METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

3 Faktor yang mempengaruhi hardiness menurut Florian dalam Heriyanto, 2001 antara lain faktor dari dalam diri itu sendiri seperti kemampuan untuk membuat rencana yang realistis, memiliki rasa percaya diri dan positif citra diri, keterampilan individu berkomunikasi. Schafer 2008 mendefinisikan orangtua tunggal adalah seorang ayah atau seorang ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala keluarga sekaligus mengurus urusan rumah tangga serta merawat anak-anak. Gading 2009 menyatakan bahwa orangtua tunggal adalah seseorang yang memegang tanggung jawab untuk melindungi, membimbing dan merawat anaknya seorang diri atau mengadopsi anak sendirian atau individu yang membimbing anak-anaknya seorang diri tanpa adanya pasangan, untuk jangka waktu yang lama dan relatif permanen. Keluarga dengan orangtua tunggal dideskripsikan sebagai satu orangtua, orangtua yang sendiri, atau keluarga dengan orangtua tunggal Weinraub Gringlas dalam Sussman, Steinmetz Peterson, 1993. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga mengakibatkan seseorang menjadi orangtua tunggal yang berarti akan membawa seseorang untuk beradaptasi dengan kondisi yang baru yakni penambahan peran dan serangkaian tugas-tugas ganda yang harus dilakukan. Seiring dengan perjalanan waktu orangtua yang dulunya lengkap dapat menjadi tidak lengkap yang disebabkan karena adanya perpisahan, yakni kematian, perceraian, sakit, perang atau bencana alam, sehingga orangtua harus menjalankan peran sebagai orangtua tunggal. Artinya hanya terdapat satu orangtua saja dalam menjalankan peran sebagai kepala keluarga dan orangtua tunggal, untuk itu ia harus dapat menjalankan peran dan tanggung jawab secara total baik sebagai ibu sekaligus sebagai ayah. Usman, 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dinamika psikologis hardiness pada orang tua tunggal dalam menjalakan fungsi dan perannya di dalam keluarga serta faktor yang mempengaruhinya.

2. METODE

Menjadi orangtua tunggal memang tidak mudah mereka harus menjalankan banyak peran sebagai seorang ibu yang harus menjalankan pekerjaan di rumah dan mendidik anaknya juga bertanggungjawab atas nafkah keluarga. Dalam kondisi tersebut sangat memungkinkan jika ibu mengalami keterpurukan dalam menjalani hidupnya. Orangtua tunggal diharapkan mampu dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya, mereka tetap dapat berkecimpung dalam hidup bermasyarakat dan mengajarkan bahwa kehidupan tanpa ayah harus tetap berjalan dengan baik. Menjalankan perannya sebagai seorang ibu yang harus mendidik anak-anaknya dan sebagai kepala keluarga yang harus mencari nafkah untuk keperluan keluarga . Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologi, teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling yang dilakukan dengan mengambil orang-orang yang memiliki ciri-ciri spesifik yang telah ditentukan oleh peneliti. Adapun kriteria informan untuk penelitian ini adalah : a perempuan dengan status orang tua tunggal, b memiliki anak, c tinggal dengan anaknya, d memiliki pekerjaan., sedangkan karakteristik informan pendukung adalah : orang yang dekat dengan informan utama dan memahami kehidupan informan. Jumlah informan utama 4 orang dan informan pendukung 4 orang. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi dengan metode event sampling. Penelitian ini bersifat kualitatif maka analisis data yang digunakan adalah analisis data secara induktif, adapun langkahnya adalah : a Organisasi data, b Koding, c Menentukan tema, d Mencari kategori, e Mendeskripsikan kategori, f Pembahasan hasil penelitian. Poerwandari, 1998

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilaksanakan pada orang tua tunggal dan subjek pendukung didapatkan hasil bahwa hardiness pada orang tua tunggal dibentuk setelah subjek mengalami suatu peristiwa yakni ditinggal oleh suami maupun sudah tidak dipedulikan oleh suami. Kemudian berkembang dalam kehidupannya saat menjadi orang tua tunggal. Dinamika psikologis 4 hardiness pada orang tua tunggal muncul dalam enam dimensi, yaitu : a Komitmen, b Kontrol diri, c tantangan, d Nilai spiritualitas, e Harapan terhadap anak, f hikmah dari perpisahan. Pada orang tua tunggal yang disebabkan karena perceraian, hardiness mulai muncul ketika seorang ibu mengalami peristiwa yang tidak diinginkan dalam kehidupan pernikahannya seperti kekerasan dalam rumah tangga, selanjutnya mereka harus mencari nafkah sendiri dan baru memutuskan untuk bercerai. Hardiness makin berkembang saat ibu menjalani perannya sebagai orang tua tunggal. Orang tua tunggal yang disebabkan karena perceraian pada awalnya akan membentuk sebuah komitemen, mereka sudah menyiapkan diri untuk bekerja, meluangkan waktu untuk anak, keberlangsungan pendidikan anak. Maddi Nurhidayah Hidayanti, 2009 menyatakan bahwa hardiness merupakan suatu karakteristik kepribadian yang membuat individu menjadi lebih kuat, tahan, stabil dan optimis dalam menghadapi stres dan mengurangi efek negatif dari timbulnya stres yang harus dihadapi.Setelah komitmen terbentuk pada diri ibu yang menjadi orang tua tunggal karena perceraian, ibu akan menjalankan perannya sebagai orang tua tunggal, tentunya dalam menjalankan peran seorang ibu harus tetap mengontrol dirinya. Pada tahap ini seorang ibu akan mengendalikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Orang tua tunggal akan percaya bahwa dirinya dapat menentukan terjadinya sesuatu dalam hidupnya, sehingga tidak mudah menyerah ketika sedang berada dalam keadaan tertekan. Maddi Kobasa, 2005. Setelah ibu mampu mengontrol diri dalam menjalankan perannya, tahap selanjutnya adalah menghadapi tantangan dalam menjalankan peran sebagai orang tua tunggal. Tantangan yang akan dihadapi oleh ibu sebagai orang tua tunggal diantaranya adalah : 1 memenuhi biaya sekolaha anak, 2 Menghadapi stigma sosial, 3 upaya mewujudkan harapan anak, 4 menambah penghasilan. Sementara pada orang tua tunggal yang disebabkan karena suami meninggal akan dimulai dengan kontrol diri, hal ini terjadi karena seorang ibu tentunya akan mengalami fase kesedihan karena harus menerima kenyataan bahwa mereka menjadi orang tua tunggal. Fase kesedihan ini harus dilalui oleh ibu agar dapat melanjutkan hidupnya dan memenuhi kebutuhan hidup anaknya. Mereka harus berjuang pada tahapan ini, Schultz dan Schultz 2002, menjelaskan bahwa individu dengan hardiness yang tinggi memiliki sikap yang membuat mereka lebih mampu dalam melawan stres. Individu dengan hard personality percaya bahwa mereka dapat mengontrol atau mempengaruhi kejadian-kejadian dalam hidupnya.Tahap selanjutnya yang dilalui adalah menerima kenyataan bahwa ibu telah menjadi orang tua tunggal dan siap untuk menjalani perubahan peran dan tanggung jawabnya, mereka secara mendalam berkomitmen terhadap pekerjaannya dak aktivitas-aktivitas yang mereka senangi. Individu dengan hardiness yang tinggi percaya akan niali-nilai kebenaran, kepentingan dan nilai-nilai yang menarik tentang siapakah dirinya dan apa yang mampu ia lakukan. Selain itu, individu dengan hardiness yang tinggi juga percaya bahwa perubahan akan membantu dirinya berkembang dan mendapatkan kebijaksanaan serta belajar banyak dari pengalaman yang telah didapat. Maddi Kobasa, 2005. Tahap selanjutnya yakni ibu sebagai orang tua tunggal mulai menghadapi tantangan dalam hidupnya. Kecenderungan untuk memandang suatu perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, bukan sebagai ancaman terhadap rasa amannya. Aspek ini berupa pengertian bahwa hal-hal yang sulit dilakukan atau diwujudkan adalah sesuatu yang umum terjadi dalam kehidupan, yang pada akhirnya akan datang kesempatan untuk melakukan dan mewujudkan hal tersebut. Maddi Kobasa, 2005. Dari seluruh tahapan yang dialami oleh orang tua tunggal semua tidak terlepas dari nilai-nilai spiritualitas. Karakter kepribadian hardiness mempunyai pengaruh yang positif pada berbagai status individu dan berfungsi sebagai sumber perlawanan pada saat individu menemui kejadian yang menimbulkan stres Nurtjahjanti, 2011. Pada penelitian ini ditemukan nilai-nilai spiritualitas yang dipercayai dan dijalani oleh ibu dalam menjalankan perannya sebagai orang tua tunggal. Keempat informan setelah melakukan usaha dengan bekerja keras dan memenuhi seluruh tanggungjawab mereka akan memasrahkan hasil kepada Allah SWT, menjalankan segala takdir dengan penuh kesabaran, tahap terakhir adalah bersyukur kepada Allah SWT. 5 Selama menjalani peran dan tanggung jawab sebagai orang tua tunggal tentunya mengalami perkembangan, baik mengalami kenaikan maupun penurunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika psikologis hardiness pada orang tua tunggal adalah : a Penyebab perpisahan, b Status Pekerjaan, c Dukungan keluarga, d motivasi Akademik anak. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai faktor yang mempengaruhi dinamika psikologis hardiness pada orang tua tunggal dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi dinamika psikologis hardiness pada orang tua tunggal Informan Penyebab perpisahan Status pekerjaan Dukungan keluarga Motivasi akademik anak Informan MJ Suami meninggal karena kecelakaan Awalnya hanya menjadi ibu rumah tangga saja kemudian bekerja sebagai pejual gorengan selanjutnya beralih menjadi buruh tani Keluarga kakak dan adik Informan MJ memberikan dukungan materi berupa pinjaman uang pendidikan dan memberikan nasihat jika Informan MJ mengambil keputusan. Tetangga memberi uang kepada anaknya untuk membeli jajan mainan. Anak ingin melanjutkan hingga S2 Informan PKH Suami mmeninggal karena sakit selama 2 hari. Membantu suami di sawah setelah suami meninggal bekerja sebagai penjahit Keluarga adik-adik Informan PKH memberikan dukungan materi berupa bantuan untuk memenuhi pendidikan, membelikan baju untuk anak- anaknya dan memberikan nasihat kepada informan PKH jika mengalami permasalahan. Tetangga memberikan pakaian untuk anak- anak informan. Anak melanjutkan pendidikan hingga S1 Informan MR Perceraian karena KDRT Bekerja di 1 tempat sebagai asisten rumah tangga, setelah itu bekerja di 8 tempat Keluarga tidak memberikan dukungan apapun. Tetangga tidak memberikan dukungan dalam bentuk apapun dan lebih banyak membicarakan kehidupan informan. Setelah lulus SMA anak ingin bekerja Informan SM Perceraian karena Staff TU SMP status honorer Keluarga kakak informan memberikan Anak ingin menamatkan 6 KDRT setelah bercerai staff TU status PNS dukungan berupa nasihat jika informan menceritakan permasalahannya. Tetangga memberikan dukungan berupa nasihat. pendidikan S1 Dari tabel nomor 1, dapat disimpulkan bahwa dinamika psikologis hardiness pada orang tua tunggal adalah penyebab perpisahan, status pekerjaan, dukungan keluarga dan orang-orang di sekitarnya serta motivasi akademik anak. Pada faktor penyebab perpisahan merupakan pengaruh yang besar dengan kehidupan setelah menjadi orang tua tunggal, sehingga memunculkan dinamika yang berbeda antara orang tua tunggal karena perceraian dan orang tua tunggal karena suami meninggal.

4. PENUTUP