Perbaikan Sistem Pembinaan Narapidana Miskin di Lembaga Pemasyarakatan (Kasus Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Kotamadya Bandung)

130

PERBAIKAN SISTEM PEMBINAAN NARAPIDANA MISKIN
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
(Kasus Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Kotamadya Bandung)

MAHYUDI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

140

PERNYATAAN TENTANG TUGAS AKHIR
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ”Perbaikan Sistem
Pembinaan Narapidana Miskin di Lembaga Pemasyarakatan (Kasus Pembinaan
Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Kotamadya Bandung)” adalah karya

saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
di bagian akhir tugas ini.

Bogor, Agustus 2008

MAHYUDI
NRP. I354060185

141

ABSTRAK
MAHYUDI, Perbaikan Sistem Pembinaan Narapidana Miskin di Lembaga
Pemasyarakatan (Kasus Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin,
Kotamadya Bandung). Dibimbing oleh NURAINI W. PRASODJO sebagai Ketua,
IRAWAN SOEHARTONO sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Pembinaan yang dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), tidak
lagi menerapkan sistem kepenjaraan dan penghukuman bagi narapidana atau

Warga Binaan Pemasyarakatan. Kegiatan Lembaga Pemasyarakatan telah
berubah seiring berkembangnya kemajuan jaman. Sistem pembinaan yang
dilakukan mengacu kepada sistem pemasyarakatan, yaitu untuk memulihkan
kembali menjadi manusia baru yang lebih mandiri dan dapat diterima kembali
dalam masyarakat.
Narapidana sebagai individu yang terbelenggu kemerdekaannya, tidak
dapat melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama bagi
narapidana miskin. Untuk itu, perlu ada upaya dari narapidana dan Lembaga
Pemasyarakatan melalui penerapan sistem pembinaan yang dilaksanakan.
Permasalahan yang dihadapi narapidana miskin dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, disebabkan sistem pembinaan yang dilaksanakan kurang
efektif.
Tujuan kajian ini adalah (1) mengetahui sejauhmana sistem pembinaan
narapidana miskin dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan dan setelah
mereka keluar dari Lapas (2) mengetahui respons narapidana miskin terhadap
pembinaan yang dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan dan (3) menyusun
strategi pembinaan yang tepat di Lembaga Pemasyarakatan dengan melihat
faktor-faktor yang ada, baik faktor penghambat maupun faktor pendukung.
Kajian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu pemetaan sosial, evaluasi
program dan kajian lapangan dengan fokus kegiatan merancang strategi

pembinaan yang tepat guna membantu narapidana miskin dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya di Lembaga Pemasyarakatan dan dalam rangka
mempersiapkan kemampuan mereka di luar Lapas. Metode kajian yang
digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi dan pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, studi
dokumentasi dan focus group discussion (FGD). FGD dilakukan dengan
melibatkan Kepala Lapas, Petugas Lapas, narapidana dan keluarganya, pada
saat pertemuan rutin dan kunjungan masal.
Penyusunan rancangan strategi dan program dilakukan secara partisipatif
dengan tahap-tahap, yaitu membahas masalah yang dihadapi dan menentukan
masalah yang menjadi prioritas, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
potensi ekonomi narapidana, serta melakukan penggalian aspirasi dalam rangka
penyusunan strategi dan rancangan program pengembangan masyarakat.
Hasil kajian digunakan untuk merumuskan program yang tepat dalam
pembinaan narapidana miskin, juga untuk menjawab respons narapidana
terhadap pembinaan yang dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan selama ini,
yang terdiri dari program Kerjasama atau Kemitraan dengan instansi terkait dan
melalui pembentukan Lapas berbasis Masyarakat (Lapas Terbuka).

142


ABSTRACT
MAHYUDI, The treatment rehabilitation system of the poor prisoner in the
Correctional Institution. (Case of Treatment in The Correctional Institution
Sukamiskin, Bandung Regency). Advisor Team NURAINI W. PRASODJO, as
the Chairman, and IRAWAN SOEHARTONO, as the Member of Advisor
Committion.
Treatment was conducted in The Correctional Institution, is not again use
prisons system or funishment for prisoner. The Correctional Institution activity
has been changed along with developing of age progress. The treatment
system which is carried out aim at to the correctional system, namely to make
recover to be a new person it more acceptable and self-supportingly returned to
community.
The Prisoner is as an individual whose freedom shacled, cant do anything
to fulfill their life need and also for their families who are left, because of that,
there is need an effort, either prisoners their selves as well as the correction
institution by using treatment system which is carried out.
The problem which is faced by the poor prisoner are to fulfill their life need
and also rehabilitation treatment system in the.Correctional Institution, in order
more effective.

The purpose of this study is (1) knowing how far the treatment system for
the poor prisoner done in the Correctional Institution and after they out from the
institution (2) knowing how a respons of the poor prisoner by the treatment done
in the Correctional Institution and (3) make design treatment strategy in order
more effective in the Correctional Institution by seeing available factors, either
resistor factor as well as support factor.
There are three stages used in this study, namely social mapping, program
evaluation, and field study focused on designing the increasing treatment
strategy more effective for helping poor prisoner to fulfiil their life need in the
Correctional Institution and for the skill purposed when they out from the
Correctional Institution. This study uses a qualitative method and data collection
techniques used were participation observations, in-depth interviews, documents,
and focus group discussion (FGD) is carriout by in volving the leader, guardian
Correctional Institution, prisoners and their families at the time of regularity
meeting and public visiting.
The program and strategy was designed in a participatory way with several
stages : discussing and determining an encountered and prioritized problem,
analyzing any factors influencing prisoner economic potency and triggering some
aspiration in the effort to design the strategy and program of community
development.

The research result were used to formulate the program concerning in
effective treatment strategy to increase of prisoner economic potency in fulfill the
life need, what consists of partnership program with the related institutions and
through forming of Community-based correction.
Keywords : Treatment system, the correctional institution, partnership
and community-based correntions.

143

RINGKASAN
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat untuk melaksanakan
pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Lapas
merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen Kehakiman).
Penghuni Lapas bisa narapidana (napi) atau tahanan. Konsep pemasyarakatan
pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman Sahardjo pada tahun 1962,
dimana disebutkan bahwa tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya
melaksanakan hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat adalah
mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat.
Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin merupakan institusi pemerintah

berada di wilayah Kecamatan Arcamanik Kelurahan Sukamiskin. Jumlah
penghuni Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin per Agustus 2007 sebanyak
485 orang, narapidana yang menjalani pembebasan pada bulan Agustus 2007
sebanyak 6 orang, dan pada umumnya berasal dari keluarga kurang mampu
atau dari lingkungan keluarga miskin, karena sebagian besar terdiri dari pekerja
tidak tetap dan beberapa diantaranya bekerja sebagai buruh serta petani.
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, terletak di Jalan AH.
Nasution No. 114 Bandung, termasuk dalam wilayah Kelurahan Sukamiskin
Bandung. Sarana dan prasarana yang ada di Lapas Sukamiskin, yaitu ; luas
tanah 146.355 m², luas bangunan 9.351, 35 m², kapasitas hunian 552 orang,
kamar hunian besar 84 ruang (ukuran 3 m x 2,15 m), kamar hunian kecil 467
ruang (ukuran 2,15 m x 1,5 m), ruang bengkel kerja seluas 1.296 m², lahan
pertanian di dalam Lapas 100 m², lahan pertanian di luar Lapas 2.800 m², kolam
ikan di dalam Lapas 300 m² dan kolam ikan di luar Lapas 500 m².
Untuk menjawab permasalahan, tentang bagaimana upaya-upaya yang
dilakukan oleh Lapas Sukamiskin bagi narapidana, terhadap sistem pembinaan
yang dilaksanakan selama narapidana berada di Lembaga Pemasyarakatan,
dalam menanggulangi masalah pemenuhan kebutuhan ekonomi narapidana
keluarga miskin, meliputi : (1) bagaimana sistem pembinaan narapidana miskin,
di Lembaga Pemasyarakatan; (2) bagaimana respons narapidana miskin

terhadap pembinaan yang dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan; dan (3)
bagaimana strategi pembinaan yang lebih tepat agar narapidana miskin
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik selama di dalam Lapas maupun
setelah keluar dari Lapas.
Selanjutnya, kajian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui sejauhmana sistem
pembinaan narapidana miskin, dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan; (2)
mengetahui respons narapidana miskin terhadap pembinaan yang dilaksanakan
Lembaga Pemasyarakatan; dan (3) menyusun strategi pembinaan yang lebih
tepat di Lembaga Pemasyarakatan, agar narapidana miskin dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik selama di dalam Lapas maupun setelah keluar dari
Lapas.
Sistem pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan
dilaksanakan melalui tahap-tahap proses pemasyarakatan, meliputi : Tahap
Pertama, pembinaan tahap ini disebut pembinaan tahap awal, dimana kegiatan
masa pengamatan, penelitian dan pengenalan lingkungan untuk menentukan
perencanaan pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian
yang waktunya dimulai pada saat yang bersangkutan berstatus sebagai
narapidana sampai dengan 1/3 (sepertiga) dari masa pidananya. Pembinaan
tahap ini masih dilakukan dalam Lapas dan pengawasannya maksimum


144

(maksimum security). Tahap Kedua, jika proses pembinaan terhadap narapidana
yang bersangkutan telah berlangsung selama-lamanya 1/3 (sepertiga) dari masa
pidana yang sebenarnya dan menurut Tim Pengamat Pemasyarakatan sudah
dicapai cukup kemajuan, antara lain menunjukkan keinsyafan, perbaikan, disiplin
dan patuh pada peraturan tata tertib yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan,
maka kepada narapidana yang bersangkutan diberikan kebebasan lebih banyak
dan ditempatkan pada Lembaga Pemasyarakatan melalui pengawasan mediumsecurity.
Tahap Ketiga, jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani ½
(setengah) dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut Tim Pengamat
Pemasyarakatan (TPP) telah dicapai cukup kemajuan-kemajuan, baik secara
fisik maupun mental dan juga segi keterampilannya, maka wadah proses
pembinaannya diperluas dengan assimilasi yang pelaksanaannya terdiri dari dua
bagian, yaitu yang pertama waktunya dimulai sejak berakhirnya tahap awal
sampai dengan ½ (setengah) dari masa pidananya. Pada tahap ini pembinaan
masih dilaksanakan di dalam Lapas dan pengawasannya sudah memasuki tahap
medium security. Tahap ketiga dimulai sejak berakhirnya masa lanjutan pertama
sampai dengan 2/3 (dua pertiga) masa pidananya. Dalam tahap lanjutan ini
narapidana sudah memasuki tahap assimilasi dan selanjutnya dapat diberikan

pembebasan bersyarat atau cuti menjelang bebas dengan pengawasan
minimum security.
Tahap Keempat, jika proses pembinaan telah menjalani 2/3 (dua pertiga)
dari masa pidana yang sebenarnya atau sekurang-kurangnya 9 bulan.
Pembinaan ini disebut pembinaan tahap akhir, yaitu kegiatan berupa
perencanaan dan pelaksanaan program integrasi yang dimulai sejak berakhirnya
tahap lanjutan sampai dengan berakhirnya masa pidana dari narapidana yang
bersangkutan.
Kerangka pemikiran didalam kajian ini menerangkan, bahwa sistem
pembinaan yang dilaksanakan oleh Lembaga Pemasyarakatan sangat
dipengaruhi oleh narapidana yang ada di Lapas, berdasarkan karakteristik yang
dimilikinya, antara lain, berdasarkan umur, tingkat pendidikan, motivasi dengan
dukungan jenis pekerjaan yang sebelumnya digeluti oleh narapidana, kapasitas
sarana dan prasarana yang dimiliki Lapas serta perilaku terhadap jenis kejahatan
yang membawanya masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan, yang akan
mempengaruhi
terhadap
pembinaan
yang
.dilaksanakan

Lembaga
Pemasyarakatan.
Pengertian narapidana miskin yang ada di Lembaga Pemasyarakatan
Sukamiskin adalah sebagai berikut :
a.Narapidana yang sebelum masuk Lapas, pada umumnya berpenghasilan
rendah, pada umumnya banyak yang bekerja pada sektor non formal, seperti ;
buruh, tukang ojek, serta pegawai rendahan, yang berpenghasilan dibawah
Upah Minimun Regional (UMR), antara 500 ribu rupian sampai dengan 700
ribu rupiah perbulan.
b.Sebagian besar narapidana berpendidikan rendah, dari 485 orang narapidana,
sebanyak 333 orang berpendidikan rendah (SD dan SMP) atau sebesar 66 %.
Respons narapidana terhadap sistem pembinaan yang dilaksanakan
selama ini di Lembaga Pemasyarakatan beragam, juga terhadap harapan
narapidana terhadap sistem pembinaan selama, secara garis besar belum dapat
memenuhi harapan mereka, untuk memudahkan responden dalam kajian, maka
dibagi kedalam tipologi responden, terdiri dari :

145

- Tipe 1, yaitu mereka yang menjalani pidana lama dan berminat
terhadap bidang pertanian.
- Tipe 2, yaitu mereka yang menjalani pidana lama dan berminat terhadap
bidang industri dan jasa.
- Tipe 3, yaitu mereka yang menjalani pidana tidak lama dan berminat terhadap
bidang pertanian dan
- Tipe 4, yaitu mereka yang menjalani pidana tidak lama dan berminat terhadap
bidang industri dan jasa.
Sedangkan respons dari Petugas sebagai Pembina dan pendamping
narapidana merasakan masih kurang maksimalnya sistem pembinaan yang
dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan, hal in berkenaan dengan tingkat
partisipasi dan kepedulian narapidana dalam mengikuti kegiatan pembinaan
serta faktor sarana dan prasarana pendukung termasuk dana atau anggaran
kegiatan pembinaan serta metode pembinaan yang dilaksanakan, seperti proses
kegiatan belajar yang dilaksanakan
Untuk itu, perlu adanya sistem pembinaan narapidana miskin yang lebih
efektif dan tepat sasaran serta sesuai dengan harapan dan kebutuhan
narapidana yang ada di Lapas, juga harapan petugas sebagai pembina dan
pendamping narapidana dalam melaksanakan sistem pembinaan, baik itu
metode pembinaan kepribadian yang menitikberatkan kepada pembinaan
mental, akhlak dan perilaku, juga terhadap metode pembinaan kemandirian yang
menitikberatkan kepada pemberian kegiatan bimbingan keterampilan bagi
narapidana, juga kurangnya dukungan dan partisipasi dari masyarakat, karena di
dalam sistem pembinaan yang dilaksanakan Lapas, tidak terlepas dari tiga hal
yang saling bersinergi, yaitu antara narapidana, petugas dan masyarakat.
Sebagai upaya perbaikan guna peningkatan sistem pembinaan narapidana
miskin di Lapas, strategi dan program yang dapat dilaksanakan yaitu dengan
menjalin kemitraan dengan instansi terkait (pemerintah/swasta), agar hasil-hasil
produksi yang dihasilkan oleh narapidana dapat ditingkatkan, termasuk dalam
hal peningkatan sumber daya manusia narapidana dengan memberikan
pendidikan dan pelatihan. Juga dengan menumbuhkan perilaku kewirausahaan
bagi narapidana, sehingga apabila kelak mereka keluar dan bebas dari Lapas,
dapat menerapkan hasil bimbingan keterampilan kerja yang telah diperolehnya
selama di Lapas. Program lain adalah dengan mempercepat program integrasi
sosial berupa asimilasi yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakat Terbuka.
Pada dasarnya keberhasilan sistem pembinaan yang dilaksanakan di
Lembaga Pemasyarakatan, tidak lepas dari narapidana itu sendiri, petugas
sebagai pembina dan pendamping narapidana dan yang sangat penting adalah
adanya dukungan dan partisipasi masyarakat, sehingga apabila nanti narapidana
bebas dapat diterima kembali ke dalam lingkungan masyarakat. Dengan
demikian mantan narapidana merasa seperti menjadi manusia kembali dan tidak
dikucilkan dalam lingkungannya.

147

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan
Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

131

PERBAIKAN SISTEM PEMBINAAN NARAPIDANA MISKIN
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
(Kasus Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Kotamadya Bandung)

MAHYUDI

Tugas Akhir
Sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional pada
Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

133

Judul Tugas Akhir

: Perbaikan Sistem Pembinaan Narapidana
Miskin di Lembaga Pemasyarakatan
(Kasus Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan
Sukamiskin, Kotamadya Bandung)

Nama Mahasiswa

: MAHYUDI

NRP

: I354060185

Disetujui,
Komisi Pembimbing :
Diketahui :

Ir. NURAINI W. PRASODJO, MS
Ketua

Prof. Dr. IRAWAN SOEHARTONO
Anggota

Mengetahui :
Ketua Program Studi
Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana,

Dr. Ir. DJUARA P. LUBIS. MS

Prof. Dr. Ir. KHAIRIL A. NOTODIPUTRO, MS

Tanggal Ujian : 5 MEI 2008

Tanggal Lulus : 9 SEPTEMBER 2008

130

PERBAIKAN SISTEM PEMBINAAN NARAPIDANA MISKIN
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
(Kasus Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Kotamadya Bandung)

MAHYUDI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

140

PERNYATAAN TENTANG TUGAS AKHIR
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ”Perbaikan Sistem
Pembinaan Narapidana Miskin di Lembaga Pemasyarakatan (Kasus Pembinaan
Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Kotamadya Bandung)” adalah karya
saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
di bagian akhir tugas ini.

Bogor, Agustus 2008

MAHYUDI
NRP. I354060185

141

ABSTRAK
MAHYUDI, Perbaikan Sistem Pembinaan Narapidana Miskin di Lembaga
Pemasyarakatan (Kasus Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin,
Kotamadya Bandung). Dibimbing oleh NURAINI W. PRASODJO sebagai Ketua,
IRAWAN SOEHARTONO sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Pembinaan yang dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), tidak
lagi menerapkan sistem kepenjaraan dan penghukuman bagi narapidana atau
Warga Binaan Pemasyarakatan. Kegiatan Lembaga Pemasyarakatan telah
berubah seiring berkembangnya kemajuan jaman. Sistem pembinaan yang
dilakukan mengacu kepada sistem pemasyarakatan, yaitu untuk memulihkan
kembali menjadi manusia baru yang lebih mandiri dan dapat diterima kembali
dalam masyarakat.
Narapidana sebagai individu yang terbelenggu kemerdekaannya, tidak
dapat melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama bagi
narapidana miskin. Untuk itu, perlu ada upaya dari narapidana dan Lembaga
Pemasyarakatan melalui penerapan sistem pembinaan yang dilaksanakan.
Permasalahan yang dihadapi narapidana miskin dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, disebabkan sistem pembinaan yang dilaksanakan kurang
efektif.
Tujuan kajian ini adalah (1) mengetahui sejauhmana sistem pembinaan
narapidana miskin dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan dan setelah
mereka keluar dari Lapas (2) mengetahui respons narapidana miskin terhadap
pembinaan yang dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan dan (3) menyusun
strategi pembinaan yang tepat di Lembaga Pemasyarakatan dengan melihat
faktor-faktor yang ada, baik faktor penghambat maupun faktor pendukung.
Kajian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu pemetaan sosial, evaluasi
program dan kajian lapangan dengan fokus kegiatan merancang strategi
pembinaan yang tepat guna membantu narapidana miskin dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya di Lembaga Pemasyarakatan dan dalam rangka
mempersiapkan kemampuan mereka di luar Lapas. Metode kajian yang
digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi dan pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, studi
dokumentasi dan focus group discussion (FGD). FGD dilakukan dengan
melibatkan Kepala Lapas, Petugas Lapas, narapidana dan keluarganya, pada
saat pertemuan rutin dan kunjungan masal.
Penyusunan rancangan strategi dan program dilakukan secara partisipatif
dengan tahap-tahap, yaitu membahas masalah yang dihadapi dan menentukan
masalah yang menjadi prioritas, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
potensi ekonomi narapidana, serta melakukan penggalian aspirasi dalam rangka
penyusunan strategi dan rancangan program pengembangan masyarakat.
Hasil kajian digunakan untuk merumuskan program yang tepat dalam
pembinaan narapidana miskin, juga untuk menjawab respons narapidana
terhadap pembinaan yang dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan selama ini,
yang terdiri dari program Kerjasama atau Kemitraan dengan instansi terkait dan
melalui pembentukan Lapas berbasis Masyarakat (Lapas Terbuka).

142

ABSTRACT
MAHYUDI, The treatment rehabilitation system of the poor prisoner in the
Correctional Institution. (Case of Treatment in The Correctional Institution
Sukamiskin, Bandung Regency). Advisor Team NURAINI W. PRASODJO, as
the Chairman, and IRAWAN SOEHARTONO, as the Member of Advisor
Committion.
Treatment was conducted in The Correctional Institution, is not again use
prisons system or funishment for prisoner. The Correctional Institution activity
has been changed along with developing of age progress. The treatment
system which is carried out aim at to the correctional system, namely to make
recover to be a new person it more acceptable and self-supportingly returned to
community.
The Prisoner is as an individual whose freedom shacled, cant do anything
to fulfill their life need and also for their families who are left, because of that,
there is need an effort, either prisoners their selves as well as the correction
institution by using treatment system which is carried out.
The problem which is faced by the poor prisoner are to fulfill their life need
and also rehabilitation treatment system in the.Correctional Institution, in order
more effective.
The purpose of this study is (1) knowing how far the treatment system for
the poor prisoner done in the Correctional Institution and after they out from the
institution (2) knowing how a respons of the poor prisoner by the treatment done
in the Correctional Institution and (3) make design treatment strategy in order
more effective in the Correctional Institution by seeing available factors, either
resistor factor as well as support factor.
There are three stages used in this study, namely social mapping, program
evaluation, and field study focused on designing the increasing treatment
strategy more effective for helping poor prisoner to fulfiil their life need in the
Correctional Institution and for the skill purposed when they out from the
Correctional Institution. This study uses a qualitative method and data collection
techniques used were participation observations, in-depth interviews, documents,
and focus group discussion (FGD) is carriout by in volving the leader, guardian
Correctional Institution, prisoners and their families at the time of regularity
meeting and public visiting.
The program and strategy was designed in a participatory way with several
stages : discussing and determining an encountered and prioritized problem,
analyzing any factors influencing prisoner economic potency and triggering some
aspiration in the effort to design the strategy and program of community
development.
The research result were used to formulate the program concerning in
effective treatment strategy to increase of prisoner economic potency in fulfill the
life need, what consists of partnership program with the related institutions and
through forming of Community-based correction.
Keywords : Treatment system, the correctional institution, partnership
and community-based correntions.

143

RINGKASAN
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat untuk melaksanakan
pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Lapas
merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen Kehakiman).
Penghuni Lapas bisa narapidana (napi) atau tahanan. Konsep pemasyarakatan
pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman Sahardjo pada tahun 1962,
dimana disebutkan bahwa tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya
melaksanakan hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat adalah
mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat.
Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin merupakan institusi pemerintah
berada di wilayah Kecamatan Arcamanik Kelurahan Sukamiskin. Jumlah
penghuni Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin per Agustus 2007 sebanyak
485 orang, narapidana yang menjalani pembebasan pada bulan Agustus 2007
sebanyak 6 orang, dan pada umumnya berasal dari keluarga kurang mampu
atau dari lingkungan keluarga miskin, karena sebagian besar terdiri dari pekerja
tidak tetap dan beberapa diantaranya bekerja sebagai buruh serta petani.
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, terletak di Jalan AH.
Nasution No. 114 Bandung, termasuk dalam wilayah Kelurahan Sukamiskin
Bandung. Sarana dan prasarana yang ada di Lapas Sukamiskin, yaitu ; luas
tanah 146.355 m², luas bangunan 9.351, 35 m², kapasitas hunian 552 orang,
kamar hunian besar 84 ruang (ukuran 3 m x 2,15 m), kamar hunian kecil 467
ruang (ukuran 2,15 m x 1,5 m), ruang bengkel kerja seluas 1.296 m², lahan
pertanian di dalam Lapas 100 m², lahan pertanian di luar Lapas 2.800 m², kolam
ikan di dalam Lapas 300 m² dan kolam ikan di luar Lapas 500 m².
Untuk menjawab permasalahan, tentang bagaimana upaya-upaya yang
dilakukan oleh Lapas Sukamiskin bagi narapidana, terhadap sistem pembinaan
yang dilaksanakan selama narapidana berada di Lembaga Pemasyarakatan,
dalam menanggulangi masalah pemenuhan kebutuhan ekonomi narapidana
keluarga miskin, meliputi : (1) bagaimana sistem pembinaan narapidana miskin,
di Lembaga Pemasyarakatan; (2) bagaimana respons narapidana miskin
terhadap pembinaan yang dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan; dan (3)
bagaimana strategi pembinaan yang lebih tepat agar narapidana miskin
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik selama di dalam Lapas maupun
setelah keluar dari Lapas.
Selanjutnya, kajian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui sejauhmana sistem
pembinaan narapidana miskin, dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan; (2)
mengetahui respons narapidana miskin terhadap pembinaan yang dilaksanakan
Lembaga Pemasyarakatan; dan (3) menyusun strategi pembinaan yang lebih
tepat di Lembaga Pemasyarakatan, agar narapidana miskin dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik selama di dalam Lapas maupun setelah keluar dari
Lapas.
Sistem pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan
dilaksanakan melalui tahap-tahap proses pemasyarakatan, meliputi : Tahap
Pertama, pembinaan tahap ini disebut pembinaan tahap awal, dimana kegiatan
masa pengamatan, penelitian dan pengenalan lingkungan untuk menentukan
perencanaan pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian
yang waktunya dimulai pada saat yang bersangkutan berstatus sebagai
narapidana sampai dengan 1/3 (sepertiga) dari masa pidananya. Pembinaan
tahap ini masih dilakukan dalam Lapas dan pengawasannya maksimum

144

(maksimum security). Tahap Kedua, jika proses pembinaan terhadap narapidana
yang bersangkutan telah berlangsung selama-lamanya 1/3 (sepertiga) dari masa
pidana yang sebenarnya dan menurut Tim Pengamat Pemasyarakatan sudah
dicapai cukup kemajuan, antara lain menunjukkan keinsyafan, perbaikan, disiplin
dan patuh pada peraturan tata tertib yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan,
maka kepada narapidana yang bersangkutan diberikan kebebasan lebih banyak
dan ditempatkan pada Lembaga Pemasyarakatan melalui pengawasan mediumsecurity.
Tahap Ketiga, jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani ½
(setengah) dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut Tim Pengamat
Pemasyarakatan (TPP) telah dicapai cukup kemajuan-kemajuan, baik secara
fisik maupun mental dan juga segi keterampilannya, maka wadah proses
pembinaannya diperluas dengan assimilasi yang pelaksanaannya terdiri dari dua
bagian, yaitu yang pertama waktunya dimulai sejak berakhirnya tahap awal
sampai dengan ½ (setengah) dari masa pidananya. Pada tahap ini pembinaan
masih dilaksanakan di dalam Lapas dan pengawasannya sudah memasuki tahap
medium security. Tahap ketiga dimulai sejak berakhirnya masa lanjutan pertama
sampai dengan 2/3 (dua pertiga) masa pidananya. Dalam tahap lanjutan ini
narapidana sudah memasuki tahap assimilasi dan selanjutnya dapat diberikan
pembebasan bersyarat atau cuti menjelang bebas dengan pengawasan
minimum security.
Tahap Keempat, jika proses pembinaan telah menjalani 2/3 (dua pertiga)
dari masa pidana yang sebenarnya atau sekurang-kurangnya 9 bulan.
Pembinaan ini disebut pembinaan tahap akhir, yaitu kegiatan berupa
perencanaan dan pelaksanaan program integrasi yang dimulai sejak berakhirnya
tahap lanjutan sampai dengan berakhirnya masa pidana dari narapidana yang
bersangkutan.
Kerangka pemikiran didalam kajian ini menerangkan, bahwa sistem
pembinaan yang dilaksanakan oleh Lembaga Pemasyarakatan sangat
dipengaruhi oleh narapidana yang ada di Lapas, berdasarkan karakteristik yang
dimilikinya, antara lain, berdasarkan umur, tingkat pendidikan, motivasi dengan
dukungan jenis pekerjaan yang sebelumnya digeluti oleh narapidana, kapasitas
sarana dan prasarana yang dimiliki Lapas serta perilaku terhadap jenis kejahatan
yang membawanya masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan, yang akan
mempengaruhi
terhadap
pembinaan
yang
.dilaksanakan
Lembaga
Pemasyarakatan.
Pengertian narapidana miskin yang ada di Lembaga Pemasyarakatan
Sukamiskin adalah sebagai berikut :
a.Narapidana yang sebelum masuk Lapas, pada umumnya berpenghasilan
rendah, pada umumnya banyak yang bekerja pada sektor non formal, seperti ;
buruh, tukang ojek, serta pegawai rendahan, yang berpenghasilan dibawah
Upah Minimun Regional (UMR), antara 500 ribu rupian sampai dengan 700
ribu rupiah perbulan.
b.Sebagian besar narapidana berpendidikan rendah, dari 485 orang narapidana,
sebanyak 333 orang berpendidikan rendah (SD dan SMP) atau sebesar 66 %.
Respons narapidana terhadap sistem pembinaan yang dilaksanakan
selama ini di Lembaga Pemasyarakatan beragam, juga terhadap harapan
narapidana terhadap sistem pembinaan selama, secara garis besar belum dapat
memenuhi harapan mereka, untuk memudahkan responden dalam kajian, maka
dibagi kedalam tipologi responden, terdiri dari :

145

- Tipe 1, yaitu mereka yang menjalani pidana lama dan berminat
terhadap bidang pertanian.
- Tipe 2, yaitu mereka yang menjalani pidana lama dan berminat terhadap
bidang industri dan jasa.
- Tipe 3, yaitu mereka yang menjalani pidana tidak lama dan berminat terhadap
bidang pertanian dan
- Tipe 4, yaitu mereka yang menjalani pidana tidak lama dan berminat terhadap
bidang industri dan jasa.
Sedangkan respons dari Petugas sebagai Pembina dan pendamping
narapidana merasakan masih kurang maksimalnya sistem pembinaan yang
dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan, hal in berkenaan dengan tingkat
partisipasi dan kepedulian narapidana dalam mengikuti kegiatan pembinaan
serta faktor sarana dan prasarana pendukung termasuk dana atau anggaran
kegiatan pembinaan serta metode pembinaan yang dilaksanakan, seperti proses
kegiatan belajar yang dilaksanakan
Untuk itu, perlu adanya sistem pembinaan narapidana miskin yang lebih
efektif dan tepat sasaran serta sesuai dengan harapan dan kebutuhan
narapidana yang ada di Lapas, juga harapan petugas sebagai pembina dan
pendamping narapidana dalam melaksanakan sistem pembinaan, baik itu
metode pembinaan kepribadian yang menitikberatkan kepada pembinaan
mental, akhlak dan perilaku, juga terhadap metode pembinaan kemandirian yang
menitikberatkan kepada pemberian kegiatan bimbingan keterampilan bagi
narapidana, juga kurangnya dukungan dan partisipasi dari masyarakat, karena di
dalam sistem pembinaan yang dilaksanakan Lapas, tidak terlepas dari tiga hal
yang saling bersinergi, yaitu antara narapidana, petugas dan masyarakat.
Sebagai upaya perbaikan guna peningkatan sistem pembinaan narapidana
miskin di Lapas, strategi dan program yang dapat dilaksanakan yaitu dengan
menjalin kemitraan dengan instansi terkait (pemerintah/swasta), agar hasil-hasil
produksi yang dihasilkan oleh narapidana dapat ditingkatkan, termasuk dalam
hal peningkatan sumber daya manusia narapidana dengan memberikan
pendidikan dan pelatihan. Juga dengan menumbuhkan perilaku kewirausahaan
bagi narapidana, sehingga apabila kelak mereka keluar dan bebas dari Lapas,
dapat menerapkan hasil bimbingan keterampilan kerja yang telah diperolehnya
selama di Lapas. Program lain adalah dengan mempercepat program integrasi
sosial berupa asimilasi yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakat Terbuka.
Pada dasarnya keberhasilan sistem pembinaan yang dilaksanakan di
Lembaga Pemasyarakatan, tidak lepas dari narapidana itu sendiri, petugas
sebagai pembina dan pendamping narapidana dan yang sangat penting adalah
adanya dukungan dan partisipasi masyarakat, sehingga apabila nanti narapidana
bebas dapat diterima kembali ke dalam lingkungan masyarakat. Dengan
demikian mantan narapidana merasa seperti menjadi manusia kembali dan tidak
dikucilkan dalam lingkungannya.

147

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan
Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

131

PERBAIKAN SISTEM PEMBINAAN NARAPIDANA MISKIN
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
(Kasus Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Kotamadya Bandung)

MAHYUDI

Tugas Akhir
Sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional pada
Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

133

Judul Tugas Akhir

: Perbaikan Sistem Pembinaan Narapidana
Miskin di Lembaga Pemasyarakatan
(Kasus Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan
Sukamiskin, Kotamadya Bandung)

Nama Mahasiswa

: MAHYUDI

NRP

: I354060185

Disetujui,
Komisi Pembimbing :
Diketahui :

Ir. NURAINI W. PRASODJO, MS
Ketua

Prof. Dr. IRAWAN SOEHARTONO
Anggota

Mengetahui :
Ketua Program Studi
Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana,

Dr. Ir. DJUARA P. LUBIS. MS

Prof. Dr. Ir. KHAIRIL A. NOTODIPUTRO, MS

Tanggal Ujian : 5 MEI 2008

Tanggal Lulus : 9 SEPTEMBER 2008

132

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS.

134

PRAKATA
Puji syukur hanya milik Allah SWT, Tuhan yang telah menciptakan alam
semesta beserta segenap makhluk-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabatnya dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Tugas akhir ini berupa penulisan Kajian Pengembangan Masyarakat (KPM)
sebagai lanjutan dari kajian lapangan yang dilaksanakan di Kelurahan
Sukamiskin, tepatnya di salah satu institusi pemerintah, yaitu di Lembaga
Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung.
Kajian Pengembangan Masyarakat ini berjudul Perbaikan Sistem
Pembinaan
Narapidana
Miskin
di
Lembaga
Pemasyarakatan.
Tulisan ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis secara tulus mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Ibu Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan menyumbangkan pemikiran dalam pembimbingan
dan memberikan saran dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan
kajian ini;
2. Bapak Prof. Dr. Irawan Soehartono, selaku Anggota Komisi Pembimbing,
beserta keluarga, yang telah memberikan motivasi dalam rangkaian proses
penyelesaian kajian ini;
3. Departemen Sosial Republik Indonesia, yang telah memberikan kesempatan
dan dukungan finansial/dana kepada penulis untuk menjalani proses belajar
pada program Magister Profesional Pengembangan Masyarakat kerja sama
Institut Pertanian Bogor dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung;
4. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Sekolah Pascasarjana Magister
Profesional Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor;
5. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Sekolah Tinggi Kesejahteraan
Sosial Bandung;
6. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS, selaku Dosen Penguji Luar Komisi yang telah
memberikan saran dan masukan guna perbaikan kajian ini;
7. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
8. Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat,
yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penulis dalam
melaksanakan kewajiban sebagai Tugas Belajar;
9. Pimpinan dan segenap jajaran Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin
Bandung, yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data dalam
rangka Kajian Pengembangan Masyarakat;
10. Orang tua dan seluruh keluarga penulis atas segala doa dan dukungannya
yang telah memotivasi penulis hingga dapat menyelesaikan tugas;
11. Seluruh sahabat dan kerabat penulis, khususnya mahasiswa Magister
Profesional Pengembangan Masyarakat dan Diploma IV STKS Bandung,
serta seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu, yang telah
banyak membantu dan memberikan motivasi selama proses perkuliahan.

135

Penulis menyadari bahwa kajian lapangan ini masih jauh dari sempurna.
Hal ini disadari karena adanya keterbatasan dan kemampuan penulis dalam
melakukan analisa dan membahas data yang ada. Namun, harapan penulis
semoga apa yang telah dilakukan ini dapat menjadi langkah awal yang baik
untuk proses-proses selanjutnya.
Semoga kajian ini bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rakhmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.
Bogor, Agustus 2008
MAHYUDI

136

DAFTAR ISI
Halaman
........................................................................................

i

DAFTAR TABEL ..................................................................................

iii

............................................................................

iv

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..........................................................................
1.2. Perumusan Masalah .................................................................
1.3. Tujuan Kajian ..........................................................................
1.4. Kegunaan Kajian
...................................................................

1
3
3
4

II. PENDEKATAN TEORITIS
2.1.Tinjauan Pustaka .......................................................................
2.2. Kerangka Kajian ........................................................................

5
23

III. METODE KAJIAN
3.1. Metode dan Strategi Kajian ......................................................
3.2. Lokasi dan Komunitas Subjek Kajian ........................................
3.3. Waktu Kajian ............................................................................
3.4. Pemilihan Kasus Kajian ............................................................
3.5. Metode Pengumpulan Data ......................................................
3.6. Analisis Data dan Pelaporan ....................................................
3.7. Penyusunan Rancangan Program ...........................................

27
28
28
29
30
33
33

IV. PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN
BANDUNG
4.1. Keadaan Umum Lokasi ............................................................
4.2. Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin ....................................

35
37

V. POTENSI EKONOMI DAN KONDISI NARAPIDANA
5.1. Potensi Ekonomi Narapidana ...................................................
5.2. Kondisi Narapidana selama di Lembaga
Pemasyarakatan ......................................................................
5.3. Riwayat Hidup (Life Story) Narapidana ………………………….
5.4. Kegiatan pembinaan yang memilik potensi ekonomi................

42
43
69

VI. PELAKSANAAN SISTEM PEMBINAAN NARAPIDANA
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
6.1. Karakteristik Narapidana ...........................................................
6.2. Kapasitas kelembagaan Lapas .................................................
6.3. Respons terhadap Pelaksanaan Pembinaan............................
6.4. Dukungan dari pihak terkait .......................................................
6.5. Sistem Pembinaan pada Lembaga Pemasyarakatan...............

74
74
78
81
86

42

137

6.6. Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Sistem
Pembinaan ...............................................................................
6.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Upaya Peningkatan
Potensi Ekonomi Narapidana ....................................................
6.8 Analisis Pelaksanaan Sistem Pembinaan Narapidana
( SWOT ) ...................................................................................
VII. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM
PERBAIKAN SISTEM PEMBINAAN NARAPIDANA
MISKIN
7.1. Strategi dan Program Perbaikan Sistem Pembinaan
Narapidana Miskin ...................................................................
7.1.1. Strategi Peningkatan Pembinaan Perilaku
Kewirausahaan Narapidana ..........................................
7.1.2. Program :
7.1.2.1. Pengembangan Kemitraan ..................... ......
7.1.2.2. Pembentukan Lapas Berbasis
Masyarakat ..................................................

94
95
102

112
113
113
114

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
8.1. Kesimpulan .............................................................................
8.2. Rekomendasi .........................................................................

118
120

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

121

LAMPIRAN ............................................................................................

124

ii

138

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kasus Kajian berdasarkan Masa Pidana dan Potensi
Ekonomi Narapidana, Sukamiskin 2007 ..................................

29

2. Tujuan dan Teknik Pengumpulan Data …………………………

32

3. Keadaan Penggunaan Lahan Kelurahan Sukamiskin
Tahun 2007 ………………………………………………………...

36

4. Komposisi Penduduk Kelurahan Sukamiskin Berdasarkan
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006 ………………

37

5. Karakteristik Narapidana Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Agustus 2007 ……………………………….

39

6. Karakteristik Narapidana Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Agustus 2007 ……………………………………………………….

39

7. Data Narapidana Berdasarkan Jenis Kejahatan dan pasal
KUHP, Sukamiskin, Bandung 2007 …………….........................

40

8. Narapidana yang mengikuti kegiatan jenis keterampilan kerja
Agustus 2007 ……………………………………………………….

41

9. Menu Makan, pagi, siang dan sore bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan Lapas Sukamiskin Bandung tahun 2007........

75

10. Respons dan harapan napi terhadap sistem pembinaan ..........

79

11. Persepsi dan harapan petugas terhadap sistem pembinaan.....

80

12. Bentuk Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan......................

85

13. Kegiatan Pembinaan yang memiliki Potensi Ekonomi,
Percetakan, Pertanian, Kerajinan tangan dan Batako
bagi Narapidana, Lapas Sukamiskin 2007 ................................

88

14. Kegiatan Pembinaan Kepribadian berdasarkan Hari, Tujuan,
Penanggung Jawab dan Kerjasama, Sukamiskin 2007............

91

15. Kegiatan Pembinaan Kemandirian berdasarkan Hari, Tujuan,
Penanggung Jawab dan Kerjasama, Sukamiskin 2007 ............

92

16. Analisis SWOT ..........................................................................

105

17. Strategi Perbaikan Sistem Pembinaan Narapidana Miskin,
Sukamiskin 2007.......................................................................

110

18. Strategi dan program Perbaikan Sistem Pembinaan
Narapidana Miskin ………………………………………….........

117

139

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Alur Pemikiran ……..........................................................................

24

2. Peran dalam Keluarga sebelum IN ditahan ......................................

48

3. Pengambilalihan peran dalam keluarga selama IN ditahan .............

51

4. Peran dalam keluarga sebelum AMN ditahan...................................

56

5. Peran dalam keluarga selama AMN ditahan …................................

59

6. Peran dalam keluarga sebelum S ditahan .......................................

62

7. Peran dalam keluarga selama S ditahan …......................................

64

8. Peran dalam keluarga sebelum MR ditahan.....................................

66

9. Peran dalam keluarga selama MR ditahan …..................................

68

146

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Maret 1965 dari pasangan Ibu
bernama Omah Muhali (alm) dan Bapak Hj. Mardji Murgani. Penulis merupakan
anak keempat dari sebelas bersaudara, telah menikah dengan Ati Nurhayati dan
telah dikarunia dua orang anak, anak pertama laki-laki bernama Aditya Mahyudi,
usia 11 tahun dan anak kedua perempuan bernama Maharani Prima Mahyudi,
usia 3,5 tahun.
Tahun 1985 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Jakarta Pusat dan pada tahun
1986 diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pusat Departemen
Sosial Republik Indonesia Jakarta. Tahun 1992 penulis diberikan kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan sebagai Tugas Belajar ke Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung dan lulus pada tahun 1997.
Pada tahun 2000 karena kebijakan dari pemerintah yang berkuasa saat itu,
Departemen Sosial Republik Indonesia dilikuidasi, selanjutnya penulis
mengajukan mutasi ke Departemen Hukum dan Perundang-undangan pada saat
itu, kini menjadi Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
sejak itu penulis bertugas di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Jakarta Pusat,
pada bulan Agustus tahun 2003 penulis mengajukan mutasi kembali ke Jawa
Barat, yaitu ke Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Provinsi Jawa Barat, sejak itu penulis bertugas sebagai staf pada Divisi
Pemasyarakatan, Sub Bidang Perawatan dan Bina Khusus Narkotika, Kantor
Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat.
Pada bulan September 2006, penulis berkesempatan kembali menjadi
Tugas Belajar yang disponsori oleh Departemen Sosial Republik Indonesia
dengan melanjutkan pendidikan di Program Studi Magister Profesional
Pengembangan Masyarakat kerjasama Institut Pertanian Bogor dengan Sekolah
Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung atas biaya Departemen Sosial Republik
Indonesia.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Secara fisolofis, seseorang yang telah dijatuhi vonis oleh hakim dan telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, maka orang tersebut dianggap telah bersalah
dan melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, lebih dari itu telah
terjadi keretakan kesatuan hubungan antara terpidana dengan masyarakat.
Untuk memulihkan kembali hubungan yang telah retak tersebut diperlukan
pembinaan dan pembimbingan, agar kelak setelah narapidana keluar dari
Lembaga

Pemasyarakatan

mereka

menyadari

kesalahannya

dan

tidak

melakukan tindak pidana lagi, lebih jauh dari itu diharapkan agar mereka dapat
hidup mandiri serta memiliki keterampilan kerja sebagai modal hidup mereka
kelak serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (Ilham Jaya, 2005)
Untuk mewujudkan kehendak yang baik itu, tentunya harus didukung pula
oleh program pembinaan dan pembimbingan serta pendidikan. Lembaga
Pemasyarakatan sebagai suatu institusi tempat menampung para narapidana,
melakukan upaya mengatasi masalah tersebut, dengan memberikan kegiatan
pembinaan dan pembimbingan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) atau
narapidana. Hal ini sesuai dengan berubahnya sistem kepenjaraan menjadi
sistem

pemasyarakatan, yaitu memberikan pembinaan dan pembimbingan bagi

narapidana dengan kegiatan yang dilaksanakan untuk membantu memenuhi
ekonomi keluarga narapidana.
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat untuk melaksanakan
pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Lapas
merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen Kehakiman).
Penghuni Lapas bisa narapidana (napi) atau tahanan. Konsep pemasyarakatan
pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman Sahardjo pada tahun 1962,
dimana

disebutkan

melaksanakan

bahwa

hukuman,

tugas

namun

jawatan

tugas

yang

kepenjaraan
jauh

lebih

bukan

hanya

berat

adalah

mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat.

Lembaga Pemasyarakatan mendapat kritik atas perlakuan terhadap para
narapidana. Pada tahun 2006, hampir 10% di antaranya meninggal dalam lapas.
Sebagian besar napi yang meninggal karena telah menderita sakit sebelum
masuk penjara, dan ketika dalam penjara kondisi kesehatan mereka semakin
parah karena kurangnya perawatan, rendahnya gizi makanan, serta buruknya
sanitasi dalam lingkungan penjara. Lapas juga disorot menghadapi persoalan
beredarnya obat-obatan terlarang di kalangan napi dan tahanan, serta kelebihan
penghuni.
Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin merupakan institusi pemerintah
berada di wilayah Kecamatan Arcamanik Kelurahan Sukamiskin.

Jumlah

penghu