HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMA

  

HAK HADHANAH ANAK

DALAM KELUARGA BEDA AGAMA

(Studi Kasus di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

AHMAD MUNTAHA

  

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI ’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

  

SALATIGA

2017

NOTA PEMBIMBING

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara: Nama : Ahmad Muntaha NIM : 211-12-010 Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas :

  Syari‟ah JudulSkripsi : Hak Hadhanah Anak dalam Keluarga Beda Agama (Studi

  Kasus di Desa Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang)

  Dapat diajukan dalam siding munaqosyah Skripsi. Demikian untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

  Salatiga,20 September 2017 Pembimbing, Drs. Machfud, M.Ag.

  NIP. 196102101987031006

  

PENGESAHAN KELULUSAN

  SKRIPSI HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMA (Studi Kasus di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang)

  DISUSUN OLEH: AHMAD MUNTAHA

  NIM. 211-12-010 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan S-1 Hukum

  Keluarga Islam, Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 25 September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.

  Sekretaris : Drs. Machfudz, M. Ag. Penguji I : H. M. Yusuf Kummaini, M. H. Penguji II : Farkhani, S. H., S.H.I., M.H.

  Salatiga, 25 September 2017 DekanFakultas Syari‟ah Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.

  NIP. 19670115199803 2 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Ahmad Muntaha NIM : 211-12-010 Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas :

  Syari‟ah Judul Skripsi : Hak Hadhanah Anak dalam Keluarga Beda Agama (Studi

  Kasus di Desa Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang)

  Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

  Salatiga, 20 September 2017 Penulis, Ahmad Muntaha NIM. 211-12-010

  

MOTTO

~&~

Allah selalu memberikan harapan dibalik keputus asaan

  

Karena cinta kasih dari Allah dan orang-orang tersayang merupakan

Kekuatan utama dalam melakukan segala sesuatu

Maka jangan berhenti berusaha hanya karena rintangan

percayalah bahwa hasil tidak akan menghianati usaha

  

Ketahuilah, bahwa kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah

~&~

  

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah menuntun semua jalan hambaNya, yang telah melimpahkan

kemurahan-Nya dan memberikan kemudahan untuk menyeslesaikan

Skripsi ini. Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:

  1. Ibu dan bapak saya pahlawan hidup saya, orang tua yang tangguh terhebat, teristimewa beliau yang selalu mampu menjelma menjadi apapun yang saya butuhkan. Beliaulah harta paling berharga, dokter, juru masak, motivator, guru, cahaya saya.

  2. Adik saya Binti Khoirul Mahmudah telah menjadi Adik yang sangat baik dan membantu saya dalam keadaan apapun.

  3. Teman-teman yang selalu mendukung setiap langkah saya.

  4. Bapak dan Ibu dosen Institut Agama Islam Negeri yang selama ini sabar mendidik saya. Terimakasih atas kebaikan Bapak dan Ibu yang telah membantu saya dalam kesulitan terutama ketika saya belajar berorganisasi.

  5. Teman-teman Hukum Keluarga Islam angkatan 2012.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahhirobbil‟alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang selalu memberikan rahmad serta hidayah-nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMA (Studi Kasus di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang)” tanpa halangan yang berarti.

  Shalawat serta salam semoga tetap tercuran kepada nabi agung nabi Akhiruzaman, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta pengikutnya yang senantiasa setia dan menjadikannya suritauladan. Beliaulah yang membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang dan semoga kita semua mendapatkan syafaatnya nanti di yaumul qiyamah, amim ya rabbal „alamin.

  Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah tulus ikhlas membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak trimakasih kepada: 1.

  Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Dr. Siti Zumrotun, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah.

  3. Sukron Ma‟mun, M. Si, selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam.

  4. Drs. Machfud, M. Ag, selaku Dosen Pembimbing yang dengan ikhlas membimbing, mengarahkan, serta mencurahkan waktu dan tenaganya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

  5. Seluruh Dosen IAIN Salatiga, yang telah memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat.

  6. Kedua orang tua dan adik penulis, yang telah memberikan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk memenuhi keinginan penulis untuk tetap sekolah. Tanpa mereka mungkin karya ini tidak pernah ada.

  7. Istikomah, SE. yang selalu memberi masukan dan hiburan disaat penulis menemukan kesulitan di dalam penulisan skripsi ini.

  8. Seluruh teman-teman seperjuanganku di Hukum Keluarga Islam angkatan 2012 atas segala semangat dan hiburannya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

  9. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta pembaca pada umumnya.

  Amin.

  Salatiga, 20 September 2017 Penulis, Ahmad Muntaha

  ABSTRAK

  Muntaha, Ahmad. Hak Hadhanah Anak dalam Keluarga Beda Agama (Studi Kasus di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang).

  Skripsi. Fakultas Syariah. Jurusan Hukum Keluarga Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Drs. Machfud M. Ag.

  Kata Kunci: Hadhanah, Keluarga Beda Agama.

  Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagai mana penerapan hak anak yang lahir dari orang tua yang berbeda agama, hadhanah anak

  hadhanah

  dalam keluarga beda agama yang dimaksud adalah hadhanah yang dilakukan psangan beda agama di Desa Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Dalam penelitian ini peneliti meneliti empat keluarga. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana penerapan hak hadhanah anak dalam keluarga beda agama yang terjadi di Desa Getasan, Kecamatan Getasan? (2) Bagaimana Penerapan hadhanah anak dalam keluarga beda agama perspektif hukum Islam?

  Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan hukum Islam. lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

  Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa di Desa Getasan terdapat empat pasangan suami istri yang menjalankan rumah tangganya dengan berbeda agama yang dilakukan oleh keluarga Ismono, Prayogo, Suroto dan Andoyo. anak dalam hukum Islam adalah menjadi tanggung jawab kedua orang

  Hadhanah

  tua secara kerja sama dalam hal mengasuh, mendidik, merawat dan memenuhi nafkah bagi anak. Penerapan hak hadhanah anak di Desa Getasan, peneliti membagi hak hadhanah anak dalam empat permasalahan, yaitu: (1) Pengasuhan anak keluarga beda agama, (2) Mendidik anak keluarga beda agama, (3) Menentukan agama anak yang lahir dalam keluarga beda agama, (4) Nafkah anak keluarga beda agama

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................. ii PENGESAHAN KELULUSAN................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................. iv MOTTO ..................................................................................................... v PERSEMBAHAN..................................................................................... vi KATA PENGANTAR............................................................................... viii ABSTRAK................................................................................................. ix DAFTAR ISI.............................................................................................. xii DAFTAR TABEL...................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR................................................................................. xiv

  BAB I PENDAHULUAN

  1 A.

  1 Latar Belakang Masalah .....................................................

  B.

  5 Rumusan Masalah ..............................................................

  C.

  5 Tujuan Penelitian ...............................................................

  D.

  6 Manfaat Penelitian .............................................................

  E.

  6 Penegasan Istilah ................................................................

  F.

  8 Tinjauan Pustaka ................................................................

  G.

  11 Metode Penelitian ..............................................................

  1.

  11 Jenis Penelitian ..............................................................

  2.

  11 Kehadiran Peneliti..........................................................

  3.

  11 Lokasi Penelitian ..........................................................

  4.

  11 Sumber Data ..................................................................

  5.

  12 Metode Pengumpulan Data ...........................................

  6.

  13 Analisis Data ..................................................................

  H.

  14 Sistematika Penulisan ........................................................

  BAB II HADHANAH MENURUT HUKUM ISLAM

  16 A.

  Pengertian Hadhanah ......................................................... 16

  B.

  17 Dasar Hukum Hadhanah ...................................................

  1.

  18 Al-Qur‟an ......................................................................

  2.

  20 Undang-undang no 1 Tahun 1974 .................................

  3.

  21 Kompilasi Hukum Islam (KHI) .....................................

  C.

  21 Syarat-syarat Hadhanah .....................................................

  D.

  24 Orang yang berhak dalam Hadhanah ................................

  E.

  26 Masa berlakunya hadhanah ...............................................

  F.

  28 Faktor penghalang Hadhanah ............................................

  BAB III PRAKTIK PENGASUHAN ANAK KELUARGA BEDA AGAMA DI DESA GETASAN KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

  30 A.

  30 Gambaran Umum Desa Getasan 1.

  30 Profil Desa Getasan .......................................................

  a.

  31 Berdasar Geografis dan Demografis .......................

  b.

  32 Keadaan Penduduk ..................................................

  c.

  32 Pendidikan ...............................................................

  d.

  33 Sosial Ekonomi ........................................................

  e.

  35 Agama .....................................................................

  f.

  36 Kesehatan ................................................................

  B.

  36 Profil Keluarga Beda Agama di Desa Getasan 1.

  36 Pasangan Ismono dan Etik ...........................................

  2.

  39 Pasangan Prayogo dan Wiwin .....................................

  3.

  41 Pasangan Suroto dan Kayati ........................................

  4.

  43 Pasangan Andoyo dan Dewi ........................................

  BAB IV ANALISIS PENERAPAN HAK HADHANAH ANAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMA PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UNDANG-UNDANG PERKAWINAN TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI)

  46 A. Penerapan Hadhonah Anak dalam Keluarga Beda Agama di Desa Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten

  Semarang ............................................................................

  52

  64 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN-LAMPIRAN

  63

  Saran........................................................................................

  B.

  Kesimpulan..............................................................................

  61 BAB V PENUTUP A.

  60

  58

  56

  56

  54

  49

  1. Pengasuhan Anak dalam Keluarga Beda Agama ..........

  46

  46

  4. Nafkah Anak ................................................................

  3. Menentukan Agama Anak ...........................................

  2. Mendidik Anak ...........................................................

  1. Pengasuhan Anak .........................................................

  Pengasuhan Anak dalam Keluarga Menurut Hukum Islam, Undang-undang Perkawinan no 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) ..........................................

  B.

  4. Nafkah Anak dalam Keluarga Beda Agama ..................

  3. Menentukan Agama yang Dianut Anak dalam Keluarga Beda Agama ...................................................

  2. Mendidik Anak dalam Keluarga Beda Agama ..............

  66

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 3.1 Tabel 3.2

Tabel 3.3 Fasilitas pendidikan formal di Desa Getasan .....................

  Fasilitas pendidikan non formal di Desa Getasan .............. Rekapitulasi jumlah penduduk berdasarkan pendidikan ....

  32

  33

  33

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman

Gambar 3.1 Peta Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Getasan .............................................................................

  30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan manusia lain

  dalam segala aspek kehidupannya dalam arti bahwa manusia tidak bisa hidup seorang diri dalam menjalani kehidupan. Atas dasar inilah yang menjadikan manusia ingin hidup bersama. Lingkup terkecil hidup bersama dimulai dari sebuah keluarga yang dijalin antara laki-laki dan perempuan melalui suatu ikatan perkawinan. Mendambakan pasangan merupakan fitrah sebelum dewasa, dan dorongan yang sulit dibendung setelah dewasa. Oleh karena itu, agama mensyariatkan dijalaninya pertemuan antara pria dan wanita, dan kemudian mengarahkan pertemuan itu sehingga terlaksananya perkawinan (Shihab, 1999:192).

  Islam memandang perkawinan suatu nilai keagamaan sebagai wujud ibadah kepada Allah dan sunah Nabi yang terdapat dalam Al- Qur‟an dan

  Hadits. Sehingga unsur ibadah dalam perkawinan yang berarti ingin menyempurnakan sebagian dari agama dan ingin menumbuhkan nilai kemanusiaan serta rasa kasih sayangnya terhadap manusia lainnya (Kamal, 1974:5).

  Keluarga merupakan bagian terkecil dari sebuah masyarakat yang di dalamnya hanya terdiri dari suami, istri, dan anak. Setiap individu juga menginginkan keluarga yang bahagia maka dibutuhkan rasa kasih sayang, terciptanya keharmonisan, ketentraman dalam keluarga (sakinah, mawadah,

  

warahmah ). Hal itu merupakan kunci dari tujuan sebuah perkawinan

(Muderis, 1992: 7).

  Pekawinan merupakan ikatan yang sakral karena di dalam ikatan perkawinan tersebut tidak hanya terdapat ikatan lahir atau jasmani saja tapi juga ada ikatan rohani yang berdasarkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Suatu perkawinan tidak hanya sekedar hubungan lahiriah saja tapi juga suatu ikatan atau hubungan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Usman, 1989: 21).

  Hal ini sejalan dengan rumusan yang terkandung dalam Undang-Undang perkawinan Indonesia yaitu di dalam Pasal 1 Undang-Undang tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi

  “perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

  Islam juga menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk berpasang-pasangan, yang tentunya menyatukan keduanya dengan jalan perkawinan. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar- Ruum ayat 21 dan suat An-Nahl ayat 72 yang berbunyi (Shihab, 1999: 197):

  Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

  Artinya: Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah

  Perkawinan dan agama memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak terpisahkan antara keduanya, semua agama mengatur masalah perkawinan yang tentunya berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan hukum agama masing-masing. Pada dasarnya semua agama menginginkan perkawinan yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang satu agama. Hal ini dapat dipahami karena agama merupakan dasar atau pondasi yang sangat penting dalam kehidupan rumah tangga. Dengan memiliki pondasi agama yang kuat diharapkan orang yang melakukan perkawinan akan memiliki hubungan yang kuat sehingga tidak akan mudah roboh karena goncangan terus menerpa.

  Indonesia merupakan negara yang beragam terdiri dari agama, ras, suku, budaya, dan bahasa yang berbeda antara satu ras dengan ras yang lain, suku satu dengan suku yang lain bahkan akan sangat berbeda antara budaya satu daerah dengan budaya daerah yang lain. Manusia tidak dapat terlepas dari kodratnya sebagai makhluk sosial dimana manusia tidak dapat hidup sendiri maka dari itu kontak antar agama, ras, dan suku budaya lain tidak dapat dihindari lagi. Pergaulan manusia tidak lagi berkutat pada kelompok kecil seperti agama, ras, suku saja tetapi sudah menembus dinding batas antara golongan-golongan yang ada, ditambah dengan kemajuan teknologi. Interaksi yang ada sudah tidak ada batasan lagi untuk manusia berinteraksi dengan golongan, agama, ras, dan suku lain.

  Dalam kondisi pergaulan masyarakat yang tidak ada batasan dalam berinteraksi inilah yang menjadi dasar perkawinan campuran baik antar suku, ras, budaya, bahkan agama yang berbeda. Hal ini akan menimbulkan perdebatan dan masalah dari pernikahan campuran. Pernikahan beda agama banyak mengandung perdebatan dan masalah, dikarenakan perbedaan prinsip yang ada didalam agama masing-masing sehingga menimbulkan beberapa masalah dimasa yang akan datang.

  Melihat fenomena di atas akan sangat menarik untuk dilakukan penelitian, yang mana terang terlihat bahwa ada beberapa kasus di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Getasan, terlihat adanya pernikahan beda agama. Objek penelitian yang dipilih penulis di Desa Getasan ini merupakan bentuk keingintahuan atas kasus dan fenomena yang terjadi di Desa Getasan pada Keluarga yang melakukan pernikahan secara berbeda agama.

  Desa Getasan termasuk dalam pemerintahan Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, yang memiliki empat Dusun, yakni Dusun Getasan, Dusun Ngelo, Dusun Jamplan, Dusun Pandanan, dan Dusun Gading. Penduduk Desa getasan 70 % beragama islam dan 30 % beragama Kristen, Khatolik dan Buda. Terdapat kurang lebih empat pasangan di Desa Getasan yang melakukan pernikahan beda agama. Berbagai kegiatan keagamaan nampak terjalin rukun, terlihat tentram harmonis tidak ada konflik yang berarti. Namun bagaimana kehidupan yang sebenarnya apakah sudah menjadi keluarga yang harmonis dan apakah pelaksanaan pengasuhan anak yang lahir dari pernikahan beda agama sudah dilaksanakan dengan baik?, dengan dmikian penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut dan mengangkat judul “Hak Hadhanah Anak dalam Keluarga Beda Agama” (Studi Kasus di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang).

  B. Rumusan Masalah

  Berkenaan dengan permasalah diatas, dirasa perlu untuk menelitinya dengan rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana penerapan hak hadhanah anak dalam keluarga beda agama yang terjadi di Desa Getasan, Kecamatan Getasan?

  2. Bagaimana Penerapan hadhanah anak dalam keluarga beda agama perspektif hukum Islam?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pengasuhan anak menurut perspektif hukum Islam.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses pengasuhan anak keluarga beda agama di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

  D. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat teoriritik: untuk memberikan penjelasan teori hukum Islam tentang hak hadhanah anak terhadap keluarga beda agama.

  2. Manfaat untuk praktisi: seperti hakim, ulama, untuk menambah ilmu pengetahuan atau wawasan mengenai hak hadhanah anak terhadap keluarga beda agama bila menghadapi hal yang sama.

  3. Manfaat untuk masyarakat umum: untuk memberikan pengetahuan bagi masyarakat yang kurang mengetahui tentang hak hadhanah anak terhadap keluarga beda agama, agar masyarakat lebih bijak dalam mengatasi persoalan yang sama.

  E. Penegasan Istilah

  Penegasan istilah adalah batasan pengertian atau definisi tentang istilah- istilah atau variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian serta dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diukur dan diamati. Penegasan istilah berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah-istilah atau variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian, baik dari penguji maupun pembaca pada umumnya dan memberikan gambaran umum dari tulisan secara keseluruhan, yang akan menjadi dasar dalam upaya menjawab pertanyaan penelitian dan mengumpulkan data (Usman, 1989:21). Berikut penulis memberikan penegasan dan maksud penulisan sebagai berikut: 1.

  Hak Pengertian hak menurut kamus besar bahasa indonesia, hak adalah mempunyai kekuasaan berbuat sesuatu, Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung pada kita sendiri. Pada umumnya hak didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggung jawaban atas kewajiban.

  2. Hadhanah Hadhanah adalah tugas menjaga dan mengasuh atau mendidik anak kecil

  sejak ia lahir sampai mampu menjaga dan mengurus dirinya sendiri (Sarong, 2004:191). Hadhanah yang penulis maksud dalam penulisan ini adalah orang tua yang lebih berhak terhadap hak asuh anak orang tua beda agama.

  3. Anak Menurut pengetahuan umum, yang dimaksud dengan anak adalah seorang yang lahir dari hubungan pria dan wanita (Sastrawujaya, 1977: 18).

  4. Keluarga Menurut Ayyub (2006: 254) pengertian umum keluarga adalah suatu kumpulan manusia dalam kelompok kecil yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak.

  5. Beda Agama Dalam kamus besar bahasa indonesia beda berarti sesuatu yang menjadikan berlainan atau tidak sama antara benda yang satu dengan yang lain, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya, dapat disimpulkan bahwa beda agama berarti berlainan dalam kepercayaan dan peribadatan terhadap Tuhan yang maha kuasa.

F. Tinjauan pustaka

  Sebagai pendukung penulis menelusuri hasil penelitian, artikel maupun buku-buku yang lain tetapi penelitian yang relevan dengan topik yang dikaji diantaranya sebagai berikut:

  Skripsi dari Khaidarulloh, pada tahun 2011 dengan judul “Pola

  Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Beda Agama (Studi Kasus Di Desa Sinduadi Kecamatan Mlati Sleman). Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan bahwa secara sosiologis perbedaan agama tidak menghambat para pelaku melakukan peran dan fungsinya sebagai keluarga dalam proses pengasuhan anak dan sebagian besar pelaku melakukan pola asuh secara demokratis. Secara umum, hal ini tidak terlepas dari sikap toleran masyarakat Sinduadi yang plural, sikap keluarga beda agama yang cenderung tidak mengindahkan regulasi maupun doktrin agama dan lambannya aturan hukum yang berlaku. Sedangkan dampak yang terjadi adalah mengesampingkan terhadap nilai-nilai agama yang mengurangi nilai kesucian, hakikat dan tujuan perkawinan. Pembentukan keluarga beda agama di Sinduadi yang cenderung transaksional secara tidak langsung akan mengikis nilai-nilai ajaran agama khususnya terhadap pembentukan kepribadian dan kualitas agama anak. Selanjutnya ditinjau dari sisi yuridis realitas ini bertentangan dengan aturan tentang kebsahan pembentukan keluarga (perkawinan) yang harus seagama. Sedangkan ditinjau dari sisi normatif (fiqh), realitas ini juga bertentangan dengan nalar fiqh yang mewajibkan setiap manusia untuk menjaga agama dan menjaga keturunan dalam kehidupan sehari-hari.

  Penelitian yang dilakukan oleh Nine Is Pratiwi yaitu mengenai Pola Asuh Anak pada Pernikahan Beda Agama. Dari hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa subjek dan pasangannya mengasuh anaknya dengan menggunakan pola asuh authoriatif yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan keluarganya yang harmonis dan cukup bahagia serta tidak ada masalah yang terlalu rumit. Hal tersebut karena didukung dengan faktor yang mendorong subjek menikah untuk membina keluarga bahagia rukun dan harmonis karena memang mereka saling mencintai satu sama lain.

  Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Yasin pada tahun 2010 yaitu mengenai Pola Pengasuhan Anak dalam Keluarga Beda Agama (Studi Kasus pada 5 Keluarga di Dusun Baros, Desa Tirtohargo, Kec Kretek, Kabupaten Bantul). Kesimpulan pada penelitian ini adalah pola asuh anak terhadap agamanya cenderung otoriter, berdampak pada konversi agama dan anak cenderung bingung dalam memilih agama yang ia yakini benar. Dalam kacamata penyusun menyimpulkan bahwa perkawinan berbeda agama semacam ini dilarang menurut syariat dalam tinjauan Maqosid Asy-

  Syari’ah. Sebab hal ini akan menimbulkan

  terancamnya salah satu dari kelima pokok Maqosid Asy-

  Syari’ah yang harus dijaga, yaitu keturunan.

  Penelitian yang dilakukan oleh Lilis Sumiyati pada tahun 2015 mengenai Murtad sebagai Penghalang Hadhanah (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor 1700/Pdt.G/2010/PAJT). Kesimpulan pada penelitian ini adalah tidak semua perkara hadhanah itu diberikan kepada seorang ibu. Majelis hakim beralasan bahwa dalam perkara hadhanah yang disebabkan salah satu orang tuanya murtad, maka akibat murtad inilah yang benar benar menjadi penghalang untuk mendapatkan hak asuh anak, karena faktor agama orang tua yng menjadi hal yang paling utama sebagai pengasuh anak, disebabkan agama merupakan pondasi dalam kehidupan dan menjadi prioritas utama dalam merawat dan mendidik anak. Oleh karena itu, hakim dalam memutus tidak hanya dengan berpedoman pada satu pasal yang menyatakan hak asuh anak adalah hak seorang ibu, akan tetapi harus melihat pada kemaslahatan dan perlindungan bagi anak-anaknya, karena kedudukan sebagai orang tua tidak saja memenuhi kebutuhan materialnya tetapi juga lingkungan, pendidikan serta pembinaan akhlak wajib dan harus diperhatikan dari anak itu masih kecil sampai tumbuh dewasa.

  Dari berbagai tinjauan pustaka yang penulis uraikan diatas, tentu berbeda dengan yang penulis ulas. Di dalam skripsi ini penulis menjelaskan tentang hadhanah dalam keluarga menurut hukum islam dan penerapan hak hadhanah dalam keluarga beda agama di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

G. Metode Penelitian 7.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu peneliti yang terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada objek yang dibahas (Ali, 2012:105).

  8. Kehadiran peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, dimana peneliti dalam meneliti terhadap informan diketahui secara jelas, sehingga antara informan dengan peneliti terjadi interaksi secara wajar dan menghindari kesalahpahaman.

  9. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Desa Getasan, Kecamatan Getasan,

  Kabupaten Semarang. Di desa ini terdapat banyak anak yang lahir dari orang tua yang beda agama. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti desa tersebut.

  10. Sumber Data a.

  Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi kemudian diolah oleh peneliti. b.

  Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi dan peraturan perundang- undangan. (Ali, 2012:106) c.

  Data Tersier Data tersier merupakan data penunjang yang dapat memberi petunjuk terhadap data primer dan sekunder. Dalam hal ini data tersier yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia

  11. Metode Pengumpulan Data a.

  Wawancara Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara mendalam (in dept interview). Dengan wawancara mendalam, bisa digali apa yang bersembuyi di sanubari seseorang apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini maupun masa sekarang (Ali, 2012: 110).

  Wawancara ini dilakukan dengan acuan catatan-catatan mengenai pokok masalah yang akan ditanyakan. Sasaran wawancara adalah orang tua yang melakukan pernikahan beda agama dengan menanyakan bagaimana pengasuhan anak yang lahir dari pernikahan mereka.

  b.

  Observasi

  Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui sebuah pengamatan, dengan disertai pengamatan-pengamatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. ( Surahmad, 1996: 130) c. Dokumentasi

  Dokumentasi adalah metode penelitian ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber- sumber dokumen (Surahmad, 1996:132). Metode ini dimaksudkan untuk mencari data mengenai hal-hal yang dibutuhkan sebagai bahan pelengkap dalam perolehan data, berupa foto, rekaman dan sebagainya.Metode ini digunakan sebagai salah satu pelengkap dalam memperoleh data.

12. Analisis Data

  Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya kepada orang lain (Zuriah, 2007: 217).

  Prosedur analisis dalam penelitian ini adalah: penyusunan data, pengolahan data dengan mengklasifikasikan data ke dalam kategori- kategori yang jumlahnya lebih terbatas sesuai dengan data yang diperlukan, organisasi data, pemilihan menjadi satuan-satuan tertentu dan menemuan hal-hal yang penting untuk dipelajari. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data.

H. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan adalah untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan. Sistematia penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut;

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Penegasan Istilah, Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II HADHANAH MENURUT HUKUM ISLAM Bab ini berisi tentang pengertian hadhanah (menurut al-

  qur‟an, hadits, undang-undang perkawinan no 1 Tahun 1974, dan menurut kompilasi hukum islam (KHI))

  BAB III PRAKTIK PENGASUHAN ANAK KELUARGA BEDA AGAMA DI DESA GETASAN KABUPATEN SEMARANG Bab ini berisi tentang profil Desa Getasan yang membahas

  tentang keadaan penduduk, pendidikan, sosial ekonomi, agama, dan kesehatan. Membahas profil keluarga yang melakukan praktik pernikahan beda agama di Desa Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

  BAB IV ANALISIS PENERAPAN HAK HADHANAH ANAK

  DALAM KELUARGA BEDA AGAMA PRESPEKTIF HUKUM ISLAM, UNDANG-UNDANG PERKAWINAN TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI)

  Bab ini berisikan analisis tentang Penerapan Hadhonah Anak dalam Keluarga Beda Agama di Desa Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dan analisis tentang Pengasuhan Anak dalam Keluarga Menurut Hukum Islam, Undang-undang Perkawinan no 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI).

BAB V PENUTUP Bab ini berisikan hasil atau kesimpulan analisis dan saran yang dianggap berguna.

BAB II HADHANAH MENURUT HUKUM ISLAM G. Pengertian Hadhanah Dalam Islam pemeliharaan anak disebut hadhanah. Secara

  etimologis, hadhanah jamaknya ahdhan atau hudhun terambil dari kata yaitu anggota badan yang terletak dibawah ketiak hingga al-kayah

  hidhn

  (bagian badan sekitar pinggul antara pusar dan pinggang). Burung dikatakan hadhanat-

  tha’ir baydhahu,manakala burung tidak mengerami

  terurnya karena dia mengumpulkan (mengempit) telurnya itu kedalam dirinya dibawah himpitan sayapnya (Warson, 1997:296). Demikian pula sebutan hadhanah diberikan kepada seorang ibu manakala mendekap (mengemban) anaknya dibawah ketiak, dada, serta pinggulnya (Sabiq, 1980:160).

  Dalam kamus besar bahasa Indonesia pemeliharaan anak (hadhanah) terdiri dari dua kata yaitu pemeliharaan dan kata anak, pemelihara berasal dari kata pelihara yang memiliki arti jaga. Sedangkan kata pemeliharaan yang berarti proses, cara, perbuatan penjagaan, perawatan pendidikan.

  Menurut ulama fiqih mendefinisikan hadhanah yaitu melakukan pemeliharaan terhadap anak-anak yang masih kecil, baik laki-laki maupun perempuan, atau yang sudah besar tapi belum tamyiz, menyediakan sesuatu yang menjadi kebaikannya, menjaganya dari sesuatu yang menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani, rohani, akhlaknya agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawab (Sabiq. 1980:161).

  Dari pengertian etimologis di atas dapat disimpulkan bahwa

  hadhanah adalah mengasuh anak dalam bentuk pemeliharaan, pemenuhan

  kebutuhan dan memberi pendidikan sejak anak dilahirkan kedunia hingga anak dewasa, pemeliharaan anak juga meliputi pengawasan, pelayanan dan pembelajaran dalam arti luas. Pengawasan berarti membentuk lingkungan anak dalam suasana yang aman dan juga sehat, baik secara jasmani maupun rohani sehingga anak mampu memiliki interaksi sosisal yang baik, sehingga anak memiliki jiwa sosial yang tinggi. Pelayanan berarti tindakan orang tua dalam menanamkan rasa kasih sayang terhadap anak. sedangkan kebutuhan hidup adalah kebutuhan primer atas tempat tinggal, makanan dan pakaian menjadi kebutuhan yang ditekankan pada soal nafkah (Harahab. 1975:204). Hadhanah dilakukan baik oleh ibu atau ayah maupun oleh orang yang menggantikannya. sehingga hadhanah merupakan langkah pertama dalam perwalian atau bimbingan terhadap anak (Tahido. 2004:010).

H. Dasar hukum hadhanah

  Haddhanah dalam hukum Islam hukumnya adalah wajib, karena

  pada perinsipnya dalam Islam bahwa anak-anak mempunyai hak untuk dilindungi, baik keselamatan akidah maupun dirinya dari hal-hal yang menjerumuskan mereka kedalam neraka (Manan. 2010:201). Melihat kondisi anak yang begitu rentan akan bahaya bila tidak dilakukan pengasuhan, pengawasan, pemberian nafkah dan juga diselamatkan dari hal-hal yang dapat merusak mental maupun fisik anak. Sehingga pengasuhan anak menjadi wajib hukumnya agar tidak membahayakan jasmani dah rohani anak. Dasar hukum hadhanah yaitu:

1. Al-Qur’an

  Dasar hukum hadhanah dalam firman Allah SWT terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 233 yang menyatakan (Sabiq. 1980: 171): Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Pada ayat ini, Allah SWT mewajibkan kepada orang tua untuk memelihara anak mereka, ibu berkewajiban menyusuinya sampai umur dua tahun. Dan bapak berkewajiban memberukan nafkah kepada ibu. Diperbolehkan mengadakan penyapihan (menghentikan penyusuan) sebelum dua tahun apabila ada kesepakatan antara kedua orang tua dan mereka boleh mengambil perempuan lain untuk menyusukan anak tersebut dengan syarat memberikan upah yang pantas. Hal ini demi keselamatan anak itu sendiri (Ayyub. 2006:292).

  Sebagai timbal balik dari kewajiban yang ditetapkan Allah SWT terhadap ibu kepada anaknya tersebut, maka seorang ayah berkewajiban untuk memberi nafkah dan pakaian kepada ibu dan anak secara patut dan baik. jadi kedua-duanya mempunyai beban dan tanggung jawab terhadap anak yang masih menyusui sampai dewasa. Sehingga kewajiban bagi seorang ibu ialah merawat anak dengan menyusui dan memeliharanya, dan kewajiban ayah harus memberi makan dan pakaian kepada ibu supaya ia dapat memelihara anaknya dan masing-masing dari kedua orang tuanya harus menunaikan kewajibannya sesuai batas kemampuannya (Quthb. 2000:302)

  Adapun dalam Firman Allah SWT pada surat at-Tahrim ayat 6 yang berbunyi (Sabiq. 1980: 179): Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

  Pada ayat ini orang tua diperintahkan Allah SWT untuk memelihara keluarganya dari api neraka, dengan berusaha agar seluruh anggota keluarganya melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT, termasuk anggota keluarga yang dijelaskan pada ayat ini adalah anak. Kemudian mengantarkan anak- anaknya dengan cara mendidik, membekali mereka dengan ilmu pengetahuan baik ilmu agama maupun ilmu umum untuk bekal mereka kejenjang dewasa (Ghazaly. 2003:177).

2. Undang-undang no 1 Tahun 1974

  Pemeliharaan anak pada dasarnya menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya, yang meliputi berbagai hal diantaranya masalah ekonomi, pendidikan dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok anak. Oleh karena itu yang terpenting dalam memelihara anak ialah kerja sama dan saling tolong menolong antara suami dan istri sampai anak tersebut dewasa. Undang-undang perkawinan tidak secara rinci mengatur masalah pengasuhan, karena tugas dan kewajiban memelihara anak intern dengan tugas dan tanggung jawab suami sekaligus sebagai bapak bagi anak-anak (Rofiq. 2013:189). Kemudian di dalam ketentuan dalam bab X pasal 45 Undang-undang No. 1 tahun 1974 menyatakan: a.

  Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik baiknya.

  b.

  Kewajiban kedua orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

3. Kompilasi Hukum Islam (KHI)

  Hadhanah (pengasuhan) juga sejalan dengan Kompilasi Hukum

  Islam (KHI) Bab XIV pasal 98 sebagai berikut: a.

  Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan.

  b.

  Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan.

  c.

  Pengadilan agama dapat menunjuk salah seorang kerabat terdekat yang mampu menunaikan kewajiban tersebut apabila kedua orang tuanya meninggal.

  Dari penjelasan pasal tersebut bahwa kewajiban kedua orang tua adalah mengantarkan anak-anaknya dengan cara mendidik, serta membekali dengan ilmu pengetahuan untuk menjadi bekal mereka di hari dewasanya (Ali. 2012:65)

I. Syarat-syarat Hadhanah

  Seorang Hadinah atau hadhin (ibu asuh) yang menangani dan menyelenggarakan kepentingan anak kecil yang diasuhnya, yaitu adanya kecukupan dan kecakapan. kecukupan dan kecakapan yang memerlukan syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat tertentu ini tidak terpenuhi satu saja maka gugurlah kebolehan menyelenggarakan Hadhanah (Sabiq. 1980:165). Syarat-syarat hadhanah adalah: 1.