Arahan Pengembangan Lahan Bekas Pertambangan Timah Dengan Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus: Desa Terak, kecamatan Simpang Katis, Kabupaten Bangka Tengah)
ARAHAN PENGEMBANGAN
LAHAN BEKAS PERTAMBANGAN TIMAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP
(STUDI KASUS: DESA TERAK, KECAMATAN SIMPANG KATIS, KABUPATEN BANGKA TENGAH)
TUGAS AKHIR
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Serjana Setara Satu (S1) Pada Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota
OLEH:
DWI SATRIA HARDIYANSA 10611009
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2016
(2)
(3)
(4)
(5)
ii KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga tugas akhir yang
berjudul “ARAHAN PENGEMBANGAN LAHAN BEKAS
PERTAMBANGAN TIMAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (Studi Kasus: Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis, Kabupaten Bangka Tengah)” dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Strata I pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota di Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang selama penyusunan tugas akhir ini telah banyak memberi bantuan baik berupa moril dan materil maupun berupa saran, dan dorongan semangat kepada penulis. Secara khusus penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Kedua Orang tua, Ibu Juwita dan Bapak Kurnia Hadi dan Abangku Novian
Eka Putra dan Adikku Muhammad Govinda Rizki Nurhadi yang selalu
mendukung dengan sepenuh hati baik moril maupun materi, dan dengan do’a
-do’anya yang selalu mengiringi sehingga dapat terselesaikannya penulisan
tugas akhir ini.
2. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
3. Bapak Prof. Dr. H.Denny Kurniadie, Ir., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.
4. Ibu Rifiati Safariah, ST., MT. selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia dan sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bantuan pengarahan dan bimbingan selama pengerjaan tugas akhir ini.
5. Ibu Dr. Lia Warlina, Ir., M.Si. selaku Dosen Wali angkatan 2011 yang telah menjadi orang tua wali di kampus UNIKOM.
(6)
iii 6. Ibu Ir. Romeiza Syafriharti, M.T, Bapak Tatang Suheri, ST., MT. dan seluruh
dosen serta Ibu Vitri selaku sekretariat Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota atas ilmu yang telah diajarkan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan perkuliahan.
7. Sahabat-sahabatku yang berada di Bangka Ade Riyanda, Bagus, Dewi Yandri, Ranses, Vini, Baron, Fran, Robi M, Fajar, Pajri F, Adi P terimakasih atas persahabatan dan dukungannya selama ini.
8. Sahabat-sahabat PWK, bang Riki, bang Edo, bang Edison, bang Ici, bang yuda, teman seperjuangan Erwin dan Syahrul terima kasih atas pengalaman, motivasi, persahabatan ini takkan lekang oleh waktu.
9. Yang terkasih Riri Endah Lestari. Terima kasih telah banyak memberikan semangat dan dukungan selama di Bandung.
10. Semua pihak yang terlibat selama pengerjaan tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala bantuannya.
Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah mereka berikan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Amin.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis berusaha membuat dan menyelesaikannya dengan sebaik mungkin, namun kekurangan-kekurangan yang terdapat didalamnya semata-mata karena keterbatasan penulis dalam kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu saran dan kritik yang tentunya sangat bermanfaat dan sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan pada umumnya.
Bandung, 7 Maret 2016
Dwi Satria Hardiyansa
(7)
iv DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK……….……… i
KATA PENGANTAR………... ii
DAFTAR ISI………. iv
DAFTAR TABEL………. vii
DAFTAR GAMBAR ……… ix
BAB I PENDAHULUAN……… 1
1.1 Latar Belakang………...……… 1
1.2 Perumusan Masalah………... 2
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian……….. 3
1.4 Ruang Lingkup Studi……… 3
1.4.1 Ruang Lingkup Materi……… 3
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah………. 4
1.5 Metodologi Penelitian…………...………. 6
1.5.1 Metode Pengumpulan Data………. 6
1.5.2 Metode Pelaksanaan Survei……… 7
1.5.3 Metode Analisis Data………. 7
1.6 Kerangka Pemikiran………... 9
1.7 Sistematika Pembahasan……… 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 11
2.1 Tinjauan Mengenai Lahan………. 11
2.1.1 Pengembangan Lahan………. 12
2.1.2 Sumberdaya Lahan………. 12
2.2 Tinjauan Mengenai Pertambangan……… 12
2.3 Tinjauan Mengenai Timah dan Kolong Timah ………….………... 13
2.3.1 Kegiatan dan Karakteristik Lahan Bekas Pertambangan 13 2.3.2 Dampak Pertambangan Timah………... 16
2.3.2.1 Dampak Pertambangan Timah Terhadap Lingkungan….. 16
(8)
v Ekonomi………
2.4 Tinjauan Mengenai Sumber Daya Alam………... 17
2.5 Metode Analytical Hierarchy Process……….. 18
2.6 Kebijakan Terkait Pertambangan……….. 18
2.6.1 Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Nomor 48 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Bangka Tengah 2011-2013………... 18 2.6.2 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pasca Tambang……… 20 2.6.3 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang……… 21 2.7 Tinjauan Studi Pemanfaatan Lahan Bekas Pertambangan Timah………. 22
2.8 Hasil Penelitian Terdahulu……..……….. 23
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH……… 27
3.1 Kecamatan Simpang Katis….……… 27
3.2 Lahan Bekas Pertambangan Timah di Desa Terak……… 28
3.2.1 Kondisi Sosial-Kependudukan………... 28
3.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi………. 29
3.2.3 Kondisi Aktivitas Perekonomian……… 30
3.2.3 Kondisi Guna Lahan………... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………. 35
4.1 Identifikasi Karakteristik Lahan Bekas Pertambangan Timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis………... 35 4.1.1 Sebaran Lahan Bekas Pertambangan Timah……….. 35
4.1.2 Kondisi Eksisting Lahan Bekas Pertambangan Timah………….. 37
4.1.3 Dampak Pertambangan Timah………... 38
4.1.3.1 Dampak Terhadap Lingkungan……… 39
4.1.3.2 Dampak Terhadap Sosial-Ekonomi……….. 40
4.1.4 Potensi Pengembangan Kegiatan ……….. 40
4.1.4.1 Potensi Sumber Daya Alam ………... 41
4.1.4.2 Potensi Ekonomi Masyarakat………... 43
(9)
vi
4.2 Model Analytical Hierarcy Process……….. 44
4.2.1 Tujuan………. 45
4.2.2 Kriteria Penilaian……… 45
4.2.2.1 Pengembangan Berbasis Sumber Daya Alam………….. 45
4.2.2.2 Pengembangan Berbasis Ekonomi Masyarakat………… 46
4.2.2.3 Pengembangan Berbasis Pelestarian Lingkungan……… 46
4.2.3 Perumusan Alternatif Arahan Pengembangan……… 46
4.2.4 Pembentukan Hirarki……….. 49
4.3 Proses Penilaian………. 52
4.3.1 Matriks Perbandingan Berpasangan……….. 52
4.3.2 Tahap Merata-rata Hasil Jawaban Seluruh Responden………….. 55
4.3.2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria……. 58
4.3.2.2 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Terhadap Setiap Kriteria……….. 59 4.3.3 Hasil Bobot Prioritas Lokal dan Bobot Prioritas Global………… 63
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………. 66
5.1 Kesimpulan……… 66
5.1.1 Karakteristik Lahan Bekas Pertambangan Timah……….. 66
5.1.2 Perumusan Kriteria dan Alternatif Pengembangan……… 66
5.1.3 Hasil Penilaian Kriteria dan Alternatif Terhadap Arahan Pengembangan Lahan Bekas Pertambangan Timah dengan Menggunakan Metode AHP……... 67 5.2 Rekomendasi……….. 68
DAFTAR PUSTAKA………... 70 LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner AHP
Lampiran 2 Hasil Perhitungan Rata-rata Setiap Responden Terhadap Kriteria
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Rata-rata Setiap Responden Terhadap Alternatif
(10)
1 BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup yang terdiri atas lingkup materi dan lingkup wilayah, kerangka pemikiran, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu daerah penghasil sumber daya alam khususnya tambang. Kegiatan penambangan hampir seluruhnya meninggalkan lahan-lahan terbuka berupa kolong darat (hamparan tailing dan Over Burden). Keberadaan kolong bagi masyarakat dan pemerintah Provinsi Bangka Belitung saat ini minim sekali manfaatnya dan hampir tidak pernah dilakukan penelitian ke arah pengembangan sumber daya kolong tersebut.
Salah satu kabupaten yang mempunyai lahan bekas penambangan timah yaitu Kabupaten Bangka Tengah, hampir di seluruh kecamatan terdapat lahan-lahan berupa kolong bekas pertambangan timah yang illegal maupun milik PT Timah Persero Tbk yang belum direklamasi atau dilakukan pemanfaatan lahan sebagaimana mestinya. Salah satu desa yang mempunyai lahan bekas tambang timah yaitu Desa Terak yang terdapat di Kecamatan Simpang Katis. Desa Terak berasal dari nama sebuah batu Terak. Karena penambangan batu Terak inilah memunculkan para penambang batu Terak, yang lama kelamaan memenuhi areal pertambangan dan menjadilah sebuah Kampung Dank. Kepadatan penduduknya serta urbanisasi kampong/desa ini menjadi besar, maka disebutlah Desa Terak yang berasal dari nama batu tersebut. Desa ini memiliki potensi pertambangan, peternakan, perkebunan, holtikultura, perdagangan/jasa, perikanan air tawar. Kegiatan penambangan yang ada di desa ini banyak meninggalkan bekas-bekas galian yang dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya mereklamasi dan menimbulkan masalah seperti pencemaran, kerusakan dan bencana berlangsung semakin luas setiap tahunnya, kondisi tersebut tidak hanya menurunkan kualitas lingkungan tetapi juga memberikan dampak yang sangat serius bagi kesehatan masyarakat.
Kegiatan operasi tambang di darat berdampak secara nyata terhadap lingkungan hidup. Dampak kegiatan ini terutama perubahan drastis atas sifat fisik dan kimia tanah. Dampak kehilangan vegetasi dan degradasi lahan secara potensial
(11)
2 dapat menyebabkan erosi tanah, kehilangan biodiversitas, berkurangnya habitat hewan liar, dan degradasi daerah penampung air. Pertambangan adalah kegiatan dengan penggunaan lahan yang bersifat sementara, oleh karena itu lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan produktif lain.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah No.48 Tahun 2011 pasal 79 tentang ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertambangan atau kawasan paska tambang wajib dilakukan rehabilitasi (reklamasi dan atau/revitalisasi) sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan lain seperti pertanian, kehutanan, dan pariwisata. Sejauh ini pemanfaatan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis belum optimal, secara ekologis lahan tersebut berfungsi sebagai kolam retensi dan area untuk menampung hujan yang mengalir melalui aliran permukaan. Secara ekonomi, potensi bekas pertambangan bisa dimanfaatkan sebagai sumber air baku, budidaya perairan, atau tempat rekreasi air belum banyak dilakukan. Oleh karena itu diperlukannya arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis.
1.2 Perumusan Masalah
Sejauh ini pemanfaatan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis belum optimal. Sehingga perlu dilakukannya arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah No.48 Tahun 2011 pasal 79 tentang ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertambangan atau kawasan paska tambang wajib dilakukan rehabilitasi (reklamasi dan atau/revitalisasi) sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan lain seperti pertanian, kehutanan, dan pariwisata. Dari permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana karakteristik lahan bekas tambang timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis?
Apa saja kriteria untuk menentukan prioritas arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis?
Bagaimana arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah berdasarkan metode AHP?
(12)
3 1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian
Tujuan dari penelitian berjudul “Arahan Pengembangan Lahan Bekas Pertambangan Timah di Kabupaten Bangka Tengah (Studi kasus: Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis)” adalah untuk memberikan arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah agar dapat digunakan kembali untuk kegiatan yang lebih bermanfaat. Adapun sasaran dalam penelitian untuk mencapai tujuan tersebut yaitu:
Teridentifikasinya karakteristik lahan bekas tambang timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis
Terumuskannya kriteria untuk menentukan prioritas arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis
Terumuskannya arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah berdasarkan metode AHP
1.4 Ruang Lingkup Studi
Pada sub bab ini akan menjelaskan mengenai ruang lingkup studi penelitian. Ruang lingkup studi penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Ruang lingkup materi akan menguraikan substansi pokok yang akan dibahas sedangkan ruang lingkup wilayah akan memberikan batasan wilayah studi yang diteliti.
1.4.1 Ruang Lingkup Materi
Tujuan penelitian ini yaitu untuk memberikan arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah agar dapat digunakan kembali untuk kegiatan yang lebih bermanfaat. Untuk menjawab sasaran-sasaran penelitian, maka lingkup materi yang digunakan dalam studi ini adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi karakteristik lahan bekas tambang timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis
Merumuskan kriteria untuk menentukan prioritas arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis
Merumuskan arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah berdasarkan metode AHP
(13)
4 1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini yaitu meliputi Desa Terak yang berada di Kecamatan Simpang Katis, Kabupaten Bangka Tengah. Desa ini dipilih karena memiliki lahan bekas pertambangan timah yang cukup banyak dan terdapat wilayah pertambangan milik PT Timah Persero Tbk, Mitra Usaha, dan masyarakat sekitar
(14)
5 Gambar 1.1
(15)
6 1.5 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian terdiri dari metode pengumpulan data, metode pengambilan sampel dan metode analisis data.
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis metodologi pengumpulan data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama atau sumber langsung, sedangkan data sekunder merupakan data yang diambil dari sumber kedua, bukan dari sumber aslinya. Untuk lebih jelasnya mengenai teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel I.1
Matriks Kebutuhan Data Primer dan Sekunder
No Kebutuhan Data Pengumpulan Data Sumber Primer Sekunder
1. Peta Sebaran Lahan Bekas
Pertambangan Timah √
PT Timah Persero Tbk
2. Kajian Mengenai Kawasan
Pertambangan Timah √
PT Timah Persero Tbk
3. Peta Wilayah Izin Usaha
Pertambangan Desa Terak √
PT Timah Persero Tbk
4. RTRW Kabupaten Bangka
Tengah √
Bappeda Kabupaten Bangka Tengah
5. RDTR Kecamatan Simpang
Katis (peta kawasan pertambangan)
√
Dinas Cipta Karya Kabupaten Bangka Tengah
6. Profil Desa Terak (sebaran
pemanfaatan lahan) √
Kecamatan Simpang Katis
7. Karakteristik Lahan Bekas
Tambang Timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis
√
Observasi dan Kuesioner
8. Kriteria Arahan
Pengembangan Lahan Bekas Pertambangan Timah
√
Studi Literatur, Observasi dan Kuesioner
9. Arahan Pengembangan
Lahan Bekas Pertambangan Timah Berdasarkan Analisis AHP
√
Hasil Analisis
(16)
7 1.5.2 Metode Pelaksanaan Survei
Pelaksanaan survai dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada responden yang telah ditentukan. Dalam hal penyebaran kuesioner, cara pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
1 Dilakukan perancangan responden yang akan ditanyai dan dimintai keterangan tentang kriteria-kriteria yang berkaitan dengan arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Kabupaten Bangka Tengah (Studi Kasus: Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis). Responden yang masuk dalam daftar pengisian kuesioner adalah perwakilan dari Pemerintahan Daerah dan Perusahaan Timah. Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Tengah (2 orang), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka Tengah (2 orang), Kantor Kecamatan Simpang Katis (1 orang), Kantor Desa Terak (1 orang), PT Timah Persero Tbk. (2 orang), Dinas Cipta Karya Kabupaten Bangka Tengah (1 orang), dan dari ahli independen (1 orang). Jumlah semua responden semuanya mencapai 10 orang.
2 Pengambilan data dari responden dilakukan melalui kuesioner yang diberikan ke responden disesuaikan dengan kondisi responden dan kemudahan pengambilan data.
3 Rancangan isi pertanyaan ke responden meliputi 50 pertanyaan yang mewakili kriteria-kriteria penilaian sebagai ukuran yang mempengaruhi terhadap arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Kabupaten Bangka Tengah (Studi Kasus: Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis). Kuesioner dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pembacaan dan pemahaman responden (Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran)
1.5.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yang dimaksud adalah dengan menjelaskan keadaan yang sebenarnya atau kondisi eksisting baik kondisi fisik ruang maupun rencana-rencana yang ada di ruang lingkup wilayah studi dari data sekunder yang telah diperoleh dengan sejelas-jelasnya. Sedangkan analisis kuantitatif yang dimaksud adalah dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process atau yang biasa disebut dengan metode AHP.
(17)
8 Metode AHP digunakan untuk melakukan pembobotan terhadap arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis yang diusulkan dalam penelitian ini, sehingga akan menghasilkan sebuah prioritas arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis tersebut. Sebelum melakukan pembobotan dalam metode AHP, penilaian terhadap kriteria maupun alternatif didapatkan dari kuesioner yang diberikan kepada beberapa expert/ahli yang mengetahui dengan baik mengenai lingkup wilayah studi atau aspek lain yang terkait dalam penelitian ini.
Menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
(18)
9 1.6 Kerangka Pemikiran
Gambar 1.2 Kerangka pemikiran
Perumusan Kriteria dan Alternatif Arahan
Pengembangan
Penilaian Prioritas Arahan Pengembangan Lahan Bekas
Pertambangan Timah Isu Startegis:
Letak dan geografis
Potensi Perkebunan
Potensi Industri Potensi Wisata
RTRW Kabupaten Bangka Tengah
Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah No.48 Tahun 2011 pasal 79 tentang ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertambangan atau kawasan paska
tambang
Rencana Pengelolaan Lingkungan
Prioritas Arahan Pengembangan Lahan Bekas Pertambangan Timah
Rekomendasi Metode AHP
(19)
10 1.7 Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi laporan ini, maka sub bab ini menjelaskan tentang sistematika pembahasan seperti berikut ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup yang terdiri atas lingkup materi dan lingkup wilayah, kerangka pemikiran, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tinjauan mengenai lahan, pengembangan lahan, sumberdaya lahan, tinjauan mengenai pertambangan, tinjauan mengenai timah dan lahan bekas petambangan timah, kegiatan dan karakteristik lahan bekas pertambangan timah, dampak pertambangan timah, tinjauan mengenai sumber daya alam, metode
analytical hierarchy process, kebijakan terkait pertambangan, tinjauan studi pemanfaatan lahan bekas pertambangan timah, dan hasil penelitian terdahulu. BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Kecamatan Simpang Katis dan gambaran umum lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi karakteristik lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak meliputi sebaran dan kondisi eksisting lahan bekas pertambangan timah, dampak pertambangan timah, potensi pengembangan kegiatan, serta model analytical hierarchy process meliputi perumusan kriteria penilaian, perumusan alternatif pengembangan, pembentukan hirarki dan proses penilaian.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan rekomendasi terhadap hasil penelitian dan analisis yang dilakukan. Kesimpulan didapat dari hasil identifikasi karakteristik lahan bekas pertambangan timah dan metode AHP terhadap arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah yang menjadi lingkup penelitian.
(20)
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tinjauan mengenai lahan, pengembangan lahan, sumberdaya lahan, tinjauan mengenai pertambangan, tinjauan mengenai timah dan lahan bekas petambangan timah, kegiatan dan karakteristik lahan bekas pertambangan timah, dampak pertambangan timah, tinjauan mengenai sumber daya alam, metode analytical hierarchy process, kebijakan terkait pertambangan, tinjauan studi pemanfaatan lahan bekas pertambangan timah, dan hasil penelitian terdahulu.
2.1 Tinjauan Mengenai Lahan
Menurut Nugroho dan Dahuri (2004), Lahan adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat aliran atau interaksi input dan output dari komponen inorganic
maupun organik. Dalam keadan demikian, lahan adalah asset yang memberikan manfaat bagi manusia seperti ditampilkan oleh ciri-cirinya dibagi menjadi dua yaitu:
Manfaat langsung (use value) diperlihatkan misalnya sebagai dasar hunian atau pendukung kegiatan – kegiatan ekonomi.
Manfaat tidak langsung (non-use value) dapat diduga dari unsur hara, mirkoorganisme, biodiversity,nilai-nilai sosial, atau nilai – nilai lahan yang dapat diwariskan
Lahan adalah suatu daerah permukaan di daratan bumi yang ciri-cirinya mencakup segala tanda pengenal, baik yang bersifat cukup mantap maupun yang dapat diramalkan bersifat mendaur, dari biosfer, atmosfer, tanah, geologi, hidrologi, dan populasi tumbuhan dan hewan serta hasil kegiatan manusia dari masa lampau sampai masa kini, sejauh tanda-tanda tersebut memberikan pengaruh murad atas penggunaan lahan oleh manusia pada masa kini dan masa yang akan datang (FAO, 1977)
Lahan merupakan kesatuan berbagai sumberdaya daratan yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem yang struktural dan fungsional. Sifat dan perilaku lahan ditentukan oleh berbagai macam sumberdaya yang merajai dan macam serta intensitas interaksi yang berlangsung antar sumberdaya. Faktor-faktor penentu sifat dan perilaku lahan tersebut bermatra ruang dan waktu.
(21)
12 2.1.1 Pengembangan Lahan
Pengembangan lahan adalah pengubahan guna lahan dari suatu fungsi kefungsi lain dengan tujuan untuk mendapat keuntungan dari nilai tambah yang terjadi karena perubahan guna lahan tersebut.
2.1.2 Sumberdaya Lahan
Sumberdaya lahan merupakan data dasar untuk evaluasi lahan secara tidak langsung. Informasi ini sering merupakan ciri lahan yang dapat langsung diamati atau dinilai. Kualitas lahan lebih bermanfaat dalam pengevaluasiannya, tetapi lebih sulit dalam pengukurannya. Pengevaluasian secara tidak langsung biasanya menggunakan kombinasi antara ciri dan kualitas lahan. Jenis data yang diperlukan tergantung dari system yang digunakan.
Dikenal banyak sifat dan ciri sumberdaya lahan yang perlu didievaluasi. Untuk keperluan pertanian, sumberdaya lahan yang paling penting data dikelompokan ke lima kelompok yaitu: (1) Tanah; (2) Iklim; (3) topografi dan formasi geologi; (4) Vegetasi; dan (5) Sosial ekonomi.
2.2 Tinjauan Mengenai Pertambangan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangkapenelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.
Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang timah.
Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan. Sedangkan Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut dengan IUPK, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di wilayah izin usaha pertambangan khusus.Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya disebut WP, adalah wilayah yang memiliki potensi mineral
(22)
13 dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang nasional.
2.3 Tinjauan Mengenai Timah dan Lahan Bekas Pertambangan Timah Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 14 Tahun 2007, Timah adalah logam berwarna putih keperakan dengan kekerasan rendah, berat jenis 7,3 g/cm3 serta mempunyai sifat kondusif panas dan listrik, Biji timah adalah timah yang belum dimurnikan dan masih dalam bentuk biji atau pasir konsentrat timah atau belum dalam bentuk batangan. Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium. Menurut Sujitno (2007) menjelaskan, pemandangan umum yang dijumpai pada lahan bekas tambang timah berupa kolong (lahan bekas penambangan yang berbentuk semacam danau kecil dengan kedalaman mencapai 40 m), timbunan liat hasil galian, dan hamparan taling yang berupa rawa atau lahan kering.
2.3.1 Kegiatan Dan Karakteristik Lahan Bekas Penambangan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Kegiatan bekas penambangan adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan.
Kegiatan pertambangan mempunyai karakteristik lahan yang khas dibandingkan dengan karakteristik kegiatan lainnya, terutama menyangkut sifat, jenis dan lokasinya. Kegiatan pertambangan melibatkan eksploitasi sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan sering ditemukan pada lokasi- lokasi yang terpencil. Selain itu pembangunan membutuhkan investasi yang besar terutama untuk membangun fasilitas infrastruktur. Karakeristik yang penting lainnya bahwa jumlah cadangan sumberdaya alam tidak dapat diketahui dengan pasti, pasar dan harga sumberdaya mineral menyebabkan industri pertambangan dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baik dari segi aspek fisik, perdagangan, social ekonomi maupun aspek politik.
(23)
14 1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining), meliputi tambang
terbuka, penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik. 2. Penambangan dalam (subsurfarce/ deep mining).
Kegiatan penambangan terbuka (open mining) dapat mengakibatkan gangguan seperti:
1. Menimbulkan lubang besar pada tanah.
2. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan galian yang dikembalikan kedalam lubang galian.
3. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling
dapat mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.
4. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang yang ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun, kurang bahan organik/humus atau unsur hara telah tercuci.
Lahan bekas pertambangan timah memiliki karakteristik seperti berikut ini. 1. Kondisi fisik
Tanah bekas tambang timah bertekstur pasir dengan kandung pasir tinggi, debu dan liat yang rendah. Sampai tanah bekas tambang umur 10 tahun, karakter fisik tanah tersbut tidak banyak pengalami perubahan. Artinya tanah bekas tambang apabila dibiarkan akan memerlukan waktu yang sangat panjang untuk dapat kembali dimanfaatkan untuk budidaya tanaman.
2. Kandungan Kimia
Tanah bekas tambang mempunyai pH yang rendah dan unsur hara yang rendah. Perbaikan karakter kimia tanah bekas tambang sampai umur 10 tahun terdapat pada kenaikan kadar C-organik, P tersedia, K tersedia dan penurunan kadar logam berat (Tabel 2.2), namun secara umum kandungan unsur hara tersebut masih rendah.
Tabel II.1
Karakter Sifat Kimia Tanah Bekas Tambang Pada Umur 1,5 dan 10 Tahun
Parameter
Umur tanah bekas tambang (tahun)
1 5 10
Sifat kimia
(24)
15 Parameter
Umur tanah bekas tambang (tahun)
1 5 10
- KTK (me 100g-1) - Total basa (me 100g-1)
- Kadar N total (%) - Kadar C-Organik (%)
- P tersedia (Bray l) (ppm)
- K tersedia (Morgan) (ppm)
Kadar logam berat - Besi (Fe) - Mangan (Mn) - Tembaga (Cu) - Timbal (Pb) - Timah putih (Sn)
0,23 0,47 0,02 0,17 2,8 4,9 3040 15,8 1,9 6,29 0,25 0,19 0,49 0,02 0,16 3,4 9,1 159 2,7 0,6 2,77 0,52 0,19 0,43 0,02 0,26 3,9 9,6 650 4,8 1,2 2,19 0,22 Sumber : ferry ( 2010 )
Tabel II.2
Kebutuhan Akan PH Tanah Sesuai Jenis Tanaman
No. Jenis Tanaman ph Tanah
1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. Padi Jagung Umbi rambat Kentang Kacang tanah Kacang kedelai Sorgum Bunga Matahari Tembakau Kapas Tomat Kubis Seledri Bawang Cabai Nenas Tebu Pisang Teh Karet Kopi Kelapa Coklat
5,00 – 7,00 5,50 – 7,50 5,25 – 6,50 4,50 – 6,50 5,25 – 6,25 6,00 – 7,00 6,50 – 7,00 6,00 – 7,50 5,50 – 7,50 5,00 – 6,00 5,50 – 7,50 5,50 – 7,50 6,00 – 7,00 6,00 – 7,00 5,50 – 6,00 5,00 – 6,50 6,00 – 8,00 6,00 – 7,50 4,00 – 5,50 3,75 – 8,00 4,50 – 7,50 6,00 – 7,50 5,00 – 7,00 Sumber: Ferry (2010)
(25)
16 2.3.2 Dampak Pertambangan Lahan Bekas Pertambangan Timah
Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dampak lingkungan didefinisikan sebagai suatu perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu dan atau kegiatan. Dampak penambangan Timah berarti perubahan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan usaha eksploitasi Timah baik perubahan sosial, ekonomi, budaya, kesehatan maupun lingkungan alam. Dampak penambangan Timah bisa positif bila perubahan yang ditimbulkannya menguntungkan dan negatif, jika merugikan, mencemari, dan merusak lingkungan hidup. Dampak yang diakibatkan oleh penambangan Timah menjadi penting bila terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar. Adapun kriteria dampak penting, yaitu:
1. Jumlah manusia yang akan kena dampak. 2. Luas wilayah penyebaran dampak.
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.
4. Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak. 5. Sifat komulatif dampak.
6. Dan berbalik (reversible) atau tidak berbalik (ireversible) dampak. 2.3.2.1 Dampak Pertambangan Timah Terhadap Lingkungan
Menurut Raden et al. (2010), konsekuensi dari sebuah pembangunan akan dapat membawa dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun negatif. Semua manusia berkeinginan bahwa adanya sebuah kegiatan (usaha) atau pembangunan akan dapat meningkatkan kesejateraan masyarakat dan mengelolah dampak negatif dengan sebaik-baiknya sehingga dapat dieliminir sehingga kehadiran usaha atau pembangunan tersebut dapat berhasil guna bagi semua mahluk hidup (manusia, flora dan fauna, air, tanah dan ekosistem lainnya).
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan sangat rumit, sarat risiko, merupakan kegiatan usaha jangka panjang, melibatkan teknologi tinggi, padat modal, dan membutuhkan aturan regulasi yang dikeluarkan oleh beberapa sektor. Selain itu, kegiatan pertambangan mempunyai daya ubah lingkungan yang besar sehingga memerlukan perencanaan total yang matang sejak tahap awal sampai pasca tambang. Seharusnya pada saat membuka tambang, sudah harus difahami bagaimana menutup tambang yang menyesuaikan dengan tata guna
(26)
17 lahan pasca tambang sehingga proses rehabilitasi/reklamasi tambang bersifat progresif, sesuai rencana tata guna lahan pasca tambang. Dasar rencana dan implementasi seperti ini, harus dilakukan di menghentikannya karena sifat alamiah dari reaksi yang terjadi pada batuan.
2.3.2.2 Dampak Pertambangan Timah Terhadap Sosial dan Ekonomi
Berbagai dampak potensial di sektor sosial dan ekonomi dapat terjadi akibat adanya penambangan timah di suatu wilayah, baik dampak positif maupun dampak negatif. Berbagai dampak positif diantaranya tersedianya fasilitas sosial qan fasilitas umum, kesempatan kerja karena adanya penerimaan tenaga kerja, meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat sekitar tambang dan adanya kesempatan berusaha. Di samping itu dapat pula terjadi dampak negatif diantaranya munculnya berbagai jenis penyakit akibat menurunnya kualitas udara, meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan terjadinya konflik sosial saat pembebasan lahan. Melihat pertumbuhan produksi' batu bara dari tahun ke tahun yang semakin besar, maka diperkirakan dalam jangka waktu 10 sampai 20 tahun ke depan deposit timah ini akan habis yang dapat berdampak negatif terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar terutama masyarakat yang menggantungkan kehidupannya pada kegiatan pertambangan, di mana mereka akan kehilangan mata pencaharian sebagai akibat dari berhentinya beroperasi kegiatan pertambangan. 2.4 Tinjauan Mengenai Sumberdaya alam
Sumber daya alam adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia (Abdullah, 2007)
Jenis sumber daya alam di bagi ke dalam dua kelompok, yaitu: 1. Sumber Daya Alam Organik (Hayati)
Sumber daya alam organik materi atau bahanya berupa jasad hidup, tumbuhan dan hewan. Kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya organik terdiri atas kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan.
2. Sumber Daya Alam Anorganik (Nonhayati)
Sumber daya alam anorganik materi atau bahannya berupa benda mati seperti benda padat, cair dan gas. Kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya alam
(27)
18 anorganik diantarannya pertambangan mineral, tanah, batuan, minyak dan gas alam, energi dan lain-lain.
2.5 Metode Analytical Hierarchy Process
Proses hirarki analitik (analytical hierarchy process-AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970 untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai (Saaty, 1983). Dengan menggunakan AHP suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berfikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat didekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya.
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingannya setiap variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi pada sistem tersebut.
Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif. AHP memungkinkan penggunaan untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria). Secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan dan kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangn menjadi suatu himpunan bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif.
2.6 Kebijakan Terkait Pertambangan
2.6.1 Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Nomor 48 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Bangka Tengah 2011-2031
Kecamatan Simpang Katis ditetapkan sebagai kawasan strategis agropolitan meliputi Desa Terak, Teru, dan Pasir Garam berdasarkan Keputusan Bupati Bangka Tengah No.184.45/301/Bappeda/2008 tentang penetapan kawasan agropolitan Kecamatan Simpang Katis.
(28)
19 Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral, batubara dan panas bumi yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.
Pengembangan kawasan pertambangan menurut pasal 59 terdiri atas: a. Peningkatan kualitas dan akses informasi geologi, SDA, energi dan air tanah b. Peningkatan pengelolaan bidang pertambangan dan energi
c. Pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan dan energi d. Pembuatan peraturan bidang pertambangan dan energi
e. Pembinaan dan pengawasan bahan bakar minyak
f. Pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan
g. Peningkatan peran serta masyarakat bidang pertambangan dan energi h. Penetapan rencana umum ketenagalistrikan Kabupaten
Kegiatan pertambangan di kawasan hutan lindung masih diperkenankan sepanjang tidak dilakukan secara terbuka, dengan syarat harus dilakukan reklamasi areal bekas penambangan sehingga kembali berfungsi sebagai kawasan lindung. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertambangan ditetapkan sebagai berikut:
a. Kegiatan usaha pertambangan sepenuhnya harus mengikuti ketentuan yang berlaku di bidang pertambangan;
b. Kegiatan usaha pertambangan dilarang dilakukan tanpa izin dari instansi/pejabat yang berwenang;
c. Kawasan paska tambang wajib dilakukan rehabilitasi (reklamasi dan/atau revitalisasi) sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan lain, seperti pertanian, kehutanan, dan pariwisata;
d. Pada kawasan pertambangan diperkenankan adanya kegiatan lain yang bersifat mendukung kegiatan pertambangan;
e. Kegiatan permukiman diperkenankan secara terbatas untuk menunjang kegiatan pertambangan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek keselamatan; dan;
(29)
20 f. Sebelum kegiatan pertambangan dilakukan wajib dilakukan studi kelayakan dan studi AMDAL yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari lembaga yang berwenang.
2.6.2 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pascatambang
Kegiatan pertambangan jika tidak dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, terutama gangguan keseimbangan permukaan tanah yang cukup besar. Dampak lingkungan akibat kegiatan pertambangan antara lain: penurunan produktivitas lahan, tanah bertambah padat, terjadinya erosi dan sedimentasi, terjadinya gerakan tanah atau longsoran, terganggunya flora dan fauna, terganggunya kesehatan masyarakat, serta perubahan iklim mikro. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan reklarnasi dan kegiatan pascatambang yang tepat serta terintegrasi dengan kegiatan pertambangan. Kegiatan reklamasi harus dilakukan sedini mungkin dan tidak harus menunggu proses pertambangan secara keseluruhan selesai dilakukan.
Praktik terbaik pengelolaan lingkungan di pertambangan menuntut proses yang terus-menerus dan terpadu pada seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalarn rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahah dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
Perencanaan dan pelaksanaan yang tepat merupakan rangkaian pengelolaan pertambangan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sehingga akan mengurangi dampak negatif akibat kegiatan usaha pertambangan. Reklamasi dan pascatambang dilakukan terhadap lahan terganggu pada kegiatan pertambangan dengan sistem dan metode:
a. Penambangan terbuka; dan b. Penambangan bawah tanah.
Prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan meliputi: a. Perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah
serta udara berdasarkan standar baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(30)
21 b. Perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati
c. Penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing, lahan bekas tambang, dan struktur buatan lainnya
d. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukkannya e. Memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya setempat, dan
f. Perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Rencana pascatambang memuat:
a. Profil wilayah, meliputi lokasi dan aksesibilitas wilayah, kepemilikan dan peruntukan lahan, rona lingkungan awal, dan kegiatan usaha lain di sekitar tambang;
b. deskripsi kegiatan pertarnbangan, meliputi keadaan cadangan awal, sistem dan metode penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta fasilitas penunjang;
c. rona lingkungan akhir lahan pascatambang, meliputi keadaan cadangan tersisa, peruntukan lahan, morfologi, air permukaan dan air tanah, serta biologi akuatik dan teresterial;
2.6.3 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang
Usaha Pertambangan adalah kegiatan usaha pertambangan bahan galian. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan rnemperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Penutupan Tambang adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat dihentikannya kegiatan penambangan dan/atau pengolahan dan pemurnian untuk memenuhi kriteria sesuai dengan dokumen Rencana Penutupan Tambang.
Lokasi dan luas lahan terganggu yang akan direklamasi meliputi: a. lahan bekas tambang;
b. timbunan tanah/batuan penutup di luar tambang;
c. jalan tambang dan non tambang yang tidak digunakann lagi d. bekas kolam sedimen (kalau ada), dan
(31)
22 e. fasilitas penunjang lainnya
2.7 Tinjauan Studi Pemanfaatan Lahan Bekas Pertambangan Timah Salah satu contoh nyata reklamasi areal bekas pertambangan timah yang berhasil dilakukan di Pangkalpinang, dengan menyulap areal bekas pertambangan timah menjadi Bangka Botanical Garden (BBG) yang hijau dan telah menjadi tempat ekowisata sekaligus agrowisata yang menarik dan sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat.
BBG mulai dikembangkan sejak Maret 2007 oleh PT. Dona Kembara Jaya sebagai bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR), dengan tujuan menciptakan BBG sebagai paru-paru kota Pangkalpinang, tempat penelitian lingkungan, sarana edukasi perbaikan lingkungan, wahana olahraga dan hobi (pemancingan, jogging track, sepeda, dan fotografi), serta lahan pendapatan bagi karyawan dan masyarakat sekitar. Berbagai aktivitas pertanian, peternakan dan perikanan di kawasan ini memang telah memberikan keuntungan secara finansial. Kawasan ini telah menjadi pusat pembibitan beragam jenis tanaman, beragam jenis ikan tawar, menciptakan lahan-lahan persawahan yang telah ditanami berbagai jenis palawija, tambak budidaya ikan, maupun peternakan sapi perah dan potong. BBG telah menjadi acuan pengembangan lahan tidur dan lahan bekas penambangan timah menjadi lahan produktif, dan menjadi kawanan ekowisata modern di Indonesia yang menjadi kebanggaan warga Pangkalpinang dan Bangka pada umumnya.
BBG dibagi dalam beberapa zona, ada sebagian bekas pertambangan yang dibiarkan menjadi kolam, dikelola menjadi kolam pemancingan dan tempat wisata perahu motor. Di sudut yang lain terdapat area perkebunan sayuran, bermacam buah-buahan, pohon penghijauan, peternakan sapi perah, padang rumput, dan ada sebagian lahan rawa yang dibiarkan tetap alami dengan tanaman bakaunya. Memang memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk menyulap areal bekas pertambangan seluas 300 hektar ini menjadi BBG, karena harus mengambil tanah dari lokasi lain dan memindahkannya ke lokasi ini.
(32)
23 2.8 Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel II.3
Hasil Penelitian Terdahulu
No Judul artikel, Penulis, dan
Judul Jurnal Permasalahan dan Tujuan Lokasi Data yang didapat Metode Analisis Variabel 1. Judul artikel :
Pemanfaatan Lahan pada
Lokasi Bekas Tambang
Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto
Penulis : Linda Purba
Ningrum, Ardy Maulidy
Navastara Judul Jurnal :
Jurnal Teknik Its Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
Masalah: Tujuan :
Untuk menganalisa jenis
kegiatan pemanfaatan apa saja yang dapat digunakan pada lahan bekas tambang tanah urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto.
Lokasi bekas
tambang tanah urug
di Kecamatan
Ngoro yang menjadi lokasi studi secara administrasi terletak di antara dua desa, yaitu di antara Desa
Kunjorowesi dan
Desa Watesnegoro.
- Analisa Deskripsi data
kualitatif
Analisa AHP dan
Analisa Overlay
Analisa AHP dan
Deskripsi
2. Judul artikel :
Perencanaan Pengelolaan
Sumberdaya Lahan yang
Terkena Dampak
Penggunaan Lahan untuk Penambangan Kapur Penulis : Oteng Haridjaja, Wiwik Dwi Haryanti, Rina Oktaviani
Judul Jurnal :
Jurnal llmu Pertanian
Indonesia, Vol. 16 No.1,
Masalah: Pengelolaan lahan untuk pertambangan
tidak lepas dari berbagai permasalahan antara lain;_
dampak aktivitas
penambangan berpotensi menimbulkan kerusakan lahan dan konflik dengan
masyarakat Tujuan:
Menganalisis potensi
sumberdaya alam/biofisik
Desa Lulut,
Leuwikaret dan
Hambalang
Survey sekunder:
- Survey
instansional Stasiun Geofisika Sanglah ( Nilai
THI Kota
Denpasar) Survey primer:
- Observasi - kuesioner
(33)
24 No Judul artikel, Penulis, dan
Judul Jurnal Permasalahan dan Tujuan Lokasi Data yang didapat Metode Analisis Variabel April 2011, him. 35-42ISSN
0853- 4217
ekologis, ekonomi, sosial dan kelembagaan di kawasan penambangan, sebagai dasar pertimbangan dalam perencanaan
pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan. Menganalisis pilihan
alternatif kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan lahan pra tambang dan tidak ditambang serta arahan kebijakan dalam pengelolaan lahan pasca tambang yang
berkelanjutan. 3. Judul artikel :
Pengelolaan Lahan Tailing Timah di Pulau Bangka:
Penelitian yang Telah
Dilakukan dan Prospek ke Depan
Penulis : Ismed Inonu Judul Jurnal :
Masalah:
Permasalahan pada kegiatan
penambangan timah, baik
tambang konvensional maupun
inkonvensional terhadap
lingkungan fisik berupa
bertambahnya lahan kritis
akibat berkurangnya hutan, rusaknya lahan pertanian dan kebun.
Lokasi lahan bekas penambangan timah di selatan Gunung Mangkol Kabupaten Bangka Tengah.
(34)
25 No Judul artikel, Penulis, dan
Judul Jurnal Permasalahan dan Tujuan Lokasi Data yang didapat Metode Analisis Variabel Tujuan:
Untuk memanfaatkan lahan pasca tambang maka harus ada
upaya untuk memulihkan
kembali lahan yang telah rusak
akibat dari kegiatan
penambangan. Upaya
perbaikan lahan bekas
tambang dilakukan melalui
program reklamasi dan
revegetasi. 4. Judul artikel:
Teknologi Pemulihan Lahan Bekas Tambang
Timah untuk Pertanian di Bangka Belitung
Penulis: Djadja Subardja, Antonius Kasno dan Erna Suryani
Judul Jurnal:
Masalah: Tujuan:
Tujuan penelitian adalah untuk
mempelajari karakteristik
lahan dan menetapkan
teknologi pemulihan lahan bekas tambang timah menjadi lahan pertanian produktif dan
berkelanjutan di Bangka
Belitung.
Lahan-lahan
terlantar dan
terdegradasi berat
bekas tambang
timah di Kepulauan Bangka
- Data primer :
observasi lapangan
- Data sekunder:
Bahan-bahan penelitian
diperoleh dari
hasil kegiatan
survei
identifikasi dan karakterisasi lahan pada
areal-areal kuasa
penambangan PT Timah dan PT
(35)
26 No Judul artikel, Penulis, dan
Judul Jurnal Permasalahan dan Tujuan Lokasi Data yang didapat Metode Analisis Variabel
Koba Tin di
Bangka Belitung. 5 Judul artikel :
Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek Konservasi Bahan Galian Penulis: Sabtanto Joko Suprapto
Masalah: Tujuan:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki
kondisi lingkungan pasca
tambang, agar menghasilkan lingkungan ekosistem yang baik dan diupayakan menjadi lebih baik dibandingkan rona awalnya, dilakukan dengan
mempertimbangkan potensi
bahan galian yang masih terttinggal.
(36)
35 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi karakteristik lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak meliputi sebaran dan kondisi eksisting lahan bekas pertambangan timah, dampak pertambangan timah, potensi pengembangan kegiatan, serta model analytical hierarchy process meliputi perumusan kriteria penilaian, perumusan alternatif pengembangan, pembentukan hirarki dan proses penilaian.
4.1 Identifikasi Karakteristik Lahan Bekas Pertambangan Timah di Desa Terak
Identifikasi karakteristik lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak meliputi sebaran lahan bekas pertambangan timah, kondisi eksisting lahan bekas pertambangan timah, dampak pertambangan, dan potensi pengembangan kegiatan. 4.1.1 Sebaran Lahan Bekas Pertambangan Timah
Sebaran lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak dilihat berdasarkan sebaran kolong timah yang ada. Kolong-kolong ini tersebar di seluruh wilayah Desa Terak. Jumlah lahan tambang timah yang ada di Desa Terak yaitu 66 kolong timah yang jaraknya tidak tidak jauh dari pusat desa. Bedasarkan hasil perhitungan pada peta, luas kolong timah yang ada di Desa Terak berukuran 11-100 ha dan mempunyai kedalaman 5-20 meter yang didapat dari hasil observasi langsung.
Keberadaan wilayah-wilayah pertambangan PT Timah Persero Tbk. telah mempengaruhi perubahan pola mata pencaharian masyarakat sekitar Desa Terak dari tradisional (sebagai petani, pedagang) menjadi pelaku-pelaku usaha pertambangan timah inkonvensional. Keberadaan PT Timah Persero Tbk sebagai perusahaan penambangan konvensional memberikan pengaruh yang signifikan terhadap munculnya tambang – tambang inkonvensional di Desa Terak. Hingga saat kegiatan pemantauan konservasi berjalan terinventarisasi bahwa usaha pertambangan jenis ini menunjukkan peningkatan kuantitas, menciptakan produksi bijih timah yang cukup signifikan dan memicu munculnya pabrik-pabrik peleburan skala kecil untuk menghasilkan dan mengekspor logam timah secara tidak resmi ke negara-negara tertentu. Sebaran lahan bekas pertambangan timah dapat dilihat pada peta dibawah ini
(37)
36 Gambar 4.1
(38)
37 4.1.2 Kondisi Eksisting Lahan Bekas Pertambangan Timah
Kondisi eksisting lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak didominasi oleh adanya kolong bekas pertambangan timah milik masyarakat sekitar, milik PT Timah Persero Tbk, dan Mitra Usaha PT Timah Persero Tbk. Kolong ini merupakan kolong-kolong bekas pertambangan timah yang ditinggalkan begitu saja tanpa adanya upaya pemanfaatan yang baik seperti reklamasi maupun memulihkan lahan tersebut seperti semula.
Gambar 4.2
Kondisi Eksisting Lahan Bekas Tambang Timah 1
Gambar 4.3
(39)
38 Gambar 4.4
Kondisi Eksisting Lahan Bekas Tambang Timah 3
Gambar 4.5
Kondisi Eksisting Lahan Bekas Tambang Timah 4 4.1.3 Dampak Pertambangan Timah
Dampak dari operasi penambangan adalah penurunan sifat-sifat fisik dan kimia tanah, perubahan topografi lahan, hilangnya vegetasi alami, berkurangnya habitat satwa liar. Lahan bekas tambang timah didominasi oleh hamparan tailing, overburden, dan kolong. Tailing timah mempunyai karakterisitik fisika dan kimia tanah serta kondisi iklim mikro yang jelek. Untuk memanfaatkan kembali lahan bekas tambang timah, terutama lahan tailing perlu dilakukan reklamasi dan rehabilitasi.
Kolong bekas tambang timah berpotensi menimbulkan dampak lingkungan jangka panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan kuantitas air. Air kolong tambang mengandung berbagai logam berat yang dapat merembes ke sistem air tanah dan dapat mencemari air tanah sekitar. Potensi bahaya akibat rembesan ke
(40)
39 dalam air tanah seringkali tidak terpantau akibat lemahnya sistem pemantauan perusahaan-perusahaan pertambangan tersebut.
4.1.3.1 Dampak Terhadap Lingkungan
Kegiatan pertambangan yang ada di Desa Terak awal mulanya dilakukan PT Timah Persero Tbk. Setelah produksi timah mulai berkurang, PT Timah Persero Tbk berpindah lokasi ke wilayah ijin pertambangan lainnya. Kemudian, lahan yang ditinggalkan oleh PT Timah Persero Tbk tersebut dilanjutkan kegiatan penambangannya oleh masyarakat sekitar Desa Terak. Adanya pertambangan timah di Desa Terak kebanyakan menggunakan metode penambangan terbuka dengan teknik tambang semprot yang berpengaruh terhadap kondisi fisik lingkungan yang mengalami perubahan, dengan terbentuknnya Kolong-kolong bekas penambangan hingga kedalaman puluhan meter yang memiliki sifat asam dan berbahaya. Kondisi ini ditemukan di lahan-lahan bekas pertambangan yang terdapat di Desa Terak.
Gambar 4.6
(41)
40 Gambar 4.7
Kondisi Kolong yang terkena dampak 2 4.1.3.2 Dampak Terhadap Sosial-Ekonomi
Pertambangan timah yang ada di Desa Terak merupakan salah satu mata pencaharian bagi masyarakat sekitar. Adanya kegiatan pertambangan ini memberikan dampak positif dan negatif terhadap sosial ekonomi masyarakat. Dampak positif yaitu membuka lapangan pekerjaan baru serta mampu menambah pendapatan bagi daerah, akan tetapi juga menimbulkan dampak negatif yaitu menurunnya kualitas udara dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan pertambangan, suatu saat nanti akan kehilangan mata pencaharian hingga berhentinya operasi kegiatan pertambangan.
Gambar 4.8 Kegiatan Pertambangan 4.1.4 Potensi Pengembangan Kegiatan
Desa Terak merupakan salah satu desa di Kecamatan Simpang Katis yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Potensi pengembangan kegiatan di Desa Terak didasarkan pada karakteristik potensi yang dimiliki, yaitu sebagai berikut:
(42)
41 4.1.4.1 Potensi Sumber Daya Alam
Potensi sumber daya alam yang tedapat di Desa Terak meliputi perkebunan, pertanian, pertambangan, perikanan air tawar, dan perdagangan/jasa. Lada, karet, dan kelapa sawit merupakan primadona bagi masyarakat Desa Terak dan berpotensi besar jika dikembangkan. Selain itu, Berdasarkan RTRW Kabupaten Bangka Tengah telah ditetapkan bahwa Kecamatan Simpang Katis meliputi Desa Terak sebagai kawasan sumber daya alam.
Gambar 4.9 Potensi Perkebunan Lada
Gambar 4.10 Potensi Perkebunan Karet
Gambar 4.11
(43)
42 Gambar 4.12
Lahan Bekas Pertambangan Timah yang Akan Dikembangkan sebagai Perkebunan Karet
Gambar 4.13
Potensi Perkebunan Kelapa sawit
Gambar 4.14
Lahan Bekas Pertambangan Timah yang Akan Dikembangkan sebagai Perkebunan Kelapa Sawit
(44)
43 4.1.4.2 Potensi Ekonomi Masyarakat
Potensi perekonomian yang dimiliki Desa Terak merupakan industri kecil (termasuk industri kerajinan rumah tangga). Selain itu, ada juga home industry
makanan khas Bangka. Home industry menjadi mata pencaharian utama di Desa Terak. Terlihat dari adanya peningkatan perkembangan industri kecil (termasuk industri kerajinan rumah tangga) guna memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha seiring dengan menciptakan nilai tambah dan berpartisipasi dalam mengurangi angka kemiskinan. Ada beberapa macam industri kecil/kerajinan rumah tangga di bidang pertanian di Desa Terak yang terdiri dari industri besar/sedang, industri kecil, dan industri rumah tangga. Usaha kecil dan mikro ini diharapkan mengalami peningkatan di tahun yang akan datang karena mempunyai keunggulan dalam menghadapi guncangan krisis ekonomi. Selain itu, berdasarkan arahan RTRW Kabupaten Bangka Tengah salah satunya mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian.
Adanya potensi perikanan air tawar yang dimiliki oleh Desa Terak merupakan salah satu altrenatif pengembangan yang dapat mendukung perkenomian masyarakat Desa Terak.
Gambar 4.15 Industri Anyaman
Gambar 4.16 Industri Makanan 1
Gambar 4.17 Industri Makanan 2
(45)
44 4.1.4.3 Isu Pelestarian Lingkungan
Banyaknya lahan bekas pertambangan timah berupa kolong-kolong timah di Desa Terak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu, kolong-kolong timah ini bersift asam dan sangat berbahaya sehingga mencemari kualitas air permukaan dan air tanah. Akan tetapi, dalam RTRW Kabupaten Bangka Tengah, kolong-kolong tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Adanya sumber air panas di Desa Terak juga berpotensi dijadikan wisata seperti pemandian air panas.
Gambar 4.18 Sumber Mata Air Panas
Gambar 4.19 Kolong Timah 1
Gambar 4.20 Kolong Timah 2
4.2 Model Analytical Hierarcy Process
Metode AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level
(46)
45 pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
4.2.1 Tujuan
Tujuan pada metode AHP ini adalah “Arahan Pengembangan Lahan Bekas Pertambangan Timah di Kabupaten Bangka Tengah (Studi Kasus: Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis). Secara khusus tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan urutan prioritas arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah. Desa Terak ini memiliki potensi pertambangan, peternakan, perkebunan, holtikultura, perdagangan/jasa, perikanan air tawar. Kegiatan penambangan yang ada di desa ini banyak meninggalkan bekas-bekas galian yang dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya mereklamasi dan menimbulkan masalah seperti pencemaran, kerusakan dan bencana berlangsung semakin luas setiap tahunnya, hal ini menyebabkan perlunya melakukan prioritas arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah agar arahan-arahan tersebut dapat berjalan dengan optimal.
4.2.2 Kriteria Penilaian
Dalam pemilihan prioritas arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah ini diperlukan kriteria-kriteria penentu sebagai bahan penilaian terhadap prioritas arahan pengembangan. Tiga kriteria penilaian dirumuskan berdasarkan pada karakteristik potensi dan isu Desa Terak, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Tengah, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bangka Belitung.
4.2.2.1Pengembangan Berbasis Sumber Daya Alam
Desa Terak memiliki sumber daya alam yang melimpah meliputi tanaman karet, kelapa sawit, dan lada. Hal ini merupakan salah satu potensi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan perkebunan yang ada. Oleh karena itu, pengembangan berbasis sumber daya alam ditetapkan menjadi salah satu kriteria penilaian dalam pemilihan arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak dikarenakan potensi yang dimiliki.
(47)
46 4.2.2.2 Pengembangan Berbasis Ekonomi Masyarakat
Pengembangan berbasis ekonomi masyarakat ditetapkan menjadi salah satu kriteria penilaian dalam pemilihan arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak, dikarenakan home industry merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat dan diharapkan nantinya dapat menciptakan lapangan kerja. Selain itu, dengan memperhatikan kondisi perekonomian yang ada, pengembangan dapat diarahkan sesuai dengan potensi ekonomi yang dmiliki oleh Desa Terak.
4.2.2.3Pengembangan Berbasis Pelestarian Lingkungan
Adanya isu pencemaran lingkungan yang ada dan menimbulkan dampak negatif terhadap penuruan kualitas air permukaan, sehingga banyaknya lahan-lahan terganggu akibat dampak dari kegiatan pertambangan. Air kolong bekas timah juga mengandung sifat asam dan sangat berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan masyarakat sekitar. Pengembangan berbasis lingkungan berkelanjutan ditetapkan menjadi salah satu kriteria penilaian dalam pemilihan arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak.
4.2.3 Perumusan Alternatif Arahan Pengembangan
Dalam pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis dibutuhkan prioritas-prioritas program pengembangan sebagai penentu ke arah mana lahan bekas pertambangan timah tersebut akan dikembangkan. Penentuan prioritas arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah didasarkan pada program-program rencana daerah yang terkait dengan lahan bekas pertambangan timah yaitu dari potensi yang ada dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Tengah.
Adapun prioritas arahan pengembangan dalam penelitian ini yaitu: 1. Pengembangan Budidaya Perkebunan Lada, Karet, dan Kelapa Sawit
2. Pengembangan Industri Kecil Padat Karya (Industri Kayu, Industri Logam, dan Industri Anyaman
3. Pemanfaatan Air Kolong dan Mata Air sebagai Sumber Air Baku
4. Pengembangan Budidaya Perikanan Air Tawar (kolam) yang Ramah Lingkungan
(48)
47 5. Pengembangan Wisata Pemandian Air Panas
6. Pengembangan Perumahan dan Taman Rekreasi
Gambaran Umum Setiap Alternatif Pengembangan
Alternatif arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis ini terdiri dari 6 alternatif. Berikut gambaran mengenai arahan pengembangan tersebut:
1. Pengembangan Budidaya Perkebunan Lada, Karet, dan Kelapa Sawit Kecamatan Simpang Katis memiliki potensi perkebunan seperti lada, karet, dan kelapa sawit yang merupakan perimadona bagi masyarakat Kecamatan Simpang Katis. Sejak tahun 2013, pendapatan masyarakat dari sektor pertambangan semakin menurun sehingga penduduk mulai kembali ke pertanian, khususnya perkebunan, usaha ini pun mendapat dukungan dari pemerintah Kabupaten Bangka Tengah secara penuh. Hal tersebut ditinjau dari luas lahan usaha pertanian dan perkebunan yang mengalami peningkatan. Terutama bila ditinjau dari perkembangan luas lahan yang ada di Kecamatan simpang katis. Pada tahun 2014 usaha pertanian dan perkebunan mengalami peningkatan, terutama bila ditinjau dari perkembangan luas lahan yang ada di Kecamatan simpang katis. Untuk tanaman perkebunan paling banyak dihasilkan adalah tanaman karet sebanyak 8 ton, kelapa sawit sebanyak 1982 ton dan lada sebanyak 915 ton.
2. Pengembangan Industri Kecil Padat Karya (Industri Kayu, Industri Logam, dan Industri Anyaman
Pembangunan sektor industry berusaha menciptakan struktur yang bertumpu pada industri maju dengan didukung sektor pertanian yang tangguh dan berusaha mngembangkan industry kecil padat karya termasuk industry kerajinan rumah tangga guna memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha seiring dengan menciptakan nilai tambah dan berpartisipasi dalam mengurangi anggka kemiskinan. Ada beberapa macam industri kecil atau kerajinan rumah tangga di bidang pertanian yang ada di Kecamatan Simpang Katis. Industri yang ada terdiri dari industri kecil dan industri rumah tangga. Usaha kecil dan mikro ini diharapkan akan lebih meningkat untuk tahun yang akan datang karena mempunyai keunggulan dalam menghadapi guncanang
(49)
48 kerisis ekonomi. Pada tahun 2014 terdapat dua industri besar dan sedang di Desa Teru dan Pasir Garam. Untuk industri rumah tangga pada tahun 2014 yaitu 18 industri kecil dan empat industri rumah tangga.
3. Pemanfaatan Air Kolong dan Mata Air sebagai Sumber Air Baku
Di Kecamatan Simpang Katis khususnya Desa Terak terdapat beberapa kolong bekas pertambangan timah yang menjadi sumber air baku. Proses pembentukan air kolong itu sendiri berasal dari peroses bekas galian tambang timah. Peroses galian ini akan meninggalkan cekungan lahan yang terisi air hujan maupun air permukaan yang ada di sekitarnya. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan air teersebut untuk memcuci, mandi, mencuci lada, termasuk kebutuhan air minum sehari-hari.
4. Pengembangan Budidaya Perikanan Air Tawar (kolam) yang Ramah Lingkungan
Dalam upaya pemberdayaan kolong yang produktif, khususnya di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis dapat dilakukan sesuai keinginan dari masyarakat di sekitar kolong, dan keterlibatan pemerintah daerah sebagai lembaga yang memberi ijin dan fasilitas, serta rencana pengembangan wilayah terutama kebijakan tata ruang, dan pihak swasta lainnya yang berperan sebagai investor. Pola pemanfaatan kolong yang dapat dikembangkan antara lain adalah pola terpadu dengan konsentrasi pada kegiatan perikanan. Usaha perikanan ini dapat dilakukan pada kolong-kolong yang berusia lebih dari 15 tahun atau kolong yang mempunyai akses ke sungai dan laut. Pemanfaatan kolong sebagai usaha perikanan dan perkebunan ini dapat melibatkan masyarakat sekitar sebagai mitra. Selain dapat membantu mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan. 5. Pengembangan Sarana Rekreasi dan Wisata Pemandian Air Panas
Selain sebagai tempat pembudidayaan ikan air tawar, kolong juga dapat dimanfaatkan untuk sarana rekreasi dan wisata air, bisa dimanfaatkan sebagai
water boom, dengan dibangunnya pusat wahana water boom, maka kolong yang hanya ditelantarkan oleh pengusahanya dapat disulap menjadi daerah wisata. Hal ini sudah dilakukan oleh Kabupaten Bangka yaitu dengan selain menyajikan kolam air panas, juga mereka menyediakan wahana water boom.
(50)
49 Lokasi daerah panas bumi Terak berada di Desa Terak Kecamatan Simpang Katis, tepatnya 1.5 km disebelah tenggara pemukiman Desa Terak. Untuk mencapai lokasi, dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Mata air panas Terak muncul berupa rembesan yang keluar dari endapan pasir pada area bekas penambangan timah. Rembesan air panas Terak di tampung pada sumuran dari drum plastik agar tidak bercampur dengan air bekas penambangan timah yang ada disekitarnya. Sedangkan pada gundukan pasir yang berjarak 5 m dari sumuran, terdapat 5 sumuran yang telah terbuat dari beton dan pipa pralon.
6. Pengembangan Perumahan yang Ramah Lingkungan
Kondisi perumahan semakin membaik, terlihat dengan adanya peningkatan jumlah rumah tangga yang memiiki perumahan dengan dinding permanen dan menggunakan PLN sebagai sumber penerangan utama. Hal tersebut menunjukan bahwa distribusi listrik PLN di Simpang Katis sudah cukup baik. Masyarakat Kecamatan Simpang Katis menggunakan sumur bor/pompa sebagai sumber utama air minum, meskipun ada penduduk di dua desa yaitu Desa Puput dan Simpang Katis menggunakan air kemasan sebagai sumber utama air minum. Hal tersebut dikarenakan air yang berasal dari sumur, bor dan sungai kualitasnya kurang bagus. Sementara itu untuk mandi dan mencuci, masyarakat lebih menggunakan air yang berasal dari sumur atau sungai. 4.2.4 Pembentukan Hirarki
Dalam bagian ini diperkenalkan suatu pendekatan konseptual untuk penilaian arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Kabupaten Bangka Tengah (Studi Kasus: Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis) dengan menggunakan model AHP. Dalam pemilihan arahan pengembangan dalam penelitian ini, setidaknya terdapat 3 level hirarki sebagai berikut:
a. Level I: Sasaran dari keputusan yang akan diambil ditempatkan pada puncak hirarki. Dalam hal ini sasaran yang dimaksud adalah “Arahan Pengembangan Lahan Bekas Pertambangan Timah di Kabupaten Bangka Tengah (Studi Kasus: Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis)”
b. Level II: Pada tingkatan kedua, diajukan kriteria-kriteria penilaian dari yang dapat menunjukan kualitas atau tingkat pelayanan dari arahan pengembangan
(51)
50 yang diusulkan. Kriteria-keriteria tersebut terdiri dari pengembangan berbasis sumber daya alam, pengembangan berbasis ekonomi masyarakat, dan pengembangan berbasis pelestarian lingkungan.
c. Level III: pada tingkatan ketiga, diusulkan arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Kabupaten Bangka Tengah (Studi Kasus: Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis).
(52)
51 Struktur AHP
Gambar 4.21
Struktur Hirarki Arahan Pengembangan Arahan Pengembangan Lahan Bekas Pertambangan
Timah di Kabupaten Bangka Tengah (Studi Kasus: Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis)
TUJUAN (GOAL)
KRITERIA
ALTERNATIF Pengembangan
Berbasis Sumber daya alam
Pengembangan Berbasis Ekonomi
Masyarakat
Pengembangan Berbasis Pelestarian
Lingkungan
Pengembangan Perumahan dan Taman Rekreasi Pemanfaatan Air
Kolong dan Mata Air sebagai Sumber Air
Baku Pengembangan
Industri Kecil Padat Karya (Industri
Kayu, Industri Logam, dan Industri
Pengembangan Budidaya Perikanan Air Tawar (kolam) yang Ramah
Lingkungan Pengembangan Budidaya
Perkebunan Lada, Karet, dan Kelapa Sawit
Pengembangan Wisata Pemandian
(53)
52 4.3 Proses Penilaian
Penilaian AHP dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama yaitu dengan merata-ratakan hasil jawaban responden, dimana responden dalam penelitian ini berjumlah 10 (sepuluh) terdiri dari pemerintah daerah, instansi swasta, dan ahli. Tahap akhir yaitu menghitung bobot prioritas lokal dan bobot prioritas global dengan menggunakan
software Expert Choice 11.
4.3.1 Matriks Perbandingan Berpasangan
Penelitian dengan menggunakan analisis AHP ini bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap setiap kriteria yang mempengaruhi dalam pemilihan arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Kabupaten Bangka Tengah (Studi Kasus: Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan berpasangan antar setiap kriteria dan alternatif dengan asumsi tingkat kepentingan dari setiap kriteria dan alternatif terhadap kriteria dan alternatif lainnya. Hasil penilaian dari ahli-ahli tersebut kemudian dibentuk ke dalam sebuah matriks berordo sesuai dengan jumlah kriteria dan alternatif. Berdasarkan hal tersebut, matriks dalam penelitian ini terdiri dari matriks ordo 3 x 3 untuk perbandingan berpasangan setiap kriteria dan matriks ordo 6 x 6 untuk perbandingan berpasangan setiap alternatif terhadap masing-masing kriteria.
Tabel IV.1
Matriks Orde 3 X 3 Untuk Level 2
Kriteria
Pengembangan Berbasis Sumber Daya Alam
Pengembangan Berbasis Ekonomi
Masyarakat
Pengembangan Berbasis Pelestarian
Lingkungan Pengembangan
Berbasis Sumber
Daya Alam a11 a12 a13
Pengembangan Berbasis Ekonomi
Masyarakat a21 a22 a23
Pengembangan Berbasis Pelestarian
Lingkungan a31 a32 a33
(54)
53 Tabel IV.2
Matriks Orde 6 X 6 Untuk Level 2
Alternatif
Pengembangan Budidaya Perkebunan Lada, Karet, dan Kelapa
Sawit
Pengembangan Industri Kecil Padat
Karya (Industri Kayu, Industri
Logam, dan Industri Anyaman
Pemanfaatan Air Kolong dan Mata
Air sebagai Sumber Air Baku
Pengembangan Budidaya Perikanan Air Tawar (kolam) yang Ramah Lingkungan Pengembangan Wisata Pemandian Air Panas Pengembangan Perumahan dan Taman Rekreasi Pengembangan Budidaya Perkebunan Lada, Karet, dan
Kelapa Sawit a11 a12 a13 a14 a15 a16
Pengembangan Industri Kecil Padat Karya (Industri Kayu, Industri Logam, dan Industri
Anyaman a21 a22 a23 a24 a25 a26
Pemanfaatan Air Kolong dan Mata
Air sebagai
Sumber Air Baku a31 a32 a33 a34 a35 a36
Pengembangan Budidaya Perikanan Air Tawar (kolam) yang Ramah
(55)
54 Alternatif
Pengembangan Budidaya Perkebunan Lada, Karet, dan Kelapa
Sawit
Pengembangan Industri Kecil Padat
Karya (Industri Kayu, Industri
Logam, dan Industri Anyaman
Pemanfaatan Air Kolong dan Mata
Air sebagai Sumber Air Baku
Pengembangan Budidaya Perikanan Air Tawar (kolam) yang Ramah Lingkungan
Pengembangan Wisata Pemandian Air
Panas
Pengembangan Perumahan dan Taman Rekreasi
Pengembangan Wisata Pemandian Air
Panas a51 a52 a53 a54 a55 a56
Pengembangan Perumahan dan
Taman Rekreasi a61 a62 a63 a64 a65 a66
(56)
55 4.3.2 Tahap Merata-rata Hasil Jawaban Seluruh Responden
Dalam penelitian ini responden terdiri dari 10 responden, maka hasil jawaban dari responden-responden tersebut perlu dirata-ratakan untuk membentuk matriks ordo 3 x 3 dan 6 x 6 agar dapat dihitung bobot prioritas setiap kriteria dan alternatif. Berikut tahap-tahap untuk membentuk matriks ordo dengan contoh matriks ordo 3 x 3 untuk setiap kriteria:
a. Hasil jawaban setiap responden dari kuesioner yang telah diajukan, dimasukkan kedalam tabel. Apabila angka yang dipilih responden berada di sebelah kiri, maka angka tersebut tetap dengan nilainya, namun apabila angka yang dipilih responden berada di sebelah kanan, maka angka tersebut menjadi ⅟.. untuk sel dibagian atas sel yang diagonal, sedangkan pada sel yang diagonal berisi angka 1, dan sel dibagian bawah sel diagonal berisikan angka invert/kebalikan dari angka-angka yang berada pada sel di atas sel diagonal. Berikut contoh cara memasukan jawaban responden kedalam sebuah tabel perbandingan berpasangan sebelum dirata-ratakan:
(1)
69 1. Prioritas arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis yang telah didapatkan melalui hasil analisis dengan menggunakan metode AHP, dapat menjadi masukan bagi pemerintah Kabupaten Bangka Tengah dan Kecamatan Simpang Katis agar arahan-arahan pengembangan tersebut dapat berjalan dengan optimal dalam mengarahkan lahan bekas pertambangan timah khususnya di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai studi pembanding dan masukan bagi wilayah lainnya dalam pengembangan lahan bekas pertambangan timah dengan menyesuaikan kembali terhadap karakteristik masing-masing wilayah.
(2)
70 DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Artikel
Abdullah, Abdurahman Shaleh. 2007. Teori-teori Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
FAO (Food Agriculture Organization). 1977. A Framework of Land Evaluation. FAO Soil Bulletin No.31. Rome ILRI Publication.Wageningen.
Juarsah. 2011. Peningkatan Kualitas Lahan Pasca Penambangan Timah Terhadap Sifat Fisik Dan Kimia Tanah Di Propinsi Bangka Belitung: Prosiding UT Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Jakarta: PT Grasindo.
Mulyanto. 2010. Reklamasi Lahan Rendah. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nawir, Ani Adiwinata, 2008. Rehabilitasi Hutan Di Indonesia. Bogor: Center For International Forestry Research (CIFOR).
Nugoho, I. dan Dahuri, 2004. Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Cetakan Kedua. Jakarta: LP3ES Anggota ikapi.
PT.Timah Persero Tbk. 2009. Ringkasan Eksekutif. Pangkalpinang; PT.Timah Persero Tbk.
Saaty, T. Lorie. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Setiono L, penerjemah: Peniawati K, editor. Jakarta: PT. Pustaka BinamaPressindo. Terjemahan dari: Decision Making for Leaders The Analytical Hierarchy Process for Decision in Complex World.
Sitorus. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Cetakan Kedua. Bandung: Tatsito
Sujitno, Sutedjo. (2007). Dampak Kehadiran Timah Indonesia Sepanjang Sejarah. Bangka: PT TIMAH (TBK).
Tugas Akhir/Tesis/Disertasi
Daras, Pranowo, 2009. Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung dan Alternatif Pemulihannya. Jurnal Litbang Pertanian, sukabumi.
(3)
71 Haridjaja, Oteng. 2011. Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Lahan yang Terkena Dampak Penggunaan Lahan Untuk Penambangan Kapur. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Vol.16 No.1.
Helman, Riska. 2014. Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan “Pulau
Penawar Rindu” Kecamatan Belakang Padang sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam dengan Menggunakan Metode AHP. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia. Bandung. Inonu, Ismed. Pengelolaan Lahan Tailing Timah di Pulau Bangka.
Juarsah. 2007. Kondisi Sifat Fisik Tanah Dan Lingkungan Pada Lahan Pasca Penambangan Timah Di Propinsi Bangka Belitung. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Mahardika, Kani. 2011. Pemilihan Alternatif Model Kelembagaan Pengelolaan TPA Sampah Regional dengan Metode Analytic Hierarcy Process (AHP). Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia. Bandung.
Ningrum, Linda Purba. Pemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto. Jurnal Teknik ITS Vol.4, No.1.
Raden Et Al, 2010. Kajian Dampak Penambangan Batubara Terhadap Pengembangan Sosial Ekonomi Dan Lingkungan. Laporan Akhir Penelitian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri, Kutai Kartanegara.
Rusmansyah, 2006. Arahan Pengembangan Kawasan Barat Kabupaten Bangka. Tesis Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponerogo, Semarang.
Subardja, Djadja. Teknologi Pemulihan Lahan Bekas Tambang Timah untuk Pertanian di Bangka Belitung.
Suprapto, Joko. Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek Konservasi Bahan Galian.
Yusuf, 2011. Model Pengembangan Kolong Terpadu Pasca Penambangan Timah Di Wilayah Bangka – Belitung. Laporan Akhir Penelitian Universitas Sriwijaya, Palembang.
(4)
72 Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Pertambangan Umum.
Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Nomor 48 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Bangka Tengah 2011-2031 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pascatambang
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
RTRW Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2011-2031
RTRW Propinsi Kepulauan Bangka-Belitung Tahun 2002 Kawasan pertambangan di wilayah Kabupaten Bangka
(5)
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama : Dwi Satria Hardiyansa
Tempat Tanggal Lahir : Pangkalpinang, 5 April 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jln. Cendrawasih RT 09/RW 03
Kelurahan Taman Bunga Pangkalpinang
Nomor Handphone : 081220835272 / 081221393266
Email : hardiyansad58@gmail.com
DATA PENDIDIKAN
1998 – 2004 : SDN 35 Pangkalpinang 2004 – 2005 : SMPN 8 Pangkalpinang 2005 – 2007 : SMP PGRI 2 Pangkalpinang
2007 – 2010 : SMA Depati Amir Pangkalpinang (IPS)
2011 – 2016 : S1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer , Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung
PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN
2012 : Studio Proses: Identifikasi Penyebab Urban Shrinkage di Kecamatan Bandung Wetan
2013 : Studio Kota: Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pariwisata (Studi Kasus: Kawasan Perkotaan Pangandaran)
(6)
2014 : Studio Wilayah: Arahan Pengembangan Wilayah Fungsional Jawa Barat Bagian Timur (Studi kasus: Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Majalengka)
2016 : Arahan Pengembangan Lahan Bekas Pertambangan Timah dengan Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus: Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis, Kabupaten Bangka Tengah)
PENGALAMAN ORGANISASI
2011 – 2013 : Anggota Divisi Olahraga Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah & Kota UNIKOM
2013 – 2014 : Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah & Kota UNIKOM
KEAHLIAN YANG DIMILIKI
- Microsoft Office (Microsoft Word, Microsoft Excel, Microsoft Power Point)
- SPSS dan Expert Choice - Autocad
- Arcgis