Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama (Studi Fenomenologi Komunikasi Kelaurga Inti Beda Agama Di Kota Bandung)

(1)

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Stara 1 (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Disusun Oleh :

Nita Novitasari

NIM.41807133

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

iv

Skripsi ini di bawah bimbingan, Adiyana Slamet., S.Ip.,M.Si,

Penelitain ini bermaksud untuk mengetahui Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama (Studi Fenomenologi Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama di Kota Bandung). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Bagaimana latar belakang Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama, Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama, Bagaimana Realitas Keluarga Inti Beda Agama.

Penelitian ini merupakan Penelitian Kualitatif dengan menggunakan Studi Fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi pustaka, penelusuran data online dan triangulasi. Informan peneliti ini adalah Keluarga Beda Agama terdiri 2 (dua) orang keluarga beda agama, serta 3 (tiga) orang anak dari keluarga beda agama. Dan untuk melengkapi penelitian peneliti memabahkan informan pendukung, yaitu 1 (satu) orang ibu yang mempunyai anak keluarga beda agama, serta 2 (dua) orang masyarakat.

Hasil penelitian menunjukan latar belakang terbentuknya Keluarga Inti Beda Agama adalah untuk menyatukan dua agama,dua keyakinan,dua perinsip dalam satu keluarga, dan untuk membina keluarga yang diridoi Tuhan Yang Maha Esa dan didasari oleh cinta tanpa ada keterpaksaan satu sama lain. Dan sebagai Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama ini dijadikan sebagai pandangan untuk mengetahui sedekat mana kebahagiaan dan keharmonisan dalam keluarga terutama dalam hubungan orang tua dan anak dan hubungan mertua dengan menantu, Hal tersebut dapat dilihat dari komunikasi disaat mereka berkonflik dan pada saat komunikasi itu seimbang dan itu bisa di lihat dari Pola Komunikasi mereka. Dan realitas yang terjadi di keluarga inti beda agama tidak seburuk yang orang-orang perkirakan atau prediksikan karena tidak semua keluarga beda agama mengalami konflik ada juga yang berjalan dengan harmonis, Selain itu keluarga inti beda agama harus menyadari bahwa komunikasi itu sangat penting dalam keluarga supaya tidak terjadi konflik dan kesalah pahaman di dalam keluarga beda agama ataupun di keluarga sesama agama, dan dengan komunikasi juga bisa menumbuhkan keluarga yang harmonis.

Kesimpulannya adalah bahwa setiap manusia mempunyai hak masing-masing untuk memilih keyakinan dan pasangan hidupnya, dan di samping komunikasi juga sangat penting buat keluarga inti beda agama suapaya bisa menjaga keharmonisan keluarga dan komunikasi berjalan dengan lancar dan pada kenyataanya keluarga inti beda agama tidak selalu berkonflik dan bermasalah di dalam keluarganya.

saran yang dapat peneliti berikan adalah baik remaja maupun orang tua diharapkan lebih memahami apa yang seharusnya dikatakan dan dilakukan sesuai dengan perannya masing-masing dengan mengacu pada sudut pandang lawan bicara.


(5)

v Editors:

Nita Novitasari NIM. 41807133

This research under the guidance of, Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

This study intends to find out the Family Patterns Communication Nucleus of Religious Differences (Study of Family Communication Nucleus Phenomenology of Religious Differences in Bandung). The purpose of this study is to determine the background How Different Religions Core Family Communication, Family Communication Patterns of Religious Differences, Family Reality How Different Religions between them in the City of Bandung .

This study is a qualitative study using phenomenology study. Data collection techniques used were interviews, observation, book study, online data retrieval and triangulation. Family informant research is composed of Religious Differences 2 (two) family of different religions, and 3 (three) children of interfaith families. And to complete the study support the researchers added the informant, which is 1 (one) of the mothers who have children interfaith families, and 2 (two) people from community

The results showed the formation of family background is the core of religious difference to unite the two religions, two convictions, two principles in one family, and to foster families who have a bless from Almighty God based on love and without any compulsion to each other. Family Communication Patterns and the core of religious difference is used as a view to figure out as close to where happiness and harmony in the family especially the parents and child relationship and the relationship with the son-in-law, It can be seen from the intensity of the communication time when they are in conflict and at communication is balanced and it can be viewed from their communication patterns. And the reality that occurs in families of different religions not as bad as people expect or predict because not all families have conflicts of different religions there is also a walk in harmony, addition of the family parents of different religions should be aware that communication is very important in the family so avoid conflicts and misunderstandings in the family or in a family of religious differences among religions, and to foster communication can also be a harmonius family.

In conclusion is that every human being has the right to choose their beliefs and their spouses, and in addition to the communication is also very important for the nuclear families of different religions can suapaya maintain family harmony and of Communications went well and in fact the core of interfaith families are not always in conflict and problems in the family.

suggestions can give is a good researcher teens and parents are expected to better understand what should be said and done in accordance with their respective roles with reference to the other person's point of view.

Keywords: Phenomenology, Family Communication Nucleus Religious Differences, in Bandung


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim.

Assalamualaikum wr. Wb.

Alhamdulilah segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Sang Maha

Agung dan Maha Tinggi, Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga hasil

Usulan Penelitian ini dapat peneliti selesaikan sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

Penyusunan Usulan Penelitian yang berjudul ”Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama (Studi Fenomenologi Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama di Kota Bandung)” ini dirasakan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, agar lebih baik

lagi pada kesempatan mendatang.

Adapum pembuatan sekripi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari

beberapa pihak. Terutama untuk orang tua, yang sudah membantu dengan doa dan

dorongan atas terselesaikannya laporan ini baik moril maupun materil. Serta untuk

kaka,adik dan orang spesial yang selalu memeberikan dorongan dan doanya kepada


(7)

vii

Penyususan sekripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan laporan kerja praktek ini. Secara khusus

peneliti sampaikan terima kasih kepada Yth :

1. Yth. Prof. DR. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, Selaku Dekan FISIP

Universitas Komputer Indonesia Bandung, yang telah memberikan

kesempatan kepada peneliti untuk menambah ilmu di Universitas ini.

2. Yth. Drs. Manap Solihat, M.Si, Selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi FISIP

Universitas Komputer Indonesia yang selalu memberikan waktu dan

kelancaran kepada peneliti

3. Ibu Melly Mulin, S.Sos., M.Si. selaku dosen yang sudah memberikan ilmu,

perhatian, dan arahan selama perkuliahan kepada peneliti

4. Yth. Rismawaty, S.Sos., M.Si, Selaku Dosen wali IK-3 2007 yang telah

memberikan motivasi, perhatian, dan arahan selama masa perkuliahan kepada

peneliti.

5. Yth. Adiyana Slamet, S.IP., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, pikiran dan kesempatan untuk memberikan

bimbingan dengan penuh kesabaran kepada peneliti.

6. Yth. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer


(8)

viii

7. Yth. Ratna Widiasti, A.md Selaku Sekretaris Dekan FISIP Universitas

Komputer Indonesia Bandung Yang telah membantu semua keperluan peneliti

selama proses penelitian.

8. Yth. Astri Ikawati A.md. kom dan Rr. Sri Intan Fajarini, S.I.Kom. Selaku

Staf Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universtas Komputer Indonesia

Bandung Yang telah membantu semua keperluan peneliti selama proses

Usulan Penelitian.

9. Terima kasih kepada saudari Opit, Mbak Eli, Pak Hartono, Bapak Yadi

beserta Istri dan Ibu Kadar beserta Suami yang bersedia menjadi Informan

Peneliti.

10. Terima kasih kepada Ny Kardijyoe, Ibu Ratnasih, Bapak Gunarso yang

bersedia menjadi informan pendukung Peneliti.

11. Terima kasih Keluargaku tercinta, khususnya Bapak dan Mamah , kaka dan

adikku, dan orang yang spesial yang selalu menemani, terima kasih atas

semua kasih sayang, dorongan, doa dan support-nya.

12. Sahabat terbaikku, Ayu, mitha, Rifki, Agus, Irna, Inna, Icha yang selalu

memberikan doa dan dorongan telah membantu dalam segala hal,. Dan untuk

teman-teman “seperjuangan” di UNIKOM terutama anak-anak 3 dan


(9)

ix

13. Semua pihak yang telah membantu pada penulisan Usulan Penelitian yang

tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam proses menyelesaikan Usulan Penelitian ini. Maka penulis

selanjutnya berharap dan berterima kasih atas segala saran dan masukan dari

pembaca. Serta menerima saran dan masukan tersebut dengan hati terbuka. Semoga

penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Amiiin....

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, September 2012


(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN... i

SURAT PERNYATAAN... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xviii

DAFTAR GAMBAR... xvx

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Indentifikasi masalah... 8


(11)

xi

1.3.2 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Kegunaan Penelitian... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis... 10

1.5 Kerangka Pemikiran... 11

1.5.1 Kerangka Teoritis... 11

1.5.1.1Fenomenologi... 12

1.5.1.2Kontruksi Realitas... 15

1.5.2 Kerangka Konseptual... 16

1.5.2.1 Fenomenologi... 16

1.6 Pertanyaan Penelitian... 17

1.6.1 Informan Peneliti... 17

1.6.2 Informan Pendukung ... 19

1.7 Subjek Penelitian dan Informan... 20

1.7.1 Subjek Penelitian... 20

1.7.2 Informan peneliti... 21

1.8 Metode Penelitian... 23


(12)

xii

1.10 Teknik Analisa Data... 27

1.11 Uji Keabsahan Data... 30

1.12 Lokasi dan Waktu Penelitian... 32

1.12.1 Lokasi Penelitian... 32

1.12.2 Waktu Penelitian... 32

1.13 Sistematika Penelitian... 35

BAB 11 TINJUAWAN PUSTAKA... 37

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi... 37

2.1.1 Pengertian Ilmu Komunikasi... 37

2.1.2 Tujuan Komunikasi... 38

2.1.3 Fungsi komunikasi... 38

2.1.4 Proses Komunikasi... 39

2.1.5 Unsur-Unsur Dalam Proses Komunikasi... 40

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi... 44

2.2.1 Faktor-faktor Pembentuk Komunikasi Antar Pribadi... 45

2.2.2 Jenis-jenis Komunikasi Antar Pribadi... 46


(13)

xiii

3.2.2 Orang Tua dan Anak dalam Keluarga... 51

2.3.3 Komunikasi dalam Keluarga... 53

2.4 Tinjuan Tentang Fenomenologi... 61

2.4.1 Sejarah Fenomenologi... 65

2.5 Tinjuan Tentang Kontruksi Realitas Sosial... 68

BAB III OBJEK PENELITIAN... 70

3.1 Asal Mula Keluarga Beda Agama... 70

3.2 Beda Agama di Indonesia... 71

3.3 Pandangan Agama Tentang Perkawinan Beda Agama... 74

3.3.1 Pandangan Agama Islam... 74

3.3.2 Pandangan Agama Katolik... 74

3.3.3 Pandangan Agama Protestan... 75

3.3.4 Pandangan Agama Hindu... 76


(14)

xiv

3.4 Perkawinan Menurut Undang-Undang... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 101

4.1 Profil Informan... 104

4.1.1 Informan Kunci... 104

4.1.2 Informan Pendukung... 118

4.2 Hasil Penelitian... 127

4.2.1 Bagaimana Latar Belakang Keluarga Inti Beda Agama di Kota Bandung... 127

4.2.2 Bagaimana Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama di Kota Bandung... 136

4.2.3 Bagaimana Realitas Keluarga Inti Beda Agama di Kota Bandung... .... 144


(15)

xv

4.2.6.1 Bagaimana Latar Belakang Keluarga

Inti Beda Agama di Kota Bandung... 147

4.2.6.2 Bagaimana Pola Komunikasi Keluarga

Beda Agama di Kota Agama ... 149

4.2.6.3 Bagaimana Realitas Keluarga Inti Beda

Agama di Kota Bandung... ... 151

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian... 153

4.31 Latar Belakang Keluarga Inti Beda

Agama di Kota Bandung... 155

4.3.2 Pola Komunikasi Keluarga Beda

Agama di Kota Agama... 157

4.3.3 Realitas Keluarga Inti Beda Agama di


(16)

xvi

5.1 Kesimpulan... 164

5.2 Saran... 166

5.2.1 Saran bagi Orang Tua Keluarga Beda Agama... 166

5.2.2 Saran untuk anak yang mengalami Keluarga Beda Agama... 166

5.2.3 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya... 167

DAFTAR PUSTAKA... 168

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 172


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris berasal dari communication,

berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna antara pemberi pesan dengan

penerima pesan. Jadi, apabila dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam

bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama terdapat

kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.1 Komunikasi adalah suatu

kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

Komunikasi juga merupakan prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan

tampak hampa bila tidak ada komunikasi. Jadi pada dasarnya manusia telah

melakukan tindakan komunikasi sejak ia lahir ke dunia. Seorang bayi dapat menangis

atau merengek kepada ibunya ketika ia merasa haus atau lapar. Secara tidak langsung

ia telah menyampaikan pesan melalui tangisan atau rengekannya tersebut. Setelah

beranjak dewasa ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia

perlu berkomunikasi.

1


(18)

Tirman Sirait mengemukakan pendapatnya tentang pengertian komunikasi

sebagai berikut, ”Komunikasi adalah suatu tingkah laku perbuatan atau kegiatan

penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau

makna-makna informasi dari seseorang kepada orang lain, atau lebih jelasnya suatu

pemindahan atau pengoperan informasi mengenai pikiran dan perasaan-perasaan”

(Tirman, 1982: 11). 2 Wilbur Schramm menyebut bahwa komunikasi dan masyarakat

adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, sebab tanpa

komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka

manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Schramm,

1982:47). 3 Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan

manusia lainnya. Menurut teori dasar Biologi manusia ingin berkomunikasi dengan

manusia lainnya itu karena adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. 4

Manusia melakukan proses komunikasi dengan lawan bicaranya baik di

lingkungan masyarakat, tempat bekerja, sekolah, keluarga, maupun organisasi.

Namun diantara lingkungan yang ada, keluargalah yang sangat mempengaruhi

2http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/penjelasan-6-teori-komunikasi/ Pada

Hari Minggu Tanggal 13-11-2010 Pukul 08.00 PM

3 http://izabova.blogspot.com/2010/07/mengapa-manusia-perlu-berkomunikasi.html Pada

Hari Minggu Tanggal 13-11-2011 Pukul 10:45 PM

4 http://cindi_ling.student.fkip.uns.ac.id/komunikasi-efektif/ Pada Hari Rabu Tanggal


(19)

kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang cenderung tetap

dan rutin. Keluarga berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata kula dan

warga "kulawarga" yang berarti "anggota" "kelompok kerabat".

Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki

hubungan darah. 5 Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan

pengaruh yang sangat besar bagi tumbuh kembangnya remaja. 6 Dengan kata lain,

secara ideal perkembangan remaja akan optimal apabila mereka bersama

keluarganya. Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) : “Keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan. 7

Komunikasi dalam keluarga adalah bentuk komunikasi yang paling ideal,

sekalipun itu dalam keluarga yang memiliki perbedaan yang cukup pelik seperti

perbedaan agama, karena hirarki antara keluarga beda agama ada tapi tidak

menyebabkan formalitas komunikasi di antara mereka. Perbedaan komunikasi

keluarga beda agama, pendidikan, usia, kebiasaan dan kepribadian antar anggota

keluarga khususnya suami istri tidak menjadi penghalang untuk berkomunikasi. Sejak

sepasang insan menikah, komunikasi dua keluarga besar dimulai secara intensif.

5

http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga Pada Hari Senin Tanggal 21-11-2011 Pukul 13:15 PM

6 http://raig-ner07.blog.friendster.com/ Pada Hari senin Tanggal 21-11-2011 Pukul 13:55 PM 7 http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11/pengertian-keluarga.html Pada Hari Selasa


(20)

Modal mereka tidak hanya kasih tapi juga platform yang sama, berdasarkan janji

nikah. 8

Namun pada kenyataannya, tidak semua keluarga dapat memenuhi gambaran

ideal sebuah keluarga tersebut. Menurut David K. Berlo, komunikasi adalah proses

dimana unsur-unsur yang ada bergerak aktif, dinamis dan tidak statis. Maka alangkah

naif jika kita berpikir bahwa komunikasi akan otomatis berjalan selalu sama dan

sesuai yang kita inginkan. Tiap kali komunikasi terjadi berarti selalu akan terjadi

modifikasi. Sehingga masalah komunikasi dalam keluarga haruslah dipahami dalam

konteks dinamika keluarga untuk menjalin kebersamaan. 9

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi

dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Untuk belajar

menghormati orang yang lebih tua serta membantu menyelesaikan berbagai masalah

yang timbul. Orang tua diharapkan dapat membantu anaknya dalam menyesuaikan

diri dengan lingkunganya untuk mengatasi masalahnya secara realistik dan simpati.

Oleh karena itu, keluarga sebagai tempat untuk mengkondisikan pemberian nilai

positif pada anak, lebih lanjut dijelaskan

“Menurut Minuchin, keluarga adalah satu kesatuan (entity) suatu sistem

atau organisme. Keluarga bukanlah merupakan kumpulan (collection) atau

penjumlahan dari individu-individu. Ibarat amuba, keluarga mempunyai

8

http://risyaf.student.umm.ac.id/Icapunkkomunikasi-dalam-berkeluarga/ Pada Hari Selasa Tanggal 22-11-2011 Pukul 11:56 PM

9

http://risyaf.student.umm.ac.id/Icapunkkomunikasi-dalam-berkeluarga/ Pada Hari Selasa Tanggal 22-11-2011 Pukul 11:56 PM


(21)

komponen-komponen yang membentuk organisme keluarga tersebut. Apabila ada satu komponen keluarga terganggu atau tidak berfungsi, maka sistem keluarga akan terganggu pula”. (Willis, 2008:148-149).

Saat komunikasi berlangsung selayaknya ada umpan balik (feed back) yang

baik dari lawan bicara (komunikan). Jika komunikan memiliki argumen serta pijakan

yang berbeda untuk memecahkan suatu masalah, besar kemungkinan komunikasi

mengalami ganguan (miss communication). Setiap agama memiliki aturan yang

berbeda-beda, hal itu yang sering nampak dewasa ini, baik itu gaya hidup maupun

dalam menyikapi satu permasalahan. Komunikasi juga akan terbentuk dengan

langgeng jika adanya respon yang baik.

Proses komunikasi akan terhambat karena adanya sekatan-sekatan, proses

komunikasipun akan terhambat karena satu permasalahan disikapi dengan cara dan

prinsip yang berbeda dan tidak semua individu bisa menerima hal tersebut terutama

hal yang berkaitan langsung dengan agama. Suatu permasalahan bisa diselesaikan

dengan banyak argumen serta solusi dari banyak pihak dan hal tersebut sangat benar.

Tetapi jika masing-masing individu ingin mempertahankan argumen masing-masing

dan berjalan pada jalan yang telah dipilih oleh masing-masing individu tersebut,

maka yang akan terjadi adalah perpecahan dalam satu keluarga.

Adanya fenomena mengenai perbedaan itu, tidak bisa diacuhkan begitu saja.

Karena hal itu benar adanya. Masing-masing individu yang berlainan agama, pasti


(22)

agama dengan agama yang lain pastilah berbeda. Perbedaan gaya hiduppun akan

menimbulkan ketidak nyamanan dalam menjalani proses komunikasi dan dinding

pemisah akan terus terjadi.

Di Kota Bandung sendiri perkawinan beda agama terjadi tidak jauh beda

dengan cerita-cerita mengenai perkawinan beda agama yang terjadi. Dinamika yang

terjadi di keluarga beda agama fluktuatif, suasana yang tercipta di rumah keluarga

beda agama kondusif terkadang bergejolak. Gejolak yang terjadi biasanya mengenai

keyakinan yang dianut oleh masing-masing orang tua, seperti misalkan ketika

beranjak dewasa si anak harus memilih keyakinan yang dianut oleh orang tuanya dan

dalam proses pemilihan tersebut biasanya anak yang menjadi korban intervensi orang tua. Misalnya saja si ayah yang beragama A biasanya “menggiring” si anak untuk ikut memeluk agama si ayah, di lain kesempatan si ibu juga melakukan hal yang sama

seperti yang dilakukan si ayah, lalu tekanan dan ajakan juga dilakukan dari

masing-masing keluarga baik itu keluarga besar si ayah ataupun keluarga besar si ibu.

Namun dibalik itu ada juga keluarga yang tidak terlalu memusingkan agama

apa yang dianut oleh si anak kelak. Biasanya hal itu karena kondisi dari orang tua

yang cukup acuh dengan apa yang mereka yakini atau mereka memiliki pemahaman

sendiri tentang apa yang mereka yakini.

Sudah banyak contoh perkawinan beda agama terjadi di kalangan artis


(23)

pernikahan beda agama terjadi di kalangan masyarakat di Kota Bandung antara

Bapak Yadi (Islam) dengan Ibu Nuri (non-Islam). Dan ada Beberapa contoh di

kalangan public figure atau artis lain yang telah lebih dahulu menikah beda agama

antara lain Jamal Mirdad (Muslim) dengan Lidya Kandauw (non-Islam), antara Katon

Bagaskara (non-Islam) dengan Ira Wibowo (Islam) di Indonesia sendiri.

Menikah antar beda agama memang belum dapat dibenarkan oleh

Undang-Undang, pasalnya Menurut UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 perkawinan hanya sah

bila dilaksanakan menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Pernikahan ini

mensyaratkan kesamaan agama dalam melaksanakan perkawinan. Perkawinan secara

Islam dilayani dan dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA), sedangkan

perkawinan bagi umat Kristen, Katholik, Hindu dan Buddha dicatatkan di Kantor

Catatan Sipil. Salah satu alasan yang sering disebut tidak bolehnya menikah beda

agama karena untuk menjaga kelestarian perkawinan itu sendiri.

Ichtijanto dalam penelitiannya menyebutkan antara tahun 1986 – 1990 ada

perkembangan pernikahan beda agama yang terjadi di Jakarta, tahun 1986 (19

pasangan), 1987 (25 pasangan), 1988 (32 pasangan), 1989 (42 pasangan), 1990

menurun sedikit (30 pasangan), (Ichtijanto:139n,2003). Berangkat dari kenyataan ini,

peneliti bermaksud mengangkat fenomena pernikahan beda agama ini dalam konteks

transformasi pendidikan agama dalam keluarga. Dari penelitian ini diharapkan akan


(24)

disebabkan pernikahan beda agama dan bagaimana sebaiknya Negara mensikapi

fenomena tersebut.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: “Bagaimana Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama (Studi

Fenomenologi Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama di Kota Bandung).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti

mengidentifikasi yang akan menjadi pokok masalah yang akan di teliti yaitu sebagai

berikut:

1. Bagaimana Latar Belakang Keluarga Inti Beda Agama di Kota Bandung?

2. Bagaimana Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda di Kota Bandung?


(25)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menggambarkan pola komunikasi keluarga inti beda agama ( studi

fenomenologi komunikasi keluarga inti beda agama di Kota Bandung).

1.3.2 Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini mencapai hasil yang optimal maka terlebih dahulu

perlu tujuan yang terarah dari penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Latar Belakang Keluarga Inti Beda Agama di Kota

Bandung.

2. Untuk mengetahui Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama di Kota

Bandung.


(26)

1.4 Kegunaan Penelitian

Secara teoritis Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil

yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini diharapkan

mengetahui teori yang berkaitan dengan ilmu komunikasi secara umum maupun

khusus dan mengembangkan ilmu komunikasi khususnya mengenai bagaimana

Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama di Kota Bandung.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini memiliki kegunaan praktis sebagai berikut :

a. Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi

peneliti mengenai Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama (Studi

Fenomenologi Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama di Kota Bandung).

b. Kegunaan Bagi Universitas

Untuk pihak universitas khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Humas berguna sebagai literatur bagi peneliti selanjutnya yang

akan mengadakan penelitian yang sama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

berguna untuk seluruh mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan

mahasiswa dan memberikan pengetahuan tentang Komunikasi Keluarga Inti


(27)

c. Kegunaan Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat yang ingin

mendapatkan informasi mengenai kehidupan komunikasi keluarga beda inti

agama dan untuk dapat mendeksripsikan bagaimana Pola Komunikasi

Keluarga Inti Beda agama di Kota Bandung.

1.5. Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Teori adalah suatu pernyataan mengenai apa yang terjadi terhadap suatu

fenomena yang ingin kita pahami. Teori yang berguna adalah teori yang

memberikan pencerahan, serta pemahaman yang lebih mendalam terhadap

fenomena yang ada di hadapan kita. Akan tetapi perlu dijelaskan sebagai suatu

arahan atau pedoman penulis untuk dapat mengungkap fenomena agar lebih

terfokus. Sekumpulan teori ini dikembangkan sejalan dengan penelitian itu

berlangsung. Hal tersebut didasarkan pada suatu tradisi bahwa fokus atau

masalah penelitian diharapkan berkembang sesuai dengan kenyataan di

lapangan. Penelitian kualitatif mementingkan perspektif emik, dan bergerak

dari fakta, informasi atau peristiwa menuju ke tingkat abstraksi yang lebih

tinggi (apakah itu konsep ataukah teori) serta bukan sebaliknya dari teori atau

konsep ke data atau informasi.

Empat fungsi teori :


(28)

2. Memprediksi sesuatu berdasarkan pengamatan.

3. Menghubungkan satu studi dengan studi lainnya.

4. Menyediakan kerangka yang lebih terarah dari temuan dan pengamatan

bagi kita dan orang lain.

Adapun paradigma dan teori yang memberi arahan untuk dapat menjelaskan

komunikasi keluarga inti beda agama di dalam rumah tangga sebagai berikut :

fenomenologi, konstruksi realitas

1.5.1.1 Fenomenologi

Fenomenologi mempelajari struktur pengalaman sadar (dari sudut

pandang orang pertama), bersama dengan kondisi-kondisi yang relevan. “Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata phainomenon yang berarti “yang menampak”. Menurut Husserl, dengan fenomenologi, kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya langsung,

seolah-olah kita mengalaminya sendiri”. (Kuswarno, 2009:10)

“Lebih lanjut dikatakan oleh Alfred Schutz, Salah satu tokoh

fenomenologi yang menonjol bahwa inti pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Schutz meletakan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Schutz mengikuti pemikiran Husserl, yaitu proses pemahaman aktual kegiatan kita, dan pemberian

makna terhadapnya, sehingga ter-refleksi dalam tingkah laku”.

(Kuswarno, 2009:18).

Adapun studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran


(29)

pengertian fenomena dalam Studi Fenomenologi sendiri adalah pengalaman

atau peristiwa yang masuk ke dalam kesadaran subjek.

Seperti yang disebutkan dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang

ditekankan oleh kaum fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku

orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek

yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan

bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar

peristiwa dan kehidupannya sehari-hari. (Moleong, 2001:9)

Keterlibatan subyek peneliti di lapangan dan penghayatan fenomena

yang dialami menjadi salah satu ciri utama. Hal tersebut juga seperti

dikatakan Moleong bahwa pendekatan fenomenologis berusaha memahami

arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam

situasi-situasi tertentu. (Moleong, 1988:7-8)

Mereka berusaha untuk masuk ke dunia konseptual para subyek yang

ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana

suatu pengertian yang mereka kembangkan di sekitar peristiwa dalam

kehidupannya sehari-hari. Makhluk hidup tersedia berbagai cara untuk

menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan

bahwa pengertian pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan.

“Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam


(30)

Mulyana menyebutkan pendekatan fenomenologi termasuk pada

pendekatan subjektif atau interpretif (Mulyana, 2001:59) Lebih lanjut Marice

Natanson mengatakan bahwa istilah fenomenologi dapat digunakan sebagai

istilah generik untuk merujuk kepada semua pandangan ilmu sosial yang

menempatkan kesadaran manusia dan makna objektifnya sebagai fokus untuk

memahami tindakan sosial (Mulyana, 2001:20-21) Pendekatan fenomenologi

menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar

tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche

adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti.

Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan

mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa

yang dikatakan oleh responden.

Fokus Penelitian Fenomenologi:

a. Textural description: apa yang dialami subjek penelitian tentang

sebuah fenomena.

b. Structural description: bagaimana subjek mengalami dan memaknai


(31)

1.5.1.2 Konstruksi Realitas

Konstruksi sosial (social construction) merupakan sebuah teori

sosiologi kontemporer yang dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas

Luckmann. Menurut Berger, realitas sosial eksis dengan sendirinya dan

struktur dunia social bergantung pada manusia yang menjadi subjeknya

(Kuswarno, 2009:111).

Sebagaimana yang telah dituangkan dalam buku karangan Engkus

Kuswarno yang berjudul Metode Penelitian Komunikasi: Fenomenologi,

menyebutkan bahwa Thomas Luckmann beserta Berger menuangkan pikiran

tentang konstruksi sosial dalam bukunya yang berjudul The Social

Construction of Reality. Berger dan Luckmann dalam buku tersebut

menyebutkan bahwa seseorang hidup dalam kehidupannya mengembangkan

suatu perilaku yang repetitif, yang mereka sebut dengan “kebiasaan” (habits)

(Kuswarno, 2009:112).

Kebiasaan ini memungkinkan seseorang mengatasi suatu situasi secara

otomatis. Kebiasaan seseorang ini juga berguna untuk orang lain. Dalam

dituasi komunikasi interpersonal, para partisipan saling mengamati dan

merespon kebiasaan orang lain, dengan demikian para partisipan saling

mengamati dan merespon kebiasaan orang lain tersebut. Dengan kebiasaan

tersebut, seseorang dapat membangun komunikasi dengan orang lain yang

disesuaikan dengan tipe-tipe seseorang, yang disebut dengan pengkhasan


(32)

1.5.2 Kerangka Konseptual 1.5.2.1 Fenomenologi

Seperti yang dikatakan Stephen W. Little John, bahwa: “fenomenology makes actual lived experience the basic data of reality” (1996:204). Jadi

fenomenologi menjadikan pengalaman hidup yang sesungguhnya sebagai data

dasar dari realita. Oleh sebab itu dalam penelitian ini, penulis mengangkat

komunikasi keluarga inti beda agama di Kota Bandung dari masalah

penelitian.

Karena keluarga beda agama adalah sebuah fakta atau realita dari

pengalaman hidup yang sangat memungkinkan di alami oleh sebagian besar

keluarga.

Studi fenomenologi menurut Creswell Whereas a biography reports

the life of a single individual, a phenomenological study describes the meaning of the live experience for several individuals about a concept or the phenomenon. Dengan demikian, studi fenomenologi berupaya untuk

menjelaskan makna pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep

atau gejala, yang dalam hal ini adalah keluarga beda agama (Creswell,

1998:51).

Fenomenologi tidak pernah berusaha mencari pendapat dari informan

apakah hal ini benar atau salah, akan tetapi fenomenologi akan berusaha “mereduksi” kesadaran informan dalam memahami fenomena itu. Studi fenomenologi ini digunakan penulis untuk menjelaskan komunikasi keluarga


(33)

beda agama, berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan hal ini menjadi data

penting dalam penelitian.

1.6 Pertanyaan Penelitian 1.6.1 Informan Peneliti

1. Bagaimana Latar Belakang Keluarga Inti Beda Agama di Kota Bandung?

a. Apakah sejarah anda atau orang tua anda melakukan

pernikahan beda agama?

b. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan beda agama?

c. Kenapa anda tetap melakukan pernikahan beda agama

walaupun di beberapa agama hal tersebut di larang?

d. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan

pernikahan beda agama?

e. Apakah dengan pernikahan beda agama bisa menjamin

keharmonisan di dalam keluarga anda atau orang tua anda?

f. Bagaimana tanggapan orang tua anda atau nenek anda dengan

pernikahan tersebut?

g. Bagaimana sikap tetangga mengenai pernikahan anda?

h. Ketiak melakukan prosesi pernikahan, itu mengunakan

upacara seperti apa?(apakah dengan cara islam, katolik atau yang lainnya)?

i. Apa keluarga anda atau keluarga pasangan anda datang pada

saat prosesi pernikahan?


(34)

k. Apakah sebelum melakukan pernikahan beda agama anda atau orang tua anda sudah mempunyai komitmen satu sama lain?

l. Jika ia, apa komitmen itu berjalan dengan baik setelah anda

atau orang tua anda berkeluarga?

2. Bagaimana Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama di Kota

Bandung?

a. Apakah anda tahu istilah Keluarga Beda Agama?

b. Apakah penilaian anda atau orang tua anda tentang kondisi

keluarga anda saat ini ?

c. Apakah anda atau oraang tua anda mendapat kebahagian

dengan kondisi keluarga saat ini?

d. Apakah anda sering berkomunikasi dengan orang tua atau

anak anda?

e. Seberapa dekat anda dengan orang tua anda atau anak anda?

f. Apa yang anda rasakan ketika anda sulit berkomunikasi, dan

tidak medapat perhatian atau dukungan dari orang tua atau anak anda?

g. Dengan siapa anda pernah berkonflik di antara anggota

keluarga dan, konflik apakah yang sering anda alami?

h. Bagaimana anda melihaat Pola Komunikasi anda dengan

orang tua anda dan anda dengan mertua anda saat mengalami konflik dan tidak mengalami konflik?

4. Bagaimana Realitas Keluarga Inti Beda Agama di Kota Bandung?


(35)

b. Pernahkah anda mendapat pertanyaan yang keritis tentang perbedaan agama dari rekan anda? Bagaimana tanggapan anda?

c. Bagaimana kehidupan dan lingkungan anda di luar atau

masyarakat?

d. Bagaimana komunikasi anda di luar rumah atau di

masyarakat?

1.6.2 Informan Pendukung

1. Bagaimana Latar Belakang Keluraga Inti Beda Agama di Kota Bandung?

a. Apakah menurut anda pengertian tentang keluarga beda

agama?

b. Apakah menurut anda/anak anda yang melatar belakangi

mereka melakukan pernikahan beda agama?

c. Sebelum anak anda melakukan pernikahan tersebut pernahkah

terjadi konflik?

d. Apakah sebelum melakukan pernikahan tersebut anak anda

sudah mempunyai komitmen dengan calom suami anak anda?

e. Jika ia, komitmen tersebut berjalan dengan baik?

2. Bagaimana Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama di Kota

Bandung?

a. Bagaimana komunikasi anda dengan menantu anda atau

dengan saudara anda?

b. Setelah mereka mempunyai anak apakah masalah agama di

permaslahkan?

c. Jika ia, apa yang memicu konflik tersebut?

d. Dan bagaimana cara penyelesaiannya?

e. Dan apakah menurut anda keluarga beda agama itu selalu


(36)

3. Bagaimana Realitas Keluarga Inti Beda Agama di Kota Bandung?

a. Apakah menurut anda pernikahan beda agama sah di mata

hukum?

b. Jika ia atau tidak apa alasannya?

c. Dan apa yang anda tau tentang pernikahan beda agama?

1.7 Subjek Penelitian dan Informan

1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata

lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau

terkandung objek penelitian.

Subjek penelitian yaitu keseluruhan objek dimana terdapat beberapa

narasumber atau informan yang dapat memberikan informasi tentang masalah

yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Wawancara akan

dilakukan berdasarkan kriteria tertentu kepada subjek penelitian yaitu

komunikasi keluarga inti beda agama di Kota Bandung.

“Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, seorang informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi”. (Spradley, 2006:39)


(37)

1.7.2 Informan Penelitian

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena

memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti,

dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Informan dalam

penelitian ini yaitu berasal dari wawancara langsung yang disebut sebagai

narasumber. Adapun definisi narasumber menurut Bagong Suyatna adalah: “Peranan informan dalam mengambil data yang akan digali dari orang -orang tertentu yang dinilai menguasai persoalan yang hendak diteliti,

mempunyai keahlian dan berwawasan cukup” (Suyatna, 2005 :72)

Informan dipilih secara purposive (purposive sampling) berdasarkan

aktivitas mereka dan kesediaan mereka untuk mengeksplorasi pengalaman

mereka secara sadar. Peneliti dapat memilih informan, atau bisa juga informan

yang mengajukan secara sukarela. 10

Wawancara dilakukan dengan 2 keluarga (dua) yang terdiri dari 2

(dua) orang dan 3 (tiga) anak dari keluarga inti beda agama sebagai informan

peneliti, 1 (satu) orang ibu yang mempunyai anak keluarga beda agama, dan 2

(dua) orang masyarakat sebagai informan pendukung. Data informan tersebut

ditampilkan sebagai berikut :

Untuk lebih jelas, informan dapat dilihat pada tabel berikut :

10

http

://tatangmanguny.wordpress.com/2009/06/30/sampel-sampling-dan-populasi-penelitian-bagian-ii-teknik-sampling-ii Pada Hari Minggu Tanggal 13-11-2011 Pukul 12:43 PM


(38)

Table 1.1 Informan Penelitian

NO Nama Keterangan

1 Opit Anak dari keluarga beda

agama

2 Bpk Yadi / Ibu Nuri Keluarga beda agama

3 Mba Eli Anak dari keluarga beda

agama

4 Bpk Hartono Anak dari keluarga beda

agama

5 Ibu Kadar / Bpk Supri Keluarga Beda Agamas

Sumber: Data Peneliti,

Tabel 1.2 Informan Pendukung

Sumber: Data Peneliti

No Nama Keterangan

1 Ny. Kerdijyoe Ibu rumah tangga

2 Ibu. Ratnasih Guru


(39)

1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi, sebagaimana diungkapkan oleh Deddy Mulyana yang di kutip dari bukunya ”Metodologi Penelitian Kualitatif”.

“Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya,

alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif”. (Mulyana,

2003:150)

Furchan menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan

perilaku orang-orang yang diamati (Furchan, 1992:21-22). Melalui penelitian

kualitatif, penulis dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka alami

dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Miles dan Huberman,

penelitian kualitatif adalah “Conducted through an intense and or prolonged

contact with a “field” or life situation. These situation are typically “banal” or normal ones, reflective of the everyday life individuals, groups, societies and organizations”. 11

Maka penelitian kualitatif selalu mengandaikan adanya suatu kegiatan proses

berpikir induktif untuk memahami suatu realitas, peneliti yang terlibat langsung

dalam situasi dan latar belakang fenomena yang diteliti serta memusatkan

perhatian pada suatu peristiwa kehidupan sesuai dengan konteks penelitian.

11

Dalam Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya. Insan Cendikia.


(40)

Thomas Lindlof dengan bukunya “Qualitative communication research methods

dalam Kuswarno 12 menyebutkan bahwa metode kualitatif dalam penelitian

komunikasi dengan paradigma fenomenologi, etnometodologi, interaksi simbolik,

etnografi, dan studi budaya, sering disebut sebagai paradigma interpretif.

(Lindlof, 1995:27-28). Bagi peneliti kualitatif, satu-satunya realita adalah situasi

yang diciptakan oleh individu-individu yang terlibat dalam penelitian. penulis

melaporkan realita di lapangan secara jujur dan mengandalkan pada suara dan

penafsiran informan.

Sebagaimana diungkapkan beberapa ahli (Bogdan dan Taylor, 1975:5;

Bogdan dan Biglen, 1990:2; Miles dan Huberman, 1993:15; Brannen, 1997:1)

bahwa metode penelitian kualitatif ini sangat bergantung pada pengamatan

mendalam terhadap perilaku manusia dan lingkungannya. Orientasi kualitatif

penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan realitas komukasi keluarga inti

beda agama.

Pendekatan kualitatif dipandang lebih relevan dan cocok karena bertujuan

menggali dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena keluarga inti

beda agama dan bagaimana komunikasi keluarga inti beda agama. Seperti

dikatakan Denzin dan Lincoln dalam, bahwa :

“Penelitian kualitatif memiliki fokus pada banyak metode, meliputi pendekatan interpretif dan naturalistic terhadap pokok persoalannya. Ini berarti bahwa para peneliti kualitatif mempelajari segala sesuatu di lingkungannya yang alami, mencoba untuk memahami atau menafsirkan

12

Kuswarno, Engkus. 2004. Dunia Simbolik Pengemis kota Bandung (Disertasi). Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung.


(41)

fenomena menurut makna-makna yang diberikan kepada fenomena tersebut oleh orang-orang. Penelitian kualitatif meliputi penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris yang diteliti “penelitian kasus,

pengalaman pribadi, introspektif, kisah pekerjaan, wawancara,

pengamatan, sejarah, interaksi, dan naskah-naskah visual “yang

menggambarkan momen-momen problematic dan pekerjaan sehari-hari serta mkana yang ada di dalam pekerjaan individu” (Creswell, 1998:15) .

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti berupa:

1. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Untuk memperoleh informasi secara akurat dari narasumber langsung

sebagai data primer, peneliti melakukan metode wawancara. Wawancara

adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya mengadakan

Tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan,

baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atas masalah

yang diteliti :

“wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai

orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. (Koentjaradiningrat, 1986:136)

Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan

data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya,

kualitatif sangat bergantung dari data dilapangan dengan melihat fakta-fakta


(42)

timbul dilapangan, kemudian terus-menerus disempurnakan selama penelitian

berlangsung.

2. Observasi

Cara observasi dilakukan peneliti untuk menunjang data yang telah

ada. Observasi penting dilakukan agar dalam penelitian tersebut data-data

yang diperoleh dari wawancara dan sumber tertulis dapat di analisis nantinya

dengan melihat kecenderungan yang terjadi melalui proses dilapangan.

Observasi penelitian dilakukan dengan cara mendatangi dan melihat langsung

keluarga beda agama ini di Wilayah Bandung.

3. Studi Literatur

Dalam studi literatur ini penulis menganut sistem kepustakaan terbuka

dimana dengan mengumpulkan data atau keterangan melalui bahan bacaan

mengenai masalah yang diteliti. Dengan teknik kepustakaan ini diharapkan

mendapat dukungan teori dalam pembahasan masalah, yaitu dengan mengutip

pendapat-pendapat para ahli, hal ini diharapkan akan memeperjelas dan

memperkuat pembahasan yang akan diuraikan.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari


(43)

5. Penelusuran Data Online

Penelusuran data online menurut Burhan Bungin adalah :

“Tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti

internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online,

sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online

yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis” (Bungin, 2008: 148).

Dari pendapat Burhan Bungin yang dikutip diatas, peneliti

menggunakan sumber yang online sebagai data pendukung untuk kebutuhan

informasi penelitian ini, baik dengan menggunakan jasa “search engine

seperti: google, yahoo, dan blog karena didalam situs ini banyak

informasi-informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian ini. Jadi, sudah

selayaknya untuk mendapatkan informasi yang berkaitan, yang bisa didapat

dari jaringan online untuk umum.

1.10 Teknik Analisa Data

Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik

mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara

bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan. Menurut Bodgan & Biklen bahwa:

“Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang


(44)

penting dan apa yang dipelajari, dan memmutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain” (Bodgan dan Biklen dalam Moleong,

2005:248).

Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif

bersifat induktif (dari yang khusus kepada yang umum), seperti dikemukakan Faisal

dalam :

“Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif. Suatu logika

yang bertitik tolak dari ”khusus ke umum”; bukan dari ”umum ke khusus” sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak.

Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier” (Bungin, 2003: 68-69):

Huberman dan Miles dalam Bungin melukiskan siklusnya seperti terlihat pada

gambar berikut ini :

Gambar 1.1

Komponen-Komponen Analisa Data Model Kualitatif

DATA COLLECTION

CONCLUTION DRAWING, &

VERIFYING DATA

REDUCTION

DATA DISPLAY


(45)

Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap

sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data reduction) : Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan

masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokkan sesuai topik masalah.

2. Pengumpulan Data (Data collection): Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi

yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

3. Penyajian Data (Data Display): Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap

masalah yang diteliti.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification): Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga,

sehingga dapat memberi jawaban atas masalah penelitian.

5. Evaluasi: Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk

menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah

informan yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari fokus

penelitian.

Dari kelima tahap analisis data diatas setiap bagian-bagian yang ada di


(46)

tahap yang satu dengan tahap yang lainnya. Analisis dilakukan secara

kontinue dari pertama sampai akhir penelitian, untuk mengetahui kajian Study

Fenomenologi Keluarga beda agama di dalam rumah tangga di kota bandung.

1.11 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian.

Peneliti menggunakan uji credibility (validitas interbal) atau uji kepercayaam

terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid

atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

terjadi sesungguhnya di lapangan.

Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian

menurut Sugiyono dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus

negatif, dan membercheck. (2005:270)

1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang

pernah ditemui maupun yang baru.

2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian


(47)

data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan

sistematis.

3. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data

diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi,

atau kuesioner. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan dengan wawancara, observasi,atau teknik lain dalam waktu

atau situasi yang berbeda. (Sugiyono, 2005:270-274). Pada penelitian ini

triangualasi data dilakukan dengan cara membandingan jawaban yang

disampaikan oleh informan utama dengan infroman kunci untuk

mendapatkan data yang cocok dan sesuai.

4. Diskusi dengan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam

bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat berarti

pemerikasaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan

sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang

sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review

persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. (Moleong,


(48)

5. Analisis kasus negatif, peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang

berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan

sudah dapat dipercaya.

6. Membercheck, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi

data. Sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam

penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau

informan.(Sugiyono, 2005:275-276).

1.12 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.12.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Bandung. Penelitian yang

dilakukan tidak terfokus pada satu tempat, tetapi dilakukan berdasarkan

kesepakatan antara peneliti dan informan.

1.12.2 Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini kurang lebih

selama 10 bulan, yaitu mulai dari bulan September 2011 sampai dengan bulan


(49)

Tabel 1.3

Waktu dan Kegiatan Penelitian 2011-2012

N

o Tahap

September s/d Oktober 2011 November s/d Desember 2011

Januari s/d Febuari 2012

Maret s/d Apri 2012

Mei s/d Juni 2012

Juli 2012

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 PERSIAPAN

a. Studi Pendahulua n b. Pengajuan Judul c. Persetujuan Judul d. Persetujuan Pembimbig 2 PELAKSANAAN a. Bimbingan Bab I b. Seminar UP c. Bimbingan Bab II d. Bimbingan Bab III e. Wawancara Penelitian

3 PENGOLAHAN DATA

a. Pengolahan Data Primer b. Pengolahan Data Sekunder c. Bimbingan Bab IV


(50)

d. Bimbingan Bab V e. Bimbingan Seluruh Bab 4 SIDANG a. Pendaftar an Sidang b. Penyeraha n Draft

Skripsi c. Persiapan Sidang

d. Sidang

Skripsi


(51)

1.13 Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini terbagi atas V (Lima) Bab fdan disusun dengan

sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan

tujuan penelitian, kegunaan penelitian (kegunaan teoritis dan kegunaan

praktis), kerangka pemikiran, pertanyaan penelitian, metode penelitian dan

teknik pengumpulan data, subjek dan informan, teknik analisis data,

sistematika penulisan, lokasi dan waktu penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori-teori yang mendukung penelitian serta kaitannya dengan

permasalahan yang diangkat. Dalam hal ini tinjauan tentang fenomenologi,

penjelasan tentang kontruksi realitas, serta teori penunjang lainnya dalam

memecahkan masalah pada penelitian ini.

BAB III : OBJEK PENELITIAN

Bab ini menguraikan secara singkat mengenai awal mulanya tercipta

Latar Belakang Keluarga Inti Beda Agama di Kota Bandung. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisikan tentang uraian dari hasil penelitian berdasarkan wawancara

data yang terkumpul, yang meliputi analisis deskriptif, identitas respon dan


(52)

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan kesimpulan dari hasil pembahasan yang ada pada

identifikasi masalah dan juga saran-saran pada perusahaan dan peneliti


(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Ilmu Komunikasi

2.1.1 Pengertian Ilmu Komunikasi

Istilah komunikasi secara bebas dipergunakan oleh setiap orang dalam

masyarakat. “Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicatio, dan bersumber

dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.”

(Effendy 1998:9)

Thoha menyatakan bahwa “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan

penerimaan informasi dari seseorang kepada orang lain.” (Thoha, 1996: 145)

Dalam penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, bukanlah hal

yang mudah, sebab apabila mudah tidak akan mungkin terjadinya komunikasi yang

meleset. Pada saat dua orang berkomunikasi, ibarat dua dunia yang berbeda bertemu

sebab masing-masing individu memiliki pengalaman yang berbeda atau latar

belakang yang berbeda. Dalam proses penyampaian hendaklah berusaha

menimbulkan kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan makna

dapat terlihat dari mengerti bahasa yang digunakan dan mengerti makna dari hal yang

dipercakapkan. Dengan adanya kesamaan tersebut akan memudahkan penerimaan


(54)

2.1.2 Tujuan Komunikasi

Kegiatan komunikasi yang manusia lakukan sehari-hari tentu memiliki

suatu tujuan tertentu yang berbeda-beda yang nantinya diharapkan dapat

tercipta saling pengertian. Berikut tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana

Effendy:

1. Perubahan sikap (Attitude change)

2. Perubahan pendapat (Opinion change)

3. Perubahan prilaku (Behavior change)

4. Perubahan sosial (Social change) (Effendy, 2003 : 8)

Dari empat poin yang dikemukakan oleh Onong Uchjana effendy, dapat

disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan untuk merubah sikap, pendapat,

perilaku, dan pada perubahan sosial masyarakat. Sedangkan fungsi dari

komunikasi adalah sebagai penyampai informasi yang utama, mendidik,

menghibur dan yang terakhir mempengaruhi orang lain dalam bersikap dan

bertindak.

2.1.3 Fungsi Komunikasi

Komunikasi dalam pelaksanaannya memiliki berbagai macam fungsi

dalam kehidupan manusia, seperti berikut ini ;

1. Menyampaikan informasi (to inform)


(55)

3. Menghibur (to entertain)

4. Mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2003 :8)

Dari poin tersebut diatas, biasanya selalu ada dan terkandung pada setiap

pesan yang disampaikan, baik melalui media cetak atau elektronik ataupun pada lisan

dan tulisan. Penyampaian informasi ini merupakan hal umum dan biasa dalam

kehidupan sehari-hari, mendidik (to educate) biasanya fungsi ini dilakukan oleh

orang yang berprofesi sebagai pengajar (guru, dosen), hiburan merupakan salah satu

fungsi komunikasi yang cukup diminati karena adanya faktor kesenangan,

mempengaruhi (to influence) biasanya bersatu dengan penyampaian informasi.

2.1.4 Proses Komunikasi

Komunikasi tidak bisa terlepas dari proses. Oleh karena itu apakah suatu

komunikasi dapat berlangsung dengan baik atau tidak tergantung dari proses

yang berlangsung tersebut. Menurut Rusady Ruslan proses komunikasi adalah : “Diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) atau

antar kedua belah pihak.” (Ruslan 1999 : 69).

Sementara itu menurut onong Uchjana Effendy proses komunikasi

terbagi dua tahap, berikut uraiannya :

1. Proses komunikasi secara primer

Proses pencapaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain


(56)

media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar,

warna dan sebagainya yang secara langsung dapat menerjemahkan pikiran atau

perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambang yang

paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa.

2. Proses komunikasi secara sekunder

Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang

sebagai media pertama. Media kedua yang sering digunakan diantaranya adalah

surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan lain lain. (Effendy,

1984 : 11-17).

Pentingnya peranan media yakni media sekunder dalam proses

komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan dalam

jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena dengan menyiarkan sebuah

pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu

banyak jumlahnya, bukan satu jutaan, melainkan puluhan juta, bahkan ratusan

juta, seperti misalnya pidato kepala negara yang disiarkan melalui radio atau

televisi.

2.1.5 Unsur-Unsur Dalam Proses Komunikasi

Dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya

sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan

terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai


(57)

- Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau

pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari

satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai,

organisasi, atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau

dalam bahasa inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.

- Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan

cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu

pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa

inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau

information.

- Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan

pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai

saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam

bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar pribadi panca indera dianggap


(58)

- Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.

Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok,

partai atau negara.

Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak,

sasaran, komunikan, atau dalam bahasa inggris disebut audience atau receiver.

Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah

akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber.

- Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan

dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh

ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (De Fleur,

1982). Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan

keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat

penerimaan pesan.

- Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu

bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya

umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski

pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang


(59)

menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan.

Seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

- Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi

jalannya komunikasi. Factor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni

lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan

dimensi waktu.

Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa

terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi

sering kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana tidak

tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya.

Lingkungan sosial menunjukkan factor sosial budaya, ekonomi dan politik

yang bisa terjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,

kepercayaan, adat istiadat, dan status sosial. Dimensi psikologis adalah

pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya

menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi

yang sesuai dengan usia khalayak. Dimensi psikologis ini bisa disebut

dimensi internal.

Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan

kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena

pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi


(60)

Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun

proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama

lainnya. Artinya, tanpa keikutsertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi.“ (Cangara, 2005 : 23).

2.2 Tinjauan tentang Komunikasi AntarPribadi

Komunikasi antarpribadi adalah komunikai antara dua orang, dimana terjadi

kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung

secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui sebuah medium, umpamanya

telepon. Cirri khas komunikasi antarpribadi ini adalah sifatnya yang dua arah atau

timbal balik. (Effendy, 1986:50) adapun pengertian komunikasi antarpribadi yang

diungkapkan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal

Communication Book bahwa “komunikasi antarpribadi merupakan proses pengiriman

dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”. (1984:4)

Menurut Vandeber, komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses interaksi

dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan atau perasaan. (Lliliweri, 1984:9) Effendy mengemukakan juga bahwa “pada hakikatnya komunikasi

antarpribadi adalah komunikasi antar seorang komunikator dengan komunikan”.


(61)

Pada dasarnya komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh komunikator

mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan dengan

cara mengirimkan pesan dan prosesnya yang dialogis.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa “dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena

komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to

face). Antara komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka

terjadilah kontak pribadi (personal contact). Ketika komunikator

menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan”. (1993:61)

2.2.1 Faktor-faktor Pembentuk Komunikasi Antarpribadi

Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul

faktor-faktor yang mendorong manusia tersebut untuk melakukan suatu

pekerjaan. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh

pihak-pihak yang terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu. Mengapa manusia

ingin melaksanakan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya jenis

komunikasi antarpribadi yang sifatnya langsung dan tatap muka antar pihak

yang melaksanakan kegiatan komunikasi tersebut.

Cassagrande berpendapat, manusia berkomunikasi karena:

a. Memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kebahagiaan.


(62)

c. Dia ingin berinteraksi hari ini dan memahami pengalaman mas alalu, dan mengantisipasi masa depan.

d. Dia ingin menciptakan hubungan baru. (Liliweri, 197:45)

Setiap orang selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan atas

perbedaan-perbedaan yang dia miliki. Perubahan tersebbut terus berlangsung seiring dengan

perubahan masyarakat. Manusia mencatat berbagai pengalaman relasi dengan orang

lain di masa lalu, memperkirakan apakah komunikasi yang dia lakukan masih relevan

untuk memenuhi kebutuhan di masa datang. Jadi, minat komunikasi antarpribadi

didorong oleh pemenuhan kebutuhan yang belum atau bahkan tidak dimiliki oleh

manusia. Setiap manusia mempunyai motif yang mendorong dia untuk berusaha

memenuhi kebutuhannya.

2.2.2 Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi

Seperti komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadipun mempunyai

jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain. Menurut Onong Uchjana Effendy bahwa “Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni:

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antar

dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan

dan seorang lagi yang menerima pesan. Oleh karena pelaku komunikasinya

dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens, komunikator


(63)

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication)

Komunikasi Tria dik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri

dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan.

Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik

lebih efektif, Karena komunikator memusatkan perhatiaanya hanya pada

seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference

komunikan, sepenuhnya juga umpan balik yang berlangsung, merupakan

kedua factor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses

komunikasi. (1993:62)

Adapun ciri-ciri komunikasi anatrpribadi menurut Alo Liliweri yaitu:

1. Spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka.

2. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang jelas.

3. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja.

4. Kerapkali berbalas-balasan.

5. Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan.

6. Harus membuahkan hasil.


(64)

2.2.3 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpribadi

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri terdiri

atas:

a. Fungsi sosial

Komunikasi antar pribadi secara otomatis mempunyai fungsi social,

karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks social yang

orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian, maka fungsi

social komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek:

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan psikologis

2. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial.

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik.

4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri sendiri.

5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.

b. Fungsi pengambilan keputusan

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk

yang dikaruniai akal sebagai sarana berpikir yang tidak dimiliki oleh semua

makhluk di muka bumi. Karenanya ia mempunyai kemampuan untuk

mengambil keputusan dalam setiap hal yang harus dilaluinya. Pengambilan


(1)

169

Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Littlejohn, Stephen. W. 1996. Theories of Human Communication. USA: Wadsworth Publishing Company.

Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : ROSDA.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : Remaja Rosdakarya.

Poloma, Margaret M. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Spradley, James. A. 2006. Metode Etnografi. Terjemahan Mizbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Wes.R dan Turner H.Lynn. 2008. Pengantar Teori Komunikasi. Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika.


(2)

170

Sumber Lain Skripsi :

Akrom. 2011. Femomena Media Online Forum. Chelseafc.or.id Dalam Mempererat Solidaritas Anggota Chelsea Indonesia Supprter Club Di Bandung Bandung. Universitas Komputer Indonesia

Siti Zakiah, Sarah. 2011. Komunikasi Remaja Broken Home( Fenomenologi Komunikasi Remaja Broken Home Dengan Orang Tuanya, Kota Bandung). Bandung. Universitas Komputer Indonesia

Yulianti, Linda. 2011. Konsep diri Mahasiswa Perokok Di Kota Bandung (Studi Fenomenologi Konsep Diri Mahasiswa Perokok Di Kota Bandung). Bandung. Universitas Komputer Indonesia

Internet Searching:

http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/penjelasan-6-teori-komunikasi/ Pada Hari Minggu Tanggal 13-11-2010 Pukul 08.00 PM

http://izabova.blogspot.com/2010/07/mengapa-manusia-perlu-berkomunikasi.html Pada Hari Minggu Tanggal 13-11-2011 Pukul 10:45 PM

http://cindi_ling.student.fkip.uns.ac.id/komunikasi-efektif/ Pada Hari Rabu Tanggal 16-11-2011 Pukul 08:00 PM

http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga Pada Hari Senin Tanggal 21-11-2011 Pukul 13:15 PM

http://raig-ner07.blog.friendster.com/ Pada Hari senin Tanggal 21-11-2011 Pukul 13:55 PM


(3)

171

http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11/pengertian-keluarga.html Pada Hari Selasa Tanggal 22-11-2011 Pukul 09:34 PM

http://risyaf.student.umm.ac.id/Icapunkkomunikasi dalam berkeluarga/ Pada Hari Selasa Tanggal 22-11-2011 Pukul 11:56 PM

http://interaksisimbolik.blogspot.com/ Pada Hari Rabu Tanggal 16-11-2011 Pukul 17:55 PM

http://pamungkas26wise.net23.net/Perubahan_sosial_yang_terjadi_pada_remaja_saat _ini.html

http://www.anneahira.com/komunikasi-dalam-keluarga.htm hari selasa tanggal 70-2-2012 pukul 19:00

http://anggara.org/2007/07/05/perkawinan-beda-agama-di-indonesia/19-12-2012 jam 18:00

http://superpedia.rumahilmuindonesia hari jumat jam 10: 36 tanggal 25 05 2012 http://zaldym.wordpress.com/2008/07/15/perkawinan-beda-agama-dalam-perspektif-agama-agama/16 januari 2012 pukul 20:45

http://www.kumham-jogja.info/karya-ilmiah/37-karya-ilmiah-lainnya/362-perkawinan-beda- agama-di-indonesia-dalam-hak-asasi-manusia hari senin tanggal 28/05/2012 jam 21:11


(4)

227

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Nita Novitasari

Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 11 Juni 1986 Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 26 Tahun

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Sukasari 2 No. 253 rt 06 rw 02 Kel. Sekeloa kec. Coblong Bandung

Telepon : 087732777707

Status Pernikahan : Belum Menikah

Status Saudara : Anak ke 3 dari 7 bersudara

Nama Ayah : Nanang Muhidin

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Dedeh Sodah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Kp.Cilaku Kaum rt/rw 03/02 sukasari Kab.Cianjur

Motto : Semangat kamu pasti Bisa E-mail : debssw3et_girl@yahoo.com


(5)

228 PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2007 - Sekarang Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Kosentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

-

2. 2001 – 2004 SMAN 1 Cibeber Berijazah 3. 1997 – 2001 SMPN 1 Cibeber Berijazah 4. 1991 – 1997 SDN 1 Cilaku Berijazah

5. 1989 – 1991 TK Mawar Berijasah

PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 1995-1997 Anggota Paduan Suara SDN 1 Cilaku -

2 1997 - 2001 Anggota Pramuka SMPN 1 Cibeber Anggota Paduan Suara SMPN 1 Cibeber

3 1998 - 2001 Anggota Karateka SMPN I Cibeber - 4 2001 – 2003 Anggota Paskibra SMAN 1 Cibeber -


(6)

229 PELATIHAN DAN SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2008 Mentoring Agama Islam Bersertifikat

2. 2010 Peserta Pelatihan Table Manner di Hotel Amaroossa, Bandung

Bersertifikat

3. 2010 Pelatihan Public Speaking Bersertifikat

4. 2010 Kegiatan Seminar Budaya Preneurship Bersertifikat 5. 2012 Kegiatan Seminar Fotogarafi Bersertifikat

PRESTASI

No. Tahun Uraian

1. 1992 1994 1995

Juara 2 Lomba Model Baju Daerah Juara 2 lomba nyanyi di SDN 1 Cilaku Juara 2 Lomba Paduan Suara Kab. Cianjur

Demikian, segala yang tertulis di atas adalah yang sebenar-benarnya dan selengkap-lengkapnya.

Bandung, September 2012