GAGASAN PENGARANG
Sikap Pengetahuan
Pengalaman Suasana Batin
EKSPRESI STYLE
‘GAYA BAHASA’
makna. Style membawa muatan makna tertentu.
Pemilihan struktur lahir merupakan teknik pengungkapan struktur batin. Struktur
batin yang sama dapat diungkapkan dalam berbagai bentuk struktur lahir. Jadi, bentuk
struktur lahir bergantung pada kreativitas dan kepribadian pengarang yang dipengaruhi
oleh
ideologi dan
lingkungan sosial
budayanya. Style Ahmad Tohari yang agraris, akrab dengan alam pedesaan, tentu berbeda
dengan Ayu Utami yang metropolis. Menurut Pradopo 2004:8, gaya bahasa
merupakan tanda yang menandai sesuatu. Medium
sastra adalah
bahasa yang
merupakan sistem tanda tingkat pertama first order semiotics. Dalam karya sastra
gaya bahasa itu menjadi sistem tanda tingkat kedua second order semiotics. Gaya bagi
Junus 1989:187-188, adalah tanda yang mempunyai makna dan gaya bahasa itu
menandai ideologi pengarang. Ada ideologi yang
disampaikan pengarang
jika ia
menggunakan gaya tertentu dalam karya sastranya.
Dalam karya sastra, style dipakai pengarang sebagai sarana retorika dengan
mengeksploitasi, memanipulasi,
dan memanfaatkan segenap potensi bahasa.
Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran Altenbernd
Lewis, 1970:22. Corak sarana retorika tiap karya sastra sesuai dengan aliran, ideologi,
konsepsi
estetik, dan
gaya bersastra
pengarangnya. Oleh karena itu, demikian Junus 1989:xvii, stilistika, studi tentang
gaya yang meliputi pemakaian gaya bahasa dalam karya sastra, merupakan bagian
penting bagi ilmu sastra sekaligus bagi studi linguistik.
Permasalahannya adalah
bagaimana wujud wacana RDP sebagai sarana ekspresi
pengarang dalam menuangkan dimensi budaya lokal Jawa. Adapun tujuan kajian ini
adalah untuk mendeskripsikan wujud wacana RDP sebagai sarana ekspresi pengarang
dalam menuangkan dimensi budaya lokal Jawa
.
2. KAJIAN TEORITIK
Style „gaya bahasa‟ menyaran pada cara
pemakaian bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk tujuan tertentu
Leech Short, 1984:10. Tegasnya, style ialah performansi bahasa dalam karya sastra
yang unik dan khas dengan memberdayakan segenap
potensi bahasa
dengan cara
mengeksploitasi dan memanipulasinya untuk menciptakan efek makna tertentu dalam
rangka mencapai efek estetik. Bahasa sastra sebagai wujud style telah mengalami
deotomatisasi
dan defamiliarisasi
guna menarik
perhatian pembaca.
Itulah foregrounding yang dilakukan sastrawan
dengan melakukan eksplorasi, manipulasi, dan penyimpangan bahasa.
Adapun stilistika stylistics adalah ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa dan gaya
bahasa di dalam karya sastra Abrams, 1979:165-167; Satoto, 1995:36. Jadi,
Stilistika adalah ilmu yang mengkaji style yakni wujud performansi bahasa dalam karya
sastra melalui pemberdayaan segenap potensi bahasa yang unik dan khas meliputi
bunyi, diksi, kalimat, wacana, bahasa figuratif figurative language dan citraan.
Hubungan antara style ‟gaya bahasa‟
dengan ekspresi dan gagasan pengarang dilukiskan Aminuddin 1990:77 dalam
bagan berikut.
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189
186
Salah satu unsur stilistika RDP yang menarik untuk dikaji adalah gaya wacana.
Wacana ialah satuan bahasa terlengkap, yang memiliki hierarki tertinggi dalam gramatika
Kridalaksana, 1998:179. Gaya wacana ialah gaya bahasa dengan penggunaan lebih dari
satu kalimat, kombinasi kalimat baik dalam prosa maupun puisi. Gaya wacana dapat
berupa dua kalimat atau lebih, paragraf, bait, keseluruhan karya sastra baik prosa seperti
novel dan cerpen, maupun keseluruhan puisi. Termasuk dalam gaya wacana dalam sastra
adalah gaya interferensi dan alih kode Pradopo, 2004:12. Kedua gaya itu
– interferensi dan alih kode-- digunakan untuk
memperoleh efek tertentu sesuai dengan unsur-unsur
bahasa yang
digunakan, misalnya untuk menciptakan efek atau setting
lokal, nasional, dan internasional atau universal.
Interferensi adalah
bilingualisme penggunaan bahasa lain oleh bahasawan
yang bilingual secara individual dalam bahasa
Kridalaksana, 1998:86.
Gaya interferensi adalah penggunaan bahasa asing
dalam bahasa sendiri atau bahasa campuran dalam karya sastra. Penggunaan bahasa
campuran itu kadang-kadang mengganggu pemahaman bagi pembaca yang pengetahuan
bahasanya terbatas Pradopo, 2004:13. Akan tetapi, dalam karya sastra interferensi
tersebut kadang-kadang diperlukan untuk mencapai efek tertentu.
Adapun alih kode code switching adalah penggunaan variasi bahasa lain untuk
menyesuaikan diri dengan pesan atau situasi lain,
atau adanya
partisipan lain
Kridalaksana, 1998: 86. Dalam karya sastra, gaya alih kode itu sering dimanfaatkan
pengarang untuk menciptakan efek tertentu misalnya setting lokal, sesuai dengan pesan
atau gagasan dalam karya sastra.
3. METODE PENELITIAN