ANALISIS SEBELUM DAN DAN SESUDAH IMPLEMENTASI SAK ETAP ATAS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT.APMS

(1)

ABSTRAK

ANALISIS SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI SAK ETAP ATAS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT.APMS

Oleh

DESSY HEDIANSYAH

Aset tetap dalam suatu perusahaan merupakan komponen aset yang nilainya relatif lebih besar dari aset lainnya. Untuk itu dibutuhkan kebijakan aset yang tepat, yang dinilai dari kebijakan cara memperoleh dan penentuan harga perolehannya, estimasi umur ekonomis, metode penyusutan yang digunakan, perbaikan dan penilaian kembali. Oleh karena itu pada tahun 2009 Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mengeluarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang lebih sederhana dibandingkan PSAK umum yang ditujukan untuk usaha kecil dan menengah seperti halnya PT.APMS.

PT. APMS adalah perusahaan UKM yang bergerak dalam bidang jasa kontruksi. Fenomena yang terjadi pada PT. APMS menyangkut aset tetap berwujudnya, yaitu dalam pencatatan aset tetap berwujud perusahaan tidak melakukan pemisahan, sehingga aset tetap yang dilaporkan oleh perusahaan sebesar harga perolehannya saja.

Analisa yang digunakan oleh penulis adalah analisis kuantitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan membuat perhitungan-perhitungan yang diperoleh dari objek penelitian, serta analisis kualitatif yang merupakan analisis dengan membandingkan perbedaan perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan SAK ETAP yang dilakukan oleh penulis dengan perlakuan akuntansi aset tetap oleh perusahaan dengan teori-teori yang relevan dan selanjutnya dianalisis untuk dapat ditarik suatu kesimpulan.

Dari hasil pengujian kuantitatif dan kualitatif yang penulis dapat dari perusahaan bahwa sebagian besar perlakuan akuntansi aset tetap PT. APMS sudah sesuai dengan SAK ETAP namun ada beberapa perlakuan akuntansi aset tetap PT.APMS yang masih tidak sesuai dengan SAK ETAP. Dan Tidak terdapat perbedaan yang berarti atas perlakuan akuntansi aset tetap pada PT. APMS dengan perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan SAK ETAP.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

PERNYATAAB BEBAS PLAGIARISM RIWAYAT HIDUP

MOTTO

PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ... 6

2.2 Ruang Lingkup SAK ETAP ... 8

2.3 Manfaat SAK ETAP ... 9

2.4 Perbedaan PSAK – SAK ETAP Secara Umum... 9

2.5 Perlakuan Akuntansi Atas Aset Menurut SAK ETAP ... 12

2.6 Akuntansi Aset Tetap ... 15


(3)

2.7 Kerangka Pemikiran ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 28

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4 Metode Analisa Data ... 29

3.5 Alat Analisis ... 29

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHSAN 4.1 Perlakuan Akuntansi Aset Tetap ... 31

4.1.1 Perolehan Aset Tetap ... 31

4.1.2 Pengakuan Aset Tetap Sebelum dan Sesudah Implementasi SAK ETAP ... 32

4.1.3 Pengukuran ... 33

4.1.4 Penyajian Aset Tetap Dalam Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP ... 34

4.1.5 Pengungkapan ... 35

4.1.6 Perbandingan Perlakuan Akuntansi Aset Tetap pada PT.APMS dengan Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Berdasarkan SAK ETAP ... 35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 39

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 39

5.3 Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA


(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam menghadapi perkembangan dunia usaha yang semakin maju sebuah perusahaan yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan hidup dalam jangka waktu yang panjang, artinya perusahaan harus mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui pencapaian tujuan. Sejalan dengan perkembangan perusahaan, kegiatan-kegiatan yang ada di dalam perusahaan menjadi bertambah banyak, baik jenis kegiatan maupun volume kegitan yang dilaksanakan. Seluruh kegiatan di dalam perusahaan merupakan kegiatan yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kegagalan melaksanakan salah satu kegiatan akan berakibat terhadap kegiatan lainnya baik dalam suatu bagian, maupun dengan bagian yang lain di dalam perusahaan.

Untuk mengetahui perusahaan berjalan sesuai dengan kriteria, perusahaan dalam kegiatan operasionalnya memerlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan output baik berupa barang maupun jasa. Faktor produksi ini antara lain seperti aktiva tetap yang nilainya cukup material dalam memfasilitasi dan memperlancar aktifitas operasional perusahaan guna pencapaian tujuan. Aset tetap adalah aset operasional yang digunakan oleh setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya yang menjadi hak


(5)

milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan barang maupun jasa. Menurut Mulyadi (2002 : 179) Aktiva tetap adalah ―kekayaan perusahaan yang memiliki wujud,

mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali‖.

Aset tetap dapat diperoleh dengan beberapa cara seperti membeli secara tunai, membeli secara kredit atau angsuran, pertukaran, penerbitan surat berharga, dibangun sendiri, sewa guna usaha atau leasing dan donasi. Cara perolehan aset tetap tersebut akan mempengaruhi pencatatan harga perolehan semua aset tetap yang digunakan di dalam perusahaan, baik yang masih baru dipakai maupun yang lama memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar manfaat aset tetap tersebut sesuai dengan perencanaan. Oleh sebab itu harus diadakan pengukuran aset tetap pada saat pengakuan awal dan penghentian pengakuan aset tetap pada saat dilepaskan atau ketika tidak ada manfaat ekonomi masa depan yang

dieksplektasikan dari penggunaan atau pelepasannya.

Aset tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aset yang mempunyai umur ekonomis yaitu lebih dari satu periode akuntansi. Untuk

mencapai tujuan tersebut diperlukan pengolahan yang efektif dan kebutuhan yang sangat tepat dalam penggunaan, pemeliharaan maupun pencatatannya. Aset tetap dalam suatu perusahaan merupakan komponen aset yang nilainya relatif lebih besar dari aset lainnya. Untuk itu dibutuhkan kebijakan aset yang tepat, yang dinilai dari kebijakan cara memperoleh dan penentuan harga perolehannya,


(6)

3

estimasi umur ekonomis, metode penyusutan yang digunakan, perbaikan dan penilaian kembali.

Melihat banyaknya permintaan untuk pengadaan standar akuntansi khusus bagi UKM, maka pada tahun 2009 Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mengeluarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang lebih sederhana dibandingkan PSAK umum yang ditujukan untuk usaha kecil dan menengah, SAK ETAP diperuntukan bagi entitas yang tidak mempunyai akuntabilitas publik yang signigfikan dapat menggunakan SAK ETAP jika

otoritas berwenang membuat regulasi yang mengizinkan penggunaan SAK ETAP. Beberapa komponen PSAK umum yang dihilangkan di SAK ETAP antara lain : pembuatan laporan keuangan konsolidasi, kesalahan mendasar dan laba rugi luar biasa. SAK ETAP juga tidak mengijinkan adanya revaluasi nilai aset tetap dan review nilai residu. Pelaporan keuangan yang ada juga dibuat lebih fleksibel dan dapat isesuaikan dengan kondisi UKM.

PT. APMS adalah perusahaan UKM yang bergerak dalam bidang jasa kontruksi. Fenomena yang terjadi pada PT. APMS menyangkut aset tetap berwujudnya, yaitu dalam pencatatan aset tetap berwujud perusahaan tidak melakukan pemisahan, sehingga aset tetap yang dilaporkan oleh perusahaan sebesar harga perolehannya saja. Penilaian harga perolehan aset tetap tidak disertai dengan biaya-biaya lainnya sampai aset tetap tersebut siap dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Aset tetap berwujud yang diperoleh perusahaan

seharusnya dicatat secara terpisah, meskipun aset tersebut diperoleh secara bersamaan.


(7)

Akuntansi aset tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan keuangan,

kesalahan dalam menilai aset tetap berwujud dapat mengakibatkan kesalahan yang cukup material karena nilai investasi yang ditanamkan pada aset tetap relatif besar. Mengingat pentingnya akuntansi aset tetap dalam laporan keuangan

tersebut, maka perlakuannya harus berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP No.15). Oleh karena itu PT. APMS perlu melakukan perbaikan pada akuntansi aset tetapnya. Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan yang meliputi harge beli, biaya-biaya yang diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi, serta estimasi awal biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset, dan biaya restorasi lokasi. Biaya perolehan aset tetap adalah setara harga tunainya pada tanggal pengakuan. Jika pembayaran ditangguhkan lebih dari waktu kredit normal, maka biaya perolehan adalah nilai tunai semua semua pembayaran masa akan datang.

Penelitian ini penting dilakukan agar PT. APMS dapat membuat laporan keuangan dengan layak. Laporan keuangan yang layak diharapkan mampu

memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang membutuhkannya guna menilai kemampuan perusahaan. Menurut pengamatan penulis menilai bahwa pengukuran aset tetap pada saat pengakuan awal, setelah pengakuan dan penghentian pengakuan aset tetap pada saat dilepaskan akan mempengaruhi laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk masalah aktiva tetap ini dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Sebelum dan Sesudah Implementasi SAK ETAP atas Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada PT. APMS”.


(8)

5

1.2Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perlakuan akuntansi aset tetap menurut SAK ETAP?

2. Apakah terdapat perbedaan signifikan atas perlakuan akuntansi aset tetap sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP pada PT. APMS?

1.3Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan SAK ETAP 2. Menganalisis perbedaan akuntansi aset tetap sebelum dan setelah

implementasi SAK ETAP pada PT. APMS yang difokuskan pada perlakuan akuntansi aset tetap yang terdiri dari pengakuan, pengukuran, penyajian laporan keuangan dan pengungkapan.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian diharapkan akan memberikan manfaat bagi banyak pihak antara lain :

1. Bagi perkembangan ilmu, dapat menjadi dasar acuan bagi penelitian selanjutnya untuk masalah yang serupa mengingat SAK ETAP merupakan topik yang baru di dunia akuntansi Indonesia. Dan dapat memperluas

wawasan mengenai bagaimana perlakuan akuntansi yang sesuai dengan SAK ETAP terhadap laporan keuangan UKM.


(9)

2. Bagi perusahaan, memberikan bahan informasi bagi perusahaan pada umumnya untuk mengetahui bagaimanakah perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan SAK ETAP.


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

Secara umum Standar Akuntansi Keuangan merupakan pedoman pokok

penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan dan unit ekonomi lain yang sangat penting agar laporan keuangan lebih berguna, dapat dimengerti, dibandingkan dan tidak menyesatkan.

Terdapat empat alasan penting dalam Standar Akuntansi Keuangan, yaitu : 1. Memberi pedoman dan peraturan bagi akuntan publik agar dapat

melaksanakan tugas dengan independen, hati-hati dan dapat mengabdikan keahliannya dan kejujuran meliputi penyusuna laporan keuangan

2. Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kegiatan dan prestasi perusahaan. Informasi yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang diharapkan mempunyai sifat jelas, konsisten, terpercaya dan dapat diperbandingkan

3. Dapat menarik perhatian par ahli dan praktisi di bidang teori dan Standar Akuntansi. Semakin banyak Standar Akuntansi yang yang dikeluarkan semakin banyak kontroversi dan semakin banyak usaha unruk berdebat, berpolemik dan melakukan penelitian.


(11)

4. Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap penting dalam perhitungan pajak, peraturan tentang perusahaan, perencanaan, pengaturan ekonomi, peningkatan efisiensi ekonomi dan tujuan makro lainnya.

2.2Ruang Lingkup SAK ETAP

SAK ETAP di terbitkan tahun 2009 berlaku efektif 1 Januari 2011 dan dapat diterapkan lebih awal yaitu 1 Januari 2010. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang :

1. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan

2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika :

- Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses

pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau

- Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pension, reksa dana dan bank investasi. Entitas yang memiliki


(12)

9

akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.

2.3Manfaat SAK ETAP

1. Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil, menengah mampu untuk menyusun laporan keuangan sendiri, dapat diaudit dan mendapat opini, sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapat dana (misalnya dari bank) untuk mengembangkan usaha

2. Lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK sehingga lebih mudah dalam implementasinya

3. Tetap memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan.

2.4Perbedaan PSAK – SAK ETAP Secara Umum

- SAK ETAP menggunakan istilah laporan Laba Rugi sedangkan PSAK menggunakan istilah laporan Laba Rugi Komprehensif

- SAK ETAP hanya menggunakan metode cost untuk aset tetap, aset tidak berwujud dan properti investasi sedangkan PSAK boleh memilih cost model dan model revaluasi.

Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP maka standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (General Purpose Financial Statement) bagi pengguna eksternal.


(13)

Berikut ini adalah table perbandingan PSAK dengan SAK-ETAP yang dapat membantu pembaca dalam mempelajari SAK-ETAP lebih jauh :

Table 2.1

Perbedaan Perlakuan Akuntansi Sebelum dan Sesudah Implementasi SAK ETAP

Elemen PSAK SAK ETAP

1 Penyajian Laporan Keuangan

- Laporan posisi keuangan - Informasi yang disajikan

dalam laporan posisi keuangan

- Pembedaan aset lancer dan tidak lancar dan liabilitas jangka pendek dan jangka panjang

- Aset lancar

- Liabilitas jangka pendek - Informasi yang disajikan

dalam laporan posisi keuangan atau catatan atas laporan keuangan

(Perubahan istilah di ED PSAK 1 : Neraca menjadi laporan Posisi Keuangan, Kewajiban (liability) menjadi (liabilitas)

Sama dengan PSAK, kecuali informasi yang disajikan dalam neraca, yang menghilangkan pos : - Aset keuangan

- Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (ED PSAK 1)

- Aset biolojikyang diukur pada biaya perolehan dan nilai wajar (ED PSAK 1) - Kewajiban berbunga

jangka panjang

- Aset dan kewajiban pajak tangguhan

- Kepentingan nonpengendalian

2 Laporan Laba Rugi

- Laporan laba rugi komprehensif

- Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif

- Laba rugi selam periode - Pendapatan komprehensif

lain selama periode - Informasi yang disajikan

dalam laba rugi

komprehensif atau catatan atas laporan keuangan

Tidak sama dengan PSAK yang menggunakan istilah laporan laba rugi

komprehensif, SAK ETAP menggunakan istilah laporan laba rugi.


(14)

11

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Elemen PSAK SAK ETAP

3 Catatan Atas Laporan Keuangan

- Catatan atas laporan keuangan

- Struktur

- Pengungkapan kebijakan akuntansi

- Sumber estimasi ketidakpastian - Modal (ED PSAK 1) - Pengungkapan lain

Sama dengan PSAK, kecuali pengungkapan modal.

4 Aset Tetap - Menggunakan pendekatan komponenisasi

- Pengukuran menggunakan model biaya atau model revaluasi

- Pengukuran biaya perolehan - Pengkuan pengeluaran

selanjutnya - Penyusutan

- Tidak perlu review nilai residu, metode penyusutan, dan umur manfaaat setiap akhir periode pelaporan, tetapi jika ada indikasi perubahan saja

Sama dengan PSAK kecuali: - Tidak menggunakan

pendekatan komponenisasi

- Revaluasi diijinkan jika dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah. Hal ini mengacu ke PSAK 16 (1994)

- Tidak perlu review nilai residu

5 Penurunan Nilai Aset

- Penurunan nilai persediaan - Penurunan nilai

non-persediaan

- Penurunan nilai goodwill

Sama dengan PSAK, kecuali:

- Ruang lingkup yang meliputi semua jenis aset - Tidak mengatur

penurunan nilai aset Sumber : Keuangan LSM, (2011)


(15)

2.5Perlakuan Akuntansi Atas Aset Menurut SAK ETAP a. Pengakuan

Tanah dan bangunan adalah aset yang dapat dipisahkan dan harus dicatat secara terpisah, meskipun tanah dan bangunan tersebut diperoleh secara bersamaan. Entitas harus mengakui biaya perolehan aset tetap sebagai aset tetap jika memenuhi syarat berikut : kemungkinan ada manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas serta pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

b. Pengukuran

Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan. Entitas harus mengukur seluruh aset tetap setelah pengakuan awal pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap tidak diperkenankan karena SAK ETAP menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Entitas harus

mengalokasikan jumlah aset yang dapat disusutkan secara sistematis selama umur manfaatnya. Penyusutan dimulai ketika suatu aset tersedia untuk digunakan. Penyusutan diberhentikan ketika aset dihentikan pengakuannya. Penyusutan tidak dihentikan ketika aset tidak digunakan atau dihentikan penggunaan aktifnya. Entitas diperbolehkan menggunakan metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode jumlah unit produksi untuk melakukan depresiasi.


(16)

13

c. Penyajian Aset Tetap dalam Laporan Keuangan

SAK ETAP tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang akan disajikan, hanya menyediakan daftar pos-pos yang berbeda baik sifat atau fungsinya untuk menjamin penyajian yang terpisah dalam neraca.

Aset tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Informasi yang disajikan dalam neraca menurut SAK ETAP minimal mencakup pos-pos antara lain kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lainnya, persediaan, properti investasi, aset tetap, aset tidak berwujud, utang usaha dan utang lainnya, aset dan kewajiban pajak, kewajiban diestimasi, dan ekuitas.

d. Pengungkapan

Entitas harus mengungkapkan untuk setiap kelompok aset tetap :

1. Dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto dan metode penyusutan yang digunakan

2. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan

3. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode

4. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan : penambahan, pelepasan, kerugian penurunan nilai, penyusutan, dan perubahan lainnya serta keberadaan dan jumlah

pembatasan atas hak milik serta aset tetap yang dijaminkan untuk utang, dan jumlah komitmen kontrak untuk memperoleh aset tetap.


(17)

Tabel 2.2

Penyajian Aset Tetap di Neraca PT. XX

Neraca 31 Desember 200A

(Rp)

ASET KEWAJIBAN dan EKUITAS

Aset Lancar :

Kas dan setara kas Rp. xxx

Deposito berjangka yang dijaminkan Rp. xxx

Investasi pd efek tertentu Rp. xxx Piutang usaha Rp. xxx Piutang lain-lain Rp. xxx Persediaan Rp. xxx Biaya dibayar dimuka Rp. xxx Jumlah Aset Lancar Rp. xxx Aset Tidak Lancar :

Tanah Rp. xxx Gedung Rp. xxx Peralatan Rp. xxx Akumulasi penyusutan Rp. xxx Properti Investasi Rp. xxx Jumlah Aset Tidak Lancar Rp. xxx Jumlah Aset Rp. xxx

Kewajiban Lancar :

Hutang bank Rp. xxx Hutang usaha Rp. xxx Hutang pajak Rp. xxx Hutang sewa Rp. xxx By. YMH dibayar Rp. xxx Kewajiban Lancar Lainnya Rp. xxx Jumlah Kewajiban Lancar Rp. xxx Kewajiban Tidak Lancar :

Hutang bank jk. panjang Rp. xxx Hutang sewa Rp. xxx Kewajiban imbalan pasca kerja Rp. xxx Jumlah Kewajiban Tdk Lancar Rp. xxx JUMLAH KEWAJIBAN Rp. xxx Ekuitas :

Modal saham Rp. xxx Modal disetor Rp. xxx Laba ditahan Rp. xxx Saldo Laba Rp. xxx JUMLAH EKUITAS Rp. xxx

Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Rp. xxx Sumber : Ilustrasi Laporan Keuangan SAK ETAP (2011 : 1-3)


(18)

15

2.6Akuntansi Aset Tetap

2.6.1 Pengertian dan Penggolongan Aset Tetap

Aset tetap adalah aset operasional yang digunakan oleh setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan barang maupun jasa.

SAK ETAP (2009 : 15-2 ) memberi definisi sebagai berikut ―Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan

administrasi dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode‖.

Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aset tetap, ada beberapa definisi aset tetap yang dikemukakan oleh penulis akuntasi maupun lembaga profesi akuntansi seperti yang diuraikan di bawah ini yaitu menurut Mulyadi (2002 : 179) aset tetap adalah ―kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali‖. Menurut Soemarso (2005 : 20) aset tetap adalah ―aset berwujud (tangible asset) yang : (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) Digunakan dalam kegiatan

perusahaan; (3) Dimiliki untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) Nilainya cukup besar‖.


(19)

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas aset tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Mempunyai bentuk fisik

2. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan 3. Dimiliki tidak sebagai investasi

4. Tidak untuk dimiliki

5. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi/lebih dari satu tahun)

6. Memberi manfaat di masa yang akan datang

Menurut pendapat Harahap (2002 : 22) ―aktiva tetap dapat dikelompokkan ataupun digolongkan berdasarkan substansi aset tetap dan dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan‖.

1) Dari sudut pandang substansinya a. Aktiva Berwujud (Tangible Assets)

Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki perusahaan yang berwujud, atau ada secara fisik, dan tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal perusahaan sepanjang masih baik.

Aktiva tetap berwujud dibagi beberapa bagian antara lain tanah, bangunan, kendaraan, mesin, peralatan, dan inventaris

b. Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)

Aktiva tidak berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva


(20)

17

tidak berwujud terdiri dari : patent, copyright, goodwill, trademark, hak cipta, dan lain-lain

2) Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan

a. Depreciated Plant Assets, yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti bangunan, peralatan, mesin, dan lain-lain

b. Undepreciated Plant Assets, yaitu aktiva yang tidak disusutkan seperti tanah yang bukan lokasi tambang.

2.6.2 Akuntansi Perolehan Aset Tetap

Banyak cara yang dilakukan perusahaan dalam memperoleh aset tetap. Cara perolehan aset tetap akan mempengaruhi akuntansi dari aset tetap khususnya mengenai masalah harga perolehannya yang merupakan dasar pencatatan suatu aset tetap, harga perolehan tersebut meliputi seluruh biaya-biaya dalam rangka perolehan aset tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan. Menurut Skousen (2009 : 696) ‖Biaya atau harga perolehan aset tetap tidak hanya terdiri atas harga beli atau nilainya yang setara, tetapi juga pengeluaran lain yang diperlukan untuk mendapatkan dan menyiapkan aset tersebut untuk digunakan sesuai dengan tujuan‖.

Aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara antara lain : membeli dengan tunai, membeli dengan angsuran, pertukaran, sewa guna usaha/leasing, penerbitan surat-surat berharga, dibangun sendiri, dan pemberian atau hibah.


(21)

a) Membeli dengan Tunai

Dalam Standar Akuntansi Keuangan dinyatakan bahwa ―aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat dengan harga beli ditambah dengan biaya yang terjadi untuk menempatkan aset itu pada kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan‖. Aset tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran untuk pembelian dan penyiapan hingga dapat dipakai sebagaimana dimaksudkan. Apabila ada potongan harga, maka langsung dipotong harga faktur.

b) Pertukaran

Pertukaran adalah peroleh aset tetap dengan menyerahkan aset tetap yang dimiliki untuk ditukarkan dengan aset tetap yang baru (baru disini bukan berarti senantiasa belum pernah dipakai). Aset tetap yang ditukarkan dapat sejenis dan tidak sejenis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertukaran aset tetap antara lain :  Harga peroleh aset yang dilepas

 Harga aset yang diperoleh

 Nilai buku aset tetap yang dilepas  Akumulasi penyusutan aset yang dilepas  Harga pasar yang wajar

 Jumlah uang tunai yang diberikan atau diterima jika dengan tukar tambah


(22)

19

Dalam hal pertukaran aset ini SAK ETAP (2009 : 15.11) memberikan batasan-batasan pertukaran yaitu jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan aset nonmoneter, maka biaya perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali (a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau (b) nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal. Dalam kasus tersebut, biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat aset yang diserahkan.

c) Sewa Guna Usaha/Leasing

Lease adalah penyajian kontraktual yang memberikan hak bagi lesse untuk mempergunakan aset yang dimiliki lessor selama suatu periode waktu tertentu. Lessor adalah perusahaan yang memiliki aset tetap atau yang memberikan sewa guna usaha. Sedangkan lesse adalah perusahaan yang menyewa guna usaha aset tetap. Menurut Harahap (2002 : 170) defenisi leasing sebagai berikut Leasing adalah suatu cara memperoleh hak untuk menggunakan aktiva berwujud tertentu dalam jangka waktu tertentu‖.

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 180) dalam SAK ETAP memberikan defenisi sewa sebagai berikut :

Sewa/leasing adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.

Sewa guna usaha dengan opsi adalah salah satu cara yang dapat dikategorikan sebagai pembelian angsuran. Pada masa sewa guna usaha aktiva tetap

dikapitalisasi sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran ditambah nilai sisa yang harus dibayar pada akhir sewa guna usaha.


(23)

d) Penerbitan Surat-surat Berharga

Memperoleh aset tetap dapat dilakukan dengan cara menerbitkan surat berharga yaitu berupa obligasi atau saham sendiri. Dalam hal ini aset tetap tersebut dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat

pengeluarannya. Jika obligasi atau saham dijual dengan harga lebih tinggi atau harga lebih rendah dari nilai pari atau nominal, hutang obligasi atau saham harus dikredit sebesar harga pari dan selisihnya dicatat sebagai agio atau disagio.

e) Membuat Sendiri

Ada saatnya perusahaan memutuskan untuk membangun sendiri aset tetap mereka. Beberapa pertimbangan yang diambil perusahaan untuk

pembangunan sendiri antara lain :

1. Memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai yaitu kapasitas menganggur di dalam perusahaan

2. Anggapan menghemat biaya atau adanya cost saving yang diharapkan perusahaan tersebut

3. Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik dari yang ada 4. Untuk memenuhi kebutuhan, karena perusahaan tersebut tidak mampu

memenuhi tepat pada saat diperlukan

f) Pemberian atau Hibah

Seandainya aset tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian maka tidak ada harga perolehan sebagai dasar penilaiannya, atau aset tetap dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Meskipun pengeluaran tertentu mungkin


(24)

21

dilakukan atas pemberian aset tetap tersebut, tetapi pengeluaran itu biasanya jauh lebih kecil dari nilai aset tetap yang diperoleh.

2.6.3 Metode Penyusutan Aset Tetap

Aset tetap yang digunakan oleh perusahaan di dalam menjalankan operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Menurut Warren (2005 : 496) penurunan produktivitas ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :

a. Faktor Fisik

Faktor fisik terjadi karena kerusakan, keausan dan karena cuaca ketika digunakan perusahaan tersebut.

b. Faktor Fungsional

Faktor fungsional terjadi karena :

1) Tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan

2) Perubahan modal, mutu dan lain-lain permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan

3) Kemajuan teknologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi, atau tidak sanggup bersaing.

Menurut SAK ETAP (2009 : 177) ―Penyusutan adalah alokasi sistematis dari jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung‖. Tujuan dari penyusutan aktiva tetap dalam suatu periode akuntansi juga dikemukakan oleh Hongren, Horrison, Robinson, dan Secokusumo (2001 : 509) yaitu : ―Tujuan utama dari akuntansi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan,


(25)

sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya‖.

Masa manfaat menurut PSAK No. 17 (2004 : 17.2) adalah : 1. Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan

2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan

Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dikenal dengan tiga macam istilah yaitu :

1) Penyusutan

Istilah ini digunakan sebagai aktiva tetap yang dibuat manusia dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi, contoh : gedung, pabrik, dan lain-lain.

2) Deplesi

Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumbersumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai secara berulang-ulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual, contoh : lokasi tambang. 3) Amortisasi

Istilah amortisasi untuk aktiva tidak berwujud, contoh : paten, goodwill, dan copyright.


(26)

23

Melihat semua keterangan di atas dapat disimpulkan ada empat faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode yaitu, nilai perolehan, nilai residu atau nilai sisa, masa manfaat. 1. Harga Perolehan (Historical Cost)

Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai

2. Nilai Residual atau Nilai Sisa

Nilai residual adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi.

3. Masa Manfaat

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 17.2) dalam PSAK No. 17 masa manfaat adalah ―periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh

perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan‖.

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan metode penyusutan dapat dikelompokkan menurut kriteria :

a) Metode garis lurus (straight line method)

Metode garis lurus merupakan metode yang paling banyak digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaannya. Dalam metode ini aset tetap

dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya sama setiap periode (kecuali ada penyesuaian-penyesuaian). Kelemahan metode ini adalah kapasitas produksi aset tetap semakin lama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reperasi dari


(27)

suatu peiode ke periode berikutnya akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut.

Menurut Baridwan (2001 : 309) depresiasi yang konstan setiap periode seolah-olah menunjukan bahwa kemampuan aset relatif sama dalam suatu periode padahal aset tetap semakin lama mempunyai kemampuan semakin menurun dan karenanya sangat tidak logis kalau beban penyusutan diperlakukan sama dengan peiode sebelumnya.

Rumus perhitungan penyusutan metode garis lurus adalah :

b) Metode saldo menurun / saldo menurun ganda (declining / double declining balance method)

Metode Saldo menurun ganda adalah perhitungan beban penyusutan periodik yang semakin menurun selama estimasi masa manfaat aset tetap. Tingkat penyusutan metode saldo menurun ganda dihitung dengan menggandakan tingkat penyusutan metode garis lurus.

Tingkat penyusutan per tahun :

Untuk tahun pertama, biaya penyusutan diperoleh dengan menghitung biaya perolehan aset tetap dikalikan dengan tingkat penyusutan saldo menurun ganda.

Harga perolehan (harga beli) ———————————— Umur ekonomis x 12 bulan


(28)

25

c) Metode jumlah unit produksi (unit of production method)

Kapasitas produksi suatu aset tetap dijadikan pedoman dalam penentuan besarnya depresiasi, dan besarnya produksi yang dilakukan dalam kapasitas produksi tersebut merupakan metode yang digunakan untuk menghitung depresiasi.

Rumus menghitung depresiasi :

2.7Kerangka Pemikiran

PT. APMS adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa kontruksi. Fenomena yang terjadi pada PT. APMS menyangkut aset tetap berwujudnya, yaitu dalam pencacatan aset tetap berwujud perusahaan tidak melakukan pemisahan, sehingga aset tetap yang dilaporkan oleh perusahaan sebesar harga perolehannya saja. Penilaian harga perolehan aset tetap tidak disertai dengan biaya-biaya lainnya sampai aset tetap tersebut siap dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Dalam SAK ETAP perlakuan akuntansi Aset tetap

berwujud yang diperoleh perusahaan seharusnya dicatat secara terpisah, meskipun aset tersebut diperoleh secara bersamaan.

Entitas harus mencatat perolehan aset tetap secara terpisah dan menerapkan kriteria pengakuan dalam menentukan pengakuan aset tetap. Oleh karena itu, entitas harus mengakui biaya perolehan aset tetap sebagai aset tetap. Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan yang meliputi

Harga perolehan – nilai sisa ——————————— Kapasitas produksi


(29)

harga beli dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan. Dalam pengukuran aset tetap, biaya perolehan aset tetap adalah setara harga tunainya pada tanggal pengakuan. Pengeluaran setelah pengakuan awal suatu aset tetap harus ditambahkan pada jumlah tercatat aset tetap tersebut. Entitas harus mengukur seluruh aset tetap setelah pengakuan awal pada biaya perolehan dikurang akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Entitas harus menghentikan pengakuan aset tetap pada saat dilepaskan atau ketika tidak ada manfaat ekonomi masa depan yang diekspektasikan dari penggunaan atau pelepasannya. Entitas harus mengungkapkan untuk setiap kelompok aset tetap dengan menyajikan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP No. 15.

Akuntansi aset tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan keuangan,

kesalahan dalam menilai aset tetap berwujud dapat mengakibatkan kesalahan yang cukup material karena nilai investasi yang ditanamkan pada aset tetap relatif besar. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disusun skema kerangka pemikiran seperti diperlihatkan pada gambar 2.1 berikut ini :


(30)

27

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Sumber : diolah penulis (2012) Pencatatan aset tetap

berwujud perusahaan tidak melakukan pemisahan, sehingga aset tetap yang dilaporkan oleh perusahaan sebesar harga perolehannya saja

Aset tetap berwujud yang diperoleh perusahaan seharusnya dicatat secara terpisah, meskipun aset tersebut diperoleh secara bersamaan. Penilaian harga perolehan aset tetap harus disertai dengan biaya-biaya lainnya sampai aset tetap tersebut siap dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan

Penyajian Aset Tetap dalam Laporan Keuangan berdasarkan SAK ETAP

Pencatatan Aset tetap

Pencatatan berdasarkan SAK ETAP Sebelum Implementasi

SAK ETAP

Aset Tetap PT. APMS


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. APMS yang berlokasi di Bandar Lampung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa penulis ingin mengetahui perlakuan akuntansi aset tetap pada PT. APMS sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Waktu penelitian dilakukan mulai pada bulan Juli 2012 hingga selesai.

Jenis dan Sumber Data a. Data Primer

Yaitu data yang diambil langsung dari objek penelitian (PT. APMS) yang belum diolah dan perlu dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis, misalnya hasil wawancara dengan karyawan yang dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari perusahaan sebagai objek penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi di perusahaan (PT. APMS) yang berupa data laporan keuangan. Data-data yang diambil dari perusahaan dalam penelitian ini adalah data pada periode 2011.


(32)

29

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut a. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dan diskusi secara langsung dengan

pihak yang berkaitan dengan penelitian dengan penelitian di perusahaan. b. Dokumentasi, yaitu dengan meneliti bahan-bahan tulisan perusahaan yang

berhubungan dengan penelitian ini, misalnya laporan neraca.

c. Studi kepustakaan, yaitu penelitian ini didasarkan pada bahan-bahan dari perpustakaan dengan mengumpulkan data berupa teori yang bersumber dari internet, buku-buku dan bahan-bahan tulisan dan dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterprestasikan data yang diperoleh

sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

Alat Analisis

Dalam membahas permasalahan yang dikemukakan, data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan :

1. Analisis Kuantitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan membuat perhitungan-perhitungan yang diperoleh dari objek penelitian.

2. Analisis kualitatif, merupakan analisis dengan membandingkan perbedaan perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan SAK ETAP yang dilakukan oleh


(33)

penulis dengan perlakuan akuntansi aset tetap oleh perusahaan dengan teori-teori yang relevan dan selanjutnya dianalisis untuk dapat ditarik suatu kesimpulan.


(34)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Sejalan dengan tujuan penelitian, maka diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar perlakuan akuntansi aset tetap PT. APMS sudah sesuai dengan SAK ETAP namun ada beberapa perlakuan akuntansi aset tetap PT. APMS yang masih tidak sesuai dengan SAK ETAP. Seperti pada bangunan, PT. APMS tidak memisahkan pencatatan antara tanah dan bangunan karena SAK ETAP mewajibkan kedua komponen tersebut untuk dicatat secara terpisah. 2. Tidak terdapat perbedaan yang berarti atas perlakuan akuntansi aset tetap pada

PT. APMS dengan perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan SAK ETAP.

5.2Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain sebagai berikut : 1. Dalam penelitian ini tahun yang digunakan hanya mencakup satu tahun

sebelum implementasi SAK ETAP, dikarenakan PT. APMS belum menerapkan SAK ETAP dalam perlakuan akutansi perusahaannya.


(35)

2. Dalam penelitian ini hanya berfokus pada perlakuan akuntansi aset tetap yang terdiri dari pengakuan, pengukuran, penyajian laporan keuangan dan

pengungkapan, sedangkan masih ada perlakuan lain yang dapat diteliti.

5.3Saran

Dari kesimpulan yang diberikan, penulis memberikan saran yang mungkin dapat dipertimbangkan bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian selanjutnya mengenai implementasi SAK ETAP, yaitu :

1. Penelitian selanjutnya dapat memilih perusahaan yang memang sudah

menerapkan SAK ETAP sehingga dapat memperluas cakupan tahun penelitian yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan perlakuan dari komponen lainnya, seperti sediaan, properti investasi, sewa, pendapatan dan lain sebagainya, tidak berfokus pada satu perlakuan akuntansi saja.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2004. Intermediate Accounting, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, BPFE-UGM, Yogyakarta

Dosewa. 2008. Penyusutan Aktiva Tetap. Dosewa’s Weblog http://dosewa.wordpress.com

Harahap, Sofyan Safri.2002. Akuntansi Aktiva Tetap, Akuntansi Pajak, Revaluasi, Leasing.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas. Salemba Empat. Jakarta.

Indrianto, N. dan B. Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE-UGM. Yogyakarta. Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Ilustrasi Laporan Keuangan dengan

Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Pusat Pengmbangan Teknis Profesi. Jakarta. Martani, Dwi. 2011. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik (SAK-ETAP). http://stafff.blog.ui.ac.id

Mellisa, Shinta. 2011. Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap dan Penerapan Metode Depresiasi pada PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. (Skripsi).

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mulyadi. 2002. Auditing. Cetakan Pertama. Salemba Empat. Cetakan 13 Liberty. Yogyakarta.

Skousen, K.Fred, Stice, dan Earl K, James D. 2009. Akuntansi Keuangan, Buku 1, Edisi 16. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Syarifuddin. 2012. Rumus Fungsi Penyusutan Metode Garis Lurus. http://xclmedia.net

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Direktorat Jendral Pajak http://www.pajak.go.id


(37)

Warren, Reeve, Fees, 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Penerbit Salemba, Empat, Jakarta

Wirardja, Roy Imam dan Wahyuni, Ersa Tri. 2011. Perbedaan SAK ETAP dengan PSAK. www.keuanganlsm.com

Zaidanzidna. 2007. Penyusutan-Kelompok Harta. http://pajakindonesia.wordpress.com


(1)

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut a. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dan diskusi secara langsung dengan

pihak yang berkaitan dengan penelitian dengan penelitian di perusahaan. b. Dokumentasi, yaitu dengan meneliti bahan-bahan tulisan perusahaan yang

berhubungan dengan penelitian ini, misalnya laporan neraca.

c. Studi kepustakaan, yaitu penelitian ini didasarkan pada bahan-bahan dari perpustakaan dengan mengumpulkan data berupa teori yang bersumber dari internet, buku-buku dan bahan-bahan tulisan dan dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterprestasikan data yang diperoleh

sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

Alat Analisis

Dalam membahas permasalahan yang dikemukakan, data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan :

1. Analisis Kuantitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan membuat perhitungan-perhitungan yang diperoleh dari objek penelitian.

2. Analisis kualitatif, merupakan analisis dengan membandingkan perbedaan perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan SAK ETAP yang dilakukan oleh


(2)

30

penulis dengan perlakuan akuntansi aset tetap oleh perusahaan dengan teori-teori yang relevan dan selanjutnya dianalisis untuk dapat ditarik suatu kesimpulan.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Sejalan dengan tujuan penelitian, maka diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar perlakuan akuntansi aset tetap PT. APMS sudah sesuai dengan SAK ETAP namun ada beberapa perlakuan akuntansi aset tetap PT. APMS yang masih tidak sesuai dengan SAK ETAP. Seperti pada bangunan, PT. APMS tidak memisahkan pencatatan antara tanah dan bangunan karena SAK ETAP mewajibkan kedua komponen tersebut untuk dicatat secara terpisah. 2. Tidak terdapat perbedaan yang berarti atas perlakuan akuntansi aset tetap pada

PT. APMS dengan perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan SAK ETAP. 5.2Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain sebagai berikut : 1. Dalam penelitian ini tahun yang digunakan hanya mencakup satu tahun

sebelum implementasi SAK ETAP, dikarenakan PT. APMS belum menerapkan SAK ETAP dalam perlakuan akutansi perusahaannya.


(4)

40

2. Dalam penelitian ini hanya berfokus pada perlakuan akuntansi aset tetap yang terdiri dari pengakuan, pengukuran, penyajian laporan keuangan dan

pengungkapan, sedangkan masih ada perlakuan lain yang dapat diteliti. 5.3Saran

Dari kesimpulan yang diberikan, penulis memberikan saran yang mungkin dapat dipertimbangkan bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian selanjutnya mengenai implementasi SAK ETAP, yaitu :

1. Penelitian selanjutnya dapat memilih perusahaan yang memang sudah

menerapkan SAK ETAP sehingga dapat memperluas cakupan tahun penelitian yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan perlakuan dari komponen lainnya, seperti sediaan, properti investasi, sewa, pendapatan dan lain sebagainya, tidak berfokus pada satu perlakuan akuntansi saja.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2004. Intermediate Accounting, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, BPFE-UGM, Yogyakarta

Dosewa. 2008. Penyusutan Aktiva Tetap. Dosewa’s Weblog http://dosewa.wordpress.com

Harahap, Sofyan Safri.2002. Akuntansi Aktiva Tetap, Akuntansi Pajak, Revaluasi, Leasing.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas. Salemba Empat. Jakarta.

Indrianto, N. dan B. Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE-UGM. Yogyakarta. Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Ilustrasi Laporan Keuangan dengan

Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Pusat Pengmbangan Teknis Profesi. Jakarta. Martani, Dwi. 2011. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik (SAK-ETAP). http://stafff.blog.ui.ac.id

Mellisa, Shinta. 2011. Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap dan Penerapan Metode Depresiasi pada PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. (Skripsi).

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mulyadi. 2002. Auditing. Cetakan Pertama. Salemba Empat. Cetakan 13 Liberty. Yogyakarta.

Skousen, K.Fred, Stice, dan Earl K, James D. 2009. Akuntansi Keuangan, Buku 1, Edisi 16. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Syarifuddin. 2012. Rumus Fungsi Penyusutan Metode Garis Lurus. http://xclmedia.net

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Direktorat Jendral Pajak http://www.pajak.go.id


(6)

Universitas Lampung. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. UPT Percetakan Unila. Bandar Lampung.

Warren, Reeve, Fees, 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Penerbit Salemba, Empat, Jakarta

Wirardja, Roy Imam dan Wahyuni, Ersa Tri. 2011. Perbedaan SAK ETAP dengan PSAK. www.keuanganlsm.com

Zaidanzidna. 2007. Penyusutan-Kelompok Harta. http://pajakindonesia.wordpress.com