Penjadwalan Mesin Menggunakan Metode Priority Dispatching Algoritma Jadwal Aktif Dan Jadwal Non Delay N Job Mesin Di UD. Ali Bakri Sukabumi

(1)

Abstraction

Scheduling Of Machine Use Method Of Priority Active Dispatching Algorithm Schedule And Schedule Of Non Delay N Job M Machine

In Ud. Ali Bakri Sukabumi.

By: Yudi Somantri

1.03.07.030

UD. ALI BAKRI represent one of the company of cake food in Sukabumi. Scheduling done by UD. ALI BAKRI still done conventionally that is scheduling done pursuant to making of product owning the amount of materials which at most and amount of operation process which at most in priority beforehand. While product owning the amount of its given high priority by slimmer operation process and component is its workmanship after product owning component of is amount of operation process and component which at most

Scheduling at this research is done with by using method of priority dispatching with active schedule algorithm and schedule of[is non delay. At active schedule there no operation able to be done earlier without delaying other operation or impinge constrain technological ( giving sequence process in each job or equally give routing to each;every job). While schedule of is non delay is schedule corps of feasible where do not machine one even let out of job if at the (time) of is same there are operation needing the machine

Scheduling of machine done by company have very old makespan equal to 5124 second. While scheduling of method machine of priority dispatching with active schedule algorithm have shorter makespan equal to 1890 second. And scheduling of machine with schedule algorithm of is non delay have is same makespan equal to 2059 second.

Chosen scheduling is scheduling of method machine of priority dispatching with active schedule algorithm or schedule of is non delay. Because owning shortest makespan of scheduling of active schedule algorithm and scheduling of machine by using schedule algorithm of is non delay


(2)

iii

Abstrak

“Penjadwalan Mesin Menggunakan MetodePriority Dispatching Algoritma Jadwal Aktif dan JadwalNon DelayN Job M Mesin

di UD. ALI BAKRI Sukabumi”

Oleh: Yudi Somantri

1.03.07.030

UD. ALI BAKRI merupakan salah satu perusahaan makanan kue di Sukabumi. Penjadwalan yang dilakukan oleh UD. ALI BAKRI masih dilakukan secara konvensional yaitu penjadwalan dilakukan berdasarkan pembuatan produk yang memiliki jumlah bahan yang paling banyak dan jumlah proses operasi yang paling banyak di prioritaskan terlebih dahulu.. Sedangkan produk yang memiliki jumlah komponen dan proses operasinya lebih sedikit diprioritaskan pengerjaannya setelah produk yang memiliki komponen jumlah komponen dan proses operasi yang paling banyak.

Penjadwalan pada penelitian ini dilakukan dengan dengan menggunakan metode priority dispatching dengan algoritma jadwal aktif dan jadwal non delay. Pada jadwal aktif tidak ada operasi yang dapat dilakukan lebih awal tanpa menunda operasi lainnya atau melanggartechnological constrain(memberikan urutan proses pada setiapjobatau dengan kata lain memberikan routing untuk setiap job). Sedangkan jadwal non delay adalah kumpulan jadwal feasible dimana tidak satupun mesin dibiarkan menganggur jika pada saat yang sama terdapat operasi yang memerlukan mesin tersebut.

Penjadwalan mesin secara yang dilakukan oleh perusahaan memiliki makespan yang sangat lama sebesar 5124 detik. Sedangkan penjadwalan mesin metode priority dispatching dengan algoritma jadwal aktif memiliki makespan lebih pendek sebesar 1890 detik. Dan penjadwalan mesin dengan algoritma jadwal non delay memiliki makespansama sebesar 2059 detik.

Penjadwalan yang terpilih adalah penjadwalan mesin metode priority dispatching dengan algoritma jadwal aktif atau jadwal non delay. Karena memilikimakespanpaling pendek penjadwalan algoritma jadwal aktif dan penjadwalan mesin dengan menggunakan algoritma jadwalnon delay.


(3)

SCHEDULING OF MACHINE USE METHOD OF PRIORITY ACTIVE DISPATCHING ALGORITHM SCHEDULE AND SCHEDULE OF NON DELAY N JOB M MACHINE

IN UD. ALI BAKRI SUKABUMI.

TUGAS AKHIR

Karya tulis yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri

Disusun Oleh: Yudi Somantri

103.07.030

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(4)

PENJADWALAN MESIN MENGGUNAKAN METODEPRIORITY DISPATCHING ALGORITMAJADWAL AKTIF DAN JADWALNON DELAY

N JOB M MESIN di UD. ALI BAKRI SUKABUMI

TUGAS AKHIR

Karya tulis yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri

Disusun Oleh: Yudi Somantri

103.07.030

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(5)

88

Daftar Pustaka

French, Simon (1982), Sequencing and Scheduling: An Introduction to The Mathematics of The Job Shop, New York, Jhon Wiley & Sons Inc. Bedworth, David D & James E. Bailey (1987), Integrated Production Control

System Management, Analysis, Design,John Wiley and Sams, Singapore. Ginting, Rosnani (2007),Sistem Produksi. Graha Ilmu. Jakarta.

Henny (2010), Hand Out Perkuliahan Sistem Produksi II. Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Aryono, Kolombanus (2011), Penjadwalaan N Job M Mesin Dalam Proses Pembuatan Produk Ass Mesin Jahit Dan Baut Bearing Di Pt. Sinar Sakti Matra Nusantara Bandung, Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Kaligis, Andri (2008),Penjadwalan N Job M Mesin Dalam Proses Pembuatan Produk Adjuster Comp Chain (XC-321) Dan Hanger Assy RR, Spring LH. Di PT. Alpindo Mitra Baja, Universitas Komputer Indonesia, Bandung.


(6)

Puji dan syukur penyusu dan pertolongan-Nya p “Penjadwalan Mesin Jadwal Aktif Dan Ja Sukabumi”. Tugas akh pendidikan Sarjana (S1 Komputer, Universitas K

Pada kesempatan kali i besarnya kepada Ibu Ju memberikan bimbingan Tugas Akhir ini.

Penulis juga mengucapk 1. Bapak I Made Ar 2. Ibu Diana Andria 3. Bapak Ali bakri BAKRI atas bant 4. Kolombanus ary selama penulis m akhir.

5. Segenap peneliti, segala bantuanny

KATA PENGANTAR

usun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena ber penulis dapat menyelesaikan tugas akhir y n Menggunakan Metode Priority Dispatchin

Jadwal Non Delay N Job M Mesin di UD khir ini disusun sebagai salah satu syarat dalam S1) di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Tekn s Komputer Indonesia.

i ini penulis ingin menyampaikan terimakasih y Julian Robecca, M.T. yang telah bersedia melua an, saran dan bantuan kepada penulis dalam m

pkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: Aryantha A., M.T., ketua jurusan Teknik Industri UN

riani, M.T., M.M., dosen wali penulis.

kri dan Wandi saputra ali selaku pembimbing antuan dan dukungan selama pelaksanaan Tugas Ak

ryono, Mumuh Muhammad Muklis, atas seluru s menyelesaikan mata kuliah dan melakukan pe

iti, asisten peneliti, dan seluruh karyawan UD. AL nya selama kegiatan penelitian yang penulis lakuk

berkat kehendak yang berjudul

hing Algoritma

UD. Ali Bakri lam menempuh eknik dan Ilmu

h yang sebesar-uangkan waktu, menyelesaikan

:

tri UNIKOM.

ng di UD. ALI Akhir.

ruh bantuannya penelitian tugas

LI BAKRI atas ukan.


(7)

6. Seluruh staf dosen dan karyawan Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UNIKOM atas seluruh bantuannya pada penulis.

7. Barudak mahasiswa TI UNIKOM Angkatan 2007. Agung, Triharyadi CH Dita, Boan, Jajang, Tatang, Deni, Restu, dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satupersatu.

8. Barudak Mahasiswa TI UNIKOM Angkatan 2006. Hempi Ruvi Yana, EGI, Rinovan.

9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, Bapak Harly Haryanto dan Ibu Desih Suwarsih yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang terbesar baik berupa moril maupun materil, atas semua doa dan nasihat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk adikku, Aldi Lesmana dan Rosa Yuni Harliani terima kasih my brather atas seluruh bantuan,dukungan dan doanya. Terima kasih juga buat Febi Awalia Ginanti atas kesetiaan dan dorongan semangatnya menemani Penulis dalam menyusun Tugas Akhir.

Bandung, Agustus 2011


(8)

RIWAYAT HIDUP

NAMA : YUDI SOMANTRI

TGL LAHIR : 22 DESEMBER 1989

TEMPAT LAHIR : BANDUNG

TELEPON : 085222275464

MAIL :duy.yudi@yahoo.co.id

PENDIDIKAN

 SD NEGERI SITUGUNTING 1 BANDUNG

 SMP SWADAYA 1 BANDUNG

 SMK PASUNDAN 2 BANDUNG


(9)

Bab 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Penelitian

Dalam kegiatan proses produksi, umumnya perusahaan membutuhkan suatu sistem produksi yang perencanaan dan pengendaliannya baik. Untuk membuat sistem produksi yang perencanaan dan pengendalian yang baik, maka penjadwalan produksi merupakan suatu hal penting dalam perencanaan produksi karena pada dasarnya merupakan rincian atauoutputakhir dari tahap perencanaan sebelum tahap implementasi dan pengendalian produksi. Proses manufaktur bertipe job-shopmemiliki ciri-ciri berikut: pengelompokan mesin menurut fungsi (process layout) sehingga tidak efisien, volume produksi kecil, tetapi lebih fleksibel untuk menerima jenis pesanan yang berbeda.

Penjadwalan yang dilakukan oleh UD. ALI BAKRI dilakukan berdasarkan pembuatan produk yang memiliki jumlah bahan yang paling banyak dan jumlah proses operasi yang paling banyak di prioritaskan terlebih dahulu. Sedangkan produk yang memiliki jumlah bahan dan proses operasi lebih sedikit diprioritaskan pengerjaannya setelah produk yang memiliki bahan jumlah bahan dan proses operasi yang paling banyak. Permasalahan yang sering dihadapi adalah waktu pengerjaan yang lama, dari data jam kerja yaitu 9 jam, informasi yang di dapat dari UD. ALI BAKRI sering tidak sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan dalam menyelesaikan pengerjaan produk, hal ini menunjukan bahwa penjadwalan yang dilakukan perusahaan tidak terlalu baik.

Setiap kali produksi pasti akan mempengaruhi penjadwalan pada mesin dan peralatan pada lantai produksi. Hal ini disebabkan karena terbatasnya jumlah dari mesin dan peralatan pada lantai produksi. Perusahaan harus sebisa mungkin mengatur penggunaan mesin dan peralatan (utilitas) sehingga dapat mengurangi keterlambatan waktu pengerjaan sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan.


(10)

Penjadwalan dapat menggunakan beberapa metode diantaranya metode priority dispatching yaitu algoritma jadwal aktif berdasarkan SPT (Short Processing Time) dan algoritma jadwalnon delay.

Oleh sebab itu penjadwalan produksi sangatlah penting, Maka penulis melakukan penelitian berdasarkan permasalahan di perusahaan dengan judul “Penjadwalan Mesin Menggunakan Metode Priority Dispatching Algoritma Jadwal Aktif dan JadwalNon DelayN Job M Mesin di UD. ALI BAKRI Sukabumi’’.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mendapatkan penjadwalan mesin yang baik sehingga dapat mengurangi keterlambatan waktu pengerjaan?

2. Bagaimana mendapatkan penjadwalan yang baik tanpa mengurangi efektifitas penggunaan mesin pada lantai produksi?

3. Bagaimana memperoleh pengurutan pekerjaan yang dapat mengurangi makespan produksi dan meningkatkan efektivitas penggunaan (utilitas) mesin?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari peneilitian ini antara lain:

1. Mendapatkan pengurutan pekerjaan (job sequencing) sehingga dapat mengurangi makespan produksi dan meningkatkan efektifitas penggunaan mesin.

2. Membandingkan penjadwalan yang dilakukan oleh perusahaan dengan penjadwalan yang menggunakan metode priority dispatching , metode penjadwalan algoritma jadwal aktif dengan aturan prioritas SPT (Shortest Proscessing Time) dan menggunakan penjadwalan non delay. Sehingga penjadwalan dapat mengoptimalkan efektifitas penggunaan mesin pada lantai produksi.


(11)

1.4. Pembatasan Masalah

Adapun batasan yang diambil dalam memecahkan masalah agar pembahasan yang dilakukan dapat lebih terarah adalah Dalam penelitian ini, penjadwalan yang dilakukan adalah penjadwalan mesin pada proses pembuatan produk dan agar dapat meminimasimakespan.

1.5. Asumsi yang Digunakan

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data, terdapat beberapa asumsi yang digunakan antara lain:

1. Setiap pekerjaan diselesaikan menurut jadwal yang telah disusun. 2. Setiap mesin dalam kondisi siap pada saat dilakukan penjadwalan. 3. Setiap operasi merupakan suatu kesatuan.

1.6. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Berisikan mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti.

1.2. Identifikasi Masalah

Berisikan mengenai masalah yang timbul serta pengidentifikasian masalah.

1.3. Tujuan Penelitian

Berisikan tentang tujuan dilaksanakan penelitian kerja praktek.

1.4. Pembatasan Masalah


(12)

1.5. Asumsi Penelitan

Berisikan asumsi yang mempermudah proses pengolahan dan perhitungan.

1.6. Sistematika Penulisan

Berisikan tentang urutan penulisan laporan penelitian yang tersusun dan sistematis.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini mencakup tentang teori-teori yang berhubungan dengan judul penelitian yang dibuat oleh penulis.

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab ini berisikan tentang model atau cara pemecahan masalah serta langkah-langkah pemecahan masalah yang digambarkan dalam flow chart pemecahan masalah.

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bab ini berisikan pengumpulan data dan pengolahan data. 4.1. Pengumpulan data

Adalah mengumpulkan dan menuliskan data-data yang diperlukan dalam penelitian tugas akhir

4.2. Pengolahan data

Adalah penyajian dari data yang telah diperoleh dari hasil pengumpulan data

Bab 5 Analisis

Bab ini berisikan tentang analisis terhadap pengolahan data dan hasil dari pengolahan data yang dilakukan.


(13)

Bab 6 Kesimpulan dan Saran

Berisikan kesimpulan yang didapat dari pembahasan bab-bab sebelumnya yang mencerminkan jawaban atau permasalahan yang telah dirumuskan.


(14)

Bab 2

Landasan Teori

2.1. Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Perencanaan dan pengendalian produksi adalah suatu proses perencanaan dan pengorganisasian mengenai pekerjaan, bahan baku, mesin dan peralatan serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barang pada suatu periode tertentu sesuai dengan yang diramalkan dan kemampuan dari perusahaan.

Proses perencanaan dan pengendalian produksi dapat membantu perusahaan dalam mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Proses perencanaan dan pengedalian produksi tersebut terdiri dari tahapan-tahapan yang telah tersusun secara sistematis dan saling terkait satu sama lain.

Perencanaan produksi merupakan suatu fungsi manajemen, dimana dalam perencanaan ditentukan usaha dan tindakan yang perlu diambil oleh pihak perusahaan, serta mempertimbangkan masalah yang akan timbul pada masa yang akan datang berdasarkan penyesuaian permintaan (demand) yang berasal dari peramalan dengan keseluruhan kemampuan yang ada.

Tahapan-tahapan perencanaan dan pengendalian produksi antara lain peramalan, prencanaan kebutuhan material, perencanaan kebutuhan kapasitas dan penjadwalan.

2.2. Pengertian Penjadwalan

Penjadwalan diartikan sebagai rencana pengaturan kerja serta pengalokasian sumber, baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan (Vollman; 1988). Menurut Kenneth R. Baker penjadwalan adalah sebagai proses pengalokasian sumber-sumber untuk memilih sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu. Fungsinya adalah sebagai alat untuk


(15)

pengambilan keputusan yaitu untuk menetapkan suatu jadwal (Baker; 1974). Definisi lain mengatakan bahwa penjadwalan ialah proses pengurutan pembatan produk secara menyeluruh pada sejumlah mesin dalam jangka waktu tertentu (Conway; 1976).

Dari sekian banyak definisi penjadwalan yang telah ada pada saat ini, intinya adalah:

 Penjadwalan berfungsi sebagai alat pengambil keputusan.

 Penjadwalan merupakan teori yang berinsi prinsip-prinsip dasar, model, teknik dan kesimpulan logis dalam pengambilan keputusan.

Untuk menyelesaikan masalah penjadwalan yang dihadapi, dapat digunakan beberapa pendekatan. Pendekatan tersebut dibagi menjadi dua yaitu:

 Pendekatan yang lebih modern mencakup gabungan antara metode penelitian operasional, intelegensia tiruan, simulasi kejadian dan ide-ide yang diambil dari teori control (Baker; 1974).

 Pendekatan tradisional meliputi metode-metode penelitian operasional.

2.2.1. Tujuan Penjadwalan

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penjadwalan produksi (Bedworh; 1987) adalah:

 Meningkatkan utilitas sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat.

 Mengurangi makespan yang juga berarti menurunkan flow time rata-rata dan work in process rata-rata.

 Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas lain. Teori Baker mengatakan, “Jika aliran kerja suatu jadwal konstan, maka antrian yang mengurangi rata-rata waktu aliran akan mengurangi waktu persediaan”.


(16)

 Meminimasi biaya produksi.

 Mengurangi persediaan barang setengah jadi dengan jalan mengurangi jumlah pekerjaan yang menunggu antrian suatu mesin yang dalam keadaan sibuk. Hal ini bertujuan untuk menghindari biaya flow time, yaitu biaya penyimpanan produksi setengah jadi.

 Memenuhi keinginan konsumen, naik dalam hal kualitas produk yang dihasilkan maupun dalam ketepatan waktu.

 Membantu dalam pengambilan keputusan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan.

Pada saat merencanakan suatu jadwal produksi, yang harus dipertimbangkan adalah ketersediaan sumber daya yang dimiliki, baik berupa tenaga kerja, peralatan (processor) ataupun bahan baku. Karena sumber daya yang dimiliki dapat berubah-ubah (terutama operator dan bahan baku), maka penjadwalan merupakan proses yang dinamis.

Adapun tipe keputusan yang akan diperoleh dari pelaksanaan penjadwalan tersebut berupa:

 Pengurutan pekerjaan (sequencing)  Penugasan (dispatching)

 Pengurutan operasi suatu job (routing)

 Penentuan waktu mulai dan selesai pekerjaan (timing)

Persoalan penjadwalan timbul apabila, beberapa pekerjaan (job) akan dikerjakan bersamaan, sedangkan sumber daya seperti mesin (peralatan) jumlahnya terbatas. Untuk mencapai hasil yang optimal dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki, maka diperlukan adanya penjadwalan sumber-sumber tersebut secara efisien.

Penjadwalan mempunyai beberapa elemen-elemen penting yang harus diperhatikan seperti job, operasi, mesin serta hubungan yang terjadi diantaranya:


(17)

1. Job

Job dapat didiartikan sebagai suatu pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mendapatkan suatu produk. Job biasanya terdiri dari beberapa operasi yang harus dikerjakan (minimal 1 operasi). Manajemen melalui perencanaan yang telah dibuat atau berdasarkan pesanan dari pelanggan memberikan job kepada bagian shop floor untuk dikerjakan. Informasi yang dipunyai oleh suatu job dilakukan didalamnya, saat harus diselesaikan dan saat job mulai dikerjakan. 2. Operasi

Operasi adalah himpunan bagian dari job, untuk menyelesaikan suatu job, operasi-operasi dalam job diurutkan dalam suatu urutan pengerjaan tertentu. Urutan tersebut ditentukan pada saat perencanaan proses. Suatu operasi baru dapat dikerjakan apabila operasi atau proses yang mendahuluinya sudah dikerjakan terlebih dahulu. Setiap operasi mempunyai waktu proses, waktu proses (tij) adalah waktu pengerjaan yang diperlukan untuk melakukan

operasi tersebut. Waktu proses operasi untuk suatu job biasanya telah diketahui sebelumnya dan mempunyai nilai tertentu.

3. Mesin

Mesin adalah sumber daya yang diperlukan untuk mengerjakan proses penyelesaian suatu job. Setiap mesin hanya dapat memproses satu tugas pada saat tertentu.

2.2.2. Klasifikasi Penjadwalan

Permasalahan penjadwalan dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor: 1. Mesin:

- Mesin tunggal - 2 mesin - M mesin 2. Aliran proses:

- Job shop - Flow shop


(18)

3. Pola kedatangan: - Statis - Dinamis

4. Elemen penjadwalan: - Deterministik - Stokastik

2.2.2.1. Berdasarkan Jumlah Mesin

Dibedakan menjadi dua bagian yaitu: 1. Penjadwalan pada mesin tunggal 2. Penjadwalan pada mesin ganda

2.2.2.2. Pola Aliran Proses

Pola aliran proses produksi dapat dibedakan atas: 1. Job shop

Pada aliran job shop, masing-masing job memiliki urutan proses operasi yang unik. Setiap job bergerak dari satu mesin/stasiun kerja menuju mesin/stasiun kerja lainnya dengan pola yang random. Lintasan prosesnya dapat dilihat pada Gambar 2.2. dibawah ini.

M1 M1 M1

J2

J1

Gambar 2.1. Lintasan Proses Job shop

Proses job shop mempunyai karakteristik dari pengurutan peralatan yang sama berdasarkan fungsi. Sebagaimanan aliran job dari stasiun kerja ke stasiun kerja lainya, atau dari suatu departemen ke departemen lainnya, maka karakteristik proses job shop adalah sebagai berikut:


(19)

- Proses penanganan material dan peralatan produksi multi-guna dapat diatur dan dimodifikasi untuk menangani produk yang berbeda.

- Produk-produk yang berbeda diproses dalam lot-lot atau batch.

- Pemrosesan order-order membutuhkan pengendalian dan perencanaan yang terperinci sehubungan dengan variasi pola-pola aliran dan pemisahan stasiun-stasiun kerja.

- Pengendalian membutuhkan informasi tentang job dan shop yang terperinci, meliputi urutan proses, prioritas order, waktu yang dibutuhkan oleh setiap job stasiun dari setiap job n process, kapasitas dari stasiun kerja dan kapasitas yang dibutuhkan dari stasiun kerja kritis pada suatu periode.

- Beban-beban stasiun kerja yang berbeda secara mencolok, masing-masing memiliki persentase utilitas kapasitas yang berbeda.

- Ketersediaan sumber-sumber meliputi: material, personal dan peralatan harus dikoordinasikan dengan perencanaan order.

- Sejumlah material work in process cenderung meningkat. Hal ini dalam aliran proses menyebabkan antrian-antrian dan work in process yang panjang.

- Menggunakan teknik-teknik penjadwalan tradisional, total waktu dari awal operasi pertama sampai operasi terakhir, relatif panjang dibandingkan dengan total waktu operasi.

- Para pekerja langsung biasanya memiliki skill (keahlian) yang lebih tinggi dan lebih terlatih dari pada pekerja untuk operasi flow process.

Dua permasalahan utama yang hendak diselesaikan dengan menggunakan penjadwalan:

- Penentuan mesin yang akan digunakan (pengalokasian mesin) untuk menyelesaikan suatu proses produksi.


(20)

2. Flow shop yang cenderung memiliki keamanan urutan operasi (routing) untuk semua job.

Flow shop dibedakan atas:

- Pure flow shop, yaitu flow shop yang memiliki jalur yang sama untuk semua tugas. Lintasan prosesnya dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 2.3. dibawah ini.

Gambar 2.2. Lintasan Proses Pure Flow Shop

- General flow shop, yaitu flow shop yang memiliki pola aliran berbeda. Ini disebabkan adanya variasi dalam pekerjaan tugas, sehingga tugas yang datang tidak harus dikerjakan pada semua mesin. Jadi mungkin suatu proses dilewati. Lintasan prosesnya dapat dilihat pada Gambar 2.4. dibawah ini.

Gambar2.3. Llintasan Proses General Flow Shop

2.2.2.3. Pola Kedatangan Pekerjaan (Job)

Pola kedatangan pekerjaan dapat dibedakan atas:

1. Pola kedatangan statis, yaitu pola dimana pekerjaan datang secara bersamaan dan semua fasilitas tersedia saat kedatangan job.

2. Pola kedatangan dinamis, yaitu pola dimana pekerjaan datang secara acak atau kedatangan pekerjaan tidak menentu.


(21)

2.2.2.4. Sifat Informasi

Dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Informasi bersifat deterministik, yaitu suatu informasi yang didalamnya terdapat kepastian tentang pekerjaan dan mesin, misalnya mengenai waktu kedatangan pekerjaan dan waktu proses.

2. Informasi bersifat stokastok, yaitu model didalamnya terdapat kepastian mengenai pekerjaan dan mesin.

Informasi-informasi yang berhubungan dengan karakteristik job, yaitu saat kedatangan, batas waktu penyelesaian, perbedaan kepentingan diantara job yang dijadwalkan, banyak operasi dan waktu proses tiap operasi. Disamping itu terdapat pula informasi yang menyangkut karakteristik mesin seperti jumlah mesin, kapasitas, fleksibilitas serta efisiensi penggunaan yang berbeda untuk job yang berbeda.

2.2.3. Input Sistem Penjadwalan

Dalam melakukan aktivitas penjadwalan diperlukan input berupa kebutuhan kapasitas dari order-order yang akan dijadwalkan baik itu jenis serta jumlah sumber daya yang akan digunakan. Informasi ini dapat diperoleh dari:

 Lembar kerja operasi (OPC) yang berisi keterampilan dan peralatan yang dibutuhkan, serta waktu standar pengerjaan.

Bill of Material (BOM) yang berisi kebutuhan-kebutuhan akan komponen, sub komponen dan bahan pendukung.

 Catatan terbaru mengenai status tenaga kerja, peralatan yang tersedia yang akan berpengaruh pada kualitas keputusan penjadwalan yang diambil.


(22)

2.2.4. Output Sistem Penjadwalan

Untuk memastikan bahwa suatu aliran kerja yang lancer melalui tahapan produksi, maka sistem penjadwalan harus dibentuk aktivitas-aktivitas output sebagai berikut:

1. Pembebanan (loading)

Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk order-order yang diterima atau diperkirakan dengan kapasitas yang tesedia. Pembebanan dilakukan dengan menugaskan order-order pada fasilitas-fasilitas, operator-operator dan peralatan tertentu.

2. Pengurutan (sequencing)

Pengurutan ini merupakan penugasan tentang order-order dimana yang diprioritaskan untuk diproses dahulu bila uatu fasilitan harus memproses banyak job.

3. Prioritas job (dispatching)

Prioritas job merupakan prioritas kerja tentang job-job mana yang akan diseleksi dan diprioritaskan untuk diproses.

4. Pengendalian kinerja penjadwalan, dilakukan dengan:

 Meninjau kembali status order-order pada saat melalui sistem tertentu.  Mengatur kembali urutan-urutan, misalnya expediting, order-order

yang jauh dibelakang atau mempunyai prioritas utama.

5. Up-dating jadwal, dilakukan sebagai refleksi kondisi operasi yang terjadi dengan merevisi prioritas-prioritas.


(23)

Elemen-elemen input-output, prioritas dan ukuran kinerja dari sistem penjadwalan akan tampak seperti Gambar 2.5. dibawah ini.

Gambar 2.4. Elemen-elemen Sistem Penjadwalan (Ginting;2007)

2.2.5. Istilah –istilah dalam Penjadwalan

Dalam melakukan sebuah penjadwalan, terdapat beberapa istilah yang digunakan diantaranya adalah:

Processing time (ti) : waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu

operasi termasuk persiapan dan pengaturan proses.

Due date (di) : batas waktu yang diperbolehkan untuk menyelesaikan

suatu pekerjaan.

Completion time (ci): rentang waktu mulai dari awal (t=0) sampai pekerjaan

selesai dikerjakan.

Lateness (Li) : perbedaan antara completion time dengan due date,

sehingga bisa positif (+) atau negatif (-).

Li = ci - di < 0 ……… (2.1)


(24)

Tardiness (Ti) : keterlambatan penyelesaian suatu pekerjaan dari saat due

date.

Slack time (Si) : waktu sisa yang tersedia bagi suatu pekerjaan (waktu

proses – due date).

Si = di – ti ………. (2.2)

Flow time (Fi) : waktu antarasaat dimana pekerjaan 1 telah siap untuk

dikerjakan sampai pekerjaan selesai.

Waiting time (Wi): waktu tungu pekerjaan 1 dari saat pekerjaan siap

dikerjakan sampai saat operasi pendahulu selesai.

Makespan (Ms) : jangka penyelesaian suatu penjadwalan (penjumlahan

seluruh waktu proses).

Ms = Cmax ……… (2.3)

Ready time (Ri) : menunjukan saat pekerjaan ke-I dapat dikerjakan (siap

dijadwalkan).

2.2.6. Tipe Lingkungan Penjadwalan

Lingkungan penjadwalan dalam suatu sistem produksi dapat dibedakan beberapa macam yang masing-masing mempunyai karateristik yang berbeda. Tipe-tipe lingkungan penjadwalan dalam sistem produksi, antara lain:

1. Classic Job Shop

Karakteristik sistem produksi ini adalah produknya diskrit, alirannya kompleks, job unik dan part-part tidak multi purpose (kegunaan).

2. Open Job Shop

Sistem produksi ini hanpir sama dengan job shop, tetapi perbedaannya pada job yang berulang dan part yang multi purpose. Selain pada sistem produksi ini job-job yang dikerjakan sering kali mempunyai alternatif routing.

3. Batch Shop

Proses produksinya bisa diskrit atau kontinyu, alirannya kurang kompleks, banyak job berulang, part multi purpose, pengelompokkan dan penentuan ukuran lot menjadi suatu yang penting.


(25)

4. Flow Shop

Proses produksinya bisa diskrit atau kontinyu, aliran linear, job mempunyai kemiripan yang tinggi, pengelompokkan dan penentuan ukuran lot menjadi suatu yang penting.

5. Batch/Flow Shop

Mirip dengan flow shop, dengan perbedaan mempunyai proses batch yang kontinyu.

6. Manufacturing Cell

Proses produksinya diskrit, mempunyai tipe open job shop atau batch shop yang terotomatis.

7. Assembly Shop

Versi perakitan (Assembly Version) dari open job shop atau batch shop. 8. Assembly Line

Volume produksinya tinggi dan variasinya rendah. 9. Transfer Line

Sistem ini bercirikan volume produk sangat tinggi dan bervariasi rendah, fasilitas produksi yang linear dengan operasi yang terotomatis.

10.Flexible Transfer Line

Versi yang lebih modern dari sel dan lini transfer dimaksudkan untk memperoleh keuntungan dari tingginya produksi ke item job shop.


(26)

2.3. Aturan Prioritas

Aturan prioritas digunakan untuk memenuhi job mana yang akan dikerjakan terlebih dahulu (Baker; 1974) mengklasifikasikan aturan-aturan prioritas ke dalam 2 tipe, yaitu:

1. Aturan Prioritas Lokal

Pada autran prioritas ini penugasan didasarkan pada informasi yang berkaitan dengan job yang berada pada antrian suatu mesin secara individual. Aturan yang termasuk pada tipe ini adalah:

Shortest processing Time (SPT)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki waktu proses terpendek. Aturan ini cenderung mengurangi work in process, mean flow serta mean lateness.

Least Work Remaining (LWKR)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki sisa waktu yang terpendek.

First Come First Served (FCFS)  Most Work Remaining (MWKR)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki waktu proses terbanyak.

Most Operation Remaining (MOPNR)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki waktu proses terbanyak dan terpanjang.

2. Aturan Prioritas Global

Aturan prioritas global memanfaatkan informasi atau status dari mesin-mesin yang lainnya. Aturan yang tergolong tipe ini adalah:

Anticipates Work In Next Queue (AWINQ)

Prioritas tertinggi diberikan kepada operasi yang berbeda pada stasiun dengan antrian terpendek.

First Of First On (FOFO)


(27)

Selain itu juga pengklasifikasian aturan ini berdasarkan informasi-informasi yang bersifat dinamis (Baker; 1974), diantaranya:

1. Aturan statis

Tipe ini memandang setiap job mempunyai prioritas yang sama. Prioritas yang termasuk ke dalam tipe ini adalah:

First Arrival at The Shop Served (FASFS)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang tiba paling awal di shop.  Total Work (TWORK)

Prioritas yang tertinggi diberikan pada job yang memilki total proses untuk seluruh operasi yang dilaksanakan paling sedikit.

Earliest Due Date (EDD)

Prioritas yang tertinggi diberikan pada job yang memiliki due date paling cepat.

2. Aturan dinamis

Tipe ini memberikan prioritas yang berbeda untuk operasi-operasi yang berbeda pada suatu job. Aturan yang termasuk dalam tipe ini adalah:

Operation Due Date (OPNDD)

Due date operasi suatu job dapat ditentukan dari perbandingan interval antara due date job dengan waktu kedatangan operasi. Disini prioritas tertinggi diberikan pada operasi due date tercepat.

First Come First Server (FCFS)

Prioritas yang tertinggi diberikan pada operasi yang terlebih dahulu masuk ke dalam antrian suatu mesin.

Slact Time per Operation (ST/O)

Prioritas yang tertinggi diberikan pada job yang memiliki harga slack time per operation paling kecil.

Slack Time (ST)

Slack time diperoleh dengan cara mengurangi wakrtu proses dari due date. Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki slack time paling kecil.


(28)

Untuk menyelesaikan permasalahan job shop, banyak cara yang dapat digunakan diantaranya dengan metode matematis, heuristic dan simulasi. Kebanyakan ntuk menyelesaikan permasalahan ini digunakan metode heuristic, salah satunya adalah adanya priority rules. Biasanya priority rules ini dipakai baik untuk operation schedulling maupun dispatching. Ada beberapa aturan yang bisa digunakan dalam priority rules ini, yaitu:

1. Random

Memilih job dalam antrian dengan kemungkinan yang sama pada setiap job. 2. Critical Ratio (CR)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki critical ratio terkecil. 3. Most Work Remaining (MWKR)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki waktu proses terbanyak. 4. Shortest Processing Time (SPT)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki waktu proses terpendek. Aturan ini cenderung mengurangi work in process, mean flow serta mean lateness.

5. Least Work Remaining (LWKR)

Aturan ini mempertimbangkan successive operation yaitu semua operasi yang tergantung dari operasi yang bersangkutan.

6. Least Set-Up (LSU)

Memilih job yang memiliki waktu set-up yang terkecil, dengan demikian akan meminimasi change over time (perubahan waktu yang berlebihan).

2.4. Kriteria Optimalitas dalam Penjadwalan

Pemilihan suatu sistem penjadwalan, pendekatan atau teknik yang digunakan tergantung pada tujuan jadwal dan kriteria optimalitas yang menjadi titik berat dan menjadi perhatian manajemen. Sehingga tujuan-tujuan dan kebijakan manajemen adalah dasar dari suatu penjadwalan. Berikut ini adalah beberapa perhitungan atau pengukuran dan istilah yang sering digunakan dalam menentukan kriteria optimalitas atau performansi dalam suatu system produksi job shop (Baker; 1974):


(29)

Process Time (ti)

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu operasi j, termasuk didalamnya wakt untuk persiapan (set-up).

Makespan (Ms)

Bisa diesbut juga flow time maksimum, yaitu jangka waktu penyelesaian suatu penjadwalan yang merupakan jumlah seluruh waktu proses.

Ms = ∑ ……… (2.5)

Ready Time (rj)

Waktu yang dibutuhkan suatu job pada saat siap untuk dijadwalkan.  Due Date (di)

Batas waktu penyelesaian yang ditentukan untuk job i atau batas waktu akhir suatu job boleh diselesaikan.

di = ti + Wi ………. (2.6)

Waiting Time (Wi)

Waktu tunggu seluruh operasi dari suatu job.

Wi = ∑ ……… (2.7)

Flow Time (Fi)

Lamanya job I berada dilantai pabrik. Flow time dihitung sejak job dijadwalkan sampai job selesai dikerjakan.

Fi = ti + rj ………... (2.8)

Fi = Ci – rj ……….... (2.9)

Completion Time (Ci)

Waktu yang dibutuhkan sejak satu job mulai di set-up sampai selesai diproses.

Ci = Fi + rj ……….... (2.10)

Mean Flow Time

Rata-rata waktu yang dihabiskan oleh setiap job dilantai produksi.

F = ∑ F………. (2.11)

Lateness (Li)

Besarnya simpangan waktu penyelesaian job i terhadap due date yang telah ditentukan untuk job tersebut.


(30)

Li = Ci – di ……….. (2.12)

Li < 0, saat penyelesaian memenuhi batas akhir.

Li > 0, saat penyelesaian melewati batas akhir.

Mean Lateness

L = ∑ L ………. (2.13)  Tardiness (Ti)

Keterlambatan penyelesaian suatu pekerjaan hingga saat due date. Ditunjukan oleh lateness yang berharga positif. Jika lateness berharga negative maka besarnya tardiness adalah nol.

Ti = max (Li,0) ……… (2.14)

Mean Tardiness

Rata-rata keterlambatan seluruh job yang dijadwalkan.

T = ∑ T ………. (2.15)  Earliness (Ei)

Penyelesaian suatu job lebih awal dari due date atau lateness yang bernilai negatif.

Ei = min (Li,0) ………. (2.16)

Slack Time (Si)

Waktu sisa yang tersedia bagi suatu job.

Si = di – ti ……….... (2.17)

 Utilitas Mesin (U)

Merupakan bagian dari kapasitas mesin yang dibebani untuk menjalankan proses-proses yang dibutuhkan terhadap waktu yang tersedia.

U = ∑ ……… (2.18)  Number of Tardy Job

Menunjukan kuantitas job yang terlambat.

N = ∑ d ……… (2.19) Dimana:

di = 1 jika Ti 0 ……….. (2.20)


(31)

Critical Ratio (CR)

Prioritas tertinggi diberikan kepada job yang memiliki CR terkecil. C = ( ) ………. (2.22) Dimana:

aj(t) = dj – t ………. (2.23)

Keterangan: aj(t) = allowance

dj = due date

Pj = waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan operasi j, sehingga:

Pj = aj(t) – Sj ………. (2.24)

Sj = slack time

Sedangkan kriteria optimalisasi penjadwalan yang sering digunakan pada saat ini adalah:

a. Berkaitan dengan waktu - Minimasi mean flow time - Minimasi max flow time - Minimasi mean tardiness - Minimasi meanlateness - Minimasi max tardiness b. Berkaitan dengan ongkos

Kriteria ini lebih menekankan pada ongkos yang timbul dari penjadwalan yang dilakukan seperti ongkos penalty akibat keterlambatan, ongkos flow time dan ongkos inventory. Adapun tujuan akhir yang ingin dicapai adalah mendapatkan ongkos yang minimal.

Beberapa kriteria yang berkaitan secara langsung terhadap ongkos ini adalah: - Minimasi jumlah produk yang mengalami keterlambatan


(32)

c. Kriteria gabungan

Merupakan gabungan atau kombinasi dari beberapa optimalitas. Sedangkan mengelompokkan beberapa besaran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu penjadwalan (Simon; 1982) adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan waktu penyelesaian  Minimasi maksimal makespan  Minimasi rata-rata makespan

 Minimasi waktu penyelesaian maksimal 2. Berdasarkan batas penyelesaian

 Minimasi maksimal keterlambatan  Minimasi rata-rata waktu keterlambatan  Minimasi jumlah job yang terlambat

 Minimasi rata-rata jumlah job yang terlambat 3. Berdasarkan penggunaan sumber

 Rata-rata jumlah job yang menunggu untuk diproses  Rata-rata waktu mesin menunggu

2.5. Klasifikasi Penjadwalan

Penjadwalan terbagi menjadi 3 kategori yaitu: 1. Single Machine Schedulling

a. Shortest Processing Time (SPT) b. Earliest Due Date (EDD)

c. Minimazing Number of Job Tardy 2. Flow Shop Schedulling

- Johnson Algorithm 3. Job Shop Schedulling

- Priority Dispatching Rules Adalah salah satu jenis metode peramalan dimana waktu siap (ready time) dari setiap mesin ditentukan sedemikian rupa sehingga berurutan naik. Keputusan pemilihan produk yang akan diproses dapat dilakukan pada saat mesin siap menerima produk (mesin


(33)

menganggur). Pada teknik dispatching digunakan aturan prioritas untuk memilih salah satu operasi diantara operasi-operasi yang mengalami konflik pada mesin m* pada setiap tahap.

2.6. Job ShopSchedulling

Penjadwalan job shop adalah pengurutan pekerjaan untuk lintasan produk yang tidak beraturan (tata letak pabrik berdasarkan proses). Penjadwalan pada proses produksi tipe job shop lebih sulit dibandingkan dengan penjadwalan flow shop. Hal ini disebabkan oleh 3 alasan, yaitu:

1. Job shop menangani variasi produk yang sangat banyak, dengan pola aliranyang berbeda-beda melalui work center.

2. Peralatan pada job shop digunakan secara bersama-sama oleh bermacam-macam order dalam prosesnya, sedangkan peralatan flow shop digunakan khususnya hanya untuk satu jenis produk.

3. Job yang berbeda mungkin ditentukan oleh prioritas yang berbeda pula. Hal ini mengakibatkan order tertentu yang dipilih harus diproses seketika pada saat order tertentu yang dipilih harus diproses seketika padaa saat order tersebut ditugaskan pada suatu work center. Sedangkan pada flow shop tidak terjadi permasalahan seperti diatas karena keseragaman output yang diproduksi untuk persediaan. Prioritas order pada flow shop dipengaruhi terutama pada pengirimannya dibandingkan tanggal pemrosesan.

Ukuran keberhasilan dari suatu pelaksanaan aktivitas penjadwalan khususnya penjadwalan job shop adalah meminimasi kriteria-kriteria keberhasilan sebagai berikut:

1. Rata-rata waktu alir (mean flow time) sksn mengurangi persediaan barang setengah jadi.

2. Rata-rata keterlambatan (mean tardiness).

3. Jumlah job yang terlambat, akan meminimasi dari maksimum ukuran keterlambatan.


(34)

4. Jumlah mesin yang menganggur. 5. Jumlah persediaan

Masalah yang terjadi pada penjadwalan dapat diselesaikan dengan cara: 1. Sequencing, dapat diselesaikan dengan metode:

a. Priority rule b. Queue

2. Timing, awal dan akhir tiap job dihitung berdasarkan pada urutan, routing dan waktu proses.

Metode-metode yang dapat digunakan dalam penyelesaian masalah penjadwalan: a. Heuristik

b. Matematis c. Simulasi

2.6.1. Ruang Jawab Persoalan Penjadwalan Job Shop

Persoalan job shop mempunyai ciri khas yaitu aliran penjadwalan pekerjaan dalam shop tidak searah. Persoalan ini biasanya membutuhkan matriks waktu proses yang menyatakan waktu pemrosesan tiap opeasi dari suatu job dan matriks routing yang menunjukan urutan mesin untuk mengerjakan beberapa operasi dari suatu job. Penyelesaian persoalan n job m mesin pada lintasan produksi job shop (n!)m jadwal, suatu jadwal dikatakan layak jika memenuhi kriteria:

1. Tidak ada overlap diantara waktu serta proses operasi.

2. Hubungan ketergantungan antar operasi setiap job tidak dilanggar.

Jadwal yang layak tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Backer; 1974): 1. Jadwal Feasible

Suatu jadwal dikatakan feasible jika seluruh operasi semua job telah ditugaskan dan ketentuan routing operasi telah terpenuhi (dengan kata lain tidak ada overlap antar operasi).


(35)

2. Jadwal Semi Aktif

Jadwal semi aktif diperoleh jika tidak ada satu operasi pun yang dapat dikerjakan lebih awal tanpa mengubah susunan operasi lainnya. Penjadwalan ini diusulkan oleh Giffler dan Thompson.

3. Jadwal Aktif

Jadwal aktif adalah kumpulan jadwal feasible dimana tidak satupun operasi dapat dipindahkan lebih awal tanpa menunda operasi lain dengan aturan prioritas SPT (Short Processing Time) yaitu prioritas diberikan kepada pekerjaan yang memiliki waktu paling singkat dijadwalkan pada urutan pertama, kemudian diikuti job yang terbesar. pada pembuatan produk Kue Bantal dan Roti Tawar yaitu prioritas tertinggi diberikan kepada pekerjaan (job) yang memiliki waktu proses pekerjaan yang relatif singkat. Sebelum dilakukan penjadwalan dengan metode ini, terlebih dahulu harus melakukan identifikasi routing proses, job dan mesin; perhitungan waktu proses produksi dan menghitung kapasitas produksi.

 Notasi-notasi yang digunakan dalam teknik ini adalah sebagai berikut: Pst = Suatu jadwal parsial yang mengandung sejumlah t operasi yang telah

dijadwalkan.

St = Set operasi-operasi yang siap dijadwalkan pada saat stage ke -t.

t = Stage (tahap)

Rj = Saat paling awal dimana operasi j ∈ s siap dijadwalkan atau dikerjakan

Cj = Saat paling awal operasi j ∈ s dapat diselesaikan dimana J = Rj + tij

tij = Waktu pemrosesan operasi dari job ke i pada operasi ke j.

Saat paling awal, yaitu suatu operasi dapat dimulai (Rj*) pada mesin

ditentukan oleh penyelesaian dari operasi pendahulunya (j-i) dan penyelesaian operasi terakhir pada mesin m, sehingga berlaku Rj* = max (R j-1,tm).

 Langkah-langkah pengerjaan Algoritma jadwal aktif adalah sebagai berikut:


(36)

Step 1 : t = 0, Pst = 0 (yaitu jadwal parsial yang mengandung t operasi

terjadwal). Set St (yaitu kumpulan operasi yang siap

dijadwalkan) sama dengan seluruh operasi tanpa pendahulu. Step 2 : Tentukan r* = min (rj) diaman rj adalah saat paling awal operasi j

dapat diselesaikan (rj = cj + tij). Tentukan m*, yaitu mesin di

mana r* dapat direalisasi.

Step 3 : Untuk setiap operasi dalam Pst yang memerlukan mesin m* dan

memiliki cj < r* untuk suatu aturan prioritas tertentu.

Tambahkan operasi yang prioritasnya paling besar ke dalam Pst

sehingga terbentuk suatu jadwal parsial untuk tahap berikutnya. Step 4 : Membuat suatu jadwal parsial baru Pt+1 dan memperbaiki

kumpulan data dengan cara: - Menghilangkan operasi j dar St

- Membuat St+1 dengan cara menambah pengikut langsung

operasi k yang telah dihilangkan - Menambah satu pada t.

Step 5 : Kembali ke langkah 2 sampai seluruh pekerjaan terjadwalkan.

4. Jadwal Non Delay

Jadwal non delay adalah kumpulan jadwal feasible dimana tidak satupun mesin dibiarkan menganggur jika pada saat yang sama terdapat operasi yang memerlukan mesin tersebut. . Apabila ada operasi yang memerlukan mesin yang sama maka digunakan aturan prioritas SPT (Short Processing Time) pada pembuatan produk Kue Bantal dan Roti Tawar yaitu prioritas tertinggi diberikan kepada pekerjaan (job) yang memiliki waktu proses pekerjaan yang relatif singkat. Sebelum dilakukan penjadwalan dengan metode ini, terlebih dahulu harus melakukan identifikasi routing proses, job dan mesin; perhitungan waktu proses produksi dan menghitung kapasitas produksi. Adapun langkah-langkah adalah sebagai berikut:


(37)

 Notasi-notasi yang digunakan dalam teknik ini adalah sebagai berikut: Pst= Suatu jadwal parsial yang mengandung sejumlah t operasi yang

telah dijadwalkan.

St = Set operasi-operasi yang siap dijadwalkan pada saat stage ke -t.

t = Stage (tahap)

Rj = Saat paling awal dimana operasi j ∈ s siap dijadwalkan atau

dikerjakan

Cj = Saat paling awal operasi j ∈ s dapat diselesaikan dimana J = Rj + tij

tij = waktu proses pekerjaan i pada operasi j.

 Langkah-langkah pengerjaan Algoritma jadwal non delay ini adalah sebagai berikut:

Step 1 : t = 0, Pst = 0 (yaitu jadwal parial yang mengandung t operasi

terjadwal). Set St (yaitu kumpulan operasi yang siap

dijadwalkan) sama dengan seluruh operasi tanpa pendahulu. Step 2 : Tentukan c* = min (cj) diaman cj adalah saat paling awal operasi

j dapat mulai dikerjakan. Tentukan m*, yaitu mesin di mana c* dapat direalisasi.

Step 3 : Untuk setiap operasi dalam Pst yang memerlukan mesin m* dan

memiliki cj = c* untuk suatu aturan prioritas tertentu.

Tambahkan operasi yang prioritasnya paling besar ke dalam Pst

sehingga terbentuk suatu jadwal parsial untuk tahap berikutnya. Step 4 : Membuat suatu jadwal parsial baru Pt+1 dan memperbaiki

kumpulan data dengan cara: - Menghilangkan operasi j dar St

- Membuat St+1 dengan cara menambah pengikut langsung

operasi k yang telah dihilangkan - Menambah satu pada t.


(38)

2.6.2. Asumsi Dasar Penjadwalan

Dalam menyelesaikan suatu masalah penjadwalan biasanya diberlakukannya beberapa asumsi yang menyangkut karakteristik tugas, operasi mesin yang digunakan dan waktu proses. Hal ini dimaksudkan untuk menyederhanakan masalah penjadwalan itu sendiri. Asumsi-asumsi dasar tersebut (Baker; 1974), antara lain:

1. Karakteristik job

Job terdiri dari urutan operasi yang telah ditentukan.

 Suatu operasi hanya bisa dikerjakan pada satu tipe mesin dari setiap tipe mesin dalam shop.

 Waktu proses diketahui dengan pasti seperti halnya due date.

 Urutan waktu set-up bersifat independen dan waktu transportasi antar mesin dapat diabaikan.

 Operasi yang sedang dikerjakan pada mesin tidak dapat di interupsi.  Operasi tidak dapat dimulai sampai operasi pendahulunya diselesaikan.  Setiap mesin hanya dapat memproses satu operasi pada satu waktu.  Setiap part (bagian) hanya dapat diproses di suatu mesin pada satu

mesin.

2. Karakteristik operasi

 Setiap operasi merupakan satu kesatuan, walaupun mungkin terdiri dari beberapa unit.

 Setiap operasi yang telah dimulai pengerjaannya pada suatu mesin harus diselesaikan.

 Setiap operasi tidak boleh diproses lebih dari satu mesin pada waktu yang sama.

 Setiap operasi dikerjakan menurut yang telah disusun dan tidak didasarkan pada urutan lainnya.


(39)

 Setiap operasi dapat diproses pada beberapa jenis mesin yang mampu melaksanakan operasi tersebut.

 Setiap job hanya mempunyai satu routing dalam memproses operasional.

3. Karakteristik mesin

 Setiap mesin hanya memproses satu tugas pada suatu saat tertentu.  Setiap mesin secara kontinyu siap untuk dibebani tugas selama proses.  Penjadwalan apabila tidak mengalami interupsi akibat kerusakan atau

perawatan.

 Setiap mesin operasi sesuai dengan informasi waktu dan distribusi yang diketahui secara tepat.

4. Karakteristik waktu proses

 Waktu proses telah dikerahui baik rata-rata maupun distribusinya.  Waktu proses independen terhadap jadwal, artinya urutan set-up time.  Bersifat independen dan move time antara mesin dapat diabaikan.

 Setiap waktu proses secara implisit sudah mencakup waktu pemindahan benda kerja, set-up dan penghentian mesin.

2.6.3. Penjadwalan Produk Berstruktur Multi Level

Berdasarkan strukturnya, setiap produk dapat dibedakan atas produk yang berstruktur satu level dan produk yang berstruktur multi level. Produk-produk yang berstruktur satu level biasanya disebut juga sebagai komponen tunggal yaitu produk-produk yang hanya membubuhkan serangkaian operasi pemesinan dengan urutan proses (routing) tertentu.

Produk-produk ynag mempunyai struktur multi level terdiri dari sejumlah part (komponen) yang harus diproses melalui serangkaian operasi pemesian dan peralatan hingga menjadi produk akhir. Billington et.al (1983) menggambarkan struktur produk seperti pada Gambar 2.6. dibawah ini.


(40)

Gambar 2.5. Empat Macam Struktur Produk

(a) seri: satur produk pada satu level; (b) parallel: multi produk satu level dengan proses seri; (c) assembly: satu produk multi level, tidak terjadi pengamanan komponen; (d)

general: satu produk multi level, terjadi kesamaan komponen.

Meskipun tidak dinyatakan eksplinsit, persoalan penjadwalan pada umumnya berkaitan dengan penjadwalan produk-produk yang berstruktur satu level, pada hal sistem manufaktur yang sebenarnya produk-produk yang berstruktur multi level lebih banyak dijumpai. Pada struktur multi level, hubungan ketergantungan (precedence relationship) diantara proses pemesinan dan proses perakitan dapat dinyatakan sebagai suatu diagrap G. setiap tahapan proses dinyatakan dengan proses, dimana penomoran level produk dengan level 0 untuk produk akhir, kemudian nomor level bertambah satu pada setiap langkah mundur hingga mencapai komponen dasar.

2.6.4. Matriks Routing dan Matriks Waktu Untuk Persoalan Job Shop

Dalam penjadwalan job shop diperlukan input berupa jmlah job, jumlah operasi dalam tiap job dan urutan operasi beserta mesin yang memprosesnya (routing). Hal ini ditampilkan dalam bentuk matriks waktu proses yang menyatakan urutan mesin yang memproses tiap-tiap urutan operasi.

Suatu penjadwalan digambarkan dengan susunan balok-balok, dimana setiap balok merupakan triplet dari job-operasi-mesin. Panjang balok menyatakan waktu proses pekerjaan yang bersangkutan. Notasi triplet yang digunakan tiap balok (I,j,k) dimana I menunjukan nomor pekerjaan, j menyatakan urutan pekerjaan dan k mewakili mesin yang diperlukan. Masalah penjadwalan ini di


(41)

deskripsikan secara grafis dengan menggunakan skala gantt chart. Contoh matriks waktu proses dan matriks routing mesin (Baker; 1974) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1. Matriks waktu proses

Job Operasi

1 2 3

1 3 2 4

2 4 4 1

3 2 2 3

4 3 3 3

Tabel 2.2. Matriks routing

Job Operasi

1 2 3

1 2 3 1

2 1 3 2

3 2 4 3

4 3 1 2

Pada matriks waktu proses, operasi 1 dari job 1 mewali;I waktu proses 3 satuan waktu pada dan matriks routing, operasi 1 dan job 1 dikerjakan dimesin 1, untuk menulis kondisi tersebut sering kali digunakan notasi Qijk untuk

mempresentasikan satu operasi j dari job I diproses dimesin k dan tijk untk

memepresentasikan waktu proses operasi j dai job i diproses di mesin k.

Setelah input dari masing-masing telah didefinisikan, proses selanjutnya adalah penugasan operasi job dari tiap mesin. Penugasan ini mempunyai aturan yang bermacam-macam dan penggunaannya biasanya ditentukan oleh kebijakan manajemen berdasarkan sistem produksinya serta kriteria optimalitas yang diinginkan.


(42)

2.6.5. Teknik Penyelesaian Masalah Job Shop

Dalam penyelesaian masalah job shop dapat menggunakan beberapa teknik pendekatan, diantara teknik tersebut adalah:

1. Teknik pendekatan optimal

Teknik pendekatan optimal merupakan pendekatan yang memberikan solusi terbaik terhadap suatu permasalahan ditinjau dari kriteria tertentu. Pendekatan optimal memiliki 2 metode, yaitu metode program integer dan metode branch and bound. Namun kedua metode ini memiliki tingkat kesukaran yang tinggi dan belum tentu menghasilkan jadwal yang benar-benar optimal.

2. Teknik pendekatan heuristik

Tekni pendekatan heuristik digunakan dalam masalah penjadwalan untuk jumlah operasi lebih kompleks dengan waktu penyelesaian yang relatif lebih cepat. Walaupun pendekatan heuristik tidak menghasilkan jadwal yang optimal, namun pendekatan heuristik dapat menghasilkan jadwal yang baik dan mendekati optimal. Teknik pendekatan heuristik terbagi atas:

Priority dispatching rules

Priority dispatching rules adalah satu jenis metode peramalan dimana waktu siap (ready time) dari setiap mesin ditentukan sedemikian rupa sehingga berurutan naik. Keputusan pemilihan produk yang akan diproses dapat dilakukan pada saat mesin siap menerima produk (mesin menganggur). Pada teknik dispatching digunakan aturan prioritas untuk memilih salah satu operasi diantara operasi-operasi yang mengalami konflik pada mesin m* pada setiap tahap.

Sampling procedures

Probabilistic dispatching procedures

2.7. Metode Penjadwalan

Proses perancangan algoritma penjadwalan dengan memperhatikan aktivitas perawatan pencegah merupakan pengembangan dari rancangan algoritma penjadwalan heuristik yang telah dikenal antara lain:


(43)

1. Metode Forward

Metode ini menjadwalkan proses kerja dalam setiap sumber daya mulai sejak awal produksi (saat t=0) sampai dapat diselesaikannya suatu produk direncanakan. Tujuan dari metode ini adalah menjadwalkan produksi apabila titik waktu mulainya telah ditentukan sebelumnya dan tidak diberikan batas waktu harus diselesaikannya keseluruhan suatu produk. Kelebihan metode ini adalah bahwa penjadwalan dapat disusun secara short processing time (SPT) sehingga didapat suatu penjadwalan produksi dengan flow time yang minimum. Kelemahan dari metode ini adalah karena titik awal ditentukan terlebih dahulu, maka ada resiko keterlambatan sehingga dapat menimbulkan kerugian berupa penalty cost dan kepercayaan konsumen, selain itu jika selesai sebelum due date maka ada ongkos simpan.

2. Metode Backward

Metode ini menjadwalkan produksi mulai dari batas akhir diselesaikannya keseluruhan produk (due date) kemudian ters mundur kebelakang sampai didapatkan waktu mulainya produksi. Kelebihan metode ini adalah hasil penjadwalan dengan metode backward tidak akan terlambat, karena dijadwalkan mundur atau dengan kata lain due date selalu dapat dipenuhi. Kelemahan metode ini tidak bisa diterapkan pada penjadwalan n job m mesin jika ada beberapa job yang mempunyai due date yang sama dan operasi terakhir pada mesin yang sama. Kelemahan lain dalam penerapan metode ini bahwa penjadwalan tidak dapat mendeteksi adanya sumber daya yang menganggur sehingga utilitas sumber daya yang ada tidak dapat maksimum. Selain itu ada kemungkinan menghasilkan penjadwalan yang tidak fleksibel yaitu wajtu mulai proses pertama kali sudah terlewat dari waktu sekarang (waktu saat menjadwalkan).

3. Metode Kompromi

Metode ini merupakan gabungan antara metode forward dan metode backward, sehingga dari penggabungan metode tersebut maka dapat mereduuksi kelemahan metode masing-masing. Tujuan dari metode ini adalah


(44)

membentuk suatu penjadwalan dengan flow time yang minimum, dapat memenuhi due date serta memiliki tingkat utilitas sumber daya yang maksimum. Kelebihan dari metode ini adalah adanya beberapa kriteria optimalisasi yang dapat tercakup langsung dengan metode tersebut, yaitu minimasi flow time, pemenuhan due date, maksimasi utilitas sumber daya. Kelemahanya adalah bahwa metode ini lebih rumit perhitungan serta masih belum mampu mendeteksi kriteria optimalisasi minimasi ongkos produksi.

4. Metode Forced

Metode ini merupakan metode penjadwalan dimana satu atau beberapa kegiatan yang dipaksakan untuk dilaksanakan pada suatu waktu tertentu sehingga tidak dapat lagi ditukar atau diganti dengan operasi lainnya. Kegaitan yang dipaksakan tersebut misalnya memerlukan mesin produksi khusus yang harus disewa dengan harga yang sangat mahal tiap sama waktunya, sehingga semua operasi yang membutuhkan mesin tersebut dipaksakan untuk dikerjakan pada waktu mesin disewa. Kelebihan metode ini adalah kemampuannya untuk mengatasi beberapa permasalahan yang harus dikerjakan pada satuan waktu tertentu. Kelemahannya adalah bahwa dengan memaksakan beberapa bagian didalam penjadwalan maka diperoleh suatu penjadwalan produksi yang optimal.

2.8. Gantt Chart

Gantt chart atau yang disebut juga bar chart yang dikembangkan oleh Henry Gantt sekitar tahun 1900. Chart ini terdiri dari da koordinat aksis, dimana satu aksis mempresentasikan waktu yang telah dilalui dan aksis lainnya mempresentasikan pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan. Pekerjaan ini dinyatakan dalam bentuk batangan.

Gantt chart memiliki keuntungan dalan kelemahan pula, yang diantaranya: Keuntungan Gantt Chart adalah:


(45)

 Dalam situasi keterbatasan sumber, penggunaan Gantt chart memeungkinkan evaluasi lebih awal mengenai penggunaan sumber daya yang telah direncanakan.

 Kemajuan pekerjaan mudah diperiksa pada setiap waktu karena sudah tergambar dengan jelas.

 Semua pekerjaan diperlihatkan secara grafis dalam suatu peta yang mudah dipahami.

Kelemahan Gantt Chart adalah:

 Saling ketergantungan antar aktivitas  Perkembangan proyek

 Ketidakpastian

Makespan = 36

4 8 4 6 12 2


(46)

Bab 3

Metodologi Penelitian

3.1.FlowchartPemecahan Masalah 3.1.1.FlowchartPenelitian


(47)

3.1.2.Flowchart Metode PenjadwalanPriority DispatchingAlgoritma Jadwal Aktif Berdasarkan SPT (Shortest Processing Time)

Gambar 3.2.FlowchartMetode PenjadwalanPriority DispatchingAlgoritma Jadwal Aktif Berdasarkan SPT (Shortest Processing Time)


(48)

3.1.3.Flowchart Metode PenjadwalanPriority DispatchingAlgoritma Jadwal Non Delay


(49)

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

3.2.1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan diperlukan adanya tahapan-tahapan kegiatan penelitian yang disusun secara terstruktur dan sistematis. Untuk itu pada penelitian ini dilakukan tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Pengamatan di perusahaan, pada tahap ini peneliti melakukan penelitian langsung di perusahaan UD. ALIBAKRI, yaitu mempelajari dan memahami tentang proses pembuatan produk Kue Bantal Roti Tawar dan Roti Isi yang berhubungan dengan penelitian. Serta melakukan pengidentifikasian dan perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian dan ruang lingkup penelitian.

2. Melakukan studi literatur yang mengacu dari berbagai sumber, baik dari buku maupun tugas akhir yang dijadikan referensi untuk memperoleh data dan teori-teori yang dibutuhkan untuk mendukung dalam melakukan penelitian. 3. Melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan masalah

penjadwalan ini. Adapun data-data yang diperlukan yaitu sebagai berikut:

 Data umum perusahaan.

 Data jam kerja.

 Data produk yang dibuat pada periode tertentu sesuai denganorder.

 Data mesin-mesin yang dipakai.

 Data proses produksi.

 Data waktu proses.

4. Melakukan pengolahan data terhadap data yang telah dikumpulkan, dengan langkah-langkah dari metode ini adalah sebagai berikut:

 Identifikasirouting(proses,job, waktu dan mesin).

 Penjadwalan awal yang dilakukan oleh perusahaan.

 Penjadwalan pekerjaan (job) mesin dengan metode algoritma jadwal aktif. Metode algoritma jadwal aktif adalah kumpulan jadwal feasible dimana tidak satupun operasi dapat dipindahkan lebih awal tanpa menunda operasi lain dengan aturan prioritas SPT (Short Processing


(50)

Time) yaitu prioritas diberikan kepada pekerjaan yang memiliki waktu paling singkat dijadwalkan pada urutan pertama, kemudian diikuti job yang terbesar.

 Penjadwalan pekerjaan (job) mesin dengan metode algoritma jadwalnon delay. Metode algoritma jadwal non delay adalah kumpulan jadwal feasibledimana tidak satupun mesin dibiarkan menganggur jika pada saat yang sama terdapat operasi yang memerlukan mesin tersebut. Jika ada mesin yang digunakan secara bersama-sama maka aturan yang digunakan adalah aturan SPT.

 Menggambar Gantt Chart. Gantt Chart (Bar Chart) terdiri dari dua koordinat aksis dimana satu aksis mempresentasikan waktu yang telah dilalui dan aksis lainnya mempresentasikan pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan. Pekerjaan ini dinyatakan dalam bentuk batang.

5. Melakukan analisis secara deskriptif terhadap hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan pada penjadwlana proses pembuatan produk dan yaitu penjadwalan yang dilakukan perusahaan, penjadwalan dengan algoritma jadwal aktifdengan aturan prioritas SPT dan penjadwalan dengan algoritma jadwalnon delay.

6. Menyimpulkan mengenai penelitian yang telah dilakukan yaitu berisi rangkuman dari pengolahan data dan analisis, serta berisikan saran penelitian bagi perusahaan.


(51)

3.2.2. Langkah-langkah Metode Penjadwalan Priority Dispatching Algoritma Jadwal Aktif Berdasarkan SPT (Shortest Processing Time)

1. Mulai pada t = 0, Pst = 0 (yaitu jadwal parsial yang mengandung t operasi

terjadwal). Set St (yaitu kumpulan operasi yang siap dijadwalkan) sama

dengan seluruh operasi tanpa pendahulu.

2. Tentukan r* = min (rj) diaman rj adalah saat paling awal operasi j dapat

diselesaikan (rj = cj + tij). Tentukan m*, yaitu mesin di mana r* dapat

direalisasi.

3. Untuk setiap operasi dalam Pstyang memerlukan mesin m* dan memiliki cj<

r* untuk suatu aturan prioritas tertentu. Tambahkan operasi yang prioritasnya paling besar ke dalam Pstsehingga terbentuk suatu jadwal parsial untuk tahap

berikutnya.

4. Membuat suatu jadwal parsial baru Pt+1 dan memperbaiki kumpulan data

dengan cara:

- Menghilangkan operasi j dar St

- Membuat St+1dengan cara menambah pengikut langsung operasi k yang

telah dihilangkan - Menambah satu pada t.

5. Kembali ke langkah 2 sampai seluruh pekerjaan terjadwalkan. 6. MenggambarGantt chart.


(52)

3.2.3. Langkah-langkah Metode Penjadwalan Priority Dispatching Algoritma JadwalNon Delay

1. t = 0, Pst= 0 (yaitu jadwal parial yang mengandung t operasi terjadwal). Set St

(yaitu kumpulan operasi yang siap dijadwalkan) sama dengan seluruh operasi tanpa pendahulu.

2. Tentukan c* = min (cj) diaman cj adalah saat paling awal operasi j dapat

mulai dikerjakan. Tentukan m*, yaitu mesin di mana c* dapat direalisasi. 3. Untuk setiap operasi dalam Pstyang memerlukan mesin m* dan memiliki cj=

c* untuk suatu aturan prioritas tertentu. Tambahkan operasi yang prioritasnya paling besar ke dalam Pstsehingga terbentuk suatu jadwal parsial untuk tahap

berikutnya.

4. Membuat suatu jadwal parsial baru Pt+1 dan memperbaiki kumpulan data

dengan cara:

- Menghilangkan operasi j dar St

- Membuat St+1dengan cara menambah pengikut langsung operasi k yang

telah dihilangkan - Menambah satu pada t.

5. Kembali ke langkah 2 sampai seluruh pekerjaan terjadwalkan. 6. MenggambarGantt chart.


(53)

Bab 4

Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.1. Pengumpulan Data

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

UD. Ali Bakri merupakan sebuah perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang industri makanan, dengan hasil produk berupa: Roti isi, roti tawar, dan kue bantal. UD. Ali Bakri telah berdiri dari tahun 1980 dan didirikan oleh Bapak Ali Bakri, beliau selaku pendiri tunggal sekaligus pemegang saham memulai bisnis ini dari mulai nol, dan dengan kerja keras serta konsistensinya, sekarang bisnis ini menjadi salah satu usaha dagang yang cukup terkemuka. Dengan pengalamanya dalam bersaing di industri makanan dan dengan mengutamakan service terhadap pelanggan perusahaan ini telah mendapatkan posisi pasar yang baik hingga omzet penjualan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Jalur distribusi produk UD. Ali Bakri pada saat ini telah mencapai beberapa wilayah, meliputi: Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor, Karawang, Kabupaten Cianjur, Bandung dan Bekasi. Semakin luasnya jalur pemasaran menyebabkan terjadinya persaingan pasar. Kondisi ini membuat UD. Ali Bakri mempertahankan standar kualitas produk demi terciptanya kepuasan pelanggan.

 Perizinan Usaha

1. Tanda Daftar Perusahaan No. TDP: 100555203316

Nama Perusahaan: UD. Ali Bakri Kegiatan Usaha Pokok: KLUI (52222) 2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)


(54)

Nomor SIUP: 510/230/PK/VII/PERINDAGKOP DAN PM Nama Perusahaan: UD. Ali Bakri

Kegiatan Usaha: Perdagangan Barang Jenis Barang Dagang Utama: Kue

 Struktur Organisasi UD. Ali Bakri

Gambar 4.1. Struktur Organisasi UD. Ali Bakri

4.2. Data Objet Penelitian

4.2.1. Data Produk Yang Dibuat

UD. ALI BAKRI adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri job order, dimana pembuatan produk berdasarkan pesanan dari konsumen yang biasanya berupa produk yang dikerjakan secara kontinyu. Produk diproduksi oleh


(55)

47

UD. ALI BAKRI adalah Roti Tawar dan Kue Bantal. Oleh karena itu produk yang diamati pada penelitian ini adalah Roti Tawar dan Kue Bantal, karena sifat produksinya berdasarkan pesanan dan aliran kedua produk ini berbeda-beda sehingga produk ini sesuai dengan objek penelitian untuk penjadwalan.

4.2.2. Urutan Proses Pengerjaan

Dalam melakukan penelitian ini, objek penelitian mengalami tahap pengerjaan (proses pembuatan) produk Kue Bantal dan Roti Tawar, diantaranya:

a. Proses pengerjaan Kue Bantal

Adapun langkah-langkah proses pembuatan Kue Bantal ini adalah sebagai berikut:

1. Terigu ditimbang menggunakan timbangan, waktu yang didapat dari hasil penimbangan adalah 40 detik. Setelah terigu, selanjutnya menimbang gula pasir menggunakan timbangan, yang didapat waktu 35 detik, menimbang mentega, waktu yang didapat 35 detik. Menimbang ragi, dengan waktu yang didapat 30 detik, setelah itu menakar air dengan teko air, waktu yang di dapat 30 detik.

2. Setelah semua bahan ditimbang, selanjutnyaterigu dan gula pasir dicampur terlebih dahulu, kemudian memasukan mentega, ragi, air,dan menambahkan bahan pengawet, semua bahan dicampur di dalam mixer. 3. Setelah bahan tercampur dan menjadi adonan, selanjutnya dibawa ke

meja adonan untuk dikembangkan denagn waktu yang didapat 250 detik. 4. Adonan yang telah dikembangkan, kemudian di rool menggunakan mesin

rool dengan waktu150 detik.

5. Selanjutnya mencetak adonan yang telah di rool di meja cetak dengan lama waktu pengerjaan 120 detik.

6. Sesudah adonan dicetak, kemudian dikembangkan d rak penyimpanan khusus, waktu pengembangan adalah 160 detik

7. Adonan yang telah mengembang, selanjutnya siap untuk memasuki tahap penggorengan, yang memakan waktu 245 detik.

8. Setelah itu adonan yang telah jadi ditiriskan di meja tiris, dengan waktu 132 detik.


(56)

b. Proses Pengerjaan Roti Tawar

Adapun langkah-langkah proses pembuatan Roti Tawar adalah sebagai berikut:

1. Timbang seluruh bahan dengan menngunakan timbanagan, pertama menimbang terigu dengan waktu 45 detik, menimbang mentega dengan waktu 35 detik, menimbang ragi dengan waktu 30 detik, dan selanjutnya menakar air menggunakan teko air dengan waktu 40 detik.

2. Setelah bahan timbang dilakukan proses pencampuran di dalam mixer, bahan pertama yang dicampur yaiutu terigu dan mentega, kemudian ragi, selanjutnya memasukan air dan bahan pengawet.

3. Selanjutnya bahan yang telah dicampur dan menjadi adonan, akan dikembangkan di meja adonan dengan waktu yang dibutuhkan adalah 100 detik.

4. Setelah itu proses selanjutnya adalah penerollan adonan yang membutuhkan waktu 90 detik.

5. Selanjutnya proses pencetakan adonan dilakukan di meja cetak dengan waktu yang dibutuhkan yaitu80 detik.

6. Adonan yang telah di cetak kemudian di kembangkan di rak dengan waktu pengembangan 95 detik.

7. Setelah itu adonan di panaskan di dalam oven, dengan waktu yang dibutuhkan yaitu 45 detik.

8. Setelah itu diiris-iris di meja iris dengan waktu 87 detik.

Berikut adalah kuantitas komponen yang digunakan dalam pembuatan produk Kue Bantal dan Roti Tawar Tabel 4.1. Data komponen untuk produk Kue Bantal dan Roti Tawar adalah:


(57)

49

Nama Komponen Kuantitas

Kue Bantal

Terigu 25 kg

Mentega 3 kg

Gula Pasir 15 kg

Ragi 0,03 kg

Air 0,8

Roti Tawar

Terigu 25 kg

Mentega 3 kg

Ragi 0.03 kg

Air 0.8

Roti Isi

Terigu 25 kg

Mentega 3 kg

Gula Pasir 15 kg

Ragi 0,03 kg


(58)

(59)

4.2.3. Data Waktu Proses

Data waktu proses untuk masing-masing job pada setiap mesin pada produk Kue Bantal dan Roti Tawar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2. Data Waktu Proses

Waktu Proses (Menit)

Job Job 1 Job 2 Job 3

O-1 40 45 45

O-2 35 35 35

O-3 35 30 30

O-4 30 40 40

O-5 30 60 60

O-6 50 35 35

O-7 55 44 44

O-8 45 100 150

O-9 45 90 90

O-10 250 80 95

O-11 150 95 95

O-12 120 45 45

O-13 160 87 87

O-14 245 78 78

O-15 132


(60)

4.3. Pengolahan Data

Pada pengolahan data ini terdiri dari penjadwalan awal yang dilakukan oleh perusahaan, penjadwalan menggunakan metode priority dispatching, menggunakan metode penjadwalan algoritma jadwal aktif dengan aturan prioritas SPT (Shortest Proscessing Time) dan menggunakan penjadwalan non delay.

4.3.1. Penjadwalan Awal yang Dilakukan Perusahaan

Selama ini perusahaan tidak membeda-bedakan order yang masuk tetapi perusahaan melihat dari pelaksanaan pengerjaan job yang pertama kali dikerjakan ke lantai produksi berdasarkan banyaknya proses operasi yang dialami komponen pembentuknya (bahan). Dalam penelitian ini job yang pertama kali dikerjakan adalah produk Kue Bantal dan selanjutnya adalah Roti Tawar dan Roti isi.

Adapun langkah-langkah penjadwalan yang dilakukan adalah sebagai berikut:  Identifikasi routing proses, job dan mesin.

 Perhitungan waktu proses produksi.  Menghitung kapasitas produksi

 Penjadwalan awal yang dilakukan perusahaan untuk produk Kue Bantal, Roti Tawar dan Roti Isi.

 Perhitungan performansi atau optimalitas penjadawalan.

 Gambar Gantt Chart penjadwalan awal yang dilakukan perusahaan untuk produk Kue Bantal, Roti Tawar dan Roti Isi.

4.3.1.1. Identifikasi routing proses, job dan mesin.

Sebelum dilakukannya penjadwalan, langkah pertama yang dilakukan membuat routing proses, job dan mesin. Hal ini digunakan untuk mempermudah dalam proses penjadwalan. Pada routing proses, job dan mesin yang dilakukan perusahaan diprioritaskan berdasarkan banyaknya Bahan atau komponen pembentuk yang harus diproses dan banyaknya operasi yang dialami. Pada


(61)

penelitian ini, job yang pertama kali dikerjakan adalah produk Kue Bantal hal ini disesuaikan dengan yang dilakukan perusahaan dan untuk job selanjutnya adalah produk Roti Tawar dan Roti Isi. Untuk lebih jelas urutan job dapat dilihat pada Tabel 4.3. dibawah ini:

Tabel 4.3. Urutan Job

No Job Nama Produk

1 Kue Bantal

2 Roti Tawar

3 Roti Isi

Untuk lebih jelasnya proses pembuatan Kue Bantal dapat dilihat pada Gambar 4.5. Peta Proses Operasi untuk Kue Bantal dibawah ini:

Gambar 4.4. Peta Proses Operasi untuk Kue Bantal. Sumber: UD. ALI BAKRI


(62)

Terdapat 9 tipe mesin yang digunakan dan penentuan urutan mesin pada pembuatan produk Kue Bantal dapat dilihat pada Tabel 4.4. dibawah ini:

Tabel 4.4. Mesin yang digunakan dalam pembuatan produk Kue Bantal

Tipe Mesin Proses Jumlah Mesin (Unit) No Mesin

Timbangan Menimbang 1 1

Teko Ukur Mengukur 1 2

Mixer Mengaduk 1 3

Meja Adonan Mengembangkan 1 4

M. Roll Mengeroll 1 5

Meja Cetak Mencetak 1 6

Rak Menyimpan 1 7

Penggorengan Menggoreng 1 8 Meja Tiris Meniriskan 1 9

Untuk routing proses, pekerjaan dan mesin untuk produk Kue Bantal dapat dilihat pada Tabel 4.5. dibawah ini:

Tabel 4.5. Data routing prosess, pekerjaan dan mesin Kue Bantal

Sumber: UD. ALI BAKRI

Job 1 O-1 O-2 O-3 O-4 O-5 O-6 O-7 O-8 O-9 O-10 O-11 O-12 O-13 O-14 O-15

Mesin 1 1 1 1 3 4 4 4 4 5 6 7 8 9 10

Job 1 I-1 Mesin 10


(1)

Gambar 4.9. Gantt Chart Penjadwalan Menggunakan non delay


(2)

performansi yang diinginkan yaitu makespan (waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan) untuk produk Kue Bantal, Roti Tawar dan Roti Isi dari masing-masing penjadwalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.17. dibawah ini:

Tabel 4.17. perbandingan optimalitas dari ketiga penjadwalan Penjadwalan yang dilakukan

perusahaan

Penjadwalan dengan algoritma jadwal aktif

Penjadwalan dengan algoritma jadwal non delay

Minimasi Waktu (detik) Minimasi Waktu (detik) Minimasi Waktu (detik)


(3)

Bab 5

Analisis

5.1. Analisis Penjadwalan Yang Dilakukan Perusahaan

Penjadwalan mesin dalam proses pembuatan produk Kue Bantal dan Roti Tawar di UD. ALI BAKRI, masih dilakukan secara konvensional yaitu penjadwalan dilakukan berdasarkan dengan banyaknya proses operasi, banyaknya komponen yang dikerjakan dan lamanya waktu pengerjaan. Dalam penelitian ini produk Kue Bantal adalah produk yang dikerjakan terlebih dahulu karena memiliki 15 proses operasi dan 1 inspeksi serta 5 komponen yang dibutuhkan, diantaranya Terigu, Gula Pasir, Mentega, Ragi dan Air. Sedangkan produk Roti Tawar dan Roti Isi memiliki 14 proses operasi dan 1 inspeksi serta 4 Komponen yang dibutuhkan, diantaranya terigu, mentega, ragi dan air.

Dalam proses penjadwalan yang dilakukan sesuai dengan sistem yang lama oleh perusahaan waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan kedua produk sebesar (makespan) 5124 detik dan terdapat mesin yang memiliki waktu menganggur. Hal ini sangat kurang baik bagi kegiatan produksi karena penggunaan setiap mesin yang digunakan tidak optimal. Karena masih banyak mesin yang menganggur sehingga waktu produksi keseluruhan sangat lama.

5.2. Analisis Penjadwalan Mesin Dengan Metode Priority Dispatching Yaitu Metode Algoritma Jadwal Aktif Berdasarkan SPT (Short Processing

Time)

Penjadwalan job mesin dengan metode Priority Dispatching merupakan pembuatan jadwal secara parsial (bertahap) menggunakan algoritma jadwal aktif berdasarkan aturan prioritas SPT (Short Processing Time) pada pembuatan produk Kue Bantal dan Roti Tawar yaitu prioritas tertinggi diberikan kepada pekerjaan (job) yang memiliki waktu proses pekerjaan yang relatif singkat. Dalam penelitian


(4)

operasi denganmakespansebesar 1890 detik.

5.3. Analisis Penjadwalan Pekerjaan (job) Mesin Dengan Metode Priority

DispatchingYaitu Algoritma JadwalNon Delay

Metode ini berprinsip pembuatan jadwal secara parsial (bertahap) menggunakan algoritma jadwal non delay. Algoritma ini merupakan jadwal feasible dimana tidak satupun mesin dibiarkan menganggur, jika pada saat yang sama terdapat operasi yang memerlukan mesin tersebut. Apabila ada operasi yang memerlukan mesin yang sama maka digunakan aturan prioritas SPT (Short Processing Time) pada pembuatan produk Kue Bantaldan Roti Tawaryaitu prioritas tertinggi diberikan kepada pekerjaan (job) yang memiliki waktu proses pekerjaan yang relatif singkat.

Pada saat menggunakan penjadwalan job mesin dengan metode priority dispatching algoritma jadwal non delay diperoleh waktu total keseluruhan untuk menyelesaikan pekerjaan (job) 1 dan pekerjaan (job) 2. Waktu total tersebut diperoleh darimakespanatau lamanya proses pengerjaanjobsebesar 2059 detik.


(5)

Bab 6

Kesimpulan Dan Saran

6.1. Kesimpulan

Dari analisis penjadwalan mesin yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan, diantaranya:

1. Penjadwalan mesin yang dilakukan oleh perusahaan memiliki makespan terlama dibandingkan penjadwalan dengan menggunakan metode priority dispatching dengan algoritma jadwal aktif dan jadwal non delay. Sedangkan untuk penjadwalan yang memiliki makespan terpendek diperoleh penjadwalan dengan menggunakan menggunakan metode priority dispatchingdengan algoritma jadwal aktif dannon delay. Penjadwalan mesin menggunakan metodepriority dispatchingdengan algoritma jadwal aktif dan jadwal non delay sangatlah baik karena memiliki makespan yang lebih pendek dan waktu mesin menganggur sangatlah singkat.

2. Untuk dapat mengetahui penggunaan mesin secara optimal, kita dapat mengetahui dari penggunaan mesin tersebut selama kegiatan produksi berlangsung. Pada penjadwalan yang dilakukan oleh perusahaan, makespan sangatlah lama dan waktu menganggur mesin sangat lama sehingga penggunaan mesin tidak optimal. Sedangkan penjadwalan mesin menggunakan metodepriority dispatchingdengan algoritma jadwal aktif dan jadwal non delay memiliki makespan lebih pendek dibandingkan penjadwalan mesin sesuai dengan sistem yang lama yang dilakukan oleh perusahaan. Penjadwalan dengan menggunakan metode priority dispatching dengan algoritma jadwal aktif dan jadwalnon delaymemiliki makespan lebih pendek dan paling sedikit waktu mesin yang menganggur sehingga penggunaan mesin dapat optimal.


(6)

algoritma jadwal aktif dan jadwal non delay memiliki pengurutan pekerjaan (job sequincing) yang lebih baik dibandingkan penjadwalan yang dilakukan oleh perusahaan. Karena selain memiliki makespan produksi paling pendek, penjadwalan dengan metode ini dapat meningkatkan efektifitas penggunaan mesin. Dimana waktu menanggur mesin sangatlah singkat.

6.2. Saran

Setelah melakukan penelitian ini diperoleh beberapa pengembangan untuk perusahaan diantaranya:

1. Perusahaan menerapkan penjadwalan mesin dengan metode priority dispatchingdengan algoritma jadwal aktif atau jadwalnon delay.

2. Penerapan penjadwalan secara manual yang dilakukan secara manual tidak selamanya tepat waktu.