4.2.7 Koherensi Penjelasan
Koherensi penjelasan merupakan koherensi yang terbentuknya karena adanya kalimat yang memberikan penjelasan atau keterangan lebih lanjut bagi
informasi yang dinyatakan dalam kalimat yang lain. Di bawah ini terdapat beberapa contoh penggalan teks yang kalimat-kalimatnya berkoherensi
penjelasan. 60
1 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mbeberake, ana telung cara modus kadurjanan pajeg kang sasuwene iki asring kalakon.
2 Modus kapisan yakuwi wajib pajeg sing ethok-ethok lali mbayar pajeg utawa mbayar pajeg nanging cacahe luwih sethithik saka
kuajiban sing sanyatane. 3 Kaloro yakuwi, petugas pajeg kang nindakake korupsi. 4 Katelu yaiku kongkalikong antarane wajib
pajeg karo petugas.
‘Presiden Susilo bambang Yudhoyono menjelaskan, ada tiga cara modus kejahatan pajak yang selama ini sering dilakukan. Modus
yang pertama yaitu pajak yang pura-pura lupa membayar pajak atau membayar pajak namun jumlahnya lebih sedikit dari
kewajiban pajak yang sebenarnya. Kedua yaitu, petugas pajak yang melakukan korupsi. Ketiga yaitu ada yang tidak beres antara
wajib pajak dengan petugas’. 61
1 Kementrian Dalam Negri bakal nganakake orientasi meh kaya ospek marang bupatiwalikota sa Indonesia. 2 Kurikulum
orientasi mau nyakup pokok bahasan cacah pitu. 3 Ing antarane bab demokrasi lan kebangsaan, sistem pamarentahan nasional lan
dhaerah, kapemimpinan lan etika, hubungan antarane pamarentah pusat lan DPRD sarta cara nyegah korupsi.
‘Kementrian Dalam negeri akan mengadakan orientasi hampir seperti ospek kepada bupatiwalikota se Indonesia. Kurikulum
orientasi tadi mencangkup tujuh pokok pembahasan. Diantaranya bab demokrasi dan kebangsaan, sistem pemerintahan nasional dan
daerah, kepemimpinan dan etika, hubungan antara pemerintah pusat dan DPRD serta cara mencegah koru
psi’. Kalimat-kalimat pada contoh 60 memiliki koherensi penjelasan yang
berupa keterangan lebih lanjut. Pada kalimat pertama dikemukakan bahwa Presiden Susilo bambang Yudhoyono menjelaskan, ada tiga cara modus
kejahatan pajak yang selama ini sering dilakukan. Kalimat kedua sampai dengan kalimat keempat menyatakan Modus yang pertama yaitu pajak yang pura-pura
lupa membayar pajak atau membayar pajak namun jumlahnya lebih sedikit dari kewajiban pajak yang sebenarnya. Kedua yaitu, petugas pajak yang melakukan
korupsi. Ketiga yaitu ada yang tidak beres antara wajib pajak dengan petugas. Dengan demikian terdapat koherensi penjelasan lebih lanjut mengenai informasi
pada kalimat pertama dengan kalimat kedua, ketiga, dan keempat. Pada contoh 61 terdiri dari tiga kalimat. Kalimat-kalimat pada contoh
61 memiliki koherensi penjelasan yang berupa keterangan lebih lanjut. Pada kalimat pertama dan kedua dikemukakan bahwa Kementrian Dalam negeri akan
mengadakan orientasi hampir seperti ospek kepada bupatiwalikota se Indonesia. Kurikulum orientasi tadi mencangkup tujuh pokok pembahasan. Kalimat ketiga
menyatakan diantaranya bab demokrasi dan kebangsaan, sistem pemerintahan nasional dan daerah, kepemimpinan dan etika, hubungan antara pemerintah pusat
dan DPRD serta cara mencegah korupsi. Dengan demikian terdapat koherensi penjelasan lebih lanjut mengenai informasi pada kalimat pertama dengan kalimat
kedua dan ketiga. Dari kedua contoh di atas dapat disimpulkan bahwa koherensi penjelasan
tidak ditandai dengan penanda hubungan antarkalimat namun penjabarannya berupa keterangan lebih lanjut.
Dari hasil penelitian jenis-jenis koherensi yang terdapat dalam wacana berita di majalah Panjebar Semangat adalah sebagai berikut:
1. Koherensi penambahan: kejaba kuwi ‘selain itu’, uga ‘juga’, semana uga
‘demikian juga’, 2.
Koherensi perlawanan: kamangka ‘padahal’, nanging ‘namun’, 3.
Koherensi penekanan: malah ‘malah’, 4.
Koherensi perturutan: Banjur ‘lalu’, sabanjure ‘kemudian’, sawise ‘setelah’, akhire ‘akhirnya’,
5. Koherensi sebab-akibat: sebab ‘karena’,
6. Koherensi waktu: nalika kuwi ‘ketika itu’, wektu iku ‘waktu itu’, sawise
iku ‘setelah itu’,
7. Koherensi penjelasan: Koherensi penjelasan penjabarannya berupa
keterangan lebih lanjut.
73
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kohesi dan koherensi antarkalimat dalam wacana berita di majalah Panjebar Semangat, dapat disimpulkan bahwa
terdapat empat jenis sarana kohesi gramatikal, dan tiga jenis sarana kohesi leksikal. Keempat jenis sarana kohesi gramatikal meliputi: 1 kohesi penunjukan,
2 kohesi penggantian, 3 kohesi pelesapan, dan 4 kohesi perangkaian. Sedangkan ketiga jenis sarana kohesi leksikal meliputi: 1 repetisi, 2 sinonimi,
dan 3 antonimi.
Selain itu terdapat tujuh jenis koherensi antarkalimat, yaitu 1 koherensi penambahan, 2 koherensi perlawanan, 3 koherensi penekanan, 4 koherensi
perturutan, 5 koherensi sebab-akibat, 6 koherensi waktu, dan 7 koherensi penjelasan.
Jenis-jenis kohesi antarkalimat yang ditemukan dalam wacana berita di majalah Panjebar Semangat adalah sebagai berikut.
1. Kohesi penunjukan: iki ‘ini’, iku ‘itu’, kuwi ‘itu’,
2. Kohesi penggantian: kata ganti persona dheweke ‘dia’, panjenengane
‘beliau’, piyambake ‘beliau’, dan kekarone ‘keduanya’, klitika-e, 3.
Kohesi pelesapan: berupa pelesapan pada fungsi subjek dan objek, 4.
Kohesi perangkaian: nanging ‘namun’, nalika ‘ketika’, sebab ‘sebabkarena’, kamangka ‘padahal’, kejaba kuwi ‘kecuali itu’,
jalaran ‘sebabkarena’, mula ‘maka’, sabanjure ‘lalukemudian’,
merga ‘sebabkarena’, mangka ‘maka’,
5. Kohesi pengulangan: pengulangan episfora, pengulangan tautotes, dan
berupa pengulangan anafora,