Efektifitas Pembinaan Narapidana yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin dikaitkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA YANG
DILAKUKAN OLEH LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I
SUKAMISKIN DIKAITKAN DENGAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG
PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN
PEMASYARAKATAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Kerja Praktik Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
Oleh : Nama : RICKY HARYANTO NUGROHO NIM : 3.16.10.007 Program Kekhususan : Hukum Pidana
Dibawah Bimbingan : ARINITA SANDRIA, S.H., M.Hum
NIP : 4127.33.00.006
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2014
Nama Lengkap : RICKY HARYANTO NUGROHO Nama Depan : RICKY Nama Tengah : HARYANTO Nama Keluarga / Belakang : NUGROHO Nama Panggilan : RICKY Tempat/tgl Lahir : TRENGGALEK / 25-03-1992 Agama : ISLAM Institusi / Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Fakultas : HUKUM Prodi / Jurusan : ILMU HUKUM Semester : 7
IPK terakhir : 3.33 No. KTP / Passport / SIM /Kartu Tanda Mahasiswa 3503112503920001 Jenis Kelamin : LAKI-LAKI Alamat Instansi / Perguruan Tinggi : Jl. DIPATI UKUR No. 112-114-116
BANDUNG - INDONESIA Kode Pos : 40132 Telp : [022] 2504119 Fax : (022) 2533754 Alamat Rumah : LING KRANDING RT : 014 RW : 003 Kelurahan : TAMANAN Kecamatan : TRENGGALEK Kotamadya : TRENGGALEK Kodepos : 66312 Alamat Tinggal Sementara
(diisi jika ada, kosan)
: jln. TUBAGUS ISMAIL,
RT : 31 RW : 01 Kelurahan : LEBA GEDE Kecamatan : COBLONG Kotamadya : BANDUNG Kodepos : 40132 Golongan Darah : AStatus Perkawinan : Belum Menikah No. Telepon Rumah : +6355-794642 No. Hand Phone : +8813523735 Email : rickynugrah@ymail.com Orang Tua Nama Ayah Tanggal Lahir Ayah No. Hand Phone / Telp : Drs. RIDWAN ABUBAKAR ALM
: 10-05-1956 : - Nama Ibu Tanggal Lahir Ibu No. Hand Phone / Telp : MAMIN
: 11-10-1965 : +683851067404
4 SMA 2007-2010 Jl. Soekarno Hatta Gg.
ANGGOTA + VOLUNTER
7 BALI SEA TURTLE SOCIETY 2013-
SEKARANG
INDONESIA 2011-
SEKARANG
MEMBER6 NIKON TEAM
SEKARANG
MEMBER5 NATIONAL GEOGRAPHIC (PHOTOGRAPHY) 2011-
4 HIMA HUKUM UNIKOM 2011-2012-2013 KEPALA DIVISI OLAH RAGA
3 PUTRA PEDULI TRENGGALEK 2009-
SEKARANG
Siwalan, Trenggalek, Jawa Timur
ANGGOTA + VOLUNTER
2 COP (Center for Orang Utan Protection) 2012-
SEKARANG
ANGGOTA
1 IKS.PI KERA SAKTI (IPSI) 2001-
SEKARANG
RIWAYAT PEKERJAAN /ORGANISASI / KEPANITIAAN / TUGAS No Instansi Periode Jabatan
5 PERGURUAN TINGGI 2010-
SEKARANG
Universitas Komputer Indonesia, Jl.Dipatiukur 112- 116 Bandung 40132 Telp. 022- 2504119ANGGOTA + VOLUNTER
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHANKATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 9 C. Maksud Dan Tujuan ............................................................................ 9 D. Manfaat Kegiatan .............................................................................. 10 E. Jadwal Penelitian .............................................................................. 11
BAB II EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA YANG DILAKUKAN OLEH
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I A. Tinjauan Teoretis Mengenai Efektivitas Pembinaan Narapidana Yang Dilakukan Oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas I…………………………...13
1. Pengertian Pidana dan Jenis Pidana …………………………..………… 13
2. Tujuan Pemidanaan …………………………………………………...…… 22
3. Kajian Mengenai Pembinaan Narapidana ……………….……………… 25
B. Tinjauan Terhadap Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin ……………...………………………………………………………………….….. 36
1. Sejarah Instansi ……………………………………………………………. 36
2. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas I………………….39
3. Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin …………. 43
4. Kajian Umum Tentang Lembaga Pemasyarakatan ……………………. 44
5. Prinsip-Prinsip Le mbaga Pemasyarakatan ……………………...……… 46
BAB III LAPORAN KEGIATAN KERJA PRAKTIK A. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktik ...................................... 50 B. Tahap Harian kerja Praktik ................................................................ 50
1. Pengumpulan Data ............................................................................... 51
2. Kegiatan selama Kerja Praktik ………………………………………...…. 51
BAB IV EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA YANG DILAKUKAN
OLEH LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I SUKAMISKIN DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN A. Efektivitas Sistem Lembaga Pemasyarakatan Dalam Proses Pembinaan Narapidana, Untuk Merubah Sikap dan Mental Narapidana agar tidakmelakukan Tindak Pidana kembali setelah keluar Dari Lembaga Pemasyarakatan.......................................................................................... 53
B. Kendala Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin dalam menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaandan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan dalam Proses Pembinaan terhadap Narapidana ................................................................................... 60
BAB V : PENUTUP A. Simpulan ........................................................................................... 64 B. Saran ................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 66
LAMPIRANKATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji serta syukur peneliti panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad S.A.W, bahwa peneliti masih diberikan kesempatan untuk dapat mensyukuri segala nikmat-Nya, berkat taufik dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik dengan judul EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA YANG DILAKUKAN
“
OLEH LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I SUKAMISKIN
DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN
1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN
PEMASYARAKATAN”
Peneliti sangat menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi substansi maupun tata bahasa, sehingga kiranya masih banyak yang perlu dipahami dan diperbaiki. Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang insya Allah dengan jalan ini dapat memperbaiki kekurangan dikemudian hari.
Pada proses penyusunan laporan ini banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih dengan penuh rasa hormat kepada Ibu Arinita Sandri, S.H.,M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya untuk membimbing dalam penulisan Laporan Kerja Praktik ini,
1. Keluarga, khususnya Orang Tua peneliti atas Do’a dan dukungannya
2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Min Rukmini, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
3. Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
4. Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum selaku Dosen dan Pembimbing Kerja Praktik Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
5. Yth. Ibu Yusti Astra Pertiwi, S.T. selaku Pembimbing Kerja Praktik dari Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin Bandung, Provinsi Jawa Barat
6. Yth. Bapak Dwi Iman Muthaqin, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
7. Yth. Ibu Febilita Wulan Sari, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
8. Yth. Ibu Muntadhiroh Alchujjah, S.H., LLM. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
9. Yth. Ibu Yani Brilyani Tapivah, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
10. Yth. Ibu Farida Yulianti, S.H., S.E., M.M. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
11. Yth. Bapak Aping selaku Narasumber yang selalu memberikan masukan dan motivasi
12. Yth. Bapak Muray selaku Karyawan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
13. Teman-teman seperjuangan seluruh angakatan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Akhir kata peneliti mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah S.W.T, karena atas ijin-Nya peneliti dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini, semoga Laporan Kerja Praktik ini bermanfaat bagi para pembaca dan peneliti sendiri.
Bandung, Februari 2014
Peneliti
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku
Barda Nawai Arief, 2010, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan
Kejahatan Dengan Pidana Penjara, Yogyakarta: Genta
Publishing Dwidja Priyatno, 2009, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia,
Bandung: Refika Aditama Adami Chazawi, 2010, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Poerwo Darminto WJI, 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Sudarto, 1986, Kapita Selekta Hukum Pidana, Penerbit , Bandung: Alumni
P.A.F Lamintang, 1984, Hukum Penitensier Indonesia, Bandung: Armico Widiada Gunakaya. 1988, Sejarah Dan Konsepsi Pemasyarakatan,
Bandung: Armico
A. Hamzah, 1983, Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemidanaan Di
Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo
Petrus & Irwan Panjaitan, 1995, Lembaga Pemasyarakatan dalam
Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan M. Sholehuddin, 2003, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Jakarta:
Rajawali Pers Moeljatno, 1987, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Bina Aksara
B. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor :
M.01.PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
C. Sumber Internet
D. Lain-lain
Arsip Pembinaan dari Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerja Praktik Fakultas Hukum adalah mata kuliah wajib yang harus di
tempuh seluruh mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) yang berorientasi pada bentuk pembelajaran mahasiswa untuk mengembangkan dan meningkatkan kemahiran dan keterampilan hukum (legal skill training) mahasiswa. Upaya keterampilan dan kemahiran hukum mahasiswa dapat dilakukan dengan metode pembelajaran dalam praktik hukum di dunia kerja, baik di Instansi Pemerintah maupun dunia usaha swasta. Metode pembelajaran kerja praktik ini mencakup dua bidang penting yang menjadi kompetensi pendidikan hukum, yaitu:
1. Pertama, penguasaan teori, asas-asas hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (hukum positif).
2. Kedua, peningkatan kemahiran hukum dalam praktik dunia kerja dan pengenalan dunia kerja berbasis kompetensi.
Kedua metode pembelajaran tersebut diharapkan dapat membuat mahasiswa mampu mengunakan hukum sebagai instrumen penting dalam dunia keria, terutama dalam mempelajari fungsi hukum yang mengatur hak dan kewajiban, serta sarana penyelesaian sengketa hukum, untuk mewujudkan tertib hukum dan tertib masyarakat sesuai dengan asas hukum. Kerja praktik merupakan salah satu matakuliah yang mampu mengembangkan hardskills dan soft skills Mahasiswa sekaligus karena
2
Orientasi kerja praktik yaitu untuk mengembangkan dan meningkatkan kemahiran hukum mahasiswa melalui praktik hukum di Dinas Instansi Pemerintah, seperti Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin Bandung Tentunya dalam memperoleh keberhasilan mengikuti Kerja Praktik juga di dukung oleh semangat dan komitmen (soft skills). sehingga peneliti memilih untuk melakukan kerja praktik di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin untuk melihat dan mempelajari efektivitas pembinaan narapidana yang sedang menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan.
Proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, di samping mencerminkan kehendak rakyat Indonesia untuk menentukan sendiri masa depan bangsanya, juga mengandung tekad untuk melakukan pembaharuan dan pembenahan di segala bidang kehidupan yang sebelumnya terbengkalai, guna mewujudkan cita-cita dan tujuan Bangsa Indonesia dengan diraihnya kemerdekaan tersebut.
Cita-cita dan tujuan yang ingin diwujudkan dari kemerdekaan ini dapat dilihat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
2. Memajukan kesejahteraan umum,
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa,
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, berdasarkan Pancasila. Memaknai apa yang telah diartikan bahwa kemerdekaan yang dicita- citakan ialah menciptakan tata keamanan yang lebih teratur dan tata hukum yang baik pula, sehingga di dalamnya tersirat semangat pembangunan hukum yang lebih konsisten.
3
Pembangunan hukum melalui proses yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang memenuhi nilai-nilai filosofis yang berintikan rasa keadilan dan kebenaran, nilai sosiologis yang sesuai dengan tata nilai budaya yang berlaku di masyarakat, serta nilai . yuridis yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Sehingga Pemerintah Indonesia dengan bekerjasama bersama masyarakat Indonesia diharapkan bisa menanggulangi dan mengatasi berbagai tindak kejahatan yang melanggar hukum dan di beri sanksi pidana untuk menjalani pemidanaan di Lembaga Pemasyarakatan.
Pemidanaan bisa diartikan sebagai tahap penetapan sanksi juga tahap pemberian sanksi dalam hukum pidana. Pidana pada umumnya diartikan sebagai hukum. Sedangkan Pemidanaan diartikan sebagai
1 penghukuman.
Sistem pemidanaan di Indonesia mencakup beberapa teori pemidanaan. Teori-teori pemidanaan pada umumnya dapat dibagi ke
2
dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Teori Absolut
2. Teori Relatif
3. Teori Gabungan Sanksi pidana menurut H.L. Packer sebagaimana dikutip oleh Muladi dan Barda Nawawi Arief dalam bukunya "The limits of criminal sanction",
3
akhirnya menyimpulkan antara lain sebagai berikut:
1 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, Hlm.86
2 A. Hamzah, Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemidanaan Di Indonesia, Akademika
4
1. Sanksi pidana sangatlah diperlukan, kita tidak dapat hidup, sekarang maupun di masa yang akan datang, tanpa pidana.
2. Sanksi pidana merupakan alat atau sarana terbaik yang tersedia, yang kita miliki untuk menghadapi kejahatan-kejahatan atau bahaya besar dan segera serta untuk menghadapi ancaman- ancaman dari bahaya.
3. Sanksi pidana suatu ketika merupakan 'penjamin yang utama/ terbaik' dan suatu ketika merupakan 'pengancam yang utama' dari kebebasan manusia. la merupakan penjamin apabila diguna- kan secara hemat-cermat dan secara manusiawi; ia merupakan pengancam, apabila digunakan secara sembarangan dan secara paksa.
Individu yang terbukti melakukan tindak kejahatan, dalam Hukum Pidana akan dikenakan sanksi pidana berupa Hukuman, Hukuman tersebut diatur dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang memberikan pembagian macam-macam hukuman yaitu:
1. Hukuman pokok, yang terbagi menjadi: a. Hukuman mati.
b. Hukuman penjara.
c. Hukuman kurungan.
d. Hukuman denda.
2. Hukuman-Hukuman tambahan, yang terbagi menjadi: a. pencabutan beberapa hak yang tertentu.
b. perampasan barang yang tertentu.
c. pengumuman keputusan hakim. Tujuan pemberian sanksi Pidana dalam Hukum Pidana di Indonesia yang salah satunya adalah hukuman penjara, bagi setiap orang yang telah melakukan pelanggaran pidana atau melakukan kejahatan, hukuman
3 H.L. Packer dalam Barda Nawai Arief, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan
5
penjara akan dilakukan setelah seseorang atau terpidana mendapatkan vonis dari pengadilan bahwa telah bersalah dan dijatuhi hukuman berupa hukuman penjara, yang selanjutnya terpidana tersebut akan menjalani masa hukuman penjaranyanya di Lembaga Pemasyarakatan sebagai narapidana. Hukuman Penjara tersebut bertujuan untuk membuat jera narapidana, akan tetapi hukuman itu sebagai pembinaan agar tidak melakukan kembali kejahatanya.
Membicarakan kejahatan dapat dikatakan sebagai gejolak sosial yang tidak berdiri sendiri, tetapi terkait juga dengan masalah budaya dan politik. Oleh karena itu kejahatan tidak mungkin dibasmi secara tuntas, akan tetapi dapat dilakukan pengendalian agar kejahatan tidak merajalela.
Narapidana bukan hanya sebagai objek melainkan juga subjek yang tidak berbeda dari manusia lainnya, yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan dan dapat dikenai pidana, sehingga yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan narapidana berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama atau kewajiban- kewajiban sosial lain. maka Lembaga Pemasyarakatan wajib melaksanakan proses pembinaan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.
Pembinaan narapidana menurut Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga binaan Pemasyarakatan diatur dalam Pasal 1 ayat (1), yaitu :
“Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.
”
6
Proses pembinaan dalam prinsip pokok pemasyarakatan untuk pembinaan terhadap narapidana dalam sistem pemasyarakatan di Indonesia, telah menetapkan 10 (sepuluh) prinsip pokok pemasyarakatan dalam perlakuan pembinaan terhadap narapidana di Lembaga
4 Pemasyarakatan yaitu :
1. Orang yang tersesat harus di ayomi dengan memberikan bekal hidup sebagai warga negara yang baik dan berguna dalam masyarakat.
2. Penjatuhan pidana adalah bukan merupakan tindakan balas dendam dari negara.
3. Rasa tobat tidak bisa dicapai dengan penyiksaan melainkan dengan pembimbingan.
4. Negara tidak berhak membuat seseorang narapidana lebih buruk atau lebih jahat dari pada sebelum ia masuk ke Lembaga Pemasyarakatan.
5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus dikenalkan masyarakat dan tidak boleh diasingkan.
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengisi waktu atau diperuntukan hanya untuk kepentingan lembaga atau negara saja, pekerjaan yang diberikan harus bersifat membangun negara.
7. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan Pancasila.
4 Dwija Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia. Refika Aditama,
7
8. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia sekalipun ia telah tersesat. Tidak boleh ditunjukkan bahwa ia adalah penjahat.
9. Narapidana dan anak didik hanya dijatuhi pidana hilangnya kemerdekaan.
10. Disediakan dan dipupuk sarana-sarana yang dapat mendukung fungsi rehabilitatif, korektif dan edukatif dalam sistem pemasyarakatan. Sistem pemasyarakatan merupakan rangkaian penegakan hukum yang bertujuan agar Warga Binaan Pemasyarakatan menyadari kesalahannnya, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
5 Lembaga Pemasyarakatan sebagai institusi terakhir pelaksanaan
asas pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut melalui pembinaan dan pendidikan bagi narapidana. Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yaitu:
“Kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana ”.
8
Pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dimaksudkan untuk memberikan bekal dan membentuk sikap mental narapidana agar menyadari kesalahannya, tidak mengulangi tindak pidana kembali, memperbaiki diri dan menjadi insan yang berbudi luhur sesuai ideologi bangsa Indonesia yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pelaksanaan pembinaan tersebut memerlukan keterpaduan antar narapidana yang bersangkutan, petugas Lembaga Pemasyarakatan selaku Pembina, maupun masyarakat umum yang akan menerima kembali terpidana di masyarakat nanti.
Keberhasilan dari sistem pemasyarakatan pada dasarnya dalam pembinaan narapidana yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan, tidak lepas dari narapidana itu sendiri, petugas Lembaga Pemasyarakatan sebagai pembina dan yang sangat penting adalah adanya dukungan dan partisipasi masyarakat, sehingga apabila nanti narapidana bebas dapat diterima kembali dalam lingkungan masyarakat dan tidak melakukan tindak pidana kembali, Dengan demikian mantan narapidana akan di hargai seperti masyarakat umum lainnya dan tidak dikucilkan dalam lingkungannya.
Demikian dengan sesuai uraian latar belakang diatas yang peneliti jabarkan. selanjutnya peneliti melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin Bandung, oleh karena itu penulis mengusulkan laporan kerja praktik yang mengambil judul
“ EFEKTIVITAS
PEMBINAAN NARAPIDANA YANG DILAKUKAN OLEH
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLASI SUKAMISKIN
9 DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN“
B. Indentifikasi Masalah
1. Bagaimana efektivitas Sistem Lembaga Pemasyarakatan dalam proses Pembinaan Narapidana, untuk merubah Sikap dan Mental Narapidana agar tidak melakukan Tindak Pidana kembali setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan?
2. Apa kendala di Lembaga Pemasyarakatan dalam menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan dalam Proses Pembinaan terhadap Narapidana?
C. Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan dari adanya Kerja Praktik yang di laksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin Bandung yaitu untuk:
1. Melihat pelaksanaannya pembinaan secara langsung, dan untuk mengetahui efektivitas Sistem Lembaga Pemasyarakatan dalam proses Pembinaan Narapidana, untuk merubah sikap dan mental Narapidana tidak melakukan tindak pidana kembali setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan.
2. Mempelajari apa kendala di Lembaga Pemasyarakatan dalam menerapkan Peratuan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
10
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan terhadap Narapidana.
D. Manfaat Kegiatan
Sesuai dengan tujuan diatas, maka manfaat yang ingin diperoleh dari kegiatan Kerja Praktik di Lembaga Pemasyarakan Klas I Sukamiskin Bandung diantaranya:
1. Manfaat Bagi Mahasiswa:
a. Mahasiswa mengenal, belajar, dan berlatih bekerja di dunia kerja baik di Instansi Pemerintah, kantor perusahaan swasta, atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang kegiatanya beraspek hukum.
b. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja dalam perancangan dan penerapan hukum, sekaligus beradaptasi di lingkungan kerja, meliputi Lembaga Hukum (legal structure), Peraturan Hukum (legal substance), dan budaya hukum (legal culture), sebagai keseluruhan fungsi hukum di masyarakat.
c. Mahasiswa mampu memetakan dan mengidentifikasikan persoalan hukum dalam kerja praktik dan mampu menganalisis fungsi hukuman dalam kerja praktik.
d. Mahasiswa bisa belajar tentang kegiatan-kegiatan penerapan hukum, perancangan hukum, penerbitan suatu produk hukum, tindakan yang mencakup dalam berbagai surat dan dokumen- dokumen hukum, dalam hubungan hukum yang mencakup
11
upaya perlindungan dan kepastian hukum, serta penyelesaian sengketa hukum.
2. Manfaat Bagi Akademik:
a. Meningkatkan, memperluas serta dapat menerapkan teori- teori yang diperoleh dan mempraktikannya langsung di lapangan serta memanfaatkan keterampilan dan menambah pengalaman sebagai pegangan untuk memasuki dunia kerja yang sebenarnya pada masa yang akan datang.
b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai sarana bagi penulis untuk memperluas wawasan mengenai ilmu hukum dan juga melatih penulis untuk berpikir secara ilmiah dan sistematis sekaligus mengaplikasikan materi dan teori keilmuan yang diperoleh di perkuliahan.
3. Manfaat Bagi Instansi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para praktisi di lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin Bandung, untuk pengetahuan bersama dalam proses pembinaan para narapidana. Serta dapat dijadikan pembahasan dan pembelajaran bersama yang bersifat konstruktif bagi institusi pada masa yang akan datang.
E. Jadwal Penelitian.
Kerja praktik ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatn Klas I Sukamiskin di Jl. A. H Nasution Nomor 114 Bandung Jawa barat Telepon:
12
(022) 7271211 Fax. (022) 7272504 dimulai dari bulan September 2013 sampai
dengan Januari 2014. dengan jadwal dan jam kerja sebagai beriku:
Jadwal Kegiatan Kerja Praktik * Jadwal ini sewaktu-waktu dapat berubah berdasarkan keperluan penelitian .
No Kegiatan Bulan
Sept Okt Nov Des Jan Feb
1 Persiapan kerja praktik
2 Persiapan penulisan LKP
3 Pengumpulan data
4 Bimbingan 5 pengolahan data
6 Analisis data
7 Penyususnan hasil kerja praktik ke dalam bentuk laporan
8 Sidang konprehensif
9 Perbaikan
10 Penjilidan
11 Pengesahan
BAB II EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA YANG DILAKUKAN OLEH LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I A. Tinjauan Teoretis mengenai efektivitas pembinaan Narapidana yang
dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas I
1. Pengertian Pidana dan Jenis Pidana Istilah pidana berasal dari kata straf (Belanda) dapat juga disebut dengan istilah hukuman. Pidana didefinisikan sebagai suatu hukuman yang sengaja dijatuhkan atau diberikan oleh aparat Penegak Hukum kepada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat hukum atau sanksi bagi pelanggar pidana, maka akibat perbuatannya yang telah melanggar larangan Hukum Pidana, Dapat
6 disebut sebagai pelanggaran Tindak Pidana (strafbaar feit).
Mencantumkan Pidana Penjara pada setiap pelanggaran dalam hukum pidana strafbaar feit atau tindak pidana, bertujuan untuk kepastian hukum dan dalam rangka membatasi kekuasaan Negara, selain itu bertujuan untuk mencegah bagi seseorang atau beberapa
7 orang yang berniat atau senggaja untuk melanggar hukum.
KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) sebagai induk atau sumber utama Hukum Pidana telah merinci jenis-jenis hukuman terhadap pelanggar pidana, sebagaimana dirumuskan dalam Bab II
Pasal 10 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), yaitu:
a. Jenis-jenis Pidana Pokok
6 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo Persada. Jakarta,
2010. Hlm. 24
1) Pidana Mati Pidana mati adalah pidana yang terberat. Oleh karena pidana ini berupa penyerangan terhadap hak hidup bagi manusia, yang sesungguhnya hak ini hanya berada di tangan Tuhan. Oleh karena itu sejak dulu sampai sekarang menimbulkan pendapat pro dan kontra, bergantung dari kepentingan dan cara memandang pidana mati itu sendiri.
Kelemahan dan keberatan pidana mati ini ialah apabila telah dijalankan, maka tidak dapat memberi harapan lagi untuk perbaikan atas diri terpidananya apabila kemudian ternyata penjatuhan pidana itu terdapat kekeliruan atas tindak pidana yang mengakibatkan pidana mati itu dijatuhkan dan dijalankan atau juga kekeliruan atas
8 kesalahan terpidana.
2) Pidana Penjara
Pasal 10 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) menjelaskan, ada dua jenis pidana hilang kemerdekaan bergerak, yakni pidana penjara dan pidana kurungan. Dalam pelaksanaannya terpidana ditempatkan dalam Lembaga Pemasyarakatan maka terpidana tersebut tidak bebas untuk keluar masuk. Terpidana wajib untuk tunduk, menaati dan menjalankan semua peraturan dan tata tertib yang berlaku.
Perbedaan antara pidana penjara dengan pidana kurungan adalah dalam segala hal pidana kurungan lebih ringan dari pidana penjara. Lebih ringannya itu terbukti
9
sebagai berikut:
a) Dari jenis tindak pidana yang diancam dengan pidana kurungan, tampak bahwa pidana kurungan itu hanya diancamkan pada tindak pidana yang lebih ringan daripada tindak pidana yang diancam dengan penjara. Pidana kurungan banyak diancamkan pada jenis pelanggaran. Sementara itu, pidana penjara banyak diancamkan pada jenis kejahatan. Tindak pidana kejahatan lebih berat daripada tindak pidana pelanggaran.
b) Ancaman maksimum dari pidana penjara yakni 15 tahun lebih tinggi daripada pidana kurungan yakni 1 tahun. Bila dilakukan dalam keadaan yang memberatkan, pidana kurungan boleh diperberat tetapi tidak boleh lebih dari 1 tahun 4 bulan Pasal 18 ayat (2) KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), sedangkan untuk pidana penjara bagi tindak pidana yang dilakukan dalam keadaan yang memberatkan, misalnya perbarengan Pasal 65 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) dan pengulangannya dapat dijatuhi pidana penjara dengan ditambah sepertiganya, yang karena itu bagi tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara maksimal 15 tahun dapat menjadi maksimal 20 tahun.
c) Pidana penjara lebih berat daripada pidana kurungan.
d) Pelaksanaan pidana denda tidak dapat diganti dengan pelaksanaan pidana penjara. Akan tetapi, pelaksanaan pidana denda dapat diganti dengan pelaksanaan kurungan disebut kurungan pengganti denda (Pasal 30 ayat (2) KUHP (Kitab Undang- Undang Hukum Pidana)).
e) Pelaksanaan pidana penjara dapat saja dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan di seluruh Indonesia dapat dipindah-pindahkan. Akan tetapi, pidana kurungan dilaksanakan di tempat Lembaga Pemasyarakatan pula ,dimana terpidana berdiam, ketika putusan hakim dijalankan tidak dapat dipindah.
f) Pekerjaan-pekerjaan yang diwajibkan pada narapidana penjara lebih berat daripada pekerjaan- pekerjaan yang diwajibkan pada narapidana kurungan. g) Narapidana kurungan dengan biaya sendiri dapat sekadar menerima nasibnya dalam menjalankan pidananya menurut aturan yang. 3) Pidana Kurungan
Pidana kurungan adalah sama dengan pidana penjara,
10
yaitu sebagai berikut:
a) Sama, berupa pidana hilang kemerdekaan bergerak.
b) Mengenal maksimum umum, maksimum khusus dan minimum umum dan tidak mengenal minimum khusus. Maksimum umum pidana penjara 15 tahun yang karena alasan-alasan tertentu dapat diperpanjang menjadi maksimum 20 tahun dan. Pidana kurungan 1 tahun yang dapat diperpanjang maksimum 1 tahun 4 bulan. Minimum umur pidana penjara maupun pidana kurungan sama 1 hari. Sementara itu, maksimum khusus disebutkan pada setiap rumusan tindak pidana tertentu sendiri- sendiri, yang tidak sama bagi setiap tindak pidana, bergantung dari pertimbangan berat ringannya tindak pidana yang bersangkutan.
c) Orang yang dipidana kurungan dan pidana penjara diwajibkan untuk menjalankan pekerjaan tertentu walaupun narapidana kurungan lebih ringan daripada narapidana penjara.
d) Tempat menjalani pidana penjara sama dengan tempat menjalani pidana kurungan walaupun ada sedikit perbedaan, yaitu harus dipisah.
e) Pidana kurungan dan pidana penjara mulai berlaku apabila terpidana tidak ditahan, yaitu pada hari putusan hakim di pengadilan atau setelah mempunyai kekuatan tetap yang sah dan kemudian terpidana dieksekusi, yang dilakukan oleh pejabat kejaksaan untuk mengeksekusi terpidana dengan cara melakukan tindakan paksa memasukkan terpidana ke dalam Lembaga Pemasyarakatan.
4) Pidana Denda Pidana denda merupakan alternatif dari kurungan.
Yang penerapanya diterapkan pada kejahatan-kejahatan ringan ataupun berat, Ada beberapa keistimewaan tertentu dari pidana denda, jika dibandingkan dengan jenis-jenis lain dalam kelompok pidana pokok. Keistimewaan itu
11
adalah sebagai berikut:
a) Pelaksanaan pidana denda tidak menutup kemungkinan dilakukan atau dibayar oleh orang lain, yang dalam hal pelaksanaan pidana lainnya kemungkinan seperti ini tidak bisa terjadi. Jadi dalam hal ini pelaksanaan pidana denda dapat melanggar prinsip dasar dari pemidanaan sebagai akibat yang harus dipikul/diderita oleh pelaku sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas perbuatan atau tindak pidana yang dilakukannya.
b) Pelaksanaan pidana denda boleh diganti dengan menjalani pidana kurungan (kurungan pengganti denda, Pasal 30 ayat (2) KUHP (Kitab Undang- Undang Hukum Pidana)). Dalam putusan hakim yang menjatuhkan pidana denda, dijatuhkan juga pidana kurungan pengganti denda sebagai alternatif pelaksanaannya, dalam arti jika denda tidak dibayar terpidana wajib menjalani pidana kurungan pengganti denda itu. Dalam hal ini terpidana bebas memilihnya. Lama pidana kurungan pengganti denda ini minimal satu hari dan maksimal umum enam bulan.
c) Pidana denda tidak terdapat maksimum umumnya, yang ada hanyalah minimum umum yang menurut
Pasal 30 ayat (1) KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) dalah tiga rupiah tujuh puluh lima sen. Sementara itu, maksimum khususnya ditentukan pada masing-masing rumusan tindak pidana yang bersangkutan, yang dalam hal ini sama dengan jenis lain dari kelompok pidana pokok. b. Jenis-Jenis Pidana Tambahan 1) Pidana Pencabutan Hak Tertentu
Menurut Pasal 35 ayat (1) KUHP (Kitab Undang- Undang Hukum Pidana), hak-hak yang dapat dicabut tersebut adalah:
“a) Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan yang tertentu; b) Hak menjalankan jabatan dalam angkatan bersenjata atau TNI; c) Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum; d) Hak menjadi penasihat hukum atau pengurus atas penetapan pengadilan, hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu pengawas atas anak yang bukan anak sendiri; e) Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian atau pengampuan atas anak sendiri; f) Hak menjalankan mata pencaharian." Sifat hak tertentu yang dapat dicabut oleh hakim, tidak untuk selama-lamanya melainkan dalam waktu tertentu saja, kecuali bila yang bersangkutan dijatuhi pidana penjara seumur hidup atau pidana mati.
2) Pidana Perampasan Barang Tertentu Perampasan barang sebagai suatu pidana hanya diperkenankan atas barang-barang tertentu saja, tidak diperkenankan untuk semua barang. Ada dua jenis barang yang dapat dirampas melalui putusan hakim pidana, yaitu:
12
a) Barang-barang yang berasal atau diperoleh dari suatu kejahatan atau yang disebut dengan corpora
delictie, misalnya uang palsu dari kejahatan
pemalsuan uang, surat cek palsu dari kejahatan pemalsuan surat.
b) Barang-barang yang digunakan dalam melakukan kejahatan yang disebut instrumentalia delictie, misalnya pisau yang digunakan dalam kejahatan pembunuhan atau penganiyaan, kunci palsu yang digunakan dalam pencurian, dan lain sebagainya. 3) Pidana Pengumuman Putusan Hakim
Pidana pengumuman putusan hakim ini merupakan suatu publikasi ekstra dari suatu putusan pemidanaan seseorang dan pengadilan pidana, pidana pengumuman putusan hakim ini, hakim bebas menentukan perihal cara melaksanakan pengumuman itu. hal tersebut dapat dilakukan melalui surat kabar, plakat yang ditempelkan pada papan pengumuman, melalui media radio maupun televisi, yang pembiayaannya dibebankan pada terpidana.
Pengumuman putusan hakim yang demikian ini adalah sebagai usaha preventif, mencegah bagi orang-orang tertentu agar tidak melakukan tindak pidana yang sering dilakukan orang. Dan di maksudkan untuk memberitahukan kepada masyarakat umum agar berhati-hati dalam bergaul dan berhubungan dengan orang-orang yang dapat disangka tidak jujur atau tidak berkelakuan baik sehingga
13 tidak menjadi korban dari kejahatan atau tindak pidana.
Penjelasan dari pengaturan yang demikian maka menjadi jelas bahwa untuk jenis-jenis hukuman pidana yang dapat dijatuhkan pada pelanggar hukum adalah sebagaimana yang sudah diatur dalam Pasal 10 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana).
2. Tujuan Pemidanaan Bagian penting dalam sistem pemidanaan adalah menerapkan suatu sanksi. Keberadaannya akan memberikan arah dan pertimbangan mengenai apa yang seharusnya dijadikan sanksi
14 dalam suatu tindak pidana untuk menegakkan berlakunya norma.
Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yang disertai ancaman atau sanksi dengan penjatuhan sanksi pidana tertentu, bagi barang siapa yang
15
melanggar larangan tersebut.Suatu perbuatan pelanggaran pidana otomatis juga melanggar hukum pidana. Untuk menerapkan Tujuan Pemidanaan dalam memproses suatu pelanggaran Pidana. Maka hukum pidana telah mengatur bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu
16
negara yang mengadakan dasar-dasar aturan untuk:
13 Ibid, Hlm, 53-55
14 M. Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta, 2003, Hlm. 114
15 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987, Hlm. 7 a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa tindak pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
b. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada terpidana yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang telah disangka melakukan pelanggaran larangan tersebut. Upaya dalam memberikan suatu sanksi pidana terhadap suatu perbuatan pidana dapat diterapkan secara adil, artinya tidak melebihi dengan yang seharusnya dijadikan sanksi pidana terhadap suatu perbuatan pidana tersebut, Teori-teori pemidanaan pada umumnya dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:
17
a. Teori Absolut Menurut Christiansen, pidana dijatuhkan karena orang telah melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana (quia
peccantum est). Pidana merupakan akibat mutlak yang harus
ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang telah melakukan kejahatan. Jadi dasar pembenaran dari pidana terletak pada adanya atau terjadinya pidana itu sendiri.
Meurut Kant, dasar pembenaran pidana terletak didalam
Kategorische Imperatief, yaitu yang menghendaki agar setiap
17 A. Hamzah, Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemidanaan Di Indonesia, Akademika
perbuatan melawan hukum itu harus dibalas. Keharusan menurut keadilan dan menurut hukum tersebut merupakan keharusan mutlak,
b. Teori Relatif Teori ini pemidanaan bukanlah untuk memuaskan tuntutan absolut dari keadilan. Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai, tetapi hanya sebagai sarana untuk melindungi kepentingan masyarakat. Pidana bukanlah sekedar untuk melakukan pembalasan atau pengimbalan kepada orang yang telah melakukan suatu tindak pidana, tetapi mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat. Oleh karena itu teori inipun sering disebut teori tujuan.
Teori tujuan memiliki dasar pembenaran adanya pemidanaan menurut teori ini adalah terletak pada tujuannya.
Pidana dijatuhkan bukan (quia peccatum est) atau karena orang melakukan kejahatan tetapi ne peccetur atau supaya orang jangan melakukan kejahatan.
c. Teori Gabungan Teori gabungan merupakan perpaduan dari teori absolut dan teori relatif atau tujuan yang menitik beratkan pada pembalasan sekaligus upaya prevensi terhadap seorang narapidana.
3. Kajian Mengenai Pembinaan Narapidana
Kamus Umum Bahasa Indonesia, memberikan pengertian
18
pembinaan sebagai berikut:
a. Pembinaan merupakan proses, dan cara membina
b. Pembinaan diartikan sebagai pembaharuan