Implementasi Pemberian Remisi bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin dikaitkan dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Juncto Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah N
IMPLEMENTASI PEMBERIAN REMISI BAGI NARAPIDANA DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS 1 SUKAMISKIN DIKAITKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG
PEMASYARAKATAN
JUNCTO
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR
99 TAHUN 2012 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT DAN
TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN
PEMASYARAKATAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Kerja Praktek Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
Oleh
ARMAN MARLANDO
3.16.10.015
DOSEN :
ARINITA SANDRIA, S.H., M.Hum
NIP. 4127.33.00.006
JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
Nama : Arman Marlando
Tempat Tanggal Lahir : Sumedang 19 April 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Dsn. Ciperdanta RT 04/06 desa Jatisari, kecamatan TanjungSari Kabupaten Sumedang
Telepon : 085222448665
Pendidikan Formal :
- SDN III Tanjungsari
- SMP Al-Aqsha
- SMA I Tanjungsari
Daftar riwayat hidup ini di buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada rekayasa yang melebih-lebihkan.
(3)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
……….
i
DAFTAR ISI
……….iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...1
B. Identifikasi Masalah ...7
C. Maksud Dan Tujuan ...8
D. Manfaat Kegiatan ...8
E. Jadwal Penelitian ...9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Teoretis Mengenai Pemberian Remisi Pada
Narapidana
………...…….……….131. Pengertian Remisi………..………..………….13
2. Dasar Hukum Remisi ……….14
3. Pengertian Narapidana……….…….17
B.
Tinjauan Teoretis Lembaga Pemasyarakatan
………...181. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan……..………..18
2. Fungsi Dan Tujuan Lembaga Pemasyarakatan ..………..20
3. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas 1 Sukamiskin ………...25
(4)
1.
Pengumpulan Data ...322.
Kegiatan selama Kerja Praktik……….33BAB IV ANALISIS
A.
Pemberian Remisi Bagi Terpidana Di Dalam Perundang-undangan...451. Jenis Remisi ………..53
2. Besar Remisi………..54
3. Pengecualian Pemberian Remisi……….58
4. Prosedur Pengajuan Remisi……….59
5. Akibat Hukum Diberikanya Remisi………..60
B.
Faktor-Faktor yang menghambat Pemberian Remisi……….61BAB V : PENUTUP
A. Simpulan...63
B. Saran...64
(5)
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji serta syukur peneliti panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad S.A.W, bahwa peneliti masih diberikan kesempatan untuk dapat mensyukuri segala nikmat-Nya, berkat taufik dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik dengan
judul “IMPLEMENTASI PEMBERIAN REMISI BAGI NARAPIDANA DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS 1 SUKAMISKIN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN JUNCTO PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2012 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN”
Peneliti sangat menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi substansi maupun tata bahasa, sehingga kiranya masih banyak yang perlu dipahami dan diperbaiki. Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang insya Allah dengan jalan ini dapat memperbaiki kekurangan dikemudian hari.
Pada proses penyusunan laporan ini banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih dengan penuh rasa hormat kepada Ibu Arinita Sandria, S.H.,M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan
(6)
kesabarannya untuk membimbing dalam penulisan Laporan Kerja Praktik ini, selain itu juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua Atas yang telah memberikan dukunganya secara Moril dan Materil
2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Min Rukmini, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
3. Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
4. Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
5. Yth. Bapa Dwi Iman Muthaqin, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
6. Yth. Ibu Febilita Wulan Sari, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
7. Yth. Ibu Yani Brilyani Tapivah, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
8. Yth. Ibu Farida Yulianti, S.H., S.E., M.M selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
9. Yth. Ibu Muntadhiroh Alchujjah, S.H.,LLM selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
10. Yth. Ibu Yusti Atra Pertiwi, S.T selaku Pembimbing dari Lembaga Klas 1 Sukamiskin
11. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia Dian Pratama Sandi, Endang Mukti A, Ricky Haryanto Nugroho, Fitria Yanuari, Adek wahyudin, Widia Magdewijaya, M
(7)
iii
Baasith,Meiza Soraya, Wahyu Syamsul H,Jajang Supriatna, Rhamdan Maulana,Rizky Adiputra, Wiko Putra D, Farhan Aziz,Okky Pratomo dan Aditya Ilham yang telah memberikan Doa,Masukan dan Motivasi
12. Gina Maulidia,Tekad Maulana Aziz,dan Kafka Alfarizky sebagai Adik peneliti yang telah memberikan doa dan dukunganya
Akhir kata peneliti mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah S.W.T, karena atas ijin-Nya peneliti dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini, semoga Laporan Kerja Praktik ini bermanfaat bagi para pembaca dan peneliti sendiri.
Bandung, Februari 2014
(8)
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986
Andi Hamzah , Suatu Tinjauan ringkas Sistem Pemidanaan Indonesia, Radar Jaya offside, Jakarta 1983
Petrus & Irwan Panjaitan, Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995
Dwijaya Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia. Refika Aditama,Bandung,2009
Dwijaya Priyatno, Sistem Peradilan Pidana penjara di Indonesia, Rafika atama, Bandung 1996 Website
(9)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah kerja praktik adalah bentuk penyelenggaraan perkuliahan yang pelaksanaannya merupakan perpaduan yang harmonis antara pengetahuan teoretis dengan pemahaman praktis, antara belajar di bangku kuliah dengan belajar di dunia kerja. Hal itu dimaksudkan untuk mempersempit jurang serta memperkecil distorsi yang mungkin timbul dalam pengetahuan teori dengan aktualisasi praktek, sehingga dapat menimbulkan kesan bahwa ketika mahasiswa lulus dari perguruan tinggi mereka harus kembali belajar dari nol tentang dunia kerja yang mereka pelajari.
Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) sebagai salah satu Perguruan Tinggi di Indonesia yang berbasis pada Komputer menyelenggarakan suatu bentuk perkuliahan selain pembelajaran di bangku kuliah yaitu Kerja Praktik (KP).Pelaksanaan Kerja Praktik (KP) merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa dan merupakan salah satu usaha untuk menciptakan lulusan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) khususnya Fakultas Hukum yang berkualitas dan menjadi manusia yang seutuhnya yaitu cerdas intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, sehingga dapat berguna dalam kehidupan bermasyarakat, yang mana usaha ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam Tri Darma Perguruan Tinggi.
(10)
Kegiatan Kerja Praktik ini dilaksanakan oleh Peneliti di Lapas Klas 1 Sukamiskin Bandung, Jl. A. H Nasution No. 114 Bandung 40293, tanpa harus mengabaikan perkuliahan yang ada.Pelaksanaan Kerja Praktek (KP) juga termasuk dalam program kekhususan di Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Peneliti mengikuti Program Kekhususan Hukum Pidana.
Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum, artinya menjujung tinggi kaedah-kaedah hukum yang berlaku. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa:
“Negara Indonesia adalah Negara hukum. Hukum adalah keseluruhan peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang pelaksanaannya dapat dipaksakan
dengan sanksi.”
Sistem Pemidanaan di Lembaga Pemasyarakatan masih kurang mendapat perhatian. Penerapan sistem pemidanaan di lembaga pemasyarakatan, atau Ilmu hukum pidana yang dikembangkan saat ini,
masihlebih banyak membicarakan masalah-masalah dogmatic hukum pidana
dari pada pemberlakuan/penerapan sanksi pidana di lembaga
pemasyarakatan. Pembahasan tentang penerapan sanksi pidana di lembaga pemasyarakatan yang bersifat memperkokoh norma hukum pidana belum banyak dilakukan, sehingga pembahasan seluruh hukum pidana dirasakan masih belum serasi. Sistem Pemasyarakatan menurut Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.1
“Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan
batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara
1
Dijasman Samosir, Fungsi Pidana Penjara Dalam Sistem Pemidanaan Di Indonesisa, Binacipta, Bandung, 1992 Hlm 45
(11)
3
pembina, yang dibina, danmasyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang
baik dan bertanggung jawab.”
Sistem Pemasyarakatan merupakan suatu rangkaian kesatuan
penegakan hukum pidana, oleh karena itu pelaksanaanya tidak dapat dipisahkan dari pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan.Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan terdapat beberapa istilah dalam pemasyarakatan yang perlu diperhatikan yaitu:
“ 1. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan system, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari system pemidanaan dalam tata peradilan pidana
2. Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas
warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
3. Lembaga pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan.
4. Balai pemasyarakatan yang selanjutnya disebut BAPAS adalah pranada untuk melaksanakan bimbingan Klien Pemasyarakatan. 5. Warga binaan pemasyarakatan adalah narapidana, Anak didik
pemasyarakatan, dan klien pemasyarakatan.
6. Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
7. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di LAPAS“
Pemidanaan adalah upaya untuk menyadarkan narapidana untuk menyesali perbuatanya, dan mengembalikan menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum, menjunjung tinggi moral, sosial, dan keagamaan
(12)
sehingga tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib, dan damai.2
Pemikiraan mengenai pemidanaan yang di anut orang Dewasa ini, sebenarnya bukan merupakan merupakan suatu pemikiran yang baru, melainkan sedikit atau banyak telah mendapat pengaruh dari pemikiran-pemikiran para pemikir atau para penulis beberapa abad yang lalu, yang pernah mengeluarkan pendapat
mereka tentang dasar pembenaran atau tentang Rechtvaardigingsgrond dari
suatu pemidanaan, baik yang telah melihat pemidanaan itu semata-mata sebagai
pemidanaan saja, maupun dengan tujuan–tujuan yang ingin dicapai dengan
pemidanaanya itu sendiri. 3 Tujuan yang ingin dicapai dengan suatu
pemidanaan itu ternyata tidak terdapat suatu kesamaan pendapat diantara para pemikir atau diantara para peneliti,pada dasarnya terdapat 3 pokok pemikiran
tentang tujuan yang ingin dicapai dengan suatu pemidanaan yaitu; 4
a. Untuk memperbaiki pribadi dari penjahatnya itu sendiri
b. Untuk membuat orang menjadi jera untuk melakukan kejahatan c. Untuk membuat penjahat-penjahat tertentu menjadi tidak mampu
untuk melakukan kejahatan-kejahatan yang lain,yakni penjahat-penjahat dengan cara yang lain sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan asas pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut diatas melalui pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi. Sejalan dengan peran Lembaga Pemasyarakatan tersebut, maka tepatlah apabila petugas pemasyarakatan yang
2
Diakses Melalui http://nurulfatimah123.wordpress.com/2013/01/03/pidana-pemidanaan/ pada tanggal 6 Februari 2014 puklul 18.00 Wib
3
P.A.F. Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia,Amirco, Bandung,1984 Hlm 10 4 Ibid Hlm 10
(13)
5
melaksanakan tugas pembinaan dan pengamanan Warga Binaan
Pemasyarakatan ditetapkan sebagai pejabat fungsional penegak hukum. 5
Sistem pemasyarakatan disamping bertujuan untuk mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai warga yang baik juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, serta merupakan penerapan dan bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Menyadari hal itu maka telah lama sistem pemasyarakatan Indonesia lebih ditekankan pada aspek pembinaan Narapidana, Anak Didik Pemasyarakatan, atau Klien
Pemasyarakatan yang mempunyai preventif, kuratif, dan edukatif.6
Pemasyarakatan memperlihatkan komitmen dalam upaya merubah kondisi terpidana melalui proses pembinaan dan memperlakukan secara
manusiawi melalui perlindungan terhadap hak–hak terpidana. Komitmen ini pun
secara eksplisit ditegaskan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dimana Sistem Pembinaan Pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas :
1. Pengayoman
2. Persamaan perlakuan dan pelayanan 3. Pendidikan
4. Pembimbingan
5. Penghormatan harkat dan martabat manusia
6. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya
penderitaan dan
7. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga
dan orang-orang tertentu.”
Wujud pembinaan dalam sistem pemasyarakatan salah satunya adalah adanya pemberian remisi terhadap narapidanayang telah memenuhi kriteria yang diatur dalam Undang-Undang. Prinsipnya remisi (pengurangan masa hukuman)
5Ibid Hlm 167 6Ibid Hlm 15
(14)
itu adalah sarana hukum yang berwujud hak yang diberikan oleh undang-undang kepada Narapidana yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,secara tegas disebutkan hak-hak narapidana. Hak-hak tersebut yaitu:
1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan 2. Mendapat perawatan, baik perwatan rohani maupun jasmani 3. Mendapat pendidikan dan pengajaran
4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makan yang layak 5. Menyampaikan keluhan
6. Mandapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang
7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan
8. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya
9. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)
10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga
11. Mendapatkan pembebasan bersyarat 12. Mendapatkan cuti menjelang babas dan
13. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Bersamaan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun1995 tentang Pemasyarakatan,maka usaha untuk mewujudkan suatu sistem pemasyarakan dengan pembinaan yang berdasarkan Pancasiladan Undang-Undang Dasar 1945 semakin mantap dan kokoh.Sejalan dengan masalah remisi terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana, yang telah diputus dalam sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan Hukum tetap dan mengikat kemudian menjadi warga binaan lembaga pemasyarakatan,secara hukum masih mempunyai hak untuk memperoleh pengurangan masa tahanan atau remisi.
Pasal 34 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan mengatakan:
(15)
7
”setiap narapidana dan anak pidana berhak mendapatkan remisi yang
mana narapidana untuk mendapatkan remisi harus memenuhi persyaratan yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan terkait”
Bersdasarkan uraian diatas itulah peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian yang berjudul : “IMPLEMENTASI PEMBERIAN REMISI BAGI
NARAPIDANADI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS 1 SUKAMISKIN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN JUNCTO PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2012 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN”
B.Identifikasi Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pemberian remisi bagi terpidana di dalam
Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan juncto
Peraturan pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat Pemberian Remisi Terhadap Narapidana?
(16)
C. Maksud dan Tujuan
1. Maksud Kerja Praktek
Adapun Maksud dan tujuan praktik kerja lapangan:
a. Mengetahui proses dan prosedur pemberian remisi di Lembaga pemasyarakatan di tinjau melalui Undang-undang Nomor 12 tahun 1995
juncto Peraturan pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 perubahan kedua atas peraturan pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang sayrat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan
b. Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam Pemberian Remisi Terhadap Narapidana.
D. Manfaat Kegiatan
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Dapat memperoleh gambaran dunia kerja yang nantinya berguna bagi Peneliti apabila telah menyelesaikan perkuliahannya, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan dunia kerja.
b. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh pada masa kuliah dan sekalian menambah wawasan dan pengalaman. c. Dapat mengetahui perbandingan antara teori yang diperoleh selama
perkuliahan dengan praktik di lapangan, khususnya di Lembaga Pemasyarakatan
(17)
9
2. Manfaat Bagi Akademik
Diharapkan dapat meningkatkan kerjasama antara lembaga pendidikan khususnya Akademik dengan Instansi.
3. Manfaat Bagi Instansi
a. Dapat menigkatkan kerjasama antara Akademik dengan
Instansi/Lembaga.
b. Membantu Instansi/Lembaga dalam menyelesaikan tugas sehari-hari selama Praktek Kerja Lapangan.
E. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Sept Okt Nov Des Ja Feb
1
Persiapan kerja praktik
2 Persiapan
penulisan LKP
3 Pengumpulan
data
4 Bimbingan
5 pengolahan data
(18)
7 Penyususnan
hasil kerja
praktik ke dalam bentuk laporan
8 Siding
konprehensif
9 Perbaikan
10 Penjilidan
11 Pengesahan
F.Jadwal Kerja Praktek
1.Tempat dan Lokasi Kerja Praktek
Penulis melakukan Kerja praktek di Lembaga Pemasyarakatn Klas 1 Sukamiskin di Jl. A. H Nasution No.114 Bandung-Jawabarat
2.Waktu Kegiatan Kerja Praktek
Peneliti melakukan kuliah kerja praktek selama 100 jam, terhitung sejak tanggal 14 Oktober 2013 sampai dengan 31 November 2013 dengan hari dan waktu yang disesuaikan dengan jadwal kuliah peneliti
(19)
11
JADWAL KERJA PRAKTEK
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KOTA BANDUNG
KEMENTERIAN HUKUM & HAK ASASI MANUSIA RI
KANTOR WILAYAH JAWA BARAT
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I SUKAMISKIN BANDUNG
Jl. A.H. Nasution Nomor 114 Bandung Telp. (022) 7271211 Fax. (022) 7272504
NO HARI/TANGGAL JAM KEGIATAN KETERANGAN
1
SENIN
07.00-14.00 WIB
Kerja Praktek
2
SELASA
07.00-09.30
WIB
Kerja Praktek
10.00-15.15
WIB
Kuliah
3
RABU
07.00-14.00
WIB
Kerja Praktek
4
KAMIS
07.00-08.00
WIB
Kerja Praktek
08.30-13.00
(20)
WIB
13.00-14.00
WIB
Kerja Praktek
5
JUM’AT
07.00-12.00
WIB
Kerja Praktek
13.00-14.30
WIB
Kuliah
6
SABTU
07.00-09.00
WIB
Kerja Praktek
09.00-12.00 WIB
(21)
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoretis Mengenai Pemberian Remisi Pada Narapidana 1. Pengertian remisi
Remisi dalam sistem pelaksanaan pidana penjara khususnya yang menyangkut sistem pemasyarakatan sangat penting .Hal ini menyangkut
masalah pembinaan yang dilakukan oleh para petugas Lembaga
Pemasyarakatan terhadap para Narapidana, untuk itu di dalam sistem pidana penjara di Indonesia, remisi mempunyai kedudukan yang sangat strategis sebab, apabila Narapidana tidak berkelakuan baik maka tidak dapat diberikan remisi1
Remisi dalam Sistem Pemasyarakatan diartikan sebagai potongan hukuman bagi narapidana setelah memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan. Pengertian remisi dalam Kamus Besar Bahasa Indoesia diartikan
sebagai pengampunan hukuman yang diberikan kepada orang yang terhukum2.
Menurut Andi Hamzah, remisi adalah sebagai pembebasan hukuman untuk seluruhnya atau sebagian atau dari seumur hidup menjadi hukuman terbatas
yang di berikan setiap tanggal 17 Agustus.3
1
Ibid Hlm 133 2
Poerwo Darminto WJI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1984 Hlm 350
3
Andi Hamzah, Dikutup dalam Dwija Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana penjara Di Indonesia, Rafika Aditama, Bandung 2006, Hlm 133
(22)
Pengertian Remisi Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan menyebutkan;
“Remisi adalah pengurangan masa menjalani pidana yang diberikan
kepada Narapidana dan Anak Pidana yang memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.”
2. Dasar Hukum Remisi
Peraturan pokok yang dijadikan dasar hukum dalam rangka pemberian remisi adalah 4;
a. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menyebutkan:
Pasal 14 Ayat (1) yang berbunyi:
“ Narapidana berhak :
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya ; b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani ; c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran ;
d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak ; e. Menyampaikan keluhan ;
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang;
g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan ; h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang
tertentu lainnya
i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi) ;
j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga ;
k. Mendapatkan pembebasan bersyarat ; l. Mendapatkan cuti menjelang bebas ; dan
4
Andi Hamzah , Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemidanaan Indonesia, Radar Jaya offside, Jakarta, 1983, Hlm 70
(23)
15
m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.“
“Pasal 14 Ayat (2)
Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan hak hak Narapidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.”
b. Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Pasal 34
(1) Setiap Narapidana dan Anak Pidana yang selama menjalani masa pidana berkelakuan baik berhak mendapatkan remisi.
(2) Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada Narapidana dan Anak Pidanayang telah memenuhi syarat:
a. berkelakuan baik; dan
b. telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan.
(3) Persyaratan berkelakuan baik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dibuktikan dengan:
a. tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir, terhitung sebelum tanggal pemberian Remisi;dan
b. telah mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan
oleh LAPAS dengan predikat baik.”
c. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi
Pasal 1
“ (1) Setiap Narapidana dan Anak Pidana yang menjalani pidana
penjara sementara dan pidana kurungan dapat diberikan remisi apabila yang bersangkutan berkelakuan baik selama menjalani pidana.
(2) Remisi diberikan oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia.
(3) Remisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Hukum dan
(24)
Pasal 2
Remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri atas :
“ a. remisi umum, yang diberikan pada hari peringatan Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus; dan b. remisi khusus, yang diberikan pada hari besar keagamaan yang
dianut oleh Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan, denganketentuan jika suatu agama mempunyai lebih dari satu hari besar keagamaan dalam setahun, maka yang dipilih adalah hari besar yang paling dimuliakan oleh penganut agama yang
bersangkutan.”
Pasal 3
“ (1) Remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat ditambah
dengan remisi tambahan apabila Narapidana atau Anak Pidana yang bersangkutan selama menjalani pidana:
a. berbuat jasa kepada negara;
b. melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan; atau
c. melakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai berbuat jasa dan melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau bagi kegiatan
pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diteapkan dengan Keputusan Menteri
Hukum dan Perundang-undangan.”
d. Pasal 2 Ayat (1) Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia Nomor. M. 09.HN.02.01 Tahun 1999 Pelaksanaan Keputusan Presiden No 174 tahun1999 tentang Remisi.
“Dalam hal pemberian Remisi, Menteri Hukum dapat
mendelegasikan pelaksanaanya kepada Kepala Kantor Wilayah.”
e. Keputusan Menteri kehakiman Republik Indonesia
Nomor.04.HN.02.01 Tahun 1988 tentang Tambahan Remisi Bagi Narapidana yang Menjadi Donor Organ Tubuh dan Donor Darah.
(25)
17
f. Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Nomor.
M.10.HN.02.01 Tahun1999 tentang Pelimpahan Wewenang
Pemberian remisi Khusus.
3. Pengertian Narapidana
Pengertian narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan atau sannksi lainnya, menurut perundang-undangan. Pengertian narapidana menrut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman
(orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum.5
Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Harsono mengatakan; Narapidana adalah seseorang yang telah dijatuhkan vonis bersalah oleh hukum dan harus menjalani hukuman.
Narapidana adalah manusia bermasalah yang dipisahkan dari
masyarakat untuk belajar bermasyarakat dengan baik6, dan ahli hukum lain
mengatakan Narapidana adalah manusia biasa seperti manusia lainnya hanya karena melanggar norma hukum yang ada, maka dipisahkan oleh hakim untuk
menjalani hukuman7
5
Poerwo Darminto WJI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1984 Hlm 215
6 Willson dikutip dalam, Dwijaya Priyatno, Sistem Peradilan Pidana penjara, Rafika aditama, bandung 1996 Hlm 67
7
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Raja Grafindo Persada,Jakarta 2010 Hlm 59
(26)
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pengertian narapidana adalah seseorang yang melakukan tindak kejahatan dan telah menjalani persidangan, telah diponis hukuman pidana serta ditempatkan dalam suatu bangunan yang disebut penjara.
B. Tinjauan Teoretis Lembaga Pemasyarakatan 1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS Menurut Pasal 1 Angka 3 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan adalah
“ Tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan.”
Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Istilah lapas di Indonesia, sebelumnya dikenal dengan istilah penjara8.
Pengertian Lembaga Pemasyarakatan Secara etimologis.,
Pemasyarakatan merupakan kata kerja yang dibendakan. Pemasyarakatan berasal dari kata kerja memasyarakatkan. Memasyarakatkan mengandung dua arti, pertama yaitu menyebarkan ide kepada masyarakat luas untuk diketahui, dimiliki atau dianut. kedua, adalah melakukan usaha melalui proses yang wajar untuk dalam rangka memperlakukan anggota masyarakat agar
8
Petrus & Irwan Panjaitan, Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995, hlm 45.
(27)
19
bersikap atau berperilaku sesuai dengan tatanan norma yang terdapat dalam
masyarakat.9
Definisi Pemasyarakatan menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan bahwa yang dimaksud dengan pemasyarakatan adalah;
“ Kegiatan untuk melakukan pembinaan wargabinaan pemasyarakatan
berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan
pidana.”
Kegiatan di dalam lembaga pemasyarakatan bukan sekedar untuk menghukum atau menjaga narapidana tetapi mencakup proses pembinaan agar warga binaan menyadari kesalahan dan memperbaiki diri serta tidak mengulangi tindak pidana yang pernah dilakukan. Prinsip-prinsip pokok yang menyangkut dasar perlakuan terhadap warga binaan dan anak didik yang dikenal dengan
nama Sepuluh (10) Prinsip Pemasyarakatan :10
1. Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan peranannya sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna.
2. Penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam negara. 3. Berikan bimbingan bukan penyiksaan supaya mereka bertobat.
4. Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau jahat daripada sebelum dijatuhi pidana.
9
Ibid Hlm 120 10
(28)
5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, para narapidana dan ana didik harus dikenalkan dengan dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat.
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik tidak boleh diberikan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan dinas atau kepentingan negara sewaktu-waktu saja. Pekerjaan yang diberikan harus satu dengan pekerjaan di masyarakat dan yang menunjang usaha peningkatan produksi.
7. Bimbingan dan didikan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik harus berdasarkan Pancasila.
8. Narapidana dan anak didik sebagai orang-orang yang tersesat adalah manusia, dan mereka harus diperlakukan sebagai manusia.
9. Narapidana dan anak didik hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan sebagai salah satu derita yang dialaminya.
10. Disediakan dan dipupuk sarana-sarana yang dapat mendukung fungsi rehabilitatif, korektif dan edukatif dalam Sistem Pemasyarakatan
2. Fungsi dan tujuan Lembaga Pemasyarakatan
Berdasarkan kajian teoretis mengenai peran lembaga pemasyarakatan dibentuk berdasarkan adanya kebutuhan masyarakat. Priyatno menyatakan bahwa: “Fungsi dan peran lembaga pemasyarakatan diatur dalam Sistem pemasyarakatan yang dianut di Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 15 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan , hal ini merupakan pelaksanaan dari
(29)
21
pidana penjara, yang merupakan perubahan ide secara yuridis filosofis dari
sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan.11
Fungsi lembaga pemasyarakatan secara sederhana diartikan sebagai lembaga rehabilitasi sikap dan perilaku yang dianggap menyimpang dari ketentuan hukum tetap. Menurut Pasal 3 Undang-undang Nomor . 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, fungsi Lembaga Pemasyarakatan adalah;
“ Berfungsi menyiapkan Warga Binaan Pemasyrakatan agar dapat
berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan
bertanggung jawab.”
Fungsi lembaga pemasyarakatan yang dikemukakan Irwanto menjelaskan bahwa Lembaga Pemasyarakatan merupakan tempat untuk mendidik narapidana yang hilang kemerdekaannya agar kapok sehinggga membangkitkan rasa penyesalan yang mendalam atas perbuatan salah yang telah dilakukannya serta menimbulkan kesanggupan dan kemampuan untuk merobah dan memperbaiki dirinya sehingga mereka nanti kembali ke masyarakat berlaku sebagi warga negara yang baik dan berguna.
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan ditentukan bahwa, Sistem pembinaan
pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas :” 12
a. Pengayoman;
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan; c. Pendidikan;
11
Ibid Hlm 56 12 Ibid Hlm 46
(30)
d. Pembimbingan;
e. Penghormatan harkat dan martabat manusia; f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya
penderitaan; dan
g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu
Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dijelaskan :
a. Asas Pengayoman, yaitu perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat dan kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan agar menjadi warga yang berguna dalam masyarakat.
b. Asas Persamaan Perlakuan dan Pelayanan, yaitu perlakuan dan pelayanan kepada warga binaan pemasyarakatan tanpa membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
c. Pendidikan dan pembimbingan, yaitu bahwa penyelenggara pendidikan dan pembimbingan berdasarkan pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan keroganian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.
d. Penghormatan harkat dan martabat manusia, yaitu sebagai orang yang tersesat warga binaan pemasyarakatan harus tetap diperlakukan sebagai manusia.
e. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan, yaitu warga binaan pemasyarakatan harus berada dalam LAPAS dalam jangka waktu tertentu, sehingga Negara mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya. Jadi warga binaan pemasyarakatan tetap memperoleh haknya yang lain seperti hak atas perawatan kesehatan, makan, minum, latihan keterampilan, olah raga dan rekreasi.
f. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu, yaitu walaupun warga binaan pemasyarakatan berada di LAPAS, harus tetap didekatkan dan dikenalkan dalam masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan kedalam LAPAS dari anggota masyarakat yang bebas dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga (CMK).
Lembaga Pemasyarakatan didirikan di setiap ibukota kabupaten atau kota madya, namun bila diperlukan dapat didirikan di tingkat kecamatan
(31)
23
atau kota administratif. Hal tersebut dimaksudkan guna meningkatkan mutu pelayanan hukum dan pemerataan memperoleh keadilan bagi warga binaan pemasyarakatan dan keluarganya dengan memperhatikan perkembangan wilayah atau luar wilayah, pertambahan penduduk dan peningkatan jumlah tindak pidana yang terjadi di wilayah kecamatan atau kota administrasi yang bersangkutan.Untuk mewujudkan pelaksanaan pidana yang efektif dan efisien, maka Lembaga Pemasyarakatan dibagi ke dalam beberapa kelompok yaitu :
a. Menurut usia :
1) Lembaga Pemasyarakatan untuk Anak
2) Lembaga Pemasyarakatan untuk Dewasa
b. Menurut jenis kelamin
1 Lembaga Pemasyarakatan khusus Wanita
2. Lembaga Pemasyarakatan khusus Laki-laki
c. Menurut Klasifikasinya :
Menurut Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-05.OT.01. Tahun 2011 tentang Perubahan atas keputusan menteri Kehakiman Nomor M.01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
(32)
Pasal 4
(1) Lapas diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Klas yaitu; a. LAPAS klas 1
b. LAPAS klas IIA c. LAPAS Klas IIB d. LAPAS Klas III
(2) Klasifikasi tersebut pada ayat 1 didasarkan atas kapasitas,tempat kedudukan dan kegiatan kerja.”
Dasar Hukum Lembaga Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan mempunyai dasar hukum sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 99 Tahun 2012 perubahan Keduan atas Peraturan Pemerintah 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Kemasyarakatan
5. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M-01-PK.04.10 Tahun 1998 Tentang Ketentuan Mengenai Tugas, Kewajiban, dan Syaratsyarat Pembimbing Kemasyarakatan Pembimbing Kemasyarakatan, seperti yang telah ditetapkan dalam KepMen Kehakiman RI Nomor : M.01.-PK.04.10 Tahun
(33)
25
1998 bahwa tuga pembimbing kemasyarakatan Bapas adalah :
a. Membantu tugas penyidik, penuntut umum dan hakim
dalam perkara Anak Nakal (anak yang berhadapan dengan hukum)-(wilayah Kerja BAPAS)
b. Menentukan program pembinaan Narapidana di
LAPAS dan anak didik pemasyarakatan di LAPAS Anak,
c. Menentukan Program perawatan Tahanan di RUTAN,
d. Menentukan program bimbingan dan atau bimbingan
tambahan bagi Klien Pemasyarakatan (wilayah Kerja BAPAS)
6. Petunjuk Pelaksanaan Menteri Kehakiman RI Nomor
E.39-PR.05.03 Tahun 1987 Tentang Bimbingan Klien
Pemasyarakatan
7. Petunjuk Teknis Menteri Kehakiman RI Nomor E.40-PR.05.03 Tahun 1987 Tentang Bimbingan Klien Pemasyarakatan
3. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas 1 Sukamiskin Penjara Sukamiskin yang sekarang di kenal dengan nama Lapas Klas I Sukamiskin dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1918 dan mulai difungsikan pada tahun 1924 sebagai tempat hukuman bagi kaum intelektual yang dianggap melakukan kejahatan politik karena bertentangan dengan
(34)
Penguasa Belanda dengan nama “Straft Gevanngenis Voor Intelectullen”,
berlokasi di Jalan A.H. Nasution Nomor 114 Bandung.13
Penjara Sukamiskin memiliki nilai sejarah bagi Bangsa Indonesia karena banyak tokoh nasional pernah dipenjarakan disini, antara lain Presiden RI pertama, Ir. Soekarno pernah menghuni Kamar Nomor. 1 Blok Timur Atas.
Dipenjara inilah Ir. Soekarno menulis buku berjudul “Indonesia Menggugat”.
Bangunannya memiliki ciri khas tersendiri, jika dilihat dari atas mirip kincir angin, karena pembagian blok mengikuti arah mata angin, kemana bilah “kincir” menunjuk: blok utara, blok selatan, blok barat dan blok timur. Masing-masing blok memiliki 2 (dua) lantai yang saling berhubungan melalui bangunan bundar
paling tinggi ditengah sebagai porosnya.14
Sejalan dengan perkembangan konsep perlakuan terhadap pelanggar hukum dari sistem penjara ke Sistem Pemasyarakatan, Penjara Sukamiskin berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan Khusus Dewasa Muda Sukamiskin Bandung, kemudian berdasarkan keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: 01-PR.07.03 Tahun 1985 ditetapkan menjadi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin. Dan pada tanggal 22 Juni 2010 telah dilakukan penandatanganan Prasasti Lapas klas I Sukamiskin menjadi Lapas Pariwisata oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
13
Diakses melaui http://lapassukamiskin.com/tentangkami/01/2014/cat/4/1 pada tanggal 30 Januari 2014 ,Pukul 18.24 Wib
(35)
27
Sebagai Unit Pelaksana Teknis di bidang pemasyarakatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat, Lapas Sukamiskin mempunyai tugas melakukan pembinaan guna meningkatkan kualitas narapidana, meliputi kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
kualitas intelektual; kualitas sikap dan prilaku; kualitas
profesionalisme/keterampilan; dan kualitas kesehatan jasmani dan rohani serta
kualitas keamanan dalam pelayanan.15
a. Visi Lapas Klas I Sukamiskin
Membentuk Narapidana yang sehat seutuhnya (jasmani dan rohani) sehingga menjadi manusia pembangunan yang aktif dan produktif dalam menghasilkan karya
b. Misi Lapas Klas I Sukamiskin
Melaksanakan Pembinaan sekaligus mempersiapkan Narapidana agar siap kembali ke masyarakat dan menjadi manusia yang berperan aktif dalam pembangunan melalui program :
1. Pembinaan rohani (mental) dalam agama dan emosional.
2. Pembinaan keterampilan (soft skill) yang berbasis kebutuhan di masyarakat.
3. Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia bagi narapidana. 4. Menjaga keamanan bagi masyarakat, petugas dan narapidana.
15
(36)
5. Menjadi Lapas yang akuntable dan pelayanan prima bagi publik
c. Moto Lapas Klas I Sukamiski
“Berdo’a dan Berkarya” d. Sruktur Organisasi
4. Tugas Para Pegawai Lembaga Pemasyarakatan a. Kepala lembaga pemasyarakatan
Bertugas memimpin secara keseluruhan terhadap bagian atau seksi yang ada dalam lingkup organisasi lembaga pemasyarakatan dan
(37)
29
bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan kelas I Sukamiskin.
b. Bagian Tata Usaha
Bertugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga lembaga pemasyarakatan kelas I Sukamiskin. Bagian tata usaha terdiri atas ;
1. Sub. Bagian Kepegawaian
Bertugas melakukan urusan kepegawaian
2. Sub. Bagaian Keuangan
Bertugas melakukan urusan keuangan
3. Sub. Bagian Umum
Bertugas melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan rumah tangga.
c. Bidang Pembinaan Narapidana
Bertugas melakukan pembinaan narapidana. Bidang pembinaan terdiri atas:
1. Seksi Registrasi
Bertugas melakukan pencatatan dan membuat statistik serta dokumentasi sidik jari narapidana.
(38)
Bertugas memberikan bimbingan dan penyuluhan rohani serta memberikan latihan olahraga, peningkatan pengetahuan, asimilasi, cuti dan pelepasan bersyarat narapidana. Dalam melaksanakan tugas pembinaan seksi bimbingan pemasyarakatan
3. Seksi Perawatan Narapidana
Bertugas mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi narapidana
d. Bidang Kegiatan Kerja
Bertugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja dan mengolah hasil kerja. Bidang kegiatan kerja terdiri atas ;
1. Seksi Bimbingan Kerja
Bertugas memberikan petunjuk dan membimbing kerja bagi narapidana
2. Seksi Sarana Kerja
Bertugas mempersiapkan fasilitas dan sarana kerja
3. Seksi Pengolahan Hasil Kerja
(39)
31
e. Bidang Administrasi Keamanan dan Tata Tertib
Bertugas mengatur jadwal petugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan, penerimaan laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan tata tertib. Bidang administrasi keamanan tata tertib terdiri atas ;
1. Seksi Keamanan
Bertugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan
2. Seksi Pelaporan dan Tata Tertib
Bertugas menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta mempersiapkan laporan berkala dibidang keamanan
f. Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP)
Bertugas menjaga keamanan dan ketertiban di Lembaga
(40)
32
KEGIATAN KERJA PRAKTIK
Pelaksanaan kerja praktek di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Sukamiskin Bandung yang dimulai dari tanggal 30 September 2013 sampai 30 November 2013. Peneliti telah melakukan berbagai hal dan mempelajari lebih jauh tentang Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Sukamiskin dan sistem Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Sukamiskin.
Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh penulis adalah:
A. Melakukan apel pagi dan sore.
B. Mengunjungi setiap bidang di Lembaga pemasyarakatan dan mengunjungi Blok Tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Sukamiskin.
C. Membantu membuat data-data nama Narapidana yang baru masuk maupun yang sudah ada, Pengarsipan Surat Masuk dan Surat Keluar, dan Membantu mengerjakan pengetikan dan peng-editan beberapa dokumen yang diperlukan.
D. Pengumpulan data dilakukan melalui 2 (dua) tahap
1. wawancara kepada Naripada dan pegawai yang berwenang mengenai Remisi yang telah ditunjuk oleh Lembaga Pemasyarakatan, Selanjutnya menjadi pembimbing kerja praktek
2. Observasi dilakukan secara terjun langsung dengan mengikuti kegiatan harian di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Sukamiskin yang sebelumya
(41)
33
sudah mendapat izin dari pembimbing Kerja Praktik untuk mengamati secara langsung diantaranya:
a. Admisi Orientasi
Narapidana yang baru menjalani pidana di Lapas Klas I Sukamiskin dikenalkan dan digembleng dalam kegiatan Admisi Orientasi atau Masa Pengenalan Lingkungan. Admisi Orientasi (AO) ini efektif diberikan dalam jangka waktu 12 hari efektif bagi setiap narapidana baru, materi pembekalan bagi narapidana baru ini terdiri dari kegiatan lapangan dan kegiatan didalam kelas. Kegiatan didalam lapangan lebih dititik beratkan pada kegiatan Fisik berupa kegiatan baris berbaris (PBB dasar),
Olahraga Umum, Senam pagi, Ice Breaking, dengan tujuan
untuk melatih kedisiplinan dan mental serta kembali menumbuhkan rasa cinta tanah air. Setelah merampungkan kegiatan di lapangan, tahap selanjutnya adalah kegiatan di dalam kelas yaitu pemberian materi pengenalan Lapas yang diisi oleh Kabid Pembinaan, Ka. KPLP, Kabid Keamanan & Ketertiban, Kabid Kegiatan Kerja, Kabag TU, Kasie Bimkemasy, Kasie Perawatan dan Kasie Registrasi, pemahaman tentang Hak, Kewajiban dan Larangan bagi Narapidana,
Tim Kerja :
(42)
Ketua Pelaksana : Kasie Bimkemasy Kooordinator Lapangan : Bagus Endro
Tim Lapangan : Julius Jum Hartanto
Doni Yuda Prawira Rohmana
Delly Andi Saputra Jupriyanto
Choirul
Journal E Siahaan Abdul Mugni Feri
Jadwal Kegiatan Admisi & Orientasi
NO HARI JAM MATERI PEMBERI
MATERI
PENANGGUNG JAWAB
1 2 3 4 5 6
1 Senin 07.30 –
09.00
Perkenalan Tim A O Bagus Endro
PBB dasar
2 Selasa 07.30 –
09.00
Tata cara apel di
lapangan
Tim A O Julius Jum Hartanto
(43)
35
09.00
4 Kamis 07.30 –
09.00
Praktek semua materi Tim A O Doni Yuda Prawira
5 Senin 07.30 –
08.00
08.00 –
09.30
Apel A O
Pembukaan di kelas Kabid Pembinaan
Tim A O
Kabid Pembinaan
Pius Harjadi
6 Selasa 07.30 –
08.00
Apel A O
Materi Ka. KPLP
Tim A O Ka. KPLP
Bagus Endro
1 2 3 4 5 6
7 Rabu 07.30 –
08.00
08.00 –
09.30
Apel A O
Materi Kabid Kamtib
Tim A O Kabid Kamtib
Asep Aleksa
8 Kamis 07.30 –
08.00
08.00 –
09.30
Apel A O
Materi Kabid Giatja
Tim A O Kabid Giatja
Pius Harjadi
9 Senin 07.30 –
08.00
08.00 –
09.30
Apel A O
Materi Kabag TU
Tim A O Kabag TU
(44)
10 Selasa 07.30 – 08.00
08.00 –
09.30
Apel A O
Materi Bimkemasy
Tim A O
Kasie Bimkemasy
Asep Aleksa
11 Rabu 07.30 –
08.00
08.00 –
09.30
Apel A O
Materi Perawatan napi
Tim A O
Kasie Perawatan
Pius Harjadi
12 Kamis 07.30 –
08.00
08.00 –
09.30
09.30 –
10.00
Apel A O
Materi Registrasi Pembulatan
Tim A O
Kasie Registrasi Kasie Bimkemasy
Bagus Endro
b Pesantren / Ceramah Agama
Pembinaan selanjutnya setelah menyelesaikan kegiatan pembinaan Admisi Orientasi adalah kegiatan pembinaan pesantren untuk yang beragama muslim selama 6 bulan. Pesantren Lapas Klas I Sukamiskin dinamakan sebagai pesantren AL HIDAYAH, dengan harapan nantinya ketika mendapatkan bimbingan dari pengajar/ustadz dapat
(45)
benar-37
benar mendapatkan hidayah. Dalam satu kali seminggu pada hari Jumat diberikan ceramah agama kepada semua narapidana muslim
Tim Kerja :
Penanggung Jawab : Kabid Pembinaan
Ketua Pelaksana : Kasie Bimkemasy
Koordinator Pesantren : Andri Warsono
Tim Lapangan : Pengajar dari Kementerian Agama Kota Bandung
Jadwal Pesantren
NO HARI KELAS JAM MATERI PENGAJAR
1 2 3 4 5 6
1. Senin Persiapan 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Baca Iqro Al.Qur’an 2. Praktek Sholat
I ( Awaliyah )
07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Baca Al-Quran
(46)
II ( Wustho ) 07.30 – 08.30 08.30 – 09.30
1. Fiqih ( II ) 2. Tarekh
Tim Pengajar Pesantren AL Hidayah
III ( Ulya ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Nahwu / Sharaf
2. Al –Qur’an - Hadist
Semua WBP
11.00 – 12.30 Shalat Dzuhur Berjama’ah
2. Selasa Persiapan 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Baca Iqro Al.Qur’an 2. Praktek Sholat
I ( Awaliyah )
07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Tulis Al –Qur’an
2. Tauhid ( I )
1 2 3 4 5 6
II ( Wustho ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Al –
Qur’an/Tajwid/Tilawah 2. Tauhid ( II )
III ( Ulya ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Tauhid ( III )
(47)
39
Semua WBP
11.00 – 12.30 Shalat Dzuhur Berjama’ah
3. Rabu Persiapan 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Baca Iqro Al.Qur’an 2. Praktek Sholat
I ( Awaliyah )
07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Baca Al –Qur’an
2. Hadits
II ( Wustho ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Akhlak ( II )
2. Al –Qur’an / Tajwid
Dan
III ( Ulya ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Al –Qure’an / Hadits
2. Akhlak ( III )
Kementerian
Agama Kota
Bandung
Semua WBP
11.00 – 12.30 Shalat Dzuhur Berjama’ah
4 Kamis Persiapan 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Baca Iqro Al.Qur’an 2. Praktek Sholat
I ( Awaliyah )
07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Tulis Al –Qur’an
(48)
II ( Wustho ) 07.30 – 08.30 08.30 – 09.30
1. Al –Qure’an / Hadits
2. Fiqih ( II )
III ( Ulya ) 07.30 – 08.30
08.30 – 09.30
1. Fiqih ( III )
2. Peng Umum / Tilawah
Semua WBP
11.00 – 12.30 Shalat Dzuhur Berjama’ah
5. Jum’at Semua WBP
Semua WBP
07.30 – 09.00
11.00 – 12.30
Tausiyah / Pengajian Shalat Jum’at Berjama’ah
6. Sabtu Semua
WBP
Semua WBP
07.30 – 09.00
11.00 – 12.30
Olah Raga
(49)
41
C .Pramuka
Gerakan Pramuka adalah gerakan pendidikan kepramukaan yang bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia menjadi kader pembangunan di segala bidang, dengan menggunakan Prinsip dasar Metode pendidikan kepramukaan yang menitikberatkan pada peningkatan keterampilan dan kepemimpinan untuk mengembangkan mental, moral spriritual, semosional, social, intelektual, dan fisiknya sehingga menjadi manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Lembaga Pemasyarakatan sebagai wadah pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan, salah satu pembinaannya adalah kepramukaan dengan maksud dan tujuan agar Warga Binaan Pemasyarakatan lebih dapat meningkatkan kualitas kepribadiannya untuk menjadi manusia yang berwawasan kebangsaan dan mempunyai rasa nasionalisme, memiliki rasa percaya diri tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai bekal kehidupan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan setelah menjalani masa pidananya.
(50)
Tim Kerja :
Penanggung Jawab : Kabid Pembinaan
Ketua Pelaksana : Kasie Bimkemasy
Tim Lapangan : Andri Warsono
Asep Aleksa
Yusti Astra Pertiwi Dra. Engkuy K
Kwarcab Kota Bandung
d Kegiatan Rekreatif terjadwal
Merupakan kegiatan untuk menampung aspirasi dari narapidana terkait dengan hobi :
1. Senam Pagi dilaksanakan secara massal setiap hari Sabtu 2. Tenis meja, Tenis Lapangan, Bola Volley, Basket dan
Futsal
Untuk kegiatan olah raga di atas karena fasilitas olah raga berada di dalam blok hunian sehingga pelaksanaannya dapat dilaksankan oleh setiap narapidana dengan pengaturan jadual yang lebih fleksibel tetapi tetap dalam pengawasan Bimkemasy.
(51)
43
3. Bulutangkis
NO HARI JAM TEMPAT PENANGGUNG
JAWAB
1 Senin 14.00 – 17.00 GOR Lapas Yono S & Asep K
2 Rabu 08.00 – 11.30
14.00 – 17.00
GOR Lapas
GOR Lapas
Bimkemasy
Joauqim
3 Kamis 14.00 – 17.00 GOR Lapas Yono S & Asep K
4 Sabtu 09.00 – 11.30
14.00 – 17.00
GOR Lapas
GOR Lapas
Bimkemasy
Yono S & Asep K
4. Band
NO HARI JAM TEMPAT PENANGGUNG
JAWAB
1 Senin 10.00 – 12.00 Wisma Budaya Bimkemasy
(52)
3 Rabu 10.00 – 12.00 Wisma Budaya Bimkemasy
4 Kamis 10.00 – 12.00 Wisma Budaya Bimkemasy
5 Sabtu 10.00 – 12.00 Wisma Budaya Bimkemasy
e Konsultasi Psikolog
Kegiatan konseling ini dapat terlaksana berkat dukungan dan bantuan dari Universitas Islam Bandung (UNISBA) Fakultas Pasca Sarjana Jurusan Psikologi yang telah membuat MOU dengan Lapas Klas I Sukamiskin untuk keberlangsungan dan kesinambungan kegiatan Konseling Psikolog.
Jadwal Kegiatan
1. Setiap hari Senin dan kamis, Jam 09.00 – 13.00
2. Saat Praktek / magang di Lembaga yang lamanya
(53)
45
BAB IV
ANALISIS
A. Pemberian Remisi bagi Terpidana didalam Perundang-undangan
Pemberian remisi pada dasarnya mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan dan Keputusan Presiden Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi. Kemudian pemberian Remisi bagi narapidana dirubah didasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Perubahan tersebut tidak hanya terkait dengan pemberian remisi namun juga terhadap pemberian Asimilasi, Cuti Menjelang Bebas dan Pembebasan Bersyarat (PB).Perubahan tersebut dibuat guna menyesuaikan dengan perkembangan hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat terutama terkait dengan narapidana yang telah melakukan tindak pidana yang mengakibatkan kerugian yang besar bagi negara atau masyarakat atau Menimbulkan korban yang banyak atau menimbulkan kepanikan, kecemasan atau ketakutan yang luar biasa kepada masyarakat
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan memberikan landasan hukum bagi penyelenggaraan politik kriminal modern. Terdapat pergeseran paradigma dari pembalasan kearah pembinaan. Pergeseran paradigma
(54)
pemidanaan ini mudah di pahami karena dinamika perkembangan masyarakat ke arah yang lebih baik dan lebih beradab sehingga oleh karenanya hukum pidana sebagai norma yang juga berlaku dalam masyarakat juga mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan masyarakat tersebut. Pandangan bahwa narapidana bukan saja obyek melainkan juga subyek yang tidak berbeda dari manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat dikenakan pidana sehingga tidak harus di berantas dan yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan narapidana berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama atau kewajiban-kewajiban sosial lain yang dapat dikenakan pidana
Pasal 14 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 tahun1995 tentang Pemasyarakatan menyebutkan tentang Hak Narapidana dimana disebutkan dengan tegas bahwa :
“(1) Narapidana berhak :
1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; 2. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; 3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;
4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak 5. Menyampaikan keluhan;
6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang;
7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan ; 8. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang
tertentu lainnya;
9. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi) ;
10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga ;
11. Mendapatkan pembebasan bersyarat ; 12. Mendapatkan cuti menjelang bebas ; dan
13. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(2) Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan hak-hak Narapidana sebagaimana dimaksud dakam ayat (1) diatur lebih
(55)
47
lanjut dengan peraturan pemerintah
Tindak lanjut dari pelaksanaan atas hak-hak narapidana tersebut maka dibentuklah Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatanyang kemudian dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 99 tahun 2012 Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Tata syarat dan Tata cara Pelaksanaan Hak warga Binaan Pemasyarakatan. Sebelumnyapengaturan tentang Remisi sebagai hak bagi narapidana terdapat dalam Pasal 34 dan 35 Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999, yaitu
Pasal 34 Berbunyi:
“ (1) Setiap Narapidana dan Anak pidana yang selama menjalani masa
pidana berkelakuan baik berhak mendapatkan remisi
(2) Remisi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dapat ditambah, apabila selama menjalani pidana, yang bersangkutan :
1. Berbuat jasa kepada negara
2. Melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi Negara atau kemanusiaan;atau
3. Melakukan perbuatan yang membantu kegiatan Lembaga
Pemasyarakatan.”
Pasal 35 Berbunyi:
“Ketentuanmengenai remisi diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Presiden”
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Tata Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan kemudian dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Tata Syarat dan Tata cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. dengan alasan perlunya peninjauan ulang terhadap pemberian remisi, asimilasi, cuti menjelang bebas dan
(56)
pembebasan bersyarat guna penyesuaian dengan perkembangan hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat terutama terkait dengan Narapidana yang telah melakukan tindak pidana yang mengakibatkan kerugian yang besar bagi negara atau masyarakat atau korban. Yang banyak atau menimbulkan kepanikan, kecemasan atau ketakutan yang luar biasa kepada masyarakat.
Terdapat beberapa perubahan yang diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan tersebut. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagi berikut :
“ (1) Setiap Narapidana dan Anak Pidana berhak mendapatkan Remisi.
(2) Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Narapidana dan Anak Pidana apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Berkelakuan baik; dan
b. Telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan
(3) Persyaratan berkelakuan baik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dibuktikan dengan:
a. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir, terhitung sebelum tanggal pemberian Remisi; dan
b. Telah mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan
oleh LAPAS dengan predikat baik”
.
Ketentuan Pasal 34 A diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 34 A Berbunyi:
“(1)Pemberian Remisi bagi Narapidana yang dipidana karena
melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara, kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 juga harus memenuhi persyaratan:
(57)
49
membantu membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya;
b. telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan pengadilan untuk Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana korupsi; dan
c. telah mengikuti program deradikalisasi yang diselenggarakan oleh LAPAS dan/atau Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, serta menyatakan ikrar:
(2)kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia secara tertulis bagi Narapidana Warga Negara Indonesia, atau
(3)tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana terorisme secara tertulis bagi Narapidana Warga Negara Asing, yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme
(3)Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku terhadap Narapidana yang dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.
(4)Kesediaan untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus dinyatakan secara tertulis dan ditetapkan oleh instansi penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.”
Di antara Pasal 34A dan Pasal 35 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 34B dan Pasal 34C yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 34B Berbunyi:
“ (1) Remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat
(2) Diberikan oleh Menteri.
(3) Remisi untuk Narapidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34A ayat (1) diberikan oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.
(4)Pertimbangan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya permintaan pertimbangan dari Menteri.
(5) Pemberian Remisi ditetapkan dengan Keputusan Menteri.”
Pasal 34C Berbunyi:
“(1) Menteri dapat memberikan Remisi kepada Anak Pidana dan
(58)
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34A ayat (1).
(2) Narapidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas Narapidana yang:
a. dipidana dengan masa pidana paling lama 1 (satu) tahun; b. berusia di atas 70 (tujuh puluh) tahun; atau
c. menderita sakit berkepanjangan
(3) Menteri dalam memberikan Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mempertimbangkan kepentingan umum, keamanan, dan rasa keadilan masyarakat."
Beberapa dasar hukum pengaturan mengenai Remisi yang berlaku dan
pernah berlaku di Indonesia sejak zaman Hindia Belanda hingga saat ini yaitu1:
1. Gouvernement Besluit tanggal 10 Agustus 1935 Nomor 23 Bijblad
Nomor 13515 jo 9 Juli 1841 Nomor 12 dan 26 Januari 1942 Nomor 22 yang diberikan sebagai hadiah semata-mata pada hari kelahiran Ratu Belanda ;
2. Keputusan PresidenNomor 156 tanggal 19 April 1950 yang termuat dalam Berita Negara Nomor 26 tanggal 28 April 1950 jo. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1946 tanggal 8 Agustus 1946 dan Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor G.8/106 Tanggal 10 Januari 1947 jo. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 120 tahun 1955 tanggal 23 Juli 1955 tentangAmpunan Istimewa.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1987 jo. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor 01. HN.02.01 Tahun 1987tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 5 tahun 1987, Keputusan MenteriKehakiman Republik Indonesia Nomor 04.
1Dwijaya Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia. Refika Aditama,Bandung,2009 Hlm. 80
(59)
51
HN.02.01 Tahun 1988 tanggal 14 Mei 1988 tentang Tambahan Remisi Bagi Narapidana yang menjadi Donor Organ Tubuh dan Donor Darah dan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor 03. HN.02.01 Tahun 1988 tanggal 10 Maret 1988 tentang Tata Cara Permohonan Perubahan Pidana Seumur Hidup menjadi penjara sementara berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1987.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1999 tentang Pengurangan Masa Pidana (Remisi);
5. Keputusan PresidenRepublikIndonesia Nomor 174 tahun 1999 jo Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia Nomor M.09. HN.02.01 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 174 tahun 1999 jo. Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia NomorM.10. HN.02.01 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Remisi Khusus.
Ketentuan yang masih berlaku saat ini, yaitu :2
1. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. . 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 tahun 2012 tentang
Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
2
(60)
Pemasyarakatan.
3. KeputusanPresiden Republik Indonesia Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 120 tahun 1955 tanggal 23 Juli 1955 tentang Ampunan Istimewa ;
5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HN-01.PK.02.02 Tahun 2010 tentang Remisi Susulan.
6. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.01.HN.02.01 Tahun 2006 tentang Remisi Umum Susulan. 7. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor 04.HN.02.01
Tahun 1988 tanggal 14 Mei 1988 tentang Tambahan Remisi bagi Narapidana yang menjadi Donor Organ Tubuh dan Donor Darah
8. Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia Nomor M.09.HN.02.01 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi ;
9. Keputusan MenteriHukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia
Nomor M.10.HN.02.01 tahun 1999 tentang Pelimpahan
WewenangPemberian Remisi Khusus.
10. Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undanganNomor M.04-HN.04.01 Tahun 2000 tentang RemisiTambahan Bagi Narapidana dan Anak Pidana.
11. Surat Edaran Nomor E.PS.01-03-15 tanggal 26 Mei 2000 tentang Perubahan Pidana Penjara Seumur Hidup menjadi Pidana Penjara
(61)
53
Sementara.
12. Surat Edaran Nomor W8-PK.04-01-2586 tanggal 14 April 1993 tentang Pengangkatan Pemuka Kerja
1. Jenis-Jenis Remisi :
Ketentuan Pasal 2 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 tahun
1999 tentang Remisi disebutkan bahwa remisi terdiri atas3
“ a. Remisi Umum
Merupakan remisi yang diberikan pada peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus ; dan
b .Remisi khusus
Merupakan Remisi yang diberikan pada hari besar keagamaan yang dianut oleh Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan, dengan ketentuan jika suatu agama mempunyai lebih dari satu hari besar keagamaan daalam setahun maka yang di pilih adalah hari besar yang paling di muliakan oleh penganut agama yang bersangkutan.
c. Remisi Tambahan
Merupakan remisi yang diberikan apabila Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan selama menjalani pidana :
1). Berbuat jasa kepada Negara ;
2).Melakukan perbuatan yang berrmanfaat bagi negara atau kemanusiaan
3). Melakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
d. Remisi Dasawarsa
Merupakan remisi yang diberikan kepada Narapidana maupun Anak Pidaana bertepatan dengan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesiapada tanggal 17 Agustus tiap 10 (sepuluh) tahun sekali.
e. Remisi Khusus Yang Tertunda
Merupakan remisi khusus yang diberikan kepada narapidana dan anak pidana yang pelaksanaan pemberiannya dilakukan setelah yang bersangkutan berubah statusnya menjadi narapidana. Pemberian remisi ini adalah untuk meringankan masa pidana atau hukuman bagi narapidana yang dalam kurun waktu 6 (enam) bulan telah menunjukkan perbuatan baik di Lembaga Pemasyarakatan namun pengajuann
3
(62)
tersebut tertunda karena dalam waktu 6 (enam) bulan setelah statusnya sebagai narapidana belum di perolehnya karena masih menunggu status hukumnya dalam proses peradilan sehingga dengan demikian turunnya surat keputusan tentang remisi bagi narapidana yang bersangkutan juga terlambat dan pengajuan remisi bagi dirinya juga terlambat yaitu diajukan setelah tanggal 17 Agustus pada tahun yang bersangkutan. Ketentuan ini diberikan agar narapidana yang bersangkutan tidak dirugikan dan mempunyai hak yang sama sebagaimana narapidana yang lainnya. f. Remisi Khusus Bersyarat
Merupakan remisi khusus yang diberikan secara bersyarat kapada narapidana dan anak pidana yang pada saat hari raya keagamaannya berlangsung namun masa pidana yang telah dijalaninya belum cukup 6 (enam) bulan. Namun pemberian remisi ini dapat dicabut apabila dalam jangka waktu yang di syaratkan ternyata narapidana atau anak pidana yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran disiplin dan dimasukkan
ke dalam register.”
2. Besaran Remisi
a. Remisi Umum
Pasal 4 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi mengatur tentang besarnya remisi Umum yang dapat diperoleh oleh narapidana, yaitu :
“ (1) (satu) bulan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang telah menjalani
pidana selama 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan ; dan
(2) 2 (dua) bulan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang telah menjalani pidana selama 12 (dua belas) bulan atau lebih. Pemberianremisi umum dilaksanakan sebagai berikut :
1) Pada tahun pertama diberikan remisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1); Pada tahun kedua diberikan remisi 3 (tiga) bulan ;
2) Pada tahun ketiga diberikan remisi 4 (empat) bulan ;
3) Pada tahun keempat dan kelima masing-masing diberikan remisi 5 (lima) bulan ;
4) Padatahun keenam dan seterusnya diberikan remisi 6 (enam) bulan
setiap tahun. “
b. Remisi Khusus
Pasal 5 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi mengatur tentang remisi khusus bagi narapidana, yaitu :
(63)
55
“(1) 15 (lima belas) hari bagi Narapidana dan Anak Pidana yang telah
menjalani pidanaselama 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan ; dan
(2) 1 (satu) bulan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang telah menjalani pidanaselama 12 (dua belas) bulan atau lebih Pemberianremisi khusus dilaksanakan sebagai berikut :
a. Pada tahun pertama diberikan remisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1);
b. Pada tahun kedua dan ketiga masing-masing diberikan remisi 1 (satu)bulan; dan
c. Pada tahun keempat dan kelima masing-masing diberikan remisi 1 (satu) bulan 15 (lima belas) hari ;
d. Pada tahunkeenam dan seterusnya diberikan remisi 2 (dua)
bulan setiap tahun.”
Hari raya keagamaan menurut Pasal 3 Ayat (2) Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Nomor M.09.02.01 tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi adalah:
“a. Hari Raya Idul Fitri bagi Narapidana atau Anak pidana yang beragama
Islam;
b. Hari Raya Natal bagi Narapidana atau Anak pidana yang beragama kristen atau katholik;
c. Hari Raya Nyepi bagi Narapidana atau Anak pidana yang beragama Hindu;
d. Hari Raya Waisak bagi Narapidana atau Anak pidana yang beragama Budha;
e. Bagi narapidana dan anak pidaana yang beragama selain tersebut diatas maka berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Ayat (3)
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 tahun 1999.”
c. Remisi Tambahan
Besarnya remisi tambahan diatur dalam Pasal 6 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi dengan pengaturan sebagai berikut :
“ (1) ½ (satu perdua) dari remisi umum yang diperoleh pada tahun yang
bersangkutan bagi Narapidana dan Anak Pidana yag berbuat jasa kepada negara atau melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara
(1)
60
5. Daftar perubahan ekspirasi
6. Tidak mempunyai catatan dalam Register F (jenis pelanggaran yang berada di Lembaga Pemasyarakatan) sehingga apabila Narapidana melakukan pelanggaran maka usulan remisi dapat di batalkan.
5. Akibat-Akibat Hukum diberikannya Remisi
Fugsi remisi dalam Sistem Pemasyarkatan
1. Katalisator (usaha untuk mempercepat) upaya meminimalisasi pengaruh prisonisasi.
2. Berfungsi sebagai katalisator (untuk mempercepat) proses pemberian tanggungjawab di dalam masyarakat luas.
3. Sebagai alat modifikasi perilaku dalam proses pembinaan selama di dalam lapas. Secara langsung dapat mengurangi gejala over kapasitas di dalam lapas.
4. Dalam rangka melakukan efisiensi anggaran Negara.
Pemberian remisi sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi akan membawa akibat hukum sebagai berikut5:
“(1)Pengurangan masa pidana yang akan di jalani oleh narapidana maupun anak pidana.
5
Dwijaya Priyatno, Sistem Peradilan Pidana penjara di Indonesia, Rafika atama, Bandung 1996, Hlm. 108
(2)
(2)Pemberian remisi mengakibatkan berkurangnya masa pidana yang masih harus dijalani oleh Narapidana.
(3)Pengurangan masa pidana yang menyebabkan pembebasan seketika.
(4)Pembebasan diberikan kepada narapidana yang setelah dikurangi remisi umum maupun remisi tambahan, masa pidana yang harus dijalani ternyata mengakibatkan masa pidananya habis, tepat pada saat pemberian remisi yaitu pada tanggal 17 Agustus pada tahun yang bersangkutan.
(5)Masa pembebasan bersyaratan atau pelepasan bersyarat menjadi lebih singkat. Pembebasan bersyarat diberikan kepada narapidana yang telah menjalani masa pidana selama 2/3 (dua pertiga), sekurang-kurangnya telah menjalani pidananya selama 9 (sembilan) bulan maka dengan pemberian remisi akan mengurangi masa pidana dari narapidana yang bersangkutan dan hal ini akan mengakibatkan masa pembebasan bersyarat menjadi lebih singkat.
(6)Akibat hukum lainnya adalah remisi yang di dalamnya mengatur pula ketentuan tentang komutasi atau perubahan pidana penjara seumur hidup menjadi pidana sementara waktu 15 (lima belas) tahun dengan syarat antara lain narapidana tersebut telah menjalani pidana paling sedikit 5 (lima) tahun berturut-turut dan berkelakuan baik.”
B. Faktor-faktor Yang Menghambat Dalam Pemberian Remisi
Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa wawancara yang dilakukan, penulis menemukan beberapa faktor yang menghambat pemenuhan hak pengurangan masa pidana (remisi) terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin , antara lain:
1. Faktor dari Perilaku Narapidana
Salah satu factor sebagai penghambat pemberian remisi adalah yang berasal dari diri Narapidana sendiri dimana narapidana terlibat melakukan tindakan indisipliner atau hal-hal lain yang merupakan pelanggaran disiplin, sehingga narapidana tidak memperoleh hak
(3)
62
remisi
2. Faktor Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia
Belum danya suatu lembaga atau institusi yang khusus mengawasi pemberian remisi kepada narapidana. Hal ini sangat diperlukan untuk meminimalisir terjadinya keterlambatan pemberian hak narapidana khususnya remisi dan menekan sekecil mungkin terjadinya kesalahan dalam pemberian remisi.
3. Faktor Sarana dan Prasarana
Ketiadaan sarana untuk penghitung remisi, karena pengitunganya masih dilaksanakan secara manual yaitu dengan menggunakan alat Telram yang juga digunakan dalam menghitung Ekspirasi ( perhitungan keluar narapidana) seharusnya perhitungan tersebut dilakukan dengan memakai alat yang lebih canggih seperti komputerisasi
(4)
63
A. KesimpulanPelaksanaan pidana penjara dengan Sistem Pemasyarakatan di Indonesia saat ini mengacu kepada Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Secara filosofis pelaksanaannya ditekankan kepada konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial agar narapidana dan anak pidana menyadari kesalahannya dan mengembalikannya menjadi warga negara yang baik, taat hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan sehingga tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan damai.
Narapidana bukan saja objek melainkan juga subyek yang tidak berbeda dengan manusia lain yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas. Pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan asas pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut melalui pendidikan, rehabilitasi dan reintegrasi. Untuk melaksanakan Sistem Pemasyarakatan tersebut diperlukan juga keikutsertaan masyarakat baik dengan cara mengadakan kerjasama dalam pembinaan maupun dengan sikap bersedia menerima kembali Warga Binaan Pemasyarakatan yang telah selesai menjalani pidananya.
(5)
64
dilindungi oleh hukum dan penegak hukum karena narapidana adalah warga negara yang perlu diayomi walaupun telah melakukan pelanggaran hukum. Penghukuman bukan berarti pencabutan hak-hak yang melekat pada dirinya. Dan secara filosofis pemasyarakatan merupakan sistem pemidanaan yang sudah jauh bergerak meninggalkan filosofi retributive (pembalasaan), deterrence (penjeraan) dan resosialisasi.
B. Saran
Agar peranan Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Sukamiskin dalam Pembinaan Narapidana menurut perspektif kesatuan konsep Sistem Peradilan Pidana dapat berjalan lebih baik lagi, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut
1. Memberikan pembinaan keterampilan yang lebih bervariasi sesuai dengan perkembangan saat ini sebagai bekal bagi anak pidana di kemudian hari
2. Meningkatkan kerjasama dengan instansi-instansi terkait, baik instansi pemerintah maupun instansi swasta agar pembinaan yang diberikan dapat lebih mencapai hasil yang lebih optimal.
3. Mengikutsertakan masyarakat dari berbagai lapisan untuk berperan serta dalam menunjang pelaksanaan pembinaan terhadap Narapidana . Agar Narapidana merasa dibutuhkan oleh masyarakat sehingga
(6)
Narapidna tidak merasa dikucilkan dan dapat membaur kembali ke tengah-tengah masyarakat