14 bioetanol sebanyak11,82. Angka tersebut mengindikasikan terjadinya konversi glukosa
menjadi etanol yang tinggi menjadi bioetanol 46,21. Dengan demikian sorgum yang selama ini hanya dikenal sebagai bahan pangan, ternyata juga berprospek sebahan baku pembuatan
bioetanol, di mana dari 2,5 kg sorgum berat kering dapat diperoleh satu liter bioetanol.
E. Tetes Tebu
Pada molase atau tetes tebu terdapat kurang lebih 60 selulosa dan 35,5 hemiselulosa dasar berat kering. Kedua bahan polisakarida ini dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana
mono dan disakarida yang selanjutnya difermentasi menjadi etanol. Di Indonesia potensi produksi molase ini per ha kurang lebih 10–15 ton, Jika seluruh molase per ha ini diolah menjadi
ethanol fuel grade ethanol FGE, maka potensi produksinya kurang lebih 766 hingga 1.148 literha FGE. Produksi bioetanol berbahan baku molase layak diusahakan karena tingkat
keuntungan finansialnya mencapai 24.
F. Jerami Padi
Jerami padi mengandung kurang lebih 39 selulosa dan 27,5 hemiselulosa dasar berat kering. Kedua bahan polisakarida ini, sama halnya dengan tetes tebu dapat dihidrolisis menjadi
gula sederhana yang selanjutnya dapat difermentasi menjadi bioetanol. Potensi produksi jerami padi per ha kurang lebih 10-15 ton, keadaan basah dengan kadar air kurang lebih 60. Jika
seluruh jerami per ha ini diolah menjadi ethanol fuel grade ethanol FGE, maka potensi produksinya kurang lebih 766-1.148 literha FGE perhitungan ada di lampiran. Dengan asumsi
harga ethanol fuel gradeFGE sekarang adalah Rp. 5500,- per liter harga dari pertamina, maka nilai ekonominya kurang lebih Rp. 4.210.765 hingga Rp. 6.316.148 ha.
Menurut data Biro Pusat Statistik tahun 2006, keseluruhan luas sawah di Indonesia adalah 11,9 juta ha. Artinya, potensi jerami padinya kurang lebih adalah 119 juta ton. Apabila
seluruh jerami ini diolah menjadi bioetanol maka akan diperoleh sekitar 9,1 milyar liter bioetanol FGE dengan nilai ekonomi Rp. 50.1 triliun. Menurut perhitungan, etanol dari jerami sudah
cukup untuk memenuhi kebutuhan bensin nasional. Kandungan karbohidrat pada jerami padi cocok untuk diolah menjadi bioetanol, namun perlu dipertimbangkan juga terhadap hara yang
harus dikembalikan lagi ke lahan setelah panen dilakukan.
15 Potensi bioetanol dari jerami padi menurut Kim dan Dale 2004 dalam Patel dan
Shoba 2007, adalah sebesar 0,28 lkg jerami. Sedangkan kalau dihitung dengan cara Badger 2002 dalam Patel dan Shoba 2007, adalah sebesar 0,20 lkg jerami, sehingga dari data ini dapt
diperkirakan potensi bioetanol dari jerami padi di Indonesia Tabel 3. Jika berdasarkan prediksi minimal dengan cara Badger 2002, maka jumlah bioetanol yang dihasilkan dapat menggantikan
bensin sejumlah 7,915 - 11,874 juta liter. Banyaknya bioetanol yang dihasilkan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan bensin Nasional selama satu tahun.
Tabel 3. Potensi bioetanol dari jerami padi
Prediksi menurut Prediksi potensi bioetanol
Kim and Dale 2004 15,316 juta liter - 22,974 juta liter
Badger 2002 10,940 juta liter - 16,410 juta liter
Sumber : Badger 2002 dan Kim and Dale 2004 dalam Patel dan Shobha 2007. G. Bonggol Pisang
Musa paradisiaca
Bonggol pisang Musa paradisiaca memiliki komposisi 76 pati karbohidrat, 20 air, sisanya adalah protein dan vitamin Yuanita, 2008. Kandungan korbohidrat bonggol pisang
tersebut sangat berpotensi sebagai sumber bioetanol. Bonggol pisang Gambar 4 juga dapat dimanfaatkan untuk diambil patinya, dimana pati tersebut menyerupai pati tepung sagu dan
tepung tapioka. Bahan berpati yang digunakan sebagai bahan baku bioetanol disarankan memiliki sifat yaitu berkadar pati tinggi, memiliki potensi hasil panen yang tinggi, fleksibel
dalam usaha tani, dan rotasi umur panen yang pendek Prihandana, 2007.
Gambar 4. Bonggol pisang salah satu sumber bioetanol
16 Rincian singkat pengolahan bonggol pisang menjadi etanol adalah mula-mula bonggol
pisang tersebut dikupas dan dibersihkan dari kotoran, kemudian dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan dengan cara dijemur dan diangin-anginkan sampai kering. Bonggol pisang
diturunkan kadar airnya hingga mencapai kering udara, dengan tujuan agar lebih awet.dan kering sehingga dapat disimpan sebagai cadangan bahan baku Anonim, 2008a. Selanjutnya bonggol
pisang kering digiling dengan mesin penggiling atau ditumbuk dengan penumbuk sehingga menjadi serbuk halus. Serbuk bonggol pisang lalu disaring atau diayak sehingga diperoleh
partikel kecil yang homogen. Hasil penelitian Assegaf 2009, menyimpulkan bahwa bonggol pisang mempunyai prospek sebagai sumber bioetanol. Metode yang diterapkan adalah melalui
hidrolisis asam dan enzimatis, namun dari kedua metode tersebut metode hidrolisis secara enzimatis merupakan proses yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan katalis asam.
H. Singkong Karet