Ganyong Canna edulis Nira Sorgum Sorgum bicolor

12 Parameter yang diamati adalah kadar gula pereduksi, kadar etanol, jumlah sel serta pH medium. Konsentrasi etanol paling tinggi yang dihasilkan pada fermentasi selama 72 jam sebesar 0,046 dengan konversi gula menjadi etanol sebesar 47,32. Kandungan selulosa TKKS sekitar 45,80 dan hemiselulosa 26,00. Jika berdasarkan perhitungan minimal menurut Badger 2002 maka potensi bioetanol dari TKKS adalah sebesar 2.000 juta liter atau menghasilkan panas setara dengan menggunakan 1446.984 liter bensin Anonim, 2008a. Produksi bioetanol berbahan baku limbah kelapa sawit layak diusahakan karena berdasarkan evaluasi finansial dapat diperoleh tingkat keuntungan sebesar 75 Anonim, 2008a .

C. Ganyong Canna edulis

Di Indonesia ganyong Canna edulis merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, antara lain umbi mudanya untuk sayuran, umbi tuanya dapat diekstrak patinya untuk dibuat tepung, sedangkan daun dan tangkainya digunakan untuk pakan ternak Rukmana, 2000. Umbi ganyong mengandung karbohidrat yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai bahan dasar untuk produksi glukosa dan fermentasi etanol. Hidrolisis pati dapat dilakukan dengan katalis asam, kombinasi asam dan enzim, serta kombinasi enzim dan enzim Judoamidjojo et al., 1992. Hasil penelitian Wulansari 2004 dan Putri dan Sukandar 2008 menunjukkan bahwa pati ganyong memiliki karbohidrat yang didominasi pati dengan kadar 80 dan kadar air 18. Pati ganyong memiliki warna putih kecokelatan dan tekstur halus. Kadar pati ganyong yang tinggi menunjukkan pati tersebut dapat dijadikan bahan baku melalui proses hidrolisis untuk pembuatan sirup berkadar glukosa tinggi menunjukkan bahwa pati ganyong berpotensi sebagai bahan baku untuk bioetanol melalui fermentasi glukosa atau isomernya. Jenis asam dan konsentrasi asam tidak berpengaruh signifikan terhadap gula pereduksi yang dihasilkan pada hidrolisis pati ganyong, hidrolisis optimum didapat dengan HNO 3 7. Kadar glukosa pada fermentasi mempengaruhi kadar etanol yang dihasilkan secara positif. Pada penelitian ini fermentasi dengan kadar glukosa hasil hidrolisis sebesar 4,81 menghasilkan etanol 4,84, sedangkan dengan kadar 14, etanol yang dihasilkan meningkat menjadi 8,6. 13

D. Nira Sorgum Sorgum bicolor

Sorgum Sorgum bicolor L. merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar dikembangkan di Indonesia karena mempunyai area adaptasi yang luas. Sorgum merupakan tanaman bukan asli Indonesia, melainkan berasal dari Ethiopia dan Sudan Afrika. Di Indonesia sorgum mempunyai beberapa nama seperti gandrung, jagung pari, dan jagung cantel. Tanaman ini toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marjinal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama atau penyakit. Selama ini batang sorgum hanya digunakan untuk pakan ternak. Nira sorgum yang berasal dari batang tanaman sorgum dapat dimanfaatkan untuk membuat bioetanol, karena komposisi nira sorgum hampir sama dengan nira tebu Tabel 2. Batang sorgum apabila diperas dikempa akan menghasilkan nira yang rasanya manis. Kadar air dalam batang sorgum kurang lebih 70 persen di mana sebagian besar nira sorgum terlarut dalam air tersebut. Selama ini batang sorgum yang menghasilkan nira biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak, sehingga belum memiliki nilai ekonomis optimal. Mengingat nira sorgum mengandung kadar glukosa yang cukup besar Tabel 2, serta memiliki kualitas setara dengan nira tebu, maka sorgum boleh menjadi pertimbangan sebagai salah satu sumber karbohidrat penghasil bioetanol di masa depan. Tabel 2. Perbandingan komposisi kimia nira sorgum dengan komposisi nira tebu Komposisi Nira sorgum Nira tebu Brix 13,60 – 18,40 12 – 19 Sukrosa 10 – 14,40 9 – 17 Gula reduksi 0,75 – 1,35 0,48 – 1,52 Gula total 11 – 16 10 – 18 Amilum ppm 209 - 1.764 1,50 – 95 Asam akonitat 0,56 0,25 Abu 1,28 – 1,57 0,40 – 0,70 Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan 1996. Hasil penelitian Sari 2009, menunjukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah persentase volume starter. Setelah dilakukan optimasi terhadap variabel tersebut, kondisi optimum diperoleh dari proses fermentasi menggunakan ragi Saccharomyces ceerevisiae dengan waktu fermentasi 7 hari dan volume starter 9 vb, kadar glukosa 14,5. Pada kondisi tersebut, diperoleh glukosa sebanyak 14,5 vb. Selanjutnya dari glukosa tersebut dihasilkan 14 bioetanol sebanyak11,82. Angka tersebut mengindikasikan terjadinya konversi glukosa menjadi etanol yang tinggi menjadi bioetanol 46,21. Dengan demikian sorgum yang selama ini hanya dikenal sebagai bahan pangan, ternyata juga berprospek sebahan baku pembuatan bioetanol, di mana dari 2,5 kg sorgum berat kering dapat diperoleh satu liter bioetanol.

E. Tetes Tebu