi, dan mata pencaharian. Faktor ini
juga yang mengakibatkan terjadinya bentuk hubungan dagang, baik yang dilakukan
secara eksternal maupun perdagangan internal Hastiti, 1988: 2.
Berdagang atau bekerja adalah salah satu penyebab munculnya kegiatan
lalu lalang orang-orang dari suatu daerah ke daerah lain. Orang-orang dari daerah lain
inilah yang kemudian disebut oleh masyarakat setempat sebagai “orang asing”. Kehadiran
orang asing dalam suatu masyarakat, tentu akan memberi pengaruh pada masyarakat
yang bersangkutan. Oleh karena itu pengamatan atas kehadiran orang asing
pada masyarakat masa lalu menjadi suatu hal yang tidak kalah pentingnya selain
pengamatan atas masyarakat masa lalu itu sendiri.
Begitu juga masuknya bangsa Cina ke Pesisir Pantai Timur Sumatera yang
pada umumnya melakukan kegiatan berdagang ataupun bekerja. Masuknya
bangsa Cina ini memberikan peranan penting kepada berbagai pihak yang saling
membutuhkan, baik bagi pihak pendatang maupun dari pihak yang dikunjungi.
Kondisi seperti inilah yang terjadi di era pembukaan perkebunan tembakau deli di
sekitar timur Sumatera. Bangsa Cina merupakan solusi terbaik untuk dijadikan
seorang pekerja, karena pekerja Cina dikenal sangat ulet dan pekerja keras.
II. Bukti Masuknya Bangsa Cina ke Indonesia
Masuknya bangsa Cina ke Indonesia sudah dilakukan sejak lama dengan berbagai
macam tujuan, di antaranya berlayar, berdagang maupun melakukan kegiatan
belajar. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa catatan, tulisan maupun prasasti,
antara lain: 1. Prasasti Gandasuli II atau Pukawang
Glis 827 M. Yang menyebutkan seorang dang puhawang bisa diartikan
seorang nakhoda. 2. Prasasti Kamalagyan 821 M. Di sana
menyebutkan “...prupuhawang prabanyaga sangkaring dwipantara...”, artinya kira-kira
“…Kapten kapal dan pedagang dari pulau- pulau lain…”.
3. Catatan perjalanan I-Tsing tahun 671 M. I-Tsing adalah seorang pendeta Budha
bangsa Cina melakukan perjalanan ke India dari Kanton dan singgah di Shih-
li-fo-shih Sriwijaya selama 6 bulan untuk mempelajari tata bahasa
Sanskerta Ayatrohaedi, 1979: 86.
4. Catatan Perjalanan I-Tsing tahun 664 M. I-Tsing menyatakan bahwa tahun
664 M telah datang seorang pendeta bernama Hwi-ning ke Holing, dan
tinggal di sana selama 3 tahun. Beliau
Universitas Sumatera Utara
Artikel
HISTORISME JUFRIDA
Edisi No. 23Tahun XIJanuari 2007 25
menterjemahkan berbagai kitab suci agama Budha dengan bantuan pendeta
Holing Soekmono, 1973: 37 5. Kubilai Khan telah mengirim utusannya
ke Singasari 1280 untuk meminta pengakuan tunduk terhadap raja namun
Kertanegara menolak dan melukai Meng Chi sebagai utusan Hadimulyono, 1982: 7
6. Prasasti Taji 901 M. Prasasti ini
menyebutkan bahwa orang asing Cina warga Kilalan bekerja sebagai saudagar
atau jurangan. Hal ini menunjukkan bahwa selain bekerja pada pemerintahan
raja, ada juga orang asing yang berkerja sebagai pedagang suatu jenis
barang dan bahkan menjadi saudagar.
Sejarah Cina menyebutkan bahwa orang Cina sudah merantau ke Indonesia
sejak masa akhir pemerintahan Dinasti Tang. Daerah yang pertama kali didatangi
ialah Palembang, yang pada saat itu merupakan pusat perdagangan dari kerajaan
Sriwijaya. Selanjutnya mereka merantau ke Pulau Jawa yang dikenal sebagai pusat
komoditi rempah-rempah. Kebanyakan dari mereka menetap di daerah sekitar pelabuhan
pantai utara Pulau Jawa, dan selanjutnya meneruskan kegiatan perdagangannya ke
Pantai Timur Sumatera.
Menurut Atmodjo
migrasinya bangsa Cina ke wilayah Indonesia dapat
terbagi dalam 3 tahap.
Tahap Pertama
Masyarakat Indonesia masih diperintah oleh kerajaan setempat. Migrasi
bangsa Cina semata-mata didorong oleh hubungan perdagangan sehingga jumlah
mereka cenderung sedikit dan belum membentuk satuan komunitas. Mereka datang
dan pergi sesuai dengan jadwal musim angincuaca. Hal ini berlangsung lambat dan
memakan waktu berabad-abad. Tahap ini disebut dengan Chinese Follow the trade atau
kedatangan bangsa Cina untuk berdagang.
Tahap Kedua
Pada tahap ini bangsa Cina hampir bersamaan datangnya dengan kedatangan
bangsa Eropa ke wilayah Asia Tenggara di abad ke-16. Walaupun masih didorong oleh
keinginan untuk berdagang namun jumlah mereka semakin meningkat, sesuai dengan
meningkatnya aktivitas perdagangan. Sedangkan kehadiran bangsa-bangsa Eropa
seperti: Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda membuat wilayah Asia khususnya
Indonesia semakin ramai. Bangsa Eropa membuka pelabuhan-pelabuhan baru
sebagai pusat kegiatan perekonomian yang membuka peluang besar bagi bangsa Cina.
Tahap Ketiga
Pada tahap ketiga ini, menunjukkan bahwa Indonesia di bawah
kekuasaan pemerintahan Kolonial Belanda. Pada saat itu pemukiman Cina sudah banyak
ditemukan di beberapa daerah seperti Kalimantan Barat, sepanjang pesisir utara
Pulau Jawa dan Pantai Timur Sumatera.
Pada tahap ketiga ini juga menunjukkan bahwa bangsa Cina sudah
bermukim dan bertempat tinggal di wilayah-wilayah Indonesia, khususnya, dan
Sumatera. Namun bangsa Cina yang pada saat itu berada di sekitar pesisir pantai pelabuhan
hanya melakukan kegiatan perdagangan secara barteran dengan masyarakat setempat maupun
dengan pedagang luar lainnya. Saling membutuhkan itulah yang mendominasi
keberhasilan perdagangan mereka. Komoditi yang dibawa oleh pedagang setempat seperti
beras, gula, tebu, emas, rempah-rempah, dan lain-lain, selanjutnya ditukarkan dengan
keramik, sutra, besi, perak, minyak wangi, maupun candu yang berasal dari pedagang
asing Cina, India, Tibet, dll.. Hal ini juga membuktikan bahwa di Pesisir Pantai Timur
Sumatera pernah menjadi tempat berkumpulnya para pedagang dari berbagai daerah dan negara.
Di tempat tersebut diprediksikan pernah menjadi sarana perniagaan dan pelabuhan kuno, yaitu
ditemukannya beberapa fragmen keramik, mata uang, fragmen gelas, alat-alat
pertukangan logam. Bukti arkeologi lain yang sangat menarik ialah ditemukannya
gundukan batu bata yang diperkirakan merupakan sisa bangunan keagamaan.
Selain daripada itu ditemukan juga arca Budhis-Hindu. Dari bukti arkeologis yang
ditemukan tersebut tak heran lagi jika masyarakat menyebutkan daerah Paya Pasir
dengan sebutan Kota Cina.
Universitas Sumatera Utara
Artikel
HISTORISME JUFRIDA
Edisi No. 23Tahun XIJanuari 2007 26
III. Masuknya Bangsa Cina ke Pantai Timur Sumatera