pada tikus karena memiliki gugus amino yang rendah dan pH yang normal Bajaj, 2012.
II.2 Patogenesis Aterosklerosis
Proses aterogenesis diawali adanya jejas vaskuler akibat perubahan homeostasis dan stres oksidatif yang menimbulkan disfungsi endotel.
Pada fase ini terjadi peningkatan ekspresi faktor protrombotik, molekul adhesi, sitokin proinflamasi, dan faktor-faktor kemotaktik lainnya
Ross, 2005, serta ketidakseimbangan antara adrenalin dan
nitric oxide
NO Pasternak, 2005
. Meningkatnya ekspresi sitokin mengakibatkan peningkatan produksi ROS, yang berdampak pada
penurunan bioavailabilitas NO. Penurunan bioavailabilitas NO meningkatkan ekspresi
vascular adhesion molecule 1
VCAM-1 yang bertugas meningkatkan migrasi monosit dan limfosit ke endotel.
Terikatnya sel inflamasi tersebut merupakan tahap pertama dari invasi dinding vaskuler melalui ekspresi
nuclear factor kB
Ross, 2005. Dalam subintima, LDL yang terakumulasi akan mengalami peroksidasi
menjadi oxLDL dan melanjutkan pensinyalan dengan infiltrat makrofag melalui reseptor
scavenger
CD36. Pensinyalan ini akan memicu terjadinya internalisasi partikel oxLDL, penumpukan
kolesterol ester, dan mengubah regulasi aktin sehingga akan terbentuk
foam cell
sel busa yang terjebak dalam intima Silverstein, 2010. Selain itu, oxLDL akan meningkatkan ekspresi
macrophage colony stimulating factor
M-CSF dan memberikan rangsang kemotatik untuk makrofag lain. Adanya proses umpan balik ini akan
menstimulasi replikasi monosit lokal dan merangsang migrasi makrofag baru ke lokasi lesi Ross, 2005.
Respon inflamasi yang berkelanjutan akan memperburuk pergerakan lipoprotein lain dalam arteri, meningkatkan terjadinya penempelan
LDL pada endotel dan otot polos vaskular, serta meningkatkan transkripsi gen
LDL-receptor
. Oleh karena itu, terperangkapnya lipid pada dinding arteri akan menimbulkan suatu rantai inflamasi dan
proses oksidasi lipoprotein yang tidak terputus. Adapun komplikasi yang diakibatkan oleh pembentukan plak aterosklerosis terjadi akibat
produksi enzim matrix metalloproteinase oleh makrofag yang akan mendegradasi matriks ekstraselular yang memberikan kekuatan pada
fibrous cap
Ross, 2005.
III. METODE PENDEKATAN
III.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental murni dengan rancangan
randomized post test control group
.
Gambar 1. Bagan Desain Penelitian Zichoat III.2 Sampel dan Besar Sampel
Sampel dialokasikan ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu K, P
1,
P
2,
P
3
, dan P
4
. Rumus sampel yang digunakan adalah rumus Federer: p- 1n-115 dengan nilai p perlakuan adalah 5, dan didapat n jumlah
sampel minimal pada tiap kelompok adalah 5. Mengantisipasi tikus yang mati selama penelitian maka jumlah sampel ditambah 50,
sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 40 ekor tikus.
III.3 Kriteria Sampel
III.3.1 Kriteria inklusi Tikus jantan berumur 20 minggu dengan berat 180
– 200 mg, dan dalam kondisi sehat.
III.3.2 Kriteria eksklusi Tikus mati dalam masa percobaan atau mengalami diare sebelum masa
percobaan yang ditandai oleh feses yang tidak terbentuk.
III.4 Variabel Penelitian
III.4.1 Variabel bebas
independent variable
Dosis pemberian Zichoat 5, 10, 25, 50. III.4.2 Variabel tergantung
dependent variable
Ekspresi CD36 makrofag pada tunika intima dan penebalan intimal ketebalan dan hiperplasia dinding aorta abdominalis.
IV.1 Tahapan Pelaksanaan